Anda di halaman 1dari 91

Teori Etika Relijius (Nonkognitivisme)

Etika keagamaan tradisional didasarkan pada keyakinan terhadap Tuhan dan semesta
moral. Sejumlah aliran eksistensialisme religius kontemporer menolak teisme tradisional.
Mereka umumnya menolak bentuk supernaturalisme dan otoritarianisme. Sebagai gantinya
landasan non-teistik disampaikan dalam etika tillich; atau teologi radikal yang melihat agama
secara sekuler karena "Tuhan telah mati" membuat etika lebih bersifat humanistik dan universal,
serta eksesistensial.
Bagi etika keagamaan tradisional, Tuhan dianggap sebagai kebajikan (St.Agustine), atau
tebatasi oleh kebajikan (Plato), dan merupakan sumber dan pendukung semua nilai. Etika relijius
tradisional pada dasarnya bersifat deontologis, yakni mendasarkan penekanan pada masalah
tugas, kewajiban, atau memahami kebenaran dalam bertindak. Etika bersifat agapistik, yakni
berdasar pada cinta Tuhan dan sesama manusia, meskipun unsur deontologis dan areteiki dapat
ditemukan didalamnya, termasuk unsur otoritarianisme dan supernaturalisme.
Pemikir besar Eropa dari kalangan kristen adalah Thomas Aquinas (1225-1274). Menurut
Aquinas, Tuhan adalah tujuan akhir manusia, karena Ia adalah nilai tertinggi dan universal, dan
karenanya kebahagiaan manusia tercapai apabila ia memandang Tuhan. Dalam topik ini
pengetahuan dan perbuatan menjadi unsur pencapain kebahagiaan. Sumber utama pengetahuan
adalah Tuhan yang telah menganugerahkannya kepada manusia melalui berbagai cara.

Prinsip-Prinsip Etika dalam Bisnis


Sebagai etika khusus atau etika terapan, prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis
sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip etika pada umumnya. Secara umum, prinsip-prinsip
etika bisnis dapat dikemukakan sebagai berikut:
Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Orang
bisnis yang otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya
dalam dunia bisnis.
Prinsip Kejujuran
Prinsip ini merupakan prinsip yang paling problematik karena banyak pelaku bisnis yang
mendasarkan kegiatan bisnisnya dengan melakukan penipuan atau bertindak curang, entah
karena situasi eksternal tertentu atau memang dengan sengaja dilakukan. Kejujuran terkait erat
dengan kepercayaan. Kepercayaan adalah aset yang sangat berharga bagi kegiatan bisnis. Sekali
pihak tertentu tidak jujur, dia tidak bisa lagi dipercaya dan berarti sulit bertahan dalam bisnis.
Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip
ini menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam realisasi eksternal perusahaan
maupun realisasi internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing.
Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua
pihak. Prinsip ini menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya,
prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut hal yang sama, yaitu agar semua pihak
berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain, sehingga melahirkan suatu win-win
situation.
Integritas Moral
Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan
agar dia perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik
perusahaannya. Dengan kata lain, prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri
pelaku dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan, dan ini tercermin dalam
seluruh perilaku bisnisnya dengan siapa saja, baik ke luar maupun ke dalam perusahaan.

Hubungan Kasus Enron dengan Teori Etika dan Prinsip Etika Bisnis
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti
Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha
tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan
bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus
menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di
tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia,
mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking
tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan
energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31,2
milyar. Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap
diminati investor.
Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi
akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur
Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh
KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran
dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangkan KAP Arthur
Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap
KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana
mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.
Dalam kasus Enron jika kita kaitkan dengan prinsip etika bisnis, maka Enron dan KAP Arthur
Andersen telah melanggar prinsip kejujuran, saling menguntungkan, dan integritas moral. Enron
dan KAP Arthur Andersen melakukan sebuah ketidak jujuran, kebohongan dari praktik bisnis
yang etis, dimana dalam melaporkan laporan keuangan yang sebenarnya Enron mengalami
kerugian tetapi dilaporkan mengalami keuntungan. Sehingga, hal ini juga melanggar prinsip
saling menguntungkan, yaitu hanya menguntungkan pihak Enron dan KAP Arthur Andersen,
tetapi merugikan pihak lainnya seperti investor yang bersedia menanamkan modalnya. Begitu
juga dengan prinsip integritas moral, kasus Enron membuat nama baik Enron dan KAP Andersen
menjadi buruk dimata dunia. Auditor yang bernaung dalam KAP Andersen maupun KAP yang
berafiliasi dengan KAP Andersen yang tidak tau menahu mengenai hal tersebut merasakan
imbasnya, tidak lagi memiliki integritas moral yang baik dalam mengaudit.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke


BAB I
A. CONTOH KASUS
Kasus manipulasi pembukuan yang masih dapat kita ingat adalah kasus Enron Corp. Laporan
keuangan Enron sebelumnya dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh kantor akuntan Arthur
Anderson, yang merupakan salah satu KAP yang termasuk dalam jajaran big five, secara
mengejutkan dinyatakan pailit pada 2 Desember 2001. Sebagian pihak menyatakan kepailitan
tersebut salah satunya karena Arthur Anderson memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai
auditor dan konsultan bisnis.
KAP Arthur Andersen telah mengaudit Enron sejak 1985 dan selalu memberikan opini wajar
tanpa syarat sampai tahun 2000. Arthur Andersen juga memberikan jasa konsultasi mengenai
pembentukan SPE-SPE tersebut diatas. Dengan berperan sebagai auditor merangkap konsultan
management, Andersen menerima fee dobel, yaitu dari konsultasi menerima US$ 27 juta dan
dari jasa audit mendapat US$ 25 juta.
KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian dari
kertas kerja audit formal. Selain itu, jika Arthur Andersen sedang memenuhi panggilan
pengadilan berkaitan dengan perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada dokumen yang
dimusnahkan. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai
mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap
melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur

A. PEMBAHASAN
Dalam kasus di atas, KAP Arthur Andersen telah melanggar kode etik profesi akuntan dengan
melakukan dua kesalahan yakni memberikan dua jasa sekaligus yakni sebagai auditor dan
konsultan bisnis, serta melanggar hukum dengan memusnahkan dokumen pada periode sejak
kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Kesalahan pertama yakni memberikan dua jasa sekaligus. Hal ini dikarenakan selama rentang
waktu 30 tahunan, bisnis konsultasi Andersen menjadi lebih menguntungkan daripada usaha
aslinya.Dampaknya pertumbuhan menjadi prioritas dan penekanannya pada perekrutan dan
mempertahankan klien-klien besar berdampak pada kualitas dan independensi audit. Fokus pada
pertumbuhan ini menghasilkan perubahan yang mendasar pada budaya perusahaan.Tetapi model
ini menjadikan Securities and Exchange Commission (SEC) memberikan peringatan berkaitan
independensi auditing. Ketua SEC yang prihatin akan hal ini menyarankan aturan-aturan baru
untuk membatasi layanan di luar audit. Tetapi saran ini ditolak Andersen. Kemudian Andersen
melalui pengadilan memisahkan fungsi akuntansi dan konsultasi bisnis. Namun seringkali terjadi
pertikaian dan pertentangan di antara fungsi-fungsi ini. Inilah awal keruntuhan KAP Arthur
Andersen
Pemberian dua jasa sekaligus mengindikasikan tidak adanya independensi seorang akuntan
publik dalam profesinya. KAP Arthur Andersen lebih mengutamakan keuntungan berupa fee
ganda dari pemberian dua jasa dibanding kode etiknya sebagai akuntan publik.
Kesalahan kedua yakni melakukan hal tidak etis dan melanggar hukum yakni memusnahkan
dokumen penting pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan
munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan
internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas
Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah mengingkari sikap profesionallisme sebagai
akuntan publik independen dengan melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang salah
dan menyesatkan sehingga memusnahkan bukti-bukti yang menunjukkan mereka telah
menerbitkan laporan audit yang salah.

Selain itu, Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan yakni:
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen
Dari hal itu terbukti bahwa akuntan yang bekerja sebagai internal audit Enron tersebut telah
melanggar kode etik dengan menghilangkan keindependensiannya untuk menjadi staf internal
Enron yang merupakan kliennya.

Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar
kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk
dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron,
tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur
Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh
KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya mengalami kehancuran
dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn KAP Arthur
Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap
KAP tersebut sehingga ditutup. Selain itu, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP
Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.

Studi Kasus

A. Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti
Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha
tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan
bisnis keuangan. Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus
menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di
tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia,
mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking
tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan
energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2
milyar.
Sekilas analisis singkat dari kasus Enron, beberapa transaksi yang dilakukan Enron merupakan
dana pinjaman yang diterima Enron yang dibuat menyerupai pendapatan, tanpa mencatat
liabilitas dalam neraca perusahaan. Pinjaman ini dijaminkan dengan saham Enron yang bernilai
$100 per lembar pada saat itu. Ketika kesepakatan transaksi secara serempak kian memburuk
seiring dengan jatuhnya harga saham Enron, perusahaan dirundung masalah. Para pemberi
pinjaman mulai menarik kembali pinjaman-pinjamannya seiring berkurangnya harga saham
Enron, dan perusahaan menemukan posisi akuntansinya kian meragukan untuk dipertahankan.

Setelah disadari Enron mengalami kebangkrutan, direksi menyepakati untuk menjual Enron
kepada Dynegy Inc. dan Chevron Texaco Group seharga $8 juta dalam bentuk kas dan saham.
Namun kemudian Dynegy Inc. menarik kembali keinginan mereka untuk membeli setelah rating
kredit Enron merosot pada level terendah pada ahir November. Dewan direksi Enron ahirnya
tidak dapat mencegah runtuhnya perusahaan Enron.

Enron kemudian menggunakan SPE (Entitas Bertujuan Kusus) untuk menyembunyikan jumlah
hutang yang begitu banyak. Secara ringkas SPE dibuat untuk mebantu sebuah perusahaan untuk
menjual asetnya. Karena SPE dapat menjalankan tujuan bisnis yang sah, Enron menggunakan
sebuah jaringan SPE yang berbelit-belit, seiring dengan melakukan spekulasi dan lindung nilai
yang tampak legal untuk menjaga jumlah hutang yang sangat besar dalam neraca Enron.

Isu independensi auditor juga terjadi dalam kasus ini seputar ketentuan jasa eksternal audit,
internal audit, dan jasa konsultasi manajemen untuk klien yang sama. Dari kasus ini Enron dan
KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam
melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya
mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan
menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa
bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Terlebih KAP Arthur
Andersen tidak selayaknya menjadi penasehat atau konsultan (terlebih yang dibayar sangat
mahal, diatas kewajaran) atas perusahaan yang menjadi klien auditnya. Karena perbuatan mereka
inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang
milyaran dolar sedangakn KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan
kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang
bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan
akibat kasus ini.

Analogi run on the bank pun layak disandingkan untuk Enron dan Anderson. Run on the
bank terjadi apabila pelanggan bank dalam jumlah yang sangat besar menarik simpanan
mereka, karena mereka percaya bank telah atau akan mengalami kebangkrutan. Analogi ini
sangat valid untuk kasus Enron dan Anderson, dimana ketika kabar kecurangan akuntansi dan
kebangkrutan Enron telah menyeruak, para penanam modal dan pemberi kredit Enron menarik
dananya, serta ketika keburukan etika dan independensi KAP Anderson terungkap, KAP
kehilangan kliennya sampai ahirnya kedua Enron dan KAP Anderson bangkrut dan ditutup.

Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak, dalam
kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah
besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab memberikan
assurance services. Sementara manajemen, dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan
konsultan, menyajiakn informasi keuangan, akuntan publik bertugas menilai apakah informasi
keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu
perusahaan sangat bergantung pada hasil penilaian akuntan public itu. Kata publik yang
menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dank arena itu
tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding publik interest). Kalau saja auditor Enron
bekerja dengan penuh kehati-hatian (dual professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan
manajemen dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih dini.

B. Kasus L\C Bank BNI

Menurut informasi di berbagai media, nasabah Bank BNI melakukan ekspor ke Kenya dan
Nigeria, dan eksportir serta importir setuju menggunakan L/C sebagai mekanisme pembayaran.
Kemudian, importir membuat aplikasi L/C di beberapa bank, di antaranya Ross Bank
Switzerland, Citibank NA Singapura, Dubai Bank Kenya Ltd., Indian Bank Singapura, dan
Middle East Bank Kenya. Bank-bank ini disebut issuing bank, yang ternyata bukan merupakan
bank koresponden Bank BNI. Namun alasan ini bukan merupakan salah satu penyebab
terjadinya kasus Bank BNI. Ini karena yang terpenting adalah otentifikasi (keabsahan) dari L/C
tersebut, yang merupakan dasar utama untuk melakukan proses berikutnya.
Jika L/C yang diajukan adalah atas unjuk (sight), di sisi eksportir akan dikeluarkan wesel ekspor
atas unjuk, tidak ada risiko bagi Bank BNI. Ini karena untuk wesel sight, ketika eksportir
mengajukan dokumen ekspornya kepada Bank BNI, seketika itu juga pembayaran harus
dilakukan kepada eksportir. Begitu juga, ketika Bank BNI meneruskan dokumen ekspor yang
sight ini kepada bank importir, pembayaran harus dilaksanakan oleh bank importir ketika
dokumen ekspor tersebut tiba ditangannya. Jika pilihan ini yang dilakukan, Bank BNI tidak akan
mengalami kerugian apa-apa. Jelas, bukan pembiayaan tipe L/C ini yang dipilih, terbukti BNI
mengalami kerugian yang sangat besar.

Selanjutnya, jika L/C yang diajukan adalah berjangka (usance L/C), di sisi eksportir akan
dikeluarkan wesel ekspor berjangka (WEB), sebagai sarana untuk pelaksanaan akseptasi oleh
issuing bank. Jika wesel ekspor itu diteruskan saja oleh Bank BNI (bank eksportir) kepada
issuing bank, belum ada kewajiban apa-apa bagi Bank BNI. Dengan kata lain, belum ada potensi
kerugian Bank BNI. Namun Bank BNI ternyata telah membeli WEB tersebut dengan diskonto,
dan resiko muncul dari sini, sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Di sinilah salah satu letak
kesalahan Bank BNI.

Risiko ini diambil bukan tanpa alasan sama sekali tetapi adalah untuk memenuhi kebutuhan
nasabah eksportirnya dalam rangka pembiayaan ekspornya yang berikut. Ada dua jenis alternatif
pembiayaannya.

Pertama, eksportir yang merupakan nasabah BNI, datang ke bank dan bermaksud
mendiskontokan wesel ekspor berjangkanya (menjual dengan cara diskonto). Kedua dia
mengajukan pinjaman dalam bentuk pre-export loan dengan jaminan WEB. Karena BNI telah
membeli WEB dengan cara diskonto, potensi kerugian muncul, jika importir tidak melakukan
pembayaran atas WEB. Pihak issuing bank menolak untuk membayar kewajiban importir, jika
mereka tidak mengakseptasi WEB.
Namun jika issuing bank melakukan akseptasi atas WEB, ia harus membayar kewajiban atas
WEB itu saat jatuh tempo, dan BNI pun tidak menderita rugi apa-apa. Kasus yang terjadi adalah
bahwa WEB tampaknya tidak diakseptasi oleh bank importir, sementara Bank BNI telah
melakukan pembelian WEB dengan cara diskonto.

Potensi kerugian mengalir dari sisni. Kerugian menjadi riil, ketika WEB yang jatuh tempo tidak
dibayar importir maupun issuing bank. Potensi kerugian semakin membesar, karena ekspor
dilakukan ke negara yang risikonya tinggi (high country risk), seperti Nigeria dan Kenya.
Nigeria merupakan negara yang masih diliputi perang saudara, sementara Kenya dikenal sebagai
gudangnya para pencuci uang (money laundering) dan pemalsu uang. Ada kemungkinan
pemerintah kedua negara ini sewaktu-waktu membekukan semua kewajiban luar negeri
negaranya.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kasus Enron dan Arthur Andersen

Dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak
stockholder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai
pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent
dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self
interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai
oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis
yang tidak etis? Adalah hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi
banyak pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hukum. Inilah yang kemudian mnejadi
alasan mengapa banyak perusahaan mengakhiri hubungan meraka dengan Anderson.

Kurangnya integritas menyebabkan kehancuran yang tidak dapat diperbaiki bagi Anderson dan
Enron. Pelajaran dari prinsip ini secara pribadi adalah bahwasanya ketidakjujuran dan
pelanggaran etika pasti akan menghancurkan setiap pihak yang melakukannya. Menurut teori
fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan kecurangan, manipulasi,
korupsi, dan sebagainya (perilaku tidak etis), yaitu opportunity, pressure, dan rationalization.
Ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku,
dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan
implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya
bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang dirugikan dari
kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang
menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada
umumnya (social impact).

Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis paling mengemuka adalah
terjadinya perilaku moral hazard, diantaranya manipulasi laporan keuangan untuk menunjukkan
seolah-olah kinerja perusahaan baik dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati investor.

Yang harus dilakukan oleh profesi akuntan untuk mengeliminasi rintangan ini adalah dengan
menyempurnakan peraturan-peraturan yang dapat mengantisipasi hal ini dan mengutamakan
penegakan moral dan etika dalam pekerjaan audit. Profesi akuntan publik saat ini sedang
mendapatkan sorotan tajam bahkan sinis dari masyarakat umum akibat terjadinya skandal-
skandal besar di negara maju seperti AS yaitu kasus Enron. Akibat kasus-kasus tersebut kini
kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama disebabkan oleh keterlibatan Arthur Andersen
salah satu KAP terbesar di dunia di dalam skandal tersebut. Akuntan Publik tidak lagi dipandang
sebagai profesi yang unik melainkan sebagai industri yang tidak lepas dari kepentingan bisnis
yang sempit.

B. Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen

Kasus ini mempunyai implikasi terhadap pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik
bisnis di Amerika Serikat antara lain :

1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor


dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan
perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting
Oversight Board) yang bertugas:

o Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan publik


o Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian
mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit
perusahaan publik
o Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan
mengenakan sanksi jika perlu
o Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar
professional di KAP
o Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar
professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan
publik.

2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act

Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang


memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah
jasa non audit yang dilarang:
1. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
2. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
3. Jasa appraisal dan valuation
4. Opini fairness
5. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
6. Broker, dealer, dan penasihat investasi.
Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena
definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit
committee.
Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit
tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee
yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan
manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller
klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.

3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi
pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO harus
membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan
peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan
material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang
melakukan pelanggaran ini.

4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik bagi
para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut para profesional
dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi
profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada
tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang KAP
untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada perusahaan yang
menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.

6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe SEC, mengeluarkan
rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang yang mengharuskan
perusahaan Go Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate
governance.

7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE) menyerukan
bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam pemeriksaan ketaatan, mengelola
resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki
fungsi audit intern (James : 2003).

C. Kesimpulan Kasus Enron dan Arthur Andersen

Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagai macam pelanggaran praktik bisnis yang sehat
melakukan (deception, discrimination of information, coercion, bribery) dan keluar dari prinsip
good corporate governance. Akhirnya Enron harus menuai suatu kehancuran yang tragis dengan
meninggalkan hutang milyaran dolar.

KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjunjung tinggi independensi, dan
profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari tanggungjawab
terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui deception, discrimination of
information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup disamping harus
mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum.

Tindakan yang tidak bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public
trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif
bagi banyak pihak. Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stockholder
untuk memberikan suatu informasi yang benar mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent
dalam mengemban amanah dari stockholder. Pihak manajemen Enron telah bertindak secara
rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika
bisnis yang sehat.

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.

Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual
atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar
profesi yang dititik-beratkan pada kepentingan publik, misalnya: auditor independen membantu
memelihara integritas dan efisiensi dari laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga
keuangan untuk mendukung pemberian pinjaman dan kepada pemegang saham untuk
memperoleh modal; eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam
organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber
daya organisasi; auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal yang
baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak luar.

D. Kasus L/C Bank BNI

Dari pembahasan kasus L/C, dapat disimpulkan bahwa ekspor yang telah dilaksanakan oleh
eskportir nasabah Bank BNI bisa jadi bukan ekspor fiktif. Hanya saja, karena WEB tidak
diakseptasi oleh bank importir, posisi Bank BNI menjadi terbuka, berisiko, dan tanpa cover,
yang pada akhirnya berpotensi untuk menderita rugi Rp1,7 triliun.

Muncul pertanyaan, bagaimana langkah untuk mengantisipasi agar kerugian yang sama tidak
terulang? Pertama, pembiayaan ekspor hendaknya diarahkan kepada negosiasi wesel ekspor atas
unjuk (sight), karena wesel eskspor jenis ini dijamin pasti dibayar oleh bank importir, sekalipun
ia bukan bank koresponden (sebagaimana diatur UCP 500). Kedua, jika wesel ekspor adalah
berjangka, hendaknya dimintakan akseptasi kepada bank importir, sehingga pembayarannya
pada saat wesel jatuh tempo dari bank importir menjadi terjamin. Artinya, ketika dokumen
ekspor dan WEB diterima, seketika itu juga bank importir melaksanakan pembayaran ke bank
eksportir.
1. Importir (Pembeli)

Importir, atau pihak pembeli, merupakan pihak yang mengeluarkan letter of credit, maksudnya,
mengeluarkan perjanjian untuk membayar sejumlah uang kepada pihak eksportir (penjual),
ketika seluruh tanggung jawabnya telah dipenuhi. Umumnya, harus ada jaminan terhadap
kredibilitas pihak importir, untuk menghindari kaburnya pembeli dari tanggung jawab.

2. Eksportir (Penjual)

Eksportir, atau pihak penjual, adalah tujuan dari terbitnya letter of credit, maksudnya, pihak
eksportir akan menerima pembayaran melalui letter of credit tersebut ketika seluruh tanggung
jawabnya telah diselesaikan. Ketika akan mengklaim pembayaran melalui letter of credit
tersebut, pihak eksportir harus mampu menunjukkan semua dokumen yang dipersyaratkan.

3. Bank Eksportir

Perbankan yang menyediakan layanan jasa ekspor kepada nasabah untuk transaksiekspor.
Contoh: Bank Mandiri, Panin Bank, Bank Antardaerah, Bank ICBC.

4. Bank Importir

Perbankan yang menyediakan layanan jasa impor kepada nasabah untuk transaksi impor.
Contoh : Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Danamon, Rabobank, Bank BCA

Dokumennya:

1. Dokumen transportasi (transport document).

Bila pengiriman barang via laut maka dokumen yang diperlukan adalah bill of lading (B/L)
dengan penerbit shipping company. Sedangkan pengiriman via udaya berjenis airway bill
(AWB) yang diterbitkan oleh maskapai penerbangan.

2. Surat keterangan asal (SKA/certificate of origin) yang menerangkan keaslian barang


diterbitkan oleh instansi penerbit surat keterangan asal (IPSKA)

3. Insurance certificate yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi

4. Inspection certificate yang diterbitkan instansi independen atau buyers agent

5. Fumigation Certificate, phyto-sanitary certificate, dan sanitary certificate seperti yang


diterbitkan oleh Sucofindo.

DAFTAR PUSTAKA

Frederick D.S. Choi, dan Gary K. Meek, International Accounting, Jakarta: Salemba Empat,
2005.
http://akuntonom.wordpress.com/2013/02/11/3/

http://anggipericles.wordpress.com/category/akuntansi-internasional/

http://devykhodijah27.blogspot.com/

emmy.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/17734/bab+1.ppt

http://diaryintan.wordpress.com/2011/02/24/akuntansi-internasional/

http://steffyjulianti.wordpress.com/2011/10/10/etika-profesi-akuntansi-lokal-dan-internasional/

http://vanezintania.wordpress.com/2013/01/09/tugas-4-etika-profesi-akuntasi/

http://vicryblog.blogspot.com/2012/11/prinsip-etika-akuntansi.html

http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/

Makalah Studi kasus Teori Akuntansi


Menteri Keuangan Amerika Serikat, John Snow, Mendesak Adanya Keseimbangan
dalam Penerapan Undang undang Sarbanes-Oxley
Menteri Keuangan AS, John Snow, pada hari Rabu menyatakan bahwa menerapkan
Undang undang Sarbanes Oxley dalam laporan keuangan dapat meredam pertumbuhan
ekonomi dan beliau bersimpatidengan perusahaan yang terkekang dengan adanya undang
undang tersebut. Kita perlu menjaga keseimbangan dalam pelaksanaan undang undang
tersebut. Kita perlu memastikan penekanannya pada substansi, bukan pada bentuk dan innocent
mistake bukanlah suatu tindakan kriminal, kata Snow ketika memberikan sambutan di New
York University Center for Law and business. Kongress mengeluarkan Undang undang
Sarbanes Oxley sebagai respon atas berbagai skandal keuangan pada beberapa perusahaan
besar seperti Enron, WorldCom, dan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Sarbanes Oxley
ini diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio),
yang kemudian nama mereka digunakan sebagai nama undang undang tersebut. Komentar
Snow muncul di tengah tengah keluhan para kalangan bisnis secara luas tentang pasal 404
undang undang Sarbanes Oxley, yang mengharuskan manajer untuk menjelaskan di depan
publik bagaimana mereka menjaga keuangan perusahaan, yang terlalu mahal dan membutuhkan
banyak waktu. Dalam sebuah sesi tanya jawab dengan pendengar, Snow mengatakan bahwa dia
bersimpati pada dunia dimana para eksekutif perusahaan dan pengacara hidup dimana mereka
dikekang peraturan. Kita sudah berlebihan. Kita harus menemukan cara untuk
merasionalisasikan proses pengawasan tata kelola perusahaan secara keseluruhan, kata Snow.
Menteri Keuangan, John Snow mengingatkan bahwa Sarbanes Oxley penting untuk
memulihkan kepercayaan publik pada dunia bisnis setelah terjadinya skandal keuangan terbesar,
tetapi membawa risiko untuk menjadi hambatan pada efektivitas dan kesadaran perusahaan
Amerika Serikat untuk berinvestasi di pasar modal. Sarbanes Oxley hanyalah sebuah bagian,
yang mungkin telah mengubah kemauan untuk mengambil risiko dan menghindari risiko,
Snow merespon jawaban dari pendengar. Dia menambahkan bahwa rasio belanja modal terhadap
arus kas dan keuntungan perusahaan lebih rendah dari yang diharapkan dikarenakan keengganan
perusahaan perusahaan di Amerika Serikat untuk mengambil risiko. Namun, Snow menyatakan
bahwa Sarbanes Oxley perlu diterapkan untuk menangani tindakan dari penjahat korporasi dan
tindakan manipulasi hukum. Snow menambahkan Meskipun kita semua tahu ada beberapa cara
yang bisa kita lakukan untuk mengubah Sarbanes-Oxley, perubahan tersebut akan berdampak
pada isu isu politik dan bersifat kontraproduktif.

Jawaban Pertanyaan :
1. Berikan alasan peresmian Undang undang Sarbanes Oxley di Amerika Serikat
Sarbanes Oxley diresmikan sebagai tanggapan terhadap sejumlah skandal
akuntansiperusahaan besar yang termasuk di antaranya melibatkan Enron, Tyco International,
Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom. Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian
bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang
berpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham nasional. Dengan
diterbitkannya udang undang ini, diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitas
perusahaan, transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil kemungkinan bagi perusahaan
atau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan fraud, serta membuat perhatian pada
tingkat sangat tinggi terhadap corporate governance.
2. Mengapa sekarang banyak yang menentang dibandingkan ketika dulu mulai diperkenalkan?
Karena dulu banyak skandal dan dengan adanya desakan dari masyarakat, Congress cepat
untuk bertindak untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap pasar modal. Pada awalnya
perusahaan mendukung karena terdesak, tetapi ternyata setelah dijalankan, mereka mengeluhkan
biaya kepatuhan Sarbanes Oxley yang terlalu mahal, utamanya pada penerapan pasal 404.

3. Menurut John Snow, kriteria apa yang seharusnya ada dalam peraturan tentang pelaporan
keuangan?
Berdasarkan artikel tersebut, John Snow menginginkan peraturan yang tidak
memberatkan tanpa mengorbankan akuntanbilitas dan transparansi dalam suatu pelaporan
keuangan. John Snow juga menginginkan adanya keseimbangan dalam pelaksanaan undang
undang sehinggga perekonomian bisa tetap stabil. Mahalnya biaya kepatuhan untuk pasal 404
banyak dikeluhkan karena mahal sehingga banyak perusahaan yang memilih untuk tidak
mengambil risiko sehingga menjadi perusahaan yang go private.

4. Apakah Anda akan merekomendasikan untuk menghapus undang undang tersebut? Jelaskan!
Tidak, karena jika kita menghapus peraturan Sarbanes-Oxley tersebut, perusahaan tidak
transparan dalam pelaporan keuangan dan kinerja perusahaan dan menurunkan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan sehingga perekonomian menjadi tidak stabil.
Ketua SEC, Christoper Cox pada tahun 2007 menyatakan ,Sarbanes Oxley membantu
memulihkan kepercayaan di pasar AS dengan meningkatkan akuntabilitas, mempercepat
pelaporan dan audit sehingga lebih mandiri. Berdasarkan studi dan penelitian oleh IIA,
menunjukkan SOX telah meningkatkan kepercayaan investor dalam pelaporan keuangan yang
merupakan tujuan utama dari undang undang.
ENRON
Proses Operasional Bisnis Enron

1[1]Enron Corporation didirikan pada tahun 1985. Enron merupakan perusahaan yang
didirikan dari hasil merger antara perusahaan Houston Natural Gas (HNG) dan InterNorth
sebuah perusahaan pemipaan di Nebraska. Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi
Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Enron menjadi pemimpin pasar atas
terobosannya menciptakan transaksi derivatif dalam perdagangan energi, yang diintroduksi oleh
Jeffrey Skilling, di mana Enron membeli gas dari jaringan pemasok dan menjualnya kepada
jaringan konsumen, menjaminkan baik
pasokan maupun harga, kemudian membebankan biaya atas transaksi dengan
memperhitungkan risiko-risiko penjaminan itu. Pada tahun 2000, transaksi
derivatif menyumbang hingga 80% bagi keuntungan perusahaan.
Pada tahun tahun awal, Enron merupakan perusahaan pipa gas alam yang strategi bisnis
utamanya terlibat masuk kedalam kontrak-kontrak menghantarkan jumlah spesifik dari gas alam
kepada bisnis-bisnis atau kegunaan melebihi satu jangka waktu yang diberikan. Pada tahun 1989

1[1] Gunawan, M. Rachmat, SOX, Enron, dan Tata Kelola IT, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika:
Institut Teknologi Bandung.http://cioitb.wdfiles.com/local--files/start/ei-5263-enron.doc.
Enron memulai perdagangan komoditas gas alam. Dengan deregulasi pasar tenaga lisitrik pada
awal tahun 90-an -satu perubahan untuk mana pegawai senior dilobi Enron berubah dengan
cepat dari suatu bisnis kompensional yang menghantarkan energi kepada bisnis ekonomi baru
yang terlibat dalam makelar atau perantara energi masa depan yang spekulatif. Enron bertindak
sebagai perantara dengan memasuki kontrak dengan pembeli dan penjual energi, beruntung pada
selisih harga. Enron memulai pemasaran listrik di Amerika serikat pada tahun 1994, dan
memasuki pasar energi Eropa pada tahun 1995.
Enron melanjutkan untuk ekspansi bisnis kepada yang lebih komplek dengan
menawarkan bermacam-macam varietas sebuah pemeriksa keuangan dan kontrak kepada
pelanggan. Instrumen keuangan ini telah dibentuk untuk melindungi resiko pelanggan, termasuk
peristiwa seperti perubahan suku bunga dan perubahan iklim. Volume transaksi keterlibatan pada
ekonomi baru ini tipe instrumen berkembang cepat dan melebihi sebenarnya volume atas
kontrak biasa melebihi pengiriman atas komoditas fisik, seperti gas murni untuk pelanggan.
Jaminan yang Enron kelola resikonya terhubung pada instrumen ekonomi baru ini, perusahaan
menyewa banyak tenaga yang ahli di bidang matematika, fisika, meteorologi, dan ekonomi.

Menjelang Kebangkrutan Enron


2[2]Sebelumnya, pejabat tertinggi departemen keuangan Amerika mengatakan, dia telah
dimintai bantuannya oleh perusahaan energi raksasa Enron yang tiba-tiba bangkrut akhir tahun
lalu. Kata jurubicara departemen keuangan hari Jumat, ketua perusahaan Enron Lawrence
Whalley menelepon wakil menteri keuangan Peter Fisher enam sampai delapan kali antara bulan
Oktober dan November. Katanya Fisher agaknya diminta supaya meyakinkan bank-bank untuk
memberikan kredit baru kepada Enron; tapi wakil menteri itu tidak melakukan apa yang diminta
Enron. Ini terungkap setelah Presiden Bush memerintahkan berbagai jawatan federal yang
mungkin punya hubungan dengan Enron untuk mencari kalau-kalau ada hubungan antara
perusahaan itu dengan para pejabat pemerintahan. Hari Kamis, gedung putih mengatakan, kepala
eksekutif Enron, Ken Lay menghubungi dua orang menteri kabinet Bush untuk membicarakan
masalah keuangan yang sedang dihadapi oleh Enron. Enron adalah penyumbang besar bagi
kampanye pemilihan presiden Bush tahun lalu, tapi sedemikian jauh belum ada tuduhan adanya
hal yang tidak beres sehubungan dengan sumbangan itu. Sebuah perusahaan yang memeriksa
keuangan Enron mengakui telah menghancurkan atau membuang sejumlah besar dokumen; dan
kata para pejabat komisi surat-surat berharga Amerika, itu adalah suatu kesalahan besar. Ribuan
pekerja kehilangan tabungan mereka ketika Enron bangkrut; tapi Ken Lay dan sejumlah
eksekutif perusahaan sempat menjual saham-saham mereka yang berjumlah jutaan dollar
sebelum perusahaan itu menyatakan diri bangkrut.

Jatuhnya Bisnis Enron


3[3]Enron mengumumkan kebangkrutannya pada akhir tahun 2002. Tentu saja
kebangkrutan ini menimbulkan kehebohan yang luar biasa. Bangkrutnya Enron dianggap bukan
lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal yang

2[2] Anonim, Diselidiki Keterlibatan Pejabat Pemerintah AS dalam Kasus Enron,


http://www.voaindonesia.com/content/a-32-a-2002-01-12-3-1-85180702/30227.html 11- 01 2002.
Diunduh 15 Februari 2014.

3[3] Ibid
multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin terkemuka di Amerika Serikat. Hal ini
bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup mencengangkan seperti:
Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang pada tahun 2001 sebelum kebangkrutannya masih
membukukan pendapatan US$ 100 miliar, ternyata tiba-tiba melaporkan kebangkrutannya
kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai
US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai
Enron harus menangisi amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar.
Saham Enron terjun bebas hingga berharga US$ 45 sen. Padahal sebelumnya pada Agustus 2000
masih berharga US$ 90 per lembar. Oleh karenanya banyak pihak yang mengatakan
kebangkrutan Enron ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis di Amerika Serikat
dan menjadi bahan pembicaraan dan ulasan di berbagai media bisnis dan ekonomi terkemuka
seperti Majalah Time, Fortune, dan Business Week.
4[4]Kejatuhan Enron bermula dari dibukanya partnership-partnership yang bertujuan
untuk menambah keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi nama "special
purspose partnership" memang memiliki karateristik yang istimewa. Enron mendirikan kongsi
dengan seorang partner dagang. Partner dagang mereka biasanya hanya satu untuk setiap
partnership dan kongsi dagang ini menyumbang modal yang sangat sedikit, sekitar 3% dari
jumlah modal keseluruhan. Lalu mengapa Enron berminat untuk berpartisipasi dalam partnership
dimana Enron menyumbang 97% dari modal?
Ternyata secara hukum perusahaan di Amerika, apabila induk perusahaan berpartisipasi dalam
partnership dimana partner dagang menyumbang sedikitnya 3% dari modal keseluruhan, maka
neraca partnership ini tidak perlu dikonsolidasi dengan neraca dari induk perusahaan. Tetapi,
partnership ini harus dijabarkan secara terbuka dalam laporan akhir tahunan dari induk
perusahaan agar pemegang saham dari induk perusahaan maklum dengan keberadaan operasi
tersebut. Lalu dari mana Enron membiayai partnership-partnership tersebut? Inilah hebatnya
Enron. Enron membiayai dengan "meminjamkan" saham Enron (induk perusahaan) kepada
Enron (anak perusahaan) sebagai modal dasar partnership-partnership tersebut. Secara singkat,
Enron sesungguhnya mengadakan transaksi dengan dirinya sendiri.
Enron tidak pernah mengungkapkan operasi dari partnership-partnership tersebut dalam
laporan keuangan yang ditujukan kepada pemegang saham dan Security Exchange
Commission (SEC), badan tertinggi pengawasan perusahaan publik di Amerika. Lebih jauh lagi,
Enron bahkan memindahkan utang-utang sebesar 690 juta dolar AS yang ditimbulkan induk
perusahaan ke partnership-partnership tersebut. Akibatnya, laporan keuangan dari induk
perusahaan terlihat sangat atraktif, menyebabkan harga saham Enron
melonjak menjadi 90 dolar AS pada bulan Februari 2001. Perhitungan menunjukkan bahwa
dalam kurun waktu tersebut, Enron telah melebih-lebihkan
laba mereka sebanyak 650 juta dolar AS.

Dimana Kesalahan Enron?

4[4]Nazhi, Siregar. 2002. Benang Kusut Kapitalisme Amerika Enron, Inc..Harian Umum Sore Sinar Harapan.
http://www.sinarharapan.co.id
5[5]Kesalahan Enron bukanlah terbatas pada penyelewengan pembukuannya. Suka atau
tidak, perusahaan sebesar Enron tidak akan jatuh apabila keadaan sekelilingnya berlaku wajar
dalam norma-norma etika dan hukum. Enron tidak akan berani mendirikan kongsi dagang-kongsi
dagang yang sangat kompleks apabila hukum sekuritas Amerika (Security Law) tidak
membiarkan pembukuan terpisah antara induk perusahaan dan kongsi dagang tersebut. Kalaupun
itu terjadi, kongsi dagang tidak akan bisa bertahan lama bila auditor luar Andersen bekerja sesuai
dengan peraturan etika dan hukum yang diterapkan oleh badan tertinggi ikatan akuntan publik
(American Institute of Certified Public Accountants). Keberanian akuntan-akuntan Andersen
untuk mengijinkan sistem pembukuan terpisah dari Enron tidak berarti banyak bila Congress
menyetujui pemisahan divisi "akunting/auditing" dan "konsultasi" yang diterapkan oleh Lima
Besar. Proposal pemisahan ini sudah diajukan oleh bekas ketua komisi sekuritas dan
perdagangan Amerika (Securities and Exchange Commission) Arthur Levitt pada tahun 1999.
Proposal itu ditolak mentah-mentah oleh anggota Congress yang menerima bantuan finansial
selama kampanye mereka dari Wall Street dan Lima Besar. Bantuan finansial itu ternyata masih
dalam limit yang legal. Dengan demikian, Congress bisa bekerja lebih adil bila ada peraturan
lebih ketat dalam penerimaan bantuan kampanye dari perusahaan dan industri. Hal ini juga
berlaku untuk Gedung Putih. Walaupun sampai saat ini belum ada bukti keterlibatan Gedung
Putih dengan kehancuran Enron, jumlah uang kontribusi yang sangat besar dari Enron untuk
sebuah partai atau seorang calon politikus, cukup menarik kecurigaan dari publik. Enron adalah
contoh dari bisnis yang dibangun berdasarkan ilusi (House of cards). Hampir seluruhnya terbuat
dari kebohongan satu ditutupi dengan kebohongan yang lain. Sayangnya, banyak pihak yang rela
ikut berpartisipasi dalam drama besar ini karena mereka tahu bila kebohongan itu sudah terlalu
besar dan melibatkan hampir setiap orang, maka tidak ada pihak lain yang terlihat "tidak
berdusta." Dengan singkat, kisah Enron bisa diartikan sebagai perkawinan antara ketamakan dari
eksekutif perusahaan dan kehausan kekuasaan dari para politikus.

Sebab-sebab Bangkrutnya Enron


6[6]Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah
melakukan praktek window dressing. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up)
pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Hal ini
tentunya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dengan trik-trik
manipulasi yang tinggi dan tentu saja orang-orang ini merupakan orang bayaran dari mulai analis
keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya.
Skandal ini semakin ruwet dengan ditengarainya keterlibatan banyak pejabat tinggi
gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana politik
dari perusahaan ini.Bahkan tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W. Bush
merupakan pemegang saham Enron. Dalam daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron
tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana
kampanye Bush. Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para
politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama ini
maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.

5[5] Ibid

6[6] Sudirman Said, Belajar dari Skandal Enron, Majalah Tempo, Kolom No. 49/XXX/4 10 Februari 2002.
Diunduh 15 Februari 2014. http://www.transparansi.or.id/2002/02/belajar-dari-skandal-enron/
Salah satu faktor yang menjadi sebab kehancuran Enron adalah permainan manajemen
laba yang sangat merugikan bagi perusahaan tersebut. Dalam hal ini Enron melakukan
kecurangan dalam perhitungan laba, Enron melakukan penggelembungan pendapatan (mark
up) sebesar US$ 600 juta dan menyembunyikan utangnya sebesar US$ 1,2 Miliar. Hal ini justru
membuat Enron bangkrut karena tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga banyak pihak
yang dirugikan.

Hasil Penyelidikan
7[7]WASHINGTON-Departemen Kehakiman Amerika Serikat, kemarin, mulai
melakukan investigasi kriminal terhadap perusahaan energi Enron Corp., yang dinyatakan
bangkrut pada 2 Desember 2001. Departemen Kehakiman telah membentuk gugus tugas khusus,
yang melibatkan Jaksa Wilayah dari Houston, New York, San Francisco, dan
beberapa kota lainnya. Manajemen Enron yang dimintai konfirmasinya menolak bicara.
Enron adalah perusahaan yang didirikan pada 1985, dengan 21.000 ribu karyawan.Enron
merupakan salah satu penjual gas alam terbesar di dunia, dan menjadi perusahaan pemasar listrik
terbesar di Amerika Serikat. Bisnis lainnya, pemasaran bubur kertas
(pulp), kertas, plastik, dan metal. Fokus investigasi yang dilakukan pemerintah AS adalah,
mengapa masalah keuangan yang terjadi pada Enron selalu tertutupi. Sehingga, nilai surat
utangnya (obligasi) selalu dinilai baik oleh pihak yang membelinya.
Selain Departemen Kehakiman, Departemen Tenaga Kerja AS juga melakukan
investigasi sipil terhadap kebangkrutan perusahaan tersebut. Hal ini berdasarkan dugaan
kerugian para karyawan. Kasus yang terjadi pada Enron merupakan kasus kebangkrutan terbesar
di Amerika Serikat. Perusahaan tersebut meninggalkan utang sebesar US$ 31,2 miliar. Setelah
mendapat perlindungan kebangkrutan dari pengadilan, Enron berusaha menjual aset-asetnya di
kawasan Asia guna menutupi kewajiban, di antaranya kepada Mirant Corp. Aset yang akan
dijual, misalnya, kepemilikan 51 persen saham pada pembangkit listrik di Chengdu, Provinsi
Sichuan, Cina. Selain aset di Cina, dua asetnya di Jepang juga dilepas. Yakni, E Power Corp.
yang bergerak di bidang ketenagalistrikan dan Enron Japan Corp., yang juga bergerak di bidang
jasa keuangan. Kegiatan operasional di Asia Pasifik, tidak hanya di dua negara tersebut. Di
Seoul, Korea Selatan, Enron sudah menutup seluruh kantornya. Sahamnya di beberapa
perusahaan juga dijual. Di Australia dan Singapura juga masih ada kegiatan operasional
perdagangan energi. Tapi belum pasti, apakah akan dilepas atau tidak. Yang pasti, di India Enron
sudah menawarkan pembangkit listrik Dabhol. Sayang, penjualannya tertunda lantaran calon
pembeli masih menunggu keputusan akhir dari pengadilan di AS. Kegiatan operasional lainnya,
adalah di Filipina. November tahun lalu, perusahaan energi Dynergy Inc., afiliasi dari
ChevronTexaco sudah mengumumkan rencananya untuk membeli Enron. Skema yang
ditawarkan atas harga US$ 9,5 miliar itu adalah perjanjian penggabungan (merger), bukan
akusisi atau pengambilalihan penuh.

Pihak Pihak Yang Terlibat

7[7]ap/bloomberg/herry, Penyelidikan Tragedi Kebangkrutan Terbesar di AS dimulai, Koran Harian


Tempo, 11 Januari 2002.
http://www.korantempo.com/news/2002/1/11/Ekonomi%20dan%20Bisnis/19.html Diakses pada 15
Februari 2014
Auditor independen, Andersen (yang dahulu dikenal sebagai Arthur Andersen),
sebagai pihak konsultan pembukuan Enron. Kantor hukum yang menjadi penasehat
Enron, Vinson dan Eikins dalam special purspose partnership". Bank investasi besar di
Wallstreet yang meraup $ 214 juta USA dalam komisi sebagai penjual saham dan
obiligasi dari Enron Salomon Smith Barney unit, Credit Suisse First Boston, oklm MerrillLynch,
Goldman Sachs, J.P. Morgan Chase and Lehman Bros, ikut meraup 214 juta dolar
AS dalam komisi sebagai penjual saham dan obligasi dari Enron. Karyawan Enronkehilangan
dana pensiun karena penanaman saham sebesar 15% pendapatan bulanan.
Eksekutif Enron yang menangguk keuntungan besar.

Tindakan hukum terhadap para pejabat Enron


Dalam proses hukum kasus kebangkrutan Enron Kenneth Lay dan Jeffrey Skilling,
mantan CEO Enron dinyatakan bersalah karena menipu para investor dengan menggunakan
transaksi diluar pembukuan untuk menyebunyikan neraca utang dan menaikkan pendapatan.
Jeffrey Skilling, dijatuhi hukuman penjara 24 tahun dan empat bulan. Ia dituduh menjadi otak
penipuan keuangan yang menhancurkan perusahaan dan dinyatakan bersalah dalam 19 dari 28
dakwaan yang dihadapinya. Skilling juga diperintahkan untuk membayar ganti rugi sebesar 45
juta dollar AS kepada para investor Enron yang kehilangan miliar dollar AS ketika perusahaan
itu bubar, ribuan karyawan kehilangan pekerjaan dana pensiun (sedikitnya 21.000 karyawan).
Sementara itu Kenneth Lay, diputuskan bersalah dalam semua 6 dakwaan konspirasi dan
menhadapi ancaman penjara 45 tahun. Namun sebelum menjalani masa hukuman Kenneth Lay
meninggal dunia di Aspen, Colorado, AS karena serangan jantung pada tanggal 15 Juli 2006.

Para Korban Dan Dampak Keruntuhan Enron


Korban utama dari kebangkrutan Enron adalah kurang lebih (21.000) pegawainya.
Mereka tidak hanya kehilangan pekerjaan, tetapi juga tabungan pensiunan mereka. Dalam
hukum perpajakan AS, setiap pekerja bisa menabung sebanyak-banyaknya 12,000 dollar AS
setahun dan tidak akan dikenai pajak. Baru ketika pekerja menginjak usia 60 tahun, ia berhak
mengambil dana tersebut dan membayar pajak seperti layaknya penghasilan biasa. Selama
berada dalam tabungan pensiunan, uang tersebut akan ditanamkan dalam bentuk saham dan
obligasi dengan harapan si penabung akan meraup bunga sebanyak-banyaknya bila siap pensiun.
Karena biasanya perusahaan sendiri yang mengadministrasikan tabungan pegawai-pegawai
mereka, perusahaan akan menanamkan uang tersebut dalam bentuk saham dan perusahaan-
perusahaan tersebut. Regulasi tabungan masa tua ini dikenal dengan nama 401(k), sesuai dengan
pasal yang mengatur masalah hukum perpajakan untuk pensiunan.
Enron juga menerapkan sistem ini dan menanamkan seluruh tabungan pensiunan dari
pegawai-pegawainya dalam bentuk saham perusahaan. Pada tanggal 26 September 2001, ketika
harga saham jatuh menjadi USA$ 25 sen per lembar, Ken Lay masih mencoba menghibur
karyawan untuk tidak menjualnya, sebaliknya membujuk mereka membeli. Dalam e-mail yang
dikirimkan kepada para karyawan yang risau, dia mengatakan perusahaan dalam kondisi sehat
secara keuangan dan bahwa harga saham Enron luar biasa murah dalam posisi itu. Namun,
beberapa pekan kemudian, Enron melaporkan kebangkrutannya dan harga sahamnya pun turun
menjadi beberap puluh sen. Pada saat itu, para karyawan tak bisa berbuat apa-apa sama sekali.
Namun, walaupun para karyawan mengalami kerugian yang sangat besar dari kejutuhan
harga saham Enron ini, tetapi para eksekutif Enron dapat menjual harga sahamnya ketika masih
berharga USA$ 80 per lembar dan membuat mereka menjadi meliarder. Seperti Kenneth Lay,
presiden komisaris sekaligus direktur Enron diperkirakan meraup untung USA$ 205 juta dari
penjualan sahamnya selama 4 tahun terakhir.

SARBANES OXLEY
Pengertian Sarbanes-Oxley
8[8]Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat Sox atau SOA adalah hukum federal Amerika
Serikatyang ditetapkan pada 30 Juli 2002. Undang-undang ini diprakarsai oleh Senator Paul
Sarbanes(Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio) yang disahkan oleh Presiden
George W. Bush. Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat
terhadap berbagai skandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco International,
Adelphia, PeregrineSystems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup,
Computer AssociatesInternational, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest
Communication, Safety-Kleen dan Xerox, yang juga melibatkan beberapa KAP yang termasuk
dalam the big five seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC.
9[9]Sox juga mempunyai nama panjang, yakni the Public Company Accounting Reform
and Investor Protection Act (terjemahan: undang-undang tentang penataan kembali akuntansi
perusahaan publik dan perlindungan terhadap investor). Perusahaan Public di sini bermakna
perusahaan-perusahaan yang mencatat dan memperdagangkan surat-surat berharga (efek-efek)
mereka di berbagai pasar modal di Amerika. Tujuan utama Sarbox adalah meningkatkan
kepercayaan publik terhadap implementasi prinsip pertanggungjawaban keuangan perusahaan
publik (good corporate governance - GCG) bagi perusahaan yang telah go publik.
10[10]Dengan diberlakukannya undang-undang Sarbanes Oxley diharapkan dapat
membawa dampak positif bagi berbagai profesi, antara lain : akuntan publik bersertifikat (CPA);
kantor akuntan publik (KAP); perusahaan yang memperdagangkan sahamnya (listed di bursa US
(termasuk direksi, komisaris, karyawan, dan pemegang saham); perantara (broker); penyalur
(dealer); pengacara yang berpraktik untuk perusahaan publik; investor perbankan serta para
analis keuangan.
11[11]Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Perusahaan

8[8] Anonim, Sarbanes-Oxley, terakhir diubah 06 April 2014, http://id.wikipedia.org/wiki/Sarbanes-Oxley


, diakses pada 13 Februari 2014

9[9] Anonim, Sarbanes-Oxley Act, terakhir diubah 18 Januari 2014,


http://en.wikipedia.org/wiki/Sarbanes%E2%80%93Oxley_Act , diakses pada 13 Februari 2014

10[10] Suradi. 2011. ArtikelMengenal Sarbanes Oxley Act (Sox/Soa). Widyaiswara Madya Balai Diklat
Keuangan Palembang. http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/146_ARTIKEL-SOA-
WEB.pdf.

11[11] Muh. Arief Effendi, Artikel Sarbanes Oxley Act Sebagai Implementasi Gcg, 05 Januari 201. Artikel
ini telah dimuat di Majalah AKUNTAN INDONESIA, Edisi No. 12, Tahun II, Oktober 2008, pada rubrik
OPINI, hlm. 39-40. Diakses pada 13 Februari 2014.
https://muhariefeffendi.wordpress.com/tag/internal-auditing/
1. Perusahaan publik akan memiliki sistem pengendalian intern yang lebih baik,
sehinggaakuntabilitas dan integritas pelaporan keuangannya lebih dapat dipercaya dan
diandalkan.
2. Kepercayaan investor lebih meningkat.
3. Memiliki citra (image) yang positif di mata publik dan pemangku kepentingan lainnya.
4. Membantu perusahaan untuk melakukan Good Governance Corporation dengan baik.

Pemberlakuan Undang undang Sarbanes Oxley


Sox berlaku untuk penerbit dari semua surat berharga atau efek-efek (securities) dalam
semua perusahaan yang diperdagangkan secara terbuka, unutk segala ukuran. Secara spesifik,
Sox berlaku bagi:
1. Perusahaan yang surat berharganya diperdagangkan di New York Stock Exchange atau bursa
lainnya di Amerika Serikat
2. Perusahaan dengan lebih dari 500 pemodal dan mempunyai aset $10 juta atau lebih
3. Perusahaan dengan lebih dari 300 pemodal dan memenuhi syarat lain seperti penerbitan surat
surat utang jangka panjang seperti obligasi
4. Para pendaftar sukarela, mereka tidak wajib secara hukum, tetapi mereka menerapkan Sox
secara sukarela
5. Perusahaan yang registerasinya masih pending. misal perusahaan yang melakukan IPO untuk
saham atau surat utang.
Isi dari Sarbanes-Oxley Act
12[12]Sarbanes-Oxley terdiri dari 11 title dan 66 sections , yaitu:
1. Title I : Public Company Accounting Oversight Board
2. Title II : Auditor Independence
3. Title III : Corporate Responsibility
4. Title IV : Enhanched Financial Disclosures
5. Title V : Analyst Conflict of Interest
6. Title VI : Commission Resources and Authority
7. Title VII : Studies and Report
8. Title VIII : Criminal and Fraud Accountability
9. Title IX : White-Collar Crime Penalty Enhancements
10. Title X : Corporate Tax Returns, dan
11. Title XI : Corporate Fraud Accountability

13[13]Berikut ini ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act:

12[12] Anonim, Sarbanes-Oxley Act, terakhir digubah 17 Februari 2014,


http://en.wikipedia.org/wiki/Sarbanes%E2%80%93Oxley_Act , diakses pada 13 Februari 2014

13[13]Dr. Ronny Kusuma Muntoro MBA, 2006, SarbanesOxley Act, Mungkinkah Diterapkan Di Indonesia?,
Majalah USAHAWAN LMFEUI, edisi Februari 2006.
http://lmfeui.com/data/SOX%20Indonesia%20utk.%20Majalah.pdf.
Membentuk suatu Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang anggotanya
independen dan ditunjuk oleh Securities Exchange Commission (SEC)
Melarang KAP yang sedang melakukan audit melaksanakan juga jasa pelayanan nonaudit pada
klien yang sama
Adanya kewajiban rotasi bagi KAP maupun partner incharge dari KAP (dibatasi lima tahun)
dalam melakukan audit bagi klien yang sama
Auditors harus melapor kepada komite audit (KA) dan tidak saja kepada manajemen.
KA harus terdiri dari anggota independen.
KA bertanggung jawab untuk penunjukan dan penyupervisian auditor
Pengungkapan secara lengkap halhal lepas neraca (off balance sheet) yang material. Dan ini
harus dinyatakan secara eksplisit dalam diskusi dan analisis manajemen.
Laporan keuangan tahunan harus menyertakan pernyataan mengenai tanggung jawab
manajemen atas Internal control (IC) dan asesmen manajemen terhadap kondisi IC yang ada di
perusahaan.

14[14]Apabila kita simak secara lebih mendalam halhal penting diatas, inti pokok dari Sarbane
Oxley act menyangkut:
1. Peningkatan transparansi dari pengelolaan manajemen sebagai agen yang diserahi wewenang
oleh pemegang saham. Transparansi yang dituntut tidak saja meliputi laporan keuangan formal
tetapi juga informasi lepas neraca yang seringkali dijadikan tempat persembunyian kejanggalan
ataupun kecurangan..
2. Peningkatan tanggung jawab manajemen sebagai pemilik dari sistem IC untuk mengupayakan
perbaikan terus menerus terhadap IC yang ada di perusahaan dengan memaksa direksi membuat
pernyataan atas kondisi IC pada saat menyerahkan laporan keuangan.
3. Penurunan resiko kecurangan yang dilakukan oleh direksi karena apabila mereka melakukan
kecurangan, yang berarti telah terjadi kondisi IC yang tidak optimal, padahal mereka
memberikan pernyataan bahwa kondisi IC di perusahaan tetap baik, mereka, paling tidak, dapat
dituntut secara pidana atas kebohongan teresebut.

14[14] Ibid
4. Memaksa auditor untuk melakukan atestasi atas pernyataan kondisi IC yang dibuat oleh direksi,
dan dengan demikian mendorong auditor agar lebih serius dan cermat dalam melihat sistem IC
yang diterapkan di perusahaan dan lebih serius lagi memeriksa ada tidaknya kecurangan yang
dilakukan manajemen.
5. Menjaga independensi auditor dan KAP. Hal ini dilakukan dengan menempatkan KA di antara
manajemen dan KAP sehingga ada pihak independen yang menengahi hubungan KAP dengan
manajemen. Pelarangan pemberian jasa nonaudit (yang biasanya memberikan fee lebih besar)
yang dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan saat audit juga mengurangi dependensi
auditor pada klien yang selanjutnya mencegah terjadinya keengganan auditor untuk melaporkan
temuantemuan negatif mengenai klien.
6. Dibentuknya suatu Oversight board yang independen dari pengaruh Ikatan Profesi Akuntan.
Public Company Accounting Oversight Board akan terdiri dari lima orang dengan tidak lebih
dari dua anggota yang Certified Public Accountant (CPA). Anggarannyapun akan diperoleh dari
emiten dan bukannya dari KAP. Peran utamanya adalah untuk menetapkan standar pemeriksaan
(auditing standards) dan standar etika dan quality review. Dengan melakuikan ini, maka
penetapan standar pemeriksaan dicabut dari Ikatan Profesi Akuntan (AICPA) dan diberikan
kepada lembaga yang relatif independen. Penetapan standar akuntansi tetap berada di pihak
AICPA.

Pasal Inti dari Sarbanes Oxley


Pasal 302
15[15]Pasal 302 SOA mengatur tentang Tanggung Jawab Perusahaan terhadap Laporan
Peristiwa (Corporate Responsibility for Incident Reports). CEO dan CFO dari setiap emiten
harus memberi sertifikasi pada setiap laporan tahunan atau kuartalan, yaitu:
a. Mereka harus menelaah laporan tersebut
b. Memastikan bahwa laporan tersebut tidak mengandung pernyataan yang tidak benar atau
menghilangkan suatu fakta
c. Laporan tersebut berisi tentang kondisi nyata dari perusahaan
d. Emiten bertanggungjawab untuk menetapkan dan memelihara pengendalian intern dan telah
mengevaluasi efektivitas pengendalian intern;
e. Mereka telah mengungkapkan kepada auditor dan komite audit semua defisiensi yang signifikan
dalam desain atau operasi dari pengendalian intern, dan setiap kecurangan, apakah material atau
tidak, yang melibatkan manajemen atau karyawan lain dengan peranan yang signifikan dalam
pengendalian intern perusahaan; dan

15[15] Terjemahan Sarbanes Oxley Section 302


f. Setiap perubahan yang signifikan dari pengendalian intern setelah evaluasi
pengendalian mereka.
Berikut adalah contoh pernyataan dari pihak manajemen perusahaan :
Kami sudah merancang internal kontrol atas laporan keungan perusahaan kami,dan kami
sudah memantau pelaksanaan internal kontrol tersebut, dengan tujuan untuk menyediakan
jaminan kepada pihak luar atas keandalan laporan keuangan perusahaan kami, dan
memberikan jaminan lebih lanjut bahwa laporan keuangan perusahaan kami sudah sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Amerika Serikat
Pasal 404
16[16]Pasal 404 membahas tentang Pengendalian Internal Penilaian Manajemen
(Management Assesment of Internal Controls). Pasal ini mengharuskan perusahaan untuk
melakukan hal hal berikut ini :
1. Menyatakan tanggung jawab pihak manajemen atas pembentukan dan pemeliharaan struktur dan
prosedur pengendalian internal yang memadai untuk pelaporan keuangan
2. Mempertahankan dilakukannya penilaian, pada akhir tahun fiskal penerbit laporan, mengenai
efektivitas struktur dan prosedur pengendalian internal penerbit laporan untuk pelaporan
keuangan.
Penyebab mahalnya biaya kepatuhan terhadap pasal 404 :
a. Semakin kompleks suatu perusahaan, maka diperlukan suatu pengawasan dan pengendalian
yang lebih kompleks
b. Menuntut agar perusahaan menggali lebih dalam dan mengetahui tingkat efektivitas
pengendalian mereka
c. Perusahaan harus membentuk komite audit independen
d. Sangat memakan waktu dan menguras tenaga kerja.
e. Auditor eksternal harus membuktikan bahwa mereka telah melakukan pekerjaan mereka dengan
baik dan terpercaya dan auditor tersebut tidak diperbolehkan melakukan jasa non audit lainnya
bagi perusahaan.

17[17]Pro Kontra dari Penerapan Undang undang Sarbanes Oxley


Berikut ini sejumlah kritik terhadap penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA) :
1. Membutuhkan biaya besar (it is too costly)
Salah satu perkiraan berdasarkan suatu survai yang dilakukan oleh Financial
ExecutivesInternational menyatakan bahwa perusahaan dengan pendapatan sebesar US$5
milyarharus menyisihkan anggaran rata-rata sebesar US$4.7 juta untuk menerapkan
pengendalianintern yang dipersyaratkan oleh SOA, kemudian juga harus masih mengeluarkan
lagi biayatahunan sebesar US$1.5 juta untuk menjaga kepatuhan.
2. Memiliki dampak negatif bagi perusahaan terhadap persaingan global (it
impactsnegatively on a firm's global competitiveness)

16[16] Singleton, Hall. Audit Teknologi Informasi dan Assurance. Salemba Empat, Jakarta, 2007 hal. 22

17[17] Suradi. 2011. ArtikelMengenal Sarbanes Oxley Act (Sox/Soa). Widyaiswara Madya Balai Diklat
Keuangan Palembang. http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/146_ARTIKEL-SOA-
WEB.pdf
Argumen ini juga mendasarkan atas biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kepatuhanoperasi
internal terhadap undang-undang. Kritik ini berargumen bahwa perusahaan lain yangberasal
diluar USA tidak harus menanggung beban ini, kenapa perusahaan-perusahaan USAharus
menanggungnya?
3. Pengeluaran pemerintah juga meningkat untuk menerapkan undang undang
tersebut(government costs also increase to regulate the law)
The SEC (Bapepam-LK) menerima tip (pengaduan) tentang adanya pelanggaran hukummelalui
e-mail yang telah disediakan (http://www.sec.gov/complaint.shtml). Jumlahpengaduan
meningkat dari 77.000 pada tahun 2001 menjadi 180.000 pada tahun 2003. SECmenerima
pengaduan sekitar 250.000 pada tahun 2006. Setiap hari diterima lebih dari 1.300pengaduan
lewat e-mail. Sebagian besar pengaduan tersebut berkisar tentang adanyapermasalahan akuntansi
pada perusahaan publik.
4. Chief Financial Officer (CFO) bertambah bebannya dan tertekan karena harusmematuhi
akuntabilitas yang dipersyaratkan oleh undang-undang
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh majalah CFO menyatakan bahwa sejak 2001, 1/5dari
eksekutif keuangan mengatakan bahwa mereka merasakan lebih tertekan karena
harusmenggunakan metode akuntansi dengan penuh pertimbangan untuk menghasilkan
laporankeuangan yang lebih baik. Selain itu mereka juga harus melakukan sertifikasi
terhadaplaporan keuangan.
5. Menurunnya Minat Perusahaan Privat Untuk Menjadi Perusahaan Publik
Argumennya adalah dengan menerapkan SOA menyebabkan perusahaan harus menanggung
biaya yang begitu besar sehingga untuk perusahaan ukuran kecil danmenengah enggan untuk go
publik.
18[18]Paul Volcker (ahli dari SEC) dan Arthur Levitt (ahli dari Federal Reserve),memberikan
sejumlah argumen terhadap sejumlah kritik terhadap penerapan SOA:
1. Biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan SOA adalah lebih kecil dibandingkan jika
tidak menggunakannya (the cost of implementing SOA are minimal to the costs of not
having it).
Misalkan terjadinya kerugian dalam saham sebesar US$7 triliun, hal ini belum terhitungkerugian
yang dialami oleh pegawai, keluarga pegawai, dan dampak ekonomi secarakeseluruhan.
2. Perubahan yang dipersyaratan untuk menerapkan SOA adalah sulit (the changes
required to implement this law are difficult)
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh majalah Corporate Board Member menyatakanbahwa
lebih 60% dari 153 direktur berkeyakinan bahwa SOA memiliki dampak positif bagiperusahaan
mereka, dan lebih dari 70% berpendapat bahwa hukum juga memiliki dampakpositif bagi
mereka.
3. Tidak adanya data pendukung terhadap argumen bahwa penerapan SOA
akanmenyebabkan perusahaan tidak mampu bersaing dalam lingkungan global.
The NASDAQ stock exchange menyatakan telah terjadi penambahan 6 (enam)
perusahaaninternasional yang listing dalam kuartal kedua selama 2004. Dan berdasarkan survei
yangdilakukan oleh Broadgate Capital Advisory dan the Valuae Alliance menyatakan
bahwahanya 8% dari 143 perusahaan asing yang telah go public dan sahamnya diperdagangkan
dibursa USA mengklaim bahwa karena SOA akan menyebabkan mereka untuk berfikir
ulanguntuk memasuki pasar USA.

18[18] Ibid
4. Jika suatu perusahaan menerapkan SOA sebagai alasan tidak untuk go public,
perusahaan tidak harus go public atau menggunakan dana dari para investor.
Pasar USA termasuk salah satu pasar yang paling diminati di dunia karena memiliki
regulasiyang sangat baik.

5. Para pejabat dibidang keuangan (financial officer) yang protes tentang persyaratandari
SOA, ada kemungkinan mereka tertekan karena sebelumnya tidak memilikipengendalian
intern.
Pada tahun 2003, sebanyak 57 perusahaan dari skala kecil hingga terbesar mengatakanbahwa
mereka memiliki kelemahan yang sangat mengkhawatirkan tentang pengendalian,setelah para
auditor yang bertugas melakukan tes terhadap pengendalian keuangandiberhentikan. Keputusan
ini diambil oleh perusahaan untuk menekan biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, M. Rachmat, SOX, Enron, dan Tata Kelola IT, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika:
Institut Teknologi Bandung.http://cioitb.wdfiles.com/local--files/start/ei-5263-enron.doc

Anonim, Diselidiki Keterlibatan Pejabat Pemerintah AS dalam Kasus Enron,


http://www.voaindonesia.com/content/a-32-a-2002-01-12-3-1-85180702/30227.html 11- 01
2002. Diunduh 15 Februari 2014.

Nazhi, Siregar. 2002. Benang Kusut Kapitalisme Amerika Enron, Inc..Harian Umum Sore Sinar
Harapan. http://www.sinarharapan.co.id

Sudirman Said, Belajar dari Skandal Enron, Majalah Tempo, Kolom No. 49/XXX/4 10 Februari
2002. Diunduh 15 Februari 2014. http://www.transparansi.or.id/2002/02/belajar-dari-skandal-
enron/

ap/bloomberg/herry, Penyelidikan Tragedi Kebangkrutan Terbesar di AS dimulai, Koran Harian


Tempo, 11 Januari 2002.
http://www.korantempo.com/news/2002/1/11/Ekonomi%20dan%20Bisnis/19.html Diakses pada
15 Februari 2014

Anonim, Sarbanes-Oxley Act, terakhir diubah 18 Januari 2014,


http://en.wikipedia.org/wiki/Sarbanes%E2%80%93Oxley_Act , diakses pada 13 Februari 2014

Suradi. 2011. Artikel Mengenal Sarbanes Oxley Act (Sox/Soa). Widyaiswara Madya Balai Diklat
Keuangan Palembang.
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/146_ARTIKEL-SOA-WEB.pdf.

Muh. Arief Effendi, Artikel Sarbanes Oxley Act Sebagai Implementasi Gcg, 05 Januari 201. Artikel
ini telah dimuat di Majalah AKUNTAN INDONESIA, Edisi No. 12, Tahun II, Oktober
2008, pada rubrik OPINI, hlm. 39-40. Diakses pada 13 Februari 2014.
https://muhariefeffendi.wordpress.com/tag/internal-auditing/

Anonim, Sarbanes-Oxley Act, terakhir digubah 17 Februari 2014,


http://en.wikipedia.org/wiki/Sarbanes%E2%80%93Oxley_Act , diakses pada 13 Februari 2014

Dr. Ronny Kusuma Muntoro MBA, 2006, SarbanesOxley Act, Mungkinkah Diterapkan Di
Indonesia?, Majalah USAHAWAN LMFEUI, edisi Februari 2006.
http://lmfeui.com/data/SOX%20Indonesia%20utk.%20Majalah.pdf.

Singleton, Hall. Audit Teknologi Informasi dan Assurance. Salemba Empat, Jakarta, 2007
ETIKA BISNIS DAN PROFESI KASUS ATHUR ANDERSON

BAB 8
Kasus Arthur Anderson

Coba anda identifikasi pelanggaran prinsip etika dan Aturan Etika apa saja yang
dilanggar oleh AA dengan mengacu pada pedoman kode etik AICPA!

Jawab : pelanggaran prinsip etika yang dilakukan oleh AA yaitu


Integritas : seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan
bisnis dan profesionalnya. Tapi pada KAP AA ini tidak melaksanakan integritas sebagai akuntan
professional. Objektivitas dan Independensi dimana seorang anggota harus memelihara
objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggungjawab professional.
Seorang anggota dalam praktik public seharusnya menjaga independensi dalam fakta dan
penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya. Jadi seorang akuntan
professional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya bias, konflik kepentingan, atau di
bawah pengaruh orang lain sehingga pengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesionalnya.
Kehati-hatian (due care) yaitu dimana seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standa
retika dan teknis profesi, terdorong untuk secara terus-menerus mengembangkan kompetensi dan
kualitas jasa, dan menunaikan tanggungjawab professional sampai tingkat tertinggi kemampuan
anggota yang bersangkutan.
Ruanglingkupdansifatjasa: seoranganggotadalampraktik public harusmengikutiprinsip-
prinsipkodeperilaku professional dalammenetapkanruanglingkupdansifatjasa yang diberikan.
Aturan yang dilanggaroleh AA denganmengacupadapedomankodeetik AICPAyaitu:
Aturan 101 Indepedensiyang isinyaakandipengaruhiolehberagamtransakasi, hubungan,
dankepentingantermasukhubunganfinasial yang material danlangsung, pelaksanaanjasa non
atestasitertentu. Hubungan KAP seharusnyasebatasklientidaklebihdariitukarena KAP
menjadikeyakinan public dalammelakukankegiataninvestasi.

Bagaimanapelanggaranetikatersebutdapatdijelaskanbilamenggunakanpedomankodeetik
IFAC?

Jawab: penjelasanmenggunakanpedomankodeetik IFAC dalamkasustersebutyaitu:


Independensimenjadi factor yang sangatmenentukanbagipengembangandanpenerapanprinsip-
prinsipetikadalammenekuniprofesiakuntan.Pentingnyamelakukanidentifikasidanevaluasikeadaan
danhubungandenganklienatauatasangunamenentukan:
Apakahadaancamanterhadapsikapindependensiakuntan, baik yang berpraktiksebagaiakuntan
public maupunsebagaiakuntanbisnis.
Ancamanterhadapindependensidapatberbentuk:
Kepentingandiri(self interest), review diri (self review), advoksi (advocacy), kekerabatan
(familiary), danintimidasi (intimidation).
Ada beberapacarapengamanan yang dapatditerapkan, di antaranyaprofesi, legislasi, regulasi, di
dalamkliendan di dalam firma.
Harusdifahamibahwatanggungjawabakuntantidaksecaraekslusifhanyamelayaniklien
(darisudutpandangakuntanpublik), atatuhanyamelayaniatasan (darisudutpandangakuntanbisnis)
melainkanmelayanikepentingan public
dalamartiluas.Tujuandariprofesiakuntanadalahmemenuhiharapanprofesionalisme, kinerja,
dankepentinganpublik

Cobaandaidentifikasiketentuan-ketentuan yang adadalam Sarbanes-Oxley Act


untukmengatasiancamanpelanggaranetikasebagaimanatelahdilakukanolehpersonel AA!

Jawab:ketentuan-ketentuanuntukmengatasiancamanpelanggaranetikayaitu:
Untukakuntanpublic Arthur Anderson
Memebntuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang
bertujuanuntukmengawasi audit atasperusahaan public danmelindungikepentingan investor.
Melarangjasa non audit-secaraspesifik, hukumtelahmelarang KAP untukmelakukandelapanjasa
non-audit.
Perputaran partner-peminpin (lead) atau coordinating partner audit concurring reviewer
tidakdapatmemberikanjasa audit kepadaklien yang samaselamalebihdari lima tahunberturut-
turut.
Laporankepadakomite audit-auditor diharuskanuntukmelaporkankepadakomite audit
tentangsemuakebijakanakuntansi yang berlaku, perlakuaninformasikeuangan,
daninformasipentinglainnya yang telahdidiskusikandenganmanajemen.
Penugasan auditor-dibutuhkansatutahun cooling-off period
Studitentangkewajibanperputarankantorakuntan public akandilakukanolehGeneral Accounting
Office (GAO).

Bagaiamanaandamenjelaskanperilakupejabatpuncak Enron dan AA


denganmenggunakanteorihakikatmanusiautuhdanteori-teorietika yang
telahdibahaspadabab-babsebelumnya?

Jawab:Menurut kami, jika dilihat dari toeri hakikat manusia utuh kasus Enron dan AA masuk
kedalam teori keutamaan karena teori ini tidak melihat etis atau tidak etisnya tindakannya. Enron
dan AA juga tidak mencerminkan karakter yang tidak baik, lebih memperlihatkan manusia yang
hina karena menyalahgunakan tugas dan wewenangnya. Tingkah lakunya juga tidak bermoral
secara baik.
Tujuan hidup dari enron dan AA juga memperlihatkan dari kebahagiaan duniawi. Manusia yang
seperti ini Cuma menggunakan IQ dan EQ

Bangkrutnya Enron Corporation, perusahaan grosir energi terbesar di Amerika serikat,


melambangkan jatuhnya perusahaan terbesar dalam sejarah Amerika. Walau pun baru saja
didaftarkan sebagai No.7 di Fortune 500 dengan kapasitas pasar sebesar US$ 75 trilyun,
robohnya Enron adalah cepat. Jatuhnya dimulai pada Oktober 2001 saat pejabat-pejabat Enron
melaporkan kerugian tiga bulanan yang diguga misterius dan tersembunyi terkait dengan orang
dalam perusahaan itu. Kemudian pada November 2001, pejabat perusahaan dipaksa untuk
mengakui bahwa mereka telah memanipulasi pendapatan hampir US$ 600 juta dalam pendapatan
saat tahun 1997 yang lalu, yang mmebutuhkan pelaporan utang laporan keuangan yang telah
diaudit selama empat tahun. Dan pada akhir 2001, perusahaan ini bangkrut.

Enron, yang didirikan tahun 1995 dari merger-nya dua jalur pipa gas, adalah peloporan dalam
perdagangan gas alam dan listrik dalam pasar utilitas yang baru deregulasi. Pada tahun-tahun
awalnya, Enron menghasilkan uang dari aset berat seperti pipa. Namun, pada akhir tahun 1990-
an, 80% pendapatan Enron datang dari bisnis yang lebih tidak jelas yang dikenal sebagai grosir
operasional dan pelayanan energi. Enron telah membangun pasar baru, seperti perdagangan
sekuritas cuaca, dan yakin bahwa ia bisa menangani perdagangan hampir atas segalanya,
termasuk electron dan mengiklankan ruang angkasa.

Pada awal tahun 2001, spekulasi tentang transaksi bisnis Enron mulai muncul ke permukaan.
Seorang banker investasi yang terkenal secara umum menyatakan bahwa tidak seorang pun bisa
menjelaskan bagaimana Enron sebenarnya mendapatkan uang. Tambahan lagi, ia menunjuk pada
ucapan yang ganjil dan samar dari dokumen Enron tentang transaksi yang telah dilakukan oleh
Enron dan Entitas lain dengan pihak terkait yang dijalankan oleh pejabat senior Enron.
Namun, penyikapan ini sulit dipahami.

Bangkrutnya raksasa bisnis energi ini amat menghebohkan tidak saja bagi Amerika tetapi juga
bagi percaturan bisnis global. Kebangkrutan Enron bukan hanya sebuah kegagalan bisnis,
melainkan sebuah skandal yang multidimensional yang melibatkan pimpinan terkemuka di
Amerika Serikat. Beberapa fakta dramatis yang menyertai kebangkrutannya, antara lain :

Perusahaan beromzet US$ 100 miliar tiba-tiba saja bangkrut dan harus menaggung rugi tak
kuran dari US$ 50 miliar.

Dibandingkan dengan harga saham Enron pada bulan Agustus 2000 yang masih berharga US$
90 per lembar, jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Artinya harga saham Enron terjungkal
hingga tinggal seperduaratusnya.

Simpanan dana pensiun $ 1 miliar milik 7.500 karyawan amblas karena manajemen Enron
menanamkan dana tabungan karyawan untuk membeli sahamnya sendiri.

Pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar.

Inilah sebuah rekor kebangkrutan bisnis terburuk di Amerika Serikat sepanjang sejarah.
Ironisnya tragedi ini justru terjadi di Negara yang otoritas pasar modalnya sangat ketat
menerapkan standar transparasi dan pembeberan (disclosure) bagi perusahaan publik.
Beberapa kontroversi yang mengiringi proses penyilidikan sebab-sebab kebangkrutan Enron,
antara lain :

Manajemen Enron diketahui telah melakukan praktek window dressing.

Memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar tampak menarik di mata investor dan
dianggap memiliki kinerja yang baik. Tak kepalang tanggung, manajemen Enron telah
menggelembungkan (mark up) pendapatannya sebesar US$ 600 juta, dan telah menyembunyikan
utangnya sebesar US$ 1,2 miliar dengan teknik off-balance sheet.

Melakukan mark up pada pendapatan dan menyembunyikan utangnya senilai itu tentu tidak bisa
dilakukan oleh sembarangan orang. Diperlukan keahlian akrobatik yang tinggi dari para
professional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka. Auditor
Enron, KAP Arthur Andersen kantor Huston (Kantor Akuntan Publik kelas dunia),
dipersalahkan karena ikut membantu proses rekayasa keuangan tinkat tinggi itu, sehingga
manipulasi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun. Banyak orang bertanya-tanya bagaiman
keruntuhan demikian bisa tidak terdeteksi setelah sekian lama. Banyak yang menunjuk pada
struktur bisnis yang luar biasa rumitnya di Enron dan laporan keuangan mereka yang samar dan
membingungkan. Mereka tidak perlu berbohong, yang mereka lakukan adalah membius publik
dengan kerumitan berkala, menurut John Dingell, Anggota Kongres dari Michigan. Bahkan
orang-orang menduga orang yang menjalankan bisnis ini pun tidak mengerti konsep bisnis
mereka karena terlalu rumit.

Karena praktek kotor yang berlangsung selama bertahun-tahun inilah Sherron Watskin, salah
satu eksekutif enron yang tak tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu mulai berteriak
melaporkan praktek yang tidak terpuji itu. Keberanian Watskin yang juga pernah bekerja di
Andersen inilah yang membuat semuanya menjadi jelas dan terbuka.

Dalam praktek manipulasi ini dapat dikatakan telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara
majemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya. Komplikasi skandal ini
bertambah, karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat tinggi gedung putih dan politisi di
Senat Amerika serikat yang pernah menerima kucuran dana politik perusahaan ini. 70 persen
senator, baik dari pihak Republik maupun partai Demokrat, pernah menerima data politik. Dalam
komite yang membidangi energi, 19 dari 23 anggota juga termasuk yang menerima sumbangan
dari perusahaan itu. Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting pemerintah George W.Bush
merupakan pemegang saham Enron, yang telah lama merupakan perusahaan publik. Dalam
daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan
penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana kampanye Bush. Akibat pertalian
semacam ini, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan politisi akan memberikan perlakuan
istimewa, baik dalam bisnis maupun dalam penyelamatan perusahaan namun pada akhirnya
perusahaan ini tetap bangkrut dan tinggal sejarah. Kontroversi lainnya dalam kasus Enron adalah
terbongkarnya juga kisah pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang
berhubungan dengan audit Enron oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen. Menghadapi
fakta-fakta dramatis di atas, para akuntan publik jelas bertanya-tanya: apakah fair menuduh
profesi akuntan publik sebagai pihak yang paling bertanggung jawab?.Sebab seharusnya
pertanyaan dibawah ini juga harus dipertimbangakan :

Bukankah manajemen perusahaan yang mengambil keputusan?

Apakah Dewan Komisaris tidak mengawasi kinerja pihak manajemen?

Bukankah ada penasihat keuangan yang turut merancang skenario rekayasa?

Dimana peran penasihat hukum yang ikut mengamankan aspek legalnya?

Bagaimana dengan akuntan internal yang mengerjakan langkah demi langkah laporan
keuangan palsu tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, bukankah sangat tidak adil menuduh auditor
independen sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab sebab sudah jelas dalam kasus
ini terjadi persekongkolan busuk yang telah direncanakan dan diatur oleh semua pihak terkait
diatas, yaitu : CEO, akuntan internal, auditor independen, pengacara, banker, dan analis
keuangan. Mereka bekerjasama untuk menipu pihak-pihak yang sangat awam tentang seluk-
beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka telah menghianati tugas mulia sebagai pihak yang
bertugas menjaga kepentingan publik.

Tanggung jawab manajemen untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang sehat,


menyelenggarakan pengendalian intern yang memadai, serta membuat berbagai penyajian
laporan keuangan secara wajar berada ditangan manajemen bukan ditangan auditor. Karena
mereka menjalankan bisnis sehari-hari, manajemen perusahaan akan memiliki pengetahuan yang
lebih mendalam tentang berbagai transaksi perusahaan serta aktiva, utang, dan modal perusahaan
dari pada pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Sebaliknya, pengetahuan auditor akan
berbagai masalah ini serta dalam pengendalian intern terbatas pada pengetahuan yagn diperoleh
selama pelaksanaan proses audit.

Tanggung jawab auditor, antara lain :

< Mendeteksi berbagai kekeliruan yang material

< Para auditor melakukan perencanaan dan melaksanakan proses audit untuk mendeteksi
berbagai kesalahan yang secara tidak disengaja telah dilakukan baik oleh manajemen maupun
karyawan.

< Mendeteksi berbagai kecurangan yang material

< Standar-standar auditing tidak pernah membuat perbedaan antara berbagai tanggung jawab
auditor dalam mencari kekeliruan maupun kecurangan, baik yang berasal dari kecurangan dalam
pelaporan keuangan atau penggelapan aktiva. Baik untuk kekeliruan maupun kecurangan, auditor
harus memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
bebas dari salah saji yang material.

< Menemukan tindakan-tindakan ilegal

< Tindakan ilegal didefinisikan dalam SAS (AU 317) sebagai berbagai pelanggaran hukum atau
terhadap terhadap peraturan-peraturan pemerintah selain kecurangan.

SAS 1 (AU 110) menyatakan :

Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun
kecurangan. Karena sifat bukti audit dan berbagai karakteristik kecurangan auditor dapat
memperoleh tingkat keyakinan, walaupun tidak mutlak, bahwa kesalahan penyajian yang
material dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melakukan
audit guna memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian, baik disebabkan
oleh kekeliruan maupun kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan dapat
dideteksi.

Namun meskipun kebangkrutan Enron merupakan tanggung jawab banyak pihak, dalam
kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah
besar. Sebab auditor independenlah yang bertanggungjawab memberikan assurance service
sedangkan manajemen, dibantu oleh pengacara, penasihat keuangan, akuntan internal, dan
penasihat keuangan, menyajikan informasi keuangan dan akuntan publiklah yang bertugas
manilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Laku-tidaknya informasi
tentang kinerja perusahaan sangat bergantung pada hasil penilaian akuntan public. Kata publik
yang menyertai akuntan menunjukan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dank arena itu
tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest). Sementara itu,
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang dikeluarkan oleh akuntan,
mengandung makna bahwa laporan audit yang dikeluarkan dapat dan tidak mengandung keragu-
raguan. Karena itu dalam melakukan proses audit akuntan wajib mendeteksi kemungkinan dan
kekeliruan yang material.

Menurut Arens, Elder, dan Beasley, laporan audit wajar tanpa syarat seharusnya diterbitkan bila
kondisi-kondisi berikut terpenuhi :

Seluruh laporan keuanganneraca,laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus
kastelah lengkap.

Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam penugasan audit
tersebut.
Bukti audit yang memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah melaksanakan penugasan
audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga
standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi.

Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prisnsip akuntansi yang berlaku umum. Hal
tersebut berarti pula bahwa pengungkapan informasi yang cukup telah tercantum dalam catatan
atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dalam laporan keuangan tersebut.

Tidak terdapat situasi yang yang mebuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah
paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.

Adapun ketiga standar dalam GAAS (Generally Accepted Auditing Standard) atau SPAP
(Standar Profesi Akuntan Publik)untuk Indonesia yang dimaksud diatas adalah :

Standar Umum

Audit harus dilaksanakan oleh seseoran atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
Dalam senua hal yang berhubungan dengapenugasan, independensi alam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Standar Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya.
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merncanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan.
Bukti audit kompeten yan memadai harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan petanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatkan
pendapat atas laopran keuangan hasil audit.

Standar Pelaporan

Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya prisip akuntansi tidak secara
konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan yang sesuai
dengan prinsip akutansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dianggap memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit.
Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal yang nama auditor harus dikaitkan dalam laporan keuangan, laporan auditor
harus membuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab auditor yang bersangkutan.

Seharusnya sebelum melakukan proses audit, auditor atau KAP yang bersangkutan harus
mempersiapkan rencana kontrak kerja yang tepat. Tujuan perencanaan adalah :

Untuk memenuhi standar pertama untuk pekerjaan lapangan dari GAAS atau SPAP.
Untuk memperoleh bukti yang cukup kompeten. Hal ini sangat penting jika KAP ingin
meminimalkan kewajiban hukum dan memelihara suatu reputasi yang baik dalam
komunikasi bisnis.
Menjaga biaya audit yang dikeluarkan tetap dalam batas yang wajar akan membantu
KAP ettap kompetitif dan selanjutnya dapat mempertahankan bahkan memperluas jumlah
kliennya, dengan asumsi bahwa KAP tersebut memiliki reputasi untuk melakukan
pekerjaan yang berkualitas tinggi.
Menghindari kesalahpahaman dengan klien untuk memelihara hubungan yang baik
dengan klien.
Untuk meminimalkan acceptable audit risk ( risiko akseptabilitas audit), yaitu menilai
seberapa besar kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin saja
disajikan dengan kesalahan penyajian yang material setelah proses audit selesai dan
pendapat wajar tanpa syarat (unqualified opinion) telah dinyatakan.
Untuk mengetahui seberapa besar inheren risk (risiko inheren), yaitu ukuran penilaian
auditor atas kemungkinan adanya kesalahan penyajian yang material atas akun sebelum
mempertimbangkan efektifitas pengendalian internalnya.

Berikut ini adalah proses perencanaan audit dan merancang pendekatan audit :

Sebelum menerima Enron sebagai klien seharusnya KAP Arthur Andersen harus
melakukan investigasi terhadap perusahaan untuk menentukan akseptabilitasnya. Bahkan kalau
perlu menginvestigasi prospek perusahaan dalam komunitas bisnisnya, stabilitas keuangannya,
dan hubungannya dengan KAP sebelumnya jika ada. Seharusnya KAP berhati-hati dalam
menerima klien dan KAP juga harus mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau
membutuhkan audit. Jika Arthur Andersen telah menjadi patner Enron selama beberapa tahun
maka tidak mungkin manajemen Enron dapat menyembunyikan skandal tersebut dari auditor,
menurut saya pastilah telah terjadi persekongkolan yang luar bisa cerdik antara berbagai pihak
terkait ini untuk membohongi publik. Tidak mungkin auditor Arthur Andersen tidak bisa
mendeteksi adanya kecurangan dan kekeliruan yang material jika telah menjalankan tugasnya
sebagaimana mestinya. Kalau saja auditor Enron bekerja profesionalisme yang tinggi dan penuh
denga kehati-hatian (due professional care), maka manipulasi yang dilakukan oleh manajemen
pasti dapat terbongkar sejak dulu dan kerugian yang besar dapat dicegah lebih dini. Buktinya
saja malah Sherron Watskin yang notabene salah satu eksekutif Enron yang menemukan kasus
ini dan dengan berani membongkarnya kepada publik. Auditor Arthur Andersen telah kehilangan
independensi, integritas dan objektivitas sebgai seorang akuntan sehingga penyimpangan
(irregularities) dan kecurangan (fraud) dianggap lazim. Kegagalan untuk bersikap independen
dan objektif sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi dimana Kode Etik Profesi AICPA
menjadi standar umum perilaku ideal dan menjadi peraturan khusus tentang perilaku yang harus
dilakukan. Peraturan 101 menyatakanIndependensi Seorang anggota yang berpratek bagi
publik harus independen dalam pelaksanaan jasa profesionanya sebagaimana yang ditentukan
badan-badan yang ditentukan oleh dewan. Peraturan 102 menyatakan Integritas dan
Objektivitas integritas dan objektivitas dalam kinerja jasa professional manapun, seorang
anggota yang bisa memelihara objektivitas dan integritas, akan bebas dari konflik kepentingan,
dan tidak akan dengan sengaja membuat kesalahan penyajian fakta atau menyerahkan penilaian
kepada orang lain yang posisinya rendah.

Apakah akuntan Arthur Andersen yang notabene salah satu KAP kelas dunia tidak melakukan
Studi dan Evaluasi atas Struktur Pengendalian Internal Perusahaan??? Padahal kepentingan
auditor untuk melakukan Stuktur Pengendalian Internal (SPI) sudah sangat jelas, antara lain :

Untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan yang ke dua dari SPAP.


Data yang dihasilkan auditor dapat dipercaya dan resiko audit menjadi lebih kecil.
Hasil audit akan lebih dipercaya.
Jika SPI kuat, maka ruang lingkup pemeriksaan akan lebih sempit.

Tujuan Dilaksanakannya Studi dan Evaluasi SPI oleh Auditor :

Untuk menetukan apakah kegiatan audit mungkin dilaksanakan (misalnya mengenai


ada tidaknya catatan atau dokumen transaksi, dan keberadaan sistem yang memadai sehingga
auditor bisa melakukan penilaian kewajaran atas Laporan Keuangan).

Untuk menentukan bukti audit yang harus dikumpulkan (berkaitan dengan penentuan
prosedur audit yang akan digunakan, besarnya sampel, waktu pelaksanaan pengujian, dan pos-
pos atau akun-akun yang akan dipilih).

Agar dapat memberikan informasi kepada manajemen mengenai kelemahan material


dalam SPInya beserta saran perbaikannya.

Tujuan dibuatnya SPI, adalah :

1. Transaksi-transaksi seperti yang tercatat adalah wajar.


2. Transaksi-transaksi yang tercatat adalah sah (valid).
3. Transaksi-transaksi diotorisasikan dengan sebagaimana mestinya.
4. Transaksi-transaksi yang ada memang tercatat.
5. Transaksi-transaksi diberi nilai yang wajar.
6. Transaksi-transaksi diklasifikasikan sebagaimana mestinya.
Bila akuntan Arthur Andersen telah melakukan Studi dan Evaluasi atas Struktur Pengendalian
Internal Perusahaan dengan benar sesuai dengan prosedur dan program audit maka sudah tentu
melakukan Compliance Test dan Substantive Test, jika dilakukan dengan benar maka tidak
mungkin kesalahan saji pada laporan keuangan tidak terdeteksi.

Compliance Test adalah Adalah pengujian terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung
transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah
diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi
penyipangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah rupiahnya tidak
material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap
efektivitas pengendalian intern.

Substantive Test adalah adalah pengujian terhadap kewajaran saldo-saldo akun laporan
keuangan (neraca dan laporan laba rugi). Jika dalam pengujian ini ditemukan kesalahan, maka
harus ditentukan jumlahnya material atau tidak. Jika jumlahnya material, harus diusulkan adanya
penyesuaian (adjustment). Bila usulan tersebut tidak disetujui klien padahal usulan tersebut
adalah benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.

Sebagai KAP kelas dunia pastilah akuntannya tidak mungkin tidak mengatahui kaidah dan cara-
cara melakukan proses audit yang benar. Menurut saya auditor sebenarnya telah mendeteksi dan
mengetahui adanya ketidakwajaran pada laporan keuangan namun pura-pura tidak tahu.
Alasannya sudah jelas, manajemen Enron pasti menawarkan imabalan yang sangat besar nilai
materialnya sehingga Arthur Andersen Khilaf. Mereka telah melakukan penghianatan terhadap
tugas mereka sebagai seorang akuntan dengan membenarkan dan menutupi perilaku manajemen
Enron yang manipulatif. Karena itu sangat wajar jika dalam kasus Enron Auditor dipersalahkan
karena tidak menjalankan tugas sebagaiman mestinya dan telah gagal melindungi kepentingan
publik.

Pelajaran yang bisa diambil dari skandal Enron ini adalah :

Cepat atau lambat sebuah persekongkolan jahat pasti akan terbongkar.

Kasus-kasus kejahatan ekonomi tingkat tinggi selalu saja mengorbankan kepentingan orang
banyak. Pihak-pihak yang dirugikan antara lain : ribuan pekerja, pemegang saham, para
pemasok, kreditor, dan pihak lainnya.

Terbongkarnya praktek persekongkolan tingkat tinggi ini menjadi bukti bahwa praktek bisnis
yang bersih dan transparan akan lebih langgeng (sustainable).

Dari menyimak insiden diatas, adalah sangat relevan bila kita menarik benang merah dari kata
mata Corporate Governance. Salah satu langkah kongkret yang sudah diambil oleh otoritas
pasar modal adalah keharusan bagi perusahaan publik untuk membentuk Komite Audit. Sebagai
komite yang membantu fungsi pengamat komisaris, Komite Audit memiliki fungsi dalam hal-hal
yang terkait dengan proses dan peran audit bagi perusahaan terutama dalam pelaporan hasil audit
keuangan perusahaan yang dipaparkan untuk publik.

Membangun komite audit yang efektif tidak boleh terlepas dari kata mata penerapan prinsip
Corporate Governance secara keseluruhan di suatu perusahaan dimana Independency,
Transparency and Disclosure, Accountability dan Responsibility, serta Fairness menjadi
landasan utama alat kelola perusahaan. Selain itu komite audit harus komunikatif terutama
dengan auditor eksternal, sehingga mereka memiliki jalur cepat dalam mengkomunikasikan hal-
hal yagn signifikan perlu diketahui oleh komite audit, terutama dalam hal-hal terjadinya
penyimpangan yang kritis di perusahaan

Skandal Enron

Enron dan Sisi Gelap Kapitalisme

Sejarah, kata Francis Fukuyama, telah berakhir dengan kemenangan demokrasi dan pasar bebas. Kenapa
demokrasi Amerika tak bisa mengakhiri sejarah ketamakan manusia akan uang serta kekuasaan?

Enron Corp. adalah pencakar langit dalam dunia bisnis Amerika, sama seperti Gedung World Trade
Center yang menjulang tinggi di kota New York. Mirip Tragedi WTC, tapi minus darah dan kematian,
Enron menguap jadi debu saat perusahaan itu menyatakan diri bangkrut pada 2 Desember lalu, -
kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis Amerika sepanjang masa.

Kali ini, tak ada Usamah bin Ladin atau Al Qaidah yang bisa menjadi kambing hitam. Publik Amerika
dipaksa untuk menuding cacat dalam sistemnya sendiri-sistem ekonomi maupun politiknya-sebagai
teroris yang merontokkan Enron secara mengejutkan itu.

Mengejutkan dan mencengangkan. Belum lama berselang, perusahaan raksasa energi itu masih
bertengger di peringkat ke-7 dalam Fortune 500-daftar perusahaan terkaya dunia versi Majalah
Fortune. Omsetnya bisnisnya pada tahun 2000 lalu tercatat sekitar US$ 100 milyar, kurang-lebih sama
dengan total pendapatan kotor negeri sebesar Indonesia pada tahun yang sama.

Enron dipandang sukses menyulap diri dari sekadar perusahaan pipanisasi gas alam di Negara Bagian
Texas pada 1985 menjadi raksasa global dalam beberapa tahun terakhir. Dia membeli perusahaan air
minum di Inggris dan membangun pembangkit listrik swasta di India. Konsep bisnisnya yang visioner dan
futuristik membuat dia menjadi anak emas di lantai bursa Wall Street. Harga sahamnya terus meroket.
Akhir 1999, Enron meluncurkan EnronOnline yang dianggap akan mengubah wajah bisnis energi masa
depan. Memanfaatkan Internet, divisi e-commerce itu membeli gas, air minum dan tenaga listrik dari
produsen dan menjualnya kepada pelanggan atau distributor besar. Enron bahkan memperluas wilayah:
membangun jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi serta bertekad menjual bandwidth jaringan itu
seperti dia menjual gas dan listrik. Setelah itu mungkin dia akan jual-beli online untuk kertas daur ulang
pabrik miliknya.

Tak lama setelah dia memasuki bisnis jasa video-on-demand-menjual tayangan video kepada pelanggan
via sambungan internet kecepatan tinggiharga saham Enron mencapai puncaknya, US$ 90 per lembar,
pada Agustus 2000. Meski kemudian merosot bersama jatuhnya saham-saham teknologi dan internet
lain, pertengahan tahun lalu nilai pasar Enron (jumlah lembar saham dikalikan harganya) masih berkisar
US$ 60 milyar, atau dua kali lipat anggaran belanja Indonesia.

Miliaran dolar menguap hampir seketika. Pada Oktober 2001 Enron menjatuhkan bom di Wall Street
dengan melaporkan kerugian ratusan juta dolar pada kwartal itu. Sangat mengejutkan karena Enron
hampir selalu membawa berita gembira ke lantai bursa dengan selama empat tahun berturut-turut
melaporkan keuntungan. Kabar buruk itu membanting harga saham Enron dari sekitar US$ 30 menjadi
US$ 10 per lembar, hanya dalam hitungan hari.

Securities Exchange Commission (SEC), badan pengawas pasar modal, membaui ada yang tidak beres
dan mulai menggelar penyidikan. Dalam kondisi terdesak, Enron menjatuhkan bom lebih dahsyat lagi ke
lantai bursa ketika pada 8 November mengakui bahwa keuntungannya selama ini adalah fiksi belaka.
Enron merevisi laporan keuangan lima tahun terakhir dan membukukan kerugian US$ 586 juta serta
tambahan catatan utang sebesar US$ 2,5 miliar.

Harga saham Enron makin berkeping. Namun, pada akhir November, Enron sedikit bisa bernafas lega
ketika Dynegy Inc, pesaingnya yang jauh lebih kecil, berniat membeli sahamnya dalam sebuah
kesepakatan merger. Harapan itu tak berumur lama. Spiral kematian terus berlanjut. Dynegy mundur
setelah Enron makin kehilangan kepercayaan investor dan rating kreditnya jatuh ke titik terendah-
berstatus junk-bond.

Dalam sebuah hari yang paling berdarah, ketika tak kurang seperempat milyar lembar sahamnya
dipertukarkan di lantai bursa, harga Enron meluncur ke dasar jurang. Hanya puluhan sen nilainya.
Beberapa hari kemudian Enron menyerah: mengajukan petisi bangkrut.

Seperti timbunan besi dan beton bekas bangunan WTC di Manhattan, Enron adalah puing berdebu
sekarang. Tapi, cerita tak berakhir di situ.

Lebih Dahsyat dari Bre-X

Punahnya Enron meninggalkan kerugian milyaran dolar bagi investor. Sertifikat saham mereka tak lagi
punya nilai-mungkin hanya layak dipajang dalam pigura untuk mengenang salah satu skandal keuangan
terbesar di awal abad ini. Skandal Enron lebih dahsyat dari Skandal Saham Bre-X di Bursa Kanada
beberapa tahun lalu. Saham Bre-X meroket hanya untuk terjun bebas setelah perusahaan itu mengaku
bahwa tambang emasnya di Busang, Kalimantan, terbukti palsu.

Kolapsnya Enron juga mengguncang neraca keuangan para kreditornya yang harus gigit jari meski telah
mengucurkan milyaran dolar-JP Morgan Chase dan Citigroup adalah dua kreditor terbesarnya.

Hujan tangis mewarnai dengar pendapat dalam sebuah komite kongres awal Januari ini ketika para
karyawan Enron dan investor kecil-kecilan mengisahkan bagaimana simpanan hari tua mereka musnah
hampir seketika. Sebagian besar dana pensiun dan tabungan 20.000 karyawan Enron terikat dalam
saham yang kini tiada nilai.

Beberapa pekan sebelum bangkrut, Enron juga memecat sekitar 5.000 karyawannya, dari teknisi
komputer di Texas hingga pendaur-ulang kertas di New Jersey, menambah beban pengangguran di
Amerika yang sekarang sudah mencapai tingkat terburuk dalam 25 tahun terakhir.

Dengan dampak demikian luas, drama sebenarnya-juga sirkusbahkan baru saja dimulai. Skandal Enron
menemukan bentuk barunya di panggung pertempuran hukum yang luas, baik pidana maupun perdata.
Implikasi politiknya terbukti telah ikut mengguncang sekaligus Gedung Putih dan Capitol Hill (Gedung
Kongres).

Departemen Kehakiman kini menyidik kemungkinan adanya aspek pidana dalam kasus itu. Empat
komite kongres, semacam panitia khusus (pansus) DPR di sini, giat mengaduk apa yang tersembunyi.
Dan Departemen Tenaga Kerja mencoba mencari siapa yang bertanggungjawab atas kerugian besar para
karyawan.

Salah satu episode paling menarik akan dipertontonkan 4 Februari mendatang ketika sebuah komite
kongres mengundang aktor utama dalam drama ini: Kenneth L. Lay, presiden komisaris sekaligus
direktur Enron. Ken Lay akan ditanyai banyak hal.

Salah satunya: bagaimana bisa dia meraup untung ratusan juta dolar dari penjualan saham Enron
sementara ribuan karyawan nyaris kiamat hidupnya tanpa perlindungan?

Sejak akhir tahun 2000, ketika harga saham Enron di posisi puncak, para eksekutif menjual saham yang
mereka miliki dengan total nilai US$ 1,1 milyar. Selama empat tahun terakhir, Ken sendiri diperkirakan
meraup untung US$ 205 juta dari penjualan sahamnya. Dalam kurun yang sama dia membujuk karyawan
dan investor untuk membeli saham Enron, antara lain dengan iming-iming laporan keuangan yang
menjanjikan tapi palsu itu.

Bahkan pada 26 September 2001, ketika harga saham jatuh menjadi US$ 25 per lembar, Ken Lay masih
mencoba menghibur karyawan untuk tidak menjualnya, sebaliknya membujuk mereka membeli. Dalam
e-mail yang dikirimkan kepada para karyawan yang risau, dia mengatakan perusahaan dalam kondisi
sehat secara keuangan dan bahwa harga saham Enron luar biasa murah dalam posisi itu. Namun,
hanya beberapa pekan kemudian, Enron melaporkan kerugian yang bermuara pada kebangkrutannya.
Para karyawan tak bisa menjual saham mereka sampai semuanya sudah terlambat: Enron kehilangan
nilai sama sekali.
Pertanyaan penting lain akan menyangkut inti dari skandal ini: kenapa Lay membolehkan para eksekutif
Enron membentuk sejumlah perusahaan rekanan rahasia dengan institusi di luar yang tidak jelas
reputasinya? Tidakkah dia dan dewan direksi mengeduk keuntungan dari perusahaan rekanan itu,
sekaligus menyembunyikan hutang Enron di situ sehingga neraca keuangan Enron tetap nampak manis
padahal kenyataannya busuk?

Pertanyaan serupa akan diajukan para penyidik kepada para eksekutif di Arthur Andersen, perusahaan
akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Enron. Bagaimana bisa mereka kecolongan selama
beberapa tahun tanpa menandai penyimpangan dalam akutansi Enron yang agresif, bahkan kriminal itu?
Seberapa banyak Andersen tahu tentang pemusnahan sejumlah dokumen audit Enron oleh salah satu
auditornya? Pertanyaan yang lebih kejam: tidakkah Andersen ikut terlibat mempermak laporan
keuangan mengingat Enron membayar mahal perusahaan itu-US$ 52 juta pada tahun 2000-tak hanya
untuk jasa audit tapi juga jasa konsultasi?

Tapi, soal bisa akan lebih sederhana andai saja hanya Ken Lay, atau Arthur Andersen, yang bisa jadi
kambing hitam. Skandal Enron tak sesederhana itu.

Jebolnya Pertahanan Berlapis

Majalah Newsweek menulis, skandal ini cukup menakutkan. Yakni kegagalan sistemik, sesuatu yang
sebenarnya tercermin jelas dalam Tragedi 11 September. Saat itu, semua perangkat seperti bisu dan tuli
tak bisa mencegah teroris membajak empat pesawat, menabrakkannya ke pencakar langit dan
membunuh ribuan orang. Dalam kasus Enron, sistem kontrol berlapis-lapis tidak bisa mencegah
segelintir orang memuaskan ketamakan di atas penderitaan banyak orang.

Para direktur perusahaan publik punya kewajiban legal dan moral untuk memberikan data keuangan
yang jujur-para direksi Enron tidak melakukannya.

Fungsi auditor independen tak hanya memastikan bahwa laporan keuangan sebuah perusahaan sesuai
dengan aturan dan standar akutansi, tapi juga memberi investor maupun kreditor gambaran yang fair
serta akurat tentang apa yang terjadi. Andersen gagal di dua lapangan itu.

Para analis di Wall Street diharapkan menyiangi secara kritis apa yang tersembunyi di balik angka-angka-
tak satupun melakukannya.

Bahkan nyaris tak satu pun para wartawan bisnis-pilar keempat demokrasi-mampu mengendus
keanehan Enron sampai kebusukan telah demikian menusuk hidung.

Skandal Enron tak hanya menyangkut episode ketika perusahaan itu rontok tiba-tiba. Tapi, juga misteri
bagaimana dia mencuat menjadi raksasa yang meteorik. Dan ini merupakan bagian yang lebih
menakutkan lagi karena menyangkut aspek politik dan ekonomi lebih luas, tak sekadar sektor keuangan.
KASUS ENRON DAN AKIBATNYA

DESKRIPSI PERUSAHAAN ENRON

Enron jejak akarnya ke Perusahaan Gas Alam Utara, yang dibentuk pada tahun 1932, di Omaha,
Nebraska . Saat itu direorganisasi pada tahun 1979 sebagai anak perusahaan terkemukaperusahaan
induk , InterNorth yang merupakan sebuah perusahan diversifikasi energi tinggi (highly diversified
energy) dan energi terkait perusahaan produk (energy related products company). Internorth adalah
seorang pemimpin dalam produksi transmisi gas, dan pemasaran serta gas alam cair dan inovator dalam
industri plastik. Pada tahun 1985, ia membeli dan kurang terdiversifikasi lebih kecil Houston Natural
Gas .

Enron adalah perusahaan di Amerika Serikat yang bergerak di bidang energi. Enron merupakan
perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston
Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985 oleh oleh Kenneth Lay. Enron memiliki
cakupan bisnis yang luas, di antaranya adalah listrik, gas alam, pulp , kertas, komunikasi, dll. Sebelum
nya kebangkrutan pada akhir tahun 2001, Enron mempekerjakan sekitar 22.000 staf dan menjadi salah
satu pemimpin dunia dalam industri listrik , gas alam , komunikasi, dan pulp dan kertas.

SKANDAL ENRON

Gambaran Umum

Enron mengumumkan kebangkrutannya pada akhir tahun 2002. kebangkrutan perusahaan


tersebut menimbulkan kehebohan yang luar biasa. Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi semata-mata
sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan
politisi dan pemimpin terkemuka di Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup
mencengangkan seperti:

Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang pada tahun 2001 sebelum kebangkrutannya masih
membukukan pendapatan US$ 100 miliar, ternyata tiba-tiba melaporkan kebangkrutannya kepada
otoritas pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai US$ 50 miliar.
Sementara itu, pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi
amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar.

Saham Enron terjun bebas hingga berharga US$ 45 sen. Padahal sebelumnya pada Agustus 2000
masih berharga US$ 90 per lembar. Oleh karenanya banyak pihak yang mengatakan kebangkrutan Enron
ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis di Amerika Serikat dan menjadi bahan
pembicaraan dan ulasan di berbagai media bisnis dan ekonomi terkemuka seperti Majalah Time,
Fortune, dan Business Week.

Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah melakukan
praktek window dressing yaitu dengan cara penundaan pencatatan piutang karena kasnya digunakan
untuk kepentingan pribadi, misal ada piutang dari pihak A, pihak B, pihak C. Pelunasan dari pihak A
ditunda pencatatannya sampai terjadi pelunasan dari pihak B. Baru kemudian piutang piutang pihak A
dicatat di rekening perusahaan. Begitu seterusnya sampai terbongkar penipuan tersebut.. Manajemen
Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan
utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Menggelembungkan nilai pendapatan dan menyembunyikan utang
senilai itu tentulah tidak bisa dilakukan sembarang orang. Diperlukan keahlian khusus dari para
profesional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama
bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain, telah
terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum,
dan auditornya. Belakangan diketahui bahwa auditor Enron, Arthur Andersen kantor Hudson, telah ikut
membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu.

Kontroversi lainnya adalah mundurnya beberapa eksekutif terkemuka Enron dan dipecatnya sejumlah
partner Andersen. Terbongkar juga kisah pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya
yang berhubungan dengan audit Enron oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen. Kini, Arthur
Andersen sedang berjuang keras menghadapi serangan bertubi-tubi, bahkan berbagai tuntutan di
pengadilan. Diperkirakan tidak kurang dari $32 miliar harus disediakan Arthur Andersen untuk
dibayarkan kepada para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak
benar. Belakangan, salah satu mantan petinggi Enron tewas bunuh diri karena tak tahan menghadapi
tekanan yang bertubi-tubi.

Komplikasi skandal ini bertambah karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat tinggi
gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana politik dari
perusahaan ini. 70% senator, baik dari Partai Repubik maupun Partai Demokrat, pernah menerima dana
politik. Dalam komite yang membidangi energi, 19 dari 23 anggotanya juga termasuk yang menerima
sumbangan dari perusahaan itu.

Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W.Bush merupakan pemegang
saham Enron, yang telah lama merupakan perusahaa publik. Dalam daftar perusahaan penyumbang
dana politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam
penggalangan dana kampanye Bush. Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan
Bush dan para politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama
ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.

Kronologis Kasus Enron


Adapun Kronologis yang didasarkan pada fakta, data dan informasi dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan
kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya
transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider
trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada
publik.

2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total
atas fungsi internal audit perusahaan.

a) Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula


adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.

b) Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.

c) Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.

3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang sangat
tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap
mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.

4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting perusahaan
yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO
dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat hukum
perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan
penasehat hukum untuk mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang
dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal
yang serius yang perlu diperhatikan.

5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam
laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta
dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci
tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar
yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis
dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata
berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.

6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di
laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di
tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen
yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses peradilan

8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu
harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.

9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara KAP
Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan
proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.

10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih
dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan
diri dari dewan direktur perusahaan.

11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk
menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.

12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP Andersen
untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.

13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas
tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan dokumen-
dokumen yang sedang di selidiki.

14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien,
pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai
keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.

15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk melakukan
revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar
manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh
Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.

16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya.

17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan
dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron .

18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief
Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.

19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah melakukan
hambatan terhadap proses peradilan.
Permasalahan Audit

Skandal Enron, tak bisa dimungkiri, merupakan kejahatan ekonomi multidisiplin. Segelintir
penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang sangat awam tentang seluk-beluk transaksi
keuangan perusahaan. Mereka terdiri dari para professional-CEO, akuntan, auditor, pengacara, bankir,
dan analis keuangan yang telah mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga kepentingan publik yang
tak berdosa.

Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak, dalam
kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah besar.
Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab memberikan assurance
services. Sementara manajeman, dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan
informasi keuangan, akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya
atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat bergantung pada hasil
penilaian akuntan publik itu. Kata publik yang menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya
diberikan oleh publik dan karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest).
Sementara itu, kata wajar tanpa pengecualian, yang menjadi pendapat akuntan publik, mengandung
makna bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya layak dipercaya, tidak mengandung keragu-
raguan. Karena itu, dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan kecurangan dan
kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron bekerja dengan penuh kehati-hatian (due professional
care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang
lebih besar dapat dicegah lebih dini. Buktinya, Watskin dengan mudah dapat menemukan manipulasi
itu.

Sebaliknya, hilangnya obyektivitas dan independensi dapat membuat penglihatan auditor


menjadi kabur. Penyimpangan (irregularities) dan kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman.
Kegagalan untuk bersikap obyektif dan independensi sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi.
Membenarkan, bahkan menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas merupakan
pengkhianatan terhadap tugas suci profesi akuntan publik. Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus
Enron, auditor paling dipersalahkan karena telah gagal melindungi kepentingan publik-sang pemberi
otoritas.

Dalam hal ini, Arthur Andersen LPP salah satu firma akuntansi di Amerika Serikat telah melakukan
pelanggaran etika dalam pelaksanaan pengauditan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hal hal berikut :

Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat dari tindakan dan perilaku
yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada kebangkrutan perusahaan, terjadinya
pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan corporate responsibility oleh manajemen
perusahaan, dan perilaku manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap
kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron maupun Arthur
Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi
mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan
keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron
saat menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron
secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau mengungkapkan
apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap
dipertahankan.

Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi laporan
keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan
menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen
memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan
munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal
Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen dengan
melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.

Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap kejatuhan
perusahaan, diantaranya:

Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran dan
mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit dikorbankan.

Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-perusahaan lainnya
luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.

Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan perubahan
mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih memprioritaskan mendapatkan bisnis
konsultasi yang memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan
layanan auditing yang obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik
Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.

Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check and
balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan semula.

Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke
permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen
tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hokum dan
menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan
hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.

Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis paling paling mengemuka disini
adalah adalah adanya manipulasi laporan keuangan untuk menunjukkan seolah-olah kinerja perusahaan
baik. Andersen telah menciderai kepercayaan dari pihakstock holder untuk memberikan suatu informasi
yang adil mengenai pertanggungjawaban dari pihak agen dalam mengemban amanah.
Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai
keadilan dalam Islam dan dalam bisnis membahayakan. Faktor penyebab kecurangan tersebut
diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang rendah, dominasi
kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Hal tersebut akan dapat dihindari melalui meningkatkan
moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena tindakan yang bermoral akan memberikan
implikasi terhadap kepercayaan publik.

Dalam kasus Andersen diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi
keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Ini merupakan salah
satu contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor yang terjadi di Amerika Serikat, sebuah negara yang
memiliki perangkat Undang-undang bisnis dan pasar modal yang lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat
keegoisan satu pihak terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak yang selama ini diuntungkan atas
penipuan laporan keuangan terhadap pihak yang telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran,
kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang
menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hukum

Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas dari kecurangan.
Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak baik dan mana yang boleh
dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik
dan karyawan sendiri.

Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau perilaku yang dilandasi
dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula termasuk kerugian bagi banyak
pihak.

Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen

Adapun dampak dari kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara
meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Selain itu,
dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:

Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan publik

Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian


mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.

Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan mengenakan sanksi jika
perlu.

Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar professional di KAP
Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar professional, peraturan
pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.

2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act

Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non audit kepada
perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah jasa non audit yang dilarang :

a) Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.

b) Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.

c) Jasa appraisal dan valuation

d) Opini fairness

e) Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen

f) Broker, dealer, dan penasihat investasi

Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan


sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas,
yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.

Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit tersebut
selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.

KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan kebijakan akuntansi
yang penting yang digunakan, alternatif perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah
dibicarakan dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.

KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller klien
sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.

3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi
pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO harus
membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan
peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material.
Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran
ini.

4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik bagi para
akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut para profesional dituntut bukan
hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam
menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan
yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang KAP untuk
menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada perusahaan yang menjadi klien audit
KAP yang bersangkutan.

6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe SEC,mengeluarkan
rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang yang mengharuskan perusahaan Go
Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.

7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE), menyerukan bahwa
auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan
mengembangkan operasi bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern
(James : 2003).

PEMBAHASAN MASALAH
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan kecurangan,
menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity; pressure; dan
rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika,
perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan
implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut
dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya
investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam
saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar
kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa
efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak
stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai
pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal
ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented)
dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP
Andersen dari sebuah ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis? adalah
hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses
peradilan dan tuntutan hukum.

DAMPAK AKIBAT KASUS ENRON DAN KAP ANDERSEN


Kasus ini memberikan dampak di Amerika bahkan di Indonesia.

Kasus ini mempunyai implikasi terhadap pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di
Amerika Serikat antara lain :
Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara
meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Selain itu,
dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:

Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan public

Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian


mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan public

Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan mengenakan sanksi jika perlu

Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar professional di KAP

Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar professional, peraturan


pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.

Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act Untuk menjamin independensi


auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini
adalah sejumlah jasa non audit yang dilarang :

Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.

Desain dan implementasi sistem informasi keuangan

Jasa appraisal dan valuation

Opini fairness

Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen

Broker, dealer, dan penasihat investasi

Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan


sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas,
yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.

Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit tersebut
selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.

KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee


yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakuan-perlakuan
akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh
manajemen dan preferensi auditor.

KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief


accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi pemerintah
kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat
pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan
semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan,
menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.

International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik bagi para
akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut para profesional dituntut bukan
hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam
menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan
yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang KAP untuk
menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada perusahaan yang menjadi klien audit
KAP yang bersangkutan.

Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe SEC,mengeluarkan
rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang yang mengharuskan perusahaan Go
Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.

Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE), menyerukan bahwa auditor
internal harus lebih mempertajam peran dalam pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan
mengembangkan operasi bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern
(James : 2003)

Kasus ini juga berdampak di Indonesia, seperti yang saya kutip dari Jumat, 05 April 2002 | 10:27 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta dengan judul Arthur Andersen Indonesia Belum Terpengaruh Enron.
Berikut adalah kutipan dari artikel tersebut:

TEMPO Interaktif, Jakarta:Prasetio, Utomo & Co, member akuntan publik Arthur Andersen di Indonesia,
belum mendapat pengaruh bangkrutnya Enron. Country Managing Partner Arthur Andersen Indonesia,
Soemarso Slamet Rahardjo, di kantornya, Jumat (5/4), juga mengatakan akan mengikuti kantor pusat
berkaitan dengan soal merger. Kami tetap bekerja seperti biasa tanpa gangguan, dengan dukungan
infrastruktur dan administratif penuh dari jaringan global maupun regional Andersen Worldwide,
katanya.

Arthur Andersen LLP member di Amerika Serikat dianggap ikut bersalah dalam kebangkrutan Enron.
Akibatnya, Member Arthur Andersen di beberapa negara seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat
kesepakatan merger dengan KPMG, Australia dan Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan Spanyol
dengan Deloitte Touche Tohmatsu. Soemarso mengatakan di Amerika Serikat, sejumlah kliennya tidak
lagi menggunakan Andersen sebagai konsultannya akibat kasus Enron. Kalau Indonesia, seperti saya
katakan, secara bisnis masih bisa dipertahankan, katanya. Belum ada klien yang drop gara-gara kasus
Enron. Ia mengatakan perkembangan terakhir yang terjadi pada Andersen LLP dapat mempengaruhi
hubungan kerjasama perusahaan yang berdiri sejak 1968 itu dengan Andersen. Tapi, katanya, Sampai
saat ini kami masih bekerjasama dengan Andersen.

Tapi jika Andersen di Amerika Serikat kondisinya tidak membaik, katanya, Mau tidak mau kita juga
nantinya terpaksa harus merger. Ia mengatakan Arthur Andersen Indonesia, yang memiliki lebih dari
1000 eksekutif, akan mengikuti kebijakan pusat. Dengan siapa [kita merger], kita ikutin, katanya.
Alasannya, jika merger sendiri, meskipun berhak, nilainya akan dipandang kecil. Ia juga mengatakan
dirinya dan sekitar 40 partner Prasetio Utomo akan terus mengkaji dengan hati-hati beberapa opsi
sambil mencermati perkembangan di AS. Pada waktunya nanti, lanjut dia, Prasetio Utomo akan
membuat keputusan yang sebaik-baiknya untuk melindungi kepentingan karyawan. (Seandainya
merger)Tidak ada pemutusan hubungan kerja. Tidak ada itu, tegasnya.

Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh member Andersen dibekukan pemerintah. Akibatnya, menurut
Asian Wall Street Journal edisi Jumat (5/4), klien-klien Andersen LLP beralih ke berbagai auditor. Antara
lain Delotte and Touche (10 persen), KPMG (11 persen), PriceWaterhouseCooper (20 persen), dan Ernst
& Young (28 persen). Dan yang berpindah ke auditor-auditor kecil lainnya atau mengaku belum tahu
berpindah kemana sebanyak 40 persen.

Prasetio, Utomo&Co didirikan tahun 1968. Pada awal pendiriannya, firm ini bekerja sama dengan SGV
Group (Sycip, Gorres, Velayo) yang berbasis di Manila, Filipina. Pada saat itu, SGV Group merupakan KAP
independen yang memiliki jaringan terbesar di Asia Timur. Pada tahun 1985, SGV Group bergabung
menjadi mitra Arthur Andersen & Co., Societe Cooperative, yang diikuti pula oleh Prasetio Utomo. (Ucok
Ritonga-Tempo News Room)

Teori yang mendukung:


1. Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Berdasarkan kasus Enron terdapat beberapa penyimpangan etika profesi akuntansi yaitu memanipulasi
pembukuan perusahaan dan kebohongan public.
2. Sanksi yang diterima oleh Enron dan KAP Andersen berupa sanksi hukum, karena berskala besar dan
merugikan hak pihak lain.
3. Teori yang mendukung dalam bidang etika profesi dan etika bisnis yaitu melalui Perkembangan
paham etika yang berkaitan dengan kasus Enron yaitu:
Teleology
Machiavellism
Teleology merupakan tindakan dianggap secara moral benar jika menghasilkan yang diinginkan sebagian
orang, yaitu kesenangan, pengetahuan, pertumbuhan karakter, suatu kepentingan diri, atau kegunaan.
Teleology terbagi dua (2) yaitu egoism dan uttilitarism. Dalam kasus Enron termasuk dalam egoism
karena Enron dan KAP Andersen menutupi keadaan yang sebenarnya atas keuangan serta laba Enron
agar saham Enron tetap diminati investor. Paham Machiavellianism juga terkait dengan kasus Enron
karena Enron telah mendapatkan lebih banyak rewards dibandingkan yang dia peroleh ketika tidak
melakukan manipulasi pembukuan. Enron telah memanfaatkan situasi untuk mendapatkan kauntungan
pribadi serta tidak taat aturan dan melakukan tindakan tidak etis.
May

19

Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Enron

Materi Kuliah Etika Profesi Akuntan

Kasus Enron

Fenny Suryani Azmar

M. Ikhsanudin

Syarifah Rochmaniyyah

S1 Akuntansi Reguler 2012

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam beberapa tahun terakhir, Wajah dunia seakan mendapatkan pukulan berat dari
banyaknya tragedi-tragedi kemanusiaan, bisnis dan politik yang akhirnya bermuara pada derita krisis
global saat ini. Banyaknya kejadian memilukan didunia ini cenderung disebabkan oleh banyaknya
pengabaian etika dalam berbagai lini kehidupan masyarakat dunia. Salah satu lini kehidupan masyarakat
dunia ini adalah kegiatan Bisnis. Kebutuhan hidup masyarakat dunia tidak mungkin terpenuhi tanpa
adanya Kegiatan bisnis. Dalam sepuluh tahun terakhir, cukup banyak tragedy kehancuran bisnis yang
terjadi di dunia, tragedy ini memberi dampak penderitaan yang cukup signifikan pada kehidupan
masyarakat luas dan tak sedikit korban yang berjatuhan karenanya. Sebagian besar Tragedy ini dipicu
oleh adanya pengabaian etika dalam setiap kegiatan bisnis. Secara singkat, Pengabaian etika adalah
dilakukannya suatu kegiatan yang dianggap benar oleh para pengambil keputusan, namun membawa
dampak merugikan atau dianggap salah oleh pihak lain . Contoh pengabaian etika itu sendiri antara lain
adalah, praktek kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan, penyuapan, window dressing, dan lain
sebagainya.

Dinamika pengabaian etika yang seperti inilah yang akhirnya memunculkan skandal korporasi
Enron dan Arthur Andersen, WorldCom, Tragedi Lumpur Lapindo, Kematian bayi-bayi di China akibat
dicampurnya melamin dalam susu bayi,kasus obat nyamuk HIT dan lain sebagainya.

Berkaca dari beberapa kejadian yang memilukan tesebut, para praktisi bisnis dan keuangan
dunia mulai memperluas area manajemen resiko mereka. Dari yang awalnya hanya berfokus pada area
manajemen resiko bisnis, mereka mulai menyadari bahwa mereka perlu menerapkan manajemen dalam
lingkup etika. Dalam literature, manajemen di lingkup etika ini disebut manajemen resiko etika. Dalam
Brooks (2004) dinyatakan, Para praktisi bisnis kini mulai menyadari bahwa meskipun manajemen risiko
cenderung berfokus kepada masalah-masalah non-etis, bukti yang ada menunjukkan bahwa
penghindaran bencana dan kegagalan juga memerlukan perhatian kepada masalah risiko
etika. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan
tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan
kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap
merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika bisnis.

Dan masalah penyimpangan dalam dunia bisnis pun tak jarang dilakukan oleh salah satu
pemegang peranan penting dalam dunia bisnis, yaitu akuntan publik, dan penyimpangan ini terjadi di
berbagai negara. Amerika Serikat yang selama ini dianggap sebagai negara super power dan juga kiblat
ilmu pengetahuan termasuk displin ilmu akuntansi harus menelan kepahitan. Skandal bisnis yang terjadi
seakan menghilangkan kepercayaan oleh para pelaku bisnis dunia tentang praktik Good Corporate
Governance di Amerika Serikat. Banyak perusahaan yang melakukan kecurangan diantaranya adalah
TYCO yang diketahui melakukan manipulasi data keuangan (tidak mencantumkan penurunan aset),
disamping melakukan penyelundupan pajak. Global Crossing termasuk salah satu perusahaan terbesar
telekomunikasi di Amerika Serikat dinyatakan bangkrut setelah melakukan sejumlah investasi penuh
resiko. Enron yang hancur berkeping terdapat beberapa skandal bisnis yang menimpa perusahaan-
perusahaan besar di Amerika Serikat. Worldcom juga merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi
terbesar di Amerika Serikat melakukan manipulasi keuangan dengan menutupi pengeluaran US$3.8
milyar untuk mengesankan pihaknya menuai keuntungan, padahal kenyataannya rugi. Xerox Corp.
diketahui memanipulasi laporan keuangan dengan menerapkan standar akunting secara keliru sehingga
pembukuan perusahaan mencatat laba US $ 1.4 milyar selama 5 tahun dan masih banyak lagi. Namun
dalam makalah ini akan dibahas mengenai kasus manipulasi data Enron yang terjadi di Negara Amerika
Serikat.

Kasus Enron yang melibatkan akuntansi publik Arthur Andersen, manajemen Enron telah
melakukan window dressing dengan cara menaikkan pendapatannya senilai US $ 600 juta dan
menyembunyikan utangnya sebesar US $ 1,2 miliar dengan teknik off-balance sheet.. Auditor Enron,
Arthur Andersen kantor Huston dipersalahkan karena ikut membantu proses rekayasa laporan keuangan
selama bertahun-tahun. Akhirnya pada waktu yang singkat, Enron melaporkan kebangkrutannya kepada
otoritas pasar modal. Arthur Andersen juga dipersalahkan karena telah melakukan pemusnahan ribuan
surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron. Perbuatan yang dilakukan
oleh Arthur Andersen tidak sesuai dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dan
Generally Accepted Auditing Standard (GAAS). Seharusnya Arthur Andersen bekerja dengan penuh
kehati-hatian sehingga informasi keuangan yang telah diauditnya dapat dipercaya tidak mengandung
keragu-raguan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. STUDI KASUS
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron
bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai
pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain
meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan. Kasus Enron
mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002
berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga
saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di
Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan
hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.

Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian.
Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus
memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika
Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya
Enron (debacle), dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan kegitan-
kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-
transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading),
termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total atas
fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP Andersen yang
di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.

b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.


c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.

3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang sangat
tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap
mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.

4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting perusahaan yang
dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan
partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan
untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat
hukum untuk mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil
investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang
perlu diperhatikan.

5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam laporan itu
disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan
periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan
memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan
biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya
menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter
kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di
laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di
tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang
berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap prosesperadilan.
8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu harga
saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara KAP
Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan
proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih
dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan
diri dari dewan direktur perusahaan.
11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk menyelesaikan
berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP Andersen
untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas tuduhan
melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen
yang sedang di selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien,
pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai
keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk melakukan
revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar
manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh
Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan
dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron.
18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief
Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah melakukan
hambatan terhadap proses peradilan.
Dan ada beberapa indikator utama atas kronologis kasus Enron diatas akan diuraikan sebagai
berikut :

Special Purpose Vehicle (SPV/SPE) & Laporan Konsolidasi

Suatu perusahaan harus menentukan apakah mengerjakan suatu pekerjaan sendiri atau
menyewa pihak lain (outsourcing). Asset yang digunakan dengan cara menyewa tidak perlu dimasukkan
ke dalam neraca. Akibatnya, hal ini sering disebut off-balance-sheet financing atau pendanaan diluar
neraca. Contoh transaksi yang paling umum digunakan adalah sewa guna usaha.

Perusahaan dapat mendirikan perusahaan kecil yang terpisah, yang bertugas melayani kebutuhan
outsourcing ini. Perusahaan kecil ini yang disebut sebagai SPE. Untuk keperluan akuntansi, SPE dapat
merupakan perusahaan yang terpisah dan independen, sehingga tidak perlu dikonsolidasi dengan
perusahaan induknya. Berkaitan dengan Enron, beberapa SPE yang dibentuknya tidak independen,
karena dimiliki dan dikelola oleh CFO Enron. Selain itu, ada beberapa transaksi yang tidak mungkin
dilakukan antara Enron dengan pihak independen, seperti menjual dan membeli aktiva saat melaporkan
posisi keuangan.

Conflict of Interest

KAP Arthur Andersen telah mengaudit Enron sejak 1985 dan selalu memberikan opini wajar
tanpa syarat sampai tahun 2000. Arthur Andersen juga memberikan jasa konsultasi mengenai
pembentukan SPE-SPE tersebut diatas. Dengan berperan sebagai auditor merangkap konsultan
management, Andersen menerima fee dobel, yaitu dari konsultasi menerima US$ 27 juta dan dari jasa
audit mendapat US$ 25 juta.

Ethical Issue

KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian dari
kertas kerja audit formal. Selain itu, jika Arthur Andersen sedang memenuhi panggilan pengadilan
berkaitan dengan perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada dokumen yang dimusnahkan. Arthur
Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan,
sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai
kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas
Arthur Andersen hancur.

Berdasarkan pemaparan kasus Enron diatas, maka ternyata terdapat beberapa pihak luar
perusahaan yang ikut bertanggung jawab atas kasus ini, diantaranya :

1. Auditor. Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan Enron.
Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan
keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen, disewa dan
dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana hal ini melebihi
wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen mengalami konflik kepentingan akibat
pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.

2. Konsultan hukum. Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh Enron.
Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan
legalitas umum atas semua yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat ditanyakan
mengapa tidak ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum ini menjelaskan bahwa
Enron tidak memberikan informasi yang lengkap, khususnya tentang kepemilikan di SPEs.

3. Regulator. Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi diawasi oleh Federal
Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC tidak melakukan pengawasan secara
mendalam. Hal ini dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di satu
negara, yaitu antar negara.

4. Pasar ekuitas. Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC. Akan tetapi
dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara mendalam atau melakukan konfirmasi
ulang terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga lain seperti
auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan Enron memenuhi peraturan
perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya melakukan verifikasi firsthand.

5. Pasar hutang. Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai rating.
Sehingga Enron membayar Standard & Poors serta Moodys untuk memberikan nilai rating. Rating ini
dibutuhkan untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Yang
menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas pada data yang
diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas keuangan Enron. Terjadi perdebatan
apakah perusahaan rating harus memeriksa total hutang perusahaan atau tidak. Khususnya yang
berkaitan dengan SPEs.

C. PEMBAHASAN MASALAH

Kasus Worldcom Terhadap Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi

Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan kecurangan,
menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity; pressure; dan
rationalization, Ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika,
perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan
implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut
dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya
investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam
saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar
kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa
efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak
stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai
pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal
ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented)
dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP
Andersen dari sebuah ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis adalah hutang
dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan
dan tuntutan hukum.

Dari kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat pelanggaran terhadap 5 Prinsip
Etika Profesi, yaitu :

Adanya pelanggaran prinsip tanggung jawab. Yaitu pihak Arthue Andersen sebagai sebuah kantor
akuntan public tidak dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap jasa profesional seorang
akuntan dikarenakan mudah tergiur oleh bayaran yang besar dari Enron untuk bersikap menilai secara
baik perusahaan Enron yang ternyata dalam kondisi buruk.
Adanya pelanggaran pada prinsip kepentingan public. Yaitu perusahaaan kurang memegang teguh
kepercayaan masyarakat, perusahaan hanya semata-mata bertanggungjawab pada kepentingan klien
dan tidak menitikberatkan pada kepentingan public.
Adanya pelanggaran pada prinsip Obyektivitas. Seharusnya setiap anggota harus menjaga
obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Namun dalam kasus ini terlihat bahwa beberapa elemen perusahaan memiliki doublejob di perusahaan
Enron dan di kantor akuntan public Arthur sehingga banyak terjadi konflik kepentingan. Pun para
pemimpin perusahaan CEO, CFO, bendahara dan beberapa pihak lagi dalam perusahaan menggunakan
jabatannya untuk mendapatkaan manfaat demi kepentingan pribadinya.
Adanya pelanggaran pada prinsip Integirtas. Prinsip Integritas mengharuskan anggotanya untuk
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasisa penerima jasa. Dalam kasus ini
Enron pernah menerbitkan laporan keuangan yang bukan hasil actual yang terjadi namun laporan
keuangan dibuat dan menunjukkan laba yang besar agar terlihat bagus oleh klien dan pasar.
Adanya pelanggaran prinsip professional. Yaitu pihak perusahaan yang seharusnya berprilaku yang
konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat menjatuhkan
perusahaan. Namun dalam kasus ini bahkan CEO dan CFO perusahaan membiarkan kegitan-kegitan
bisnis tertentu terjadi yang didalamnya jelas melanggar etika dan mengijinkan terjadinya transaksi-
transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading),

Worldcom Case Regard to Theories of Ethics

A. Deontology Theory

The concept of ethical theory of deontology suggests that the obligation to act in good man, an
act that is not assessed and justified by either the effect or purpose of the act, but by the action itself as
a good in itself and should be a moral value because it is based on an obligation that had to be
implemented regardless of the purpose or result of the action. Deontological ethics strongly emphasizes
motivation, good will and good character of the offender.

Jika menekankan pada motivasi sebagai implementasi dari teori ini maka pada kasus Enron para
Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) yang seharusnya
menjal;ankan perusahaannya sesuai dengan kode etik dan prinsip-prinsip social yang baik namun dalam
pelaksanaannya mereka tergiur oleh keuntungan sehingga mereka termotivasi bertindak apapun yang
dapat membuat mereka mendapat keuntungan yang besar. Sama halnya dengan pihak akuntan public,
Arthur Andersen, dimana mereka juga tergiur keuntungan dari pihak Enron sehingga dengan mudahnya
memberikan keterangan wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang jelas memiliki
keganjilan. Dengan ini jelaslah bahwa kasus ini tidak etis.

B. Teleology/Justice Theory

In contrast to deontological ethics, ethical teleology precisely measure the merits of an action
based on the objectives to be achieved by the action, or by the impact by the action.

In this case, The negative or harmful effects of hostile takeovers might be neglected. Karena
jelas, manipulasi keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan Enron hanya dilakukan untuk tetap
menarik investor namun tidak memikirkan efek apa yang akan terjadi setelahnya. Dan benar saja
setelahnya yang terjadi adalah kerugian di semua pihak. Karyawan yang pensiunnya sebagian besar
berupa saham tak mendapat uangnya kembali karena saham Enron merosot tajam hingga akhirnya tak
bernilai sama sekali. Akhirnya dapat disimpulkan Enron tidak etis pada teori ini

C. Utilitarianism Theory

Utilitarianis theory is the ethical theory which assesses an act ethical if it useful for as many
people. In this case, Integration of all stakeholders at the end of a hostile takeover might be overlooked.

Prinsip Utilitarianisme menyatakan bahwa pembuat keputusan harus mempertimbangkan


kepentingan kolektif bukan kepentingan individu. Dalam kasus Enron teori ini dilanggar, dapat terlihat
dengan terjadinya insider trading, dimana Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan
direktur non eksekutif) mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya
bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan, yang artinya hanya menguntungkan pihak perusahaan.

Kasus Enron Terhadap Prinsip Tata Kelola Perusahaan

Kegagalan Enron, dan KAP Arthur-Andersen merupakan pemicu tentang harapan baru dalam
tata kelola dan akuntabilitas di Amerika. Para politisi Amerika menciptakan kerangka tata kelola dan
akuntabilitas baru yang dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act untuk memulihkan kembali kepercayaan
masyarakat dan memfokuskan kembali tata kelola perusahaan pada tanggung jawab direksi terhadap
kewajiban fidusia mereka terhadap kepentingan shareholders dan masyarakat.

Pelanggaran pada Good Corporate Government di kasus Enron terlihat jelas, seperti berikut ini :

1. Enron melanggar prinsip Keterbukaan. Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi.
Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat,
tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan
keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Keterbukaan dilakukan agar
pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham
dapat ditingkatkan. Pada kasus Enron ini terdapat data yang menyebutkan laporan keuangan Enron
memiliki laba bersih yang meningkat naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron,
Kenneth Lay, tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special
accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada
periode tersebut menjadi rugi $644 juta.
2. Enron juga melanggar prinsip Pertanggungjawaban. Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan
industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan
bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dalam cerita ini Enron seakan sengaja
memberikan dana pensiun yang sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham. Dan dengan adanya
kasus ini harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya, pegawaipun ikut
menanggung kerugiannya.
3. Adanya pelanggaran prinsip kemandirian. Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara
profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Namun jelas pada kasus ini Enron
melakukan out sourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan sehingga dengan mudahnya
konflik kepentingan terjadi. Dimana audit yang seharusnya dilakukan dengan professional dan obyektif
namun demi keuntungan semata maka audit dilakukan tanpa memfokuskan pada prinsip yang berlaku.
4. Adanya pelanggaran pada prinsip kewajaran. Prinsip ini seharusnya memberikan perlakuan yang adil
dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku. Pada kasus Enron, perusahaan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi
berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), yang
termasuk dalam kecurangan yang tidak memberikan perlakuan yang adil pada stakeholder perusahaan.
Bukti bahwa budaya perusahaan Andersen berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan. Ada
beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap kejatuhan
perusahaan, diantaranya:

Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran dan
mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit dikorbankan.
Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-perusahaan lainnya
luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.
Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan perubahan
mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih memprioritaskan mendapatkan bisnis
konsultasi yang memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan
layanan auditing yang obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik
Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.
Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check and balances
yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan semula.
Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke
permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen
tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hokum dan
menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan
hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.

BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

A. KESIMPULAN
Dari kasus tersebut dapat kami simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur Andersen sudah
melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan
untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron,
tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen.
Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur
Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron bangkrut
dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan
keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada
karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan
pekerjaan akibat kasus ini.

Dalam kasus ini juga diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi
keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Ini merupakan salah
satu contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor yang terjadi di Amerika Serikat, sebuah negara yang
memiliki perangkat Undang-undang bisnis dan pasar modal yang lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat
keegoisan satu pihak terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak yang selama ini diuntungkan atas
penipuan laporan keuangan terhadap pihak yang telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran,
kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang
menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hukum.

B. SARAN
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas dari
kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak baik dan
mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik dalam berhubungan dengan
kolega, klien, publik dan karyawan sendiri. Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya
suatu praktik atau perilaku yang dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai
ketidakbaikan pula termasuk kemadharatan bagi banyak pihak.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://asdarmunandar.blogspot.com/2012/03/tata-kelola-etis-dan-akuntabilitas.html
2. http://heidysweet88.blogspot.com/2009/11/etika-profesi-akuntansi-kasus-enron.html
3. http://amaliamel2.blogspot.com/2012/10/kasus-enron.html
4. http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/
5. http://www.scribd.com/doc/29073146/Kasus-Enron-Corporation
6. http://nielam-tugas.blogspot.com/2012/10/kasus-enron.html
7. http://cescbergas.blogspot.com/2012/11/8-prinsip-etika-profesi-dalam-akuntansi.html
8. http://web.bryant.edu/~gpae/Vol3/Enron%20and%20Aurhur%20Andersen.pdf
9. http://anastasiamonita.blogspot.com/2012/10/skandal-perusahaan-enron.html
10. http://mikhaanitaria.blogspot.com/2010/11/good-corporate-governance-gcg_8760.html
11. http://asnamaulida.wordpress.com/2013/02/19/enron-and-worldcom/

Teori ekonomi positif

by: kurniawan | | 0 komentar


Label: pojok ekonomi

Teori ekonomi positif menjelaskan fenomena ekonomi dan bisnis melalui spesifikasi variabel
yang saling terkait. Teori yang dikemukakan Friedman (1953) ini merupakan sekumpulan
proposisi (penjelasan sifat dan realita) yang terdiri dari konstruk yang didefinisikan secara luas
dan menghubungkan berbagai unsur yang terdapat dalam proposisi tersebut. Teori ekonomi
positif, menurut Friedman (1953), pada hakekatnya terbebas dari ikatan berbagai aspek etika,
sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah apa adanya (what it is)
daripada ke istilah seharusnya demikian (it should be.

Dengan demikian, fungsinya harus dinilai berdasarkan ketepatan (precision), bidang kajian
(scope), dan kesesuaian peramalan berdasarkan pada pengalaman. Ringkasnya, ekonomi positif
adalah, atau dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan yang objektif (objective science),
seperti halnya ilmu fisika.

Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori ini berkembang
seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik-praktik akuntansi
yang ada di masyarakat, what it is (Watts dan Zimmerman, 1986). Teori ini memiliki pijakan
yang berbeda dibandingkan dengan akuntansi normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik
akuntansi yang seharusnya berlaku, it should be. Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan,
dan memberi jawaban atas praktik akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai
fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam
dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau
apa yang nyatanya terjadi (what it is).

Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik akuntansi yang saat ini
sering kita dengar antara lain creative accounting, earning management, big bath, dan income
smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi ini sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini
semakin mencuat diantaranya pada kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000.
Kasus ini mengakibatkan krisis kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah
meruntuhkan KAP Arthur Andersen, tidak saja keluar dari The big five, bahkan sampai
pencabutan ijin usaha. Kasus inilah yang menjadi titik tolak bagi para auditor dan lembaganya
untuk meningkatkan kembali jaminan terhadap hasil audit mereka.

Sedangkan akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama Praktik Akuntansi Berterima Umum
(PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil dari PABU adalah SAK atau standar akuntansi
Keuangan.

SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita kenal dengan Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk menyusun draft standar
akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut terlebih dahulu didiskusikan dengan
Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-
nya. Bila telah diperoleh masukan, dilakukan sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh
masukan lebih banyak lagi dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila
tidak ada masalah lagi, maka IAI akan mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan secara
efektif.
Berbeda dengan di Indonesia, Amerika Serikat mendirikan badan penyusun standar akuntansi
yang berada di luar asosiasi profesi. Badan ini adalah Financial Accounting Standards Board
(FASB) yang tidak berada di bawah AICPA melainkan di bawah Financial Accounting
Foundation (FAF). Badan ini berwenang penuh dalam menentukan standar akuntansi yang akan
ditetapkan.

Tuntunan atas adanya suatu pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika Jensen
menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau dua pengecualian yang dapat
di catat) tidak bersifat ilmiah.. karena fokus penelitian ini telah sangat normatif dan terdefinisi.
Jensen selanjutnya meminta akan adanya perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan
menjelaskan mengapa akuntansi seperti apa adanya ia, mengapa akuntan melakukan apa yang
mereka lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap penggunaan orang dan
sumber daya.
Pesan mendasar yang kemudian dikenal sebagai Kelompok Akuntansi Rochester adalah bahwa
hampir semua teori akuntansi tidak bersifat ilmiah karena mereka bersifat normatif dan
seharusnya diganti dengan teori positif yang menjelaskan praktek akuntansi aktual dilihat dari
segi pilihan manajemen secara sukarela terhadap prosedur akuntansi dan bagaimana standar
peraturan telah berubah dari waktu ke waktu.

Dorongan terbesar dari pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk menjelaskan dan
meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari
pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan
pengalokasian sumber daya ekonomi.

Teori positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat
pengatur/polisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan
mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan oleh karena itu
kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok
tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur akuntansi
alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan mereka.
Ide utama dari pendekatan positif adalah untuk mengembangkan hipotesis atau faktor-faktor
yang mempengaruhi dunia praktek akuntansi dan untuk menguji validitas dari hipotesis ini
secara empiris:

1. Untuk meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas pengamatan perataan


serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu kecenderungan yang dianggap terbaik
atau normal oleh manajemen.
2. Untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dihasilkan dari fluktuasi angka
pendapatan secara umum dan penurunan risiko sistematis khususnya dengan menurunkan
kovarians pengembalian perusahaan dengan pengembalian pasar.

Tidak seperti hipotesis perataan laba, teori positif dalam akuntansi berasumsi bahwa harga saham
bergantung pada arus kas dan bukannya laba yang dilaporkan. Lebih jauh lagi pada pasar yang
efisien dua perusahaan dengan distribusi arus kas yang sama akan dinilai sama tanpa
memperhatikan perbedaan penggunaan prosedur akuntansi. Masalah utama dalam teori positif
adalah untuk menentukan bagaiman prosedur akuntansi mempengaruhi arus kas, dan kemudian
fungsi kegunaan manajemen untuk memperoleh suatu wawasan atas faktor yang mempengaruhi
pilihan manajer terhadap prosedur akuntansi. Resolusi dari masalah ini di pandu oleh asumsi-
asumsi teoritis berikut ini:

1. Teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul di
antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap konflik
kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas perusahaan sebagai
suatu penghubung (nexus)kontrak melalui pernyataan Jensen dan Macklin yang
menyatakan bahwa perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai
penghubung atas serangkaian hubungan kontrak antara individu. Farma memperluas
pandangan penghubung kontrak ini dengan mencakup baik pasar modal maupun pasr
untuk tenaga kerja manajerial.
2. Dengan adanya perspektif penghubung kontrak terhadap perusahaan ini, teori biaya
kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak atas kontrak-
kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan tertentu. Satu
konflik yang mungkin muncul adalah konflik kepentingan antara pemegang obligasi dan
pemegang saham dari perusahaan terhadap utang yang ada. Dalam kejadian seperti ini
keputusan yang menguntungkan pemegang saham tidaklah harus selalu keputusan yang
terbaik bagi kepentingan pemegang obligasi. Hal ini mungkin meminta perjanjian
pemberian pinjaman untuk mendefinisikan aturan perhitungan guna menghitung angka-
angka akuntansi dengan tujuan perjanjian yang terbatas.

Sejauh mana pilihan akuntansi mempengaruhi kesejahteraan kontrak bergantung pada besaran
relatif dari biaya kontrak. Biaya kontrak ini mencakup:

1. Biaya transaksi (contoh biaya komisi perantara)


2. Biaya agensi (contoh biaya pemantauan, biaya obligasi, dan kerugian sisa akibat
keputusan yang disfungsional)
3. Biaya informasi (contoh biaya untuk memperoleh informasi)
4. Biaya negosiasi ulang (misalnya biaya penulisan kembali kontrak yang ada ketika
kontrak dianggap telah tidak sesuai dengan beberapa peristiwa yang tidak dapat
diperkirakan)
5. Biaya kepailitan (contoh biaya hukum untuk memailitkan dan biaya keputusan yang
disfungsional)

Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang mencerminkan intensif manajemen


dalam memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang, dan proses politik.
Sebagai hasilnya ada tiga hipotesis yang dihasilkan; hipotesis rencana bonus, hipotesis modal
hutang, dan hipotesis biaya politis. Hipotesis ini secara umum dinyatakan dalam bentuk perilaku
oportunistis dari para manajer. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis rencana bonus berpendapat bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus
kemungkinan besar menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laporan laba
periode di periode berjalan. Dasar pemikirannya adalah bahwa tindakan seperti itu
mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak terdapat penyesuaian
terhadap metode terpilih.
2. Hipotesis ekuitas utang berpendapat bahwa semakin tinggi hutang/ekuitas perusahaan
yaitu sama dengan semakin dekatnya (semakin ketatnya) perusahaan terhadap batasan-
batasan yang terdapat di dalam perjanjian hutang dan semakin besar kesempatan atas
pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis, maka semakin besar
kemungkinan bahwa para manajer menggunakan metode-metode akuntansi yang
meningkatkan laba.
3. Hipotesis biaya politis berpendapat bahwa perusahaan besar dan bukannya perusahaan
kecil kemungkinan besar akan memilih akuntansi untuk menurunkan laporan laba.

Pesan dasar yang selanjutnya menjadi dikenal sebagai Kelompok Akuntansi Rochester adalah
hampir semua teori akuntansi tidak bersifat keilmuan karena ia bersifat normatif dan harus
diganti dengan teori positif yang menjelaskan praktek akuntansi aktual dalam bentuk pilihan
bebas manajemen terhadap prosedur akuntansi dan bagaimana standar peraturan telah berubah
dari waktu ke waktu.

Evaluasi Pendekatan Positif

Pendekatan positif melihat pada mengapa praktek akuntansi dan/atau teori akuntansi
berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan dan/atau meramalkan
peristiwa akuntansi. Karenanya pendekatan positif berusaha untuk menentukan berbagai faktor
yang mungkin mempengaruhi faktor rasional dalam bidang akuntansi. Pada dasarnya ia berusaha
untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan fenomena yang diamati. Pendekatan positif
secara umum dibedakan dari pendekatan normatif yang berusaha untuk menentukan suatu teori
yang menjelaskan apa yang seharusnya dan bukannya apa yang ada. Pendekatan positif
sepertinya menimbulkan rasa optimisme yang cukup besar di antara para pendukungnya.

Rasa optimisme ini tidak dimiliki secara hal alamiah oleh semua orang. Satu kritik keras
terhadap pendekatan positif didasarkan pada empat hal pokok:
1. Pernyataan dari Kelompok Rochester bahwa jenis penelitian positif yang mereka
lakukan menjadi suatu prasyarat bagi teori akuntansi normatif yang berdasar pada suatu
kebingungan dari wilayah fenomenal ditingkat-tingkat yang berbeda (anuitas akuntansi
berbanding akuntan) dan telah salah.
2. Konsep Teori Positif berasal dari suatu filosofi ilmiah yang sudah usang dan dalam hal
apapun merupakan suatu istilah yang kurang sesuai karena teori ilmu empiris tidak
membuat pernyataan positif atas apakah
3. Walaupun suatu teori mungkin digunakan hanya untuk peramalan meski telah diketahui
salah, suatu teori penjelasan atas jenis yang dicari oleh Kelompok Rochester atau teori
yang biasa dipakai untuk menguji proposal normatif seharusnya diketahui tidak akan
salah. Metode analisis yang dasar pemikirannya berasal dari fenomena hingga premis
yang diterima atas dasar bukti independen adalah metode yang sesuai untuk membangun
teori penjelasan.
4. Bertolak belakang dengan metode empiris yang mencoba untuk melakukan usaha yang
gigih untuk menyalahkan teori yang menjadi subyek, Kelompok Rochester
memperkenalkan argumen ad hoc sebagai alasan bagi kegagalan teori mereka.

Satu titik lainnya berdasar pada pendapat bahwa teori positif atau empiris adalah juga normatif
dan bernilai karena teori tersebut biasanya menandai suatu ideologi konservatif dalam dampak
kebijakan akuntansi mereka.

Kritik yang terkeras atas teori akuntansi positif (positive accounting theory-PAT) berasal dari
Sterling dengan komentarnya bahwa:

1. Dua pilar dari studi bebas-nilai dan praktek akuntansi adalah hal yang tidak bersifat
substantif
2. Pendukung ekonomi dan ilmu dari teori adalah salah
3. Hasil pencapaiannya nihil

Sterling juga membuat kesimpulan yang patut untuk tidak kita lewatkan, ia menyatakan bahwa:

saya merekomendasikan para akuntan untuk menerapkan pisau bedah milik sterling yang
lemah dan secara memalukan tercuri, dimana konsep akuntansi apapun yang tidak memiliki inti
logika umum yang dapat Anda jelaskan pada diri Anda seharusnya dilupakan. Saya percaya
bahwa suatu penerapan yang baik atas kriteria tersebut dalam akuntansi akan membuat PAT
menjadi suatu industri penginapan dan menggantinya sebagai gaya dominan masa ini, sekaligus
memberikan perlindungan terhadap gaya mendatang

1.

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti
Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha
tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan
bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus
menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di
tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia,
mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking
tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan
energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2
milyar.

Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati
investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil
presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat penulis kemukakan sebagai berikut:

1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan
mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di
akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan
bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah

partner KAP Andersen yang ditunjuk sebagai akuntan public perusahaan.


Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.

1. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko
yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil
evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
2. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan
hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron
menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas
kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk
mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan.
Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal
yang serius yang perlu diperhatikan.
3. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay,
menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat
baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus
(special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan
hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter
kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata
berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh
CFO Enron.
4. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang
perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan
pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang
dalam jumlah yang sama.
5. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan
terhadap proses peradilan
6. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.
Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
7. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir
pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
8. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi
masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari
Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
9. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
10. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di
Amerika.
11. tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
12. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan
klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan
yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
13. tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk
suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
14. tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.
15. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak
sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan
hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus
KAP Andersen dan Enron .
16. tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai
presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
17. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

Identifikasi Masalah

Identifikasi dari masalah ini adalah Bagaimana Kasus Enron dilihat dari Perspektif Etika Bisnis
dan Profesional Akuntan serta implikasinya.

Pembahasan Masalah

Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan kecurangan,
menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu

1. opportunity;
2. pressure;
3. dan rationalization,

ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku,
dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan
implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust).

Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi
banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi
terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan
serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor
terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika
dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak
stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai
pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent
dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self
interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai
oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis
yang tidak etis? adalah hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak
pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hukum.

Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen

Kasus ini memberikan dampak di Amerika bahkan di Indonesia.


A. Seperti yang saya kutip dari sumber yang sama (blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi
Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47), kasus ini mempunyai implikasi terhadap pembaharuan
tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat antara lain :
Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan
cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik.
Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:

Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan public


Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian mutu, etika, independensi dan
standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan public
Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan mengenakan
sanksi jika perlu
Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar professional
di KAP
Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar
professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.

1. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act

Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non audit kepada
perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah jasa non audit yang dilarang :

1. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.

2. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.

3. Jasa appraisal dan valuation

4. Opini fairness

5. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen

6. Broker, dealer, dan penasihat investasi

Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan


sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena
definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit
committee.
Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit
tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee
yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan
manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief
accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi
pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO harus
membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan
peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan
material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang
melakukan pelanggaran ini.

4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik
bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut para profesional
dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi
profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada
tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang
KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada perusahaan yang
menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.

6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang yang
mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan terhadap
pedoman corporate governance.

7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),
menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam pemeriksaan ketaatan,
mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk
memiliki fungsi audit intern (James : 2003).

Tanggapan saya :

Dari penjelasan kasus Enron diatas, ada 3 hal yang harus dicermati, yaitu

1. opportunity;
2. pressure;
3. dan rationalization,

Dengan adanya ketiga hal ini, menurut saya kasus enron timbul, karena denga adanya 3 hal
tersebut, menyebabkan berbagai masalah terjadi, mulai dari korupsi, kolusi serta nepotisme.

Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi
banyak pihak, terutama karena tidak adanya transparansi dan independensi dari pihak
manajemen maupun akuntan publik. Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor
Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam
saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact).
Dengan kejadian ini, yang seharusnya dilakukan sebuah perusahaan adalah membagi dan
menempatkan SDM bukan hanya dari kemampuannya tetapi juga harus dilihat dari
kepribadiannya agar etika dalam bisnis dan profesi akuntansi dapat berjalan sesuai dengan aturan
yang berlaku

Profesi Akuntan Publik - Case ENRON Corp.

Di dalam artikel yang berjudul ENRON: A FINANCIAL REPORTING FAILURE, dibahas


mengenai kasus kebangkrutan Enron Corporation. Kebangkrutan Enron Corporation yang
diawali dengan berbagai pengungkapan kejanggalan akuntansi membuat banyak orang ragu
pada keandalan akuntansi dan standar pelaporan keuangan yang berlaku. Artikel ini mencoba
memeriksa dua isu pelaporan keuangan Enron, yaitu: Konsolidasi entitas bertujuan khusus
(SPEs) dan penerbitan saham untuk wesel tagih.

Hal yang pertama dilakukan adalah memeriksa kinerja keuangan Enron selama 10
tahun sebelum deklarasi kebangkrutan. Analisis ini menunjukkan peningkatan ukuran kinerja
kunci dari tahun 1997-2000. Dengan menggunakan metrics yang dikembangkan oleh Beneish
(1997) untuk mengukur kemungkinan manajemen laba, ditemukan tingginya probabilitas
manipulasi laba dalam laporan keuangan Enron selama beberapa tahun sebelum
kebangkrutannya.

Penglihatan Pasar Mengenai Kinerja Keuangan Enron

Awalnya manajemen Enron dianggap berbakat dan agresif dengan bisnis yang terdepan dan
inovatif. Pasar melihat melihat laporan keuangan tahunan perusahaan yang melaporkan
peningkatan pendapatan delapan kali lipat antara tahun 1997-2000.
Tabel tersebut menggambarkan bahwa pada empat tahun terakhir adalah suatu perkembangan
dari enam tahun sebelumnya. Tabel tersebut juga menyorot empat indicator keuangan yang
biasanya digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, yaitu: Laba sebelum pos luar
biasa (IBE), Arus Kas dari Operasi (CFO), Pendapatan Komprehensif (CI), dan Arus Kas Bebas
(FCF). Antara tahun 1991-1996, keempat indicator ini bergerak bersama-sama dan dalam
kisaran yang sempit. Namun tahun 1997, keempat indicator tersebut menyimpang dan
meningkat dalam volatisitas.

Potensi untuk Manajemen Laba

Kasus Enron dianggap sebagai kasus manajemen laba. Manajemen laba yaitu manipulasi aktif
dari hasil akuntansi untuk tujuan memberi kesan baik pada perubahan kinerja bisnis. Perilaku
tersebut jelas salah, tetapi tidak ada sinyal untuk mengingatkan pasar mengenai potensi
kecurangan ini. Pada tahun 1987, Komisi Treadway menyediakan pedoman yang spesifik untuk
menilai risiko penipuan pelaporan keuangan. Komisi mencatat tiga pengaruh utama pada
pelaporan keuangan: Tekanan Kinerja, Masalah Pengawasan, dan Perubahan Kondisi
Struktural.

Enron merupakan perusahaan yang menempatkan tekanan yang besar pada


manajemen untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja operasi. Dalam pengawasannya,
perusahaan mempekerjakan kepemilikan kompleks dan struktur keuangan untuk melaksanakan
strategi bisnisnya yang akhirnya menyulitkan para analis, auditor, dan regulator untuk
memonitor operasinya. Akhirnya, Enron dipengaruhi oleh banyak perubahan dalam lingkungan
bisnis sehingga memengaruhi pelaporan.

Akuntansi dan Aturan Pelaporan Keuangan

Aturan Konsolidasi

ARB 51 memberikan aturan umum untuk menggabungkan hasil keuangan dari entitas terkait.
Yang menyatakan bahwa laporan keuangan konsolidasi diperlukan untuk keadilan presentasi
ketika salah satu perusahaan dalam grup tersebut langsung atau tidak langsung memiliki
pengendalian pada perusahaan lain. Selain itu, ARB 51 juga mendefinisikan kepentingan
keuangan pengendali sebagai hak mayoritas.

Akuntansi Metode Ekuitas

Ketika SPE tidak dikonsolidasikan dengan entitas lain, investasi dalam EBK dicatat dengan
metode ekuitas di bawah APB 18. Berdasarkan metode ekuitas, investor mencatat investasi
awal investee sebesar biaya perolehan. Maka nilai tercatat investasi disesuaikan untuk
mengakui bagian investor atas laba atau rugi perusahaan setelah tanggal investasi.

Penerbitan Saham untuk Wesel

Dalam beberapa kasus, saham yang diterbitkan oleh perusahaan ke SPE merupakan
pertukaran untuk wesel. Ini menyimpulkan bahwa wesel sebagai asset umumnya tidak tepat.
Sebaliknya, wesel harus mengurangi agio saham pada bagian ekuitas dalam neraca.

Sebab-sebab Bangkrutnya Enron

Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah melakukan
praktek window dressing. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up)
pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Hal ini
tentunya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dengan trik-trik
manipulasi yang tinggi dan tentu saja orang-orang ini merupakan orang bayaran dari mulai
analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya.

Skandal ini semakin terlihat bahwa ternyata banyak pejabat tinggi gedung putih dan
politisi di Senat Amerika Serikat pernah menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini.
Bahkan tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W. Bush merupakan pemegang
saham Enron. Dalam daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron tercatat menempati
peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana kampanye Bush.
Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi telah
dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama ini maupun dalam
proses penyelamatan perusahaan itu.[1]

Disatu sisi, kesalahan perlakuan akuntansi Enron untuk posisi keuangan terlihat jelas,
namun kesimpulan tentang kecukupan standar akuntansi yang ada kurang jelas. Dalam setiap
kasus, Enron melanggar standar pelaporan keuangan dan peraturan pelaporan SEC yang ada.
Setelah kebangkrutan Enron, banyak pendapat yang menyatakan bahwa akuntansi tidak cukup
salah. Namun laporan keuangan Enron tidak sesuai dengan standar akuntansi yang ada, yang
menunjukkan bahwa standar itu sendiri sebenarnya tidak salah. Fokus baru pada persyaratan
pelaporan keuangan dapat membawa perubahan yang dibutuhkan dan perbaikan kualitas
informasi keuangan yang diberikan kepada investor, seharusnya tidak disalahkan hanya karena
kasus Enron. Kegagalan pelaporan keuangan Enron mencoba untuk membuat kesan yang
salah tentang kesehatan keuangan. Namun analisis dalam artikel ini menunjukkan bahwa
kesalahan pelaporan keuangan Enron menandakan adanya masalah pada kondisi keuangan
Enron.

Runtuhnya Enron memiliki implikasi untuk fungsi bisnis dan pasar modal melebihi
standar pelaporan keuangan dan tanggung jawab akuntan. Hal ini akan menimbulkan
pertanyaan tentang tanggung jawab pengawasan dewan direksi Enron, penasehat keuangan
yang membantu perusahaan dalam penataan SPEs-nya, bank-bank, dan pemberi pinjaman
lain, broker, analis, dan penasehat investasi lainnya yang mengabaikan tanda-tanda peringatan
terjadinya masalah dalam laporan keuangan Enron. Semua pihak secara aktif membantu
manajemen Enron dalam upaya mendistorsi presentasi wajar kondisi keuangan perusahaan.
Investigasi kongres terbaru menunjukkan bahwa Citigroup Inc, JP Morgan Chase&Co, dan
regulator federal bersalah dalam memfasilitasi manipulasi keuangan Enron.

Dengan demikian, solusi non-akuntansi juga diperlukan. Apakah kebijakan hukum dan
perubahan peraturan diperlukan untuk menjamin pengawasan yang memadai dalam memantau
kegiatan dan laporan bisnis canggih seperti Enron. Kegagalan Enron ini awalnya dikaitkan
dengan akuntansi dan pelaporan keuangan, yang selanjutnya akan mengangkat isu-isu yang
lebih luas dari tata kelola perusahaan dan peraturan yang mungkin akan menjadi bahan
perdebatan dalam beberapa tahun mendatang.

Dampak dari permasalahan ini, Enron pailit, kurangnya kepercayaan atas informasi
keuangan, rusaknya citra profesi akuntan di Amerika, dan hilangnya ratusan juta dolar uang
yang diinvestasikan di Enron serta hilangnya pekerjaan atas ribuan karyawan Enron. Skandal
Enron tersebut menyebabkan dibubarkannya perusahaan akuntansi Arthur Andersen. Dampak
Akibat Kasus Enron3 dan KAP Andersen, mempunyai implikasi terhadap pembaharuan tatanan
kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat salah satunya menimbulkan
Sarbanes-Oxley Act mengalami perubahan-perubahan, yaitu Kantor Akuntan Publik
membutuhkan persetujuan dari komite audit perusahaan sebelum melakukan audit. Setiap
perusahaan memiliki komite audit ini karena definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka
seluruh dewan komisaris menjadi komite audit. KAP harus segera membuat laporan kepada
komite audit yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen
perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor. Akibat kasus tersebut kini
kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama disebabkan oleh keterlibatan Arthur Andersen
salah satu KAP terbesar di dunia di dalam skandal tersebut. Akuntan Publik tidak lagi
dipandang sebagai

profesi yang unik melainkan sebagai industri yang tidak lepas dari kepentingan bisnis yang
sempit.[2]

AKTIFITAS DAN STRUKTUR KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Aktifitas Kantor Akuntan Publik

KAP menyediakan jasa audit, jasa atestasi, dan assurance lainnya. Jasa-jasa tambahan yang
biasanya diberikan oleh KAP meliputi:

1. Jasa Akuntansi dan Pembukuan;


2. Jasa Perpajakan; dan
3. Jasa Konsultasi Manajemen.

Selain itu, KAP juga terus mengembangkan produk dan jasa baru, termasuk
perencanaan keuangan, penilaian usaha, akuntansi forensic, audit internal yg disubkontrakkan
(outsourcing),serta jasa penasihat teknologi informasi.

Struktur Kantor Akuntan Publik

Tiga faktor utama yang memengaruhi strktur organisasi KAP adalah:

1. Kebutuhan Independensi dari Klien


Independensi memungkinkan auditor tidak bias dalam menarik kesimpulan tentang laporan
keuangan.
2. Pentingnya struktur untuk memicu kompetensi
Kompetensi memungkinkan auditor melaksanakan audit dan melakukan jasa-jasa lain secara
efisien dan efektif.
3. Meningkatnya risiko tuntutan hukum yang dihadapi auditor
Dalam satu dasawarsa, KAP mengalami peningkatan biaya yang berkaitan dengan tuntutan
hukum. Beberapa struktur organisasi dapat memberikan tingkat perlindungan tertentu bagi
setiap anggota KAP.

GAAS, SAS, DAN QUALITY CONTROL

GAAS
GAAS (Generally Accepted Auditing Standards) merupakan 10 standar audit yang berlaku
umum, yang disusun oleh IAPI dan dikembangkan oleh DSPAP. Kesepuluh standar itu dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Standar umum
Menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang dimiliki auditor.
a. Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis
yang memadai sebagai seorang auditor.

b. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang
berhubungan dengan audit.

c. Auditor harus menerapkan kemahiran professional dalam melaksanakan audit dan menyusun
laporan.

2. Standar pekerjaan lapangan


Menyangkut pengumpulan bukti dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya.
a. Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten
sebagaimana mestinya.

b. Auditor harus memeroleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta lingkungannya,
termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji yang signifikan dalam laporan
keuangan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat, waktu, serta luas
prosedur audit selanjutnya.

c. Auditor harus memeroleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar
memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat yang menyangkut laporan keuangan
yang diaudit.

3. Standar pelaporan
Mengharuskan auditor menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan,
termasuk pengungkapan informasi. Standar ini juga mensyaratkan bahwa laporan auditor harus
menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum dan mengidentifikasi keadaan dimana GAAP tidak diterapkan secara
konsisten dalam tahun berjalan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
a. Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor apakah laporan keuangan telah disajikan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

b. Auditor harus mengidentifikasi dalam laporan auditor mengenai keadaan dimana prinsip-prinsip
tersebut tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan dengan periode
sebelumnya.
c. Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan yang informative belum memadai, maka auditor
harus menyatakannya dalam laporan auditor.

d. Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, atau
menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan dalam laporan auditor. Jika tidak dapat
menyatakan satu pendapat secara keseluruhan, maka auditor harus menyatakan alasan-alasan
yang mendasarinya. Dalam semua kasus, jika nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka auditor itu harus dengan jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor, serta
tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.

SAS

SAS (Statement on Auditing Standards) merupakan laporan tentang standar pemeriksaan


keuangan yang dikeluarkan oleh ASB (Auditing Standards Board), yaitu badan teknis senior
dari AICPA yang ditunjuk untuk mengeluarkan pernyataan pada masalah audit yang berlaku
untuk penyusunan dan penerbitan laporan audit untuk nonissuer. Aturan 201 dan 202 dari Kode
Etik Profesional AICPA mengharuskan anggota AICPA yang melakukan audit dari nonissuer
untuk memenuhi standar yang diumumkan oleh ASB. Auditor harus memiliki pengetahuan yang
cukup dari SAS untuk mengidentifikasi mereka yang cukup dari SAS untuk mengidentifikasi hal-
hal yang dapat diaplikasikan untuk auditnya dan harus siap untuk membenarkan penyimpangan
dari SAS tersebut.

Quality Control

Bagi sebuah KAP, pengendalian mutu terdiri atas metode-metode yang digunakan untuk
memastikan bahwa kantor itu memenuhi tanggung jawab profesionalnya kepada klien dan
pihak-pihak lain. Pengendalian mutu berkaitan erat dengan GAAS. Untuk memastikan bahwa
standar audit yang berlaku umum diikuti dalam setiap audit, KAP mengikuti prosedur
pengendalian mutu khusus yang membantu memenuhi standar-standar itu secara konsisten
pada setiap penugasan. Oleh karena itu, pengendalian mutu ditetapkan untuk KAP secara
keseluruhan, sedangkan GAAS dapat diterapkan pada setiap penugasan.

IAPI belum menetapkan prosedur pengendalian mutu yang khusus bagi KAP. Prosedur
pengendalian mutu dari sebuah kantor internasional dengan banyak klien multinasional yang
kompleks akan berbeda dengan prosedur untuk kantor yang beranggotakan lima orang, yang
mengkhususkan diri dalam audit-audit kecil dalam satu atau dua industry. Terdapat lima unsur
pengendalian mutu yang harus dipertimbangkan KAP dalam menetapkan kebijakan dan
prosedurnya:

1. Independensi, integritas, dan objektivitas.


2. Manajemen kepegawaian.
3. Penerimaan dan kelanjutan klien, serta penugasan.
4. Criteria penugasan.
5. Pemantauan.

Standar Professional Akuntan Publik

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah standar yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia) yang merupakan pedoman perilaku dan ukuran kinerja minimal yang harus
dipatuhi/dicapai oleh akuntan public dalam memberikan jasa profesinya. SPAP ini diperlukan
untuk:

1. Mengatur perilaku akuntan public dalam menjalankan profesinya;


2. Memberikan kepastian dan jaminan hukum secara profesi, baik kepada pemakai jasa akuntan
public, maupun bagi akuntan public sendiri; dan
3. Sebagai jawaban atas persyaratan yang dituntut public (masyarakat) atas kualifikasi dan jasa
yang diberikan akuntan public.

Standar-standar yang tercakup dalam SPAP adalah:

1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultasi
5. Standar Pengendalian Mutu

ahaan.
Hubungan Kasus Enron dengan Teori Etika dan Prinsip Etika Bisnis
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti
Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha
tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan
bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus
menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di
tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia,
mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking
tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan
energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31,2
milyar. Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap
diminati investor.
Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi
akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur
Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh
KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran
dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangkan KAP Arthur
Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap
KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana
mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.
Dalam kasus Enron jika kita kaitkan dengan prinsip etika bisnis, maka Enron dan KAP Arthur
Andersen telah melanggar prinsip kejujuran, saling menguntungkan, dan integritas moral. Enron
dan KAP Arthur Andersen melakukan sebuah ketidak jujuran, kebohongan dari praktik bisnis
yang etis, dimana dalam melaporkan laporan keuangan yang sebenarnya Enron mengalami
kerugian tetapi dilaporkan mengalami keuntungan. Sehingga, hal ini juga melanggar prinsip
saling menguntungkan, yaitu hanya menguntungkan pihak Enron dan KAP Arthur Andersen,
tetapi merugikan pihak lainnya seperti investor yang bersedia menanamkan modalnya. Begitu
juga dengan prinsip integritas moral, kasus Enron membuat nama baik Enron dan KAP Andersen
menjadi buruk dimata dunia. Auditor yang bernaung dalam KAP Andersen maupun KAP yang
berafiliasi dengan KAP Andersen yang tidak tau menahu mengenai hal tersebut merasakan
imbasnya, tidak lagi memiliki integritas moral yang baik dalam mengaudi
Diposkan 19th May 2013 oleh Syarifah Rochmaniyyah

Bukan Sajak Penyair Bijak

Hanya ingin Menjadi "Muslimah Biru"

Terkini
Tanggal
Label
Penulis

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENGENDALIAN INTERNAL ( INTERNAL CONTROL)


SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENGENDALIAN INTERNAL ( INTERNAL CONTROL)

Jun 28th

Tugas Audit

Tugas Audit

Jun 28th

Perlakuan atas Wajib Pajak Berstatus Cabang

Perlakuan atas Wajib Pajak Berstatus Cabang

Oct 23rd

Makalah CSR

Makalah CSR

May 19th

Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Enron

Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Enron


May 19th

Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia

Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia

Mar 24th

10 Nasihat Imam Hassan Al Banna

Sep 27th

sosook ituu sederhana..

Aug 12th

biruuu ???

Aug 12th

Are You LEADER ???!!!

May 30th

Saudaraku, Maafkan Aku... ( Part 2 )

May 25th

Saudaraku, Maafkan Aku.. (Part 1)

May 24th

LDKR ( Latihan Dasar Kepemimpinan Rohis )

Apr 29th

HUJAN

Feb 12th

Urgensi Pewarisan dalam Pembekalan diri dalam rangka melanjutkan estafet dakwah kampus

Feb 3rd

KITA *bukanlah manusia Langit

Feb 3rd

Cemburuku pada Cermin


Jan 21st

Dengan Cinta, Aku ...

Jan 13th

SEMANGAT MENEBAR KEBAIKAN "MEMBIRU", KAWAN

Jan 12th

TEGURAN MEREKA

Jan 8th

dalam keegoisan, aku berdiri

Jan 7th

9 Budaya Muslim Universitas Negeri Jakarta

Sep 24th

PERTANYAAN" YANG SERING HADIR DI HATI PARA PENNYERU KEBAIKAN..

May 23rd

Surat dari Gaza

Jan 24th

Dakwah adalah Cinta...

Jan 16th

10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga

Jan 15th

My First and Last Father

Jan 12th

My Second Family

Jan 12th

Memuat

Anda mungkin juga menyukai