Anda di halaman 1dari 10

RESUME JURNAL

Diajukan untuk memenuhi Tugas Etika Profesi Dan Tata Kelola Perusahaan
Dosen Pegampu
Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.SI., Ak

Oleh:
Dhika Aji Wardhani
Wulan Rezky Amalya
Nikolas Bagas Cristandy

PROGRAM PASCA SARJANA


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2021
THE ENRON STORY:
YOU CAN FOOL SOME OF THE PEOPLE SOME OF THE TIME
Alyson Tonge, Lesley Greer and Alan Lawton

Pendahuluan
Enron adalah perusahaan yang berdiri pada 1986 dan merupakan hasil merger dari
perusahaan Houston Natural Gas dengan perusahaan Internorth. Enron adalah salah satu
perusahaan terkemuka di dunia yang bergerak dalam bidang energi, gas alam,dan melakukan
perluasan usaha lainnya yang meliputi future transaction, trading commodity non energy hingga
bidang komunikasi yang berada di Houston, Texas, Amerika Serikat. Pada saat itu jumlah
pekerja di perusahaan ini mencapai 21.000 orang pegawai. Sebelum kebangkrutannya pada tahun
2001, Enron mengaku penghasilannya mencapai $101 milyar pada tahun 2000. Kasus Enron
yang terungkap pada akhir 2001 tersebut bergulir hingga 2002 yang berpengaruh sangat luas
terhadap pasar keuangan global. Di mana terjadinya penurunan harga saham secara drastis baik
di Amerika, Eropa, hingga Asia. Enron jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir
sebesar US $ 31.2 milyar. Dari kilas balik cerita di atas telah menjelaskan judul yang ada di atas
bahwa mungkin kita dapat melakukan kecurangan, membohongi orang-orang dan berperilaku
tidak jujur namun hal tersebut tidak akan bertahan lama karena pada nantinya akan terungkap
semua yang telah disembunyikan. Topik ini begitu menarik untuk dibahas di mana kasus Enron
merupakan kisah nyata terungkapnya manipulasi atau bentuk kecurangan terhadap penyajian
laporan keuangan yang dilakukan oleh Enron dengan auditornya yaitu Arthur Andersen selama
bertahun-tahun. Kasus yang memberikan contoh tentang adanya fraud accounting maupun
pengabaian etika bisnis untuk mencapai tujuan dengan menggunakan cara yang salah.
Berdasarkan kasus yang menyandung Enron tersebut kita akan belajar mengenai etika dalam
bisnis. Di mana etika yang baik harus diterapkan di setiap akuntan karena akuntan bertanggung
jawab atas laporan yang disajikannya.
Analisis dan Pembahasan
Beberapa poin penting yang dapat memudahkan untuk menganalisis jurnal ini adalah sebagai
berikut:
1) Mengungkapkan secara kompleks transaksi keuangan yang dilakukan oleh Enron
2) Menjelaskan peran penting dan tanggung jawab
3) Mengidentifikasi isu-isu tentang etika yang muncul dari kasus tersebut
4) Membahas dampak dari tata kelola perusahaan Enron, audit dan hubungan antara bisnis
dengan pemerintah
Mengungkapkan Secara Kompleks Transaksi Keuangan Yang Dilakukan Oleh Enron
1. Manajemen Laba
Laba yang dihasilkan perusahaan menjadi faktor utama dalam menilai sebuah perusahaan
di Amerika Serikat. Informasi atas laba merupakan informasi yang penting dalam pengambilan
suatu keputusan. Karena informasi akan laba begitu penting maka muncullah perilaku pihak
manajemen yang tidak semestinya yaitu melakukan earnings management atau manajemen laba
seperti yang dilakukan oleh Enron di mana Enron memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan
memberi kesan yang baik pada kinerja perusahaan sehingga akan dapat merugikan pada pihak-
pihak yang berkepentingan khususnya pihak eksternal karena mereka dapat melakukan kesalahan
pengambilan keputusan atas manipulasi laporan keuangan yang disajikan . Sebenarnya praktik
earnings management bersifat legal asalkan tidak melanggar Prinsip Akuntansi Berterima
Umum (PABU) namun pada kenyataannya beberapa pihak memanfaatkan praktik ini dengan
cara yang salah demi mencapai tujuan yang diinginkan. Dari kasus Enron ini telah
menggambarkan betapa orang-orang telah mengabaikan etika bisnis demi kepentingan pribadi.
2. SPE (Special Purpose Entities)
SPE digunakan kembali oleh Enron pada awal 1990-an sebagai alat untuk menghasilkan
uang tanpa mengungkapkan tingkat pinjaman. Di sini Enron memperoleh pembiayaan dengan
cara meminjamkan saham induk perusahaan Enron kepada anak perusahaannya sebagai modal
dasar partnership-partnership tersebut. Jadi sebenarnya Enron melakukan transaksi dengan
dirinya sendiri dan Enron pun juga tidak mengungkapkan operasi dari partnershipnya dalam
laporan keuangan yang ditujukan kepada pemegang saham dan SEC yang merupakan badan
tertinggi pengawasan perusahaan publik di Amerika Serikat. Tidak berbeda dengan manajemen
laba, dengan SPE juga menunjukkan bahwa Enron telah mengabaikan etika dan moral berbisnis.
Enron melakukan cara-cara yang negatif demi kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampak
yang timbul atas perbuatannya.
3. Mark to market accounting
Merupakan suatu metode pencatatan aset dalam laporan keuangan berdasarkan nilai pasar
setelah sebelumnya aset tersebut dinilai oleh Lembaga Penilai Independent. Selisih harga pasar
dengan nilai sebelumnya dicatat sebagai laba/rugi. Jika nilai pasar lebih besar menjadi laba,
sedangkan bila lebih kecil menjadi rugi. Tujuannya adalah untuk memanipulasi Laporan
Keuangan agar rasionya menjadi lebih baik. Beberapa aset Enron dijual dengan harga pasar. Ini
dilakukan untuk menunjukkan bahwa harga pasar yang dicatat dalam laporan keuangan tersebut
wajar, namun pembelinya adalah anak perusahaannya sendiri. Artinya mereka melakukan
transaksi di dalam perusahaan itu sendiri di mana mereka adalah penjual dan merangkap sebagai
pembelinya, Hal ini merupakan contoh perdagangan yang fiktif
Peran dan Tanggung Jawab
1. Dewan Direksi
Dewan Direksi bertanggung jawab kepada para pemegang saham terhadap bisnis
perusahaan. Mereka harus mampu menjaga kode etik yang berhubungan dengan bisnis
agar bisnis tersebut menjadi efektif. Dalam kasus Enron semua direksi Enron terlibat
dalam skema tidak jujur dan mereka mengerti bagaimana memperoleh keuntungan
dengan cara yang tidak benar. Salah satu direktur atau ahli keuangan Andrew Fastow
yang bertanggung jawab dalam menciptakan banyak kemitraan seperti JEDI, Chewco,
dan Raptors, dan perusahaan tahu persis bagaimana keuntungan yang sedang dilakukan
bersama dengan beberapa sutradara lain di dewan direksi. Direktur –direktur dari semua
bagian membuat skema keuangan untuk terus mendapatkan keuntungan internal tanpa
pengetahuan dari pemegang saham atau direksi lainnya.
2. Eksekutif dan Manajemen Senior
Manajemen senior secara umum menjadi penentu budaya etika pada suatu organisasi,
tanpa terkecuali, Enron. Pada awalnya, Enron mengaku atau memberikan kesan
memegang nilai-nilai moral seperti kehormatan, integritas, unggul dan komunikasi.
Tetapi bisa dilihat bahwa bagaimana kode etik diabaikan dan dihapuskan sehingga
Fastow mendapatkan partnership, dan bagaimana Lay berbohong kepada staf tentang
kondisi perusahaan. Namun, beberapa orang dalam (Chaffin dan Fiddler, 2002b)
menunjukkan risiko dari mengadopsi budaya Enron dan bagaimana insentif berupa bonus
memberikan dorongan kepada staf untuk memanipulasi perkiraan keuntungan sehingga
mendorong maraknya praktis tidak etis terjadi.
3. Auditor
Arthur Andersen adalah auditor untuk Enron. Satu dari lima perusahaan akuntansi
terbesar adalah kantor akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan
pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi
Generally Accepted Accounting Practices (GAAP). Andersen, disewa dan dibayar oleh
Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana sebenarnya hal ini
melebihi wewenang dari akuntan publik pada umumnya. Arthur Andersen juga
dipersalahkan karena telah melakukan pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen
lainnya yang berhubungan dengan audit Enron. Perbuatan yang dilakukan oleh Arthur
Andersen tidak sesuai dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dan
Generally Accepted Auditing Standard (GAAS). Seharusnya Arthur Andersen bekerja
dengan penuh kehati-hatian sehingga informasi keuangan yang telah diauditnya dapat
dipercaya tidak mengandung keraguan-keraguan
Mengidentifikasi isu-isu tentang etika yang muncul dari kasus
Enron bersama dengan Arthur Andersen telah melakukan fraud accounting, yaitu:
melakukan kecurangan, manipulasi laporan keuangan dengan cara melakukan earnings
management atau manajemen laba, SPE dan mark to market accounting. Hal tersebut merupakan
perbuatan Enron maupun Arthur Andersen yang mengabaikan moral, akhlak, etika dalam
berbisnis yang memberikan dampak yang luar biasa, membuat Enron jatuh bangkrut dengan
meninggalkan milyaran hutang. Tidak hanya berdampak pada Enron dan Arthur Endersen yang
sudah tidak dipercaya lagi oleh publik atas KAPnya tetapi juga banyak pihak di antaranya adalah
para investor dan para karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham
perusahaan. Sebenarnya hal tersebut dapat dihindari dengan memperhatikan moral, akhlak,
perilaku dalam berbisnis dan yakin bahwa dengan memiliki moral yang baik terhadap
kepercayaan publik maupun diri sendiri.
Dampak dari Tata Kelola Perusahaan Enron, Audit dan Hubungan antara Bisnis dengan
Pemerintah
Kegagalan Enron, dan KAP Arthur-Andersen merupakan pemicu tentang harapan baru
dalam tata kelola dan akuntabilitas di Amerika. Para politisi Amerika menciptakan kerangka tata
kelola dan akuntabilitas baru yang dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act untuk memulihkan
kembali kepercayaan masyarakat dan memfokuskan kembali tata kelola perusahaan pada
tanggung jawab direksi terhadap kewajiban fidusia mereka terhadap kepentingan shareholders
dan masyarakat.

Critical Review
Secara keseluruhan jurnal ini telah membahas tuntas tentang kasus Enron. Isi yang ditulis
di dalamnya telah menjelaskan secara detail atas judul yang tertulis di atas. Menjelaskan mulai
dari praktik keuangan yang tidak sehat yang dilakukan oleh Enron dan KAP Arthur, menjelaskan
tentang peran orang-orang yang terlibat di dalamnya baik investor hingga pemerintah serta
berbagai implikasi yang muncul atas tindakan mereka. Bahwasannya mereka dengan melakukan
kecurangan tersebut dengan mengabaikan kejujuran pada suatu saat nanti pasti akan terungkap.
Dan membuat orang lain dapat mengambil pelajaran dari kasus ini bahwa cara yang tidak baik
akan membawa pada hal yang negatif pula. Jurnal ini konsisten dengan judulnya mulai awal
hingga akhir fokus terhadap satu hal yaitu benar-benar menjelaskan secara detail semua
kejahatan yang dilakukan oleh Enron dan Arthur serta beberapa pihak lain yang ikut terlibat.
Kesimpulan
 Enron dan KAP Arthur Andersen telah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi
pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar.
 Pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya
dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen.
 Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh
KAP Arthur Andersen, karena perbuatannya kedua-duanya menuai kehancuran.
 Terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan
mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan
disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor.
 Merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor yang terjadi di
Amerika Serikat.
 Kasus ini adalah buah dari sebuah ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis
yang tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan
penderitaan bagi banyak pihak di samping proses peradilan dan tuntutan hukum.
Keterbatasan Analisis Saya menyadari betul bahwa kemampuan saya masih sangat lemah
untuk menerjemahkan jurnal tersebut ke dalam Bahasa Indonesia. Apalagi bahasa yang
digunakan dalam jurnal tersebut merupakan bahasa ilmiah, sehingga hal tersebut
berpengaruh terhadap pembahasan saya di atas yang mungkin kurang sesuai dengan arti
sebenarnya di Bahasa Indonesia dan membuat saya menggunakan referensi yang ada di
internet.
Changing Ethical Attitudes: The Case of the Enron and ImClone Scandal

Penelitian ini membahas tentang proses perubahan sikap etis dari berjalannya
sebuah waktu yang terjadi berdasarkan percobaan dari kondisi tertentu yang terjadi
selama 18 bulan yaitu skandal pelaporan akuntansi yang melibatkan perusahaan besar
Enron dan tuduhan insider-trading dimana individu terdampak pada kondisi
eksperimental dan kontrol yang ditentukan oleh faktor alam atau faktor lain diluar kendali
peneliti.
Kasus skandal Enron merupakan suatu praktik dalam suatu tindakan yang sering
disebut sebagai trik penipuan akuntansi yang melakukan skandal kecurangan laporan
keuangan. Enron melakukan penyimpangan tersebut dengan cara menyalahgunakan dana,
melebih-lebihkan pendapatan, mengecilkan biaya, melebih-lebihkan nilai aset
perusahaan, dan tidak melaporkan keberadaan liabilitas perusahaan.
Sedangkan kasus ImClone merupakan contoh dari praktik “insider trading” yaitu
dengan membocorkan informasi kepada sekumpulan orang tertentu. Terdapat empat
pelanggan yang dilakukan ImClone yaitu bocornya informasi bahwa pengesahan Erbitux
(obat buatan ImClone) tidak akan pernah terlaksana dari pihak manajemen perusahaan
kepada orang luar sebelum informasi itu mencapai full disclosure atau dibuka di pasar
saham, tindakan Waksal (CEO ImClone) melancarkan upaya lobi yang hebat dengan
melakukan kontak-kontak pribadi pada FDA (Food and Drug Administration) agar
pengumuman ditunda, dan juga adanya diskriminasi pada para pemegang kepentingan
pada perusahaan tersebut yang menyebabkan kerugian pada beberapa pihak, dan
pencegahan terjadi pasar persaingan sempurna menyangkut saham ImClone.
Penelitian emperik sebelumnya mencoba mengidentifikasi perubahan pada sikap
etik yang berfokus pada jangka waktu yang lama, pada dasarnya membandingkan sikap
etik antara titik atau poin waktu tertentu selama lima tahun atau lebih. Skandal etik yang
telah terjadi menjadi sebuah dorongan bagi peneliti untuk mempelajari apakah
pelanggaran mengerikan dalam etika berperilaku merupakan gejala dari menurunnya
sikap etik dalam jangka panjang. Meskipun penelitian ini sering menemukan bahwa sikap
etik terhadap berbagai bisnis praktis berubah, sedikit kesimpulan yang dapat diambil.
Dalam penelitian ini, terungkapnya secara publik skandal etik perusahaan Enron-KAP
Andersen dan ImClone-Martha Stewart memberikan “natural experiments”, membuat
peneliti tidak hanya dapat meneliti perubahan di dalam sikap etis tetapi juga mengambil
kesimpulan tentang stimulus untuk perubahan/gejala teridentifikasi. Dengan mengisolasi
kerangka waktu hingga 18 bulan yang melingkupi skandal di atas. Peneliti menemukan
suatu bukti yang menunjukkan bahwa pelanggaran etika yang dipublikasikan baru-baru
ini mungkin menjadi penyebab perubahan sikap sebagai gejala.
Elaboration Likelihood Model (ELM) memberikan suatu pandangan di mana
sikap dapat berubah dari waktu ke waktu melalui dua jalan atau metode yang berbeda
yaitu:
1. Central route
Rute berpusat yang lebih lama dalam menjelaskan keterlibatan masalah yang relevan,
yaitu analisis logis dari masalah dari sudut pandang kognitif dan rasional
2. Peripheral route
Rute periferal yang kurang mampu untuk bertahan lama dalam menjelaskan keterlibatan
banyak perhatian tangensial atau afektif yaitu, tanggapan individu terhadap perasaan
mereka sendiri yang terkait dengan pesan (misalnya, kemampuan untuk memeroleh
hadiah) atau pembawa pesan (misalnya, seberapa menarik atau berwibawa mereka)
dalam menyampaikan informasi
Peneliti beranggapan bahwa perubahan dalam sikap etis yang diukur dalam
penelitian ini mungkin mencerminkan perubahan sikap dalam masyarakat yang konsisten
dengan rute periferal di ELM. Dalam kasus-kasus yang disajikan dalam penelitian ini,
masyarakat menjadi sadar akan adanya pelanggaran etika yang dipublikasikan oleh para
pelaku yang terkait dengan Enron dan ImClone yang akan mengubah persepsi publik
tentang penerimaan “accounting tricks” dan “insider trading”.
Berdasarkan ELM, peneliti berharap bahwa kejadian berulang dari media
mengenai skandal yang dilakukan oleh Enron dan ImClone mungkin telah mempengaruhi
sikap etis (yaitu melalui rute periferal) tentang masalah skandal ini. Tidak hanya
responden survei yang terdampak pada masalah korupsi dan penyimpangan, tetapi juga
terdampak dengan konsekuensinya. Misalnya, kegiatan pelaku dalam kedua skandal
tersebut mengakibatkan Tindakan hukum dan hukuman penjara. Masyarakat juga
mengalami kerugian berupa kerugian bagi karyawan Enron (yang kehilangan hak pensiun
mereka), pemasok Enron (yang gagal menerima pembayaran untuk layanan yang
diberikan), dan pemegang saham di Enron dan Martha Stewart Living Omnimedia.
Sebagai hasil dari pengambilan sampel selama periode liputan media, peneliti
menggunakan “natural experiments” ini untuk mengidentifikasi setiap perubahan sikap
etis. Responden dalam survei mengetahui pelanggaran etika ini dan konsekuensinya
(misalnya, dampak negatif yang dipublikasikan pada laporan mengenai dana pensiun
karyawan, kekayaan pemegang saham karena harga saham anjlok), peneliti
mengantisipasi bahwa tanggapan akan mencerminkan berkurangnya penerimaan
Tindakan yang dijelaskan dalam sketsa ini dari waktu ke waktu.
Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kemungkinan yang ada dalam
pemilihan responden penelitian ini yaitu responden dalam sampel mungkin pernah
mengalami hal terkait skandal keuangan yang meningkat dari waktu ke waktu dan
seseorang mungkin telah berulang kali mendengar cerita tersebut juga meningkat dari
waktu ke waktu sepanjang periode
Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang suatu proses mengenai
perubahan sikap tentang perubahan etika dengan mempersempit kerangka waktu untuk
analisis menjadi 18 bulan. Secara khusus, mengambil keuntungan dari kegiatan “natural
experiments”, peneliti menguji apakah ada sikap etis yang berubah dalam periode 18
bulan tersebut dan mencoba untuk mengidentifikasi stimulus setiap perubahan yang
didokumentasikan. Hasil yang disajikan di sini menunjukkan bahwa sikap etis berubah
secara signifikan selama masa studi 18 bulan dan dimana terdapat data yang mencukupi,
peneliti mencatat perubahan bertahap dalam hal signifikansi dan besarnya pergeseran
sikap.

Anda mungkin juga menyukai