Oleh :
SUWANDI
ANUGRAWATI
EDWIN DIRGANTARA
YOSEFINA
Dosen Pengampu :
DR.ASRIANI JUNAID, SE., M.SA., AK, CA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
karena Penulis telah dimampukan untuk menyelesaikan makalah ini yang merupakan dari mata
kuliah akuntansi manajemen lanjutan dengan judul “Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk
Perencanaan Laba” ini dengan tepat waktu.
Makalah Akuntansi Manajemen Lanjutan ini disusun guna memenuhi kewajiban Penulis
untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah akuntansi manajemen lanjutan di kelas Program
Studi Program Profesi Akuntansi, Universitas Muslim Indonesia Makassar. Selain itu, Penulis
juga berharap agar makalah ini dapat berguna dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca
terutama tentang penggunaan informasi akuntansi untuk perencanaan laba.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu, DR.ASRIANI JUNAID, SE., M.SA., AK, CA .
selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan atas kesempatan yang
telah diberikan kepada Penulis untuk mengerjakan tugas ini karena tugas ini sangat menambah
pengetahuan penulis terkait dengan bidang yang Penulis tekuni.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
Penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik lagi.
Kelompok VI
ii
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2
2.1 Pemisahan Biaya Fixed Cost dan Variabel Cost Untuk Analisis CVP ............................ 3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pemisahan biaya fixed cost dan variabel cost untuk analisis CVP ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah di paparkan diatas maka di dapat tujuan sebagai
berikut :
1) Untuk mengetahui bagaimana pemisahan biaya fixed cost dan variabel cost untuk analisis
CVP;
2) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Cost Volume Profit Analysis ;
CVP.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini tak lain adalah,
1) Bagi pembaca umum, memberikan tambahan pengetahuan dan informasi mengenai
materi tentang penggunaan informasi akuntansi untuk perencanaan laba;
2) Bagi akademisi, untuk menambah pengetahuan ataupun dapat dijadikan sebagai sumber
referensi mengenai materi tentang penggunaan informasi akuntansi untuk perencanaan
laba;
3) Bagi penulis, untuk mengasah keterampilan dalam hal penulisan makalah yang baik dan
untuk memenuhi tugas individu yang di berikan dalam proses belajar mengajar mata
kuliah akuntansi manajemen lanjutan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemisahan Biaya Fixed Cost dan Variabel Cost Untuk Analisis CVP
Analisis CVP mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat dikelompokkan dalam dua
kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan (biaya variabel) dan biaya
yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya, biaya diasumsikan fungsi linier dari volume
penjualan. Namun, banyak perusahaan sekarang menyadari bahwa ini tetap dibandingkan
perbedaan variabel terlalu sederhana. Dalam sistem biaya berdasarkan aktivitas, biaya yang
dibagi ke dalam unit dan kategori berbasis nonunit. Activity-based costing mengakui bahwa
beberapa biaya bervariasi dengan unit yang diproduksi dan beberapa biaya yang tidak
bervariasi. CVP menjadi lebih berguna karena memberikan wawasan yang lebih akurat
mengenai perilaku biaya.
$50.000 0
$50.000 50.000 $1,00
$50.000 100.000 0,50
$50.000 150.000 0,33
$50.000 200.000 0,25
3
Dapat dikatakan bahwa Go Bum Food tetap membayar sewa gedung sebesar
$50.000 walaupun jumlah unit barang yang dapat disimpan bervariasi. Apabila biaya
sewa pada tahun kedua meningkat menjadi $55.000 per tahun, biaya sewa gedung
tidak akan berubah walaupun tingkat keluaran aktivitas berubah.
$ 0 0 $0
15.000 50.000 0,30
30.000 100.000 0,30
45.000 150.000 0,30
60.000 200.000 0,30
Dapat dikatakan bahwa jumlah biaya variabel sama dengan biaya variabel per
unit dikali dengan jumlah unit. Pada tabel diatas jelas bahwa jumlah biaya meningkat
terhadap jumlah unit yang dikemas. Perusahaan harus mencermati adanya perubahan
dalam price (harga), variable cost (biaya variabel), fixed cost (biaya tetap). Selain itu,
perusahaan mesti mempertimbangkan adanya dampak dari risiko maupun
ketidakpastian. Konsep untuk mengukur risiko terdiri dari :
4
a) Manajer harus mengetahui bagaimana sifat ketidakpastian dari biaya, harga
maupun kuantitas di masa mendatang.
2) Margin Pengaman
Margin pengaman atau margin of savety merupakan salah satu konsep untuk
mengukur suatu risiko. Margin pengaman merupakan jumlah unit terjual dan pendapatan
baik yang terjadi maupun diharapkan terjadi melebihi dari volume impas. Contoh, bila
perusahaan A memiliki volume impas sebesar 500 unit kemudian perusahaan tersebut
dapat menjual 700 unit, sehingga margin pengaman perusahaan A adalah sebesar 200
unit yang diperoleh dari 700 unit dikurangi 500 unit.
Risiko dapat muncul tiba-tiba bahkan ketika suatu rencana sedang dibentuk.
Kejadian inilah yang akan berdampak berkurangnya penjualan dari yang diharapkan. Bila
sebuah perusahaan memiliki margin pengaman yang besar maka akan lebih rendah risiko
ketika mengalami kerugian dibandingkan dengan yang memiliki margin pengaman yang
kecil. Perusahaan pemilik margin pengaman kecil tersebut mesti mempersiapkan
manajemennya dalam untuk merancang berbagai tindakan sehingga penjualan dapat
ditingkatkan dan biaya dapat dikurangi.
3) Pengungkit Operasi
Sama dengan margin pengaman, pengungkit operasi juga salah satu konsep yang
dapat digunakan untuk mengukur suatu risiko. Dalam hal ini, biaya tetap berperan
sebagai pengungkit yang dapat memberikan perubahan pada persentase laba pada saat
terjadi fluktuasi penjualan. Ketika tingkat pengungkit operasi naik sehingga margin
kontribusi pun ikut naik dan menyebabkan laba menurun maka hal ini akan menjadi
penanda adanya kenaikan risiko. Konsep ini dapat diukur dengan cara, yaitu:
5
sesudah pajak. Seperti kita ketahui, jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu
periode tertentu akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan
perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh
menjadi lebih besar atau lebih kecil. Untuk melihat hubungan antara ketiga variabel itu
(biaya, volume, dan laba) diperlukan analisis cost volume profit. Alat ini membantu
manajemen suatu perusahaan untuk memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume
dan laba organisasi dengan memfokuskan pada interaksi antarlima lima elemen berikut:
harga jual produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel per unit, total biaya tetap, dan
bauran produk yang dijual.
Menurut Garrison, dkk (2006:350), ada beberapa asumsi yang mendasari analisis cost
volume profit yaitu:
a) Harga jual konstan. Harga jual produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah.
b) Biaya adalah linear dan dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variable dan
tetap. Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap adalah konstan
secara total dalam rentang yang relevan.
c) Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.
d) Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang
diproduksi sama dengan jumlah unit terjual.
Analisis cost volume profit memiliki manfaat yang sangat banyak bagi manajemen suatu
perusahaan. Manfaat dari penggunaan analisis ini adalah untuk membuat kalkulasi
perencanaan laba dan anggaran penjualan dari suatu perusahaan menjadi akurat. Dengan
menggunakan analisis cost volume profit akan dapat diketahui berapa jumlah penjualan
impas agar perusahaan tidak mengalami kerugian maupun untung, untuk mengetahui berapa
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mencapai target laba tertentu, Analisis cost
volume profit juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar penjualan yang dapat
membuat penurunan sebelum mengalami kerugian, serta dapat digunakan untuk menentukan
kombinasi penjualan dari setiap jenis ukuran yang diproduksi untuk mencapai target laba
yang telah ditetapkan.
6
2.2.1 Dasar-dasar Analisis Cost-Volume-Profit
1) Margin Kontribusi
Margin kontribusi adalah Pendapatan penjualan dikurang beban variabel. Jadi, ini
adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba
untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan
sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban
tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas
dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk
setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan
penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan
dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan
menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan.
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi semua biaya variabel.
Ini dapat dihitung dengan menggunakan satuan mata uang atau basis per unit.
Contoh kasus :
Jika PT XYZ miliki penjualan sebesar $ 750.000 dan biaya variabel sebesar $
450.000, marjin kontribusinya adalah $ 300.000. Dengan asumsi perusahaan menjual
250.000 unit selama tahun, harga per unit penjualan adalah $ 3 dan biaya variabel total
per unit adalah $ 1,80. Margin kontribusi per unit adalah $ 1,20. Rasio margin kontribusi
adalah 40%. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan margin kontribusi dalam satuan
mata uang atau marjin kontribusi per unit. Untuk menghitung rasio margin kontribusi,
margin kontribusi dibagi dengan jumlah penjualan atau pendapatan.
7
a) Metode Persamaan
Metode persamaan menggunakan data-data dari laporan laba rugi yang
disusun dengan format kontribusi. Format laba rugi dapat disajikan dengan:
Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya Variabel per unit x
jumlah unit terjual ) – Total biaya tetap
Contoh kasus :
Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini
adalah proyeksi laporan laba rugi perusahaan Whittier Company :
Penjualan (1000 unit@$400) $400.000
Dikurangi: Beban variable 325.000
Margin kontribusi $ 75.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 30.000
8
Keunggulan dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh persamaan
cost volume profit berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut
perhitungan biaya variabel. Sehingga setiap persoalan cost volume profit dapat
diselesaikan dengan menggunakan pendapatan ini.
Contoh kasus :
Dengan menggunakan contoh dari Whittier Company margin kontirbusi
per unit dapat dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama
adalah dengan membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual
($75.000/1000) hasilnya $75. Cara kedua adalah penjualan dikurangi biaya
variabel ($400 - $325) hasilnya $75. Untuk menghitung jumlah unit impas
Whittier Company, dapat digunakan persamaan dasar sebagai berikut:
Jumlah unit = $45.000/($400-$325)
= $45.000/$75
= 600
Dalam pendekatan target laba sebagai sebuah jumlah dolar, anggaplah
bahwa Whittier Company ingin memperoleh laba operasi sebesar $60.000. dalam
hal ini, berapakah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk mencapai
hasil ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah sebagai
berikut:
$60.000 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000
9
$105.000 = $75 x Unit
Unit = 1.400
Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan
target laba sebesar $60.000 pada biaya tetap dan langsung :
Unit = ($45.000 + $60.000)/($400 - $325)
Unit = $105.000/$75
Unit = 1.400
Artinya Whittier harus menjual 1400 mesin pemotong rumput untuk
menghasilkan laba operasi sebesar $60.000.
10
2) Kelompok biaya kedua adalah biaya-biaya yang memang tidak dapat dikelompokkan
sebagai biaya tetap ataupun biaya variabel. Dengan demikian, definisi biaya tetap
dalam analisis CVP adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang
tidak dapat dikategorikan sebagai biaya variabel.
1) Safety margin. Adalah selisih antara unit yang diperkirakan dapat dijual perusahaan
pada periode analisis dengan unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas. Semakin
tinggi safety margin yang dimiliki perusahaan, maka posisi perusahaan akan semakin
aman, karena jika terdapat asumsi yang sedikit meleset, perkiraan posisi perusahaan
masih jauh dari titik impas.
2) Operating leverage. Mengukur besarnya proporsi biaya tetap dibandingkan dengan total
biaya yang dikeluarkan perusahaan. Semakin tinggi operating leverage berarti semakin
tinggi proporsi biaya tetap dalam perusahaan. Rumus untuk menghitung operating
leverage adalah total marjin kontribusi dibagi dengan total laba operasi.
3) Analisis sensitivitas (what-if analysis). Adalah analisis yang dilakukan untuk mencari
unsur yang paling sensitif dalam analisis CVP. Faktor yang paling sensitif yang dimaksud
adalah faktor yang jika meleset paling mempengaruhi perolehan laba perusahaan. Faktor
yang paling sensitif inilah yang harus dijaga perusahaan agar dalam masa pelaksanaannya
tidak meleset dari rencana.
11
BAB III
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba (cost-
volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendasari hubungan-
hubungan antara biaya, volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut
analisis impas (break-even analysis) karena signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu
biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-
perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan
yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen.
Elemen yang menentukan break even point yaitu: harga jual, biaya tetap, serta
perubahan komposisi penjualan. Apabila salah satu faktor berubah (tanpa mempengaruhi
faktor lain) maka akan mempengaruhi jumlah break even point. Apabila komposisi penjualan
produk berubah dari semula (secara individu) maka komposisi contribution margin akan
berubah. Hal ini akan menyebabkan break even point berubah total, karena hasilpenjualan
dari komposisi yang baru berbeda dengan komposisi semula.Titik impas ini selanjutnya dapat
dihitung dengan menggunakan metode persamaan dan metode marjin kontribusi, baik dalam
hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan
dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis target laba dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan 2 metode yang sama yaitu metode persamaan dan metode marjin kontribusi .
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
dapat mengambil manfaat dari pembahasan mengenai materi akuntansi manajemen lanjutan
ini sehingga memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif tersebut bisa dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana penggunaan informasi akuntansi
untuk perencanaan laba. Makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang mendukung kami untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan
datang.
12
Daftar Pustaka
13