Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ETIKA BISNIS DAN PROFESI

SKANDAL ENRON

Oleh :
KELOMPOK 3
1. Theresia Pernanda Simanjuntak (200503213)
2. Siti Alya Zikriena Poetri (200503216)
3. Vina Anggraini (200503219)
4. Annisa Al Mughni (200503229)
5. Oberd Masro Pardamean Harianja (200503239)
6. Junjungan Filemon Tampubolon (200503249)
7. Ghina Dara Misraini (200503254)
8. Fauzan Azmi (200503255)
9. Muhammad Raihan Saputra (200503259)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2022
KASUS PELANGGARAN ETIKA PADA ENRON :

1. Enron membujuk Komisi Bursa Saham dan Surat Berharga (SEC) AS untuk membolehkan
memakai metode “menilai pada harga pasar” (mark to market) untuk diberlakukan pada
kontrak mereka.
2. Harapannya, perusahaan akan menambahkan arus kas masa datang pada kontrak,
menerapkan tingkat diskonto, dan menghitung nilai saat ini bersih (net present value =
NPV) dari kontrak tersebut. NPV ini yang kemudian dilaporkan sebagai “nilai
sebenarnya” dari kontrak. Jika NPV lebih tinggi dari yang Enron bayarkan, lalu selisihnya
dapat dilaporkan sebagai sebuah “laba” pada laporan keuangan Enron.
3. Enron bersama konsultan Arthur Andersen membentuk anak perusahaan yang bertujuan
untuk mencari tambahan modal yang akan digunakan Enron untuk mengembangkan
usahanya. Modal yang diterima dari anak perusahaan yang berasal dari hutang dengan
jaminan saham Enron, kemudian diserahkan kepada Enron. Dalam transaksi tersebut, uang
yang diterima Enron dari anak perusahaan adalah “transaksi hutang”. Namun Enron
membukukan “hutang” dari anak perusahaan sebagai “pendapatan”.

Dalam kasus tersebut Enron, perusahaan telah melanggar etika pengungkapan dalam
laporan keuangan. Terdapat hal-hal yang tidak diungkapkan oleh perusahaan dengan
tujuan untuk mencari keuntungan sepihak. Selain itu Arthur Andersen sebagai konsultan
tidak menjungjung nilai-nilai integritas yang seharusnya mereka jaga. Sesungguhnya
Arthur andersen mengetahui apa yang dilakukan oleh Enron tidaklah benar. Namun,
Arthur Andersen memberikan penilaian bahwa Enron telah menyajikan laporan keuangan
dengan akurat.
DAMPAK YANG DITIMBULKAN :

Terhadap Profesi Akuntansi

Sarbanes Oxley Act

Akibat dari dari kasus Enron dan Arthur Andersen, pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-
Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan
reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Sarbanes Oxley adalah nama lain
dari undang-undang reformasi perlindungan investor (The Company Accounting Reform and
Investor Protection Act of 2002) yang ditandatangani George Bush bulan Juli tahun 2002
lalu. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yang
bertugas:

mendaftarkan KAP yang mengaudit perusahaan public menetapkan atau mengadopsi standar
audit, pengendalian mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit
perusahaan public menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan
mengenakan sanksi jika perlu melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk
meningkatkan standar professional di KAP meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-
peraturan PCAOB, standar professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit
perusahaan publik.

Terhadap Investor

Para pemegang saham (Investor) Enron melakukan gugatan class action terhadap para biggest
players di Wall Street Enron dengan tuduhan melakukan penipuan (Fraud). Gugatan itu perlu
dilakukan untuk melindungi kepentingan public. Kolapsnya Enron juga mengguncang neraca
keuangan para kreditornya yang telah mengucurkan milyaran dolar (JP Morgan Chase dan
Citigroup adalah dua kreditor terbesarnya).
Terhadap Karyawan

Ribuan pegawai Enron tidak hanya mereka kehilangan pekerjaan, tetapi juga tabungan
pensiunan mereka. Dalam hukum perpajakan Amerika, setiap pekerja bisa menabung
sebanyak-bayaknya 12,000 dolar AS setahun dan tidak akan dikenai pajak. Baru ketika
pekerja menginjak usia 60, ia berhak mengambil dana tersebut dan membayar pajak seperti
layaknya penghasilan biasa. Selama berada dalam tabungan pensiunan, uang tersebut akan
ditanamkan dalam bentuk saham dan obligasi dengan harapan si penabung akan meraup
bunga sebanyak-banyaknya bila ia siap pensiun. Karena biasanya perusahan sendiri yang
mengadministrasi tabungan pegawai-pegawai mereka, perusahaan akan menanamkan uang
tersebut dalam bentuk saham dan perusahaan-perusahaan tersebut. Regulasi tabungan masa
tua ini dikenal dengan nama 401(k), sesuai dengan pasal yang mengatur masalah hukum
perpajakan untuk pensiunan. Enron juga menerapkan sistem ini dan menanamkan seluruh
tabungan pensiunan dari pegawai-pegawainya dalam bentuk saham perusahaan. Yang
menyedihkan adalah kenyataan saham Enron bernilai 80 dolar AS per lembar pada bulan
Februari 2001 tetapi berharga hanya 26 sen per lembarnya saat perusahaan itu
mengumumkan kepailitan Enron. Berarti, tabungan dari para pegawai yang bekerja keras
selama hidupnya bernilai kosong sekarang ini.
Kesimpulan

Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi
pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang menyebabkan
kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor, Arthur Andersen (satu
dari lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya
telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai
pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari
dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan tidak melakukan
manipulasi-manipulasi guna menarik investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak
sebagai auditor pun telah melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur
Andersen telah melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini
jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya sebagai
seorang akuntan.

Anda mungkin juga menyukai