Anda di halaman 1dari 17

TAUHID SEBAGAI ASAS EKONOMI ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Matematika Ekonomi & Keuangan

Dosen Pengampu: Masyitah M.Ali, Lc., M.SH

Disusun Oleh

MAYANG APRILIANDA (4022021046)

MUHAMMAD FAHMI (4022021050)

SRI WIDIA (4022021045)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini tentang “Tauhid Sebagai Asas Ekonomi
Islam”. Dalam menyusun Makalah ini, ada sedikit kesulitan dan hambatan
yang kami alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang
terdekat, sehingga kami mampu menyelesaikannya.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir, Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Langsa, 30 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 DEFINISI TAUHID..................................................................................3
2.2 DEFINISI EKONOMI..............................................................................3
2.3 TAUHID SEBAGAI ASAS DAN DASAR EKONOMI ISLAM.................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................11
3.2 SARAN...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perhitungan kredit bunga bank umumnya berbeda-beda tergantung jenis
kredit yang diluncurkan oleh bank dan umumnya bank memakai sistem flat
yang menguntungkan pemberi pinjaman karena bunga flat perbulan dihitung
dari pokok pinjaman awal. Sedangkan bunga anuitas angsuran dibuat
sedemikian rupa sehingga tiap bulan jumlahnya tetap. Bunga efektif yaitu
sistem perhitungan biaya bunga yang diperhitungkan dari saldo pinjaman
bukan dari pinjaman awal. Sehingga nasabah harus memahami jenis-jenis
bunga kredit bank dan cara perhitungannya karena tiap pinjaman berbeda-
beda, ketika sudah memahami cara perhitungannya maka bisa mendapat
gambaran kewajiban angsuran yang mesti dipenuhi selama masa kredit.
Apabila ingin lebih yakin lagi dengan perhitungan bunga, tak ada salahnya
meminta kepada bank untuk membuatkan simulasi angsuran. Dengan
demikian, metode perhitungan bunga ini menjadi poin yang wajib ditanyakan
oleh nasabah sejak awal pengajuan kredit.
Dalam dunia perbankan terdapat suku bunga yang merupakan salah satu
syarat untuk melakukan kredit baik untuk jangka panjang maupun pendek. Di
setiap bank memiliki tingkat suku bunga dan sistem perhitungan bunga yang
berbeda antar bank yang satu dengan lainnya, Berdasarkan uraian di atas maka
penting untuk dilakukan perhitungan suku bunga flat, bunga anuitas dan
efektif

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uaraian tersebut, maka yang menjadi yang menjadi fokus


dalam pembahasan ini diantaranya; 1) Definis Tauhid, 2) Definisi ekonomi
Islam, dan 3) Nilai-nilai tauhid sebagai asas dan dasar ekonomi islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bunga


Menurut bahasa, bunga atau interest adalah sebuah pengembalian modal
dalam bentuk sejumlah uang yang diterima atau didapat oleh seorang investor
atau pemberi modal untuk penggunaan uangnya adalah diluar dari modal
awal. Menurut Sawaldjo (2004:122) bunga adalah imbalan jasa atau pinjaman.
Sejalan dengan itu, Muhamad (2002: 40) mengemukakan bahwa bunga
adalah tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dengan
persentase dari uang yang dipinjamkan. Uang imbalan jasa ini merupakan
suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kepada pemberi
pinjaman kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinfestasikan. Jumlah
pinjaman tersebut disebut pokok utang (principal). Presentase dari pokok
utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode
tertentu disebut suku bunga.
Menurut Marshall & Miranda (2003: 134), suku bunga adalah tingkat
bunga yang dinyatakan dalam persen, jangka waktu tertentu (perbulan atau
pertahun). Sejalan dengan itu, Sunariyah (2013:80) mengemukakan bahwa
suku bunga adalah harga dari pinjaman yang dinyatakan sebagai persentase
uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber
daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
Bunga adalah kompensasi yang dibayar oleh peminjam kapital kepada
pemberi pinjaman karena penggunaan kapital tersebut. Bentuk kompensasi
tidak harus sama dengan bentuk kapital, tetapi pada hampir semua kasus,
bentuk kapital dan kompensasi dinyatakan dalam satuan uang.

2
2.2 Bunga Efektif dan Bunga Nominal

Selama ini dianggap arus dana (penerimaan & pengeluaran) dan suku
bunga terjadi pada akhir periode (tahun). Kenyataannya dalam dunia usaha,
khususnya perbankan: Arus dana bisa terjadi setiap saat (harian) Suku bunga
bisa dalam bulanan, mingguan, harian.
Contoh : Suatu bank menerapkan suku bunga deposito 6 % setiap
setengah tahun compounded tiap 6 bulan. Berapakah suku bunga per tahunnya
jika dihitung nilai nominal dan nilai efektifnya ?

Suku bunga : i = 6 % / 6 bulan


 Suku bunga nominal setahun : 2 x 6 % = 12 %
 Suku bunga efektif setahun : ½ tahun pertama = 6 % ½ tahun kedua =
6 % + 6 % x 6 % = 6,36 %
Jumlah= 12,36 % > 12 %

Pengertian suku bunga nominal dan efektif timbul bila periode bunga
kurang dari satu tahun. Pada umumnya, satuan dari suku bunga nominal dan
efektif adalah : % / tahun. Suku bunga nominal mirip dg bunga sederhana,
mengabaikan nilai waktu dari bunga.

Rumus : r = i . m

r : suku bunga nominal (% / tahun)


i : suku bunga per periode
m : jumlah periode dalam 1 tahun

Suku bunga efektif mirip dengan bunga majemuk, memperhatikan nilai waktu
dari bunga. Contoh : Suku bunga 1 % sebulan Suku bunga nominal : r = 1 % x 12
= 12 % / th F/P = (1 + 0,01)12 = 1,1268 Suku bunga efektif : ie = 0,1268 = 12,68
% / th Suku bunga 3 % tiap 3 bulan Suku bunga nominal : r = 3 % x 4 = 12 % / th
F/P = (1 + 0,03)4 = 1,1255 Suku bunga efektif : ie = 0,1255 = 12,55 % / th

3
a. Bunga Flat
Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya,
demikian pula pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama, sehingga
setiap bulan juga sama sampai kredit tersebut lunas. Jenis bunga ini diberikan
kepada kredit yang berjangka pendek atau bersifat konsumtif seperti
pembelian rumah tinggal, pembelian mobil pribadi atau kredit konsumtif
lainnya yang merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1
tahun atau paling lama 1 tahun.
b. Bunga Anuitas
Kredit bunga anuitas adalah modifikasi dari perhitungan kredit bunga
efektif. Modifikasi ini dilakukan untuk mempermudah nasabah dalam
membayar perbulannya karna angsuran tiap bulannya tetap sama. Dalam
kredit bunga anuitas angsuran bulanannya tetap, namun komposisi bunga dan
pokok angsuran akan berubah tiap periodenya. Nilai bunga perbulan akan
mengecil dan angsuran pokok perbulannya akan membesar. Jenis bunga ini
diberikan kepada kredit yang berjangka menengah seperti melakukan investasi
berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun.
c. Bunga Efektif
Perhitungan bunga kredit yang dilakukan dengan cara mengalikan %
suku bunga berperiode dengan jumlah pinjaman, sehingga jumlah bunga yang
dibayar debitur semakin menurun untuk setiap periode, perhitungan bunga ini
juga disebut perhitungan bunga menurun. Bunga dihitung berdasarkan nilai
pokok yang belum dibayar. Jenis bunga ini biasa diterapkan pada kredit
dengan jangka waktu atau tenor yang panjang, contohnya saat nasabah
mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen
(KPA). Alasan bunga efektif lebih ditujukan kepada kredit jangka panjang

4
karena tenor yang lama membuat pinjaman tidak terburu-buru harus terlunasi,
sementara suku bunganya tidak terlalu besar dan suku bunga efektif biasa
lebih rendah dibandingkan bunga flat. Inilah yang membuatnya cocok untuk
digunakan dalam kredit jangka panjang.
ajaran Islam, bahkan juga inti ajaran semua agama samawi.Para Nabi
dan Rasul silih berganti di utus Allah ke muka bumi sesungguhnya
bertugas untuk menyampaikan paham tauhid ini. Tauhid –dalam banyak
tempat di tulis tawhid-merupakan kata benda kerja (verbal noun)sebuah
derivasi atau tashrif dari kata-kata “wahid” yang artinya “satu” atau “esa.”.
Tauhid adalah dasar agama Islam, maknanya mengakui keesaan Allah Swt
merupakan inti dari aqidah Islam. Mengenal keesaan Allah Swt dan
mengesakan- Nya dalam aktivitas hidup merupakan kewajiban primer bagi
setiap umat Islam.
Dalam ajaran Islam, kesaksian tentang keesaan Allah merupakan hal
yang paling utama dan termasuk rukun iman. Kesaksian ini disebut dengan
syahadat. Syahadat pertama adalah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah Swt. Ini merupakan pernyataan ketauhidan dari seorang muslim.
Syahadat inilah yang meluruskan pemahaman ketuhanan seorang muslim,
yang meluruskan dari konsep Kristen tentang trinitas dan pemujaan bunda
Maria dalam pandangan Katholik.1

2.2 Definisi Ekonomi

Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang


mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam. Sejauh mengenai masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat
perbedaan apa pun antara ilmu ekonomi Islam dan ilmu ekonomi modern.
Andaipun ada perbedaan, itu terletak pada pada sifat dan volumenya.2

1
Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, terjemahan Moh Abdai Rathomy. (Bandung: CV Diponegoro,
1978), hal. 20
2
M. Abdul Mannan. Teori dan Praktik Ekonomi Islam. PT. Dana Bakti Wakaf,
Yogyakarta;1997

5
Dalam ilmu ekonomi modern masalah pilihan ini sangat tergantung pada
macammacam tingkah masing-masing individu. Mereka mungkin tidak
memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun dalam ilmu
ekonomi Islam, kita tidaklah berada dalam kedudukan untuk mendistribusikan
sumber-sumber semau kita. Dalam hal ini ada pembatasan yang serius
berdasarkan ketetapan Kitab Suci AlQur’an dan Sunnah atas tenaga individu.
Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.3
Filosofi ekonomi memberikan ruh pemikiran dengan nilai-nilai Islami
dan Batasan-batasan syari’ah sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis
yang dapat digunakan. Jadi ekonomi Islam bukan hanya sekedar ilmu tetapi
sebuah system kehidupan yang didalamnya juga berbicara ilmu. Proses
integrasi doktrin dan ilmu ini didasari pada paradigma hidup yang tidak hanya
berhenti di dunia, tetapi berlanjut pada kehidupan akhirat. Ditinjau secara
filsafat ekonomi Islam menggunakan dasar petunjuk Allah berupa wahyu (al-
Qur’an) Dalam Islam yang menjadi pendorong adalah kehendak Allah swt
yaitu dalam rangka mengabdi dan mencari ridha Allah Swt.4
Konsep ekonomi islam mencakup kebutuhan pribadi dan juga
kepedulian terhadap masyarakat dalam bentuk kepekaan terhadap kondisi
sosial. Untuk mencapai hal tersebut, lebih lanjut Siddiqi menawarkan
kerangka institusionalnya berupa:5
1. Allah Swt merupakan pemilik mutlak atas kekayaan (harta). Meskipun
demikian, manusia diperkenankan untuk mendapatkan kepemilikan
pribadi sepanjang dalam batasan aturan Syarī’at dan memenuhi kewajiban
kepada sesama.
2. Manusia diberikan untuk melakukan berbagai kreasi dengan batas tidak
mengganggu kepentingan yang lain.

3
M Umer Chapra, , The Future of Economic, terjemahan : Masa Dapan Ekonomi Islam ,
(Jakarta : Gema Insani Press, 2001), hal. 180
4
Idri, Hadis Ekonomi, (Jakarta : Prenada Media Group, 2015), hal. 76
5
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Teaching Economics in An Islamic perspective, (Lahore,
Islamic Publications Ltd.), hal.43.

6
3. Usaha bersama (joint ventura) hendaklah menjadi bentuk kerja sama
dengan menerapkan sistem bagi hasil dan menanggung kerugian secara
bersama-sama.
4. Konsultasi dan Musyawarah menjadi landasan dalam mengambil
keputusan.
5. Guna mencapai tujuan Islam, negara memiliki peran mengatur individu

2.3 Tauhid Sebagai Asas dan Dasar Ekonomi Islam

Secara filosofis Ekonomi Islam berasaskan tiga asas.6


Pertama, dunia semesta adalah milik Allah swt yang Dia cipta
seluruhnya untuk manusia. Hal itu selaras dengan Firman Allah swt dalam
Surah Al-Maidah ayat 120:

‫هّٰلِل‬
ْ ‫ض َو َما فِ ْي ِهنَّ َۗو ُه َو ع َٰلى ُك ِّل ش‬
‫َي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬ ِ ‫ت َوااْل َ ْر‬ َّ ‫ِ ُم ْل ُك ال‬
ِ ‫سمٰ ٰو‬

Penggalan Ayat Terjemahan

ِ ‫هَّلِل‬ Bagi / milik Allah

‫ُم ْل ُك‬ Kerajaan

ِ ‫ت َوٱَأْل ْر‬
‫ض‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫ٱل‬ Langit dan bumi

َّ‫فِي ِه ۚن‬ Di dalamnya

‫قَ ِدي ۢ ٌر‬ Maha kuasa

Para ulama menjelaskan bahwa Allah menutup surah Al-Maidah dengan


ayat terakir ini, karena sebelumnya Allah  mengisahkan tentang Nabi
‘Isa ‘alaihissalam. Ini untuk menegaskan bahwa Nabi ‘Isa dan ibunya adalah
ciptaan dan milik Allah, sehingga keduanya tidak berhak disembah. Allah
Maha kuasa terhadap segala sesuatu, sedangkan keduanya tidaklah demikian.
Umat Islam menetapkan ‘Isa sebagai nabi dan itu adalah kedudukan
yang sangat mulia bagi beliau. Banyak sifat-sifat mulia yang beliau miliki
6
M. Abdul Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam. ( Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf,
1997), hal. 148

7
sebagai seorang nabi, seperti menahan lapar, tawaduk, menyerukan tauhid,
dan bersabar ketika mendapat gangguan dari orang-orang Yahudi. Namun,
merupakan kesesatan fatal dan kekufuran jika beliau diangkat melebihi posisi
seharusnya dan diibadahi sebagai Tuhan.7
Kedua, Allah swt adalah Maha Kuasa, pencipta segala makhluk, dan
semua yang Dia ciptakan tunduk kepada-Nya. Salah satu ciptaannya yang
paling baik adalah manusia sebagai khalifah di muka bumi. Manusia
diciptakan dari substansi yang sama serta memiliki hak dan kewajiban sebagai
khalifah di muka bumi. Semua sama posisinya di sisi Tuhan. Yang
membedakannya hanyalah keterandalannya dalam takwa dan amal shalehnya.
Ketiga, Allah swt Maha Esa. Allah swt adalah Tuhan yang berhak untuk
disembah dan dimintai pertolongan. Semua manusia diciptakan sebagai
khalifah di muka bumi akan dimintai pertangungjawaban. Dia memiliki
syariah atau aturan-aturan yang harus ditaati dalam ekonomi. Bagi yang
mentaati aturannya akan dibalas dengan surga dan bagi yang tidak mentatati
aturanNya maka akan disiksa di neraka.
Berdasar pendapat Abdul Manan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pemilik hakiki dalam kehidupan ini adalah Allah swt. Kepemilikan
manusia bersifat relatif dan bersyarat. Manusia adalah wakil Allah swt di
muka bumi yang diberi tugas untuk memimpin, mengatur dan
memakmurkannya secara adil sesuai ketentuan Allah swt. Semua yang ada di
jagad raya ini diciptakan untuk manusia. Adapaun terjadinya fenomena kaya
miskin adalah ketentuan Allah swt sebagai ujian bagi manusia agar sentiasa
beriman dan bertakwa kepada Allah swt.

Sedangkan menurut Umer Chapra,8 nilai dasar ekonomi Islam adalah


mencakup 5 hal. Pertama, keimanan (Tauhid). Bahwa semua yang ada di

7
Imam Qurtubi, Tafsir al qurthubi jilid 6 : Surah an-nisaa' al maa'idah dan al an-aam,
terjemahan: Ahmad Rijali Kadir, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), hal. 381
8
M Umer Chapra, , The Future of Economic, terjemahan : Masa Dapan Ekonomi Islam ,
(Jakarta : Gema Insani Press, 2001), hal. 200

8
langit dan di bumi adalah milik Allah. Dialah satu-satunya pemilik, dialah
pemilik mutlak (absolut). Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 163:

ۚ ِ ‫م اِ ٰلهٌ َّو‬d ‫َواِ ٰل ُه ُك‬


‫ف‬ِ ‫اختِاَل‬ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ت َوااْل َ ْر‬ ِ ‫سمٰ ٰو‬ ِ ‫اح ٌد ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه َُو ال َّر ْحمٰ نُ ال َّر ِح ْي ُم ࣖاِنَّ فِ ْي َخ ْل‬
َّ ‫ق ال‬ ْ
ْ‫س َم ۤا ِء ِمن‬ ‫هّٰللا‬
َّ ‫اس َو َمٓا اَ ْن َز َل ُ ِمنَ ال‬ َ َّ‫ي فِى ا ْلبَ ْح ِر بِ َما يَ ْنفَ ُع الن‬ ْ ‫الَّ ْي ِل َوالنَّ َها ِر َوا ْلفُ ْل ِك الَّتِ ْي ت َْج ِر‬
‫ب‬
ِ ‫س َحا‬ ِ ‫الر ٰي‬
َّ ‫ح َوال‬ ِّ ‫ف‬ ْ ‫ث فِ ْي َها ِمنْ ُك ِّل د َۤابَّ ٍة ۖ َّوت‬
ِ ‫َص ِر ْي‬ َ ‫َّم ۤا ٍء فَا َ ْحيَا بِ ِه ااْل َ ْر‬
َّ َ‫ض بَ ْع َد َم ْوتِ َها َوب‬
١٦٤ - َ‫ت لِّقَ ْو ٍم يَّ ْعقِلُ ْون‬ ِ ‫س َم ۤا ِء َوااْل َ ْر‬
ٍ ‫ض اَل ٰ ٰي‬ َّ ‫س َّخ ِر بَيْنَ ال‬َ ‫ا ْل ُم‬

Penggalan Ayat Terjemahan

‫َوا ِح ٌد‬ Esa / Satu / Tunggal

‫ِإلَهَ ِإالَّ ه َُو‬ Tiada tuhan melainkan Dia (Allah)

ِ ‫ت َو اَأْل ْر‬
‫ض‬ ِ ‫اوا‬َ ‫س َم‬
َّ ‫ال‬ Langit dan bumi

ِ ‫َخ ْل‬
‫ق‬ Penciptaan

‫الَّ ْي ِل َوالنَّ َها ِر‬ Malam dan siang

‫ف‬ِ ‫اختِاَل‬ ْ ‫َو‬ Pergantian

ْ ‫َوا ْلفُ ْل ِك الَّتِ ْي ت َْج ِر‬


‫ي‬ Kapal yang berlayar

‫َو َمٓا اَ ْنزَ َل‬ Apa yang diturunkan Allah

‫فَا َ ْحيَا بِ ِه‬ Lalu dengan itu dihidupkan-Nya

‫َم ْوتِ َها‬ Mati


َّ َ‫َوب‬
‫ث فِ ْي َها‬ Dan dia tebarkan didalamnya

ِ ‫ف ال ِّر ٰي‬
‫ح‬ ِ ‫َص ِر ْي‬
ْ ‫َّوت‬ Dan perkisaran angin

َ ‫ب ا ْل ُم‬
‫س َّخ ِر‬ ِ ‫س َحا‬ َّ ‫َوال‬ Awan yang dikendalikan

َ‫يَّ ْعقِلُ ْون‬ Mengerti / memahami

Sesudah Tuhan Allah memberikan peringatan yang demikian keras,


bahwa kutuk laknat Allah dan Malaikat serta manusia akan datang timpa
bertimpa ke atas diri orang yang tidak mau percaya, yang sampai matinya
tetap dalam kufur. Tuhan pada ayat ini mengemukakan pokok ajaran agama

9
tentang Tuhan. Dengan demikian orang diperingatkan lagi; janganlah
hendaknya mereka sampai bertahan dalam kekafiran dan mati dalam kufur.
Menarik perhatian kita pada ayat ini ialah karena terlebih dahulu dia
menerangkan Allah dalam keesaanNya: "Dan Tuhan kamu adalah Tuhan
Yang Maha Esa." Artinya bahwasanya dalam menciptakan alam ini Dia tidak
bersekutu dengan yang lain; "La llaha illa Huwa. "Tidak ada Tuhan melainkan
Dia sendirinya. Sebab itu tidak ada yang layak buat dipuja dan disembah, me-
lainkan Dia. Selanjutnya, Allah swt juga menjelaskan dalam al-Qur’an surah
al-Anbiya’ ayat 30-31:

‫َي ٍء َح ۗ ٍّي‬ ْ ‫ض َكانَتَا َر ْتقًا فَفَتَ ْق ٰن ُه َم ۗا َو َج َع ْلنَا ِمنَ ا ْل َم ۤا ِء ُك َّل ش‬ َ ‫ت َوااْل َ ْر‬ َّ ‫اَ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْٓوا اَنَّ ال‬
ِ ‫سمٰ ٰو‬
َ‫سبُاًل لَّ َعلَّ ُه ْم يَ ْهتَد ُْون‬ ً ‫س َي اَنْ تَ ِم ْي َد بِ ِه ْۖم َو َج َع ْلنَا فِ ْي َها فِ َج‬
ُ ‫اجا‬ ِ ‫ض َر َوا‬ِ ‫اَفَاَل يُْؤ ِمنُ ْونَ َو َج َع ْلنَا فِى ااْل َ ْر‬

Penggalan Ayat Terjemahan

‫يَ َر‬ Melihat

‫َكفَ ُر ٓو ْا‬ Kafir / ingkar

‫َر ۡت ٗقا‬ Berpadu

‫فَفَت َۡق ٰنَ ُه َم ۖا‬ Lalu kami pisahkan keduanya

‫ۡٱل َمٓا ِء‬ Air

‫ي‬ٍّ ۚ Yang hidup

َ‫يُ ۡؤ ِمنُون‬ Mereka beriman

‫َو َج َع ْلنَا‬ Dan telah kami jadikan

ِ ‫َر ٰ َو‬
‫س َى‬ Gunung-gunung

‫تَ ِمي َد‬ Bergoncang


Jalan diantara dua gunung / beberapa
‫اجا‬
ً ‫فِ َج‬
jurusan
‫سبُاًل‬
ُ Jalan-jalan

َ‫يَ ْهتَدُون‬ Mereka mendapat pentujuk

10
Pada ayat ini Allah mengarahkan pandangan manusia kepada gunung-
gunung dan jalan-jalan, serta daratan yang luas di bumi. Dan Kami telah
menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh dengan maksud agar ia,
bumi dengan putarannya yang cepat sekali itu, tetap mantap, tidak terjadi
guncangan bersama mereka, manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan Kami
jadikan pula di bumi jalan-jalan yang luas supaya semua makhluk dapat
dengan tenang menjalani kehidupan, dan pada akhirnya agar mereka mendapat
petunjuk Allah, baik yang diberikan melalui wahyu maupun petunjuk Allah
berupa fenomena alam yang membentang luas ini.9
Aktivitas ekonomi dalam bingkai syariah maksudnya adalah, dalam
melakuk anaktivitas ekonomi seseorang harus menyesuaikan diri dengan
aturan al-Quran dan hadis. Memang harus diakui, bahwa al-Quran tidak
menyajikan aturan yang rinci tentang norma-norma dalam melakukan aktivitas
ekonomi. Tetapi hanya mengamanatkan nilai-nilai-nya saja. Hadis Nabi saw.
pun telah menjelaskan sebagian rincian operasionalisasinya, sementara
aktivitas ekonomi dengan segala bentuknya senantiasa berkembang mengikuti
perkembangan zaman dan tingkat kemajuan kebudayaan manusia. Meskipun
demikian, tentu tidak berarti bahwa nilai-nilai atau norma Islam luput dari
persoalan ekonomi yang berkembang di zaman kontemporer, sekarang dan
yang akan dating
Kegiatan ekonomi dalam ajaran Islam adalah bagian dari muamalah.
Dilihat dari segi kriterianya, bidang muamalah masuk ke dalam kelompok
ibadah ‘ammah, di mana aturan tata pelaksaannya lebih banyak bersifat
umum.10 Aturan-aturan yang bersifat umum dimaksud kemudian oleh para
ulama disimpulkan dalam sebuah kaidah Ushul yang berbunyi: “al-Ashlu fi
al-Mu’amalah al-Ibahah Hatta Yadulla al-Dalil ‘ala Tahrimiha” (Hukum asal
dalam muamalah adalah boleh selama tidak ada dalil yang mengharamkannya)
Berkaitan dengan hal ini, maka Ibn Qayyim al-Jauziyah, dalam kitabnya,
I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin, mengungkapkan sebuah kaidah
9
Kemenag, Tafsir Ringkas, (Pustaka Lajnah: Kementerian Agama)
10
Jalaluddin ‘Abdurahman as-Suyuthi, al-Asybah wa an-Nadzair (Singapore: Sulaiman
Mar`ie, t.t.), hlm. 123.

11
ushul fiqh: “La Yunkaru Taghayyur al-Fatwa bi Taghayyur al-Azminah wa
al-Amkinah wa al-Akhwal wa alNiyyat wa al-‘Awa’id” (Tidak dapat
dipungkiri bahwa fatwa bisa berbeda disebabkan karena perubahan zaman,
tempat, kondisi sosial, niat dan kultur)11
Kaidah di atas merupakan kaidah umum yang mencakup seluruh satuan-
satuan aktivitas ekonomi, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
dari al-Quran dan hadis Nabi. Selain dari itu, dalam dunia bisnis, amanah
memegang peranan penting dalam pengembangan berbagai bidang usaha.
Kemaslahatan dalam bentuk keseimbangan (untung rugi, plus minus, harapan
dan resiko, kewajiban dan hak, dan lain sebagainya) dalam hidup
bermasyarakat akan terealisir jika muamalah (interaksi dan transaksi) antar
sesama dilakukan dengan penuh amanah dan saling percaya.
Dalam sebuah hadis Qudsi Rasululllah saw. pernah mengingatkan dua
orang yang melakukan mitra bisnis untuk saling menjaga amanah dan tidak
saling mengkhianati. Jika mereka tetap komit dalam menjaga amanah maka
Allah akan menjadi pihak ketiga sebagai penolong mereka. Namun, jika di
antara mereka ada yang berkhianat, maka Allah akan keluar dari kerjasama
itu, arti hadis tersebut adalah: ”Aku menjadi pihak ketiga dari dua orang yang
bersekutu (bekerja sama) selama salah seorang dari mereka tidak berkhianat
kepada mitranya, jika ada yang berkhianat, aku keluar dari ( persekutuan)
mereka.” (HR. Abu Dawud)12. Dari hadis tadi dapat disimpulkan bahwa
amanah ditekankan pada setiap aktivitas dan usaha di bidang ekonomi untuk
mendapat keberkahan dari Allah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

11
3 Ibn Qayyim al-Jauziyyah, I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin, Juz 3 (Beirut: Dar
al-Fikr, 1977), hlm. 14.
12
Sulaiman bin al-Asy’ats Sulaiman al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, (Riyadh, Maktabah al-
Ma’arif, t.t.), hlm. 609.

12
Pemahaman yang paripurna tentang konsep tauhid ini berimplikasi
kepada keseluruhan kegiatan kehidupan dan perilaku manusia didunia.
Pandangan dunia yang dimulai dari konsep ke-Tuhanan atau ke-Esa-an Tuhan
akan berimplikasi kepada kegiatan kehidupan manusia didunia secara
keseluruhan. Ada tuntutan bahwa apapun bentuk formulasi atau konsep
ekonomi yang dirumuskan harus terjaga dalam kerangka kebenaran tauhid.,
dan ada keyakinan pula bahwa ada pertanggungjawaban yang harus dijalani
yang pada akhirnya oleh setiap pelaku ekonomi dari setiap aktivitas ekonomi
yang dilakukan. Kebenaran dalam konsep tauhid adalah mutlak milik Allah
SWT.
Menjalankan aktivitas ekonomi dengan senantiasa memastikan sejalan
dengan ketentuan Allah SWT merupakan bentuk rill dari keberimanan
seseorang sebagai seorang muslim. Dengan kata lain, pilihan (choice) untuk
berekonomi secara islami adalah merupakan konsekwensi keberislaman
seseorang (alas an ideologis). Mengingkari prinsip-prinsip syariah dalam
beraktivitas ekonomi akan membawa pada kemunafiqan, kefasikan atau
bahkan kesyirikan.

3.2 Saran

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak


kekurangan. Untuk itu sangat dibutuhkan saran dari para pembaca untuk
penulisan makalah yang lebih baik lagi ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul Karim

13
Chapra, M Umer. 2001. The Future of Economic, terjemahan : Masa Dapan
Ekonomi Islam. Jakarta : Gema Insani Press.

Edwin Nasution, Mustafa. 2010. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.


Jakarta: Kencana Ed.1. Cet. 3.

Idri. 2015. Hadis Ekonomi. Jakarta : Prenada Media Group

Imam Qurtubi. 2013. Tafsir al qurthubi jilid 6 : Surah an-nisaa' al maa'idah


dan al an-aam, terjemahan: Ahmad Rijali Kadir, Jakarta: Pustaka
Azzam.Siddiqi, Muhammad Nejatullah. 1996. Teaching Economics in
An Islamic perspective.

Jauziyyah, Ibn Qayyim. 1977. I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin, Juz
3, Beirut: Dar al-Fikr.

Mannan, M. Abdul. 1997. Teori dan Praktik Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT.
Dana Bakti Wakaf.

Sabiq, Sayyid. 1978. Aqidah Islam, terjemahan Moh Abdai Rathomy.


Bandung: CV Diponegoro.

Sijistani, Sulaiman bin al-Asy’ats Sulaiman, Sunan Abu Dawud, Riyadh:


Maktabah al-Ma’arif, t.t.

Suyuthi, Jalaluddin ‘Abdurahman, al-Asybah wa an-Nadzair, Singapore:


Sulaiman Mar`ie, t.t.

14

Anda mungkin juga menyukai