Anda di halaman 1dari 23

INTEREST RATE

Disusun Oleh :

Kelompok 2 :

1. Maryam Nur Hilma Alfiah 01021181722013

2. Ayu Sagita 01021281722051

3. Nadiya Angraini 01021281722050

4. Irvi Givelyn 01021281722053

5. Vincent Wijaya 01021281722066

6. Sitti Fildzah Rahma 01021281722088

7. Muhammad Alfathul Akbar 01021381722127

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang INTEREST RATE


(Tingkat Suku Bunga ) ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG .........................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH .....................................................................
1.3 TUJUAN ..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SUKU BUNGA .........................................................


2.2 MACAM-MACAM SUKU BUNGA ..................................................
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA ...
2.4 FUNGSI TINGKAT SUKU BUNGA DALAM PEREKONOMIAN .
2.5 METODE PEMBEBANAN SUKU BUNGA .....................................
2.6 PERILAKU TINGKAT SUKU BUNGA ............................................
2.7 TEORI MENGENAI STRUKTUR TINGKAT BUNGA....................
2.8 TEORI SUKU BUNGA .......................................................................
2.9 BI RATE ..............................................................................................
2.10 MEKANISME PENETAPAN BI RATE .............................................
2.11 TIPE-TIPE SUKU BUNGA ................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ....................................................................................


3.2 SARAN ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Krisis moneter yang yang terjadinya di Indonesia yang ditandai dengan


merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yamg diakibatkan
oleh nilai tukar rupiah yang jatuh terhadap nilai tukar dollar. Inflasi merupakan
salah satu dampak dari terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda
suatu negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan hargaharga
secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil
(intrinsik) mata uang suatu negara.1
Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis nilai
tukar semakin mencuat karena tingkat inflasi sudah mencapai angka dua digit
yaitu sekitar 11,05 persen dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot
tajam. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang Negara terhadap luar negeri
meningkat secara tajam. Selain itu berpengaruh terhadap timbul Non Performing
Loans (NPL) atau kredit macet yang secara langsung dan tidak langsung akan
mengganggu (dalam jumlah yang besar bahkan akan menghentikan) operasional
bank. Masalh lain yang ditimbulkan adalah perginya para investor asing dalam hal
menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi
adalah dengan menekan uang beredar baik dalam arti sempit (M1) maupun arti
luas (M2) atau likuiditas perekonomian. Efek dari kebijakan ini, bank-bank swasta
maupun bank-bank pemerintah berlomba-lomba menaikkan suku bunga. Bunga
yang diberikan oleh bank-bank pada masyarakat merupakan daya tarik yang
utama bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya dibank,
sedangkan bagi bank, semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan
meningkatkan kemampuan bank untuk membiayai operasional aktivanya yang
sebagian besar berupa pemberian kredit pada masyarakat. Untuk itu pemerintah
melakukan kebijakan moneter dengan menekan jumlah uang beredar melalui

1
Tajul Khalwaty, Inflasi dan Solusinya. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), Hlm : 6
peningkatan suku bunga bank.Semakin banyaknya jasa keuangan perbankan di
negara Indonesia, seharusnya diimbangi dengan pengetahuan tentang suku bunga.
Namun banyak orang yang kurang paham mengenai tingkat dan perilaku suku
bunga, bahkan pengertian dari bunga dan suku bungapun ada yang belum tahu
sama sekali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian dari tingkat suku bunga?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga?
3. Jelaskan peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian?
4. Jelaskan metode pembebanan suku bunga?
5. Jelaskan apa itu BI Rate dan mekanisme penghitungannya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori tingkat suku bunga.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Untuk mengetahui peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Suku Bunga


Tingkat suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk
memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati.2
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah
kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).3
Menurut Kamus lengkap ekonomi, suku bunga (interest rate) adalah kompensasi
yang dibayar peminjam dana kepada yang meminjam. Suku bunga merupakan
salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat
karena dampaknya yang luas dan mempengaruhi secara langsung kehidupan
masyarakat keseharian serta mempunyai dampak penting terhadap kesehatan
perekonomian. Biasanya suku bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun
yang dibebankan atas uang yang dipinjam.4

B.Macam-macam Suku Bunga


Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya yaitu :
1. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar

2
Herman Darmawi, Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaaga Finansial (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 181
3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet. 3 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), hlm.121
4
Kompas, Makalah Tingkat dan Perilaku Suku Bunga, http://kompas-
99.blogspot.com/2014/03/makalah-tingkat-dan-perilaku-suku-bunga.html, diakses tanggal 18
Maret 2018 pukul 16.53 WIB.
bank kepada nasabahnya. Contohnya : jasa giro, bunga tabungan, dan
bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang
harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Contohnya : bunga
kredit.5
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang
harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan
pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga
pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh
seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga
terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga


Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga
secara garis besar yaitu sebagai berikut:6
1. Kebutuhan Dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara
otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada
simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan
akan turun.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disampingfaktor promosi yang
paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika
untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka hendak membutuhkan dana cepat

5
Kasmir, loc. Cit.
6
Kasmir, op. cit., hlm. 122-124
sebaiknya bunga pinjaman dinaikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun
sebaliknya untuk bunga pinjaman harus berada dibawah bunga pesaing.
3. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh
melebihi yang sudah ditetapkan pemerintah.
4. Target Laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka
bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5. Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya.
Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian
pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih
rendah.
6. Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda
dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal
pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang
likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih
mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.
7. Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan
tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan
yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil
dan sebaliknya.
8. Produk yang Kompetitif
Maksunya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk
yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan
dengan produk yang kurang kompetitif.
9. Hubungan Baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan
nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta
loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya
mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan
suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya
jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan
membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang
dibebankannya pun juga berbeda. Demikian pula jika penjamin pada pihak
ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya maka mungkin tidak dapat
digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak bank.

D. Fungsi Tingkat Suku Bunga dalam Perekonomian


Tingkat bunga melaksanakan beberapa fungsi penting dalam perekonomian yaitu
:7
1. Menjamin tabungan akan mengalir kedalam investasi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
2. Merupakan alat kebijaksanaan pemerintah yang penting untuk mempengaruhi
volume tabungan dan investasi.
3. Menjatahkan penawaran kredit kepada proyek investasi dengan harapan
penghasilan paling tinggi.
4. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
5. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
6. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang
beredar.

7
Herman Darmawi, loc. cit
E. Metode Pembebanan Suku Bunga
1. Sliding Rate
Merupakan perhitungan bunga kredit dengan total angsuran yang akan menurun
setiap setiap kali angsuran. Total angsuran menurun tersebut karena angsuran
pokok akan sama setiap kali angsuran, sementara angsuran bunga akan menurun.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka waktu
satu tahun. Suku bunga kredit 12% pertahun, sliding rate dan angsuran dilakukan
setiap bulan. Hitunglah jumlah angsuran perbulan !
Angsuran Bulan Pertama
Angsuran pokok = 120.000.000/12 = Rp 10.000.000,-
Angsuran Bunga Bulan I = 12% x 1/12 x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Angsuran Total pada Bulan I = Rp 11.200.000,-
Angsuran Bulan Kedua
Angsuran Pokok = 120.000.000/12 = Rp 10.000.000,-
Angsuran Bunga Bulan II = 12% x 1/12 x 110.000.000 = Rp 1.100.000,-
Angsuran Total pada Bulan II = Rp 11.100.000,-
Dari angsuran tersebut dapat diketahui bahwa total angsuran akan menurun
setiap bulan, sehingga metode pembebanan bunga dengan total angsuran yang
menurun disebut dengan Sliding Rate.

2. Flat Rate
Merupakan metode pembebanan suku bunga kredit yang rata setiap kali angsuran,
atau total angsuran pokok, maupun angsuran bunga sama setiap kali angsuran atau
setiap bulan.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka
waktu dua tahun. Suku bunga kredit 12% pertahun flat rate, dan angsuran
dilakukan setiap bulan. Hitunglah jumlah angsuran perbulan!
Angsuran perbulan = 120.000.000 + (120.000.000 x 12% x 2)
24
Angsuran perbulan = 148.800.000 = Rp 6.200.000,-
24
Atau
Angsuran Pokok Perbulan = 120.000.000/24 = Rp 5.000.000,-
Angsuran Bunga perbulan = 12% x 1/12 x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Total Angsuran perbulan = Rp 6.200.000,-

3. Floating Rate
Jenis ini pembebanan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang
sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar
uang bulan tersebut. Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih
rendah dari bulan yang bersangkutan.

4. Annuity
Merupakan perhitungan bunga dengan mengalikan persentase bunga dikalikan
dengan saldo akhir pinjaman secara tahunan. Dalam metode annuity ini, total
angsuran pertahun akan sama, sementara angsuran pokok dan bunga akan
berubah. Angsuran pokok akan meningkat setiap tahun dan angsuran bunga akan
menurun karena bunga dihitung dari saldo akhir kredit.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka waktu
5 tahun. Suku bunga kredit 12% pertahun annuity (anuitas), dan angsuran
dilakukan setiap bulan. Hitunglah jumlah angsuran perbulan dan angsuran
pertahun!

Angsuran pertahun = 120.000.000 x 12%


1 – (1 + 12%)-5
= 33.289.168
Angsuran perbulan = 33.289.168 = 2.774. 097
12
Pembayaran angsuran perbulan dilakukan dengan membagi hasil angsuran
pertahun dengan 12.
Angsuran pokok tahun I
Angsuran pertahun = Rp 33.289.168,-
Angsuran bunga tahun I = 12% x 120.000.000 = Rp 14.400.000,-
Angsuran pokok tahun I = Rp 18.889.168,-
Angsuran pokok tahun II
Angsuran pertahun = Rp 33.289.168,-
Angsuran bunga tahun II = 12% x 101.110.832 = Rp 12.133.300,-
Angsuran pokok tahun II = Rp 21.155.868,-
Angsuran pokok tahun ketiga sampai tahun kelima dapat dilakukan seperti
pada angsuran pertama dan kedua dan pada akhir tahun kelima saldo akhir
pinjaman sama dengan nol.

5. Efective Rate
Merupakan beban bunga efektif yang ditanggung oleh debitur. Dalam
metode efective rate, total angsuran akan sama setiap bulan akan tetapi angsuran
pokok akan meningkat dan angsuran bunga akan menurun.
Contoh :
Pada tanggal 1 April 2006, Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar
Rp 120.000.000,- jangka waktu 20 bulan. Bunga 12% pertahun efective rate dan
angsuran dilakukan setiap bulan dan dimulai sejak tanggal 1 Mei 2006.
Angsuran = 120.000.000 x 1%
1 – (1 + 1%)-20
Angsuran = 6.649.838
Angsuran Bulan I
Angsuran total akan sama setiap bulan sebesar = Rp 6.649.838,-
Angsuran Bunga = 1% x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Angsuran Pokok Bulan I = Rp 5.449.838
Angsuran Bulan II
Angsuran total akan sama setiap bulan sebesar = Rp 6.649.838,-
Angsuran Bunga = 1% x 114.550.162 = Rp 1.145.502,-
Angsuran Pokok Bulan II = Rp 5.504.336,-
Perhitungan angsuran pokok dan bunga bulan ketiga dan seterusnya dapt
dihitung dengan menggunakan perhitungan seperti di atas.8

F. Perilaku Tingkat Suku Bunga


1. Faktor penentu permintaan aset
Aset (aktiva) adalah bagian dari kekayaan yang bernilai. Ada empat faktor yang
mempengaruhi permintaan aset, yaitu kekayaan, ekspektasi imbal hasil, resiko dan
likuiditas. Kekayaan adalah total sumber dana yang dimiliki oleh individu atau
badan. Ekspektasi imbal hasil adalah imbal hasil relatif suatu aset terhadap aset
lainnya dari suatu periode ke periode berikutnya. Risiko adalah derajat
ketidakpastian yang berhubungan dengan imbal hasil dari satu aset relatif terhadap
aset lainnya. Likuiditas adalah kemudahan atau kecepatan suatu aset dikonversi
kedalam bentuk kas tanpa biaya yang besar.
2. Permintaan dan penawaran obligasi
Analisis penentuan tingkat bunga digunakan untuk menurunkan
permintaan dan penawaran obligasi. Tingkat bunga berbagai sekuritas bergerak
secara searah atau berhubungan positif sehingga analisis penentuan tingkat bunga
cukup pada satu sekuritas, yaitu obligasi. Analisis permintaan obligasi digunakan
untuk memperoleh kurva permintaan obligasi, yaitu hubungan antara jumlah
permintaan dengan harga obligasi.
3. Perubahan keseimbangan tingkat bunga
Perubahan keseimbangan tingkat bunga terjadi akibat perubahan permintaan dan
penawaran obligasi. Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap permintaan
obligasi yaitu : kekayaan, perkiraan imbal hasil obligasi relatif terhadap aset
lainnya, risiko obligasi relatif terhadap aset lainnya, dan likuiditas obligasi relatif
terhadap aset lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi kekayaan adalah
kecenderungan menabung dari masyarakat. Peningkatan kecenderungan

8
Ismail, Manajemen Perbankan: Dari teori Menuju Aplikasi, Edisi 1 (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 140-147.
menabung dari masyarakat mengakibatkan kekayaan semakin tinggi dan akhirnya
meningkatkan harga obligasi dan menurunkan tingkat bunga obligasi.
4. Preferensi likuiditas : penawaran dan permintaan uang
Analisis preferensi likuiditas menjelaskan penentuan tingkat bunga melalui
keseimbangan penawaran dan permintaan uang. Analisis prefensi likuiditas dari
pasar uang dihubungkan dengan penawaran dana pinjaman pada pasar obligasi.
Peningkatan pendapatan menyebabkan peningkatan permintaan uang dan
kemudian meningkatkan tingkat bunga. Kenaikan tingkat harga akan menurunkan
biaya beli riil barang atau jasa. Untuk mempertahan nilai uang riil yang dipegang
masyarakat akan meminta uang nominal lebih banyak sehingga peningkatan harga
akan meningkatkan permintaan uang dan tingkat bunga.9

G. Teori Mengenai Struktur Tingkat Bunga


Teori pokok mengenai struktur tingkat bunga menurut jangka waktu, yaitu
sebagai berikut :
1. Teori Liquidity Preference
Teori ini mengatakan bahwa tingkat bunga pertahun untuk pinjaman yang
berjangka waktu lebih lama selalu lebih tinggi dari pada tingkat bunga pertahun
untuk pinjaman berjangka waktu lebih pendek.
2. Teori Kelompok Pasar (the preferred market habitat theory)
Teori ini mengatakan bahwa tingkat bunga yang berlaku bagi suatu “kelompok”
pinjaman dengan jangka waktu tertentu ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran dana untuk kelompok tersebut. Masing-masing “kelompok” seakan-
akan mempunyai “pasar” sendiri, dan situasi pasar masing-masing kelompok yang
terutama menentukan tingkat bunga untuk kelompok tersebut. Tetapi teori ini
tidak mengatakan bahwa tingkat bunga untuk suatu kelompok hanya dipengaruhi
oleh situasi pasar kelompok tersebut. Teori ini mengakui adanya hubungan antar
pasar-pasar tersebut.

9
Kompas. Makalah Tingkat dan Perilaku Suku Bunga. http://kompas-
99.blogspot.com/2014/03/makalah-tingkat-dan-perilaku-suku-bunga.html, diakses
tanggal 18 Maret 2019 pukul 18.06 WIB
3. Teori Klasik
Teori ini menekankan bahwa :
 peranan “harapan masyarakat” mengenai pola perkembangan tingkat bunga di
masa mendatang dalam menentukan struktur tingkat bunga.
 Bahwa kalaupun ada pasar “kelompok” seperti yang digambarkan oleh teori
kelompok pasar tersebut di atas, tetapi antara kelompok satu dengan yang lain
sangat menentukan situasi pasar lain (substitusi antara satu kelompok dana dengan
kelompok dana lain sangat dekat).10
Tingkat bunga akan naik apabila individu ingin meminjam lebih banyak dan
sebaliknya, apabila keinginan meminjam menurun tingkat bunga juga akan turun.
Dan jelas bahwa tingkat bungalah yang menyelesaikan masalah alokasi waktu
sekarang dan nanti.11

H. Teori Suku Bunga


Teori Tingkat Bunga Sebagaimana telah dijelaskan mengenai pengertian suku
bunga, dalam menentukan tingkat bunga terdapat berbagai macam teori yang
mekanisme pergerakan suku bunga. Teori-teori tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Teori Klasik
Dalam teori klasik yang dikutip dari Boediono (1980), bunga adalah harga
dari loanable funds (dana investasi). Teori ini dikembangkan oleh
kelompok ekonom klasik pada abad 19. Tingkat bunga adalah salah satu
indikator dalam memutuskan apakah seseorang akan menabung atau
melakukan investasi. Makin tinggi tingkat bunga, makin banyak dana yang
ditawarkan. Dengan demikian, terdapat hubungan positif antara tingkat
bunga dengan jumlah dana yang ditawarkan (Boediono, 1991). Pada
prinsipnya, tingkat bunga adalah harga yang harus dibayarkan atas
penggunaan dana untuk setiap unit waktu yang telah ditentukan melalui
interaksi permintaan dan penawaran. Permintaan akan loanable fund

10
Boediono, Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga (Yogyakarta: BPFE, 1985), hlm. 95-97
11
Nopirin, Ekonomi Moneter Buku Satu, Edisi Ketiga (Yogyakarta: BPFE, 1986), hlm. 195.
memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga. Dengan asumsi
pendapatan dan faktor-faktor lainnya konstan, peningkatan tingkat bunga
akan menurunkan permintaan terhadap dana peminjaman (loanable fund).
Asumsi-asumsi tersebut berlaku dalam perekonomian dalam keadaan full
employment, harga konstan, supply of money tetap, dan informasi
sempurna.

2. Teori Keynes
Teori Keynes: Liquidty Preference Theory Uang menurut Keynes (1936),
sebagaimana dikutip dari Boediono (1980), merupakan salah satu bentuk
kekayaan yang dimiliki masyarakat. Alasan masyarakat memegang uang
adalah untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Keynes (1936)
menganggap bahwa permintaan uang untuk transaksi dan berjagajaga tidak
peka terhadap tingkat bunga. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan
liquidity preference adalah permintaan uang untuk tujuan spekulasi yang
menghubungkan permintaan uang dengan tingkat bunga (Miller dan
Pulsmelli, 1985)
Dalam grafik di atas, sumbu horizontal mengukur jumlah dan permintaan
uang, dan sumbu vertikal untuk tingkat bunga. Asumsi Money Supply
adalah tetap, hal ini ditunjukkan dengan kurva vertikalnya, sedangkan
kurva money demand mempunyai slope negatif. Jika jumlah uang beredar
tetap (dengan anggapan Money Supply ditentukan oleh Pemerintah), maka
permintaan uang akan menentukan tingkat bunga. Dari sisi permintaan,
Keynes menganggap ada 2 faktor penting yaitu tingkat pendapatan dan
harga. Peningkatan pendapatan, dengan asumsi faktor lain tetap, akan
menaikkan likuiditas uang yang dibutuhkan masyarakat sehingga kurva
permintaan uang bergeser ke kanan. Dan tingkat bunga meningkat.
Pengaruh harga muncul karena orang ingin memegang sejumlah uang riil.
Jika harga barang di pasar naik secara umum, maka dalam rangka
mempertahankan uang riil yang dipegang sama dengan sebelumnya,
permintaan terhadap uang nominal naik. Ini berarti apabila ekspektasi
inflasi naik, kurva permintaan bergeser ke kanan yang mengakibatkan
tingkat bunga akan naik.
3. Sintesa Klasik dan Keynesian: IS-LM

Sintesa klasik tingkat bunga timbul karena uang adalah produktif dan
sebagai dana investasi. Dana ditangan pengusaha bisa menambah modal
dan mendatangkan keuntungan yang tinggi. Dengan kata lain, uang dapat
meningkatkan produktifitas dan karena adanya kenaikan produktifitas ini
maka pengusaha mau membayar bunga. Sedangkan sintesa Keynes
menekankan uang sebagai aktiva likuid untuk memperoleh keuntungan di
pasar keuangan (Boediono, 1980). Kedua sintesa tersebut dikombinasikan
dalam sintesa Hicks yang berhasil dalam mengintegralkan keempat faktor
seperti tabungan, investasi, permintaan uang untuk spekulasi dan
penawaran uang dengan pendekatan IS-LM. Interpretasi Hicks
dikembangkan lebih lanjut oleh Alvin P. Hansen sehingga model IS-LM
disebut pula sebagai model Hicks-Hansen. Kurva LM menunjukkan
hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan nasional yang
memungkinkan pasar uang-modal berada dala keseimbangan. Kurva IS
menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan pendapatan
nasional yang memungkinkan pasar barang dan jasa dalam
keseimbangan.12

4. Teori Fisher
Teori Suku Bunga Fisher Suku bunga atau tingkat bunga adalah hal yang
penting diantara variabel-variabel makroekonomi. Esensinya, tingkat
bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan.
Terdapat dua tingkat suku bunga yaitu tingkat bunga rill dan nominal.
Ekonom menyebutkan bahwa tingkat bunga yang dibayar bank sebagai
tingkat bunga 18 nominal (nominal interest rate) dan kenaikan dalam daya
beli masyarakat dengan tingkat bunga rill (real interest rate). Jika i

12
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. (Jakarta
:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004)
menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga rill, dan tingkat
inflasi, maka hubungan diantara ketiga variabel ini bisa ditulis sebagai:
r = i – ................................( 1)
Tingkat bunga rill adalah perbedaan diantara tingkat bunga nominal dan
tingkat inflasi. Persamaan diatas disebut persamaan fisher (fisher
equation). Persamaan tersebut menunjukan bahwa tingkat bunga dapat
berubah karena dua alasan yaitu karena tingkat bunga rill berubah atau
karena tingkat inflasi berubah.13

I. BI Rate
Sebagaimana yang disebutkan dalam Inflation Targeting Framework bahwa BI
Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance
) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. “BI Rate adalah suku bunga instrumen
sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur)
triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali
ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama”. (Bank
indonesia dalam Inflation Targeting Framework) Dari pengertian tersebut terlihat
jelas bahwa BI Rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank
Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan
moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate
tersebut. “BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan
oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi
sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter”.14
Dari pengertian yang dikeluarkan oleh Dahlan Siamat tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa Bi Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi
moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan
hasil lelang OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada disekitar BI Rate. Selanjutnya
suku bunga SBI-1 bulan tersebut diharapkan akan mempengaruhi suku bunga

13
Gregory N Mankiw. Teori Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta : Erlangga, Edisi Keempat, 2000)
14
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, 2005 Hlm: 139
pasar uang antar Bank (PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga
jangka waktu yang lebih panjang.

J. Mekanisme Penetapan BI Rate


BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat
Dewan Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober.
Dalam kondisi tertentu, jika dipandang perlu, Bi Rate dapat disesuaikan dalam
RDG pada bulan-bulan yang lain. Pada dasarnya perubahan BI Rate menunjukkan
penilaian Bank Indonesia terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan
dengan sasaran Inflasi yang ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan
mengamati penilaian Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi
yang akan dilakukan, antara lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang
disampaikan secara triwulanan dan press release bulanan. “Operasi Moneter
dengan BI Rate dilakukan melalui lelang mingguan dengan mekanisme variabel
rate tender dan multiple price allotments”.15
Dengan demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI Rate yang
ditetapkan oleh Bank indonesia akan diperkuat melalui berbagai transaksi 15
keuangan di pasar keuangan. “Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian
likuiditas di pasar, Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter harian
melalui instrumen Fine-Tune Operations (FTO) dengan underlying instrument
SBI dan SUN”.16Proses Penetapan respon kebijakan moneter dalam hal ini BI
Rate: - Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam RDG triwulanan. -
Respon kebijakan moneter diharapkan untuk periode satu triwulan kedepan. -
Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan memperhatikan efek tunda
(Lag) kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi. Dalam kondisi yang luar
biasa, penetapan respon kebijakan moneter dapat dilakukan dalam RDG bulanan.
(Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework) Selain itu yang menjadi
pertimbangan dalam penetapan respon kebijakan tersebut adalah : BI Rate

15
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, 2005 Hlm: 140
16
Ibid,.
merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar dapat tetap
berada pada sasaran yang telah ditetapkan.
Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi
terhadap targetnya dipandang telah bersifat permanen dan konsisten dengan
informasi dan indikator lainnya. BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara
diskresi dengan mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh
fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.
Berbagai informasi lainnya seperti leading indocators, expert opinion, asesmen
faktor 16 resiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan
moneter. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework)

K. Tipe-tipe Suku Bunga


Tipe-tipe Suku Bunga Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :
1. Real interest rate Koreksi atas tingkat inflasi dan didefenisikan sebagai
nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi.
Real rate = Nominal Rate – Rate of inflation
2. Nominal interest rate Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di
rekening koran dimana mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap
investasi yang dilakukan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tingkat suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk
memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang
disepakati.Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya yaitu : Bunga Simpanan dan Bunga Pinjaman.
Faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah kebutuhan dana,
persaingan, kebijaksanaan pemerintah, target laba yang diinginkan, jangka waktu,
kualitas jaminan, reputasi perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan baik,
dan jaminan pihak ketiga.
Tingkat bunga melaksanakan beberapa fungsi penting dalam perekonomian
yaitu : 1. Menjamin tabungan akan mengalir kedalam investasi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2. Merupakan alat kebijaksanaan
pemerintah yang penting untuk mempengaruhi volume tabungan dan investasi, 3.
Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan, 4. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
Metode pembebanan suku bunga ada 3 yaitu : sliding rate, flat rate, dan
floating rate.
Perilaku tingkat suku bunga: Faktor penentu permintaan aset, Permintaan dan
penawaran obligasi, Perubahan keseimbangan tingkat bunga, dan Preferensi
likuiditas : penawaran dan permintaan uang.
Dampak Tingkat Suku Bunga Bank dalam Perekonomian :
*Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi yang
pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.
*Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik
modal.
*Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memahami
tingkat dan perilaku suku bunga yang sering diterapkan di perbankan
konvensional, walaupun bunga itu Islam hukumnya adalah riba.Kami selaku
penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada sedikit kesalahan
yang tidak disengaja karena wawasan kami belum cukup luas dalam membahas
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1985. Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Dahlan Siamat, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan


Perbankan”, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu.

Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial.


Jakarta: Bumi Aksara.

Ismail. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Ed. 1. Jakarta:
Kencana.

Kasmir. 1999. Bank dan Lembaga KeuanganLainnya. Cet. 3. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Kompas, diakses dari http://kompas-99.blogspot.com/2014/03/makalah-tingkat-


dan-perilaku-suku-bunga.html/ pada tanggal 18 Maret 2019 pukul 18.06 WIB.

Mankiw, N. Gregory, 2000. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat. Erlangga.


Jakarta.

Nopirin. 1986. Ekonomi Moneter Buku Satu. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Tajul, Khalwaty, 2000 :6. Inflasi dan Solusinya, Jakarta :PT.Gramedia Pustaka
Utama

Anda mungkin juga menyukai