Disusun Oleh :
NADIA
20.01.032.039
PRODI AKUNTANSI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat karunia dan hidayahnya ,
Saya dapat menyelesaikan makalah ETIKA PROFESI DAN BISNIS yang berjudul
“KASUS KAP ARTHUR ANDERSEN” dengan tepat waktu. Selain itu ,maklah ini
bertujuan untuk menambah wawasan lebih dalam lagi tentang “Kasus KAP Arthur
Andersen” bagi pembaca dan penulis.
Ucapan terima kasih juga tak luput saya hanturkan kepada Ibu Diah Intan
Syafitri, S.E.,M.Acc selaku dosen mata kuliah Etika profesi dan bisnis . Saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari ibu dan teman-teman.
Nadia (20.01.032.039)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 8
3.2 Skandal Fraud Arthur Andersen, KAP yang Didepak dari The Big 5 Company ......................... 10
3.3 Kronologi Kasus Enron yang menyebabkan Arthur Andersen Jatuh ...........................11
BAB IV ..................................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................................15
PENDAHULUAN
Lahir pada tanggal 30 Mei 1885 di Plano, Illinois, dan menjadi yatim piatu
pada usia 16 tahun, Arthur E. Andersen pun mulai bekerja sebagai pengantar surat
pada siang hari dan bersekolah pada malam hari. Ia kemudian menjadi asisten
pengawas keuangan dari Allis-Chalmers di Chicago. Pada tahun 1908, ia lulus dari
Sekolah Kellogg di Universitas Northwestern dengan gelar sarjana ekonomi.[3] Pada
tahun yang sama, di usia 23 tahun, ia menjadi akuntan publik termuda di Illinois.
Pada tahun 1913, Arthur Andersen dan Clarence DeLany mendirikan sebuah
biro akuntansi dengan nama Andersen, DeLany & Co.[4] Perusahaan tersebut
kemudian diubah namanya menjadi Arthur Andersen & Co. pada tahun 1918. Klien
pertama Arthur Andersen adalah Joseph Schlitz Brewing Company asal Milwaukee.[5]
Pada tahun 1915, karena banyaknya kontrak di sana, perusahaan inipun resmi
membuka kantor kedua di Milwaukee.
2. Bagimana Skandal Fraud Arthur Andersen, KAP yang Didepak dari The Big 5
Company ?
2. Mengetahui skandal Fraud Arthur Andersen, KAP yang didepak dari The Big 5
Company.
LANDASAN TEORI
Etika berasal dari bahasa yunani “Ethos” bererti adat istiadat atau
kebiasaan. Etika berkaitan dengan nilai-nilai , tata cara hidup yang baik, aturan hidup
yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang
lain, atau dari satu ganerasi ke generasi lainnya. Etika juga sebagai filsafat moral, atau
ilmu yang membahas nilai dan normal. Dalam bahasa kant, etika berusaha menggugah
untuk bertindak secara otomom dan bukan secara heterenom, maksudnya adalah
membantu manusia untuk bertindak secara bebas,tetapi dapat dipertanggung jawabkan.
Bebas dan tanggung jawab adalah unsure pokok dari otonomi moral yang merupakan
salah satu prinsip utama moralitas, termasuk juga dalam etika bisnis.
Etika bisnis adalah cara untuk berbisnis dan meliputi semua begian yang
berhubungan dengan perusahaan, masyarakat, dan individu. Etika bisnis dapat
dijadikan pedoman dan standar bagi keryawan dan manajemen untuk mengerjakan
tugas kesehariaan dengan landasan sikap yang propesional, transparansi penuh dan
bernormal baik. Dalam etika bisnis telah dijelaskan bahwan dalam sebuah perusahaan
harus mengutamakan etika bisnis dan moralitas dalam menjalankan bisnisnya.
Namun,lain halnya dengan kasus yang terjadi pada KAP ARTHUR ANDERSEN,
skandal atau praktik akuntansi kreatif yang dilakukan sangat bertentangan dengan
etika bisnis yang seharusnya dijalankan oleh seluruh perusahaan yang berkutit
dibidang bisnis.
PEMBAHASAN
Pada tahun 1913, Arthur Andersen dan Clarence DeLany mendirikan sebuah
biro akuntansi dengan nama Andersen, DeLany & Co.Perusahaan tersebut kemudian
diubah namanya menjadi Arthur Andersen & Co. pada tahun 1918. Klien pertama
Arthur Andersen adalah Joseph Schlitz Brewing Company asal Milwaukee.Pada tahun
1915, karena banyaknya kontrak di sana, perusahaan inipun resmi membuka kantor
kedua di Milwaukee.
Pada dekade 1980-an, standar di industri akuntansi jatuh, karena biro akuntansi
kesulitan untuk menyeimbangkan komitmen mereka mengenai independensi audit
dengan keinginan mereka untuk mengembangkan bisnis konsultansinya. Setelah
reputasinya makin baik di bidang konsultansi teknologi informasi pada dekade 1980-
an, Arthur Andersen pun mengalami kesulitan yang sama. Perusahaan ini
mengembangkan praktek konsultansinya hingga akhirnya mayoritas pendapatannya
berasal dari konsultansi, sementara mitra auditnya terus didorong untuk mencari
komisi konsultansi dari kliennya selama ini. Pada akhir dekade 1990-an, Arthur
Andersen berhasil meningkatkan pendapatan mitranya hingga tiga kali lipat.
Arthur Andersen mulanya merupakan salah satu dari lima audit dan partner
akuntansi terbesar di dunia yang didirikan dan berbasis di Chicago. Perusahaan
tersebut didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan rekannya, Clarence
DeLany. Selama rentang waktu hampir 90 tahun, Arthur Andersen dikenal sebagai
salah satu kantor akuntan terbesar di Amerika Serikat, bersama dengan Deloitte &
Touche, PricewaterhouseCoopers, Ernst & Young, dan KPMG. Akan tetapi, pada
akhirnya kejayaan tersebut harus berakhir setelah terjadinya sebuah kasus yang
melibatkan Enron Corporation.
Kasus itu pertama kali merebak ke permukaan pada tahun 2001, tepatnya bulan
Desember, ketika sebuah perusahaan energi yang berbasis di Houston bernama Enron
Corporation mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di pengadilan New York,
Amerika Serikat. Padahal, setahun sebelumnya, Enron masih berada dalam puncak
kesuksesan; perusahaan tersebut membukukan pendapatan sebesar 111 miliar dollar
AS dan memiliki karyawan yang mencapai jumlah 21.000 orang. Akan tetapi, keadaan
mulai berubah ketika harga saham perusahaan menurun drastis, dari yang semula
berada di angka 90,75 menjadi hanya sebesar 0,26 dollar AS saja.
Kenneth Lay, sebagai salah satu CEO, tentu mesti mengambil tindakan; ia
menjual saham Enron-nya dalam jumlah besar dan mendorong pegawai-pegawainya
untuk membeli lebih banyak lagi saham. Hingga akhirnya, hasil yang didapat justru
sama sekali tidak positif; harga saham Enron tetap tak terselamatkan, sementara
rekening tabungan para karyawannya pun terus merosot.
Pada akhir tahun, nasib Enron masih tak kunjung membaik; perusahaan
tersebut sudah merugikan investor hingga jumlah yang mencapai miliaran, melikuidasi
sekitar 2,1 miliar dollar AS, serta masih banyak kenahasan-kenahasan lainnya.
Kemudian, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan, diketahui bahwa Enron
Corporation sudah menggelembungkan pendapatannya dengan cara menyembunyikan
kerugian dan segala macam utang di anak perusahaan mereka.
Sampai akhirnya, pemerintah Amerika Serikat mengambil langkah tegas;
Kenneth Lay dan Jeffrey Keith Skilling, sebagai CEO perusahaan, masing-masing
dijatuhi hukuman pidana. Pada Juli 2004, Skilling didakwa atas 35 tuduhan
perdagangan orang dalam, penipuan, dan konspirasi. Sementara itu, nasib Lay juga
sama mengenaskannya; ia didakwa dengan kasus kejahatan serupa sekitar dua tahun
setelah rekannya tersebut, yakni tepatnya pada 30 Januari 2006 di Houston. Enron
Corporation sendiri harus mengalami keruntuhan pada kuartal ketiga tahun 2001–
tercatat sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.
Kasus itu pertama kali merebak ke permukaan pada tahun 2001, tepatnya bulan
Desember, ketika sebuah perusahaan energi yang berbasis di Houston bernama Enron
Corporation mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di pengadilan New York,
Amerika Serikat. Padahal, setahun sebelumnya, Enron masih berada dalam puncak
kesuksesan; perusahaan tersebut membukukan pendapatan sebesar 111 miliar dollar
AS dan memiliki karyawan yang mencapai jumlah 21.000 orang. Akan tetapi, keadaan
mulai berubah ketika harga saham perusahaan menurun drastis, dari yang semula
berada di angka 90,75 menjadi hanya sebesar 0,26 dollar AS saja.
Kenneth Lay, sebagai salah satu CEO, tentu mesti mengambil tindakan; ia
menjual saham Enron-nya dalam jumlah besar dan mendorong pegawai-pegawainya
untuk membeli lebih banyak lagi saham. Hingga akhirnya, hasil yang didapat justru
sama sekali tidak positif; harga saham Enron tetap tak terselamatkan, sementara
rekening tabungan para karyawannya pun terus merosot.
Pada akhir tahun, nasib Enron masih tak kunjung membaik; perusahaan
tersebut sudah merugikan investor hingga jumlah yang mencapai miliaran, melikuidasi
sekitar 2,1 miliar dollar AS, serta masih banyak kenahasan-kenahasan lainnya.
Kemudian, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan, diketahui bahwa Enron
Corporation sudah menggelembungkan pendapatannya dengan cara menyembunyikan
kerugian dan segala macam utang di anak perusahaan mereka.
Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang
direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali
citra KAP Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada
diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk
menyusun manajemen baru.
Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang
bertindak sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan
melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci
dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron.
Bekas bisnis konsultansi dan alih daya dari perusahaan ini kemudian dipisah
dari bisnis akuntansinya, dan dipisah dari Andersen Worldwide pada tahun 2000, saat
mereka mengubah namanya menjadi Accenture, yang masih eksis hingga hari ini.
3.5 Analisis Kasus KAP Arthur Andersen dalam prinsip Etika bisnis dan prinsip etika
profesi
Dari kasus diatas dikaitkan dengan prinsip etika bisnis yaitu:
2. Prinsip integritas moral, Prinsip integritas moral merupakan prinsip yang tidak
merugikan orang lain dalam mengambil keputusan dan tindakan bisnis. Prinsip ini
dilandasi dengan kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati sebagai manusia.
Dalam kasus ini sudah jelas melanggar prinsip integritas moral karena merugikan
banyak pihak salah satunya adalah pihak enron.
1. Prinsip tanggung jawab, Maksud dari prinsip ini adalah bahwa semua profesional
wajib bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan. Dalam kasus ini sudah jelas
melanggar prinsip etika profesi karena melanggar tanggung jawab sebagai seorang
auditor dan melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan.
2. Prinsip keadilan, yaitu mementingkan keadilan dalam sebuah pekerjaan, dalam hal
ini pihak enron merasa tidak mendapatkan keadilan karena merasa dirugikan oleh
pihak endersen.
3. Prinsip otonomi, Profesional dalam dunia kerja memiliki kebebasan dan wewenang
untuk bekerja sesuai dengan profesinya. Namun pihak Andersen sudah melanggar
kode etik prinsip etika profesi dengan memanipulasi laporan keuangan
Pada kasus KAP Arthur Andersen tersebuut peran atau hubungan kedua jenis
stakeholder dalam perusahaan KAP Arthur Andersen tersebut tidak berjalan
sebagaimana mestinya yaitu antar Internal stakeholder (Manajemen KAP Arthur
Andersen) dengan Eksternal Stakeholder yaitu Perusahaan Enron sebagai konsumen
yang menggunakan tenaga KAP Arthur Andersen untuk membantu perusahaannya
dalam memanipulasi laporan keuangannya. Hubungan kerja antara keduanya tidak
berjalan dengan baik dan berujung pada kebangkrutan kedua perusahaan tersebut
dikarena hubungan kerja yang mereka jalankan merupakan hubungan kerja yang tidak
sesuai dengan etika bisnis dan merupakan hubungan kerja yang merugikan bagi
banyak orang yang ada dalam perusahaan tersebut seperti karyawan dan pegawai
lainnya.
BAB IV
PENITUP
4.1 Kesimpulan
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang
menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor,
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan
kantor akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan
keuangan sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para
pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan enron. Enron
telah melanggar etika dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi
guna menarik investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor
pun telah melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen telah
melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas
Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya sebagai
seorang akuntan.
DAFTAR PUSTAKA
http://akuntansimaster.blogspot.com/2016/06/analisis-kasus-enron-coorporation.html
https://konsultanku.co.id/blog/penyebab-kejatuhan-kap-top-dunia--arthur-andersen
https://id.wikipedia.org/wiki/Arthur_Andersen