Anda di halaman 1dari 17

Term Paper

“Penerapan Akuntansi Manajemen pada Perusahaan Nasional dan


Mulitnasional”

Oleh :
Karina Magris Arjuna
1810536029

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi


Universitas Andalas
2019
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan suatu wujud kesepakatan dari


negara-negara di Asia Tenggara untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN dimana
negara-negara yang ada didalamnya memiliki kebebasan untuk memperjual-belikan produk
dari dalam atau luar negeri tanpa hambatan-hambatan biaya ekspor/impor. Sebagai negara
yang berkembang, Indonesia merupakan salah satu anggota dari ASEAN yang tergabung
dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana seluruh masyarakat dihadapkan pada
kondisi untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan ekonomi yang semakin pesat dan
mengalami begitu banyak kemajuan.

Persaingan yang terjadi di semua lini usaha pada era perdagangan bebas membawa
berbagai macam dampak bagi perekonomian Indonesia. Adapun dampak positifnya adalah
memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor produk yang semakin luas.
Sedangkan dampak negatifnya adalah persaingan yang terjadi bukan hanya antar pelaku
bisnis domestik, tetapi melibatkan pula pelaku bisnis dari luar negeri yang semakin bebas
memasarkan produk di Indonesia.

Guna menghasilkan produk yang memiliki harga yang mampu bersaing dengan
memiliki kualitas produk yang baik untuk memperoleh laba dengan penetapan harga yang
sesuai dalam persaingan perdangan bebas maka perusahaan harus mampu memilah,
menyiasati atau bahkan mengurangi biaya yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan dalam
proses produksi sehingga keuntungan yang akan diperoleh semakin maksimal.

Serta sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, jenis-jenis produk makin
bertambah jumlahnya. Seiring dengan itu pula, persoalan yang dihadapi perusahaan terutama
perusahaan manufaktur akan semakin kompleks. Hal ini menuntut manajemen perusahaan
untuk menentukan suatu tindakan dengan memilih berbagai alternatif dan kebijaksanaan
dalam mengambil keputusan yang sebaik-baiknya agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Dimana salah satu tujuan yang paling utama adalah optimalisasi laba atau keuntungan.

Agar dapat bersaing dalam pasar saat ini, perusahaan harus dapat menciptakan suatu
produk baik barang maupun jasa yang harganya lebih rendah atau harganya sama dengan
harga yang ditawarkan para pesaingnya. Untuk dapat memperoleh produk seperti itu,
perusahaan harus berusaha mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pada proses
porduksinya. Salah satu metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk lolos dari
keterpurukan adalah target costing dan Kaizen costing. Dimana konsep target costing dan
Kaizen costing sangat sesuai sejalan dengan meningkatnya persaingan serta tingkat
penawaran yang jauh melampaui tingkat permintaan, maka kekuatan pasar memberi
pengaruh yang semakin besar terhadap tingkat harga. Untuk itulah diperlukan target costing
untuk dapat mencapai tujuan perusahaan dalam rangka pengurangan biaya (cost reduction),
dan Kaizen costing untuk memastikan adanya perbaikan bertahap dan terus-menerus yang
pada akhirnya akan membawa dampak terhadap tingkat harga yang kompetitif dan laba yang
diinginkan perusahaan.
PEMBAHASAN

Wikipedia Indonesia menyatakan bahwa pengertian biaya adalah semua pengorbanan


yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang
menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Sedangkan Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan
penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk atau penyerahan jasa dengan cara-
cara tertentu beserta penafsiran terhadap hasilnya. Berdasarkan pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa biaya adalah semua pengorbanan yang dilakukan dalam memproduksi
suatu barang yang kemudian dilakukan proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan
serta penyajian biaya-biaya yang merupakan pengertian dari akuntansi biaya.

Metode biaya tradisional merupakan biaya yang kerap kali digunakan oleh setiap
usaha kecil menengah ditengah keterbatasan pengetahuan dari sumber daya manusia yang
mengelola usaha tersebut mengenai metode-metode biaya yang cocok digunakan untuk
menjalankan aktifitas produksi perusahaannya. Umumnya pada akuntansi biaya tradisional
perusahaan hanya memperhitungkan biaya produksi ke dalam biaya produk saja, selain itu
biaya pemasaran serta administrasi dan umum tidak diperhitungkan ke dalam biaya produk,
namun diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan langsung dari laba bruto untuk
menghitung laba bersih usaha.

Begitupula disebutkan bahwa pada sistem biaya tradisional, pemicu biaya yang
digunakan hanya didasarkan atas dasar unit saja atau disebut unit-level
activity drivers. Pemicu aktivitas dasar unit merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah. Penggunaan pemicu biaya ini
dalam membebankan biaya overhead terhadap produk memberikan arti bahwa terjadinya
biaya overhead mempunyai korelasi yang sangat erat dengan jumlah unit yang diproduksi

Laba yang berhasil dicapai oleh suatu perusahaan merupakan salah satu ukuran
kinerja dan menjadi pertimbangan oleh para investor atau kreditur dalam pengambilan
keputusan untuk melakukan investasi atau untuk memberikan tambahan kredit. Perusahaan
yang melaporkan laba yang tinggi tentu akan menggembirakan investor yang menanamkan
modalnya karena ia akan mendapatkan dividen atas tiap kepemilikan saham yang
dimilikinya. Demikian pula halnya dengan kreditur, ia akan merasa yakin bahwa ia akan
menerima pendapatan bunga dan pengembalian pokok pinjaman yang telah diberikan kepada
perusahaan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 (IAI: 2007),


laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu
perusahaan selama suatu perioda tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan,
terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang
sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa depan. Keberhasilan suatu
perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri karena
tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-
besarnya dan laba merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan
itu sendiri.

1. Target Costing
Target Costing adalah proses penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan bagi
pembuatan sebuah produk baru dan kemudian merancang prototipe yang menguntungkan
dengan kendala biaya maksimum yang telah ditetapkan. Target biaya untuk pembuatan
sebuah produk dihitung dengan cara mengurangi harga jual dengan laba yang diinginkan.
Dengan pola ini, maka perusahaan harus mampu mengelola biaya (cost management) dengan
baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan membentuk sebuah tim yang disebut tim
pengembangan produk (the product development team). Tim ini bertanggungjawab untuk
merancang produk yang dapat dibuat dengan biaya tidak lebih besar dari target biaya yang
telah dihitung. Menurut Garrison target costing adalah proses penentuan biaya maksimum
yang dikeluarkan ketika melakukan operasional produksi. Target costing dihitung dengan
mulai harga jual yang diantisipasi kemudian mengurangi dengan laba yang diinginkan. Jadi
target costing adalah metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang difokukan pada
produk dengan mempeertimbangkan proses manufacturing, sehingga target costing ini
digunakan oleh perancang sebelum produk dan proses desain dilakukan untuk mencapai
tujuan perbaikan usaha pada pengurangan biaya manufaktur produk di masa depan.
Menurut Kusuma dan Ayu Noorida Soerono (2008) ada beberapa prinsip yang harus
tetap diperhatikan dalam mengimplementasikan metode target costing sebagai pondasi utama
atau sebagai karakteristik dari metode tersebut, antara lain: 1) Price Led Costing, sistem
target costing menetapkan target biaya dengan mengurangi required profit margin dari harga
pasar yang diharapkan. Harga pasar dikendalikan oleh situasi pasar dan target laba ditentukan
persyaratan keuangan dari suatu perusahaan dan industrinya. 2) Focus on Customers. Sistem
target costng digerakkan oleh pasar (market driven). Persyaratan pelanggan atas kualitas,
biaya dan waktu secara simultan diintegrasikan ke dalam produk, keputusan proses, dana
mengarahkan analisis biaya. Target biaya tidak boleh dicapai dengan mengorbankan features
yang diinginkan pelanggan, menurunkan kinerja atau keandalan suatu produk atau dengan
menunda pengenalan produk di pasar (Kusuma dan Ayu Noorida Soerono: 2008). 3) Focus
on Design, mempertimbangakan desain produk dan proses sebagai kunci terhadap
manajemen biaya. Perusahaan menghabiskan lebih banyak waktu pada tahap desain dan
mengurangi waktu sampai ke pasar (time to market) dengan menghilangkan perubahan-
perubahan yang mahal dan menghabiskan banyak waktu yang diperlukan dikemudian hari. 4)
Tim Cross-functional, target costing menggunakan tim produk dan proses, dengan anggota-
anggota dari desain dan perekayasaan manufacturing, produksi, penjualan dan pemasaran,
pengadaan material, akuntansi biaya, servis dan pendukung. 5) Pengurangan Biaya dalam
Siklus Hidup (life Cycle), mempertimbangkan seluruh biaya produk selama hidupnya, seperti
harga pembelian, biaya operasi, pemeliharaan dan reparasi, serta biaya distribusi. Tujuan
target costing adalah meminimalisir biaya daur hidup (life cycle cost) baik untuk pelanggan
maupun produsen. 6) Value Chain Involvement (Keterlibatan Rantai Nilai), melibatkan
seluruh anggota rantai, seperti pemasok, dealer, distributor, dan penyedia jasa dalam proses.
Target costing mengembangkan usaha reduksi biaya sepanjang rantai nilai dengan
mengembangkan hubungan jangka panjang kolaboratif dengan seluruh anggota perusahaan
yang diperluas.

Tujuan target costing adalah untuk merancang biaya produk pada tahap perencanaan
daripada mencoba mengurangi biaya selama tahap manufacturing. Target costing merupakan
contoh yang relevan yang dapat digunakan untuk tujuan strategi dan betapa pentingnya bagi
perusahaan untuk mempunyai sistem yang mempertimbangkan pengukuran seluruh kinerja.

Proses target costing dibagi menjadi empat langkah utama, yaitu : 1) Market Driven
Costing. Proses ini dimulai dengan mengidentifikasi target harga penjualan yang merupakan
harga antisipasi produk saat diluncurkan. Setelah menentukah harga target, proses
pembiayaan yang dikendalikan oleh pasar dilanjutkan dengan menetapkan batas target laba
utnuk produk yang digantikan pada awal generasi, batas ini akan menjadi tanda batas lanba
secara historis yang didapat oleh produk yang sudah ada. Pada langkah terakhir, manajer
menghitung allowable cost (biaya dimana produk harus dibuat jika itu untuk mendapatkan
batas target profit pada harga target penjualan) dengan mengurangkan batas target laba dari
harga yang ditargetkan. 2) Product-level Target Costing, dimulai dengan biaya umum dari
produk yang dituju dimana perusahaan akan meluncurkan produk barunya tanpa perjanjian
dengan mengubah desain atau memperkenalkan proses yang memperbaiki proses
manufacturing yang sudah ada. 3) Component-level Target Costing, tim desain membangun
target cost untuk settiap komponen yang ada di dalam produk yang akan datang. Target cost
pada komponen ini membangun harga jual supplier. Karena itu, pada tahap ini menyebabkan
tekanan kompetitif yang dihadapi oleh perusahaan terutama supplier. 4) Chained Target
Costing. Salah satu cara untuk mendapatkan supply chain yang efisien adalah melalui
penggunaan chained target costing system. Dengan cara ini, rangkaian sistem target cost
memindahkan tekanan bersaing untuk pengurangan biaya dari pembeli kepada supply chain
sehingga membuat jumlah rantai menjadi lebih efisien.

Target costing merupakan cara yang sangat bermanfaat untuk mengelola kebutuhan terhadap
trade off antara peningkatan fungsionalitas dan semakin tingginya biaya. Adapun lima tahap
pengimplementasian pendekatan target costing menurut Blocher et al. Terjemahan Tim Penerjemah
Penerbit Salemba (2008:619) adalah: Menentukan harga pasar. Menentukan laba yang diharapkan.
Menghitung target biaya (target cost) pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan.
Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk menentukan cara menurunkan biaya produk.
Menggunakan perhitungan biaya Kaizen dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya.

Witjaksono, yang dikutip Malue (2013:951) menyatakan bahwa kendala-kendala yang kerap
dikeluhkan oleh perusahaan yang mecoba menerapkan target costing adalah: Konflik antara kelompok
dan antar anggota kelompok. Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target penyelesaian
pekerjaan. Target waktu penyelesaian yang mencoba menerapkan target costing terpaksa ditambah.
Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai faktor penentu keberhasilan target costing.

Harga target yang dihitung dengan menggunakan informasi dari pelanggan dan
pesaing menjadi dasar untuk menghitung biaya target. Biaya target per unit adalah harga
target dikurangi penghasilan operasi target per unit. Penghasilan operasi target per unit adalah
penghasilan operasi yang merupakan sasaran yang ingin diperoleh perusahaan per unit
produk atau jasa yang dijual. Biaya target per unit adalah perkiraan biaya jangka panjang per
unit atas sebuah produk atau jasa yang membuat perusahaan mampu mencapai penghasilan
operasi target per unit saat menjual pada harga target, sebuah penentuan harga berbasis pasar
adalah penentuan harga target.

Harga target adalah perkiraan harga untuk sebuah produk atau jasa yang bersedia
dibayar calon pelanggan. Perkiraan ini didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang
dipersepsi pelanggan atas sebuah produk dan berapa pesaing akan memberi harga produk
yang bersaing itu. Organisasi penjualan dan pemasaran sebuah perusahaan melalui kontak
dan interaksi yang dekat dengan para pelanggan, biasanya merupakan posisi terbaik untuk
mengenali kebutuhan pelanggan dan nilai pandangan mereka terhadap sebuah produk.
Perusahaan juga melakukan penelitian pasar tentang fitur produk yang diinginkan pelanggan
dan harga yang bersedia mereka bayar untuk fitur tersebut. Memahami apa yang dinilai
pelanggan merupakan sebuah aspek kunci yang berfokus pada pelanggan.

Menurut Murti-John (1998, hal. 284-288), metode penetapan harga sebagai berikut: a)
Menghitung seluruh biaya tiap unit ditambah marjin tertentu (laba yang dikehendaki). b)
Menghitung terlebih dulu titik pulang pokok penjualan atau Break Even Point, yaitu titik di
mana jumlah penerimaan penjualan persis sama dengan seluruh biaya yang dikeluarkan
(Total Revenue = Total Cost), apabila penjualan berada di bawah BEP, maka perusahaan
menderita kerugian. c) Menetapkan harga yang setinggi-tingginya. Hal ini biasanya
mempunyai tujuan: 1) Untuk berjaga-jaga terhadap kekeliruan di dalam penetapan harga, 2)
Untuk mempertinggi citra produk, 3) Untuk mencapai keuntungan per kesatuan produk yang
tinggi. Kelemahan metode ini ialah: a. Sulit untuk menemukan pembeli yang bersedia
membeli produk baik produk itu masih baru maupun yang telah berada pada tahap kejenuhan.
b. Memberi kesempatan kepada pesaing untuk merebut konsumen. d) Menetapkan harga
yang serendah-rendahnya. Strategi ini dapat dipakai apabila perusahaan menginginkan
volume penjualan yang tinggi dan laba tiap kesatuan produk relatif rendah. Namun demikian
strategi ini dirasa lebih agresif dapat memperkuat kedudukan perusahaan di pasar.

2. Kaizen Costing
Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan
dan penyempurnaan secara terus menerus atau berkesinambungan dalam perusahaan bisnis.
Kaizen berasal dari Bahasa Jepang yaitu kai artinya perubahan dan zen artinya baik. Di Cina
Kaizen bernama gaishan di mana gai berarti perubahan / perbaikan dan shan berarti baik /
benefit. Jadi Kaizen dapat diartikan sebagai perubahan kepada arah lebih baik. Kaizen disebut
juga continous improvement yaitu perbaikan terus menerus. Maka Kaizen Costing adalah
usaha terus menerus untuk memperbaiki proses yang terjadi dlm sebuah
organisasi/perusahaan.

Mengutip pendapat Michael Beseler dalam Imai (1997) menungkapkan bahwa


“Improvement is a continuous changing process, it means to learn again. Kaizen is along
journey and that it takes a process of learning by doing for both managers and workers.” Jadi
dapat disimpulkan Kaizen Costing adalah spirit learning process yang dilakukan secara
berkesinambungan dan tidak ada putusnya oleh seluruh anggota badan usaha untuk mencapai
penyempurnaan.

Penyempurnaan yang dimaksud adalah menyempurnakan standar, berarti menetapkan


standar lebih tinggi. Setelah tercapai standar tersebut, menjadi tugas manajemen untuk
memelihara agar standar tersebut diterapkan. Penyempurnaan dapat dibagi menjadi Kaizen
dan inovasi. Kaizen berarti penyempurnaan kecil yang diperoleh sebagai hasil usaha
berkesinambungan, sedangkan inovasi menghasilkan penyempurnaan drastis sebagai hasil
investasi besar.

Berbeda dengan inovasi, Kaizen menekankan usaha manusia, komunikasi, pelatihan,


tim kerja, disiplin diri dan pikiran sehat, untuk suatu pendekatan penyempurnaan dengan
biaya rendah. Kaizen dan inovasi yang diterapkan bersama-sama akan memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan bila hanya menerapkan Kaizen atau inovasi saja. Kaizen
bukanlah ditekankan pada suatu usaha penyempurnaan dengan hasil kecil, namun
penekanannya adalah melakukan improvement terhadap proses sekalipun kecil dampaknya
untuk saat ini, tapi mempunyai dampak significant (benefecial) bila dilakukan
berkesinambungan.

Kaizen Costing merupakan aktivitas harian yang pada prinsipnya memiliki dasar
sebagai berikut: Berorientasi pada proses dan hasil. Berpikir secara sistematis pada seluruh
proses. Dan tidak menyalahkan, tetapi terus belajar dari kesalahan yang terjadi di lapangan.
Sasaran akhir Kaizen adalah tercapainya Kualitas, Biaya, Distribusi (Quality, Cost,
Delivery -- QCD). Pada praktiknya Kaizen menempatkan kualitas pada prioritas tertinggi.
Kaizen mengajarkan bahwa perusahaan tidak akan mampu bersaing jika kualitas produk dan
pelayanannya tidak memadai, sehingga komitmen manajemen terhadap kualitas sangat
dijunjung tinggi. Kualitas yang dimaksud dalam QCD bukan sekedar kualitas produk
melainkan termasuk kualitas proses yang ditempuh dalam menghasilkan produknya.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan Teori Kaizen dapat berupa :
Setiap orang akan mampu menemukan masalah dengan cepat. Setiap orang akan memberikan
perhatian dan penekanan pada tahap perencanaan. Mendukung cara berfikir yang berorientasi
proses. Setiap orang berkonsentrasi pada masalah-masalah yang lebih penting dan mendesak
untuk diselesaikan. Dan setiap orang akan berpartisipasi dalam membangun sistem yang
baru.

Secara garis besar ada delapan kunci utama pelaksanaan just in time atau Kaizen
dalam kegiatan industri yaitu : 1) Menghasilkan produk sesuai dengan jadwal yang
didasarkan pada permintaan pelanggan. Sistem Kaizen bisanya menghasilkan produksi sesuai
dengan pesanan pelanggan dengan sistem produksi tarik (pull system) yang dibantu dengan
menggunakan kartu kanban. 2) Memproduksi dalam jumlah kecil (small lot size). Ciri khas
lain adalah memproduksi dalam jumlah kecil sesuai dengan permintaan pelanggan akan
menghemat biaya dan sumber daya selain menghilangkan persedian barang dalam proses
yang merupakan sejenis pemborosan yang dapat dihindari dengan menggunakan penjadwalan
proses produksi selain itu juga menggunakan pola produksi campur merata (Heijunka) yang
dimaksud heijunka adalah memproduksi bermacam-macam dalam satu lini produksi. 3)
Menghilangkan pemborosan. Untuk menghindari pemborosan pada persediaan, pembelian
dan penjadwalan dengan menggunakan sistem kartu kanban yang mendukung sistem
produksi tarik, selain menghasilkan produksi dengan baik sejak awal yaitu pantang
menerima, pantang memproses dan pantang menyerahkan produk cacat dengan bekerjasama
dengan pemasok dengan persediaan yaitu mengurangi jumlah barang yang dating,
menghilangkan persediaan penyangga, mengurangi biaya pembelian, memperbaiki
penanganan bahan baku, tercapainy persediaan dalam jumlah kecil dan mendapatkan
pemasok yang dapat dipercaya. 4) Memperbaiki aliran produksi. Penataan produksi dilakukan
dengan berpedoman pada lima disiplin di tempat kerja yaitu 5-S. 5) Menyempurnakan
kualitas produk. Salah satunya untuk menyempurnakan kualitas produk dengn melihat prinsip
mnajemen yaitu memelihara pengendalian proses dan membuat semua orang
bertanggungjawab terhadap tercapainya mutu, meningkatkan pndangan manajemen terhadap
mutu, terpenuhinya pengendalian mutu produk dengn tegas, memberikan wewenang kepada
karyawan untuk mengadkan pengendlin mutu produk, menghendaki koreksi terhadap cacat
produk oleh karyawan, tercapainya inpeksi 100 % terhadap mutu produk dan tercpai
komitmen terhadap pengedlin mutu jangka panjang. 6) Orang-orang yang tanggap. Penerapan
Sistem Kaizen ini tidak lagi menggunakan pilar keuangan, pemasaran, SDM, tapi
menggunakan lintas fungsi atau lintas disiplin sehingga seluruh karyawan harus menguasai
seluruh bidang dalm perusahan sesuai dengan jenjang dan kedudukannya dan kesalahan
dalam proses selalu ditandai dengan menyalanya lampu andon dan proses dihentikan dan
seluruh karyawan terfokus pada perbaikan yang terkenal dengan istilh jidoka yaitu semua
karyawn bertanggungjawab terhadap tercapaianya produk yang baik dan mencegah terjadinya
kesalahan. 7) Menghilangkan ketidakpastian. Untuk menghilangkan ketidakpastian dengan
pemasok dengan cara menjalin hubungan abadi dan memilki satu pemasok yang lokasinya
berdekatan dengan perusahaan yang masih kerabat dengan pemilik perusahaan, sedang dalam
proses produksi dengan cara menerapkan system produksi tarik dengan bantuan kartu kanban
dan produksi campur merata (Heijunka). 8) Penekanan pada pemeliharaan jangka panjang.
Karakteristik pemeliharaan dengan berpegang pada kontrak jangka panjang, memperbaiki
mutu, fleksibilitas dlm mengadakan pesnan barang, pemesanan dlam jumlah kecil yang
dilakukan berkali-kali, mengadkan perbaikn secara terus menerus dan berkesinambungan.

Kaizen dibagi menjadi 3 segmen, tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan,


yaitu: 1) Kaizen yang berorientasi pada Manajemen, memusatkan perhatiannya pada masalah
logistik dan strategis yang terpenting dan memberikan momentum untuk mengejar kemajuan
dan moral. 2) Kaizen yang berorientasi pada Kelompok, dilaksanakan oleh gugus kendali
mutu, kelompok Jinshu Kansi/manajemen sukarela menggunakan alat statistik untuk
memecahkan masalah, menganalisa, melaksanakan dan menetapkan standar/prosedur baru. 3)
Kaizen yang berorientasi pada Individu, dimanifestasikan dalam bentuk saran, dimana
seseorang harus bekerja lebih pintar bila tidak mau bekerja keras.

Kaizen mengandung sepuluh prinsip:1) Berfokus kepada pelanggan. Fokus utama


Kaizen adalah kualitas produk, tetapi tujuan terpenting Kaizen adalah kepuasana pelanggan.
Segala sesuatu / aktifitas yang tidak menambah nilai produk atau meningkatkan kepuasan
pelanggan merupakan pengeluaran biaya yang tidak perlu. 2) Mengadakan Peningkatan Terus
Menerus. Dalam Kaizen, suatu keberhasilan bukanlah hasil akhir tetapi merupakan awal
untuk melangkah ke tahap berikutnya karena suatu keberhasilan merupakan factor dalam
meningkatkan semangat untuk mencapai keberhasilan yang lain. 3) Mengakui Masalah
Secara Terbuka. Membangun budaya yang tidak saling menyalahkan, sehingga para
karyawan dalam perusahaan Kaizen dapat mengakui kesalahan secara terbuka, dengan sadar
menunjukan kelemahan dari prosesnya dan meminta bantuan jika tidak mampu
mengatasinya. Keterbukaan tersebut merupakan suatu kekuatan yang bisa mengendalikan dan
mengatasi berbagai masalah dengan cepat serta meningkatkan kesempatan-kesempatan
perbaikan. 4) Mempromosikan Keterbukaan Ilmu pengetahuan bagi Kaizen adalah untuk
saling dibagikan dan hubungan-hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan
sumber efisiensi. 5) Menciptakan Tim Kerja Dalam Kaizen, Tim adalah fondasi yang
membentuk struktur organisasi. Melalui keikutsertaan para karyawan dalam tim, perusahaan
mendapatkan keuntungan dari karyawannya. Kerjasama tim ini dapat menanamkan rasa
saling memiliki, tanggungjawab kolektif, dan berorientasi pada perusahaan serta dapat
memperkuat keterbukaan, saling berbagi dan komunikasi. 6) Memanajemen Proyek Melalui
Tim Fungsional-silang. Proyek perusahaan Kaizen direncanakan dan dilaksanakan dengan
menggunakan sumberdaya antar-departemen atau fungsional-silang serta sumber daya yang
berasal dari luar perusahaan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi biaya, mengontrol
pemborosan sampai tingkat tertentu serta memuaskan pelanggan. 7) Memelihara Proses
Hubungan yang Benar. Perusahaan jepang melakukan segala sesuatu yang mampu mereka
lakukan supaya terpelihara keharmonisan dalam hubungan antar-manusia terutama para staff,
manajer dan para pemimpin tim. Hubungan tersebut dapat menumbuhkan loyalitas dan
komitmen dari karyawan. 8) Mengembangkan Disiplin Pribadi. Disiplin pribadi di tempat
kerja merupakan sifat alamiah orang Jepang. 9) Memberikan Informasi pada Semua
Karyawan Berbagi informasi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan Kaizen.
Dengan memberikan informasi yang penting pada setiap orang maka tantangan perusahaan
berubah menjadi tantangan pribadi. Informasi ini juga merupakan langkah penting untuk
menciptakan budaya berdasarkan pengetahuan. 10) Memberikan Wewenang Kepada Setiap
Karyawan. Dalam pelaksanaan Kaizen, setiap karyawan diberikan wewenang untuk
melakukan perubahan kea rah yang lebih baik dengan kata lain melibatkan peran karyawan
dalam melakukan peningkatan.

Dengan menggunakan konsep dasar Kaizen dalam melakukan berbagai aktifitas. Ada
beberapa keuntungan yang diperoleh, antara lain: Peningkatan Proses, Penggunaan
paradigma baru, Mempercepat waktu proses, Zero Investment, Human Development,
Keamanan dan keselamatan kerja.

Keuntungan lain dari Kaizen adalah: Penggunaan sistem Plan-Do-Check-Action


(PDCA) mengakibatkan cepat dalam menuingkatkan proses dan menghilangkan masalah.
Identifikasi, implementasi, monitor dan mengatur perubahan menyebabkan dapat mencegah
terjadinya masalah baru. Memfokuskan organisasi kepada kepuasan konsumen dan
berdasarkan fakta dalam menggambil keputusan Membantu organisasi untuk menjadi lebih
efisien pada proses peningkatan dan pemecahan masalah dilakukan pada tingkat optimal dan
biaya yang rendah.

Langkah-langkah pemecahan masalah dengan Kaizen Costing adalah sebagai berikut:


1) Membentuk sebuah team. Terdiri dari ketua, sekertaris, anggota, fasilitator. Sebaiknya
membentuk nama team. 2) Membangkitkan masalah dan berkonsentrasi pada masalah yang
dipilih. Menggunakan prinsip go look, go see atau lebih dikenal dengan nama Genchi
Genbutsu. Prinsipnya adalah langsung melihat kejadian dilapangan tempat proses
berlangsung. 3) Mengumpulakan dan meneliti. Meneliti semua proses yang ada lalu mencari
7 mudas yang terdiri dari proses, menunggu, inventory, transportasi, pergerakan, produksi
yang berlebihan, proses ulang. 4) Membuat peringkat sistem yang terdiri dari nama, peringkat
dan nilai. 5) Memilih objek penelitian. 6) Membuat jadwal penelitian. 7) Menganalisa kondisi
sekarang. Menggunakan brainstorming dengan tujuan untuk mendapatkan ide sebanyak
mungkin yang relative singkat. 8) Membuat Fishbone diagram. Menganalisa segala
kemungkinan yang penting melalui 4MIE yaitu man, machine, methods, material dan
environment. 9) Mengumpulkan data. Terdiri dari menentukan parameter penelitian,
menentukan waktu pengumpulan, mendesain form-form yang dipakai, mengumpulan data
dengan jujur. Dapat pula membuat flowchart atau merekamnya dalam bentuk video. 10)
Membentuk target yang specific, dapat diukur, tidak rancu, masuk akal, dapat ditelusuri bila
tidak tercapai. 11) Analisa penyebab. Pencarian penyebab permasalahan secara sistematik.
Dengan membandingkan antara teori dengan kenyataan. Menggunakan 5 Why Analisis. 12)
Merencanakan cara-cara pengukuran yang sesuai dengan target. Mendesign cara praktis dan
murah untuk mencari penyebab permasalahan. Merencanakan paling tidak satu rencana untuk
setiap akar permasalahan. 13) Melakukan pengukuran. Mengumpulakan data dan
memonitoring proses serta memberikan penilaian, 14) Mengecek hasil. Membandingkan hasil
pengukuran dengan target yang telah dibuat. 15) Menindak lanjuti dari hasil pengecekan. 16)
Membuat standarisasi proses dan melakukan pelatihan dengan standar baru.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kegagalan dari Kaizen Costing. Karena jelas,
Kaizen Costing bukan berarti metode tanpa cela. Maka adapun penyebab Kaizen gagal ialah :
Fokus di area tertentu bukan pada perubahan budaya. Tidak melibatkan semua bagian.
Ketakutan gagal dan ragu pada hal baru. Ketidakmampuan untuk melihat proses secara
keseluruhan. Salah prioritas utama (produksi, design, bisnis). Dan ketidakmampuan membaca
peluang ke depan.

Terkait penerapan Kaizen di industry. Ada beberapa bentuk penerapan. Adapun


bentuk-bentuk penerapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Flex & Response : penambahan
produksi sekecil mungkin ( tidak ada stock). 2) Fokus pada pengurangan Non Value added
karena handling proses. 3) Pengurangan abnormal proses untuk memaksimalkan aliran
proses. 4) Pull system semaksimal mungkin. 5) Ergonomic dan peletakan line tooling 6)
Material flow dan inventory system secara keseluruhan.

Dalam Kaizen, manajemen puncak memegang peranan dan tanggung jawab untuk
melakukan beberapa hal berikut: Mengintroduksi Kaizen sebagai strategi perusahaan,
memberikan dukungan dan pengarahan untuk Kaizen dengan mengalokasikan sumber daya,
menetapkan kebijakan Kaizen dan sasaran fungsional silang, merealisasikan sasaran Kaizen
melalui penyebarluasan kebijakan dan audit, serta membuat sistem, prosedur, dan struktur
yang membantu Kaizen.

Sedangkan peranan manajemen madya dan staf adalah terlibat dan bertanggung jawab
untuk : Menyebarluaskan dan mengimplementasikan sasaran Kaizen sesuai pengarahan
manajemen puncak melalui penyebarluasan kebijakan dan manajemen fungsional silang.
Mempergunakan Kaizen dalam kapabilitas fungsional. Menetapkan, memelihara, dan
meningkatkan standar. Mengusahakan agar karyawan sadar Kaizen melalui program latihan
intensif. Membantu karyawan memperoleh ketrampilan dan alat pemecah masalah.

Dan setiap karyawan memiliki tanggung jawab untuk : Melibatkan diri dalam Kaizen
melalui sistem saran dan aktivitas kelompok kecil. Mempraktikkan disiplin di tempat kerja.
Melibatkan diri dalam pengembangan diri yang terus menerus supaya menjadi pemecah
masalah yang lebih baik. Meningkatkan ketrampilan dan keahlian kinerja pekerjaan dengan
pendidikan silang.

3. Target Costing dan Kaizen Costing


Langkah kelima dalam Target Costing adalah menggunakan Kaizen Costing dan
pengendalian operasional untuk menurunkan biaya lebih lanjut. Kaizen Costing berarti
perbaikan secara terus-menerus (continual improvement), yaitu secara terus-menerus mencari
cara baru untuk menurunkan biaya dalam proses pemanufakturan produk dengan desain dan
fungsionalitas yang ada guna menetapkan harga yang sesuai dengan pelanggan serta
mendapatkan laba yang diinginkan perusahaan.
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa dengan mengkombinasikan Target Costing dan Kaizen Costing
perusahaan dapat memaksimalkan pengurangan biaya, penetapan harga dan perolehan laba yang
diharapkan perusahaan dengan catatan metode tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip,
proses dan kemungkinan kegagalan sehingga tujuan dalam rangka pengurangan biaya yang tidak
diperlukan, penetatapan biaya sesuai konsumen dan pencapaian laba yang diinginkan perusahaan
dapat diperoleh dengan maksimal.
REFERENSI

Iskandar, Ferryanto Ari. 2013. Analisis Penerapan Metode Target Costing dalam
Peningkatan Laba Produk Pada Industri Makanan Ringan Katrina Eggroll. Salatiga:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Longdong, Febriana Martina. 2016. Penerapan Target Costing dalam Perencanaan Biaya
Produksi Pada CV. Sinar Mandiri. Universitas Sam Ratulangi Manado: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi

Supriyadi, Heri. 2013. Penerapan Target Costing dalam Upaya Pengurangan Biaya
Produksi untuk Peningkatan Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Usaha Dagang Eko
Kusen). Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah

Tjahjono, Josephine Kurniawati. 2015. Penerapan Kaizen Costing System Dengan


Menggunakan Operasional Activity Based Management Pada PT. PAR. Surabaya:
Program Studi Akuntansi Universtitas Pelita Harapan Surabaya

www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai