Disusun Oleh :
Kelompok 2 :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1
Tajul Khalwaty, Inflasi dan Solusinya. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), Hlm : 6
peningkatan suku bunga bank.Semakin banyaknya jasa keuangan perbankan di
negara Indonesia, seharusnya diimbangi dengan pengetahuan tentang suku bunga.
Namun banyak orang yang kurang paham mengenai tingkat dan perilaku suku
bunga, bahkan pengertian dari bunga dan suku bungapun ada yang belum tahu
sama sekali.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori tingkat suku bunga.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Untuk mengetahui peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN
2
Herman Darmawi, Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaaga Finansial (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 181
3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet. 3 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), hlm.121
4
Kompas, Makalah Tingkat dan Perilaku Suku Bunga, http://kompas-
99.blogspot.com/2014/03/makalah-tingkat-dan-perilaku-suku-bunga.html, diakses tanggal 18
Maret 2018 pukul 16.53 WIB.
bank kepada nasabahnya. Contohnya : jasa giro, bunga tabungan, dan
bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang
harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Contohnya : bunga
kredit.5
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang
harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan
pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga
pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh
seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga
terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.
5
Kasmir, loc. Cit.
6
Kasmir, op. cit., hlm. 122-124
sebaiknya bunga pinjaman dinaikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun
sebaliknya untuk bunga pinjaman harus berada dibawah bunga pesaing.
3. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh
melebihi yang sudah ditetapkan pemerintah.
4. Target Laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka
bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5. Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya.
Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian
pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih
rendah.
6. Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda
dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal
pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang
likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih
mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.
7. Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan
tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan
yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil
dan sebaliknya.
8. Produk yang Kompetitif
Maksunya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk
yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan
dengan produk yang kurang kompetitif.
9. Hubungan Baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan
nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta
loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya
mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan
suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya
jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan
membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang
dibebankannya pun juga berbeda. Demikian pula jika penjamin pada pihak
ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya maka mungkin tidak dapat
digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak bank.
7
Herman Darmawi, loc. cit
E. Metode Pembebanan Suku Bunga
1. Sliding Rate
Merupakan perhitungan bunga kredit dengan total angsuran yang akan menurun
setiap setiap kali angsuran. Total angsuran menurun tersebut karena angsuran
pokok akan sama setiap kali angsuran, sementara angsuran bunga akan menurun.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka waktu
satu tahun. Suku bunga kredit 12% pertahun, sliding rate dan angsuran dilakukan
setiap bulan. Hitunglah jumlah angsuran perbulan !
Angsuran Bulan Pertama
Angsuran pokok = 120.000.000/12 = Rp 10.000.000,-
Angsuran Bunga Bulan I = 12% x 1/12 x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Angsuran Total pada Bulan I = Rp 11.200.000,-
Angsuran Bulan Kedua
Angsuran Pokok = 120.000.000/12 = Rp 10.000.000,-
Angsuran Bunga Bulan II = 12% x 1/12 x 110.000.000 = Rp 1.100.000,-
Angsuran Total pada Bulan II = Rp 11.100.000,-
Dari angsuran tersebut dapat diketahui bahwa total angsuran akan menurun
setiap bulan, sehingga metode pembebanan bunga dengan total angsuran yang
menurun disebut dengan Sliding Rate.
2. Flat Rate
Merupakan metode pembebanan suku bunga kredit yang rata setiap kali angsuran,
atau total angsuran pokok, maupun angsuran bunga sama setiap kali angsuran atau
setiap bulan.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka
waktu dua tahun. Suku bunga kredit 12% pertahun flat rate, dan angsuran
dilakukan setiap bulan. Hitunglah jumlah angsuran perbulan!
Angsuran perbulan = 120.000.000 + (120.000.000 x 12% x 2)
24
Angsuran perbulan = 148.800.000 = Rp 6.200.000,-
24
Atau
Angsuran Pokok Perbulan = 120.000.000/24 = Rp 5.000.000,-
Angsuran Bunga perbulan = 12% x 1/12 x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Total Angsuran perbulan = Rp 6.200.000,-
3. Floating Rate
Jenis ini pembebanan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang
sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar
uang bulan tersebut. Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih
rendah dari bulan yang bersangkutan.
4. Annuity
Merupakan perhitungan bunga dengan mengalikan persentase bunga dikalikan
dengan saldo akhir pinjaman secara tahunan. Dalam metode annuity ini, total
angsuran pertahun akan sama, sementara angsuran pokok dan bunga akan
berubah. Angsuran pokok akan meningkat setiap tahun dan angsuran bunga akan
menurun karena bunga dihitung dari saldo akhir kredit.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka waktu
5 tahun. Suku bunga kredit 12% pertahun annuity (anuitas), dan angsuran
dilakukan setiap bulan. Hitunglah jumlah angsuran perbulan dan angsuran
pertahun!
5. Efective Rate
Merupakan beban bunga efektif yang ditanggung oleh debitur. Dalam
metode efective rate, total angsuran akan sama setiap bulan akan tetapi angsuran
pokok akan meningkat dan angsuran bunga akan menurun.
Contoh :
Pada tanggal 1 April 2006, Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar
Rp 120.000.000,- jangka waktu 20 bulan. Bunga 12% pertahun efective rate dan
angsuran dilakukan setiap bulan dan dimulai sejak tanggal 1 Mei 2006.
Angsuran = 120.000.000 x 1%
1 – (1 + 1%)-20
Angsuran = 6.649.838
Angsuran Bulan I
Angsuran total akan sama setiap bulan sebesar = Rp 6.649.838,-
Angsuran Bunga = 1% x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Angsuran Pokok Bulan I = Rp 5.449.838
Angsuran Bulan II
Angsuran total akan sama setiap bulan sebesar = Rp 6.649.838,-
Angsuran Bunga = 1% x 114.550.162 = Rp 1.145.502,-
Angsuran Pokok Bulan II = Rp 5.504.336,-
Perhitungan angsuran pokok dan bunga bulan ketiga dan seterusnya dapt
dihitung dengan menggunakan perhitungan seperti di atas.8
8
Ismail, Manajemen Perbankan: Dari teori Menuju Aplikasi, Edisi 1 (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 140-147.
menabung dari masyarakat mengakibatkan kekayaan semakin tinggi dan akhirnya
meningkatkan harga obligasi dan menurunkan tingkat bunga obligasi.
4. Preferensi likuiditas : penawaran dan permintaan uang
Analisis preferensi likuiditas menjelaskan penentuan tingkat bunga melalui
keseimbangan penawaran dan permintaan uang. Analisis prefensi likuiditas dari
pasar uang dihubungkan dengan penawaran dana pinjaman pada pasar obligasi.
Peningkatan pendapatan menyebabkan peningkatan permintaan uang dan
kemudian meningkatkan tingkat bunga. Kenaikan tingkat harga akan menurunkan
biaya beli riil barang atau jasa. Untuk mempertahan nilai uang riil yang dipegang
masyarakat akan meminta uang nominal lebih banyak sehingga peningkatan harga
akan meningkatkan permintaan uang dan tingkat bunga.9
9
Kompas. Makalah Tingkat dan Perilaku Suku Bunga. http://kompas-
99.blogspot.com/2014/03/makalah-tingkat-dan-perilaku-suku-bunga.html, diakses
tanggal 18 Maret 2019 pukul 18.06 WIB
3. Teori Klasik
Teori ini menekankan bahwa :
peranan “harapan masyarakat” mengenai pola perkembangan tingkat bunga di
masa mendatang dalam menentukan struktur tingkat bunga.
Bahwa kalaupun ada pasar “kelompok” seperti yang digambarkan oleh teori
kelompok pasar tersebut di atas, tetapi antara kelompok satu dengan yang lain
sangat menentukan situasi pasar lain (substitusi antara satu kelompok dana dengan
kelompok dana lain sangat dekat).10
Tingkat bunga akan naik apabila individu ingin meminjam lebih banyak dan
sebaliknya, apabila keinginan meminjam menurun tingkat bunga juga akan turun.
Dan jelas bahwa tingkat bungalah yang menyelesaikan masalah alokasi waktu
sekarang dan nanti.11
10
Boediono, Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga (Yogyakarta: BPFE, 1985), hlm. 95-97
11
Nopirin, Ekonomi Moneter Buku Satu, Edisi Ketiga (Yogyakarta: BPFE, 1986), hlm. 195.
memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga. Dengan asumsi
pendapatan dan faktor-faktor lainnya konstan, peningkatan tingkat bunga
akan menurunkan permintaan terhadap dana peminjaman (loanable fund).
Asumsi-asumsi tersebut berlaku dalam perekonomian dalam keadaan full
employment, harga konstan, supply of money tetap, dan informasi
sempurna.
2. Teori Keynes
Teori Keynes: Liquidty Preference Theory Uang menurut Keynes (1936),
sebagaimana dikutip dari Boediono (1980), merupakan salah satu bentuk
kekayaan yang dimiliki masyarakat. Alasan masyarakat memegang uang
adalah untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Keynes (1936)
menganggap bahwa permintaan uang untuk transaksi dan berjagajaga tidak
peka terhadap tingkat bunga. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan
liquidity preference adalah permintaan uang untuk tujuan spekulasi yang
menghubungkan permintaan uang dengan tingkat bunga (Miller dan
Pulsmelli, 1985)
Dalam grafik di atas, sumbu horizontal mengukur jumlah dan permintaan
uang, dan sumbu vertikal untuk tingkat bunga. Asumsi Money Supply
adalah tetap, hal ini ditunjukkan dengan kurva vertikalnya, sedangkan
kurva money demand mempunyai slope negatif. Jika jumlah uang beredar
tetap (dengan anggapan Money Supply ditentukan oleh Pemerintah), maka
permintaan uang akan menentukan tingkat bunga. Dari sisi permintaan,
Keynes menganggap ada 2 faktor penting yaitu tingkat pendapatan dan
harga. Peningkatan pendapatan, dengan asumsi faktor lain tetap, akan
menaikkan likuiditas uang yang dibutuhkan masyarakat sehingga kurva
permintaan uang bergeser ke kanan. Dan tingkat bunga meningkat.
Pengaruh harga muncul karena orang ingin memegang sejumlah uang riil.
Jika harga barang di pasar naik secara umum, maka dalam rangka
mempertahankan uang riil yang dipegang sama dengan sebelumnya,
permintaan terhadap uang nominal naik. Ini berarti apabila ekspektasi
inflasi naik, kurva permintaan bergeser ke kanan yang mengakibatkan
tingkat bunga akan naik.
3. Sintesa Klasik dan Keynesian: IS-LM
Sintesa klasik tingkat bunga timbul karena uang adalah produktif dan
sebagai dana investasi. Dana ditangan pengusaha bisa menambah modal
dan mendatangkan keuntungan yang tinggi. Dengan kata lain, uang dapat
meningkatkan produktifitas dan karena adanya kenaikan produktifitas ini
maka pengusaha mau membayar bunga. Sedangkan sintesa Keynes
menekankan uang sebagai aktiva likuid untuk memperoleh keuntungan di
pasar keuangan (Boediono, 1980). Kedua sintesa tersebut dikombinasikan
dalam sintesa Hicks yang berhasil dalam mengintegralkan keempat faktor
seperti tabungan, investasi, permintaan uang untuk spekulasi dan
penawaran uang dengan pendekatan IS-LM. Interpretasi Hicks
dikembangkan lebih lanjut oleh Alvin P. Hansen sehingga model IS-LM
disebut pula sebagai model Hicks-Hansen. Kurva LM menunjukkan
hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan nasional yang
memungkinkan pasar uang-modal berada dala keseimbangan. Kurva IS
menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan
nasional yang memungkinkan pasar barang dan jasa dalam
keseimbangan.12
4. Teori Fisher
Teori Suku Bunga Fisher Suku bunga atau tingkat bunga adalah hal yang
penting diantara variabel-variabel makroekonomi. Esensinya, tingkat
bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan.
Terdapat dua tingkat suku bunga yaitu tingkat bunga rill dan nominal.
Ekonom menyebutkan bahwa tingkat bunga yang dibayar bank sebagai
tingkat bunga 18 nominal (nominal interest rate) dan kenaikan dalam daya
beli masyarakat dengan tingkat bunga rill (real interest rate). Jika i
12
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. (Jakarta
:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004)
menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga rill, dan tingkat
inflasi, maka hubungan diantara ketiga variabel ini bisa ditulis sebagai:
r = i – ................................( 1)
Tingkat bunga rill adalah perbedaan diantara tingkat bunga nominal dan
tingkat inflasi. Persamaan diatas disebut persamaan fisher (fisher
equation). Persamaan tersebut menunjukan bahwa tingkat bunga dapat
berubah karena dua alasan yaitu karena tingkat bunga rill berubah atau
karena tingkat inflasi berubah.13
I. BI Rate
Sebagaimana yang disebutkan dalam Inflation Targeting Framework bahwa BI
Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance
) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. “BI Rate adalah suku bunga instrumen
sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur)
triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali
ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama”. (Bank
indonesia dalam Inflation Targeting Framework) Dari pengertian tersebut terlihat
jelas bahwa BI Rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank
Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan
moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate
tersebut. “BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan
oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi
sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter”.14
Dari pengertian yang dikeluarkan oleh Dahlan Siamat tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa Bi Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi
moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan
hasil lelang OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada disekitar BI Rate. Selanjutnya
suku bunga SBI-1 bulan tersebut diharapkan akan mempengaruhi suku bunga
13
Gregory N Mankiw. Teori Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta : Erlangga, Edisi Keempat, 2000)
14
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, 2005 Hlm: 139
pasar uang antar Bank (PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga
jangka waktu yang lebih panjang.
15
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, 2005 Hlm: 140
16
Ibid,.
merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar dapat tetap
berada pada sasaran yang telah ditetapkan.
Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi
terhadap targetnya dipandang telah bersifat permanen dan konsisten dengan
informasi dan indikator lainnya. BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara
diskresi dengan mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh
fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.
Berbagai informasi lainnya seperti leading indocators, expert opinion, asesmen
faktor 16 resiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan
moneter. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tingkat suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk
memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang
disepakati.Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya yaitu : Bunga Simpanan dan Bunga Pinjaman.
Faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah kebutuhan dana,
persaingan, kebijaksanaan pemerintah, target laba yang diinginkan, jangka waktu,
kualitas jaminan, reputasi perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan baik,
dan jaminan pihak ketiga.
Tingkat bunga melaksanakan beberapa fungsi penting dalam perekonomian
yaitu : 1. Menjamin tabungan akan mengalir kedalam investasi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2. Merupakan alat kebijaksanaan
pemerintah yang penting untuk mempengaruhi volume tabungan dan investasi, 3.
Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan, 4. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
Metode pembebanan suku bunga ada 3 yaitu : sliding rate, flat rate, dan
floating rate.
Perilaku tingkat suku bunga: Faktor penentu permintaan aset, Permintaan dan
penawaran obligasi, Perubahan keseimbangan tingkat bunga, dan Preferensi
likuiditas : penawaran dan permintaan uang.
Dampak Tingkat Suku Bunga Bank dalam Perekonomian :
*Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi yang
pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.
*Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik
modal.
*Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memahami
tingkat dan perilaku suku bunga yang sering diterapkan di perbankan
konvensional, walaupun bunga itu Islam hukumnya adalah riba.Kami selaku
penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada sedikit kesalahan
yang tidak disengaja karena wawasan kami belum cukup luas dalam membahas
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Ed. 1. Jakarta:
Kencana.
Kasmir. 1999. Bank dan Lembaga KeuanganLainnya. Cet. 3. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Nopirin. 1986. Ekonomi Moneter Buku Satu. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Tajul, Khalwaty, 2000 :6. Inflasi dan Solusinya, Jakarta :PT.Gramedia Pustaka
Utama