Anda di halaman 1dari 7

Tugas II

Nama : Maria Mediana Sebenan

NIM : 202130356

Manajemen Keuangan

Dosen Paskanova Gainau

Enron Corporation
Pada tahun 1985, Enron didirikan oleh Kenneth Lay melalui merger antara Houston Natural Gas dan
InterNorth. Perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut melakukan penjualan listrik dengan
menggunakan harga pasar pada awal tahun 1990. Adanya hasil Kongres Amerika Serikat yang
memutuskan untuk melakukan deregulasi penjualan gas alam telah menyebabkan Enron mengalami
peningkatan pendapatan yang signifikan. Enron merupakan penjual gas alam terbesar pada tahun 1992
di Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $122 juta, dan
merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba usaha perusahaan.
Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron menerapkan strategi bisnis
diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan mengoperasikan berbagai aset meliputi gas pipelines,
electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan broadband services. Perkembangan pesat
Enron telah menyebabkan harga saham perusahaan tersebut mengalami kenaikan sebesar 311% dari
awal tahun 1990 sampai akhir tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham mengalami kenaikan sebesar
56% dan pada tahun 2000 sebesar 87%. Harga saham per lembar perusahaan adalah sebesar $83.13.
Dari hasil survey majalah Fortune tentang “Most Admired Company”, Enron dinobatkan sebagai “the
Most Innovative Company” di Amerika.
Pada tahun 2001, Enron telah menjadi konglomerat yang memiliki dan mengoperasikan gas pipelines,
electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan broadband servicesberskala internasional,
dan sahamnya diperdagangkan secara luas di pasar modal.

Tabel berikut menunjukkan besarnya segmentasi pasar Enron, terlihat bahwa perdagangan domestik
dan internasional perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dari tahun 1993 - tahun 2000.
Sepanjang akhir periode 1990-an, saham Enron naikks ecara perlahan-lahan di NYSE, dengan rentang
perdagangan $20-$40. Dalam beberapa bulan awal tahun 2000 harga saham Enron melonjak menjadi
$70 dan mencapai puncaknya pada Agustus 2000 pada harga $90,56 dan menutup tahun dengan harga
saham mendekati $80. Pada tahun 2001, tren tersebut menurut secara drastis hingga suatu titik dimana
saham Enron sebenarnya sudah tidak berharga lagi. Pada tanggal 2 April 2002, saham Enron hanya
bernilai 24 sen pada pasar over-the-counter.

KAP Arthur Andersen


KAP Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan Clarence Delany sebagai
Anderse Delany & Co. Perusahaan tersebut berubah nama menjadi Arthur Andersen & Co. pada tahun
19184. Andersen memimpin perusahaan sampai kematiannya pada tahun 1947, beliau adalah aktivis
pembentukan standar dalam industri akuntansi. Ketika munculnya opsi saham dalam bentuk
kompensasi, Arthur Andersen adalah KAP pertama yang mengusulkan ke FASB bahwa opsi saham harus
disertakan pada laporan biaya sehingga berdampak pada laba bersih seperti kompensasi dalam bentuk
tunai.

Setelah konsultasi IT ditetapkan pada tahun 1980, Arthun Andersen pun mengembangkan praktek
konsultasi di bidang IT tersebut, sementara KAP lain masih berfokus pada konsultasi jasa audit. Pada
akhir tahun 1990-an, Arthur Andersen telah berhasil mengalitigakan pendapatan per saham para
partnernya.
Berikut adalah tarif jasa KAP Big-4 untuk klennya sebelum skandal Enron. Jika dibandingkan dengan KAP
lainnya, Arthur Andersen memasang tarif tertinggi untuk jasa audit dan kedua tertinggi untuk jasa IT5.

Sesuai perkiraan, Arthur Andersen berjuang untuk menyeimbangkan antara "faithfulness to accouting
standards" dengan "its clients' desire to maximize profits", khususnya di laporan laba rugi kuartalan.
Arthur Andersen telah diduga terlibat dalam penipuan akuntansi dan audit pada Sunbeam Products,
Waste Management Inc., Asia Pulp & Paper, Baptist Foundation of Arizona, WorldCom, dan Enro

Pelanggaran 5 Prinsip Tata Kelola pada kasus Enron

Anderson National Committee on Governance (NCG,2006) memublikasikan Indonesia’s Core of Good


Corporate Governance pada 17 Oktober 2006. Dalam kode GCG ini, NCG mengemukakan lima prinsip
GCG, yaitu :

 Transparansi (transparency)
 IniAkuntabilitas (accountability)
 Responsibilitas (responsibility)
 Independensi (independency)
 Kesetaraan (fairness)

Berikut analisis pelanggaran kode GCG yang terjadi pada Skandal Enron :

Transparansi (transparency)

Berkaitan dengan kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses
keputusan dan penyampaian informasi. Keterbukaan dalam menyampaikaninformasi juga mengandung
arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar dan tepat waktu kepada semua pemangku
kepentingan.Dalam Skandal Enron dimensi Transparasi jelas dilanggar, hal ini dapat dilihat pada :

 Pembentukan SPE dengan tujuan melebih-lebihkan laba, meningkatkan kas dan


menyembunyikan utang, menutup-nutupi kerugian terhadap investasi saham Enron pada
perusahaan lain.
 Memberikan informasi kinerja perusahaan yang menyesatkan kepada investor dan karyawan
sehingga investor dan karyawan membeli saham Enron dalam jumlah besar pada saat harga
saham Enron tinggi, sebelum anjloknya harga saham.
 Tidak memasukan transaksi SPE dalam Laporan Konsolidasi Enron, sehingga angka yang ada
dalam neraca tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
 Penghancuran dokumen terkait SPE sebanyak lebih dari 1 ton kertas dengan tujuan menutup-
nutupi kebenaran dan menghambat penyidikan.

Akuntabilitas (accountability)
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina system
akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Untuk itu,
diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertangungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan
berjalan efektif. Dalam skandal Enron, pihak manajemen tidak mengelola sistem akuntansi yang efektif
sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak dapat dipercaya, hal ini dapat dicermati pada :

 SEC membolehkan sebuah perusahaan untuk mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan
keuangannya. Hal ini diperbolehkan jika terdapat pihak independen yang mempunyai control
atas entitas tujuan tersebut dan apabila pihak independen tersebut memiliki setidaknya 3% dari
seluruh SPE tersebut. Peraturan tersebut kurang tepat, karena seharusnya perusahaan tidak
boleh mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan keuangannya. Hal tersebut seharusnya
dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi yang dimiliki oleh perusahaan induk. Dalam
kasus Enron ini, hal tersebut tidak dicatat dan tidak dilaporkan dalam laporan keuangan
konsilidasi perusahaan induk, ditambah lagi pihak yang memiliki SPE adalah pihak internal
Enron.
 Melakukan skema prabayar, yakni mencatat transaksi prabayar dalam pengiriman energi masa
depan sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan sebagai arus kas dari operasi
pembiayaan.
 Perhitungan pajak yang salah yaitu mengakui kerugian yang sama sebanyak dua kali dan
mencatatnya sebagai pendapatan; dan merubah dpp aset tak tersusutkan (tidak kena pajak)
menjadi aset tersusutkan (kena pajak).
 Melakukan praktik asset light, yaitu menjual aset pembangkin listrik secara langsung atau
menjual kepentingan di dalamnya kepada investor secara lansung, dan mencatat pendapatan
tersebut sebagai laba dari hasil “monetizing” dan “syndicating”

Responsibilitas (responsibility)
Prinsip responsibilitas adalah prinsip di mana para pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban
atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud
kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip tanggung jawab ada sebagai konsekuensi logis dari
kepercayaan dan wewenang yang diberikan oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola
perusahaan. Skandal Enron memberikan contoh pelanggaran tanggung jawab ini mempunyai dalam
berbagai dimensi, yaitu:

1. Dimensi ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberian keuntungan ekonomis bagi
para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga melanggar prinsip fairness dimana tidak semua
pemangku kepentingan mendapatakan keuntungan ekonomis yang sama bahkan ada yang
dirugikan.
2. Dimensi hukum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam bentuk ketaatan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron melakukan ratusan transaksi yang
melanggar hukum, mulai dari konspirasi, penipuan, pemalsuan laporan, insider trading,
penipuan pajak, pencucian uang, dan penipuan sekuritas. Vinson dan Elkins, pengacara eksternal
Enron sudah sudah menyadari adanya risiko tak terkendali dalam transaksi yang dilakukan
Enron, mereka juga telah mengajukan laporan penjabaran risiko kepada Lay, namun akibat
loyalitasnya kepada Lay mereka tetap menyetujui SPE yang dikelola oleh Faslow dan SPE lain.
Padahal dalam etika hukum, pengacara eksternal memiliki kewajiban etis yang jelas untuk
menarik diri dari transaksi di mana klien jelas melanggar hukum.
3. Dimensi moral, artinya sejauh mana wujud tanggung jawab tindakan manajemen tersebut telah
dirasakan keadilannya bagi semua pemangku kepantingan. Selama prinsip fairness tidak
terpenuhi, dimensi moral sulit untuk dipertanggunjawabkan. Selain itu kegiatan perusahaan
Enron tidak menghormati nilai-nilai dasar yang mendasari ketertarikan pemangku kepentingan
(hypernorms) sehingga saat mendekati detik-detik keterpurukan, Enron tidak mendapat
dukungan dari pemangku kepentingan selain dengan cara curang.
4. Dimensi spiritual, artinya sejauh mana tindakan manajemen telah mampu mewujudkan
akuntabilitas diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai dengan ajaran agama
yang diyakininya. Eksekutif Enron hanya mengejar tujuan lahirian dengan mengabaikan tujuan
spiritual, dengan ini tahap yang dicapai hanya PQ dan IQ saja.

Independensi (independency)

Independensi adalah keadaan di mana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat
professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas dari tekanan/pengaruh dari mana pun
yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang
sehat. Pelanggaran prinsip ini terjadi pada, sebagai perikut :

 Arthur Ardensen menyediakan setidaknya 5 layanan kepada Enron yaitu :


(1) sebagai auditor eksternal yang mengaudit kewajaran laporan keuangan Enron;
(2) sebagai Konsultan akuntansi dan manajemen, termasuk saat transaksi SPE;
(3) sebagai penasihat perpajakan;
(4) sebagai internal auditor Enron;
(5) sebagai penasihat masalah keuangan.
Kelima layanan tersebut memiliki fungsi yang saling bertabrakan bahkan tumpang tindih hingga
menyebabkan hilangnya objektivitas Arthur Andersen.
 Banyaknya auditor Arthur Andersen yang kemudian pindah dan menjabat sebagai eksekutif
Enron, seperti: Richard Causey, Sheron Wattkins, dan staff lainnya.
 SPE seharusnya dimiliki oleh pihak independen, tetapi SPE yang bertransaksi dengan Enron
adalah bentukan Fastow yang merupakan CFO Enron.

Kesetaraan (fairness)

Perlakuan yang setara merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua pemangku
kepentingan secara adil dan merata, baik pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan,
karyawan, pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat dan yang
lainnya). Prinsip ini juga sangat erat dan tumpang tindih dengan prinsip akuntabilitas dan tanggung
jawab.Enron memperlakukan pemangku kepentingannya dengan tidak adil, yaitu :

 Karyawan memperkaya diri mereka sendiri tanpa persetujuan Dewan Direksi (Kompensasi
berlebihan).
 Konflik kepentingan yang tidak pantas, yaitu adanya Insider Trading dimana Dewan Direksi
menyetujui CFO untuk mengoperasikan dana ekuitas swasta SPE LJM yang melakukan transaksi
bisnis dengan Enron dan meperoleh keuntungan dari biaya Enron.
 Kegagalan tugas fidusida Dewan Direksi yaitu gagal melindungi pemegang saham Enron dari
kegiatan yang tidak adil sehingga merugikan pemegang saham, karyawan, dan rekan bisnis.
 Memanipulas krisis listrik di California dan menerapkan skema prabayar dan menetapkan harga
listrik sangat tinggi sampai 9 kali lipat demi keuntungan eksekutif Enron. Hal ini menyebabkan
banyak perusahaan di industri sejenis gulung tikar, pengangguran di California bertambah,
masyarakan kesulitan mendapatkan listrik dan harus membayar mahal untuk itu.
 Karyawan diperlakukan tidak adil. Enron mengharuskan dana pensiun karyawannya diubah
dalam bentuk saham. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan cara ini.
Dan pada saat masa jatuhnya enron, para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah menjuals
ahamnya, sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada harga 26 sen. Sangat
banyak terjadi kerugian pada karyawan. Baik financial maupun moral. Karyawan Enron banyak
yang tidak diterima di perusahaan lain.

Anda mungkin juga menyukai