Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL USAHA KECIL MENENGAH (PABRIK TAHU DESA WAIHERU)

DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN


METODE FULL COSTING, VARIABEL COSTING, DAN TITIK IMPAS

Disusun Oleh:

Nama: FINA ALFIYANTI ODE

Nim: 1320053037

Kelas: 4/b-akuntansi

Mata kuliah: Akuntansi Manajemen

PRODI AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI AMBON

2022
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1 Latar belakang.........................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................5
1.3 Tujuan penelitian.....................................................................................................................5
1. Manfaat Teoritis...........................................................................................................................6
2. Manfaat Praktis............................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................................7
2.1 Landasan Teori........................................................................................................................7
2.2 Kerangka pemikiran dan Hipotetis .....................................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................13
METODE PENELITIAN............................................................................................................13
3.1 Jenis dan lokasi Penelitian ...................................................................................................13
3.2 Pendekatan Penelitian ..........................................................................................................14
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian ......................................................................................14
3.4 Metode Analisis Data ...........................................................................................................15
3.5 Metode Full costing, Variabel costing, dan Titik impas sebagai alat analisis......... 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Usaha kecil menengah (UKM) dari waktu kewaktu mengalami perkembangan bagus.
Para pelaku bisnisnya pun menghasilkan jenis produk. Usaha kecil menengah menjadi salah satu
terobosan meningkatkan pertmbuhan ekonomi di tengah-tengah masyarkat untuk mencapai
kesejahteraan hidup yang memadai. Usaha kecil menengah menjadi penopang perekonomian
indonesia, karena membantu pertumbuhan perekonomian masyarakat. Kemandirian masyarkat
seperti para pelaku bisnis UKM diharapkan akan mampu mengurangi angka pengangguran jika
melihat fakta lapangan kerja yang semakin terbatas dengan jumlah tenaga kerja yang belum
terserap terus bertambah.

Berbagai jenis produk yang dihasilkan para pelaku bisnis UKM memilki kualitas. Hal ini
dikarenakan keingina mereka untuk mampu bersaing dipasar. Sekali pun para pelaku bisnis
tersebut bertaraf UKM tetapi mereka mempertimbangkan aspek mutudan kualitas sebelum
barang yang mereka hasilkan akan dijual. Kondisi persaingan pasar yang kompetitif menjadi
aspek yang tidak lepas dari perhatian, mereka harus saling bersaing untuk mampu menjadi
diminati pasar, belum lagi harus bersaing dengan perusahaan besar. Alasan para pelaku bisnis
UKM mempertimbangkan aspek mutu dan kualitas tentu salah satunya dikarenakan kesadaran
mereka terhadap konsumen dan calon konsumen yang lebih selektif sebelum melakukain
keputusan pembelian.

Perkembangan industri saat ini semakin pesat, hal ini merupakan akibat dari adanya
kebutuhan atau tuntutan dari konsumen yang menjadi semakin kompleks. Untuk memenuhi
tuntutan tersebut perusahan atau pabrik harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kerja. Sebab jika tidak, maka perusahaan tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan atau
pabrik lainya. Untuk itu perusahaan perlu membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya
efektivitas dan efisiensi kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga prodksi yaitu
dengan cara menekan biaya produksi serendah mungkin. Harga pokok produksi menunjukan
aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai
yang selanjutnya dijual dan menuntukan laba perusahaan atau pabrik.

Menurut Endra (2013), menyatakan bahwa perubahan harga yang sangat kecil maupun
sangat besar akan menyebabkan dampak serta perubahan yang signifikan bagi penjualan dalam
kuantitas yang cukup besar. Maka jika ada kesalahan dalam penentuan harga jual, perusahaan
akan rugi atau kehilangan pelanggan karena harga jual yang ditentukan terlalu rendah
maupunterlalu tinggi.

Menurut Riska (2016), menyatakan bahwa perusahaan perlu menekan biaya produksi
agar harga pokok biaya produksi mejadi lebih rendah. Biaya produksi yang tidak terkendali akan
menyebabkan harga pokok produksi terlalu tinggi, sehingga harga jual produk tersebut juga
tinggi. Hal tersebut dapat berpengaruh pada daya saing produk dipasaran. Untuk itu biaya
produksi harus dicatat dengan baik dan dihitung dengan benar sehingga dapat menghasilkan
harga pokok produk yabg tepat. Harga pokok produksi merupaka komponen penting untuk
menilai tingkat keberhasilan suatu perusahaan. Dalam menentukan harga pokok produksi yang
tepat maka akan mempengaruhi keputusan bagaimana kebijakan penetapan harga jual suatu
produk tersebut. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi harus dihindari agar
perusahaan tersebut dapat terus berjalan selaras tujuan perusahaan. Apabila pimpinan perusahaan
kurang tepat dalam menentukan harga pokok produksi, maka akan berakibat pada volume
penjualan yag berkurang, sehingga tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Perhitungan harga
pokok produksi merupakan faktor yang sangat penting umtuk penetuan kebijakan harga jual
produk.

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku produk
menjadi produk jadi yang siap dijual. Secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi tiga unsur
yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut pula dengan istilah biaya
konversi (convertion cost) yang merupakan biaya untuk mengkonvernsi atau mengubah bahan
baku menjadi produk jadi. Bahan-bahan yang diperlukan perusahaan sangat menentukan atau
mempengaruhi tingkat kualitas dan kuantitas serta harga jual produk karena bila harga bahan
yang diperoleh terlalu tinggi dengan kualitas dan kuantitas yang kurang memuaskan tentunya
akan mempengaruhi tingkat biaya produksi dan harga jual produk sehingga perusahaan akan
mengalami kerugian, sebaliknya bila harga pembelian bahan rendah atau murah sesuai dengan
harga yang berlaku dipasaran dengan kuantitas dan kualitas yang baik serta waktu penyerahan
yang tepat, maka perusahaan dapat menekan biaya produksi dan harga pokok mampu bersaing
dengan perusahaan sejenis.

Penentuan harga pokok produksi dan pengendalian biaya membutuhkan data yang akurat
dan dapat dipercaya, sehingga keputusan yang diambil lebih menguntungkan. Harga pokok
dihitung secara akurat, dicatat dan disajikan dalam laporan yang baik untuk tujuan internal
maupun tujuan eksternal dapat dijadikan panduan apabila biaya yang telah dikeluarkan dapat
diperhitungkan sesuai dengan strandar yang telah ditetapkan. Dan dalam membebankan biaya
kepada produk dikenal 2 metode penetapan harga pokok yaitu: 1) Full Costing Method konsep
metode ini adalah pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan barang dan jasa dimana unsur-
unsur biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan seluruh biaya overhead
pabrik baik tetap maupun tidak tetap. Kegunaan full costing yaitu untuk menyajikan perhitungan
laba/rugi untuk pihak luar, menentukan kinerja divisi pabrik, pemasaran, dan divisi adminstrasi,
memisahkan beban menurut fungsi manajemen. 2) Variabel Costing adalah pengorbanan sumber
daya untuk menghasilkan barang dan jasa dimana hanya memperhitungkan biaya variabel saja,
yang terdiri dari biaya bahan baku langsung yang berhubungan dengan volume kegiatan
produksi. Kegunaan biaya variabel costing yaitu membebankan seluruh biaya produksi,
perencanaan laba, pengambilan keputusan.

Toko kecil dan usaha menengah mungkin akan mudah dalam menghitung biaya produksi
karena pekerjaan dilakukan hanya sedikit, dan pembukuan yang dilakukan hanya sedikit, dan
pembukuan dilakukan masih sederhana hanya ditulis di buku atau menggunakan pembukuan
dikomputer yang mudah. Namun untuk perusahaan atau pabrik besar, akan kesulitan dalam
menghitung harga pokok produksi, terutama perusahaan atau pabrik yang menggunakan mesin-
mesin yang besar dan banyak, juga tenaga kerja tidak langsung yang mencapai ratusan.
Pembukuan atas transaksi, pengelompokan akun, dan pembelian harus sangat teliti dilakukan,
jika tidak maka perhitungan atas harga pokok produksi pasti juga akan salah dan tentunya hal
tersebut tidak akan menguntungkan bagi perusahaan.

Dalam penelitian ini akan difokuskan mengenai perhitungan harga pokok produksi pada
Pabrik Tahu Desa Waiheru merupakan industri yang bergerak di bidang produksi bahan mentah
(kacang kedelai) menjadi tahu dan tempe. Pabrik ini sebenarnya sudah cukup lama berdiri dan
beroperasi layaknya pabrik-pabrik lainya, namun sampai saat ini pabrik ini masih belum pernah
melakukan perhitungan harga pokok produksi. Harga yang ditetapkan untuk penjualan tahu
ditentukan dari harag kacang kedelai yang dibeli untuk proses produksi. Jadi bisa dibilang harga
tersebut dapat berubah sesuai dengan harga bahan baku yang diperoleh oleh pabrik sehingga
sampai saat ini pun belum diketahui laporan laba/rugi pada industri ini. Berdasarkan masalah
tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai komponen biaya produksi
yang sebenarnya di industri Pabrik Tahu. Maka dilakukan penelitian yang dituangkan dalam
proposal dengan judul “ PROPOSAL USAHA KECIL MENENGAH (PABRIK TAHU DESA
WAIHERU) DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING, VARIABEL COSTING, DAN TITIK
IMPAS”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini merumuskan yaitu bagaimanakah
menghitung biaya produksi pabrik tahu desa waiheru dengan menggunakan metode full costing,
variabel costing dan titik impas.?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka tujuan utama dilakukan penelitian ini
untuk menghitung harga pokok produksi menggunakan Metode Full Costing, Variabel Costing,
dan Titik impas.
1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian meliputi:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan salah satu sarana yang dilakukan oleh peneliti untuk bagaimana
usaha kecil menengah menghitung biaya produksi dalam suatu industri atau pabrik serta
menambah pengetahuan mengenai biaya produksi.

2. Manfaat Praktis

hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan saran di pabrik tahu dalam menyelesaikan
masalah yang terkait dengan biaya produksi. Sehingga industri dapat mengklasifikasikan biaya
apa saja yang termasuk dalam biaya produksi dan bukan yang termasuk, kemudian dapat
dijadikan sebagai acuan dalam menentukan harga jual produk. Selain itu dapat juga memberikan
informasi bagi pembaca atau peneliti mengenai topik yang sama dan sebagai bahan perbandingan
sehingga dapat disempurnakan lagi oleh penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

A. Pengertian harga pokok produksi

Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal
dan dikurangi persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi adalah harga
produksi yang mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan.
Biaya hanya dibebankan ke barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya
dibebankan ke barang yang diselesaikan adalah biaya langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead. Irfania dan Diyani (2016) mendefinisikan harga pokok peoduksi adalah sejumlah nilai
aktiva yang apabila tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh
penghasilan.

Harga pokok produksi menurut Indayani, (2015) adalah semua konten yang mewakili jumlah
biaya barang yang diselesaikan pada periode tertentu. Sedangkan menurut Sari dan Syam (2016)
harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses
produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan
termasuk biaya produksi. Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa harga
pokok produksi adalah semua pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk memproduksi
suatu produk.

B. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku untuk menjadi
produk jadi yang siyap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipmen,
biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-
bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
Menurut Indayani (2015) unsur-unsur biaya produksi yaitu:

1. Biaya bahan baku langsung

Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai contoh :
kacang kedelai dalam pembuata tahu dan tempe, tepung dalam pembuatan kue karet dalam
pembuatan ban, dll.

2. Tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengonversi
bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.
Contoh: upah pencetak tahu, upah penggiling kacang kedelai, upah operator mesin jika
menggunakan mesin, dll.

3. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku dan tenaga kerja langsung tetapi
membantu dalam mengubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri
secara langsung kepada produk selesai. Biaya overhead dapat dikelompokan menjadi, bahan
tidak langsung (bahan pembantu atau penolong), tenaga kerja tidak langsung, biaya tidak
langsung lainya penggolongan biaya overhead pabrik merupakan suatu hal yang sangat esensial,
hal ini dikarenakan biaya yang terjadi dalam proses produksi tidak semuanya secara langsung
akan mempengaruhi proses produksi. Sehingga perusahaan dapat dengan mudah menelusuri
biaya-biaya tersebut. Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara sebagai berikut:

a. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya

Berdasarkan sifatnya biaya-biaya ini dapat dikelompokan menjadi beberapa golongan yaitu

1) Biaya bahan penolong

2) Biaya reparasi dan pemeliharaan

3) Biaya tenaga kerja tidak langsung

4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap

5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.

b. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubunganya dengan


peubahan volume kegiatan.

c. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubunganya dengan departemen.

Harga pokok produksi terbentuk karena adanya pembuatan produk yang bertujuan mengubah
aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi aktiva lain (persediaan produk jadi), atau adanya
pengorbanan bahan baku yang dapat berupa biaya bahan baku akan membentuk harga pokok
produksi (Akbar, 2015). pada umumnya dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya
yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan
dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Sedangkan biaya non produksi merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi seperti kegiatan pemasaran dan adminstrasi.
C. Metode Full Costing

Full costing merupakan suatu metode dalam dunia akuntansi yang menjelaskan bahwa seluruh
biaya dikeluarkan di dalam proses produksi akan dimanfaatkan sebagai indikator penting untuk
menghitung total biaya per unit atau harga pokok produksi dalam suatu kegiatan bisnis. Dengan
demikian prnrntuan biaya produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya Berikut
ini:

 Biaya bahan baku xxx

 Biaya tenaga kerja langsung xxx

 Biaya overhead pabrik variabel xxx

 Biaya overhead pabrik tetap xxx +

 Harga pokok produk xxx

D. Metode Variabel Costing

Variabel costing merupakan metode penetuan kas produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi yang berperilaku variabel saja ke dalam kas produksi, yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.

Format perhitungan dengan metode variabel costing :

 Biaya bahan baku Rp. xxx

 Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx

 Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx +

 Harga pokok produk Rp. Xxx

Pembeda antara metode full costing dan variabel costing adalah pengakuan biaya overhead
pabrik tetap (BOP-T). Jadi, saat BOP diperhitungkan maka full costing dan apabila BOP tidak
diperhitungkan maka hal tersebut variabel costing. Namun demikian dalam pembuatan laporan
harga pokok produksi sebagia bagian dari pada harga pokok penjualan dan laporan laba-rugi
semua biaya harus dilaporkan untuk memenuhi konsep full disclouser dalam akuntansi
keuangan.
E. Analisis Titik Impas (Break Even Point/BEP)

Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa,
perusahaan terkadang perlu terlebih dahulu merencanakan berapa besar laba yang ingin
diperoleh. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus
mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Analisis titik impas (BEP) merupakan salah satu
analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan atau industri.
Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit planning). analisis ini
biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk. Untuk
mencari titik impas dapat kita gunakan beberapa model rumus sebagai berikut:

i. Teknik Aljabar

 Analisis titik impas dalam unit

Biaya tetap total/

Harga jual perunit- biaya variabel perunit

Contoh: harga jual perunit Rp6500, biaya variabel perunit Rp4500, biaya tetap total pertahun
Rp120000.

Penyelesaian: maka impas dapat dihitung, impas Rp= Rp 120.000: 2000 = Rp60.000

(6500-4500)

ii. Teknik grafik

Pengahasilan total antara grafik dalam suatu bidang sumbu tegak (penjualan/biaya dalam rupiah)
dan sumbu data yaitu volume penjualan produksi dalam unit. BEP melalui grafik tampak jelas
ditunjukan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh. Jumlah produksi yang akan dijual
akan berkaitan erat dengan biaya yang akan dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi
biaya penentu terhadap harga jual perusahaan. Besar kecilnya biaya sangat berpengaruh terhadap
harga jual, demikian pula sebaliknya. Seperti tabel dan grafik titik impas di bawah ini.
1. Tabel harga total biaya produksi :

Volume Penjualan Biaya tetap Biaya Biaya total Laba rugi


penjualan total variabel total
(unit) Total(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)

1 2 3 4 5 6

0 - 120.000 - 120.000 -120.000

20 130.000 120,000 90.000 210.000 -80.000

40 260.000 120.000 180.000 300.000 -40.000

60 390.000 120.000 270.000 390.000 0

80 520.000 120.000 360.000 480.000 40.000

100 650.000 120.000 450.000 570.000 80.000

2. Grafik titik impas harga pokok produksi

Penjualan

650000 Garis penghasilan total

Daerah laba

Titik impas garis biaya total

390000 ----------------------- ----------------

Rp 120.000 garis By.variabe

Daerah laba rugi biaya tetap ttl

Rp 130.000
0 20 60 unit penjualan 10

Perbandingan dampak metode Full Costing dan Variabel Costing terhadap laba

a) Pada saat produksi dan penjualan sama, laba bersih yang dihasilkan sama tanpa dipengaruhi
oleh metode yang digunakan. Dengan mengunakan full costing seluruh biaya overhead
pabrik, tetap dibebankan keunit produk sebagai harga pokok penjualan. Oleh karenanya
dengan metode manapun, jika produksi sama dengan penjualan (tidak ada perubahan dalam
persediaan), seluruh overhead pabrik tetap yang terjadi pada tahun tersebut akan dimasukan
dalam laporan laba rugi sebagai bahan, sehingga laba bersih dengan kedua metode tersebut
hasilnya sama.

b) Pada saat produksi melebihi penjualan, laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan
full costing biasanya lebih tinggi dari laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan
variabel costing. Hal ini terjadi karena menggunakan full costing, sebagai biaya overhead
pabrik tetap pada periode tersebut ditangguhkan dalam persediaan. Dalam menggunakan
variabel costing, seluruh biaya overhead pabrik tetap akan dibebankan langsung sebagai
pengurang pendapatan pada periode tersebut. Pada saat produksi lebih rendah dari pada
penjualan, laba bersih yang dilaporkan dengan metode full costing lebih rendah yang
menggunakan metode variabel costing.

c) Setelah beberapa periode, laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan metode full
costing dan variabel costing akan cenderung sama. Alasanya adalah bahawa jangka panjang,
penjualan tidak mungkin melebihi produksi begitu pun sebaliknya. Dalam jangka pendek,
laba rugi akan cenderung berbeda.

d) Penggunaan analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara umum
anaslisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perencanaa
keuangan, penjuala, dan produksi. Analisis titik impas membandingkn perbandingan antara
biaya dengan harga untuk berbagai desain sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini
disebabkan biaya sangat besar pengaruhnya terhadap harga. Penentuan harga jual per satuan,
sangat penting agar harga jual yang dapat diterima pelangaan. Disamping pertimbangan
biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait dengan pihak pesaing yang memilki
produk yang sejenis.
2.2 Kerangka pemikiran Teoritis dan Hipotetis

A. Kerangka pemikiran

Pabrik Tahu Desa Waiheru

Bahan baku Tenaga kerja Overhead pabrik

Metode full costing Titik impas metode variabel costing

Penentuan hasil harga pokok

Produksi
B. Hipotetis

Manfaat informasi yang dihasilkan oleh metode Full Costing, Varibel Costing dan Titik Impas

1) Dalam pencatatan laba jangka pendek. Untuk kepentingan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubuganya
dengan perubahan volume kegaiatan. Dalam jangka pendek biaya tetap tidak berubah
dengan adanya volume kegiataan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu
dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusanya. Oleh karena itu, metode
variabel costing yang menghasilkan laporan laba-rugi yang menyajikan informasi biaya
variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen
untuk perrencanaan jangka pendek.

2) Dalam pengendalian biaya, variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan periode cost dibandingkan informasi yang dihasilkan full costing. Full
costing biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan
dibebankan sebagai unsur biaya produksi sehingga manajemen kehilangan perhatian periode
cost tertentu yang dapat dikendalikan. Di dalam vaariabel costing, periode costs yang terdiri
dari biaya yang berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan
laba-rugi sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Biaya tetap ini dapat dikelompokan
kedalam dua golongan yaitu: discretionary fixed dan commited fixed costs. Discretionary
fixed costs merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen sehingaa
dapat dikendalikan oleh manajemen, contohnya biaya ikla. Sedangkan commited fixed costs
merupakan biaya yang timbul dari kepemilikan pabrik, equipment dan organisasi pokok.
Biaya ini merupakan semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna
mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang
perusahaan. Dalam jangka pendek commited fixed costs tidak dapat dikendalikan oleh
manajemen. Contohnya biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti.

3) Dalam pengambilan keputusan variabel costing menyajikan data yang bermanfaat untuk
pembuatan keputusan jangkan pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek, yang
menyangkut volume kegiatan, periode cost yang tidak relevan karena tidak berubah dengan
adanya volume kegiatan. Variabel costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual
jangka pendek. Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing dan
variabel costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya. Menurut metode full costing,
harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap didalamnya. Didalam
metode variabel costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba kontribusi
guna menutup biaya tetap adalah lebih baik dari pada harga jual yang tidak menghasilkan
laba kontribusi sama sekali.
Metode variabel costing lebih banyak memberikan manfaat bagi keperluan internal manajemen
diantarany adalah:

a. Laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat persediaan

b. Dengan menggunakan variabel costing, biaya produksi per unit tidak mengandung biaya
tetap.

c. Biaya pabrik dan laporan laba-rugi dalam bentuk variabel costing lebih dekat dalam
mengikuti pemikiran manajemen.

d. Pendekatan ini memungkinkan manajemen mengidentifikasi biaya-biaya yang dapat dan


tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek.

e. Data variabel costing relatif memudahkan penilaian kinerja menurut produk, wilayah, kelas
pelanggan dan segmen lain dalam bisnis.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan lokasi penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu metode
penelitian yang bersifat induktif, objektif, dan ilmiah dimana data yang diperoleh berupa angka-
angka atau pernyataan-pernyataan yang dinilai dan dianalisis dengan analisis statistic. Penelitian
ini dilakukan pada Usaha kecil Menengah (Pabrik Tahu Desa Waiheru) kabupaten Baguala.

3.2 Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian memberikan asumsi mengenai dunia sosial, sebagaimana ilmu


pengetahuan dikelola dan apa yang sesungguhnya merupakan masalah, solusi, kriteria
pembuktian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitan kuantitatif
berdasarkan pada pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang
disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistemastis tentang informasi ilmiah yang
berasal dari subjek atau objek penelitian (Anwar, 2013). adapun masalah yang diteliti oleh
penelitian deskriptif kuantitatif ini mengacu pada studi komperatif. Komperatif adalah penelitian
yang membandingkan dua gejala atau lebih. Analisis komparasi atau perbandingan adalah
prosedur statistik guna menguji perbedaan diantara dua kelompok data (variabel) atau lebih.
Arikunto Suharsini(1998;236) mengatakan bahwa dalam penelitian komparasi dapat menemukan
persamaan- persamaan dan perbedaaan-perbedaan tentang benda, tentang orang prosedur kerja,
ide-ide, kritik terhadap orang, terhadap suatu ide atau prosedur kerja peneliti akan mengkaji
secara mendalam penetapan harga pokok produksi dengan menggunakan tiga metode yaitu
metode full costin, variabel costing dan titik impas dengan membandingkan ketiga metode
tersebut sehingga perusahaan dalam hal ini manajer dapat mengambil keputusan secara tepat
dengan mempertimbangkan resiko yang akan terjadi.

3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi
gambaran umum lokasi dan laporan harga pokok produksi Pabrik Tahu Desa Waiheru. Data
sekunder merupakan data suatu objek yang diperoleh dari pihak lain. Data sekunder yang
dimaksud dalam penelitian ini data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan seperti
laporan keuangan,serta dokumen perusahaan yang terkait dengan masalah penelitian. Jenis data
yang digunakan adalah data fisik yaitu data yang berisikan biaya-biaya produksi selama tahun
2019.
3.4 Metode analisis data

Data yang telah didapat dari penelitia ini dihitung dengan menggunakan perhitungan harga
pokok produksi, yaitu dengan menggunakan perhitunga harga pokok produksi, yaitu dengan
menggunakan metode full costing, variabel costing dan titik impas untuk menentukan harga
pokok produksi. Hal ini dilakukan untuk menelusuri objek biaya langsung dan tidak langsung
serta mengetahui biaya overhead pabrik dari perusahaan tersebut. Hasil perhitungan kemudian
dianalisis untuk dijadikan dasar penetapan harga produksi yang paling efektif dan efesien bagi
perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

 Analisis deskriptif kuatitatif

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan perhitungan dengan menggunakan


metode full costing, variabel costing, dan titik impas dalam menetukan harga pokok produksi
yang kemudian informasi tersebut akan dijadikan landasan dalam penentuan harga pokok
produk.

3.5 Metode Full costing, Variabel costing, dan Titik impas sebagai alat analisis

a) Full costing, metode Full costing merupakan suatu metode dalam dunia akuntansi yang
menjelaskan bahwa seluruh biaya dikeluarkan di dalam proses produksi akan dimanfaatkan
sebagai indikator penting untuk menghitung total biaya per unit atau harga pokok produksi
dalam suatu kegiatan bisnis. Dengan demikian prnrntuan biaya produksi menurut metode
full costing terdiri dari unsur biaya Berikut ini:

 Biaya bahan baku xxx

 Biaya tenaga kerja langsung xxx

 Biaya overhead pabrik variabel xxx

 Biaya overhead pabrik tetap xxx +

 Harga pokok produk xxx

b) Variabel costing Variabel costing merupakan metode penetuan kas produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel saja ke dalam kas produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel.
Format perhitungan dengan metode variabel costing :

 Biaya bahan baku Rp. xxx

 Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx

 Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx +

 Harga pokok produk Rp. Xxx

c) Analisis Titik Impas (Break Even Point/BEP)

Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa,
perusahaan terkadang perlu terlebih dahulu merencanakan berapa besar laba yang ingin
diperoleh. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus
mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Analisis titik impas (BEP) merupakan salah satu
analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan atau industri.
Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit planning). analisis ini
biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai