Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS

KASUS BANK CENTURY

NADIA
NIM 20.01.032.039

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2023
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini membahas kasus skandal akuntansi yang terjadi pada BANK
CENTURY dan kaitannya dengan pelanggaran Etika profesi. 

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai


pentingnya penerapan prinsip-prinsip etika akuntansi dalam praktik bisnis,
terutama dalam hal pelaporan keuangan. Penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari kekurangan dan kelemahan, namun penulis berharap makalah ini
dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.  Penulis juga berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. 

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi yang berguna
bagi para pembaca.

Sumbawa,18 mei 2023

Nadia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kajian Pustaka, etika profesi adalah sebuah panduan


profesionalisme dalam dunia kerja. Kamu harus memahami etika sebagai
profesional yang tepat untuk tahu bagaimana bicara dan bertindak serta mengambil
keputusan secara profesional.Etika profesi tidak hanya berlaku bagi satu profesi,
tetapi untuk seluruh profesi pada umumnya. Dalam profesi tertentu, dapat
ditambahkan aturan etika khusus yang sesuai dengan profesi tersebut. Sebagai
profesional di dunia kerja, kamu harus selalu mengingat etika yang pantas agar
dapat menjalin hubungan yang baik dengan seluruh bagian organisasi 
Kasus Bank Century mencuat ketika Pemerintah melalui Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS menyuntikkan modal sebesar Rp 6,76 triliun untuk
menyelamatkan bank tersebut. Jumlah ini menjadi begitu besar dan menarik
perhatian masyarakat karena dana penyelamatan Bank Century semula
diperkirakan hanya sebesar Rp 632 miliar. Kenaikan jumlah ini mengakibatkan
berbagai tudingan kepada Bank Indonesia (BI) dan Departemen Keuangan sebagai
penentu kebijakan penyelamatan Bank Century pada 20 November 2008 melalui
Komite stabilitas system keuangan.
Dari kasus ini isu utama yang dipermasalahkan adalah mengenai tepat atau
tidaknya keputusan penyelamatan Bank Century oleh Pemerintah pada November
2008. Pemerintah melalui BI dan Departemen Keuangan berpendapat bahwa
penyelamatan Bank Century melalui suntikan dana tersebut sudah tepat dengan
alasan untuk menghindari risiko sistemik yang mungkin timbul dari ditutupnya
bank tersebut sehingga dikhawatirkan terulangnya kembali krisis keuangan seperti
tahun 1998 lalu.
Atas keputusan ini banyak pihak menilai bahwa keputusan menyelamatkan
Bank Century tidak tepat. Selain menggunakan uang negara yang merupakan uang
rakyat alasan mengenai kemungkinan terjadinya risiko sistemik kurang bisa
dipertanggungjawabkan. Menurut pihak yang tidak setuju dengan penyelamatan
bank ini ditutupnya Bank Century tidak akan mengganggu kestabilan sistem
perbankan negara kita karena secara market share Bank Century hanya mempunyai
mencakup 0,1% jumlah nasabah perbankan di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana kronologi kasus yang terjadi pada Bank Century?
2. Apa Pelanggaran Etika profesi yang dilakukan Bank Century?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui kronologi kasus Bank Century.
2. Untuk mengetahui Pelanggaran Etika profesi yang dilakukan oleh Bank Century.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Kasus Bank Century


Kasus Bank Century mencuat ketika Pemerintah melalui Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS menyuntikkan modal sebesar Rp 6,76 triliun untuk
menyelamatkan bank tersebut. Jumlah ini menjadi begitu besar dan menarik
perhatian masyarakat karena dana penyelamatan Bank Century semula
diperkirakan hanya sebesar Rp 632 miliar. Kenaikan jumlah ini mengakibatkan
berbagai tudingan kepada Bank Indonesia (BI) dan Departemen Keuangan sebagai
penentu kebijakan penyelamatan Bank Century pada 20 November 2008 melalui
komite stabilitas sistem keuangan.

Dari kasus ini isu utama yang dipermasalahkan adalah mengenai tepat atau
tidaknya keputusan penyelamatan Bank Century oleh Pemerintah pada November
2008. Pemerintah melalui BI dan Departemen Keuangan berpendapat bahwa
penyelamatan Bank Century melalui suntikan dana tersebut sudah tepat dengan
alasan untuk menghindari risiko sistemik yang mungkin timbul dari ditutupnya
bank tersebut sehingga dikhawatirkan terulangnya Kembali Krisis keuangan
seperti tahun 1998 lalu.

Atas keputusan ini banyak pihak menilai bahwa keputusan menyelamatkan


Bank Century tidak tepat. Selain menggunakan uang negara yang merupakan uang
rakyat alasan mengenai kemungkinan terjadinya risiko sistemik kurang bisa
dipertanggungjawabkan. Menurut pihak yang tidak setuju dengan penyelamatan
bank ini ditutupnya Bank Century tidak akan mengganggu kestabilan sistem
perbankan negara kita karena secara market share Bank Century hanya mempunyai
mencakup 0,1% jumlah nasabah perbankan di Indonesia.

Selain itu aset Bank Century hanya berjumlah 0,3% dari total aset
perbankan Indonesia. Mereka juga yakin bahwa penutupan Bank Century tidak
akan menimbulkan rush pada sistem perbankan nasional atau pun terulangnya
krisis keuangan tahun 1998.

Isu lain yang muncul terkait suntikan dana tersebut adalah adanya dugaan
penyelewengan terhadap suntikan modal tersebut yang mengalir ke pihak-pihak
tertentu. Banyak pihak meragukan kebenaran aliran modal tersebut karena adanya
benturan kepentingan. Adanya benturan kepentingan ini menyebabkan keputusan
untuk menyelamatkan Bank Century ditengarai hanya untuk menyelamatkan
deposan-deposan besar dan bukan untuk menyelamatkan sistem perbankan.

2004 Bank CIC milik Robert Tantular merger dengan Bank Pikko dan
Bank Danpac menjadi Bank Century. Setelah LPS (Lembaga Penjamin Simpanan)
mengambil alih 90 persen lebih saham Bank Century bulan November 2008,
akhirnya pada Oktober 2009 Bank Century Tbk telah berganti nama menjadi Bank
Mutiara Tbk.

15 September 2008 Bank Indonesia memerintahkan pengurus Bank


Century untuk menghadirkan Robert Tantular ke Bank Indonesia (BI) untuk
dimintai komitmen turut serta bertanggung jawab atas kelangsungan operasional
Bank Century.

BI dalam siaran persnya tertanggal 21 Januari 2010 mengatakan bahwa


sejak menemukan indikasi bahwa Robert Tantular merupakan pemegang saham
pengendali PT Bank Century Tbk yang bersama RAR dan HAW menguasai 70
persen saham, maka pada tanggal

15 Oktober 2008 Bank Indonesia mewajibkan Robert Tantular, RAR, dan


HAW -yang menguasai 70% saham Bank Century- untuk menandatangani Letter
of Commitment (LoC) yang berisi bahwa mereka bertiga tersebut bertanggung
jawab atas kelangsungan operasional Bank Century.

31 Oktober dan 3 November 2008 Bank Century dilaporkan mengalami


masalah likuiditas yang serius dan manajemen Bank Century mengajukan
permintaan pinjaman jangka pendek senilai Rp 1 triliun dari Bank Indonesia.

5 November 2008 Gubernur BI memutuskan menempatkan Bank Century


dalam status dalam pengawasan khusus.

6 November 2008 Karena pengajuan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek


(FJPP), Bank Indonesia mulai menempatkan pengawasnya.

BI juga mengeluarkan surat yang melarang penarikan dana dan rekening


simpanan milik pihak terkait, baik giro, tabungan, maupun deposito, yang
merupakan prosedur yang ditujukan kepada bank-bank yang berstatus Dalam
Pengawasan Khusus.

13 November 2008 Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan masalah


Bank Century kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang
mengikuti pertemuan G20 di Washington D.C.

16 November 2008 Mempertimbangkan bahwa pemegang saham


mayoritas tidak menjalankan LoC tanggal 15 Oktober 2008, maka pada tanggal 16
November 2008 pihak-pihak tersebut diikat kembali dalam LoC kedua.

20 November 2008 Bank Indonesia mengajukan permohonon cekal kepada


seluruh pengurus Bank Century dan Pemegang Saham Pengendali. Permohonan
Bank Indonesia itu diajukan kepada Menteri Keuangan.
21 November 2008 Komite Stabilisasi Sektor Keuangan (KSSK) yang
diketuai oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan
dengan anggota komite termasuk Gubernur Bank Indonesia, yang saat itu dijabat
oleh Boediono. Lembaga Penjamin Simpanan, LPS, yang dibentuk berdasarkan
Undang Undang mengambil alih kepemilikan bank ini dengan menguasai 90%
lebih saham Bank Century.

25 November 2008 Bank Indonesia melapor ke Bareskrim Mabes Polri


tentang dugaan tindak pidana di bidang perbankan yang dilakukan oleh Robert
Tantular bersama dua pemilik lainnya.Ketiga orang ini menguasai 70 persen saham
bank Century Tbk.

Dalam keterangannya di depan pansus Century tanggal 19 Januari 2010,


mantan Kabareskrim Susno Duadjie mengatakan polisi menangkap Robert
Tantular di rumahnya tanggal 25 November 2008. Susno mengaku baru bisa
berkoordinasi dengan BI, dua hari setelah penangkapan tersebut.

21 Oktober 2009 Pemilik baru Bank Century Tbk yaitu Lembaga


Penjamin Simpanan -yang mendapatkan dana dari iuran bank-bank yang ikut
mendirikannya- memutuskan mengganti namanya menjadi Bank Mutiara Tbk.

Saksi penting :
1 Mei 2014 Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani di Tipikor mengatakan
bahwa keputusan pemerintah Indonesia mengucurkan dana talangan sebesar Rp 6,7
triliun untuk menyelamatkan Bank Century pada 2008, merupakan keputusan yang
tepat.
9 Mei 2014 Mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono menyatakan
pemberian Fasilitas Pemberian Kredit Jangka Pendek FPJP kepada Bank Century
sebesar RP689 milliar dilakukan sebagai langkah pencegahan agar tidak terjadi
krisis seperti 1997/1998.
Badan Pemeriksa Keuangan RI menyerahkan secara resmi Laporan Hasil
Perhitungan Kerugian Negara dalam kasus Bank Century kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi. BPK menyimpulkan telah terjadi penyimpangan dan
mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp689,39 miliar dan Rp6,76 triliun.

Laporan tersebut disampaikan oleh Ketua BPK, Hadi Poernomo kepada Ketua


KPK, Abraham Samad di kantor KPK, Jakarta, 23 Desember 2013. “Berdasarkan
hasil perhitungan kerugian negara, BPK menyimpulkan telah terjadi penyimpangan
pada pemberian FPJP dari BI kepada Bank Century yang mengakibatkan kerugian
negara sebesar Rp 689,39 miliar” ungkap Hadi Poernomo.
Penyimpangan lainnya, lanjut Ketua BPK, terjadi pada proses penetapan Bank
Century sebagai bank gagal berdampak sistemik yang mengakibatkan kerugian
negara sebesar Rp 6,76 triliun.
“Ini adalah dua peristiwa hukum yang berbeda, pertama peristiwa hukum
pemberian FPJP. Kedua, pemberian bailout kepada Bank Century,” tegas Ketua
BPK.
Dijelaskan juga bahwa kerugian negara terjadi akibat penyimpangan atau
pelanggaran ketentuan perundang-undangan. Pemberian FPJP melanggar peraturan
atau ketentuan perundang-undangan maka seluruh uang yang dikucurkan dianggap
sebagai kerugian negara. Pemberian bailout juga bertentangan dengan undang-
undang,maka itu keseluruhan menjadi kerugian negara.
Perhitungan kerugian negara dilakukan BPK berdasarkan surat permintaan dari
KPK pada 15 April 2013. Selanjutnya, setelah dilakukan koordinasi antara BPK
dan KPK, diterbitkanlah Surat Tugas Pemeriksaan dalam rangka perhitungan
kerugian negara pada 18 Oktober 2013. BPK menyelesaikan perhitungan kerugian
negara pada 20 Desember 2013.
Berikut merupakan Hasil temuan pemerikasaan yang dilakukan Bank
Indonesia terhadap Bank Century: 

1. Proses Merger danPengawasan Bank Century oleh BI 


Bank Century adalah hasil merger tiga bank yaitu Bank Pikko, Bank
Danpac, dan Bank CIC.Merger ketiga bank tersebut di dahului dengan adanya
akuisisi Chinkara Capital Ltd (Chinkara) terhadap Bank Danpac dan Bank Pikko,
serta kepemilikan  saham Bank CIC.Chinkara adalah sebuah perusahaan yang
berdomisili di Kepulauan  Bahama. Pemegang saham mayoritas Chinkara adalah
RAR. Izin penggabungan  usaha ketiga bank tersebut menjadi satu pada akhirnya
diberikan pada 5 Juli 2002  maskipun dari hasil pemeriksaan BI terdapat indikasi
adanya perbuatan melawan  hukum yang melibatkan Chinkara pada Bank CIC. 
Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh Bank Indonesia padatahun 2001
hingga 2003 akhirnya ditemukan adanya pelanggaran Signifikan yang dilakukan
oleh ketiga Bank tersebut.

 Pada Bank CIC, terdapat transaksi SSB fiktif senilai USD25 juta
yang melibatkan Chinkara dan terdapat beberapa SSB yang berisiko tinggi
sehingga bank wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) yang berakibat CAR menjadi negatif, serta pembayaran kewajiban
general sales management 102 (GSM 102) dan penarikan Dana PihakKetiga
(DPK) dalam jumlah besar yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan
likuiditas, serta pelanggaran PDN. 
 Pada Bank Pikko, terdapat kredit kepada Texmaco yang dikategorikan macet
dan selanjutnya ditukarkan dengan medium term notes (MTN) Dresdner Bank
yang tidak memiliki notes rating, sehingga bank wajib membentuk PPAP yang
berakibat CAR menjadi negatif. Proses akuisisi seharusnya dapat dibatalkan
jika mengacup ada persyaratan yang ditentukan oleh BI dalam persetujuan
akuisisi tanggal 5 Juli 2002. 
Persyaratan tersebut antara lain, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
terhadap Bank CIC terbukti bahwa Chinkara sebagai pemegang saham bank
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang- undangan atau
dinyatakan tidak lulus dalam penilaian fit and propper test. Pada 6 Desember
2004, BI memberikan persetujuan merger atas ketiga bank tersebut. 

 Pemberian persetujuan merger tersebut dipermudah berdasarkan


catatan Direktur Direktorat Pengawasan Bank 1/DPwBl (SAT) kepada Deputi
Gubernur /DpG (AP) dan Deputi Gubernur Senior/DOS (AN) pada 22 Juli
2004. Bentuk kemudahan tersebut adalah, (1) SSB pada Bank CIC yang
semula dinilai macet oleh BI menjadi dinilai lancer sehingga kewajiban
pemenuhan setoran kekurangan modal oleh pemegang saham pengendali
(PSP) menjadi lebih kecil dan akhirnya CAR seolah-olah memenuhi
persyaratan merger, dll 

Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Kasus Bank Century 

1. Pihak Manajemen Bank Century 


Pihak inilah yang melakukana kecurangan dan memberikan informasi yang
menjebak Investor maupun para Nasabah Bank untuk terus percaya bahwa
Bank century berada dalam kondisi yang baik, meskipun kenyataan yang
sesungguhnya kondisi perekonmian selama 3 tahun terakhir sudah tidak layak lagi.
Dalam hal ini Bank mengalami Kesulitan Likuiditas, tingkat CAR mencapai minus
jika dibandingkan dengan nilai CAR pada umumnya minimal positif 8%. 
2. Pihak Auditor Independen 
Pihak yang dengan sengaja membantu pihak manajemen untuk melakukan
kecurangan membagi Risiko kepada nasabah. Peranan Auditor yang seharusnya
adalah memberikan kepketerpaksaan, yang disebut dengan Auditor  
Independen.Dalam kasus Bank Century, menyatakan bahwa Auditor pada
3 tahunterakhir telah melakukan pelanggaran dengan memberikan Opini yang
salah pada masyarakat atau kepada public mengenai Kondisi Bank Century
yang sesungguhnya. 
3. Pihak Pemerintah (BI) 
Dalam kegiatannya Bank Indonesia seharusnya mengetahui keanehan yang
terjadi, namun pada Kasus diatas diduga terjadi kerjasama dengan bank century
mengenei pemberian FPJP, yang pada dasrnya aturan pemberian FPJP adalah harus
kepada bank yang mempunyai nilai CAR minimal 8%, pada nyatanya ketika Bank
Century mengajukan permohonan aturan tersebut di ubah bank dapat diberikan
FPJP  dengan syarat yang mudah yaitu memiliki nilai CAR positif, sebelum
melkukan persetujuan pemberian FPJP diketahui bahwa nilai CAR bank Century
adalah  negative 3.53%, sehingga seharusnya Bank Century tidak dapat diberikan
FPJP. 4. Masyarakat Umum / nasabah 
Adalah pihak yang menanggung risiko yang diakibatkan
ketidakprofesionalnya seorang Auditor independen dan juga kecurangan
manajemen Bank Century. 5. Akuntan Publik 
Pihak yang mendapat dampak akibat tindakan seorang auditor yang
bertugas di bank century, sehingga kemungkinan masyarakat tidak mudah percaya
lagi terhadap Akuntan Publik, sehingga akan mengancam masa depan dari calon-
calon Akuntan Publik. 

2.2 Pelanggaran yang dilakukan oleh Bank Century dalam Etika Profesi
A. Berdasarkan Etika Akuntansi
1. Integritas 
Akuntan memeliki kewajiban untuk menjaga integritas, bersikap lugas dan
jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis. Dalam kasus Bank Century
ini, telah melanggar integritas sebagai akuntan di karenakan adanya dugaan
korupsi, penyalahgunaan dana dan adanya pengingkaran prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik.
2. Objektivias
Tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihak lain, yang dapat mengesampingkan pertimbangan
profesional atau bisnis. 
Dalam kasus Bank Century ini beberapa pemilik terbesar dari Bank Century
bekerja sama membobol dana nasabah untuk kepentingan pribadi mereka yang
dapat mengorbankan objektivitas dalam pelaporan keuangan. 
3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Menjaga pengetahuan dan keahlian professional pada tingkat yang
dibutuhkan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja akan menerima jasa
jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik,pengaturan,dan serta bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan Teknik
dan standar professional yang berlaku.
Dalam kasus Bank Century ini juga melanggar prinsip kompetensi, yang
mengharuskan para akuntan untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
memadai dalam melaksanakan tugas mereka. Hal ini terlihat dari kelemahan dalam
sistem pengawasan dan pengendalian yang memungkinkan manipulasi akuntansi
dilakukan tanpa terdeteksi.
3. Kerahasiaan 
Menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hubungan
profesional dan binis dengan tidak mengungkapkan informasi tersebut kepada
pihak ketiga tanpa  ada kewenangan yang jelas dan memadai, kecuali terdapat
suatu hak atau kewajiban  hukum atau profesional untuk mengungkapkannya, serta
tidak menggunakan  informasi tersebut untuk keuntungan pribadi Akuntan
Profesional atau pihak ketiga. 
Dalam kasus ini, terdapat dugaan bahwa beberapa pihak terlibat dalam
manipulasi dan penyalahgunaan dana Bank Century untuk kepentingan pribadi
yang melibatkan pengungkapan informasi rahasia bank kepada pihak yang tidak
berwenang. Dan informasi rahasia terkait dengan keuangan bank dan transaksi
nasabah harus diungkapkan kepada pihak yang berwenang unutk kepentingann
penyelidikan dan  pengambilan keputusan. 
4. Perilaku professional 
Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan menghindari perilaku
apapun yang mengurangi kepercayaan kepada profesi Akuntan Profesional. 
Dalam kasus ini menimbulkan ketidakpercayaan dari nasabah ataupun
masyarakat setempat dan merusak reputasi Bank Century,Para pekerja tidak
menerapkan perilaku professional dalam menjalankan pekerjaannya.

B. Peraturan Perbankan 
Peraturan perbankan dapat berbeda di setiap negara dan tergantung pada
lembaga pengawas perbankan yang berwenang di negara tersebut. Selain itu,
peraturan dapat  berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan
industri perbankan dan  tantangan yang muncul. 
Berikut ini adalah beberapa peraturan umum dalam sektor perbankan: 

1. Persyaratan Modal 
Bank harus mematuhi persyaratan modal yang ditetapkan oleh otoritas
pengawas perbankan. Persyaratan modal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
bank memiliki cukup modal untuk menanggung risiko-risiko yang terkait dengan
operasi mereka. 
Dalam kasus ini, Bank Century mengalami kesulitan likuiditas yang
terancam kehilangan kepercayaan nasabah. Untuk mengatasi situasi tersebut,
pemerintah 
Indonesia melakukan intervensi dengan memberikan penyertaan modal
kepada bank century, walaupun pernyataan modal pada bank yang mengalami
masalah likuiditas tidak selalu di perbolehkan. 
2. Pengawasan dan Regulasi 
Otoritas pengawas perbankan bertanggung jawab untuk mengawasi dan
mengatur kegiatan bank. Mereka melakukan pemantauan terhadap kepatuhan bank
terhadap peraturan dan kebijakan yang ditetapkan untuk menjaga stabilitas sektor
perbankan dan melindungi kepentingan nasabah. 
Setelah terjadi pengungkapan kasus tersebut, pemerintah Indonesia melakukan
perubahan pada peraturan perbankan guna memperkuat pengawasan terhadap bank
dan mencegah risiko keuangan yang berpotensi terjadi. Beberapa peraturan
perbankan diperbarui, termasuk peningkatan persyaratan modal minimum,
peningkatan kualitas  aset, dan peningkatan manajemen risiko.
 
3. Pelaporan Keuangan 
Bank diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan secara teratur kepada
otoritas pengawas perbankan. Laporan ini mencakup informasi mengenai aset,
kewajiban, pendapatan, dan pengeluaran bank, serta informasi lain yang
relevan untuk pengawasan dan analisis risiko. 
Dalam kasus ini, ketidaktranparan dalam palaporan keuangan bank. Laporan
keuangan yang dikeluarkan bank century diklaim tidak kurat dan mengabaikan
kondisi sebenarnya dari bank tersebut. Dan terdapatnya dugaan manipulasi laporan
keuangan. Dan resikonya ialah menyebabkan ketidak percayaan public terhadap
laporan keuangan bank tersebut. 
4. Perlindungan Konsumen 
Terdapat peraturan yang melindungi kepentingan nasabah dan konsumen
perbankan. Ini termasuk transparansi dalam penawaran produk dan
layanan, perlindungan terhadap praktik perbankan yang tidak adil atau
menyesatkan, serta  mekanisme penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah. 
Dalam kasus ini, konsumen atau nasabah merasa tidak adil, dikarenakan pihak
bank yang merasa diuntungkan untuk kepentingan pribadi sedangkan para nasabah
merasa dirugikan dan sulit untuk percaya pada bank tersebut. 
5. Privasi dan Keamanan Data 
Bank harus menjaga kerahasiaan informasi nasabah dan melindungi data
pribadi mereka. Mereka harus menerapkan langkah-langkah keamanan yang
memadai untuk  mencegah akses yang tidak sah atau penyalahgunaan data
nasabah. 
Dalam kasus ini, terdapat dugaan bahwa beberapa pihak terlibat dalam
manipulasi dan penyalahgunaan dana Bank Century untuk kepentingan ribadi yang
melibatkan pengungkapan informasi rahasia bank kepada pihak yang tidak
berwenang. Dan informasi rahasia terkait dengan keuangan bank dan transaksi
nasabah mungkin harus 
diungkapkan kepada pihak yang berwenang unutk kepentingann penyelidikan dan
pengambilan keputusan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam kasus Century dapat kita lihat bahwa kebijakan yang diambil oleh
Pemerintah menyebabkan Pemerintah harus mengeluarkan dana talangan sebesar
Rp 6,76 triliun untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar yang
diperkirakan mencapai Rp 30 triliun. Artinya jika Pemerintah tidak melakukan bail
out terhadap Bank Century kemungkinan kerugian dan biaya yang harus
ditanggung oleh Pemerintah diperkirakan malah akan membengkak dan mencapai
Rp 30 triliun. Dana talangan tersebut berasal dari LPS yang modal awalnya berasal
dari keuangan Negara sehingga kasus seperti ini mempunyai dampak risiko kepada
keuangan negara secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Andhiny, Nury. 2009. “Analisis Kasus Bank Century.” Academia.Edu 1–8.

Fauzy, Muhammad Arief. 2022. “Analisis Kasus Bank Century.” Muhammad Fauzy Arief

Nashfati, Ayrin. 2019. “Analisis Terkait Adanya Dana Talangan (Bailout) Terhadap Bank
Century.” Scribe.Id.

Isnanto, Rizal. 2009. “Bab I Perkembangan Etika Profesi.” Buku Ajar Etika Profesi 1–9.

BBC News. n.d. “Kilas Balik Kasus Bank Century - BBC News Indonesia.” 2014.
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/07/140716_bankcentury_101.
BBC News diakses pada 18 mei 2023 pukul 14:34

BBC. 2010. “Menguak Skandal Bank Century - BBC News Indonesia.”


https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2010/02/100213_bankcenturystory
diakses pada 18 mei 2023 pukul 14:34

Anda mungkin juga menyukai