Anda di halaman 1dari 23

ANALISI BIAYA – VOLUME - LABA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Dosen pembimbing: Muhammad Al Amin,SE.,

Disusun oleh kelompok : 2

1 Dika Marlina (16.0102.0125)


2 Uswatun Hasanah (17.0102.0010)
3 Abyan Hernanda Putra (17.0102.0022)
4 Wahyu Indah Utami (17.0102.0037)
5 Fiky Afri Sanjaya (17.0102.0044)
6 Ajeng Sekar Kinasih (17.0102.0054)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITA MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Biaya Volume Laba: Alat Perencanaan
Manajerial” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umat hingga akhir zaman. Adapun
penyusunan makalah ini sendiri adalah untuk memenuhi tugas Akuntansi Manajemen.

Tidak lupa kami selaku penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan materi maupun pikirannya dengan
semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang dapat membangun motivasi kami agar dapat
menjadi lebih baik dan lebih maju untuk masa yang akan datang.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan serta menambah pengetahuan kita tentang Akuntansi Manajemen,
khususnya Analisis Biaya Volume Laba: Alat Perencanaan Manajerial bagi kami dan pembaca
pada umumnya.

Magelang,20 Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
1. Titik Impas Dalam Unit...................................................................................................................6
1 Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis CVP..........................................................................6
2 Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas.................................................................................8
3 Penjualan Dalam Unit Yang Diperlukan Untuk Mencapai Target Laba......................................8
2. Titik Impas Dalam Dollar Penjualan..............................................................................................11
1 Target Laba Dan Pendapatan Penjualan.....................................................................................12
3. Analisis Multiproduk.....................................................................................................................12
4. Representasi Grafis dari Hubungan CVP.......................................................................................12
1 Grafik Laba Volume..................................................................................................................12
2. Grafik Biaya Volume Laba........................................................................................................14
5. Perubahan Dalam Variabel CVP....................................................................................................15
1 Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian.............................................................................15
2 Analisis Sensitivitas dan CVP....................................................................................................16
6. Analisis CVP Dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas........................................................16
1 Contoh pembandingan analisis konvensional dan ABC.............................................................18
2 Implikasi strategis: analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC.......................................19
3 Analisis CVP dan JIT................................................................................................................21
BAB III......................................................................................................................................................22
A. Kesimpulan....................................................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis biaya volume laba (CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis biaya volume laba
(CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua
informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya. Analisis CVP dapat menjadi alat
yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang
dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.

Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang
harus dijual untuk mencari impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas,
dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para
manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai
tingkat harga atau biaya terhadap laba.

Meskipun bab ini berkaitan dengan mekanika dan terminologi analisis CVP, kita
harus tetap ingat bahwa analisis CVP merupakan suatu bagian integral dari perencanaan
keuangan dan pengambilan keputusan. Setiap akuntan dan manajer harus mengenal
seluruh konsep-konsepnya, bukan hanya mekanikanya.

B. Rumusan Masalah
1. Menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas atau menghasilkan
target laba
2. Menghitung jumlah pendapatan yang diperlukan untuk mencapai impas atau
menghasilkan target laba
3. Menerapkan analisis biaya volume laba untuk multiproduk
4. Membuat grafik laba volume dan grafik biaya volume laba, serta menjelaskan artinya
masing masing
5. Menjelaskan dampak dan resiko, ketidakpastian dan perubahan varibel terhadap
analisis biaya volume laba
6. Mendiskusikan dampak dari perhitugan biaya berdasarkan aktivitas terhadap analisis
biaya volume laba

4
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai standard nilai tugas
mata kuliah Akuntansi Manajemen dan selanjutnya adalah untuk memaparkan materi
yang berkaitan dengan “Analisis Biaya Volume Laba”

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Titik Impas Dalam Unit


Titik impas adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di
mana laba sama dengan nol. Untuk menentukan titik impas, pertama kita akan membahas
cara menentukan titik impas, kemudian melihat pendekatan yang dapat dikembangkan
untuk menentukan jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang
ditargetkan.

Keputusan perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit yang terjual


pada analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit dan
pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan variabel. Hal penting yang harus
diperhatikan adalah berfokus pada perusahaan secara keseluruhan. Jadi, jika
menyebutkan biaya variabel maka maksudnya adalah semua biaya yang meningkat akibat
unit yang terjual lebih banyak, termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
overhead variabel, biaya penjualan, dan administrasi variabel. Biaya tetap mencakup
overhead tetap, beban penjualan, dan administrasi tetap.

1 Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis CVP


Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan
biaya-biaya perusahan dalam kategori tetap dan variabel. Persamaan laporan laba rugi :

Laba Operasi = Pendapatan penjualan - Beban variabel - Beban tetap

Laba operasi mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal


perusahaan dan menunjukkan penghasilan atau laba sebelum pajak penghasilan. Laba
bersih adalah laba operasi - pajak penghasilan.

Setelah menghitung jumlah unit yang terjual, dapat dikembangkan persamaan


laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban variabel dalam jumlah
unit dolar dan jumlah unit. Persamaan laba operasi menjadi:

Laba Operasi = ( Harga x Jumlah unit terjual) - ( Biaya variabel per unit x Jumlah
unit terjual) - Total biaya tetap.

6
Contoh untuk mencari titik impas dalam unit.

Anggaplah Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput untuk tahun


mendatang. Pengontrol telah menyusun proyeksi laporan laba rugi sebagai berikut:

Penjualan (1.000 unit @$ 400) $400.000

Dikurangi : Beban variable 325.000 -

Margin kontribusi $ 75.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000 -

Laba operasi $ 30.000

Dilihat bahwa harga perunit mesin pemotong rumput di Whittier Company adalah
$400 dan biaya variabel per unit adalah $325 ($325.000/1.000 unit). Biaya tetap adalah
$45.000. Jadi, persamaan laba operasi pada tirik impas adalah sebagai berikut:

0= ($400 x unit) - ($325 x unit) - $45.000

0= ($75 x unit) - $45.000

$75 x unit = $45.000

Unit = 600

Dengan demikian Whittier harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi
semua beban tetap dan variabel.

Penjualan (600 unit @$ 400) $240.000

Dikurangi : Beban variable 195.000 -

Margin kontribusi $45.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000 -

Laba operasi $0

7
2 Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas
Berfokus pada margin kontribusi (pendapatan penjualan dikurangi total biaya
variabel). Jika mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel
per unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka persanaan dasar
impasnya sebagai berikut:

Jumlah unit = Biaya tetap / Margin kontribusi per unit.

Dari contoh Whittier untuk menghitung margib kontribusi dapat dilakukan dengan 2 cara.

Cara 1. Membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual

= $75.000/1.000

=$75

Cara 2. Harga dikurangi biaya variabel per unit

=$400-$325

=$75

Untuk menghitung jumlah unit impas Whittier Company , menggunakan dasar impas:

Jumlah unit = $45.000/($400-$325)

=$45.000/$75

= 600 unit

3 Penjualan Dalam Unit Yang Diperlukan Untuk Mencapai Target Laba


Analisis CVP menyediakan suatu cara untuk menentukan jumlah unit yang harus
dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Target laba bida dinytaakan sebagai
jumlah dolar atau persentase. Pendekatan laba operasi dan pendekatan margin kontribusi
dapat disesuaikan dengan mudah untuk mencari target laba.

a. Target Laba dalam jumlah dolar

Anggaplah Whittier Company ingin memperoleh laba operasi sebesar $60.000. berapa
mesin pemotong yang harus dijual untuk mencapai hasil ini? Maka gunakan laporan laba
rugi sebagai berikut:

8
$60.000= ($400 x unit) - ($325xunit) -$45.000

$105.000=$75xunit

Unit = 1.400

Jika menggunakan persamaan dasar impas:

Unit=($45.000+$60.000)/($400-$325)

Unit = $105.000/$75

Unit = 1.400

Cara lain dengan menggunakan titik impas.

Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput atau 800 lebih banyak dari
voleme impas 600 unit untuk menghasilkan laba sebesar $60.000. margin kontribusi per
mesin pemotong rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800 unit akan
menghasilkan laba sebesar $60.000. hasil ini menunjukkan margib kontribusi per unit
untuk setiapu unit diatas impas adalah sama dengan laba perunit. Karena titik impas telah
dihitung, jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk menghasilkan laba
operasi $60.000 daapt dihitung dengan membagi margin kontribusi per unit ke dalam
target laba dan menambahkan hasilnya dengan volume impas.

b. Target Laba dalam Persentase dari Pendapatan Penjualan

Anggaplah Whittier ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus
dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengn 15% dari pendapatan penjualan.
Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengn kuantitas yang dijual. Jadi target laba
operasi adalah 15% dari ahrga dikalikan kuantitas. Dengab menggunakan laporan laba
rugi:

9
0,15($400)(unit) =($400xunit)-($325xunit)-$45.000

$60xunit =($400xunit)-($325xunit)-$45.000

$60xunit =($75xunit)-$45.000

$15xunit =$45.000

Unit = 3.000

Ingat bahwa diatas impas, margib kontribusi per unit adalah laba per unit. Volume
impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3000 mesin pemotong rumput, maka ada
2400(3000-600) mesin pemotong rumput di atas titik impas yang telah terjual. Jadi laba
sebelum pajak adalah $180.000($75x$2.400), yaitu 15% dari penjualan
($180.000/$1.200.000).

c. Target Laba Setelah Pajak

Misalkan , Whittier Company ingn memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif
pajaknya adalah 35%. Untuk mengonversi target setelah pajak menjadi tarhet laba
sebelum pajak, maka langkah-langkahnya sebagai berikut:

$48.750=laba operasi-(0,35xlaba operasi)

$48.750=0,65(laba operasi)

$75.000= laba operasi

Dengan kata alin tarif pajak adalah 35%, maka Whittier harus menghasilkan
$75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak
penghasilan. Dengan pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus
dijual:

Unit = ($45.000+$75.000)/$75

Unit=$120.000/$75

Unit= 1.600

Maka dengan menyusun laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak 1.600 mesin
pemotong kayu.

10
Penjualan (1.600 @$400) $ 640.000

Dikurang: beban variable 520.000-

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi: beban tetap 45.000-

Laba operasi $ 75.000

Dikurangi: apjak penghasilan (traif pajak35%) 26.250-

Laba bersih $ 48.750

2. Titik Impas Dalam Dollar Penjualan


Untuk menghitung titik impas dalam dollar penjualan, biaya variable
didefinisikan sebagai suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per
unit yang terjual.

Rasio biaya variable merupakan bagian dari setiap rupiah penjualan yang harus
digunakan untuk menutupi biaya variabel. Rasio biaya variabel = (biaya variabel per
unit)/(harga jual per unit).

Rasio margin konstribusi adalah bagian dari setiap dollar penjualan yang tersedia
untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba. Maka berdasarkan pengertian
tersebut dapat dirumuskan bahwa Rasio margin kontribusi = (margin kontribusi per unit)/
(harga jual per unit).

Untuk biaya tetap, terdapat tiga kemungkinan: jika biaya tetap yang sama dengan
margin kontribusi, maka laba operasi sama dengan nol dan perusahaan berada dalam
keadaan impas. Jika biaya tetap yang lebih kecil dari margin kontribusi maka perusahaan
menghasilkan laba (atau laba operasi positif) dan terakhir, jika biaya tetap yang lebih
besar dari margin kontribusi, perusahaan mengalami kerugian operasi. Jadi, titik impas
dalam dollar penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Operasi = Penjualan - (Rasio biaya variabel X penjualan) – biaya tetap

11
1 Target Laba Dan Pendapatan Penjualan
Menentukan penjualan perusahaan untuk menghasilkan target laba yang
dingiinkan, dengan cara:

Penjualan = (biaya tetap + target laba)/(rasio margin kontribusi)

3. Analisis Multiproduk
Dalam analisis multiproduk, perlu dilakukan pemisahan antara beban tetap
langsung dan beban tetap umum. Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat
ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada. Beban tetap
umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap muncul
meskipun salah satu produk dieliminasi. Margin produk impas masing masing produk
hanya akan menutup biaya tetap langsung. Sementara itu, biaya tetap umum masih belum
tertutupi. Maka dari itu, untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan bauran penjualan atau sales mix.

Bauran penjualan adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual
perusahaan. Penentuan bauran penjualan memungkinkan untuk mengkonversi masalah
multiproduk ke dalam format CVP produk tunggal. Untuk menggunakan pendekatan titik
impas dalam unit, harga jual per paket dan biaya variabel per paket harus diketahui.
Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut diperlukan bauran penjualan, harga setiap
produk dan setiap biaya variabel. Paket impas = (total biaya tetap)/(margin kontribusi per
paket)

4. Representasi Grafis dari Hubungan CVP


Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat perbedaan antara biaya
variabel dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka memahami dampak
kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas dengan cepat.

1 Grafik Laba Volume


Grafik laba volume menggambarkan hubungan antara laba dan volume penjualan
secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari pemasaran laba operasi (Laba
operasi= (Harga x Unit)-(Biaya variabel per unit x Unit)- Biaya tetap). Laba operasi

12
merupakan variabel terikat dan unit merupakan variabel bebas. Nilai variabel bebas
biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.
Contonya, Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan data biaya dan
harga berikut.
Total biaya tetap $100
Biaya variabel per unit 5
Harga jual per unit 10
Dengan menggunakan data tersebut , laba operasi dapat dinyatakan sebagai berikut.
Laba Operasi = ($10 x Unit) – ($5 x Unit) - $100
= ($5 x Unit) - $100
Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di sepanjang
sumbu horizontal dan laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal. Dua titik
diperlukan untuk menggambarkan suatu persamaan linier. Jika unit yang terjual adalah
nol, maka Tyson mengalami kerugian operasional sebesar $100 (atau laba -$100). Oleh
karena itu, titik yang menggambarkan volume penjualan nol adalah (0,-$100). Dengan
kata lain, jika tidak ada penjualan yang dilakukan, maka perusahaan merugi sebesar total
biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol, maka unit yang terjual sam adengan 20. Dengan
demikian, titik yang menggambarkan laba nol (impas) adalah (20, $0). Grafik ini dapat
digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada setiap tingkat aktivitas penjualan. Laba
dari penjualan 40 unit adalah $100.

13
2. Grafik Biaya Volume Laba
Grafik biaya volume laba menggambarkan hubungan antara biaya, volume, dan laba.
Pelu dibuat grafik dengan dua garis terpisah : garis total pendapatan dan garis total biaya.
Tiap-tiap garis disajikan dengan dua persamaan berikut.
Pendapatan = Harga x Unit
Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit ) + Biaya tetap
Dengan menggunakan contoh Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya
adalah sebagai berikut.
Pendapatan = $10 x Unit
Total biaya = ($5 x Unit) + $100
Jadi perbandingan informasi yang tersedia dari grafik CVP dengan informasi yang
tersedia dari grafik laba volume yaitu pada grafik CVP menyediakan informasi tentang
pendapatan dan biaya yang tidak disediakan oleh grafik laba volume. Berbeda dengan
grafik laba volume, beberapa penghitungan dibutuhkan untuk menentukan laba yang
berhubungan dengan volume penjualan tertentu. Meskipun demikian, karena
mengandung informasi yang lebih banyak, para manajer kemungkinan besar mendapati
bahwa grafik CVP merupakan suatu alat yang lebih berguna.

Asumsi-asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba


a. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear.

14
b. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit dapat
diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang relevan.
c. Analisis mengasumsikan apa yang diproduksi dapat dijual.
d. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui.
e. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

5. Perubahan Dalam Variabel CVP


Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis,
mereka harus memperhatikan perubahan – perubahan yang terjadi
dalam harga, biaya variable, dan biaya tetap. Perusahaan juga harus
memperhitungkan pengaruh resiko dan ketidakpastian. Kita akan
membahas pengaruh dari perubahan harga, margin kontribusi per unit,
dan biaya tetap terhadap titik impas. Kita juga akan membahas cara –
cara yang dapat ditempuh para manajer untuk menangani risiko dan
ketidakpastian dalam kerangka CVP

1 Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian


Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya
diketahui dengan pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan
ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan
bagaimananpun hal itu harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda
dengan ketidak pastian. Distribusi probabilitas variable pada risiko
dapat diketahui, sedangkan distribusi probabilitas variable pada
ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan pembahasan kita,
kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian.
Margin pengaman ( margin of safety ) adalah unit yang terjual
atau diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau
diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas. Sebagai
contoh jika volume impas perusahaan adalah 200 unit dan perusahaan
saat ini menjual 500 unit, maka margin pengamannya adalah 300 unit
(500-200). Margin pengaman juga dapat dinyatakan dalam
pendapatan penjualan. Jika penjualan impas adalah $200.000 dan

15
pendapatan saat ini adalah $350.000, maka margin pengamannya
adalah $150.000.
Rasio margin pengaman dapat dinyatakan dalam (pendapatan
penjualan yang dianggarkan-pendapatan penjualan
impas)/pendapatan penjualan x 100%. Dalam contoh di atas, rasio
margin pengamannya yaitu sebesar (350.000-200.000)/200.000=
75%.
Margin pengamandapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko.
Pada kenyataannya peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul
ketika rencana disusun.  Hal itu dapat menurunkan penjualan di
bawah jumlah yang diharapkan. Apabila margin pengaman
perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang diharapkan
tahun depan, maka risikomenderita kerugian jika penjualan menurun
lebih kecil daripada margin pengamannya kecil. Manager yang
menghadapi margin pengaman yang rendah mungkin ingin
mempertimbangkan berbagai tindakan untuk meningkatkan penjualan
atau mengurangi biaya. Langkah-langkah  
Pengungkit Operasi, dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin
sederhana yang digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada
dasarnya, pengungkit tersebut melipatgandakan kekuatan tenaga
yang dikeluarkan untuk menghasilkan lebih banyak pekerjaan.
Semakin besar beban yang digerakkan oleh sejumlah tertentu tenaga,
semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut. Dalam bidang
keuangan pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relative dari
biaya tetap dan biaya variable dalam suatu organisasi. Pertukaran
antara biaya tetap dengan biaya variable adalah suatu hal yang
mungkin dilakukan.
Tingkat pengungkit operasi  (degree of operating leverage – DOL)
untuk tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan
rasio margin kontribusi terhadap laba.
Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi/laba

16
2 Analisis Sensitivitas dan CVP
Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah
memudahkan para manajer melakukan analisis sensitivitas. Sebagai
sebuah alat penting, analisis sensitivitas (sensitivity analysis) adalah
teknik “bagaimana-jika” yang menguji dampak dari perubahan asumsi
–asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban.

6. Analisis CVP Dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas


Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokkan dalam dua kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan
(biaya variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Biaya diasumsikan sebagai
fungsi linier dan volume penjualan. Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas,biaya dibagi dalam kategori berdasarkan unit dan nonunit. Sistem perhitungan
biaya berdasarkan aktivitas mengakui beberapa biaya yang berubah bergantung pada
jumlah unit yang diproduksi sedangkan beberapa biaya lain tidak. Namun meskipun
sistem perhitungan biaya berdasarkan nonunit tetap berkenaan dengan perubahan volume
produksi, sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas juga memperlihatkan banyak
biaya berdasarkan nonunit berubah berkenaan dengan penggerak aktivitas lainnya.

Analisis CVP menjadi lebih bermanfaat karena ia memberikan wawasan yang


lebih akurat mengenai perilaku biaya. Namun analisis CVP dalam kerangka berdasarkan
aktivitas harus dimodifikasi. Sebagai ilustrasi anggapanlah biaya perusahaan dapat
dijelaskan dengan 3 variabel: penggerak aktivitas tingkat unit adalah unit yang di jual,
penggerak aktivitas tingkat batch adalah jumlah pengaturan, dan penggerak aktivitas
tingkat produk adalah jam rekayasa. Persamaan biaya ABC selanjutnya dapat dinyatakan:

Total biaya = biaya tetap + (biaya variabel per unit × jumlah unit) + ( biaya
pengaturan × jumlah pengaturan) + (biaya rekayasa × jumlah jam rekayasa)

Laporan operasi seperti sebelumnya adalah total pendapatan dikurangi total biaya.

Laba operasi = total pendapatan –(biaya tetap+(biaya variabel per unit × jumlah
unit) + (biaya pengaturan × jumlah pengaturan) + ( biaya rekayasa × jumlah jam
rekayasa).

17
Pada impas laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai
impas adalah

Unit impas = [( biaya tetap + (biaya pengaturan × jumlah peraturan) + (biaya


rekayasa × jumlah jam rekayasa)]/ ( harga – biaya variabel per unit).

Pertama biaya tatapnya berbeda. Beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi


sebagai biaya tetap dapat berbeda dengan penggerak biaya nonunit yang dalam hal ini
adalah peraturan dan jam rekayasa. Kedua pengilang pada persamaan impas ABC
memiliki 2 istilah biaya variabel nonunit: satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan
batch dan suatu untuk aktivitas yang berkaitan dengan keberlanjutan produk.

1 Contoh pembandingan analisis konvensional dan ABC


Kita asumsikan suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual
untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000. analisis ini didasarkan pada
data

Penggerak Aktivitas Biaya variabel per unit. Tingkat

Unit yang terjual $10


20
Pengaturan 1.000
1.000
Jam rekayasa 30.
Data lainnya:
$100.000
Total biaya tetap
(konvensional)
50.000
Total biaya tetap ( ABC)
20
Harga jual per unit

Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah unit harus terjual untuk menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai

Jumlah unit = (target laba + biaya tetap)/( harga – biaya variabel per unit)

= ($20.000 + $100.000)/($20-$10)

18
= $120.000/$10

= 12.000 unit

Dengan menggunakan persamaan ABC jumlah unit yang harus terjual untuk
menghasilkan laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai

Jumlah unit = [target laba + biaya tetap ABC + (Biaya peraturan × jumlah pengaturan) +
( biaya rekayasa × jumlah jam rekayasa)]/(harga – biaya variabel per unit)

Jumlah unit = [$20.000+ $50.000+($1.000×20)+($30×1.000)]/($20-$10) = 12.000 unit

Menurut kedua pendekatan tersebut, jumlah unit yang harus dijual adalah sama.
Kelompok total biaya tetap menurut perhitungan biaya konvensional terdiri atas biaya
variabel berdasarkan nonunit ditambah biaya tetap tanpa memperhatikan penggerak
aktivitas. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas memilah-milah berbagai biaya
variabel berdasarkan nonunit. Pada penggerak aktivitas tingkat batch tingkatannya adalah
20 pengaturan. Pada variabel tingkat produk tingkatannya adalah 1.000 jam rekayasa.
Persamaan ABC pada analisis CVP merupakan representasi yang lebih lengkap mengenai
perilaku biaya yang mendasari dan dapat memberikan pemahaman strategi yang penting.

2 Implikasi strategis: analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC


Setelah analisis CVP konvensional dilakukan departemen pemasaran menyatakan
penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Unit yang bisa dijual mungkin hanya 10.000.
kemudian presiden direktur perusahaan memerintahkan para insinyur perancangan
produk mencari suatu cara mengurangi biaya pembuatan produk. Pada insinyur juga
diminta mempertahankan Persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar
$100.000 dan biaya variabel per unit $10. Biaya variabel per unit sebesar $10 terdiri atas:
tenaga kerja langsung $4, bahan baku langsung $5 dan overhead variabel $1. Untuk
memenuhi permintaan mengurangi titik impas, departemen teknik memproduksi suatu
rancangan baru yang membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit. Rancangan baru tersebut
mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar $2 per unit. Rancangan tersebut tidak
akan mempengaruhi bahan baku atau overhead variabel. Dengan demikian biaya variabel
yang baru adalah $8 per unit dan titik impas adalah

19
Jumlah unit = biaya tetap/(harga – biaya variabel per unit)

= $100.000/($20 -$8)

= 8.333 unit

Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sebagai:

Penjualan ($20 × 10.000). $200.000

Dikurangi: beban variabel ($8×10.000). 80.000

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi: beban tetap 100.000

Laba operasi $. 20.000

Satu tahun kemudian, presiden direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang
diharapkan tidak terjadi. Sebaliknya perusahaan merugi. Hubungan biaya ABC awal pada
contoh

Total biaya = $50.000+($10× unit) + ($1.000 × pengaturan)+($30× jam rekayasa)

Rancangan baru tersebut membutuhkan peraturan yang lebih rumit sehingga


meningkatkan biaya per pengaturan dari $1.000 menjadi $1.600. karena peningkatan
kandungan teknis, rancangan baru itu juga membutuhkan dukungan teknik tambahan
sebesar 40% (dari 1.000 jam menjadi 1.400). Berikut persamaan biaya yang baru
termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit

Total biaya = $50.000 + ($8 × unit) + ($1.600 × pengaturann) + ($30 × jam rekayasa)

Titik impas dengan laba optimal nol dan menggunakan persamaan ABC dihitung sebagai
berikut (anggapan 20 pengaturan masih dilakukan)

Jumlah unit =[$50.000+($1.600×20)+($30×1.400)]/($20-$8)

=$124.000/$12

=10.333 unit

20
Laba operasi untuk 10.000 untuk dihitung sebagai berikut (ingat kembali bahwa jumlah
maksimal yang dapat terjual adalah 10.000 unit)

Penjualan ($20 × 10.000). $200.000

Dikurangi: beban variabel berdasarkan unit ($8 × 10.000). 80.000

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi: beban variabel berdasarkan nonunit

Pengaturan ($1.600 × 20). $32.000

Dukungan teknik ($30 × 1.400) 42.000. 74.000

Margin yang dapat ditelusuri $46.000

Dikurangi: beban tetap 50.000

Rugi operasional $(4.000)

Persamaan ABC menunjukkan pengurangan input tenaga teknik mungkin tidak


menguntungkan. Pemberian informasi biaya ABC kepada para insinyur tersebut mungkin
membuat mereka memilih jalur yang berbeda, yaitu jalur yang lebih menguntungkan
perusahaan.

3 Analisis CVP dan JIT


Perusahaan menganut JIT maka biaya variabel per unit yang dijual berkurang dan
biaya tetap bertambah. Sebagai contoh, sekarang, tenaga kerja langsung dianggap sebagai
tetap dan bukan variabel. Biaya variabel berdasarkan unit lainnya seperti listrik dan
komisi penjualan juga berlaku. Selain itu variabel tingkat batch menjadi hilang (pada
sistem JIT, batch nya adalah satu unit). Dengan demikian persamaan biaya pada JIT
dapat dinyatakan sebagai berikut

Total biaya = biaya tetap × (biaya variabel per unit × jumlah unit) + (biaya
rekayasa × jumlah jam rekayasa)

Karena aplikasi JIT merupakan kasus khusus dari persamaan ABC tidak ada contoh yang
akan diberikan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba
adalah analisis pola-pola perilaku biaya yang mendasari hubungan-hubungan anatar
biaya, volume, dan laba. Analisis biaya volume laba kerap pula disebut analisis impas
karena signifikan mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan,
yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba.
Analisis biaya volume laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-
hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian
diluar kendali manajemen.

Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak


mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan
sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana
total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat
dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode
grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang
tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya
volume laba dapat dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba
dan analisis sensitivitas.

22
Dengan mengetahui titik marjin kemanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan
agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marin keamanan.

B. Saran
Setelah membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini, diharapkan
kita dapat menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai skill
penunjang bagi seorang manajer

DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M. (2011). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Selemba
Empat.

23

Anda mungkin juga menyukai