Anda di halaman 1dari 29

RESUME MATA KULIAH

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 20 OKTOBER 2018

“LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI”

Ekspektasi Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi


Keuntungan dan etika
Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan atau lebih tepatnya keuntungan
adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-
satunya. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk
Tekanan ekonomi dan bisnis yang kompetitif
Dalam persaingan bisnis yang ketat, para pelaku bisnis sadar bahwa perusahaan yang
unggul bukan hanya perusahaan perusahaan yang mempunyai kinerja bisnis yang baik,
melainkan juga perusahaan yang mempunyai kinerja etis, etos yang baik.
Pendekatan stakeholder
Pendekatan stakeholder adalah cara mengamati dan menjelaskan secara analitis
bagaimana berbagai unsur dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis.
Pendekatan ini mempunyai satu tujuan imperatif: bisnis harus dijalankan sedemikian rupa
agar hak dan kepentingan semua pihak terkait yang berkepentingan dengan suatu kegiatan
bisnis dijamin, diperhatikan, dan dihargai
Peran Pemerintah
Syarat utama untuk menjamin sebuah sistem ekonomi pasar yang fair dan adil adalah
perlunya suatu peran pemerintah yang merupakan kombinasi dari prinsip no-intervention, dan
prinsip campur tangan, khususnya demi menegakkan keadilan.
Lingkungan Etis untuk Akuntan Profesional
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan
dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara
tersebut.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance,
jasa atestasi, dan jasa nonassurance.

Belajar dari masa Lalu Profesi Akuntansi:


Kasus Enron
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas,
Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas
Company, sebuah konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star
Gas Company, dan United Lights and Railways Corporation.
Enron menyalahgunakan kekuatan ekonomi dan hubungan pribadi pada Arthur
Andersen untuk mencapai “pendekatan agresif dalam akuntansinya”. Tim Audit Andersen
yang dipimpin David Duncan kelihatannya mengakomodasi keagresifan Enron. Ketika ada
akuntan Andersen yang bereaksi secara tidak simpatik terhadap upaya Enron untuk
memaksimalkan laba atau untuk memanipulasinaturan akuntansi, besar kemungkinannya dia
digeser dari penugasannya di Enron yang prestisius.
Pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11
akibat kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut. Jeffrey Skilling menjelaskan
kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya proses bisnis akibat credit rating perusahaan
menurun pada November 2001. Hal ini dikarenakan sebagai perusahaan trading,
membutuhkan rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain.
Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan (Eiteman, dkk, 2007).
Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah
manajemen keuangan yang mendasar pada Enron. Pilihan menggunakan utang juga terbatas,
dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat
rating yang rendah oleh lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007).
Andrew Fastow bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan
dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual aset-aset yang
bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca, mengurangi tekanan
akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini dapat mendatangkan dana
tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru. Kedua; memperoleh pendapatan
untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall Street.
Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar saham pada bulan Juli 2001,
menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron
mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan
proses akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan
kecurangan proses akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh
Ken Lay, sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per
lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut. Pada Bulan Februari 2002, Sherron
Watkins dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi
perusahaan.
Kaitan Kasus Enron dengan Etika Bisnis:
Adapun kaitan kasus Enron dengan Etika Bisnis, jika dilihat dariEkspektasi Masyarakat
terhadap Bisnis dan Akuntansi yaitu:
Jika dilihat dari prinsip keuntungan dan etika:
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan
kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity;
pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui
meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini
bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik
(public trust). Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh Enron, yang menjadikannya bangkrut
dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini
tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan
dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya
(social impact).
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan
agar saham tetap diminati investor. Dalam pihak Andersen sendiri pun mengalami
pergejolakan akan etika, dimana seorang staf PSG (Professional Standard Group) yaitu Carl
Bass tidak diperkenankan turut campur menangani Enron, karena menentang kebijakan
akuntansi yang diterapkan Enron. Sekalipun hal ini diluar tradisi Andersen, dan ditentang
oleh orang-orang penting PSG, tetap saja Carl Bass tidak diperkenankan ikut campur.
Akuntan Andersen yang lain juga mengalami nasib yang sama, yaitu Jennifer Stevenson dan
Pattie Grutzmacher. Keduanya digeser dari bagian tertentu dalam audit Enron setelah mereka
mengambil posisi yang berlawan dengan keinginan klien. Selain itu, Tim audit Enron yang
dikepalai oleh David Duncan dan anggota senior dalam tim auditnya mengabaikan saran PSG
dan untuk tidak menggabungkan masing-masing SPEs menjadi satu, walaupun sebenarnya di
Andersen nasehat PSG tidak pernah diabaikan, dan secara umum pendapat PSG lah yang
menentukan. Ketika kasus ini menyeruak, Duncan memerintahkan untuk menghancurkan
seluruh dokumen Enron kecuali kertas kerja audit inti. Hal ini untuk mencari jalan
keselamatan, yang tidak sesuai dengan etika.
RESUME MATA KULIAH

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA

TANGGAL : 20 OKTOBER 2018

“ETIKA AKUNTAN PROFESIONAL DALAM BISNIS”

Pengertian Etika

Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.Dan etika profesi terdapat
suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin
memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan.

Prinsip Etika Profesi Akuntan

 Tanggung Jawab Profesi


 Kepentingan Publik
 Integritas
 Obyektivitas
 Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
 Kerahasiaan
 Perilaku Profesional
 Standar Teknis

Basis Teori Etika

1. Tanggung Jawab profesi


2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Obyektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis

BAB II PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS

a. Pengendalian diri

b. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)

c. Mempertahankan jati diri

d. Menciptakan persaingan yang sehat.

e. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”

f. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)

g. Mampu menyatakan yang benar itu benar.

h. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah.

i. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.

j. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki

k. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
RESUME MATA KULIAH
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 03 NOVEMBER 2018

“IKLIM ETIKA DAN INTEGRITAS ORGANISASI”

MEMBANGUN INTEGRITAS DALAM ORGANISASI


Dalam kehidupan berorganisasi, setiap orang ingin menjadi pemimpin. Hal ini
wajar, karena menyangkut cita-cita dan potensi yang dimiliki. Namun, kepemimpinan
hanya akan menghancurkan tatanan progres dalam organisasi jika disalahgunakan hanya
untuk kepentingan individu semata. seperti yang ditulis dalam buku “Mengembangkan
Kepemimpinan di Dalam Diri Anda” karangan John C. Maxwell, integritas adalah
faktor kepemimpinan yang paling penting.

a. Memahami Pentingnya Integritas dalam Organisasi

Tidak dapat dibayangkan seandainya dalam organisasi, tidak menjunjung tinggi


integritas, maka akan terjadi kekacauan, konflik kepentingan, bahkan kehancuran suatu
organisasi. Kejujuran, kewibawaan dan karismatik akan tumbuh apabila seorang
pemimpin atau bawahan memegang teguh integritas dalam dirinya.

b. Membangun Integritas Kepemimpinan dalam Organisasi


Kita bisa mengamati kadar integritas seorang pemimpin lewat keyakinan anak
buah atau orang yang dipimpinnya tentang ide-idenya. Kalau bawahan atau orang yang
dipimpinnya menanggapi ide-ide itu dengan antusias, berarti ia telah mendapat
kepercayaan dari mereka.
Seperti yang telah diungkapkan diatas, integritas berarti kesesuaian antara ucapan
dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini berlaku untuk semua orang termasuk
pemimpin. Bila integritas seorang pemimpin terjaga dengan baik, maka kepercayaan
orang terhadapnya akan meningkat. Dan semakin pemimpin dipercaya, semakin besar
orang akan membiarkan dirinya dipengaruhi oleh si pemimpin. Dan semakin besar
pengaruh seorang pemimpin semakin efektif ia akan menjadi pemimpin, dan semakin
termotivasi bawahan atau anggota untuk menanggapi setiap kebijakan dan otoritas yang
dibangun oleh pemimpin.
Setiap individu tentu memiliki integritas dalam dirinya. Hanya saja sebagian tidak
menyadari akan pentingnya integritas dalam membangun prestis dirinya. Jika integritas telah
tertanam kuat pada diri individu, maka segala tindakan yang diambil akan bersifat intuitif.
Apa gunanya pangkat, jabatan, kebesaran, jika dalam memimpin tidak memiliki integritas.
Maka segala yang dilakukan hanyalah “formalitas” belaka.
Pembentukan beberapa perangkat struktural perusahaan seperti komisaris independen,
komite audit, komite remunerasi, komite risiko, dan sekretaris perusahaan adalah langkah
yang tepat untuk meningkatkan efektivitas “Board Governance”. Dengan adanya kewajiban
perusahaan untuk membentuk komite audit, maka dewan komisaris dapat secara maksimal
melakukan pengendalian dan pengarahan kepada dewan direksi untuk bekerja sesuai dengan
tujuan organisasi.

Ada beberapa masalah etika yang perlu diperhatikan dalam kaitan dengan praktek-
praktek organisasi/perusahaan di tempat kerja, meliputi:
 Rasa hormat, martabat, dan kebebasan perorangan
 Kebijakan dan praktek personal
 Keleluasaan (privacy) dan pengaruh terhadap keputusan pribadi
 Pemantapan perilaku
 Kualitas lingkungan kerja
RESUME MATA KULIAH
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 03 NOVEMBER 2018

“ALASAN DI PERLAKUKAN TATA KELOLA YANG BAIK DAN BAIK


ETIKA BISNIS”

TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK


a. Pengertian GCG
 Menurut Cadbury Commitee of United Kingdom (1922): "Seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan, dan para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya yang berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. atau dengan kata
lain Sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.

b. Prinsip-Prinsip GCG
Ada 5 prinsip GCG yaitu:
1. Perlakuan yang Setara (Fairness)
2. Prinsip Transparansi
3. Prinsip Akuntabilitas
4. Prinsip tanggung jawab
5.Kemandirian

Manfaat Good Corporate Governance


1.Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing
2.Mendapatkan biaya modal yang lebih murah
3.Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan
4.Meningkatkan keyakinan dan keyakinan dari para pemangku kepentingan terhadap
perusahaan.
5.Melindungi direksi dan komisaris dari penguatan hokum

c. Prinsip Dan Kode Etik Bisnis


Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table
Tanggung jawab Bisnis dari Pemegang Saham ke StakeHolder
1. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan dan Komunitas
Dunia
2. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya
3. Sikap Menghormati Aturan
4. Dukungan bagi Perdagangan Multilateral
5. Sikap Hormat bagi Lingkungan Alam
6. Menghindari Operasi-operasi Tidak Etis
Prinsip Etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998)
Ada 5 Prinsip bisnis yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan praktik bisnis,
yaitu:
1. Prinsip Otonomi
2. Prinsip Kejujuran
3. Prinsip Keadilan
4. Prinsip Saling Menguntungkan
5. Prinsip Integritas MoraL
Contoh dalam menjalankan etika bisnis :
Sebuah. Etika Bisnis dalam Lingkungan Hidup:
 Akumulasi Bahan Beracun
 Efek rumah Kaca
 Perusakan Lapisan Ozon
b. Etika Bisnis dalam Lingkungan Kerja
 Kode etik SDM
 Kode etik Pemasaran
 Kode etik Keuangan
 Kode etik Teknologi Informasi
RESUME MATA KULIAH
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 24 NOVEMBER 2018

“PRINSIP PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM”

HAK-HAK DASAR PEMEGANG SAHAM


Menurut OECD (2004), beberapa hak dasar pemegang saham harus termasuk hak
untuk:
1) Metode yang aman untuk registrasi kepemilikan.
2) Transfer saham
3) Mendapatkan informasi yang relevan dan material mengenai perusahaan tepat
waktu dan secara regular
4) Berpartisipasi dan memberikan suara di RUPS
5) Memilih dan mengganti anggota dewan
6) Memperoleh bagian atas laba perushaan

KEPUTUSAN MATERIAL YANG MEMBUTUHKAN PERSETUJUAN DALAM


RUPS

Pemegang saham perusahaan biasanya terdiri dari banyak individu atau institusi
sehingga tidak dapat memegang tanggung jawab untuk mengelola aktivitas perusahaan.
Tanggung jawab untuk strategi dan operasi perusahaan berada ditangan dewan dan
manajemen. Namun terdapat beberapa keputusan yang membutuhkan persetujuan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

PENYELENGGARAAN RUPS

Pemegang saham mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam RUPS dan


mendapatkan informasi mengenai agenda RUPS termasuk mekanisme pengambilan suara,
yaitu:
1) Pemegang saham harus diberikan informasi yang cukup dan tepat waktu mengenai
tanggal, lokasi, dan agenda RUPS, dan juga informasi lengkap dan tepat waktu
mengenai isu yang akan diambil dalam RUPS.
2) Pemegang saham mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ke
dewan, termasuk pertanyaan mengenai audit eksternal tahunan, memasukkan
agenda dalam RUPS, dan mengajukan resolusi dengan batasan tertentu.

PENGUNGKAPAN STRUKTUR KEPEMILIKAN, TERMASUK KEPEMILIKAN


PIRAMID, CASH-FLOW RIGHT, CONTROL RIGHT DAN HUBUNGANNYA
DENGAN INSENTIF UNTUK EKSPROPRIASI

Menurut OECD (2004), apabila terdapat struktur modal maupun perja njian terkait
modal saham yang memungkinkan pemegang saham tertentu untuk mendapatkan tingkat
pengendalian yang tidak proporsional dengan kepemilikan sahamnya, maka hal tersebut perlu
diungkapkan, dengan adanya struktur pyramid, cross shareholdings (UU PT melarang cross-
holding), dapat mengurangi kemampuan pemegang saham minoritas untuk mempengaruhi
kebijakan perusahaan.

PASAR PENGENDALIAN PERUSAHAAN BERJALAN DENGAN EFESIEN DAN


TRANSPARAN

Menurut OECD (2004), aturan dan prosedur yang mengatur mengenai akuisisi
pengendalian perusahaan dan transaksi luar biasa (seperti marger, penjualan asset
perusahaan secara signifikan) harus diatur secara sspesifik dan diungkapkan sehingga
investor memahami hak dan kewajibannya.

FASILITASI DILAKSANAKANNYA HAK-HAK SEMUA PEMEGANG SAHAM,


TERMASUK INVESTOR INSTITUSI

Berdasarkan OECD (2004), Pemegang saham, termasuk investor institusi, harus dapat
menggunakan hak-haknya. Investor institusi yang bertindak dalam kapasitasnya sebGi fidusia
harus mengungkapkan kebijakan tata kelola perusahaan dan voting policies terkait investasi
yang dilakukannya.

PARA PEMEGANG SAHAM UNTUK SALING BERKONSULTASI TERKAIT


DENGAN PELAKSAAN HAK-HAKNYA
Pemegang saham, termasuk pemegang saham institusional, dapat berkomunikasi satu
sama lain terkait hak-hak pemegang saham. Dalam perusahaan dengan kepemilikan tersebar,
individu pemegang saham mungkin hanya memiliki sedikit kepemilikan di perusahaan
sehingga kurang mempunyai insentif untuk melakukan monitoring.

PERAN AKUNTAN PROFESIONAL DALAM MEMFASILITASI PELAKSANAAN


HAK PEMEGANG SAHAM

1) Akuntan manajemen berperan dalam menyiapkan laporan keuangan perusahaan,


yang didalamnya terdapat berbagai informasi yang berguna bagi penggunanya.
2) Akuntan manajemen dan internal audit berperan dalam merancang dan
mengimplementasikan system informasi dan pengendalian yang mendorong
keterbukaan terhadap pemegang saham, terkait dengan pelaksanaan prinsip
prinsip perlindungan terhadap pemegang saham.

PELAKSANAAN PRINSIP PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK PEMEGANG


SAHAM DI INDONESIA MENURUT HASIL PENILAIAN BANK DUNIA DAN IICD-
ASEAN CG SCORECARD

Beberapa reformasi yang perlu dilakukan terkait dengan prinsip-prinsip hak


pemegang saham;

1) Aturan yang lebih baik terkait pengungkapan kepemilikan dan pengungkapan non
keuangan lainnya.
2) Mengharuskan hak-hak utama pemegang saham dimasukkan ke dalam akte
pendirian perusahaan.
3) Mengamandemen UU PT agar lebih melindungi kepentingan pemegang saham.

HASIL PENILAIAN OLEH IICD-ASEAN CG SCORECARD

Nilai rata-rata untuk kategori ini paling rendah dibandingkan nilai rata-rat pada tahun
2012 adalah 33,1 dan tahun2013 adalah 41,5. Rata-rata score rendah ini disebabkan karena
bukan perusahaan publik di Indonesia tidak mempublikasikan notulensi RUPS.
MENGGUNAKAN ASEAN CG SCORECARD UNTUK MENILAI PRAKTIK
PERLINDUNGAN TERHADAP HAK- HAK PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN
TERBUKA.

1) Hak-hak dasar pemegang saham


2) Hak pemegang saham untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
3) Hak untuk berpartisipasi secara efektif dalam pengambilan suara
4) Transparan panggilan dan penyelenggaraan RUPS
RESUME MATA KULIAH
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 01 DESEMBER 2018

“PRINSIP PERLAKUAN SETARA TERHADAP PEMEGANG SAHAM”

A. Kesamaan Hak untuk Saham dengan Kelas yang Sama

Perkembangan struktur pendanaan perusahaan melahirkan berbagai jenis dan


kelompok pemegang saham. Pada perusahaan keluarga yang go yang go public
public terbentuk keleompok pemegang saham pengendali (pemilik keluarga) dan
pemegang saham non-pengendali (publik). Pada perusahaan negara yang go yang go
public terdapat public terdapat negara sebagai salah satu kelompok pemegang saham
selain pemegang saham publik. Seluruh kelompok pemegang saham (investor)
tersebut menanamkan dana di perusahaan dan berharap dana tersebut dikelola sebaik
mungkin sehingga memberikan mereka optimal return. return. Untuk mencapai
struktur pendanaan yang optimal, banyak perusahaan yang menerbitkan beberapa
jenis saham.

terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menjamin kesamaan hak untuk
kelas yang sama, yaitu

 pada seri kelas 1 yang sama, seluruh saham harus memiliki hak sama,
 semua investor harus memperoleh informasi tentang hak masing-masing seri
dan kelas saham sebelum melakukan pembelian saham,
 setiap perubahan pada hak suara harus mendapatkan persetujuan lebih dulu
dari pemegang saham yang memperoleh dampak negatif dari perubahan hak
sua ra tersebut. Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan
peraturan Bapepam-LK

B. Persetujuan dan Pengungkapan Hak untuk Saham dengan Kelas yang Berbeda
Kepemilikan saham pada suatu perusahaan pada umumnya melibatkan
pemegang saham asing dimana pemegang saham asing tersebut juga melibatkan pihak
lain yang berperan sebagai kustodian. Kustodian adalah suatu lembaga yang
bertanggung jawab untuk mengamankan asset keuangan dari suatu perusahaan
ataupun perorangan yang berdasarkan suatu kontrak. Kustodian memiliki saham di
suatu perusahaan atas nama investor sehingga hak suara yang dimilikinya seharusnya
digunakan dalam kerangka kepentingan investor.

C. Transaksi dengan Pihak Berelasi/Mengandung Benturan Kepentingan

Salah satu yang mengandung potensi tindakan yang bersifat abusive abusive
dari suatu kelompok pemegang saham-saham tertentu (yaitu pemegang saham
pengendali) kepada kelompok pemegang saham lainnya (yaitu pemegang saham non-
pengendali) adalah transaksi pihak berelasi/mengandung benturan kepentingan.

D. Perdagangan Orang Dalam ( Insider Trading )

Keuntungan yang diperoleh dari hubungan tersebut misalnya adalah abnormal


return dari perubahan harga saham, menjadi motivasi terjadinya insider trading .
Keberadaan informasi asimetris sering menyulitkan untuk mencegah dan
membuktikan transaksi insider trading . Sementara di sisi lain, dampak transaksi ini
selain merugikan perusahaan dan investor, juga dapat menurunkan kredibilitas pasar
modal secara keseluruhan. Oleh sebab itu, prinsip pelanggaran perdagangan oleh
orang dalam sangat penting untuk dilaksanakan. Praktik insider trading ini tentu
dapat merugikan berbagai pihak. Salah satunya adalah merugikan pasar uang bagi
suatu negara. Kepercayaan investor terhadap pasar tersebut tentu akan berkurang.

E. Peran Akuntan Profesional dalam Memfasilitasi Perlakuan Setara Terhadap


Pemegang Saham

Akuntan professional dapat berperan aktif dalam mewujudkan prinsip


perlakuan yang setara terhadap pemegang saham, diantaranya:

 Melakukan audit secara professional, khususnya dalam memastikan


pengungkapan transaksi pihak berelasi sesuai dengan PSAK dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Membantu komisaris independen dalam melakukan revisi atas kewajaran
transaksi pihak berelasi.
 Merancang dan mengimplementasikan sistem infromasi pengendalian yang
mendorong terciptanya perlakuan setara terhadap pemegang saham, khususnya
dengan transaksi pihak berelasi dan perdagangan orang dalam.
 Mengendalikan diri dan unit/area yang menjadi tanggung jawabnya dari
keterlibatan perdagangan oleh orang dalam. Akuntan dan bidang
pekerjaannya merupakan salah satu pihak yang berpotensi dikategorikan
sebagai orang dalam.
 Mendorong keterbukaan dan kewajaran dalam pengungkapan transaksi pihak
berelasi dan transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
RESUME MATA KULIAH
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 01 DESEMBER 2018

“PRINSIP TANGGUNG JAWAB DEWAN”

A. Tanggung jawab Dewan Komisaris

Dewan Komisaris melakukan pengawasan terhadap pengelolaan Perseroan


melalui supervise, pemberian panduan dan nasihat kepada Direksi. Setiap anggota
Dewan Komisaris bertindak mandiri dalam memenuhi tugas dan tanggung jawabnya
kepada Perseroan.Tidak satupun komisaris mempunyai hubungan keluarga, keuangan,
manajemen dan/atau kepemilikan saham dengan anggota Dewan Komisaris lainnya
ataupun dengan anggota Direksi.Dewan Komisaris bertanggung jawab kepada
pemegang saham.

a. Tanggung jawab Dewan Direksi

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab


penuh atas kepengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

 Pengangkatan Direksi

a) Direksi diangkat oleh RUPS

b) Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih

c) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dihukum karena
merugikan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
 Tugas Direksi

Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu :

a) Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
pengurusan Perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan kepentingan
seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas Perseroan

b) Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas Perseroan
telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
Perseroan.

c) Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata hanya untuk


kepentingan dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan
efektivitas Perseroan.

d) Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan secara amanah


dan transparan. Untuk itu Direksi mengembangkan system pengendalian internal dan
system manajemen resiko secara terstruktural dan komprehensif

e) Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan Perseroan


berbenturan

 Tugas Komisaris independen

a) Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.

b) Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas danstakeholder yang lain.

c) Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar


dan adil.

d) Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.

e) Menjamin akuntabilitas organ perseroan.


 Wewenang Komisaris Independen

a) Komisaris independen mengetuai komite audit dan komite nominasi.

b) Komisaris independen berdasarkan pertimbangan yang rasional dan kehati-hatian


berhak menyampaikan pendapat yang berbeda dengan anggota dewan komisaris
lainnya yang wajib dicatat dalam Berita Acara Rapat Dewan Komisaris dan pendapat
yang berbeda yang bersifat material, wajib dimasukkan dalam laporan tahunan.
RESUME MATA KULIAH
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 15 DESEMBER 2018

“PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARANSI, PENGENDALIAN INTERNAL”

Prinsip transparansi mengharuskan informasi tersedia dan dapat langsung


diakses oleh pihak-pijak yang berkepentingan dengan informasi tersebut.
prinsip pengungkapan dan transparansi menyatakan bahwa perusahaan harus
mengungkapkan semua informasi material mengenai perusahaan secara
akurat dan tepat waktu.

Beberapa informasi material tersebut antara lain adalah mengenai


kondisi keuangan, struktur kepemilikan, transaksi pihak berelasi, dan
tatakelola perusahaan. Laporan keuangan perusahaan harus diaudit oleh
auditor eksternal yang independen dan kompeten, serta media komunikasi
harus memberikan akses informasi yangrelevan, tepat waktu, dan efisien untuk
semua pemangku kepentingan.

A.Kebijakan Pengungkapan.

Menurut OECD (2004), pengungkapan harus termasuk, namun tidak terbatas


pada, informasimaterial terkait:

a.Kinerja keuangan dan operasi perusahaan.

b.Tujuan perusahaan.

c.Kepemilikan dan hak suara utama.

d.Kebijakan remunerasi untuk anggota Dewan Komisaris dan


Direksi dan informasi mengenai anggota dewan, termasuk
kualifikasinya, proses seleksi, jabatan direktur dankomisaris perusahaan
yang lain dan apakah mereka independen.

e.Transaksi pihak berelasi.

f.Factor-faktor resiko yang diketahui.

g.Isu terkait karyawan dan pemangku kepentingan lain.


h.Struktur dan kebijakan tata kelola, terutama kode atau kebijakan tata kelola
yang ada danproses implementasinya.

Berdasarkan UU PT No. 40 Tahun 2007 dan UU Pasar Modal,


perusahaan terdaftar harusmembuat dan menyerahkan laporan keuangan
yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan. Laporan keuangan
tersebut terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Di dalam laporan keuangan juga terdapat pengungkapan


mengenai struktur kepemilikan perusahaan. Laporan keuangan auditan
dapat diperoleh dari perusahaan dan di website Bursa Efek Indonesia.

Dalam laporan tahunan juga diharuskan dilakukan pengungkapan mengenai


anggota dewan, diantaranya terkait kualifikasi, kehadiran dalam rapat,
independensi, dan remunerasi. Hal lain yang wajib diungkapkan adalah mengenai
kepemilikan, termasuk informasi mengenai pemegang saham utama dan
pengendali, baik langsung maupun tidak langsung, sampai kepada
pemilikindividu yang disajikan dalam bentuk skema atau diagram.

Penerapan standar pelaporan yang berkualitas tinggi diharapkan


dapat meningkatkan kemampuan investor untuk melakukan pengawasan
atas perusahaan secara signifikan, dengan memberikan pelaporan yang
semakin meningkat keandalannya dan daya bandingnya juga memberikan
informasi yang lebih baik mengenai kinerja perusahaan.

B.Prinsip “Comply or Explain” Terhadap CGCode.

Perusahaan publik harus mengungkapkan dalam laporan tahunan


pernyataan mengenaibagaimana perusahaan menerapkan CGCodes ehingga
memungkinkan pemegang saham untuk mengeevaluasi bagaimana prinsip-prinsip
tersebut telah diterapkan, apakah perusahaan tersebut telah mematuhi atau tidak
mematuhi semua prinsip dalam CGCode

C. Pengertian Transparansi

Bushman & Smith (2003, p. 76) mendefinisikan transparansi perusahaan


sebagai ketersediaan relevansi yang tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya
mengenai kinerja perusahaan dalam suatu periode yang terkait, posisi keuangan,
kesempatan investasi, pemerintah, nilai dan risiko perusahaan dagang yang bersifat
umum. Dalam tingakatan negara, Bushman, Piotroski, dan Smith (2004)
mengidentifikasikan dua jenis transparansi perusahaan yaitu transparansi keuangan
dan transparansi pemerintah. Transparansi keuangan tingkat negara disusun
berdasarkan intensitas pelaporan perusahaan, waktu pelaporan, jumlah analisis, dan
media penyebarannya.
D. Peran pengendalian internal dan manajemen resiko dalam mengurangi konflik
keagenan dan penegakan GCG

Pengendalian adalah proses yang dipengaruhi oleh dewan, manajemen dan


personil lain diperusahaan yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai
terkait pencapaian tujuan berikut:

a. efektivitas dan efisiensi operasi

b. kendalan pelaporan keuangan

c. kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku

E. Pengendalian internal terdiri dari 5 komponen yang terintegrasi yaitu:

a. lingkungan pengendalian

b. penilaian resiko

c. aktivitas pengendalian

d. komunikasi

e. aktivitas monitoring
RESUME MATA KULIAH
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 22 DESEMBER 2018

“PERAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR EKSTERNAL DAN INTERNAL”

A. Peran Auditor Eksternal terkait Asurans terhadap Kualitas Infirmasi yang


Diungkapkan dan Sistem Pengendalian Internal

Tanggung jawab auditor eksternal adalah memberikan opini terkait kewajaran


laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen. Fungsi auditor eksternal adalah
membeerikan kredibilitas atas laporan keuangan dan mengurangi risiko informasi
bahwa laporan keuangan adalah bias, menyesatkan, tidak akurat, tidak lengkap, dan
mengandung kesalahan material.

Untuk dapat menjalankan tugasnya, perlu dipastikan auditor eksternal adalah


indenpenden dan kompeten. Diperlukan mekanisme untuk meningkatkan
indenpendensi auditor eksternal dan untuk memperkuat akuntabilitasnya terhadap
pemegang saham. Tanggung jawab pembinaan dan pengawasan untuk akuntan publik
berada dibawah Menteri Keuangan, yang dilakukan melalui salah satu divisinya yaitu
Pusat Pengawasan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP).

B. Peran Auditor Internal terkait Kualitas Informasi yang Diungkapkan dan Sistem
Pengendalian Internal.

Direksi dan dewan komisaris mempunyai peran penting dalam penerapan tata
kelola perusahaan. Auditor internal mempunyai peranan penting dalam membantu
direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawab untuk menerapkan
tata kelola perusahaan. Fungsi internal audit seharusnya menyediakan aurans dan
jaasa konsultasi yang obyektif dan indenpenden untuk semua aktivitas
perusahaan,termasuk manajemen risiko, pengendalian iter, pelaporan keuangan, dan
fungsi tata kelola lainnya.

Untuk menjalankan tugasnya, internal auditor perlu menjaga indenpendensi dari


unit yang diauditnya serta mempunyai kompetensi yang memadai. Terkait
independensi, independensi inteernal auditor tidak dalam posisi yang independen
seperti auditor eksternal, karena internal auditor adalah karyawan perusahaan. KMPG
(2008) menyebutkan bahwa walaupun auditor internal harus melapor ke direrksi,
namun auditor internal juga harus menyampaikan laporan ke Komite Audit.
C. Akuntabilitas Auditor Eksternal terhadap Pemegang Saham danTugas dari Perusahaan
untuk Melakukan Audit secara Profesional

Auditor eksternal mempunyai akuntabilitas ke pemegang saham dan


berkewajiban kepada perusahaan untuk melakukan pekerjaan audit secara profesional.
Auditor eksternal idealnya harus direkomendasikan oleh komite audit yang
independen dan auditor eksternal tersebut kemudian ditunjuk oleh dewan atau
pemegang saham sebagai praktik tata kelola yang baik sebagai klarifikasi bahwa
auditor eksternal mempunyanyi akuntabilitas kepada pemegang saham.

Peraturan Bapepam-LK (IX-I.5) dan peraturan BI (No. 8/4/PBI/2006)


mengharuskan komite audit memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris
mengenai penujukan akuntan publik. Hal tersebut juga menggarisbawahi bahwa
auditor eksternal bertanggung jawab melaksanakan pekerjaannya secara profesional
untuk perusahaan, bukan untuk individu atau kelompok manajemen tertentu.

D. Tugas dan Tanggung Jawab Auditor Internal dan Eksternal dalam Penegakan GCG

Struktur tata kelola perusahaan yang efektif didukung oleh direksi dan dewan
komisaris yang tanggap, tim manajemen yang bekerja keras, kompeten dan beretika,
fungsi auditor eksternal yang independen dan kompeten, serta fungsi internal audit
yang efektif.

Fungsi audit yang dijalankan auditor eksternal memerankan peranan penting


dalam mencapai tata kelola perusahaan yang efektif. Fungsi auditor eksternal dapat
dipandang sebagai aktifitas yang menambah nilai terkait dengan kreadibilitas yang
diberikan atas laporan keuangan. Laporan keuangan adalah salah satu sumber
informasi utama terutama bagi pihak diluar perusahaan. Berbagai informasi material
yang dibutuhkan berbagai pihak, termasuk pemegang saham, diungkapkan melalui
laporan keuangan.

Auditor internal dapat berfungsi untuk menilai efektifitas dari struktur dan
praktik tata kelola diperusahaan dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan
proses dan aktivitas tata kelola di perusahaan. Auditor internal juga telah berkali
dengan pelatihan serta dalam posisi yang memadai untuk menilai dan memastikan
majemen kinerja dan akuntabilitas yang efektif, mengidentifikasi dan
mengkomunikasikan risiko dan pengendalian terkait kepada direksi dan dewan
komisaris serta komite audit,menilai mekanisme tata kelola perusahaan internak dan
eksternal, serta memberikan asurans atas efektivitas struktur tata keloa perusahaan.

E. Pelaksanaan Peran Auditor Eksternal dan Auditor Internal Menurut Hasil Penilaian
Bank Dunia dan IICD-ASEAN CG Scorecard
Hasil Penilaian oleh Bank Dunia

IAPI telah melakukan konvergensi standar auditing dengan international


Standards on Auditing (ISA). Standar audit tersebut berlaku efektif pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2013 untuk Emiten,dan tanggal 1 Januari 2014 untuk selain Emiten.
IAPI juga telah men geluarkan Kode Etik untuk akuntan publik pada tahun 2008,
yang berlaku efektif 1 Januari 2011. Pada saat Bank Dunia melakukan penilaian,
belum ada aturan jelas mengenai pemilihan auditor eksternal. Pada tahun 2012, OJK
mengeluarkan revisi terkait aturan Komite Audit, yang menyebutkan salah satun tugas
dan tanggung jawab komite audit adalah memberikan rekomendasi kepada Dewan
Komisaris mengenasi penunjukan Akuntan yang didasarkan pada indenpendensi,
ruang lingkup penugasan dan fee.

Hasil Penuilaian oleh IICD-ASEAN CG Scorecard

Hasil penilaian menunjukan masih jarang perusahaan yang mengungkapkan


audit fee dan non audit fee dari auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan
perusahaan.
RESUME MATA KULIAH
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

NAMA : RIZKA MAWADDA


TANGGAL : 22 DESEMBER 2018

“PRINSIP PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DAN TANGGUNG JAWAB


KORPORAT”

a. Tanggung jawab korporat, akuntabilitas dan pelaporan korporat


Yaitu diantaranya diwujudkan dalam bentuk tanggungjawab berikut:
 Menghasilkan produk yang berkualitas dan aman
 Menggunakan system produksi yang ramah lingkungan dan menggunakan
sumber daya secara efisiensi
 Memperlakukan tenaga kerja sesuai peraturan perundang undangan dan azas
kemanusian
 Menggunakan bahan baku yang berkualitas
 Memenuhi kewajiban kepada kreditor
 Menghindari praktik persaingan usaha yang tidak sehat
 Mentaati seluruh peraturan perundang undangan
 Mentaati seluruh perjanjian
 Mengarahkan pembangunan yang berkelanjutan

b. Pengakuan dan penghormatan terhadp kepentingan para pemangku kepentingan

Pengakuan dan penghormatan ha pemangku kepentingan untuk ikut serta


dalam tata kelola perusahaan diatur di sub prinsip D yaitu melalui jaminan akses
informasi yang relevan, emmadai, andal, tepat waktu dan reguler. Disisi lain E,
bentuk pengakuan dan penghormatan hak pemangku kepentingan ditunjukkan oleh
kebebasan pemangku kepentingan, khususnya orang dlam perusahaan, untuk
mengkomunikasikan dengan tindakan pelanggaran aturan/etika kepada berwenang.
c. Peran aktif korporat dalam memberantas korupsi

Prinsip OECD secara eksplisit mengatur tentang peran aktif korporat dalam
memberantas korupsi. Namun demikian, sub prinsip A dan E mengandung semangat
anti korupsi yang harus dilaksanakan perusahaan. Upaya korporat dalam menghindari
tindakan korupsi merupakan kehormatan korporat terhadap hak pemangku
kepentingan yaitu negara dan masyarakat. Sementara itu, peran aktif korporat menjadi
wishtleblower atas dugaan tindakan korupsi salah satu bentuk implementasi sub-
prinsip E.

d. Peran aktif korporasi dalam melestarikan lingkungan

Peran aktif korporasi dalam melestarikan lingkungan secara tersirat


terkandung dalam prinsip OECD ke-4 sub-prinsip A. Lingkungan dan komunitas
masyarakat dimana korporasi berada merupakan salah satu pemangku kepentingan
dan menurut sub-prinsip A, seluruh pemangku kepentingan yang ditetapkan melalui
peraturan perundang-undangan atau melalui kesepakatan bersama harus dipenuhi.
Oleh sebab itu sesuai dengan sub-prinsip A, korporasi harus berperan aktif dalam
melestarikan lingkungan dan memberdayakan komunikasi masyarakat sekitarnya.

e. Peran penyaluran pengaduan oleh ppemangku kepetningan terhadap kemungkinan


pelanggaran aturan/etika oleh orang dalam korporat

Prinsip OECD ke0-4 sub-prinsip E, menegaskan bahwa untuk mewujudkan


perusahaan yang baik, maka perlu dilakukan upaya yang memungkinkan para
pemangku kepentingan termasuk karyawan secara individu dan lembaga yang
mewakilinya, dapat secara bebas mengkimunikasikan kemungkinan tindakan
pelanggaran aturan/etika kepada Board ( dewan komisaris atau lembaga yang diberi
kewenangan ini, misalnya komite audit) dan mendapatkan perlindungan atas
pelaksanaan haknya tersebut.

f. Peran akuntan profesional

Akuntan profesional dpaat berperan aktif dalam mewujudkan prinsip peran


pemangku kepentingan, diantaranya, namaun tidak terbatas pada :
a. Mendorong pengungkapan tentang pemenuhan tanggung jawab korporat;
b. Membangun sistem pengendalian internal perusahaan yang menjamin ketaatan
perusahaaan terhadap peraturan perundang-undangan;
c. Membangun sistem yang menghubungkan remunerasi karyawan dengan kinerja
jangka panjang
d. Membangun sistem informasi yang menjamin pengungkapan informasi yang tepat
waktu dan andal;
e. Membangun sistem wishtleblowing yang andal dan aman bagi yang menjalankan
peran terseut;

Anda mungkin juga menyukai