Anda di halaman 1dari 12

MINI RISET

ANALISIS UMKM (BEP, LABA MAKSIMUM), PENENTUAN


BIAYA PEMBUAT REMPEYEK

Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Mikro

Dosen Pengampu : Muammar Rinaldi, SE., M.Si.

DISUSUN OLEH :

Nama : Riska Bertua Marpaung


Nim : 7203520013
Kelas : Akuntansi B

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mini riset
ini yang berjudul “Analisis UMKM (BEP, Laba Maksimum), penentuan biaya”
dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Terkhusus
kepada dosen pengampu saya, bapak Muammar Rinaldi, SE., M.Si. yang telah
membimbingi saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, saya sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Saya
sangat menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.Akhir kata saya berharap
agar makalah ini bisa memberi manfaat maupun inpirasi bagi setiap pembaca.

Medan, Desember 2020

Riska Bertua Marpaung

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………… i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Tujuan Peneliatian ……………………………………………... 2
C. Manfaat Penulisan …………………………………………....... 3
D. Metode Penulisan .……………………………………………... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Kajian Teori ……………………………………………………. 5
B. Hasil Penelitian ………………………………………………… 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………. 7
B. Daftar Pustaka …………………………………………………. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha kecil menengah (UKM) dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan bagus. Para pelaku bisnisnya pun menghasilkan jenis produk yang
beragam. Usaha kecil menengah menjadi salah satu terobosan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di tengah-tengah masyarakat untuk mencapai kesejahteraan
hidup yang memadai. Usaha kecil menengah menjadi penopang perekonomian
Indonesia, karena membantu pertumbuhan perekonomian masyarakat.
Kemandirian masyarakat seperti para pelaku bisnis UKM ini diharapakn akan
mampu mengurangi angka pengangguran jika melihat fakta lapangan pekerjaan
yang semakin terbatas dengan jumlah tenaga kerja yang belum terserap terus
bertambah.
Keberadaan para pelaku bisnis UKM memberikan andil yang cukup
signifikan bagi pembangunan perekonomian. Dalam hal ini usaha yang mereka
bangun menyerap tenaga kerja di derahnya masing-masing. Hal tersebut sangat
membantu pemerintah dalam upaya mengurangi angka pengangguran dan
pengentasan kemiskinan. Diharapkan perkembangan bisnis UKM dari waktu ke
waktu mengalami peningkatan yang stabil. Namun, di dalam perjalananya untuk
berkembang lebih maju, para pelaku bisnis UKM tidak lepas dari kendala-
kendala. Sehingga diperlukan campur tangan dari pemerintah maupun swasta
untuk mendorong perkembangan yang diharapakan bersama.
Di dalam undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) didefinisikan pengertian UMKM dan kriterianya, yaitu
usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.
Masalah keuangan merupkan salah satu masalah yang sangat vital bagi
UKM dalam pengembangan bisnis disemua UKM. Salah satu tujuan utama
didirikannya UKM unuk memperoleh keuntungan yang Maksimal serta
mengurangi angka pengangguran, bahkan fenomena PHK menjadikan para

1
pekerja yang menjadi korban dipaksa untuk berpikir lebih jauh dan banyak beralih
melirik sektor UKM ini. Ketatnya persaingan bisnis di sektor UKM menuntut
setiap pelaku UKM untuk dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini dimaksud agar perusahaan dapat
menghasilkan produk berkualitas dan harga yang cukup bersaing, dengan
kompetitornya. Peningkatan efektivitas dan efesiensi juga sangat berpengaruh
terhadap penciptan perusahaan akan tujuan utamanya, yaitu perolehan laba yang
maksimal. Untuk mencapai laba maksimal umumnya setiap para pelaku usaha
selau berupanya untuk menekan biaya produksi serendah mukin, tanpa
mengesampingkan kualitas produk yang dihasilkan.
Biaya produksi merupakan serangkaian komponen biaya yang membenuk
harga pokok produksi suatu produk. Sehingga perhitung untuk setiap komponen
biaya produksi tersebut akan berpengaruh terhadap penetuan harga pokok
produksi dari produk yang dihasilkan. Harga pokok produksi itu sendiri
didefinisikan sebagi total biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan bahan baku
menjadi produk. Perhitungan harga pokok produksi memiliki peranan penting
dalam efektivitas kinerja UKM. Oleh karena itu perhitungan atas biaya – biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk harus benar serta harus
mencerminkan total biaya produksi yang sesungguhnya dihabiskan oleh produk
tersebut. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat akan
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pelaku UKM dalam mengetahi laba,
dengan demikian pelaku UKM harus mampu melakukan perhitungan harga pokok
produksi secara tepat, agar dapat memperoleh laba maksimal dan menjamin
kelangsungan hidup usahanya di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.

B. Tujuan Peneliatian
1. Untuk mengetahui tentang Analisis UMKM (BEP, Laba Maksimum),
penentuan biaya Usaha Pembuat Rempeyek.
2. Untuk Memahami tentang masalah UMKM.
3. Umtuk memenuhi tugas KKNI mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro

2
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Akademis Dapat mereferensi mengenai Analisis UMKM (BEP,
Laba Maksimum), penentuan biaya pembuat peyek menambahkan
pengetahuan dan wawasan serta dapat memberikan informasi.
2. Manfaat Praktis Manfaat makalah ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran maupun rujukan referensi bagi para pembacanya.
3. Melatih Pembaca dalam menganalisis suatu kasus tentang UMKM (BEP,
Laba Maksimum), penentuan biaya.

D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dalam makalah ini adalah dengan:
1. Metode penulusuran internet (Web Search)
2. Metode Wawancara

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

Pengertian Break Even Point


Break even point atau yang biasa disebut dengan BEP adalah tingkat produksi di
mana total pendapatan sama dengan total pengeluaran. Dengan kata lain Break
even point adalah titik dimana perusahaan menghasilkan jumlah laba yang sama
dengan biaya selama proses manufaktur dalam periode akuntansi. Bisa dikatakan
bahwa break even point adalah titik impas dalam suatu perusahaan. Hal ini
dikerenakan pendapatan  dan pengeluaran sama nilainya, besaran laba bersih
untuk periode tersebut adalah nol.
Dasar-Dasar Break Even Point
asumsi-asumsi dasar dalam penentuan BEP adalah sebagai berikut:

 Biaya yang menjadi elemen utama dalam penghitungan BEP harus


termasuk ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
 Nilai biaya tetap akan tetap konstan meskipun terjadi perubahan aktivitas
produksi.
 Nilai biaya variabel secara keseluruhan akan berubah sesuai dengan
perubahan volume kapasitas produksi.
 Selama periode analisis adalah harga jual per unit tetap, sehingga selama
waktu tersebut tidak ada perubahan harga jual dari perusahaan.
 Dalam penghitungan BEP, jumlah produk yang dihasilkan selalu dianggap
telah habis terjual.
 Perhitungan BEP bisa berlaku untuk satu produk, namun jika perusahaan
memproduksi banyak produk maka diperlukan perimbangan hasil
penjualan pada setiap produk.

Tujuan Analisa Break Even Point


. Berikut empat fungsi dari mengetahui nilai BEP.

 Mengetahui nilai BEP membantu pengusaha dalam menentukan volume


kapasitas produksi yang tersisa setelah tercapainya BEP.
 Dengan adanya nilai BEP, maka perusahaan bisa menentukan langkah
efisiensi kerja yang bisa dilakukan.
 Nilai BEP membantu pengusaha untuk mengetahui perubahan nilai laba
jika terjadi perubahan harga produk.
 Karena BEP berfungsi untuk mengetahui perubahan laba, maka BEP juga
bisa menentukan kerugian yang terjadi.

4
Manfaat Analisa Break Even Point
Berikut tiga manfaat dari BEP adalah sebagai:

 Pedoman bagi pengusaha untuk memberikan nilai investasi yang tepat


sehingga bisa mengimbagi biaya produksi awal.
 Bahan analisis bagi perusahaan untuk mengetahui nilai jual beli saham,
perencanaan anggaran dan proyeksi keuangan perusahaan.
 Patokan dalam menentukan margin, agar perusahaan memperoleh
keuntungan bukan kerugian.

Pembentuk Break Even Point


Dalam mendapatkan sebuah nilai BEP, terdapat empat elemen pembentuk.
Keempat elemen pembentuk tersebut adalah biaya tetap, biaya variabel, harga
jual, dan laba. Berikut penjelasan masing-masing elemen pembentuk BEP:

 Biaya Tetap (Fixed Cost)


 Biaya Variabel (Variable Cost)
 Harga Jual (Price)
 Pendapatan (Revenue)

Metode Perhitungan Break Even Point


Berikut terdapat tiga rumus yang digunakan dalam menghitung BEP:

 BEP per unit


BEP Unit = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)
BEP diperoleh dari biaya tetap dibagi dengan margin kontribusi per unit. Nilai
margin kontribusi per unit diperoleh dari selisih antara harga jual per unit dengan
biaya variabel per unit. Selain itu, nilai margin kontribusi bisa diperoleh dari hasil
pembagian antara total penjualan keseluruhan dengan biaya variabel.

 BEP Nilai Penjualan


BEP = Biaya Tetap / (1 – (Biaya Variabel/Harga))
BEP dapat dihitung berdasarkan hasil nilai penjualan. Nilai BEP diperoleh dari
biaya tetap dibagi dengan hasil selisih antara 1 dengan hasil pembagian variabel
dan harga penjualan.

  BEP dengan satuan mata uang


BEP Mata Uang = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per
Unit)
BEP diperoleh dari harga jual satuan per unit dikalikan dengan BEP per unit.
Maka, dari hasil perkalian tersebut akan diperoleh nilai BEP dengan satuan mata
uang yang digunakan

5
Laba maksimum

Menurut rahardja dan manurung (2008) bahwa ada tiga pendekatan untuk
mencapai laba maksimum. Ketiga pendekatan tersebut yaitu pendekatan total
biaya, pendekatan biaya rata-rata, dan pendekatan biaya marginal.

Pendekatan totalitas menganggap untuk mendapatkan laba maksimum yaitu


dengan melakukan penjualan maksimum. Dengan penjualan maksimum maka
laba yang diperoleh akan semakin besar. Namun keputusan perusahaan sebelum
melakukan strategi penjualan maksimum, harus memperhatikan juga titik impas
atau break event point. Laba akan diperoleh ketika kuantitas penjualan melebihi
titik impas. Titik impas (break event point) yaitu kondisi dimana:

TR = TC

Titik impas terjadi ketika total penerimaan akan sama dengan total biaya. Kondisi
tersebut dari sisi uangnya. Sedangkan dari sisi kuantitas barang yang dijual, untuk
mendapatkan jumlah barang yang dijual pada saat titik impas (Q*) dapat
dirumuskan dengan:

Q* = P. Q* – (FC + FC. Q*) atau Q* = FC / (P-VC)

Titik impas ini akan menjadi acuan penjualan minimal. Disini perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan namun tidak juga rugi. Penjualan yang terjadi melebihi
titik impas akan mendapatkan laba. Bila perusahaan mengetahui penjualan
maksimal yang dapat dilakukan, dan penjualan tersebut diatas titik impas, maka
perusahaan akan menjual pada kuantitas maksimum agar keuntungan yang
diperoleh maksimal.

Dari pendekatan rata-rata akan melihat keuntungan dari perhitungan laba per unit.
Pendekatan rata-rata ini melihat laba dari selisih harga penjualan dengan biaya
produksi rata-rata per unit. Perbedaan antara harga jual dan biaya rata-rata per unit
barang ini akan menjadi keuntungan yang diperoleh per unit barang. Sedangkan
untuk laba total akan diperoleh dari laba per unit barang dikalikan dengan jumlah
barang yang dijual. Sehingga dapat dirumuskan:

π = (P – AC) Q

Dari sisi rata-rata bahwa laba terjadi ketika harga penjualan lebih tinggi dari biaya
rata-rata. Sedangkan titik impas akan terjadi saat harga jual barang sama dengan
biaya rata-rata. Bila biaya rata-rata lebih tinggi dibanding harga jual, maka
produsen tidak mau untuk berproduksi. Dengan demikian, untuk mendapatkan
laba maksimum maka harus melakukan strategi penjualan maksimum yang dapat
dilakukan. Dengan melakukan penjualan maksimum maka akan diperoleh laba
maksimum.

6
Meskipun demikian ada dua pendekatan diatas, perhitungan laba maksimum
dalam ekonomi pada umumnya menggunakan pendekatan marginal. Pendekatan
marginal dilakukan dengan membandingkan penerimaan marginal (MR) dengan
biaya marginal (MC). Laba maksimum akan tercapai pada saat:

MR = MC

Laba maksimum tercapai pada kondisi biaya marginal sama dengan penerimaan
marginal. Hal ini dapat dibuktikan secara verbal, matematis bahkan grafis.

Penentuan Biaya
Penentuan biaya (costing) adalah mengacu pada sistem penghitungan
jumlah uang yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau mengoperasikan
bisnis. Umumnya, biaya mencakup biaya variabel seperti biaya tenaga kerja, biaya
bahan; dan biaya tetap seperti biaya iklan, kenaikan biaya pelatihan pramuniaga.
Biaya produksi merupakan serangkaian komponen biaya yang membenuk
harga pokok produksi suatu produk. Sehingga perhitung untuk setiap komponen
biaya produksi tersebut akan berpengaruh terhadap penetuan harga pokok
produksi dari produk yang dihasilkan. Harga pokok produksi itu sendiri
didefinisikan sebagi total biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan bahan baku
menjadi produk. Perhitungan harga pokok produksi memiliki peranan penting
dalam efektivitas kinerja UKM. Oleh karena itu perhitungan atas biaya – biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk harus benar serta harus
mencerminkan total biaya produksi yang sesungguhnya dihabiskan oleh produk
tersebut. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat akan
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pelaku UKM dalam mengetahi laba,
dengan demikian pelaku UKM harus mampu melakukan perhitungan harga pokok
produksi secara tepat, agar dapat memperoleh laba maksimal dan menjamin
kelangsungan hidup usahanya di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.

B. Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara, saya mendapat beberapa informasi terkait dengan biaya
keuangan, biaya produksi, dan besar nya laba yang diterima oleh sang pemilik
usaha pembuat rempeyek milik Ibu Roni dengan bermodalkan Rp. 400.000 untuk
produksi setiap minggunya, modal tersebuat dipakai untuk membeli bahan –
bahan seperti tepung, kacang, minyak, plastic, gas, bumbu, dan juga gaji

7
pegawainya dan sang pemilik usaha mendapatkan laba sebesar Rp 150.000 sampai
Rp. 200.000 untuk setiap minggunya.

Ibu Roni membuat dan menjual atau mengercerkan ke warung-warung kecil


rempeyek yang dibuatnya . Dan Ibu Roni mendapatkan pelanggan yaitu dari
sekitar lingkungan rumah dari berbagai usia namun Ibu Roni lebih banyak
mengecerkan jualannya ke warung-warung kecil dari pada dijual sendiri.

Dan berikut bentuk dokumentasi dari hasil wawancara yang saya lakukan

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Break even point atau yang biasa disebut dengan BEP adalah tingkat
produksi di mana total pendapatan sama dengan total pengeluaran. Penentuan
biaya (costing) adalah mengacu pada sistem penghitungan jumlah uang yang
dibutuhkan untuk memproduksi barang atau mengoperasikan bisnis. Dan dari
hasil wawancara yang saya lakukan bahwa UMKM Ibu Roni sudah melakukan
penentuan biaya dengan baik dan benar meskipun cara yang digunakan
sededrhana.

B. Daftar Pustaka

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/apa-itu-break-even-point/

https://cerdasco.com/penetapan-biaya/#:~:text=Penetapan%20biaya%20atau
%20penentuan%20biaya,memproduksi%20barang%20atau%20mengoperasikan
%20bisnis.

https://studiekonomi.com/ekonomi/mikro/laba-maksimum/

Anda mungkin juga menyukai