Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN

BUNGA DAN TINGKAT BUNGA


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu: Arinal Muna, SE., M. Si.

Disusun oleh:

KELOMPOK 5

Ipih Safitri (117040033)


Chindi Fatimah (117040050)

Akuntansi 3B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, maka makalah yang berjudul “Bunga dan Tingkat Bunga”
ini dapat tersusun dan terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Bunga dan Tingkat
Bunga” berupaya untuk menjelaskan tentang apa saja yang ada dalam Bunga dan
Tingkat Bunga. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Arinal Muna, SE., M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Swadaya Gunung Jati, yang
telah memberikan tugas dan membimbing dalam pembuatan makalah ini.
2. Kedua orangtua yang telah memberikan doa dan motivasinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penyusun sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang akan sangat
penyusun hargai.

Cirebon, 17 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Makalah ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Biaya Uang .......................................................................................... 3
2.2 Tingkat Bunga ..................................................................................... 4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga .............................. 10
2.4 Struktur Tingkat Bunga ...................................................................... 12
BAB III. PENUTUP ........................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis moneter yang yang terjadinya di Indonesia yang ditandai dengan
merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yamg diakibatkan oleh
nilai tukar rupiah yang jatuh terhadap nilai tukar dollar. Inflasi merupakan salah satu
dampak dari terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda suatu negara.
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam
(absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu
negara (Kahalwaty, 2000: 5).
Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis nilai
tukar semakin mencuat karena tingkat inflasi sudah mencapai angka dua digit yaitu
sekitar 11, 05 persen dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam. Hal ini
mengakibatkan jumlah hutang Negara terhadap luar negeri meningkat secara tajam.
Selain itu berpengaruh terhadap timbul Non Performing Loans (NPL) atau kredit
macet yang secara langsung dan tidak langsung akan mengganggu (dalam jumlah
yang besar bahkan akan menghentikan) operasional bank. Masalah lain yang
ditimbulkan adalah perginya para investor asing dalam hal menanamkan modalnya di
Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi
adalah dengan menekan uang beredar baik dalam arti sempit (M1) maupun arti luas
(M2) atau likuiditas perekonomian. Efek dari kebijakan ini, bank-bank swasta
maupun bank-bank pemerintah berlomba-lomba menaikkan suku bunga. Bunga yang
diberikan oleh bank-bank pada masyarakat merupakan daya tarik yang utama bagi
masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya di bank, sedangkan bagi bank,
semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan meningkatkan kemampuan
bank untuk membiayai operasional aktivanya yang sebagian besar berupa pemberian
kredit pada masyarakat. Untuk itu pemerintah melakukan kebijakan moneter dengan
menekan jumlah uang beredar melalui peningkatan suku bunga bank.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan biaya uang.
2. Apa yang dimaksud dengan tingkat bunga.
3. Apa faktor yang mempengaruhi bunga.
4. Bagaimana struktur tingkat waktu bunga.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai biaya uang.
2. Untuk mengetahui mengenai tingkat bunga.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bunga.
4. Untuk menegetahui struktur tingkat waktu bunga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BIAYA UANG


a) Pengertian Biaya Bunga
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu
proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar
yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.
Uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat
untuk mengukur nilai, menukar dan melakukan pembayaran atas pembelian
barang dan jasa, dan pada waktu bersamaan bertindak sebagai alat penimbun
kekayaan.
Berdasarkan pengertian diatas, Biaya uang adalah pengorbanan yang
perlu dilakukan untuk suatu benda yang diterima secara umum oleh
masyarakat untuk mengukur nilai, menukar dan melakukan pembayaran atas
pembelian barang dan jasa, dan juga bertindak sebagai alat penimbunan
kekayaan.
Ada empat faktor paling mendasar yang mempengaruhi biaya uang
adalah sebagai berikut:
1. Peluang produksi (production opportunities)
Peluang investasi pada asset-aset produktif (yang menghasilkan kas).
2. Preferensi waktu untuk konsumsi (preference for consumtion)
Prefesrensi konsumen untuk melakukan konsumsi saat ini dibandingkan
dengan menabung untuk konsumsi dimasa depan.
3. Risiko (risk)
Dalam konteks pasar keuangan, peluag investasi memberikan hasil yang
rendah atau negatif.
4. Inflasi (inflation)
Jumlah kenaikan harga dari waktu ke waktu.

3
2.2 TINGKAT BUNGA
Tingkat suku bunga adalah harga atas penggunaan uang yang biasanya
dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka waktu tertentu. Terdapat banyak teori
tentang suku bunga, akan tetapi pada tulisan kali ini penulis hanya akan
mengemukakan teori-teori yang dianggap penting untuk diketahu, diantaranya
yaitu:
1. Teori Klasik
Teori klasik atau yang sering disebut teori tingkat suku bunga
merupakan teori permintaan penawaran terhadap tabungan. Teori ini
membahas tingkat suku bunga sebagai suatu faktor pengimbang antara
permintaan dan penawaran daripada investable fund yang bersumber dari
tabungan. Fungsinya yang menonjol dari uang dalam teori ekonomi klasik,
adalah sebagai alat pengukur nilai dalam melakukan transaksi, sebagai alat
pertukaran untuk memperlancar transaksi barang dan jasa, maupun sebagai
alat penyelesaian hubungan hutang-piutang yang menyangkut masa depan.
Teori ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian
senantiasa berada dalam keadaan full employment. Dalam keadaan full
employment itu seluruh kapasitas produksi sudah dipergunakan penuh dalam
proses produksi. Oleh karena itu, kecuali meningkatkan efisiensi dan
mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi
sektor produksi. Dengan perkataan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi
klasik terpisah sama sekali dari sektor riil dan tidak ada pengaruh timbal balik
antara kedua sektor tersebut.

2. Teori Keynessian, Preferensi Liquiditas


Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori
liquidity prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata
merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar
uang. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan
akan uang.

4
Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari
surat berharga (bonds) dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah dasar
pemilikan bentuk penyimpangan kekayaan adalah perilaku masyarakat yang
selalu menghindari resiko dan ingin memaksimumkan keuntungan.
Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik
yang mengatakan bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi
sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga, dan perubahan-perubahan dalam
tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang
dilakukan oleh para pengusaha. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang
dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat
bunga. Ia terutama tergantung dari besar kecilnya tingkat pendapatan rumah
tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah
tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan diperolehnya. Apabila
jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau
penurunan, peubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan
menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan
dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.
Teori permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar
proporsi kekayaan yang dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori
klasik, teori Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai
tingkat full employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan
tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan
menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk
meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian, setidaknya untuk jangka
pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori Keynes, berperan untuk
meningkatkan produksi nasional. Setelah perekonomian berada dalam
keadaan full employment, barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat lagi
berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian jelaslah
bahwa teori Keynes adalah teori ekonomi jangka pendek sebelum mencapai

5
full employment. Dalam teori Keynes dikenal tiga motif yang mendasari
permintaan uang masyarakat, yaitu:
1. Keperluan Transaksi (Transaction Motive). Yaitu motif memegang uang
untuk keperluan transaksi sehari-hari. Besarnya uang untuk keperluan ini
tergantung kepada besarnya pendapatan.
2. Keperluan Berjaga-jaga. Yaitu motif memegang uang karena adanya
ketidakpastian mengenai masa datang. Motif transaksi dan motif berjaga-
jaga merupakan fungsi positif dari tingkat pendapatan.
3. Keperluan Spekulasi. Yaitu motif memegang uang untuk keperluan
spekulasi dan mencari keuntungan sebagaimana motif berjaga-jaga, motif
permintaan uang untuk spekulasi ini timbul akibat adanya ketidakpastian
di masa yang akan datang. Keynes mengatakan bahwa motif ini
berdasarkan kepada keinginan untuk mendapatkan keuntungan dengan
mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Gambar (a)
Teori Keynes tentang Tingkat Suku Bunga
Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk setiap tingkat
pendapatan, berapapun tingkat suku bunga yang berlaku nilai MT dan MP tidak
elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga. Pada gambar (b) permintaan uang
untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga, yaitu:
1. Apabila tingkat bunga tinggi permintaan rendah karena orang lebih suka
memegang surat berharga seperti obligasi daripada memegang uang.

6
2. Sebagai contoh, pada r0 permintaan uang pada spekulasi adalah sebanyak
MS1 semakin menurun tingkat bunga semakin banyak permintaan uang
untuk spekulasi karena orang lebih suka memegang uang daripada
obligasi. Sebaliknya MSp elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga
dan mempunyai hubungan yang negatif.
Sebagaimana sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, hubungan
antara tingkat suku bunga dan tingkat harga berbanding terbalik. Jika tingkat
suku bunga meningkat, maka surat-surat berharga akan turun demikian pula
sebaliknya. Karena itu pada tingkat suku bunga yang sangat rendah, orang
akan cenderung memegang uang kas daripada surat-surat berharga.
Seandainya jumlah uang beredar bertambah besar, orang akan cenderung tetap
memilih memegang uang kas. Keadaan seperti ini disebut perangkap
liquiditas (liquidity trap) sebab semua uang kas terperangkap ditangan untuk
menghindari kerugian dan tidak akan beredar sebagai uang aktif.
Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku
bunga yaitu:
a. State rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok
pinjaman untuk menghitung beban bunga.
b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga disetahunkan dengan
menyesuaikan stated rate untuk jumlah periode pertahun dan jumlah
pokok yang benar-benar dipinjam.
c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen denga satu kontrak keuangan
yang memenuhi tiga syarat: jumlah seluruhnya yang benar-benar
dipinjam, pada awal tahun, kemudian dibayar kembali pada akhir tahun
beserta bunga.
A. Fungsi Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peranan penting
dalam perekonomian, yaitu:
1. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna
mendukung pertumbuhan perekonomian.

7
2. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya
memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil
tertinggi.
3. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari
suatu negara.
4. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

1. TINGKAT BUNGA SEDERHANA


Tingkat bunga sederhana (simple interest) adalah bunga yang
dibayarkan (diterima) berdasarkan pada nilai asli, atau nilai pokok,yang
dipinjam (dipinjamkan). Nilai nomial dari tingkat bunga sederhana
merupakan fungsi dari tiga varabel jumlah uang yang (dipinjamkan), atau nilai
pokok tingkat bunga per periode waktu dan jumlah periode waktu (lamanya)
nilai pokok tersebut dipinjam (dipinjamkan). Rumus untuk menghitung
tingkat bunga sederhana adalah sebagi berikut:

𝑆𝐼 = 𝑃𝑜 (𝑖)(𝑛)

Dimana SI = tingkat bunga sederhana


𝑃𝑜 = nilai pokok/ jumlah uang yang dipinjam (dipinjamkan) pada
periode ke-0
i = tingkat bunga per periode
n = jumlah periode waktu
Contoh, misalkan Andi menyimpan $100 direkening tabungan yang
membayar tingkat bunga sederhana sebesar 8% dan membiarkannya direkening
tersebut selama 10 tahun. Pada akhir tahun ke 10, jumlah bunga yang terakumulasi
adalah sebagai berikut:
𝑆𝐼 = 𝑃𝑜 (𝑖)(𝑛)
SI = $100 (0,08)(10)
= $80

8
Untuk mengetahui besarnya nilai masa depan (future value) dikenal juga
dengan nilai terminal (terminal value) tabungan andi pada akhir tahun ke-10 (FV).
Andi dapat menambahkan jumlah bunga yang diperoleh dari nilai pokok dengan
jumlah awal yang diinvestasikan sehingga

𝐹𝑉𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝑆𝐼 atau sama dengan 𝐹𝑉𝑛 = 𝑃𝑂[1 + (𝑖)(𝑛)]

𝐹𝑉10 = %100 + [$100(0,08)(10)]


= $180

2. TINGKAT BUNGA MAJEMUK


Tingkat bunga majemuk (compound interest) sangat penting dalam
memahami matematika ilmu keuangan. Pengertian tingkat bunga majemuk
pada dasarnya berarti bahwa bunga yang dibayarkan (diterima) dari suatu
pinjaman (investasi) ditambahkan pada nilai pokoknya secara perodik.
Dengan demikian, bunga diterima dari bunga dan nilai pokok periode
sebelumnya.
Bunga majemuk adalah bunga yang diberikan berdasarkan modal
awal dan akumulasi bunga pada periode sebelumnya.Bunga majemuk
memiliki banyak variasi dan selalu berubah (tidak tetap) pada tiap-tiap
periode

𝐹𝑉𝑁 = 𝑃𝑂 (1 + i) 𝑛
Contoh: Sebuah bank memberi pinjaman kepada nasabahnya atas dasar bunga
majemuk 3% / tahun. Jika seorang nasabah meminjam modal sebesar Rp5.000.000
dan bank membungakan majemuk per bulan, berapakah modal yang harus
dikembalikan setelah 1 tahun?
Diketahu: 𝑃𝑂 = 5.000.000
i = 3% = 0,03
t = 12 bulan

9
Jawab:
𝐹𝑉𝑁 = 𝑃𝑂 (1 + i) 𝑛

𝐹𝑉12 = Rp. 5.000.000 (1 + 0,03)12


= Rp. 7.128.800

3. ANUITAS
Anuitas adalah rangkaian pembayaran atau penerimaan yang sama
jumlahnya dan harus dibayarkan atau yang harus diterima pada tiap akhir
periode atas sebuah pinjaman atau kredit.

𝐹𝑉𝐴𝑛 = 𝑅([ (1 + i) 𝑛 − 1)/𝑖]

Contoh soal:
Tn. Andi menabung $1000 setiap tahunnya, selama 3 tahun. Setiap bunga
yang ia dapat dari hasil kegiatan menabungnya ia tabung kembali dengan
tingkat bunga 8% per tahun. Berapa jumlah uang yang akan diterima Tn. Andi
pada tahun terakhir
𝐹𝑉𝐴3 = $1.000([ (1 + 0,08) 3 − 1)/0,08]
259.712
=
0,08
= 3.246,4

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA


Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan peminjam meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara
otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun, apabila dana yang

10
ada disimpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka bunga
simpanan akan turun.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disaping faktor promosi, yang
paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.Dalam arti jika
bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dan cepat
sebaiknya bunga simpanan kita naikan diatas bunga pesaing misalnya 16%.
Namun, sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah pesaing.
3. Kebijakan pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun unga pinjaman kita tidak
boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang di inginkan, jika laba yang di inginkan besar,
maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bungnganya,
hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang.
Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunga
relatif lebih rendah.
6. Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito
berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasannya utama perbedaan ini
adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah.
Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang
dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan
jaminan tanah.
7. Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena

11
biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa
mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8. Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk
produk yang kompetetif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.
9. Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer)
dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan
serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama
biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam
penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
10. Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.
Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi
kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka
bunga yang dibebankan berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin
pihak ketiga kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak
dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

2.4 STRUKTUR TINGKAT BUNGA


Hasil satu kelompok obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda tetapi
risiko sama disebut kurva hasil (yield curve), yaitu deskripsi struktur tingkat
bunga untuk obligasi tertentu. Kurva hasil dapat diklasifikasikan sebagai kurva
hasil naik, kurva hasil datar, dan kurva hasil turun (inverted yied curve). Jika
kurva hasil naik maka tingkat bunga jangka panjang diatas tingkat bunga jangka
pendek. Jika kurva hasil datar tingkat bunga jangka panjang sama dengan tingka
bunga jangka pendek. Sebaliknya kurva hasil turun menjelaskan bahwa tingka
bunga jangka pendek lebih tinggi dari tingkat bunga jangka panjang. Mengapa
kurva hasil naik, datar dan turun? ada beberapa jawaban untuk masalah ini, yaitu:

12
1. Tingkat bunga obligasi dengan jatuh tempo yang berbeda bergerak secara
bersama sama pada waktu tertentu.
2. Pada waktu tingkat bunga jangka pendek rendah kurva hasil cenderung naik,
dan pada waktu tingkat bunga jangka pendek tinggi kurva hasil cenderung
turun dan menjadi kurva hasil turun.
3. Kurva hasil cenderung mempunyai kemiringan positif menurut imformasi
beberapa laporan keuangan.
Hubungan antara tingkat bunga pada obligasi dengan jatuh tempo yang
berbeda direfleksikan oleh pola kurva hasil. Ada tiga teori yang menjelaskan
refleksi pola kurva hasil, yaitu:
1. Teory ekspektasi murni (pure exspectation theory)
Teory ini dari struktur tingkat bunga mengatakan bahwa tinkat bunga jangka
panjang akan sama dengan rata-rata tingkat bunga jangka pendek. Asumsi
dibalik teori ini adalah bahwa investor tidak suka memegang obligasi dengan
jatuh tempo yang berbeda, sehingga ia akan memegang obligasi dengan waktu
jatuh tempo yang sama tetapi tingkat pengembaliannya (imbal hasil) lebih
rendah. Dua atau lebih obligasi dengan karakteristik waktu jatuh tempo
berbeda tetapi tingkat pengembaliaannya sama dengan obligasi susbtitusi
sempurna.
2. Teori segmentasi pasar (market segmentation theory)
Teori ini dari struktur tingkat bunga obligasi jatuh berbeda dapat dipisahkan
atau segmentasikan secara sempurna. Tingkat bunga setiap obligasi ditentukan
oleh permintaan dan penawaran obligasi itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh
spektasi imbal dari hasil dari obligasi lainnya serta tidak ada substitusi.
Artinya investor mempunyai refrensi atau pilihan tertentu terhadap suatu
obligasi karena ekspektasi imbal hasil obligasi itu sendiri. Seorang investor
akan lebih suka terhadap obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih
singkat karena resiko tingkat bunga akan lebih rendah.
3. Teori premi likuiditas (liquidity premium theory)

13
Teori ini merupakan kombinasi dari teori ekspektasi murni dan teori
segmentasi pasar, tingkat bunga jangka panjang akan sama sengan tinkat
bunga obligasi jangka pendek ditambah premi liquiditas yang peka terhadapt
penawaran dan permintaan obligasi. Asumsi pokok dari teori adalah bahwa
obligasi dengan jatuh tempo berbeda dapat disubstitusikan secara sempurna.
Artinya, ekspektasi imbal hasil dari suatu obligasi dipengaruhi ekspektasi
imbal hasil obligasi lainnya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengertian diatas, Biaya bunga adalah pengorbanan yang
perlu dilakukan yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun belm terjadi untuk suatu imbalan jasa
atas pinjaman uang. Ada empat faktor paling mendasar yang mempengaruhi biaya
uang adalah sebagai berikut:
1. Peluang produksi (production opportunities)
2. Preferensi waktu untuk konsumsi (preference for consumtion)
3. Risiko (risk)
4. Inflasi (inflation)
Tingkat suku bunga adalah harga atas penggunaan uang yang biasanya
dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka waktu tertentu. Terdapat banyak teori
tentang suku bunga.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana
2. Persaingan
3. Kebijakan pemerintah
4. Target laba yang diinginkan
5. Jangka waktu
6. Kualitas jaminan
7. Reputasi perusahaan
8. Produk yang kompetitif
9. Hubungan baik
10. Jaminan pihak ketiga

15
DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugne F. & Joel F. Houston (2014), Dasar-dasar Manajemen Keuangan.


Jakarta: Salemba Empat
Horne, James C. Van, John M Wachowicz (2013), Fundamentals of Financial
Management. Jakarta: Salemba Empat
Dr. Kasmir (2013), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai