Teori Pragmatik
Pendekatan pragmatik didasarkan pada pengamatan atas perilaku akuntan atau pihak-
pihak yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh akuntan. Teori pragmatik
membahas berbagai hal yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi
baik dalam konteks pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial.
Teori Semantik
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau
peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Teori akuntansi semantik
menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan dunia nyata atau realitas
(kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi (elemen statement
akuntansi) sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisik perusahaan tanpa
harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk
menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan sehingga
teori ini banyak membahas pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian
atribut, dan penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai sebuah atribut.
Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki 3
komponen di atas, pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka
teoris yang diperlukan untuk mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus
mempertimbangkan faktor berikut ini:
• pernyataan tentang sifat entitas akuntansi dan lingkungannya.
• pernyataan tentang tujuan dasar akuntansi keuangan.
• evaluasi terhadap kebutuhan pemakai dan batasan kemampuan pemakai dalam
memahami, menginterpretasikan, dan menganalisis informasi yang disajikan.
• pemilihan tentang apa yang seharusnya disajikan.
• evaluasi terhadap proses pengukuran untuk mengkomunikasikan informasi.
• evaluasi terhadap batasan yang berkaitan dengan pengukuran dan gambaran
perusahaan.
• pengembangan prinsip atau proposisi umum yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam merumuskan prosedur dan aturan.
• perumusan struktur dan format pencarian dan pemrosesan data, peringkasan dan
pelaporan informasi yang relevan.
Teori Normatif
Teori normatif yaitu teori akuntansi yang mengharuskan dan menggunakan kebijakan
nilai yang mengandung minimum sebuah premis. Teori ini berusaha menjelaskan
informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada para pemakai informasi dan
bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Teori normatif sering disebut sebagai
teori a priori (dari sebab ke akibat) yang menggunakan penalaran deduktif dan
dihasilkan bukan dari penelitian empiris tetapi hanya sebatas semi research. Teori ini
hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana seharusnya akuntansi dipraktekkan
tanpa menguji hipotesis itu.
Teori akuntansi normatif mendasarkan konsep ekonomi klasik tentang laba dan
kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Teori ini
disebut juga teori pengukuran akuntansi. Teori normatif didasarkan pada anggapan
berikut:
1. akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran
2. laba dan nilai dapat diukur secara tetap
3. akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
4. pasar tidak efisien dalam pengertian ekonomi)
5. akuntansi konvensional tidak efisien
6. ada beberapa pengukur laba yang unik.
Pendekatan Naturalistik
Perlu bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa yang digunakan dalam
penelitian serta alternatif pendekatan apa yang lebih sesuai, pendekatan ilmiah atau
pendekatan naturalistik.
Pendekatan naturalistik mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Peneliti tidak mempunyai asumsi atau teori awal
2. Peneliti memfokuskan penelitian pada masalah spesifik perusahaan.