Anda di halaman 1dari 25

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ANALISA KASUS YANG BERKAITAN DENGAN DEMOKRASI & HAM


“KASUS BANK CENTURY”

MAKALAH

Disusun oleh : Kelompok 3

Ajeng Yayu Suherti E A1021511RB4004


Anisa Rizqika A1021511RB4005
Devi Tresa Rachmat A1021511RB4008
Dewi Hamdanah A1021511RB4009
Iis Aisyah Sanmas A1021511RB4016
Irma Rahayu A1021511RB4017
Ita Nuraeni A1021511RB4018
Lani Afriliani A1021511RB4020
Nurintan Kaely K A1021511RB4040
Wida Feryanti A1021511RB4036

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANGGA BUANA (YPKP)
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa
yang telah memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ANALISA KASUS YANG BERKAITAN DENGAN
DEMOKRASI DAN HAM” pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan materi yang terkandung
di dalam makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun selalu penulis harapkan dengan senang hati dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Februari 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Kasus Bank Century ........................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN KASUS BANK CENTURY .......................................... 3
A. Resiko Sistemik............................................................................................ 5
B. Hasil audit BPK ........................................................................................... 9
C. Panitia Khusus (Pansus) Century ............................................................... 10
D. Sidang Paripurna DPR ............................................................................... 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kasus Bank Century


Hiruk pikuk seputar kasus Bank Century, yang kini telah berganti nama
menjadi Bank Mutiara, menyita perhatian banyak elemen masyarakat. Tema besar
kasus tersebut adalah korupsi. Lakon para legislator/Dewan Perwakilan
Rakyat/DPR (baca: Panitia Khusus/Pansus Hak Angket Bank Century) dalam
upaya pembongkaran kasus Bank Century, disimak secara luas oleh masyarakat
melalui pemberitaan berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik.
Bahkan masyarakat sendiri dapat melihat jalannya persidangan Pansus Hak
Angket Bank Century melalui program Breaking News yang disiarkan secara
langsung (Live Streaming) oleh beberapa televisi swasta. Pemerintah (DepKeu)
dan Bank Indonesia (BI) yang sementara ini dituduh sebagai pihak-pihak yang
paling bertanggungjawab atas pengucuran dana talangan (bailout) kepada Bank
Century—yang dinilai telah merugikan negara sekitar Rp6,76 Trilyun—
melakukan pembelaan diri, seolah tidak ada yang keliru dengan mekanisme dan
keputusan yang telah diambilnya.

Para politisi di luar parlemen saling adu argumen. Di satu pihak partai
politik tertentu mempertanyakan komitmen partai lain atas koalisi politik yang
telah mereka bangun bersama, sedangkan di pihak lain partai yang dituduh
“berkhianat” membela dirinya atas nama kebenaran dan keberpihakan kepada
rakyat. Rakyat yang tidak puas dengan kinerja parlemen dan pemerintah
melakukan unjuk rasa di mana-mana menuntut tegaknya kebenaran dan keadilan.

Secara kronologi kasus Bank Century dimulai pada tahun 1989 oleh
Robert Tantular yang mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank
CIC). Tahun 1999 pada bulan Maret Bank CIC melakukan penawaran umum
terbatas pertama dan Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan
kepatutan oleh Bank Indonesia.

1
Pada tahun 2002 Auditor Bank Indonesia menemukan rasio modal Bank
CIC amblas hingga minus 83,06% dan CIC kekurangan modal sebesar Rp 2,67
triliun. Tahun 2003 bulan Maret bank CIC melakukan penawaran umum terbatas
ketiga.

Bulan Juni Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas keempat. Pada
tahun 2003 pun bank CIC diketahui terdapat masalah yang diindikasikan dengan
adanya surat-surat berharga valuta asing sekitar Rp 2 triliun yang tidak memiliki
peringkat, berjangka panjang, berbunga rendah, dan sulit dijual.

BI menyarankan merger untuk mengatasi ketidakberesan pada bank ini.


Tahun 2004, 22 Oktober dileburlah Bank Danpac dan Bank Picco ke Bank CIC.
Setelah penggabungan nama tiga bank itu menjadi PT Bank Century Tbk, dan
Bank Century memiliki 25 kantor cabang, 31 kantor cabang pembantu, 7 kantor
kas, dan 9 ATM. Tahun 2005 pada bulan Juni Budi Sampoerna menjadi salah satu
nasabah terbesar Bank Century Cabang Kertajaya Surabaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
KASUS BANK CENTURY

Tahun 2008, Bank Century mengalami kesulitan likuiditas karena


beberapa nasabah besar Bank Century menarik dananya seperti Budi Sampoerna
akan menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun. Sedangkan dana yang ada di
bank tidak ada sehingga tidak mampu mengembalikan uang nasabah dan tanggal
30 Oktober dan 3 November sebanyak US$ 56 juta surat-surat berharga valuta
asing jatuh tempo dan gagal bayar.

Keadaan ini semakin parah pada tanggal 17 November, Antaboga Delta


Sekuritas yang dimiliki Robert Tantular mulai tak sanggup membayar kewajiban
atas produk discreationary fund yang dijual Bank Century sejak akhir 2007.
Pada 20 November 2008, BI melalui Rapat Dewan Gubernur menetapkan Bank
Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Keputusan itu kemudian
disampaikan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani selaku Ketua Komite
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Kemudian KSSK mengadakan rapat pada 21
November 2008.

Berdasarkan audit BPK, rapat tertutup itu dihadiri oleh Menteri Keuangan
Sri Mulyani sebagai ketua KSSK, Raden Pardede selaku Sekretaris KSSK, Ketua
Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi (UKP3R) Marsilam
Simanjuntak, dan Gubernur BI Boediono sebagai anggota KSSK.

Rapat itu kemudian ditindaklanjuti dengan rapat Komite Koordinasi yang


dihadiri oleh Ketua KSSK, Gubernur BI, dan Dewan Komisioner Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS). Peserta rapat sepakat menyatakan Bank Century
sebagai bank gagal berdampak sistemik dan menerima aliran dana penanganan
Bank Century melalui LPS.

3
Saat rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang dipimpin oleh
Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memutuskan nasib Bank Century, Marsilam
masih menjabat sebagai Ketua UKP3R. Akan tetapi keikutsertaanya dalam
kapasitas sebagai penasihat Menteri Keuangan RI dan seagai narasumber.

Dari rapat tersebut diputuskan menyuntikkan dana ke Bank Century


sebesar Rp 632 miliar untuk menambah modal sehingga dapat menaikkan CAR
menjadi 8%. Enam hari dari pengambilalihan LPS mengucurkan dana Rp 2,776
triliun pada Bank Century untuk menambah CAR menjadi 10%. Karena
permasalahan tak kunjung selesai Bank Century mulai menghadapi tuntutan
ribuan investor Antaboga atas penggelapan dana investasi senilai Rp 1,38 triliun
yang mengalir ke Robert Tantular.

Bank yang tampak mendapat perlakuan istimewa dari Bank Indonesia ini
masih tetap diberikan kucuran dana sebesar Rp 1,55 triliun pada tanggal 3
Februari 2009. Padahal bank ini terbukti lumpuh.

Pada 5 Desember 2008 LPS menyuntikkan dana kembali sebesar Rp 2,2


triliun untuk memenuhi tingkat kesehatan bank. Akhir bulan Desember 2008 Bank
Century mencatat kerugian sebesar Rp 7,8 triliun.

Pada Bulan Juni 2009 Bank Century mencairkan dana yang telah
diselewengkan Robert sebesar Rp 180 miliar pada Budi Sampoerna. Namun,
dibantah oleh Budi yang merasa tidak menerima sedikit pun uang dari Bank
Century. Atas pernyataan itu LPS mengucurkan dana lagi kepada Bank Century
sebesar Rp 630 miliar untuk menutupi CAR. Sehingga, total dana yang
dikucurkan kepada Bank Century sebesar Rp 6,762 triliun.

4
A. Resiko Sistemik

Beberapa Menkeu saat itu Sri Mulyani menyatakan bahwa alasan


menyelamatkan Bank Century karena bank ini ‘berpotensi sistemik’ dalam
merusak sistem perbankan nasional. Karena ada ‘resiko sistemik’ maka Negara –
dalam hal ini LPS– bertanggung jawab untuk menyuntikkan dana 6,7 triliun
rupiah ke bank tersebut.

Sebuah argumen yang masih layak diperdebatkan, apakah sistemik yang


dimaksud ?. Benarkah hipotesis bahwa kalau Bank Century tidak diselamatkan –
alias langsung ditutup saja– akan ada potensi kerusakan sistemik ?.
Ataukah itu hanya imajinasi paranoid dari para bankir sayap kanan –ideologi
yang sama yang meruntuhkan perbankan pada 1998 dan Amerika pada dekade
ini ?
Menkeu juga berkali-kali menyatakan bahwa kebijakan itu sah. Bahwa
kebijakan ini telah melalui prosedur formal yang benar, sesuatu yang
kemudian terbantahkan sebagian oleh kenyataan bahwa Perpu JPS telah ditolak
DPR; dan bukti bahwa keputusan itu tanpa ijin/persetujuan lebih dahulu dari
pemegang mandat politik, yaitu Tuan Presiden / Wapres.
Khusus untuk Presiden, sampai hari ini tidak ada konfirmasi apakah SBY
menyetujui hal ini pada pertemuan tanggal 13 November 2008.
Beberapa pengamat –diantaranya Tuan Antonius Tony Prasetyantono, Chief
Economist BNI dan dosen FE-UGM– menyatakan bahwa tidak ada potensi
kerugian dalam kasus ini.

Seperti juga Kepala LPS, Tuan Firdaus Djaelani, mereka menyatakan


bahwa kerugian negara dalam kasus Bank Century adalah hipotetis karena bisa
dijual dengan harga lebih mahal daripada dana suntikannya, sebuah mitos yang
sejak BLBI pertama tidak pernah terbukti. Mungkin kita masih ingat, recovery
rate eks BPPN hanyalah sebesar 28%.

5
Kita perlu mengujinya satu per satu beberapa argumen yang ditawarkan
pada publik belakangan ini.

Pertama, sistemik. Sampai hari ini BI dan Menkeu sebagai KKSK tidak
pernah menjelaskan dengan gamblang apa itu resiko sistemik dan bagaimana itu
bisa terjadi. Yang parah bahwa penjelasan sistemik itu barangkali tidak sampai di
telinga Presiden dan Wapres sampai konfirmasi terakhir tanggal 25 November
2008 saat Sri Mulyani melapor pada Wapres, 2 hari setelah pengucuran
pertama sebesar 2,7 triliun pada tanggal 23 Nov.

Sistemik telah berubah menjadi loncatan logika yang ngawur. Sebuah


problem di sebuah bank kecil yang diawali oleh kesalahan kriminal para
bankirnya dipetakan sebagai punya potensi pengaruh pada keseluruhan sistem
perbankan nasional.

Imajinasi yang dibangun bahwa bila dibiarkan atau ditutup maka hal ini
akan menciptakan rush pada perbankan nasional perlu diuji : apakah benar ?.
Adakah penjelasan teknis mengenai hal ini ?. Ataukah jangan-jangan ada deposan
besar tertentu yang perlu dilindungi atau ditalangi oleh LPS ?.
Bagaimana saling terkait dengan bank atau institusi lain sehingga berpotensi
sistemik ?

Berbagai gosip di dunia bawah tanah perbankan menduga bahwa


ada deposan besar yang tersangkut uangnya dan harus ditalangi; mengganggu dan
menuntut penjelasan apa yang dimaksud sistemik tersebut.
Yang menyakitkan adanya pikiran bahwa karena kesalahan kriminal di
sebuah bank –ingat kasus Bank Century diawali oleh tindak penerbitan reksadana
bodong dan eksposure kredit yang nakal– dapat ‘dibantu negara’ ketika ia bersifat
sistemik. Apa ini ?

Seperti berpesan : “jadilah penjahat yang punya pengaruh sistemik, pastilah


dibantu negara.”
Para pengamat dan juga Menkeu selalu bilang bahwa uang talangan
bukanlah uang negara. Apa benar ?

6
Setoran awal LPS senilai 4 triliun merupakan uang negara. Premi dari
peserta penjaminan LPS pada akhirnya sebenarnya adalah uang rakyat.
Ketika premi dihabiskan –atau menjadi mahal karena resiko sistemik yang
diciptakan para bankir nakal– maka bebannya ditaruh pada pundak para deposan
dan kreditur.

SBI 6,5% tapi KPR 15%, selisih yang besar karena ada resiko pada sistem,
harus ditanggung dengan membebankan premi pada ‘biaya’. Dan jatuhlah pada
tanggungan Anda,para nasabah bank.

Pradjoto mengatakan bahwa yang menjadi masalah sebetulnya adalah


mengapa Bank Century bisa dikatakan sistemik. Hanya saja, lanjut Pradjoto, hal
itu sulit diukur karena tidak mungkin menggunakan parameter yang berlaku saat
ini untuk menjangkau masa lampau.

Menurutnya, jika terjadi keadaan bank seperti yang dahulu dialami


Century pada saat ini, kemungkinan besar bank bersangkutan akan ditutup.
Artinya, persoalan sistemik yang dialami Century sangat dipengaruhi krisis
ekonomi global saat itu.

Mengapa kita harus mengukur potensi sitemik dengan parameter yang


berlaku saat ini ?. Justru yang paling tepat adalah menggunakan parameter saat
lalu. Ketidaktepatan pengambilan keputusan penyelamatan tidak hanya
tergantung pada ‘potensi sistemik’ tetapi juga pada aspek kecukupan dan
kelengkapan pertimbangan lainnya seperti aspek cost, benefit dan risiko juga
tergantung pada sudah diidentifikasinya semua alternatif pilihan penggambilan
keputusan. Tidak tercapainya tujuan pengambilan keputusan pada saat ini bisa
juga dianalisis dari kecukupan hal-hal tersebut.

Kedua, soal sah. Menkeu selalu berlindung pada argumen bahwa


kebijakan ini diambil secara sah. Menkeu lupa bahwa dalam azas kebijakan
publik, sah saja tidak pernah cukup. Ada azas lain yang lebih penting, yaitu adil.
Semua kebijakan Pak Harto juga sah; bahkan praktis semua kasus korupsi modern
juga sahkarena secara administratif telah memenuhi syarat formal.

7
Korupsi modern diatur dalam ruang aturan legal yang ketat, melalui proses tender,
ditetapkan melalui aturan formal dan sah. Kesalahan kriminal segelintir orang
kok ditanggung oleh kita bersama ?

Ketiga, potensi kerugian. Beberapa pengamat –seperti Toni– bilang


bahwa tidak ada kerugian negara dalam kasus Bank Century. Apakah benar ?.
Bahkan bila Toni memperhitungkan PV (present value) dari suntikan dana ini
pada 3 tahun mendatang; apakah tidak ada potensi kerugian ?.
Benarkah kita bisa menjamin bahwa pada 3 tahun mendatang nilai penjualan Bank
Century lebih besar dari 6,7 triliun ?.
Siapakah yang mau membeli dengan nilai lebih dari 6,7 triliun ketika aset dan
resiko manajemennya jauh lebih rendah dari angka itu ?.
Apalagi mengingat pengalaman 1998 ketika recovery rate aset eks bank hanyalah
28% ?

Yang lebih tidak masuk akal adalah wacana yang dilontarkan pengamat –
misalnya Toni– ini dinyatakan sebelum audit (BPK) dilakukan.
Tidak ada laporan faktual yang kredibel yang menjelaskan posisi aset sebenarnya
Bank Century, berapa kewajibannya, berapa Dana Pihak Ketiganya serta berapa
aset bersih wajarnya ?

Baiklah barangkali para anggota di DPR yang membongkar kasus ini


punya pretensi dengan bayangan kerugian besar tapi menyatakan bahwa Century
tidak berpotensi kerugian merupakan imajinasi sesat.

Keempat, yang paling mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa


beberapa pihak yang terlibat merupakan jantung dari kabinet SBY, sekarang dan
kabinet mendatang. BI bersalah karena gagal melakukan pengawasan yang baik,
pimpinannya waktu itu adalahBoediono yang sekarang jadi Wapres terpilih.
Boediono bahkan ditunjuk Jenderal SBY untuk memimpin penyusunan program
kerja 100 harinya. Pihak lain yang terlibat adalah Nyonya Sri Mulyani, Menkeu
sekarang dan dipastikan salah satu jantung mesin ekonomi SBY di kabinet
mendatang.

8
Luar biasa, dengan orang-orang yang sama, cara berpikir yang sama serta
cara mengelolakebijakan publik yang sama, menurut saya mengkhawatirkan
untuk membayangkan bagaimana mesin kabinet SBY mengolah kebijakan publik
di masa depan.

Dengan kasus yang identik di masa depan ataukah kasus lain, sulit
mengharapkan adanya keluaran kebijakan berbeda pada periode mendatang.
Orang yang sama, cara berpikir yang sama dan cara mengelola kebijakan publik
yang sama merupakan resiko yang melekat pada kabinet SBY mendatang.
Dan kasus Bank Century membuat gamblang bagaimana resiko sistemik yang
melekat padakabinet mendatang.

B. Hasil audit BPK

Hasil audit interim BPK atas Century itu telah diserahkan kepada DPR
pada 28 September 2008. Pada tanggal 30 September laporan awal audit BPK
mengungkapkan bahwa banyak kejangggalan dalam masalah pengucuran dana
pada Bank Century.

Pada akhirnya BPK menemukan 9 temuan dalam kasus Bank Century


diantaranya Selain itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan bisa
menangani sebagian besar dari sembilan temuan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dalam kasus Bank Century jika sesuai dengan kewenangan KPK dan
ditemukan cukup bukti. Satu-satunya temuan BPK yang tidak bisa ditangani KPK
adalah temuan ketujuh, tentang penggunaan FPJP oleh manajemen Bank Century.
Sementara enam temuan lain bisa ditangani KPK jika memenuhi ketentuan dalam
Undang-Undang KPK. KPK membagi temuan BPK dalam tiga periode.

Pertama, periode sebelum pengucuran FPJP. Tiga temuan BPK masuk


dalam periode itu, yakni ketidaktegasan BI dalam menerapkan aturan akuisisi dan

9
merger tiga bank menjadi Bank Century, ketidaktegasan pengawasan BI, dan
praktik tidak sehat oleh pengurus Bank Century.

Kedua, setelah kucuran FPJP. Selain temuan ketujuh, temuan ketiga juga
dimasukkan dalam periode ini. Temua ketiga berupa pemberian FPJP dengan
mengubah ketentuan BI.

Ketiga, periode sejak ditangani LPS. Temuan BPK yang masuk periode
ini penentuan Century sebagai bank gagal berdampak sistemik tidak didasarkan
data mutakhir (temuan keempat), penanganan oleh LPS dilakukan melalui Komite
Koordinasi yang belum dibentuk oleh undang-undang (temuan kelima).

Kemudian penanganan Bank Century oleh LPS tidak disertai perkiraan


biaya penanganan sehingga terjadi penambahan (temuan keenam),
pembayarankepada pihak ketiga selama Bank Century berada dalam pengawasan
khusus (temuan ketujuh), dan penggelapan dana kas 18 juta dolar AS (temuan
kedelapan).Uang LPS yang dikucurkan adalah uang negara meski sudah
dipisahkan. Pengertian pemisahan dana LPS adalah dipisahkan dari APBN.
Dengan demikian, uang LPS sama statusnya dengan uang sejumlah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) sebagai uang negara yang dpipisahkan dari APBN.

C. Panitia Khusus (Pansus) Century

Atas temuan BPK yang janggal tersebut DPR melakukan hak angket. Hak
angket adalah hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan
kembali. Panitia Khusus Hak Angket yang dibentuk terdiri dari 139 anggota dari

10
8 fraksi, diketuai oleh Idrus Marham. Tujuan dari pansus ini adalah mengadakan
penyelidikan selama 3 bulan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan
yang berhubungan dengan bank Century dengan meminta kesaksian dari pihak-
pihak tersebut.

1. Kesaksian Menteri Keuangan Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani bertanggung jawab penuh atas keputusan


penyelamatan Bank Century berdasarkan data awal nilai bailout dari BI
sebesar Rp 632 miliar. Pada 13 November 2008, Sri Mulyani pernah
membicarakan krisis keuangan global dan perbankan nasional kepada
Presiden dan Wakil Presiden. Dalam pembicaraan tersebut diberitahukan
bahwa keadaan bisa memburuk karena Bank Century kalah kliring. SBY
mengatakan perlu ada langkah-langkahpencegahan, sementara JK tidak ingin
ada penjamin penuh terhadap Bank Century.

Sri Mulyani telah melaporkan keputusan KSSK untuk memberikan dana


talangan pada Bank Century kepada Presiden SBY dan Wakil Presiden JK
melalui SMS. SMS tersebut ia kirimkan pada 21 November 2008 sekitar
pukul 8.30 WIB. Komisi XI DPR, pada saat rapat kerja pada 3 Desember
2008, juga menyatakan perlunya penjamin penuh atas Bank century.

Selain itu, Sri Mulyani tidak puas atas berubah-ubahnya data yang
diberikan BI terkait dana yang dibutuhkan untuk penalangan. Pada 21
November 2008, tiga hari data terus berubah hingga mencapai Rp 6,7 triliun.
Menurutnya, tidak ada kerugian negara yang ditimbulkan dari bailout ini.
Masyarakat justru diuntungkan karena dana talangan mencegah Indonesia
dari krisis ekonomi internasional saat itu. Bank kecil seperti Bank Century,
tidak termasuk ke dalam 15 bank besar yang disebut Systematically Important
Bank (SIP), juga bisa menimbulkan dampak sistemik dalam situasi krisis.

Krisis yang sudah terjadi di Indonesia bisa menjadi sistemik seperti 1998
lalu jika Bank Century tidak diselamatkan. Tanda-tandanya sudah ada.
Semenjak 21 November 2008, penanganan Bank Century oleh Lembaa

11
Penjamin Simpanan tak lagi menggunakan Perppu JPSK. Penanganan
melalui bailout Rp 6,7 triliun tersebut berdasarkan UU LPS.

2. Kesaksian Mantan Gubernur BI Boediono

Boediono menyatakan, kehadiran Kepala Kerja Program Reformasi


Marsilam Simanjuntak dalam rapat KSSK sebagai narasumber. Boediono
tidak ingat secara pasti detail rapat KSSK. Pemberian dana talangan tidak
wajib dilaporkan olehnya kepada Wakil Presiden. Dana Yayasan
Kesejahteraan Karyawan BI (YKKBI) di Century bukan alasan penyelamatan
Bank Century. Berapa pun besarnya kerugian yang diderita BI untuk
menyelamatkan Bank Century di waktu krisis tidak akan menjadi masalah,
dibandingkan dengan harus menutup bank tersebut. Mutasi mantan Direktur
Pengawasan I Zainal Abidin pada bulan Desember 2008 bukan karena Zainal
menentang perubahan aturan pemberian FPJP. Mutasi Zainal Abidin pada
saat itu bertujuan untuk meningkatkan kerja.

Boediono tidak mengumumkan pada public soal gagal kliring yang


dialami Bank Century, sehingga menyebabkan bank tersebut rush. Definisi
keuangan negara dalam LPS diserahkan pada ahli hokum tata negara dan ahli
hokum keuangan negara.

3. Kesaksian Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla

Mantan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla menyatakan krisis yang


mengganggu perekonomian nasional hanya sebagai keadaan yang tidak biasa.
Ada krisis, tetapi tidak signifikan. Pada tahun 2008 tidak ada kepanikan. Pada
1998, inflasi mencapai 75%, tetapi pada 2008 inflasi hanya 3%. Selain itu,
suku bunga yang terjadi pada 1998 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
suku bunga 2008. PPada 2008, kurs rupiah anjlok hingga Rp 12.000 per dolar
AS. Namun anjloknya nilai tukar saat itu dianggap wajar. Sebab, aliran dana
asing keluar dari Indonesia.

JK juga mengatakan bahwa Bank Century tidak mengalami rush atau


kepanikan dengan penarikan dana besar-besaran. Menurut JK yang terjadi

12
adalah Bank Century kalah kliring dan itu bukan disebabkan adanya rush.
Bailout yang dikeluarkan untuk Bank Century berpotensi merugikan negara.
Bank Century seharusnya tidak perlu diselamatkan karena dananya dirampok
oleh pemilik bank itu sendiri, Robert Tantular.

Uang LPS masuk kategori uang negara. Hal ini disebabkan dalam Undang-
Undang LPS, LPS bertanggung jawab kepada Presiden. Selain itu, JK
menolak usulan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
4/2008, tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan atau Perppu JPSK. JK
juga tidak menerima laporan via SMS dari Menteri Keuangan Sri Mulyani
pada 21 November 2008. Laporan kebijakan melalui SMS adalah suatu
tindakan yang tidak patut untuk kebijakan penting. JK baru mengetahui
adanya masalah Bank Century saat Sri Mulyani dan Gubernur BI Boediono
melapor di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, 25 November 2008 empat
hari setelah Bank Century diputuskan sebagai bank gagal berdampak
sistemik. JK juga tidak pernah mengintervensi penangkapan mantan pemilik
Bank Century oleh polisi, melainkan memerintahkan penangkapan itu.

4. Kesaksian Mantan Kabareskr[m Komisaris Jenderal Susno Duadji

Mantan Kabareskrim Komisaris Jenderal Susno Duadji mengatakan Bank


Indonesia pernah melaporkan pemilik Bank Century, Robert Tatular, ke
Mabes Polri. Namun, laporan tersebut disampaikan setelah Robert Tantular
ditangkap Mabes Polri atas perintah Wakil Presiden Jusuf Kalla. BI
menyerahkan berkas-berkas laporannya itu dua hari setelah penangkapan
Robert.
Susno Duadji mengakui bahwa Polri mendapat perintah penangkapan
Robert Tantular dari Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pada 25 November 2008
saat dirinya memberitahukan kepada BI untuk menagkap pemilik Bank
Century, petinggi BI menganggap bukti-buktinya belum cukup.

Oleh karena itu, meski Wakil Presiden Jusuf Kalla telah memerintahkan
kapolri untuk menangkap Robert Tantular, baru setelah dua jam Kapolri bisa

13
menangkapnya. Ketika itu ada kekhawatiran Robert kabur mengingat semua
keluarganya sudah diungsikan ke luar negeri.

Menurut Susno, apa yang dilakukan Robert adalah murni perampokan.


Uang nasabah yang dicuri lebih kurang Rp 1,298 triliun yang disembunyikan
di sejumlah negara dan sebagian sudah dibekukan.

D. Sidang Paripurna DPR

Sidang paripurna DPR Tentang Skandal Century - Panitia Hak Angket


DPR untuk kasus Bank Century menyimpulkan bahwa kebijakan akuisisi dan
merger tiga bank, yakni CIC, Dampac, Picco melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Akuisisi ini pun syarat dengan penipuan, pencucian uang
yang dilakukan pemilik dan pengurus bank.

"Permasalahan Bank Century telah muncul sejak proses akuisisi merger


Bank CIC, Bank PICCO dan Bank Dampac, yang tidak dilaksanakan menurut
peraturan-peraturan yang berlaku." demikian awal kesimpulan Pansus Hak
Angket DPR untuk Kasus Bank Century yang dibacakan ketuanya, Idrus Marham.

Bahkan, Pansus menilai proses akuisisi dan merger itu telah melanggar
peraturan perundang-undangan, syarat penipuan dan praktik pencucian uang oleh
pemilik, pengurus dan pejabat bank. Praktik penipuan dan pencucian uang yang
dilakukan manajemen Bank Century, dilakukan secara terus menerus ini terjadi,
akibat lemahnya pengawasan otoritas Bank Indonesia.

Pihak BI pun dinilai tidak tegas dalam menindak pelanggaran-pelanggaran


yang dilakukan manajemen Bank Century. Bahkan, BI justru memberikan
kebijakan yang berlebihan terhadap proses akuisisi merger Bank Century.
Padahal, pemilik bank jelas-jelas tidak melaksanakan komitmen-komitmen-nya.

Dalam kesimpulan Pansus ini, sebagian besar fraksi yang ada menyatakan
beberapa pejabat perbankan dan institusi lainnya yang diduga bertanggung-jawab
atas semua pelanggaran dalam kasus Bank Century. Nama mantan Gubernur BI

14
yang kini Wakil Presiden, Boediono, dan mantan Ketua Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK) yang kini Menteri Keuangan, Sri Mulyani, termasuk pejabat
yang dianggap paling bertanggung-jawab. Selain sejumlah pejabat perbankan,
juga disebutkan pihak-pihak lain dari pemilik dan manajemen Bank Century.
Pansus merekomendasikan agar semua pihak yang diduga bertanggung-jawab
ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum, dalam hal ini Polri dan Komisi
Pemberantasan Korupsi.

1. Demi menjaga stabilitas ekonomi, kriminal atau tidak, bobrok ngga bobrok,
Bank Century ini harus diselamatkan at all cost.

2. Dana talangan yang dikucurkan pemerintah dan BI, Sri Mulyani dan
Boediono terus naik mencapai Rp 6,3 Trilyun. Digelontorkan sejak 23
November 2008. Dasarnya karena masalahnya membesar dan pemerintah
harus menambah suntikan dana (Perppu Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring
Pengaman Sistem Keuangan). Kalau ini tidak dilakukan, kerugian yang
ditimbulkan oleh krisis ekonomi akan jauh lebih masif.

3. Alasan utama bail-out Bank Century, versi Pemerintah dan BI :


Bail out harus dilakukan karena bisa secara sistemik merembet dan
mengguncang ekonomi nasional, melalui :

 Terganggunya sistem pembayaran nasional, guncangan pada stabilitas


pasar uang, nilai rupiah rupiah, dan menurunnya cadangan devisa,
merembet ke bank-bank lain, pelarian besar-besaran modal ke luar
negeri, masuk ke sektor riil, dan akhirnya, faktor psikologis masyarakat
dan pasar yang tidak rasional, terutama saat krisis global, membuat ini
bisa mengguncang ekonomi Indonesia secara umum, Indonesia bisa
masuk jurang krisis ekonomi jilid II.

 Untuk menyelamatkan Bank Century, BI juga merubah aturan syarat


kecukupan modal (CAR), dari 8% menjadi 0%. Perubahan peraturan
termasuk juga memungkinkan deposan-deposan besar diatas Rp 2 milyar
yang sebelumnya tidak dijamin, bisa mendapatkan uangnya kembali.

15
 Pendapat Kontra Bail-out :
a) Bank Century terlalu kecil untuk bisa mempengaruhi sistem
keuangan dan ekonomi Indonesia secara umum. Aset Century cuma
0,05 persen dari total aset perbankan Indonesia.
b) Bank Century diselamatkan bukan karena faktor sistemik, tapi
konspirasi sementara pejabat BI untuk menyelamatkan deposan
besar, seperti Budi Sampoerna dengan simpanan Rp 2 Trilyun
(diantaranya pendapat ICW).
c) Para deposan besar ini diantaranya adalah penyumbang kampanye
SBY (status : rumor, belum ada bukti, dan buku “Gurita Cikeas”).
d) Kekacauan Bank Century awalnya adalah kelemahan Bank
Indonesia dalam mengawasi bank nakal. BI harus bertanggung
jawab.
 Para tokoh kontra bail out : Kwik Semakin Gie, Anwar Nasution (Ketua
BPK), mantan Wapres Jusuf Kalla, Amien Rais, ekonom Imam Sugema,
dll.

4. KPK meminta BPK yang dipimpin Anwar Nasution mengaudit Bank


Century. KPK dan Anwar Nasution percaya ada indikasi korupsi dalam
penyelamatan Bank Century. KPK juga menyadap salah satu petinggi Polri.

5. Dua logika berlawanan yang bisa terjadi:


 Bank Century tidak perlu diselamatkan, karena Indonesia tidak krisis.
 Indonesia berhasil tidak masuk krisis, justru karena Century
diselamatkan.
Faktanya adalah saat itu adalah awal mula krisis global di negara maju yang
bisa merembet ke Indonesia, dan banyak orang kaya di Indonesia yang jelas
grogi dengan keamanan uangnya di Indonesia.

6. Alasan riil Angket Bank Century oleh DPR bisa ada 3:

16
DPR ingin memperjuangkan rakyat. Pihak-pihak di DPR ingin main
politik, baik itu untuk menjatuhkan pemerintah, merebut kemenangan di
Pemilu berikutnya, maupun untuk semata-mata meningkatkan daya tawar
politik.

Lupa adanya urusan lain yang lebih kritis, seperti tingkat pengangguran
yang terus bertambah dan daya saing nasional Indonesia yang makin
menurun

Banyak pihak yang menilai bahwa sebenarnya Bank Century tidak pantas
mendapat bailout. Beberapa alasan tersebut didasari oleh fakta bahwa Bank
Century adalah bank menengah kebawah yang tidak akan menimbulkan
resiko sistemik bila terjadi kebangkrutan. Pada waktu itu, total aset bank
tersebut adalah sekitar Rp 15 triliun, tak lebih dari 0,75 persen dari total aset
perbankan. Jumlah nasabah yang 65 ribu orang itu hanya sekitar 0,1 persen
dari total nasabah perbankan dan hanya memilki sekitar 65 cabang. Yang
kedua adalah karena kewajiban antar banknya hanya sekitar Rp750 milyar
sehingga bila bank ini bangkrut tidak akan terlalu mempengaruhi bank lain
secara langsung. Alasan ketiga adalah karena pada dasarnya bank ini
bukanlah bank yang sehat(akan dibahas setelah ini).Beberapa pakar
menyebutkan bahwa Bank Century di-bailout karena terkait masalah politis
namun kita tidak akan membahas mengenai hal itu. Persoalan yang lebih
jelas adalah resiko sistemik yang terkandung dalam kasus Bank Century ini.
Resiko sistemik adalah resiko terjadinya multiplier-effect dari ditutupnya
sebuah bank terhadap hancurnya bank-bank lain. Darmin Nasution
mengatakan, Bank Century diselamatkan karena jika dibiarkan mati,
dikhawatirkan menyebabkan 23 bank lainnya juga bermasalah akibat di-
rush nasabahnya. Ke-23 bank tersebut merupakan bank-bank yang selevel
dan memiliki hubungan bisnis dengan Bank Century. Di tengah krisis
keuangan, kebangkrutan sebuah bank bisa merembet cepat ke bank lain
yang selevel. Hal ini bisa kita analisis bahwa akan timbul sistemik risk
secara direct dan indirect. Resiko secara langsung terjadi karena Bank

17
Century memiliki hubungan bisnis dengan bank lain sehingga bila bank ini
bankrut tentu akan mempengaruhi bank lain dan berpotensi terjadi
kebangkrutan berantaui Resiko secara tidak langsung terjadi karena bila
suatu bank bangkrut maka akan berpengaruh terhadap kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan. Hilangnya kepercayaan ini akan beresiko
menimbulkan rush terhadap banyak bank yang walaupun tidak memiliki
hubungan langsung dengan Century akan ikut terkena dampaknya karena
memiliki level bank yang hampir sama. Hal ini juga diperparah karena
cadangan uang LPS hanya sekitar Rp18 triliun sedangkan kewajiban
penjaminan pada masa itu sekitar 500-600 triliun rupiah sehingga tentu saja
kepercayaan nasabah akan penjaminan LPS akan dipertanyakan. Masih
belum cukup parah, kondisi perekonomian dunia yang sedang terguncang
oleh krisis dan banyaknya uang yang ter-repatriasi kembali ke Amerika
Serikat akan cukup menjadikan jajaran pengambil kebijakan ekonomi
Indonesia merinding ketakutan bila ternyata resiko sistemik ini benar-benar
terjadi.

Dari dua analisis data diatas dapat kita ambil bahwa keputusan bailout
Century berada pada posisi diantara fakta yang kurang mendukung adanya
bailout dan resiko sistemik yang sangat besar jika tidak adanya bailout.
Namun sampai pada titik ini, kami mendukung adanya bailout karena.
Pertama, alasan sistemik diatas, pada kondisi biasa mungkin memang hanya
bank dengan criteria 10 terbesar saja yang dapat menimbulkan resiko
sistemik, namun pada kondisi ekonomi global seperti saat itu pendapat ini
perlu dikaji ulang. Kedua, walaupun memiliki size yang menengah
kebawah, kasus Bank Century ini mendapat porsi yang sangat besar dalam
pemberitaan media. Perlu diingat bahwa pengaruh media di Indonesia
sangatlah besar dalam menentukan suatu pilihan keputusan masyarakat
umum. Ketiga, tipikal masyarakat Indonesia adalah tipe masyarakat yang
latah terhadap suatu fenomena. Rush terhadap satu bank akan memicu rush-
rush di bank lain. Selain itu rata-rata masyarakat Indonesia masih cukup
awam mengenai permasalahan keuangan seperti ini. Walaupun kami yakin

18
bahwa nasabah yang memiliki pengetahuan memadai tidak akan melakukan
rush namun nasabah lain belum tentu demikian.

Hasil akhir dari kerja pansus Century selama 3 bulan dibahas dalam sidang
Paripurna DPR yang dilaksanakan tanggal 2 sampai 3 Maret 2010. Sidang
Paripurna yang dilaksanakan 2 hari tersebut hanya membahas 2 opsi
kesimpulan dan rekomendasi penyelidikan yang dihasilkan oleh Pansus
Century.

Inti Opsi pertama (A) menyatakan pemberian Fasilitas Peminjaman


Jangka Pendek (FPJP) dan Penyertaan Modal Sementara (PMS) tidak
bermasalah karena dilakukan untuk mencegah krisis dan sudah berdasar
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan opsi kedua (B),
menyatakan baik pemberian FPJP maupun PMS bermasalah dan merupakan
tindak pidana.
Posisi sikap fraksi 6 : 3 untuk yang menganggap bailout bermasalah (opsi
B). Enam fraksi memilih opsi B. PKB, PD, dan PAN memilih opsi A.
Opsi A adalah posisi bagi mereka yang menganggap tidak ada
penyalahgunaan wewenang. Layaknya hitam putih, opsi B adalah
sebaliknya, fraksi yang menengarai penyalahgunaan wewenang memilih
opsi ini.
Dari 6 fraksi yang memilih opsi B, hanya empat yang akan menyebut
nama. Nama-nama yang di sebut diletakkan di matrik di bawah point ketiga
kesimpulan akhir Pansus Century. Kesimpulan di susun per opsi (A/B)
berikut poin poin pandangan fraksinya.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tema besar kasus Bank Century adalah korupsi. Kemunculannya setelah


kasus yang disebut sebagai kriminalisasi petinggi KPK, membuat orang bertanya-
tanya: skenario apa yang sedang dimainkan? Lakon para anggota Pansus Hak
Angket Bank Century, perdebatan antarpartai politik, pembelaan diri pihak yang
dimintai tanggungjawabnya, dan pemberitaan media yang sangat hangat segera
disambut dengan demonstrasi/unjuk rasa masyarakat di seluruh pelosok tanah air.
Masyarakat menilai ada yang salah dengan kinerja petingginya. Ada unsur
ketidaksetiaan para petinggi negara kepada konsensus bersama yang tidak lain
merupakan nilai yang diperoleh dari realitas transendens, yang disebut dengan
nama “Tuhan” oleh masyarakat modern. Fenomena ini harus segera diatasi.
Ternyata masalah sesungguhnya dari Bank Century baru muncul ketika
dana bailout mulai bergulir dan kejanggalan dalam neracanya mulai terungkap.
Kelemahan manajemen mulai ramai setelah kekacauan reksadana Antaboga
Deltasekuritas yang dikeluarkan Bank Century. Dari sini bisa kita simpulkan
bahwa sebenarnya bailout untuk Century memang diperlukan namun dibalik itu
ternyata banyak fakta bahwa kinerja dan tata kelola Century yang sangat buruk.
Sebuah ironi memang, ketika kita terpaksa menolong orang jahat agar tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi orang banyak. Namun yang lebih
penting adalah bagaimana kita mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa
ini. UU PJSK yang mampu melindungi perbankan harus diimbangi dengan
pengawasan dan tindakan tegas bagi pelanggar peraturan BI.

Tanpa diduga sebelumnya, upaya pemerintah menyelamatkan Bank


Century dari kehancuran akibat perampokan sistematis yang dilakukan
pemiliknya berkembang cepat dan langsung masuk ke pusat medan politik nan

20
panas. Sejatinya, pengucuran dana (yang menurut Menkeu Sri Mulyani sebatas
menaikkan CAR atau rasio kecukupan modal) sebesar Rp. 6,7 triliun hanya akan
berbuntut pada pengusutan hukum di BPK, KPK atau kepolisian jika terindikasi
ada oknum yang merekayasa pengucuran dana tersebut.

Artinya, dengan asumsi ada orang-orang di pemerintahan dan di manajemen


Bank Century yang menikmati keuntungan secara haram dari pengucuran dana,
maka kasus ini, seperti biasa, akan kembali menambah daftar panjang koruptor
dan penjahat berkerah putih Indonesia.

B. Saran

Menurut kami dalam menghadapi kasus bank Century perlunya kerjasama


dengan baik antara pemerintah, DPR-RI dan Bank Indonesia. Pemerintah harus
bertanggung jawab kepada nasabah Bank Century agar uangnya bisa dicairkan.
Kemudian siapa pun pihak pihak yang terbukti bersalah dalam proses
penyelidikan dan penyidikan kasus Bank Century, harus segera diproses, diadili,
dan dijatuhi hukuman yang sepantasnya. Jika pihak tersebut masih aktif bekerja
di pemerintahan, sebaiknya segera dinon-aktifkan.

Dan BPK sebagai lembaga yang independen dalam tugasnya harus


didukung, khususnya dalam menelusuri aliran dana PSPJ dan PMS di Bank
Century, dan mengumumkan kepada publik pihak-pihak yang terbukti menerima
aliran dana tersebut, lalu audit infestasi BPK harus dilakukan dengan tuntas dan
dibantu oleh Polri, kejaksaan, Pemerintah Bank Indonesia.
KPK dan PPATK harus didorong untuk menuntaskan kasus ini.
Keterlibatan polisi di dalam kasus ini harus ditolak karena mengandung konflik
kepentingan. Keterlibatannya sudah sepantasnya ditolak, mengingat kasus BLBI
yang nyatanya kandas di tengah jalan ketika ada di tangan polisi, jaksa, dan
hakim. Dan seharusnya juga ada trasparansi public dalam menyelesaikan kasus
Bank century sehingga tidak terjadi korupsi.

21
DAFTAR PUSTAKA

2009, 24 November. Dana Rp 5,8 Triliun Diselewengkan. Pikiran rakyat [Surat


Kabar], halaman 1.

2009, 25 November. Kasus Century bukan Karena Krisis, Murni Kriminal.


Pikiran rakyat [Surat Kabar], halaman 22.

2009, 27 Desember. SBY tak Pernah Usut Marsilam. Pikiran rakyat [Surat Kabar],
halaman 1.

2010, 4 Januari. Panggil Staf Khusus Presiden. Pikiran rakyat [Surat Kabar],
halaman 8.

2010, 5 Januari. Rekomendasi Pansus Agar Objektif. Pikiran rakyat [Surat Kabar],
halaman 2.

2010, 5 Januari. KPK Bisa Usut Kasus Besar Skandal Century. Pikiran rakyat
[Surat Kabar], halaman 7.

2010, 6 Januari. KPK Akan Panggil Sri Mulyani. Pikiran rakyat [Surat Kabar],
halaman 8.

2010, 6 Januari. Pengejaran Aset Century Terlambat. Pikiran rakyat [Surat


Kabar], halaman 8.

2010, 6 Januari. Merger Tiga Bank Pilihan Dilematis. Pikiran rakyat [Surat
Kabar], halaman 8.

22

Anda mungkin juga menyukai