Anda di halaman 1dari 19

KASUS

ENRON

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti
Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha
tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan
bisnis keuangan.
Tokoh Penting :
Pendiri Enron : Kenneth Lay,
CEO dan CRO Sementara : Stephen F. Cooper,
Ketua : John J. Ray, III
Wakil Komisaris : Clifford Baxter
Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada
tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan
menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari
Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari
lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar
di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar dan
menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka.
KAP ARTHUR ANDERSEN
Salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri sejak 1913 Kantor Akuntan Publik yang
termasuk dalam the big four (PricewaterhouseCoopers, Deloitte, Ernst & Young, KPMG) lalu
pecah menjadi the big five Sejak pemisahan bisnis jasa atestasi (fungsi akuntansi dan
konsultasi) Arthur Andersen, (1999).
KERJA SAMA KAP ARTHUR ANDERSON DAN ENRON
Arthur andersen Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, juga sebagai
konsultan manajemen Enron. KAP tersebut memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak
menjadi bagian dari kertas kerja audit formal.
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan
kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan
terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam
perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal
tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total
atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP Andersen
yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.

b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.


c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di
putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting perusahaan
yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada
CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat
hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak
memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan pertimbangan yang
melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut
menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam
laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100
juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron
secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan
secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense)
sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi
rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1
miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang didirikan oleh CFO Enron.
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di
laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba
yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap
proses peradilan.
8. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara KAP
Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron
mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
9. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk
menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
10. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP
Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
11. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas
tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan
dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
12. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu
komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
13. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses

peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan
Enron.
14. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
PEMBAHASAN

MASALAH

Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan kecurangan,
menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity; pressure;
danrationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan moral,
akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral
akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron
yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi
banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi
terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan
serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor
terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika
dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak
stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai
pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent
dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self
interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai
oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis
yang tidak etis? adalah hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak
pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hukum.
KESIMPULAN
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman
dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang menyebabkan kebangkrutan dan
keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor, Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan
akuntansi terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam
memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti
para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan enron. Enron telah
melanggar etika dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik
investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor pun telah melanggar etika
profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen telah melakukan kerjasama dalam
memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent
sebagaimana yang seharusnya sebagai seorang akuntan.
TANGGAPAN

Menurut saya, dari kasus ini Enron dan KAP Arthur Andersen telah melanggar kode etik dan
ingkar dari tanggung jawab yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya
dan bukan untuk dilanggar. Pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron,
tetapi akhirnya menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur
Andersen. Di dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap menjunjung tinggi
independensi dan profesionalisme tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan
mereka inilah, kedua-duanya telah menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan
meninggalkan hutang milyaran dolar sedangkan KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut dan dapat juga
berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit
untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Dimana pentingnya peran profesi Akuntan
khususnya Akuntan Publik di pasar modal guna melindungi kepentingan publik.Tantangan
Akuntan Publik yakni menjaga kualitas dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dalam
memberikan informasi mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan.

ENRON AND ARTHUR ANDERSEN:


THE CASE OF THE CROOKED E
AND THE FALLEN A
Yang Ditulis Oleh :
Gary M. Cunningham dan Jean E. Harris

A.

Introduction

Etika bisnis merupakan studi yang khusus mempelajari moral yang benar atau salah
dimana berfokus pada standard moral yang seharusnya diterapkan di institusi
bisnis, organisasi bisnis, dan aktivitas bisnis. Etika bisnis juga dapat disebut dengan
etika terapan. Etika bisnis tidak hanya meliputi analisis mengenai norma moral dan
nilai moral, tetapi juga mencoba menerapkan simpulan dari hasil analisis yang
beragam tersebut dalam institusi, organisasi, dan aktivitas-aktivitas yang disebut
bisnis.
B.

Case Summary

Enron mulai berkembang pada tahun 1985 yang merupakan hasil merger dari 2
perusahaan. Setelah merger, Enron menjadi sangat agresif untuk mendapatkan
pangsa pasar yang baru. Enron berperan sebagai bank komoditas yang membeli
langsung dari pemasok dan menjualnya langsung kepada pembeli. Enron terus
berkembang dan menambah ragam jenis bisnisnya, hingga pada tahun 2000
menjadi pemimpin pada bisnis komoditas energi dan jasa.

Perkembangan usaha yang tumbuh secara drastis dan diversifikasi usaha yang
terlalu beragam, menimbulkan risiko tersendiri. Manajemen yang tidak sadar akan
munculnya risiko tersebut mengindikasikan mulai rapuhnya sistem internal Enron.
Andersen merupakan salah satu perusahaan akuntansi internasional yang paling
bergengsi di dunia. Andersen melayani klien-klien besar, yang diantaranya
perusahaan yang berkembang secara signifikan yaitu Enron dan Worldcom.
Prinsip Akuntansi, Standard Audit, dan Kewajiban Pengungkapan (Disclosure)
elemen laporan keuangan di Amerika Serikat yang telah diatur dengan sangat detail
ternyata dapat dilanggar oleh hasil kolusi yang dilakukan Enron dan Andersen.
Pelanggaran yang dilakukan terkait dengan mark-to-market accounting, financial
reporting for Special Purpose Entities (SPEs), dan pelaporan mengenai saham yang
diterbitkan. Andersen juga melanggar standard audit, khususnya prinsip
independensi karena ia berperan sebagai auditor eksternal sekaligus konsultan
untuk Enron. Andersen juga mengabaikan kelemahan Internal Control System dalam
Enron, padahal Auditor seharusnya mempertimbangkan informasi penting tersebut
dan mengkomunikasikan kepada klien. Analisis mendalam tentang Andersen justu
mengasilkan informasi bahwa terdapat Serious Internal Control Weakness di
Andersen. Sarang terkait dengan kebijakan Akuntansi dari kantor pusat, diabaikan
oleh auditor di kantor cabang Texas. Tidak ada kontrol yang memastikan saran
tersebut telah diikuti.
Kasus Enron dan Andersen membuat perlu dilakukannya reformasi. US Congres
merespon cepat atas terjadinya skandal tersebut dengan mengeluarkan SarbanesOxley Act of 2002, persyaratan Sertifikasi atas Fairness of Financial Reporting untuk
CEO dan CFO dari perusahaan yang terdaftar dalam SEC, Pembentukan institusi
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), dan Standard Setting
Process.
C.

Review

Berikut hasil analisis dan pembahasan atas kasus dalam artikel:


1.

Financial Scaldals: The Expectations Gap and The Credibility Gap

Masyarakat memandang kinerja Enron yang telah menjadi pemimpin dalam bisnis
komoditas energi dan jasa relatif baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan Stock Price
Enron yang terus meningkat secara signifikan dari tahun 1997 hingga puncaknya di
pertengahan tahun 2000. Kenaikan Stock Price menujukkan harapan positif dari
publik atas kinerja Enron di periode selanjutnya. Namun, pada pertengahan 2001
mulai muncul bad news mengenai kinerja Enron hingga Stock Price nya turuh
hingga mendekati 0 pada akhir 2002 ketika Enron telah dinyatakan bangkrut.
Kinerja Enron yang buruk mulai terungkap, terdapat praktik High Risk Accounting
dan Extensive Undisclose Off-the-Books Activity yang dilakukan manajemen.

Terungkap pula Excessive Compensation yang diperoleh manajemen. Terdapat gap


antara harapan dari publik dan realita kinerja Enron yang sebenarnya.
2.

Governance Failues and Risk Assessment

Kasus Enron dan Andersen merupakan bukti nyata bahwa sistem pelaporan yang
dilakukan perusahaan pada saat itu tidak cukup untuk melindungi kepentingan
investor dan publik. Kasus tersebut menjadi bukti bahwa manajemen tidak
mengindentifikasi dan mengelola ethics risk. Hal tersebut mengindikasikan
manajemen tidak menganalisis secara mendalam atas business risk, sehingga
terjadi Governance Failures yang merugikan stakeholders.
3.

Synergy Among Factors and Institutional Reinforcement

Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi harapan publik atas kinerja


yang etis telah teridentifikasi, tapi tidak dilakukan oleh tokoh yang berperan dalam
Kasus Enron dan Andersen. Manajemen gagal untuk melaksanakan kebijakan
perusahaan yang etis. Auditor gagal untuk melaksakan ethics of conduct dalam
standard audit yang telah ada. Analis gagal karena tidak bisa mendeteksi
misstatement yang dilakukan Enron dan Andersen sehingga Stock Price Enron terus
naik hingga puncaknya pada pertengahan tahun 2000. Kreditur / Banker gagal
karena tidak dapat menganalisis keuangan Enron sehinga mengizinkan pemberian
kredit yang terlalu banyak. Regulator gagal karena aturan yang dibuat masih
terdapat celah untuk terjadinya pelangaran. Interseksi dari berbagai kegagalan
yang terjadi merupakan indikasi belum ada sinergi antara lembaga-lembaga
tersebut.
4.

New Expectation for Business

Terdapat perubahan dari harapan masyarakat. Publik memandang bahwa bisnis ada
untuk melayani masyarakat, bukan hal yang sebaliknya. Banyak orang mengatakan
bahwa bisnis tidak dapat dilakukan dengan bebasis etika, karena terlalu banyak hal
yang lebih penting dilakukan guna memaksimalkan laba. Namun, hasil riset studi
menunjukkan bahwa bisnis yang tidak berdasarkan etika hanya akan
memaksimalkan laba jangka pendek, tetapi menurunkan laba jangka panjang.
Sustainable bisnis harus dijaga dengan melaksanakan aktivitas bisnis yang beretika.
Publik juga berharap perusahaan harus dikelola dengan Governance and
Accountability Mechanisms.
D.

Conclusion

Kasus Enron dan Andersen membuat seluruh pihak semakin menyadari atas isu
mengenai etika dalam bisnis. Ethical Culture harus berdasarkan fairness, honesty,
integrity, responsibility, dan predictibility yang berfokus pada menjaga
kepercayaan, respek, dan peduli pada kepentingan stakeholders. Kasus tersebut

merupakan bukti nyata betapa pentingnya etika untuk perusahaan dan para
profesional dalam menjalankan bisnis.

KASUS ENRON dan KAP ARTHUR ANDERSEN


Posted on November 14, 2009by uwiiii

A. Kasus ini saya kutip dari sebuah blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi Kusmayadi, SE.,
M.Si., Ak di 04:47
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas
alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada
tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan
diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada
kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi
future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan
bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan
terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar
keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis
berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan
terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh
bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang
dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data
dan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle),
dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan
dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa
di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi
dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3 Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan,
mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis

enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai
klien KAP Andersen.
4 Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan
dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001.
CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi
atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk
mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan.
Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada halhal yang serius yang perlu diperhatikan.
5 Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay,
menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang
sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi
khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya
menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis
dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan
ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang
didirikan oleh CFO Enron.
6 Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang
perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan
pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang
dalam jumlah yang sama.
7 Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk
penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron
(penghambatan terhadap proses peradilan
8 Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.
Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
9 KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah
berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10 CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan
tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4
Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
11 Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
12 Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron
dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan
di Amerika.
13 tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
14 KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa
kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan
pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam

kasus Enron.
15 tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut
untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP
Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan
membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen
baru.
16 tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.
17 Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak
sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan
hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi
kasus KAP Andersen dan Enron .
18 tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai
presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
19 Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah
telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi dari masalah ini adalah Bagaimana Kasus Enron dilihat dari Perspektif
Etika Bisnis dan Profesional Akuntan beserta implikasinya.
C. Pembahasan Masalah
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan
kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu
opportunity; pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari
melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita
meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap
kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut
dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari
kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang
menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar
modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus
seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika
dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari
pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information
mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari
principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional
untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika
bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah
ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis? adalah hutang dan
sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses
peradilan dan tuntutan hukum.
D. Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen
Kasus ini memberikan dampak di Amerika bahkan di Indonesia.
A. Seperti yang saya kutip dari sumber yang sama (blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi
Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47), kasus ini mempunyai implikasi terhadap

pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat antara
lain :
1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para
investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company
Accounting Oversight Board) yang bertugas:
Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan publik
Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian
mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan
publik
Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan
mengenakan sanksi jika perlu
Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar
professional di KAP
Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar
professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang
memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah
sejumlah jasa non audit yang dilarang :
1. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
2. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
3. Jasa appraisal dan valuation
4. Opini fairness
5. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
6. Broker, dealer, dan penasihat investasi
Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena
definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit
committee.
Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa
audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee
yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan
manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief
accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi
investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini
CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka
laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan
adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi semakin
banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode
etik bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut para

profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan


profesi saja tetapi profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada saat masyarakat
akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan
hukum yang berlaku.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang
KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada
perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang
yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan
terhadap pedoman corporate governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),
menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam
pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan
setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern (James : 2003).
B. Adapun dampak lain dari kasus ini yang saya kutip dari sebuah artikel yang berjudul
Audit Eksternal dan Hubungannya dengan Komite Audit
(Oleh IKAI ) . Dalam artikel tersebut dijelaskan menurut Agus Kretarto-Anggota Komite
Audit PT Bank BII, Tbk dalam pembahasannya tentang Kriteria Pemilihan Auditor
Eksternal menjelaskan bahwa profesi akuntan publik saat ini sedang mendapatkan
sorotan tajam bahkan sinis dari masyarakat umum akibat terjadinya skandal-skandal
besar di negara maju seperti AS yaitu kasus Enron dan WorldCom. Akibat kasus-kasus
tersebut kini kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama disebabkan oleh
keterlibatan Arthur Andersen salah satu KAP terbesar di dunia di dalam skandal
tersebut. Akuntan Publik tidak lagi dipandang sebagai profesi yang unik melainkan
sebagai industri yang tidak lepas dari kepentingan bisnis yang sempit.
Fenomena ini telah mendorong berbagai upaya untuk memulihkan kepercayaan
masyarakat terhadap profesi akuntan publik. Contoh yang paling nyata adalah inisiatif
Sarbanes-Oxley yang merekomendasikan pembentukan badan pengawas akuntan
publik di pasar modal. Indonesia sendiri tidak terlepas dari pengaruh skandal tersebut
sehingga berbagai pihak seperti IAI dan BAPEPAM kini tengah membahas pengawasan
kompetensi dari Akuntan publik terutama yang terlibat di pasar modal Indonesia.
Bagi perusahaan di Indonesia sendiri, pelajaran dari AS tersebut harus menjadi acuan
agar tidak sampai terulang di Indonesia. Untuk itu di dalam menunjuk auditor
eksternalnya perusahaan harus memiliki kriteria yang mampu meminimalkan resiko
manipulasi audit.
C. Kasus ini juga berdampak di Indonesia, seperti yang saya kutip dari Jumat, 05 April
2002 | 10:27 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta dengan judul Arthur Andersen Indonesia
Belum Terpengaruh Enron.
Berikut adalah kutipan dari artikel tersebut :
TEMPO Interaktif, Jakarta:Prasetio, Utomo & Co, member akuntan publik Arthur
Andersen di Indonesia, belum mendapat pengaruh bangkrutnya Enron. Country
Managing Partner Arthur Andersen Indonesia, Soemarso Slamet Rahardjo, di
kantornya, Jumat (5/4), juga mengatakan akan mengikuti kantor pusat berkaitan
dengan soal merger. Kami tetap bekerja seperti biasa tanpa gangguan, dengan

dukungan infrastruktur dan administratif penuh dari jaringan global maupun regional
Andersen Worldwide, katanya.
Arthur Andersen LLP member di Amerika Serikat dianggap ikut bersalah dalam
kebangkrutan Enron. Akibatnya, Member Arthur Andersen di beberapa negara seperti,
Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan merger dengan KPMG, Australia dan
Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan Spanyol dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
Soemarso mengatakan di Amerika Serikat, sejumlah kliennya tidak lagi menggunakan
Andersen sebagai konsultannya akibat kasus Enron. Kalau Indonesia, seperti saya
katakan, secara bisnis masih bisa dipertahankan, katanya. Belum ada klien yang drop
gara-gara kasus Enron.
Ia mengatakan perkembangan terakhir yang terjadi pada Andersen LLP dapat
mempengaruhi hubungan kerjasama perusahaan yang berdiri sejak 1968 itu dengan
Andersen. Tapi, katanya, Sampai saat ini kami masih bekerjasama dengan Andersen.
Tapi jika Andersen di Amerika Serikat kondisinya tidak membaik, katanya, Mau tidak
mau kita juga nantinya terpaksa harus merger.
Ia mengatakan Arthur Andersen Indonesia, yang memiliki lebih dari 1000 eksekutif,
akan mengikuti kebijakan pusat. Dengan siapa [kita merger], kita ikutin, katanya.
Alasannya, jika merger sendiri, meskipun berhak, nilainya akan dipandang kecil.
Ia juga mengatakan dirinya dan sekitar 40 partner Prasetio Utomo akan terus mengkaji
dengan hati-hati beberapa opsi sambil mencermati perkembangan di AS. Pada
waktunya nanti, lanjut dia, Prasetio Utomo akan membuat keputusan yang sebaikbaiknya untuk melindungi kepentingan karyawan. (Seandainya merger)Tidak ada
pemutusan hubungan kerja. Tidak ada itu, tegasnya.
Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh member Andersen dibekukan pemerintah.
Akibatnya, menurut Asian Wall Street Journal edisi Jumat (5/4), klien-klien Andersen
LLP beralih ke berbagai auditor. Antara lain Delotte and Touche (10 persen), KPMG (11
persen), PriceWaterhouseCooper (20 persen), dan Ernst & Young (28 persen). Dan yang
berpindah ke auditor-auditor kecil lainnya atau mengaku belum tahu berpindah
kemana sebanyak 40 persen.
Prasetio, Utomo&Co didirikan tahun 1968. Pada awal pendiriannya, firm ini bekerja
sama dengan SGV Group (Sycip, Gorres, Velayo) yang berbasis di Manila, Filipina. Pada
saat itu, SGV Group merupakan KAP independen yang memiliki jaringan terbesar di
Asia Timur. Pada tahun 1985, SGV Group bergabung menjadi mitra Arthur Andersen &
Co., Societe Cooperative, yang diikuti pula oleh Prasetio Utomo. (Ucok Ritonga-Tempo
News Room)

E. Simpulan
Dari kasus tersebut bisa saya simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur Andersen sudah
melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya
dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan
keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan
menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang
seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen.
Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron
bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn KAP Arthur
Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat
terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur
Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.
Kesimpulan yang bisa diambil dar ketiga sumber yang saya kutip kurang lebih sama
seperti yang saya simpulkan.
Salah satunya adalah kesimpulan yang saya kutip dari blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi
Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47 yang berisi sebagai berikut :
Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagaimacam pelanggaran praktik bisnis
yang sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion, bribery) dan
keluar dari prinsif good corporate governance.Akhirnya Enron harus menuai suatu
kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.
KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi, dan
profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui Deception,
discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup
disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum.
Kasus Etika Masalah Arthur Andersen
Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang
berdiri sejak 1913. Selama perjalanannya perusahan ini memiliki reputasi sebagai
kepercayaan, integritas dan etika yang penting bagi perusahaan yang di bebani
auditing secara independen dan melaporkan laporan-laporan perusahaan publik,
dimana akurasi investor tergantung keputusan investasi.

Di masa-masa awalnya Andersen memiliki standar-standar profesi akuntansi dan


mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada kekuatan-kekuatan integritasnya.
Arthur Andersen pernah menjadi model sebuah karakter teguh hati dan integritas
yang merupakan profesionalitas dalam akuntansi. Tetapi kebangkrutan klien-klien
besar membuka skandal-skandal besar yang membuat firma akuntansi ini tutup.

Kebangkitan

Ketika Leonard Spacek bergabung di tahun 1947, ia mulai mengembangkan jasa


konsultan kepada klien-klien besar. Selama rentang waktu 30 tahunan, bisnis
konsultasi Andersen menjadi lebih menguntungkan daripada usaha aslinya. Di
Andersen, pertumbuhan menjadi prioritas dan penekanannya pada perekrutan dan
mempertahankan klien-klien besar berdampak pada kualitas dan independensi
audit. Fokus pada pertumbuhan ini menghasilkan perubahan yang mendasar pada
budaya perusahaan. Bisnis konsultasi Andersen menjadi yang tercepat
pertumbuhannya dan paling menguntungkan dan paling berkembang pesat di
dunia. Banyak yang meninjaunya sebagai model sukses yang ditiru frima-firma
lainnya. Tetapi model ini menjadikan Securities and Exchange Commission (SEC)
memberikan peringatan berkaitan independensi auditing. Ketua SEC yang prihatin
akan hal ini menyarankan aturan-aturan baru untuk membatasi layanan di luar
audit. Tetapi saran ini ditolak Andersen.

Tahun 1999 Andersen memisahkan fungsi akuntansi dan konsultasi. Namun


seringkali strategi ini menjadikan persaingan di antara kedua unit yang cenderung
melemahkan dan memicu kerahasiaan dan keegoisan. Komunikasi menjadi merosot,
merintangi kemampuan perusahaan untuk tanggap dan bekerja efektif menghadapi
krisis. Dengan pendapatan yang berkembang, unit konsultasi menuntut kompensasi
dan pengakuan yang lebih besar. Perselisihan yang meruncing ini menjadikan
pertikaian. Tahun 2000 dalam pengadilan arbitrase, hakim memutuskan bahwa
konsultan Andersen bisa memisahkan diri dan bekerja secara efektif. Perusahaan
konsultasi berubah namanya menjadi Accenture. Pada Januari 2001, Andersen
mengangkat Joseph Berardino sebagai CEO baru dalam auditing. Tugas pertamanya
adalah melacak perusahaan yang lebih kecil melalui sejumlah tuntutan hukum yang
sudah ada. Andersen membayar amat mahal untuk tuntutan-tuntutan ini. Tahun
berikutnya, banyak perusahaan klien Andersen meninjau ulang hubungannya
dengan Andersen. Bagian selanjutnya adalah menjabarkan segelintir kasus yang
membuat keruntuhan Andersen.

Keruntuhan

BFA

Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar


perusahaan amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai
auditornya. Mereka dianggap menipu investor sebesar $570 juta. BFA didirikan
untuk menghimpun dana dan mengelola gereja di Arizona. Lembaga ini bekerja

seperti bank, membayar bunga deposito yang digunakan sebagian besar untuk
berinvestasi di Arizona real estate. Ini merupakan investasi yang lebih spekulatif
daripada apa yang dilakukan lembaga pembaptis lainnya.

Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan manajemen
dituntut untuk menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan diduga
menyembunyikan kerugian dari investor sejak 1986 dengan menjual beberapa
properti dengan harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah meminjam uang dari
ayyasan yang tak mungkin membayar properti kecuali kondisi pasar real estate
berbalik. Dalam dokumen pengadilan apa yang disebut dengan skema Ponzi
setelah kasus peniupuan yang terkenal, pejabat yayasan diduga mengambil uang
dari investor baru untuk membayar investor yang sudah ada untuk menjaga arus
kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini akhirnya terurai,
mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA dan Andersen.
Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan kebangkrutan
pada tahun 1999.

Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini melakukan


pemalsuan dan menyesatkan laporan keuangan BFA. Dala sebuah pernyataannya di
tahun 2000, Andersen merespon rasa simpatinya kepada BFA tetapi membela
keakuratan dengan opininya tentang audit. Namun setelah dua tahun penyelidikan,
laporan menunjukkan bahwa Andersen sudah diperingatkan kemungkinan kegiatan
penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang akhirnya perusahaan setuju untuk
membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan pemegang saham pada
taun 2002.

Sunbeam

Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat
kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class
action dari investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang
diajukan SEC menuduh Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului strategi
penipuan akuntansi, seperti pendapatan cookie jar, recording revenue on
contingent sales, dan mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke kuartal
masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar melakukan
transaksi bill-and-hold, dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari
pengiriman sebenarnya dan tagihannya.

Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam


kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan
petisi kepada Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York dengan Bab 11
Judul 11 tentang aturan kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan memutuskan
pembayaran sebesar $141 juta. Andersen setuju membayar $110 juta untuk
menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan dan tanggung jawab. Sunbeam
mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan kehilangan ribuan
karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.

Waste Management

Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan
mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management.
Gugatan diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima
tahun. Menurut SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen,
yang menyarankan bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui tugas
khusus. Awalnya Andersen mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak
tepat dan disajikan kepada Waste Management. Namun pimpinan Waste
Management menolak mengkoreksi. Hal ini dilihat oleh SEC sebagai upaya
menutupi penipuan masa lalu untuk melakukan penipuan masa depan. Hasilnya,
Andersen harus membayar $220 juta ke pemegang saham Waste Management dan
$7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk melakukan perjanjian untuk tidak
melakukan laporan palsu di masa mendatang atau izin usahanya akan dicabut
suatu persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya dengan Enron.

Enron

Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah satu
klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen
perusahaan minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus
mengalami kerugian sebesar $586 juta. Dalam sebulan, Enron bangkrut.

Departemen Kehakiman AS menmulai melakukan penyelidikan kriminal pada 2002


yang mendorong Andersen dan kliennya runtuh. Perusahaan audit akhirnya
mengakui telah menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan audit Enron yang
menghambat putusan. Atas kasus itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta
perlindungan Amandemen Kelima yang dengan demikian tidak memiliki saksi.

Banyak pihak yang menamainya sebagai bujukan koruptif yang menyesatkan. Dia
menginstruksikan David Duncan, supervisor Andersen dalam pengawasan rekening
Enron, untuk menghapus namanya dari memo yang bisa memberatkannya.

Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah menghambat


peradilan, menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang dipidana. Perusahaan
setuju untuk menghentikan auditing publik pada 31 Agustus 2002, yang pada
prinsipnya mematikan bisnisnya.

Perusahaan Telekomunikasi

Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita segera
muncul ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan sebesar
$3,9 miliar. Harga sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan
serangkaian tuntutan hukum yang mengirim WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan.
Andersen menyalahkan WorldCom dan bersikeras bahwa penyimpangan tidak
pernah diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah memenuhi standar SEC
dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena gagal menemukan
penyimpangan yang ada. Selama kasus Enron dan WorldCOm berlanjut, banyak
perusahaan-perusahaan lainnya dituduh melakukan penyimpangan akuntansi.

Kesimpulan :

Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa KAP Arthur Andersen sudah
melanggar kode etik yang seharusntya menjadi pedoman dalam melaksanakan
tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan seperti misalnya pada kasus enron,
tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan enron dan
KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini KAP yang seharusnya bersikap independen,
tidak dilakukan oleh AA. Karena perbuatan tersebut, kedua-duanya menuai
kehancuran dimana enron bangkrut dengan meninggalkan hutang millayaran dollar.
Sedangkan KAP AA sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari
masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di
KAP yang bersangkutan dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan
akibat kasus ini.

KASUS ENRON dan KAP ARTHUR ANDERSEN

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara Inter North (Penyalur


gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Bisnis Enron bergerak dalam
bidang industri energy, kemudian melakukan diversi fikakasi usaha antara lain,
meliputi future transaction, tranding comodity non energy dan kegiatan bisnis
keuangan.

Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen terungkap saat Enron mendaftarkan
kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu,
terungkap terdapat utang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan
nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum
kebangkrutan Enron terungkap, KAP Andersen memperahankan Enron sebagai klien
perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen
atas kebangkrutan Enron. Dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode
pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, prusahaan mendapatkan laba
bersih sebesar $393 juta, padahal pda periode tersebut perusahaan mengalami
kerugian sebsar $644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh
perusahan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.

Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntansi Indonesia yang dilanggar oleh Enron dan KAP
Arthur Andersen, sebagai berikut :

1.

Prinsip Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan


profesional dan yang menjadi dasar kepercayaan publik
KAP Andersen dianggap menlanggar prinsip integritas dikarenakan tidak dapat
memelihara dan meningkatkan kepentinganpublik sebagai KAP yang termasuk
kategori The Big Five seperti yang terungkap pada kasus Enron bahwa KAP
Andersen telah memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumenatas
kebangkrutan Enron.

2.

Prinsip Perilaku Profesional

KAP Andersen dikatakan tidak bererilaku profesional serta konsisten dengan


reputassi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan

melakukanpenyamaran data, karena kerugian perusahaan sebesar $644juta yang


disebabkan hutang perusahaan yang tidak dilaporkan.

3.

Prinsip Standar Teknis

KAP Andersen juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melanksanakan
juga profesionlanya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang
relevan.

Anda mungkin juga menyukai