Anda di halaman 1dari 5

UTS Etika Bisnis

Analisis Kasus : Perusahaan Enron

KELOMPOK 4 :

Arnetha Latumenasse (2017-30-034)

Vonda E. Ruimassa (2017-30-035)

Arsya A. Jamal (2017-30-143)

Valentino I. Lawalata (2017-30-225)

Aprillia Aponno (2017-30-117)

Krispahlawati Etwiory (2018-30-199)

Natalia Battasar (2018-30-353)

Achmad R. Wael (2017-30-391)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PATTIMURA
2019
ANALISIS KASUS ENRON

Enron merupakan perusahaan gas alam tersebas di Amerika Serikat yang mempekerjakan lebih
dari 20.000 karyawan dimana pada akhirnya perusahaan itu menuju kebangkrutan. Kasus ini akan
dianalisis dengan mengaitkannya pada 5 dimensi bisnis yang ada pada materi bab 4, Hakikat Ekonomi
dan Bisnis.

DIMENSI EKONOMI

Dari segi dimensi ekonomi, khususnya bagi para pelaku bisnis, berusaha untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar- besarnya atau lebih dikenal dengan keuntungan optimal adalah sah-sah saja.
Apa yang dilakukan oleh para eksekutif utama Enron itu dapat diterima karena dalam dimensi ekonomi
sah-sah saja berusaha untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Mereka mempercantik
laporan keuangan perusahaan melalui penciptaan pendapatan fiktif sebesar US$181 juta sehingga
membuat laba bersih mereka dilihat banyar dalam laporan keuangan. Mereka juga menyalahgunakan
penggunaan SPE (Special Purpose Entities – Entitas yang dibangun untuk tujuan bisnis tertentu) dalam
membentuk entitas-entitas kecil dengan semena-mena sehingga membuat besar utang perusahaan yang
sebenarnya sulit untuk diketahui. Selain itu, berkaitan dengan KAP Andersesn, Enron menyewa dan
membayar mereka untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan agar sesuai dengan standar akuntansi
(GAAP) sebesar US$5 juta, juga menyewa mereka sebagai konsultan perusahaan walaupun hal ini
melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya dan membayar US$50 juta untuk biaya konsultasi.
Dengan melakukan penipuan (melebih-lebihkan laba bersih untuk mempercantik laporan
keuangan), penyuapan (membayar KAP Andersen sebesar US$5 juta untuk jasa audit dan US$50 juta
untuk jasa konsultasi), dan strategi bisnis tertentu (membentuk entitas khusus untuk menutupi jumlah
utang perusahaan yang sebenarnya), para eksekutif Enron ini dapat membohongi publik selama 7 tahun
sehingga mereka menjadi perusahaan gas alam terbesar di Amerika Serikat, yang keuntungan
optimalnya dicerminkan melalui laporan keuangan perusahaan Enron. Laporan keuangan yang baik dan
dipercaya dapat menarik investor-investor agar dapat berinvestasi pada perusahaan, itulah strategi
Enron untuk membuat keuntungan perusahaan semakin meningkat. Walaupun disisi lain, cara untuk
mencapai keuntungan tersebut tidak etis dan pada akhirnya berbalik menjadi alasan mengapa
perusahaan ini bubar.
DIMENSI ETIS

Dalam dimensi etis, tindakan bisnis untuk mencapai keuntungan adalah sesuatu yang bersifat
etis. Namun jika dalam mencapai keuntungan itu, ada pihak yang dirugikan atau ada lingkungan yang
dirusak, maka tindakan bisnis tersebut dinilai tidak etis. Akibat dari keputusan eksekutif utama Enron
untuk melakukan penipuan, penyuapan, dan juga strategi bisnis yang taktikal, publik terutama investor
lama-kelamaan menjadi kurang percaya akan laporan keuangan Enron. Hal ini dikarenakan strategi
Enron dengan membentuk SPE untuk menutupi utang perusahaan yang sebenarnya sehingga investor
menjadi ragu untuk menginvestasikan uang mereka pada Enron. Akibatnya harga saham Enron mulai
menurun drastis di seluruh dunia (Amerika, Eropa, Asia) dan lama kelamaan menjadi tidak bernilai.
Perusahaan bahkan menginvestasikan dana pensiun pegawai menjadi saham perusahaan namun tidak
bisa tertolong lagi, Enron akhirnya mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan dan memecat sekitar
5000 orang pegawai. KAP Andersen juga akhirnya ditutup karena dianggap membantu Enron dan
sengaja melakukan kriminal berupa penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi
kebangkrutan Enron. Bahkan salah satu eksekutif Enron yang merupakan CFO (Chief Finansial
Officer) bernama Andrew Fastow melakukan praktik ilegal dalam investasi di mana dia menukar
informasi perusahaan pada investor luar yang berinvestasi.
Tindakan berupa penipuan dan penyogokan yang dilakukan para eksekutif Enron merupakan
tindakan praktik bisnis yang sangat tidak etis dan tidak bermoral. Enron adalah perusahaan gas alam
terbesar di Amerika Serikat dan mempekerjakan lebih dari 20.000 pegawai yang ketika perusahaan ini
bangkrut, banyak sekali pihak yang dirugikan. Akibat dari keputusan dan tindakan yang dibuat oleh
eksekutif Enron, bukan hanya investor yang rugi terutama juga 5000 pegawai perusahaan yang dipecat,
dan juga pegawai yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan. Dana pensiun
seluruh pegawainya (20.000 pegawai) juga hilang. Perusahaan Enron juga menjadi bangkrut, begitu
juga dengan entitas khusus yang dibentuk Enron (SPE). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus
seketika dengan merosotnya harga saham berbagai perusahaan di bursa efek karena, banyak pihak di
samping proses peradilan dan tuntutan hukum dirugikan. Karena ingin mencari keuntungan yang lebih
besar juga kesejahteraan diri sendiri serta keluarga (egoisme), para eksekutif Enron melakukan praktik
bisnis yang sangat tidak etis dan tidak bermoral, dan secara langsung mengorbankan banyak pihak, serta
meninggalkan hanya utang dan kehancuran.
Menurut teori Fraud (Kecurangan) ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang
melakukan perilaku tidak etis (kecurangan, manipulasi, korupsi, dsb) yaitu opportunity, pressure, dan
rationalization. Ketiga hal tersebut dapat dihindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku,
dll. Tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust).
DIMENSI HUKUM

Pada dimensi hukum, setiap perusahaan bila ingin memperoleh jaminan hidup jangka panjang
harus tunduk pada berbagai peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di negara tempat
perusahaan itu berada karena hukum mengatur perilaku manusia. Ketika Enron mendaftarkan
kebangkrutannya ke pengadilan, pemerintah melakukan investigasi akan kebangkrutannya. Namun
pada saat itu, Enron dan KAP Andersen dengan sengaja menghancurkan dokumen yang berkaitan
dengan investigasi tersebut. Departemen Kehakiman Amerika Serikat melakukan investigasi kriminal
tentang Enron yang selalu menutupi masalah keuangannya. Departemen Tenaga Kerja AS juga
melakukan investigasi sipil terhadap kebangkrutan Enron akibat kerugian para pegawainya. Secara
tidak langsung mereka melakukan kriminal untuk menghambat investigasi dan mendapat sanksi hukum.
Enron sudah tentu bersalah dimata hukum Amerika Serikat. Dalam proses hukum kebangkrutan
Enron, mantan CEO Enron, Kenneth Lay dan Jeffrey Skilling dinyatakan bersalah karena menipu
investor dengan menyembunyikan neraca utang dan menaikkan pendapatan. Jeffrey Skilling dijatuhi
hukuman penjara 24 tahun dan empat bulan dan harus membayar ganti rugi sebesar US$45 juta pada
para investor Enron. Kenneth Lay dijatuhi ancaman penjara 45 tahun, namun meninggal dunia karena
serangan jantung.

DIMENSI SOSIAL

Dalam dimensi sosial, perusahaan mampu hidup bila kepentingan masyarakat yang berada
dalam perusahaan maupun di luar perusahaan dapat diakomodasi (dipenuhi kepentingannya). Praktik
bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak.
Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron
yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada
umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya
harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, KAP Andersen
sebagai kantor akuntan pajak telah menyalahgunakan kepercayaan dari pihak stock holder atau
principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai pertanggungjawaban dari pihak
agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah
bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma
dan etika bisnis yang sehat. Dampak yang terjadi pada Enron sendiri adalah utang dan kehancuran yang
juga membuat pihak lain menderita. Jika dilihat juga dari konsep stakeholders, para eksekutif puncak
dituntut untuk tidak hanya bersifat etis, tapi diharapkan mempunyai tingkat kesadaran transendental
(spiritual).
DIMENSI SPIRITUAL

Menurut dimensi spiritual, terdapat 3 aspek yang menggambarkan kegiatan bisnis. Dilihat dari
ibadah, masyarakat sejahtera, dan juga alam lestari.
Stakeholders (pengelolda dan pemangku kepentingan) harus menyadari bahwa kegiatan bisnis
adalah bagian dari ibadah (God devotion) sehingga dalam tiap kegiatan bisnisnya harus bertahan pada
moral (etis). Hal ini tidak terlihat dalam praktik bisnis Enron akibat dari penerapan sistem ekonomi
kapitalis di Amerika Serikat yang membuat mereka tidak memikirkan Tuhan dan ibadah dalam tindakan
mereka. Perbuatan eksekutif puncak Enron – Kenneth Lay, Jeffrey Skilling, dan Andrew Fastow –
sangatlah tidak etis dan tidak bermoral (penipuan, penyogokan, dan korupsi) karena mereka tidak
menyadari bahwa kegiatan bisnis adalah bagian dari ibadah.
Tujuan bisnis adalah untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku kepentingan atau
masyarakat (prosperous society) karena kegiatan bisnis adalah bagian dari ibadah. Ini jelas tidak
tercermin pada praktik bisnis Enron karena akibat dari tindakan eksekutif puncak perusahaan membuat
menderita masyarakat dalam perusahaan (karyawan, manajer, eksekutif) dan juga masyarakat di luar
perusahaan (investor, KAP Anderson) akibat tindakan tidak etis yang dilakukan eksekutif puncak Enron
yang tidak bermoral. Sekitar 20.000 karyawan kehilangan pekerjaan mereka tanpa adanya dana pensiun,
para investor Enron menjadi rugi, terjadi pergolakan pada pasar modal global, serta berbagai lembaga
eksternal yang menanggung dampaknya (KAP Anderson, konsultan hukum Enron yang bernama
Vinson&Elkins, regulator pasar energi FERC, pasar saham, pasar utang, dan masih banyak lagi). Para
eksekutif puncak Enron ini sudah membuat masyarakat baik dalam maupun luar perusahaan tidak
sejahtera hanya untuk mensejahterakan diri mereka sendiri, sampai pada akhirnya mereka menerima
hukuman yang setimpal.
Dalam menjalankan aktivitas bisnis, pengelola juga harus mampu untuk menjamin kelestarian
alam (planet conservation). Berkaitan dengan perusahaan Enron yang merupakan perusahaan gas alam
terbesar di Amerika Serikat, mereka selalu mengebor bumi untuk dapat mengambil minyak bumi. Hal
itu tentu saja merusak bumi. Semua perusahaan gas alam jika mengambil minyak bumi secara terus-
menerus, pada akhirnya minyak bumi akan habis. Hal ini tentu saja tidak menjamin kelestarian alam.

Anda mungkin juga menyukai