Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang senantiasa telah
memberikan rahmat serta taufik dan hidayahnya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyajikan suatu karya berupa makalah yang diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Pengambilan Keputusan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat menjadi referensi untuk mahasiswa Program
Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada matakuliah Akuntansi
Pengambilan Keputusan.
Kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekeliruannya. Oleh karena itu, apabila ada kesalahan kami mohon saran dan kritiknya
baik dari mahasiswa maupun dosen supaya kami dapat menyempurnakan makalah kami
dengan lebih maksimal.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................5
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................................5
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................................... 42
Saran................................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis struktur biaya, volume penjualan dan laba pada perusahaan.
2. Menganalisis penerapan analisis Cost Volume Profit (CVP) untuk perencanaan laba
perusahaan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
Dia juga menyewa resepsionis, akuntan, manajer penjualan, dan staf penjualan kecil untuk
menjual speaker ke toko ritel. Akuntan, Bob Luchinni, pernah bekerja di beberapa
perusahaan kecil di mana ia bertindak sebagai penasihat bisnis serta akuntan dan
pemegang buku.
7
Untuk setiap speaker tambahan yang dijual perusahaan selama bulan tersebut, margin
kontribusi $100 lebih banyak tersedia untuk membantu menutupi biaya tetap. Jika speaker
kedua dijual, maka total margin kontribusi akan meningkat sebesar $100 (menjadi total
$200) dan kerugian perusahaan akan berkurang sebesar $100, menjadi $34.800:
Jika cukup banyak speaker yang dapat dijual untuk menghasilkan margin kontribusi
$35.000, maka semua biaya tetap akan ditanggung dan perusahaan akan sama untuk bulan
tersebut, yaitu tidak akan menunjukkan untung atau rugi tetapi hanya menutupi semua
biayanya. Untuk mencapai titik impas, perusahaan harus menjual 350 unit speaker dalam
sebulan karena setiap speaker yang terjual menghasilkan margin kontribusi $100:
Dapat diperhatikan bahwa titik impas adalah tingkat penjualan di mana keuntungan adalah
nol. Setelah titik impas tercapai, pendapatan operasional bersih akan meningkat sebesar
margin kontribusi unit untuk setiap unit tambahan yang terjual. Misalnya, jika 351 speaker
terjual dalam sebulan, maka pendapatan operasional bersih untuk bulan tersebut adalah
8
$100 karena perusahaan akan menjual 1 speaker lebih banyak dari jumlah yang
dibutuhkan untuk mencapai titik impas:
Jika 352 speaker terjual (2 speaker di atas titik impas), pendapatan operasional bersih
untuk bulan tersebut adalah $200. Jika 353 speaker terjual (3 speaker di atas titik impas),
pendapatan operasional bersih untuk bulan tersebut adalah $300, dan seterusnya. Untuk
memperkirakan laba pada setiap volume penjualan di atas titik impas, kalikan jumlah unit
yang terjual melebihi titik impas dengan margin kontribusi unit. Hasilnya nantinya akan
mewakili keuntungan yang diharapkan untuk periode tersebut. Atau, untuk memperkirakan
pengaruh peningkatan penjualan yang direncanakan terhadap laba, cukup kalikan
peningkatan unit yang terjual dengan margin kontribusi unit. Hasilnya adalah peningkatan
keuntungan yang diharapkan. Sebagai gambaran, jika Acoustic Concepts saat ini menjual
400 speaker per bulan dan berencana meningkatkan penjualan menjadi 425 speaker per
bulan.
Ringkasnya, jika penjualan nol, kerugian perusahaan akan sama dengan biaya tetapnya.
Setiap unit yang dijual mengurangi kerugian sebesar margin kontribusi unit. Setelah titik
9
impas tercapai, setiap unit tambahan yang terjual meningkatkan laba perusahaan sebesar
margin kontribusi per unit.
10
= $ 35.100 $ 35.000
= $ 100
Bagi mereka yang terbiasa dengan aljabar, pendekatan tercepat dan termudah untuk
memecahkan masalah dalam bab ini mungkin menggunakan persamaan laba sederhana
dalam salah satu bentuknya.
Setelah titik diplot, tarik garis melaluinya kembali ke titik di mana garis biaya tetap
memotong sumbu dolar.
11
3. Sekali lagi pilih beberapa volume penjualan dan plot titik yang mewakili total dolar
penjualan pada tingkat aktivitas yang telah Anda pilih. Dalam Tampilan 5-1, dipilih 600
unit speaker. Penjualan pada unit tersebut dengan total $150.000 (600 speaker× $250 per
speaker). Tarik garis melalui titik ini kembali ke asal.
Interpretasi dari grafik CVP lengkap diberikan dalam Tampilan 5-2. Laba atau rugi yang
diantisipasi pada tingkat penjualan tertentu diukur dengan jarak vertikal antara garis
12
pendapatan total (penjualan) dan garis pengeluaran total (biaya variabel ditambah biaya
tetap).
Titik impas adalah di mana garis total pendapatan dan total biaya bersilangan. Titik impas
dari 350 pembicara dalam Tampilan 5–2 sesuai dengan titik impas yang dihitung
sebelumnya.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ketika penjualan berada di bawah titik impas—
dalam hal ini 350 unit—perusahaan mengalami kerugian. Perhatikan bahwa kerugian
(diwakili oleh jarak vertikal antara total biaya dan total pendapatan) semakin besar seiring
penurunan penjualan. Ketika penjualan berada di atas titik impas, perusahaan memperoleh
laba dan ukuran laba (diwakili oleh jarak vertikal antara garis total pendapatan dan total
biaya) meningkat seiring dengan peningkatan penjualan.
Bentuk grafik CVP yang lebih sederhana, yang kita sebut grafik keuntungan, disajikan
dalam Tampilan 5–3. Grafik itu didasarkan pada persamaan berikut:
Laba = Satuan CM × Q - Biaya tetap
Dalam kasus Konsep Akustik, persamaan dapat dinyatakan sebagai:
Keuntungan = $100 × Q $35.000
Karena ini adalah persamaan linier, maka diplot sebagai satu garis lurus. Untuk memplot
garis, hitung laba pada dua volume penjualan yang berbeda, plot titik-titiknya, lalu
hubungkan dengan garis lurus. Misalnya, ketika volume penjualan adalah nol (yaitu,Q =
13
0), keuntungannya adalah $35.000 (= $100 × 0 $35.000). KapanQ adalah 600,
keuntungannya adalah $ 25.000(= $100 × 600 $35.000). Kedua titik ini diplot dalam
Tampilan 5–3 dan garis lurus telah ditarik melalui mereka.
Titik impas pada grafik laba adalah volume penjualan di mana laba adalah nol dan
ditunjukkan oleh garis putus-putus pada grafik. Perhatikan bahwa keuntungan terus
meningkat di sebelah kanan titik impas ketika volume penjualan meningkat dan kerugian
menjadi semakin buruk di sebelah kiri titik impas ketika volume penjualan menurun.
Margin kontribusi sebagai persentase dari penjualan disebut sebagai rasio margin
kontribusi (rasio CM). Rasio ini dihitung sebagai berikut:
14
Di perusahaan seperti Acoustic Concepts yang hanya memiliki satu produk, rasio
CM juga dapat dihitung per unit sebagai berikut:
Hubungan antara laba dan rasio CM juga dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut:
Laba = rasio CM × Penjualan Biaya tetap1
Misalnya, pada penjualan $130.000, laba diharapkan menjadi $17.000 seperti yang
ditunjukkan di bawah ini:
Laba = rasio CM × Penjualan Biaya tetap
15
= 0,40 × $130.000 $ 35.000
= $ 52.000 $ 35.000
= $ 17.000
Persamaan ini dapat diturunkan dengan menggunakan persamaan dasar laba dan
definisi rasio CM sebagai berikut:
Laba = (Penjualan Beban variabel) Beban tetap Laba = Margin kontribusi Biaya tetap
Sekali lagi, jika sudah merasa nyaman dengan aljabar, pendekatan ini seringkali
lebih cepat dan lebih mudah daripada menyusun laporan laba rugi format kontribusi. Rasio
CM sangat bermanfaat dalam situasi di mana penjualan dolar dari satu produk harus
ditukar dengan dolar penjualan produk lain. Dalam situasi ini, produk yang menghasilkan
jumlah margin kontribusi terbesar per dolar penjualan harus ditekankan.
Acoustic Concepts saat ini menjual 400 speaker per bulan dengan harga $250 per speaker
dengan total penjualan bulanan sebesar $100.000. Manajer penjualan merasa bahwa peningkatan
$10.000 dalam anggaran iklan bulanan akan meningkatkan penjualan bulanan sebesar $30.000
menjadi total 520 unit. Haruskah anggaran iklan dinaikkan? Tabel di halaman berikutnya
menunjukkan dampak keuangan dari usulan perubahan anggaran iklan bulanan
16
Dengan asumsi tidak ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan, peningkatan
anggaran iklan harus disetujui karena akan meningkatkan pendapatan operasional bersih
sebesar $2.000. Ada dua cara yang lebih pendek untuk sampai pada solusi ini. Solusi
alternatif pertama berikut:
Solusi Alternatif 1
Solusi Alternatif 2
Perhatikan bahwa pendekatan ini tidak bergantung pada pengetahuan tentang penjualan
sebelumnya. Juga perhatikan bahwa tidak perlu di bawah pendekatan yang lebih pendek untuk
menyiapkan laporan laba rugi. Kedua solusi alternatif melibatkan analisis tambahan,mereka hanya
mempertimbangkan pendapatan, biaya, dan volume yang akan berubah jika program baru
diterapkan. Meskipun dalam setiap kasus laporan laba rugi baru dapat disiapkan, pendekatan
inkremental lebih sederhana dan lebih langsung dan memusatkan perhatian pada perubahan
spesifik yang akan terjadi sebagai akibat dari keputusan tersebut.
Merujuk pada data asli. Mengingat bahwa Acoustic Concepts saat ini menjual 400
speaker per bulan. Prem sedang mempertimbangkan penggunaan komponen berkualitas lebih tinggi,
yang akan meningkatkan biaya variabel (dan dengan demikian mengurangi margin kontribusi)
17
sebesar $10 per pembicara. Namun, manajer penjualan memperkirakan bahwa menggunakan
komponen berkualitas lebih tinggi akan meningkatkan penjualan menjadi 480 speaker per bulan.
Haruskah komponen berkualitas lebih tinggi digunakan?Kenaikan $10 dalam biaya variabel
akan menurunkan margin kontribusi per unit sebesar$10—dari $100 menjadi $90.
Perhitungan
Total margin kontribusi yang diharapkan dengan komponen berkualitas lebih tinggi:
480 pembicara × $90 per pembicara. . . . . . . . . . . . . . . . . . . $43.200
Total margin kontribusi saat ini:
400 pembicara × $100 per pembicara. . . . . . . . . . . . . . . . . . 40.000
Peningkatan total margin kontribusi. . . . . . . . . . . . . . . . $ 3.200
Menurut analisis ini, komponen berkualitas lebih tinggi harus digunakan. Karena biaya
tetap tidak akan berubah, peningkatan margin kontribusi sebesar $3.200 yang ditunjukkan di atas
akan menghasilkan peningkatan laba bersih sebesar $3.200.
Lihat aslinya data dan ingat kembali bahwa Acoustic Concepts saat ini menjual 400
speaker per bulan. Untuk meningkatkan penjualan, manajer penjualan ingin memotong
harga jual sebesar $20 per speaker dan meningkatkan anggaran iklan sebesar $15.000 per
bulan. Manajer penjualan percaya bahwa jika dua langkah ini diambil, penjualan unit akan
meningkat 50% menjadi 600 speaker per bulan. Haruskah perubahan dilakukan?
Penurunan harga jual $20 per speaker akan menurunkan margin kontribusi unit
sebesar $20 menjadi $80.
Perhitungan
Total margin kontribusi yang diharapkan dengan harga jual yang lebih rendah:
600 pembicara × $80 per pembicara. . . . . . . . . . . . . . . . . . $48,000
Total margin kontribusi saat ini:
400 pembicara × $100 per pembicara. . . . . . . . . . . . . . . . . 40.000
Margin kontribusi tambahan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8,000
Perubahan biaya tetap:
18
Lebih sedikit biaya iklan tambahan. . . . . . . . . . . . . . 15.000
Pengurangan pendapatan operasional bersih. . . . . . . . . . . $ 7.000
Menurut analisis ini, perubahan tidak boleh dilakukan. Pengurangan $7.000 dalam
pendapatan operasional bersih yang ditunjukkan di atas dapat diverifikasi dengan
menyiapkan laporan laba rugi komparatif seperti yang ditunjukkan pada halaman
berikutnya.
Mengubah kompensasi staf penjualan dari gaji menjadi komisi akan mempengaruhi biaya
tetap dan variabel. Biaya tetap akan turun sebesar $6.000, dari $35.000 menjadi $29.000.
Biaya variabel per unit akan meningkat sebesar $15, dari $150 menjadi $165, dan margin
kontribusi per unit akan menurun dari $100 menjadi $85.
Total margin kontribusi yang diharapkan dengan staf penjualan atas komisi:
460 pembicara × $85 per pembicara. . . . . . . . . . . . . . . . . . $39.100
Total margin kontribusi saat ini:
400 pembicara × $100 per pembicara. . . . . . . . . . . . . . . . . 40.000
Penurunan total margin kontribusi. . . . . . . . . . . . . . . . . (900)
Perubahan biaya tetap:
19
Tambahkan gaji dihindari jika komisi dibayarkan. . . . . . . . . 6.000
Peningkatan pendapatan operasional bersih. . . . . . . . . . . . $ 5.100
Perubahan Harga Jual
Merujuk pada data asli dimana Acoustic Concepts saat ini menjual 400 speaker per
bulan. Perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan penjualan massal 150 speaker
ke grosir jika harga yang dapat diterima dapat dinegosiasikan. Penjualan ini tidak akan
mengganggu penjualan reguler perusahaan dan tidak akan mempengaruhi total biaya tetap
perusahaan. Berapa harga per speaker yang harus diberikan kepada pedagang grosir jika
Acoustic Concepts mencari keuntungan sebesar $3.000 pada penjualan massal?
Perhitungan
Biaya variabel per pembicara. . . . . $150
Keuntungan yang diinginkan per pembicara:
$3.000 ÷ 150 pembicara. . . . . . . 20
harga per speaker. . . . . . . $170
Perhatikan bahwa biaya tetap tidak termasuk dalam perhitungan. Hal ini karena
beban tetap tidak terpengaruh oleh penjualan massal, sehingga semua tambahan margin
kontribusi meningkatkan keuntungan perusahaan.
20
Metode Persamaan
Kita dapat menggunakan persamaan laba dasar untuk menemukan volume
penjualan yang diperlukan untuk mencapai target laba. Dalam kasus Konsep Akustik,
perusahaan hanya memiliki satu produk sehingga kita dapat menggunakan bentuk
persamaan margin kontribusi. Mengingat bahwa target laba adalah $40.000, margin
kontribusi per unit adalah $100, dan biaya tetap adalah $35,000, kita dapat menyelesaikan
sebagai berikut:
Laba = Satuan CM × Q - Biaya tetap
$40,000 = $100 × Q $35.000
$100 × Q = $40.000 + $35.000
Q = ($40.000 + $ 35.000) : $100
Q = 750
Dengan demikian, target keuntungan bisa dicapai dengan menjual 750 speaker per bulan.
Jika kita ingin mengetahui BEP dengan 1 jenis produk maka formula yang dapat
digunakan untuk menghitung unit penjualan yang diperlukan untuk mencapai target
penjualan adalah :
Sehingga, menghitung unit penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai break even adalah
21
Contoh perhitungan unit sales to break even adalah sebagai berikut :
Pada contoh diatas, Perusahaan Acoustic Concept ingin menghitung berapa jumlah
barang yang harus terjual hingga akhirnya berada pada kondisi Break Even, atau kondisi
dimana perusahaan tidak mengalami kerugian atau keuntungan. Oleh karena itu,
Perusahaan Acoustic Concept akan membagi biaya tetap perusahaan dengan Kontribusi
Margin tiap unit yang akan dijual. Sehingga dalam hal ini, Perusahaan Acoustic Concept
mengetahui bahwa mereka harus menjual sebanyak 350 produk speaker untuk mencapai
Break Even.
Sehingga, dapat diperoleh Break Even dalam Rupiah pada Perusahaan Acoustic
Concepts adalah sejumlah $87.500, artinya, perusahaan harus mencapai nominal penjualan
sebesar $87.500 untuk mencapai titik impas (tidak mendapat kerugian maupun tidak
mendapat keuntungan)
22
2.7 Menghitung Margin of Safety
2.7.1 Perhitungan Margin of Safety
Margin of safety adalah kelebihan pendapatan hasil penjualan yang dianggarkan
atau diatas break even in sales dollar. Ini adalah jumlah dimana penjualan bisa turun
sebelum kerugian terjadi. Semakin tinggi jumlah The Margin of Safety, lebih rendah
resiko tidak mecapai BEP sehingga tidak menimbulkan kehilangan (Garrison, 2014:199)
Formula menghitung The Margin of Safety :
Masih dalam perusahaan Acoustic Concept, dalam hal ini perusahaan ingin
mengetahui margin keamanan agar perusahaan tidak jatuh dibawah kondisi Break Even-
nya. Setelah mengetahui jumlah Break-Even Sales nya yaitu pada jumlah 350 speaker
yang harus terjual, maka perusahaan Acoustic Concept menaikkan target penjualan
menjadi 400 speaker yang harus terjual. Sehingga, hasil penjualan yang didapatkan dari
total 400 speaker dikurangi hasil penjualan 350 speaker menghasilkan margin of safety
sebesar $12.500 atau 12,5%. Semakin tinggi margin of safety yang ditetapkan perusahaan
Acoustic Concept akan memperkecil risiko perusahaan mencapai target dibawah BEP.
23
bagaimana struktur biaya membantu perusahaan dalam kondisi-kondisi tertentu (Garrison,
2014:201). Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1. Trend Penjualan di Masa Depan
2. Fluktuasi Penjualan dari tahun ke tahun
3. Perilaku pengambilan risiko yang dimiliki manajer
Contoh pemilihan Cost Structure :
Pada contoh dibawah ini, akan dijelaskan bagaimana penggunaan struktur biaya
dalam 2 peternakan yang menggunakan struktur biaya yang berbeda. Bogside Farm
memiliki biaya variable yang lebih tinggi daripada Sterling farm. Dengan informasi
sebagai berikut :
24
2.8 Menghitung Derajat Operating Leverage
2.8.1 Menghitung The Degree of Operating Leverage
Operating Leverage adalah pengukuran seberapa sensitif Net Operating Income
mempengaruh persentase perubahan dalam jumlah penjualan (dollar sales). Operating
laverage acts as a multiplier (Garrison, 2014:202) Jika operating leverage tinggi, maka
sedikit persentase pada kenaikan penjualan dapat memberikan peningkatan yang tinggi
dalam net operating income. Illustrasi Operating Leverage adalah sebagai berikut :
Masih dalam contoh perbandingan 2 peternakan yang sama, akan dihitung derajat
operating leverage berdasarkan nilai Net Operating Income. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa nilai Net Operating Income pada perusahaan sterling farm lebih besar
daripada Bogside Farm. Sehingga, dengan adanya 10% kenaikan dalam penjualan, Sterling
Farm memiliki kenaikan profits yang lebih tinggi daripada Bogside Farm. Oleh karena itu,
Sterling Farm memliki operating leverage yang lebih besar daripada Bogside Farm. Untuk
menghitung the degree of operating leverage dapat dilakukan dengan formula :
Lalu, mengapa Sterling Farm memiliki operating leverage yang lebih tinggi? Hal
ini dapat dikarenakan oleh struktur biaya perusahaan. Namun, tingkat leverage operasi
tidak konstan. Tingkat operating leverage tertinggi berada di tingkat ketika penjualan
terdekat dengan BEP dan menurun ketika penjualan dan profit meningkat
25
Manakah jenis produk yang akan lebih ditekan penjualannya oleh tenaga penjualan
apabila mereka akan diberi 10% dari hasil penjualan? Jawabannya adalah Turbo. Karena
Turbo memiliki harga jual yang lebih tinggi sehingga komisinya juga akan lebih tinggi. Di
sisi lain, dari sudut pandang perusahaan, keuntungan akan akan lebih besar jika tenaga
penjual mengarahkan pelanggan ke model XR7 karena akan memilki margin kontribusi
yang lebih tinggi.
Untuk menghilangkan konflik seperti itu, jumlah komisi dapat didasarkan pada
margin kontribusi daripada harga jual. Jika ini dilakukan, tenaga penjual akan berusaha
menjual campuran jenis produk yang memaksimalkan margin kontribusi. Memaksimalkan
margin kontribusi juga akan memaksimalkan laba perusahaan. Akibatnya, dengan
memaksimalkan kompensasi mereka sendiri, tenaga penjualan juga akan memaksimalkan
keuntungan perusahaan
26
2.9.2 Asumsi dari CVP
Sejumlah asumsi umumnya mendasari analisis CVP:
1. Harga jual adalah tetap seiring volume penjualan yang berubah.
2. Biaya bersifat linier dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variabel dan
elemen tetap.
3. Di multiproduct companies, the sales mix adalah tetap
4. Di manufacturing companies, niali peralatan tidak berubah. Jumlah unit yang
diproduksi sesuai dengan unit produk yang terjual.
27
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jurnal Internasional
Motif utama setiap perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan, tetapi juga
memaksimalkannya. Analisis Cost Volume Profit (CVP) adalah alat untuk
mendapatkan keuntungan. Analisis CVP sangat membantu untuk mengembangkan
strategi alternatif dalam perencanaan penjualan dan estimasi biaya. Ada hubungan
tertentu di antara variabel-variabel seperti harga jual, volume penjualan, dan pajak.
Analisis CVP adalah teknik akuntansi yang menunjukkan hubungan antara
variabel-variabel ini. Analisis CVP, meskipun paling sering menggambarkan kasus
bisnis, sama-sama berlaku untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan
mengalokasikan sumber daya ekonomi yang menakutkan paling efektif di antara
alternatif yang bersaing. Alokasi sumber daya yang langka di antara berbagai
sektor yang menuntut adalah isu yang paling penting dari perencanaan nasional.
Salem Steel Authority of India Limited (SAIL) adalah salah satu produsen produk
Baja populer di India. Masalah utama industri skala besar untuk mempertahankan
tingkat volume produk, biaya produksi dan untuk menentukan tingkat keuntungan
mereka. Analisis CVP yang efektif akan menghasilkan berapa biaya yang harus
dikeluarkan untuk menghasilkan jumlah volume produk yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan profit yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
profitabilitas perusahaan berdasarkan biaya dan volume produksinya.
28
A.3. Metode Penelitian
Dalam kasus Pabrik Baja Salem, rasio PV menunjukkan tren penurunan 2005-06, 2007-08,
2010-11 dan 2014-15. Rasio PV yang tinggi menunjukkan profitabilitas yang tinggi dan
rasio PV yang rendah menunjukkan profitabilitas yang rendah. Rasio PV Pabrik Baja
Salem dapat ditingkatkan dengan meningkatkan harga jual, mengurangi biaya variabel per
unit dan menjual bauran produk terbaik. Namun pada tahun 2011-12, rasio PV menempati
posisi tertinggi yaitu 0,814
29
b. Break Even Point (BEP)
Tabel menunjukkan bahwa analisis BEP pada tahun 2005-06 hingga 2014-15 berada pada
tingkat yang memuaskan. BEP tertinggi pada tahun 2013-14 yaitu 43351,65. Dari 2005-06
hingga 2014-15, setiap tahun total biaya berubah berdasarkan volume penjualan. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa perusahaan memperoleh laba yang memadai
tergantung pada biaya dan volume penjualan mereka.
c. Margin of Safety
Jika margin keamanannya besar, itu merupakan tanda kesehatan bisnis. Tabel tersebut
menunjukkan margin of safety level Pabrik Baja Salem pada tahun 2006-07 menempati
tahap puncak sebesar 42,38% dan menunjukkan rasio yang sangat rendah pada tahun
30
2013-14 yaitu sebesar 17,23,%. Oleh karena itu, semakin tinggi margin of safety memiliki
posisi yang lebih menguntungkan dari perhatian.
d. Kesimpulan Penelitian
A.5. Kesimpulan
31
Studi Kasus ke- 2
B. Jurnal Nasional
Judul : Penerapan Cost Volume Profit Analysis sebagai Alat Bantu dalam
Perencanaan Penjualan atas Target Laba yang ditetapkan (Studi Kasus pada
Toko Mei Pastry)
Penulis : Riki Martusa, RR. Diva Amelia Putri
Sumber : Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi No.3 Tahun ke-1 September-Desember 2010
Publikasi : September 2010
Skala usaha yang kecil kadang membuat pemilik tidak terlalu memikirkan kondisi
keuangan ataupun besarnya laba yang dicapai, teutama bagi usaha di bidang kuliner. Pada
umumnya, usaha dengan skala kecil akan memproduksi dengan jumlah yang relatif sedikit
setiap harinya. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir timbulnya kerugian dari produk
yang tidak terjual. Hal ini dikarenakan dalam industri kuliner, kualitas produk sangat
menentukan keberhasilan suatu usaha, karena konsumen akan cenderung untuk memilih
produsen yang menyediakan produk fresh setiap harinya. Maka dari itu, tercapainya suatu
titik impas saja sudah merupakan keberhasilan tersendiri.
Toko Kue Mei Pastry merupakan usaha home industry yang merupakan salah satu
dari berbagai usaha kecil yang tidak terlalu memikirkan hal-hal atau informasi yang
berkaitan dengan keuangan mereka. Pencatatan biaya dan pendapatan pun dilakukan
secara sederhana pada saat terjadinya. Kegiatan operasional masih merupakan fokus
utama, sehingga sampai saat ini pemilik usaha tidak pernah membuat suatu bentuk laporan
keuangan yang benar-benar menyajikan secara akurat mengenai biaya dan penjualannya
yang tentunya sangat dibutuhkan untuk dapat mengetahui kondisi keuangan sebenarnya
usaha tersebut.
32
Cost Volume Profit Analysis (CVP) merupakan salah satu dari analisis yang dapat
digunakan suatu usaha untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan keuangan usaha
mereka. Dengan analisis ini, pemilik usaha akan dengan mudah memutuskan mengenai
harga jual yang pantas untuk suatu produk, produk apa saja yang perlu diproduksi atau
dijual, strategi pemasaran yang perlu dilakukan, tingkat laba yang diinginkan dan
seterusnya. Selain itu dengan analisis ini kita akan mengetahui seberapa besar perubahan
yang terjadi pada biaya, volume, dan harga jual dapat mempengaruhi laba usaha. Informasi
kuantitatif yang diberikan dalam analisis ini akan sangat berguna bagi pemilik usaha dalam
menentukan langkah yang akan diambilnya.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data kuantitatif yang
merupakan data keuangan usaha selama periode Januari 2009 sampai Agustus 2009 dan
data kualitatif yang merupakan data yang berasal dari hasil wawancara dengan pemilik
usaha.
33
Sumber data penelitian yang digunakan ialah:
DataPrimer
Data primer yang diambil pada penelitian ini adalah data yang berupa dokumentasi
laporan keuangan perusahaan dan data dari hasil wawancara dengan pemilik usaha.
DataSekunder
Data sekunder yang digunakan meliputi telaah literatur untuk membentuk landasan
teori, penentuan atribut berdasarkan penelitian terdahulu atau dari teori yang ada
untuk mengukur variabel-variabel penelitian. Data sekunder diperoleh dari buku-buku,
jurnal, internet dan literatur terkait lainnya.
Kegiatan utama Mei Pastry ialah memproduksi kue. Proses produksi di Mei
pastry meliputi pembelian, produksi, dan pengemasan. Produk yang dihasilkan oleh Mei
Pastry terdiri dari 3 jenis, yaitu kue basah, dessert dan Fruit Cake.
a. Data Biaya
34
b. Data Penjualan
c. Klasifikasi Biaya
35
d. Pemisahan Biaya Semivariabel
36
d. Klasifikasi Biaya setelah Pemisahan Biaya Semivariabel
37
e. Analisis Margin Kontribusi
Dari tabel dapat diketahui bahwa dari ketiga jenis produk yang di produksi oleh Mei
Pastry, produk dessert mempunyai marjin kontribusi terbesar yaitu mencapai
Rp59.691.170 atau sebesar 80,84% dari penjualan, sedangkan fruit cake mempunyai
marjin kontribusi terkecil yaitu Rp5.677.321 atau sebesar 47% dari penjualan. Maka dapat
dikatakan bahwa produk yang mendatangkan keuntungan terbesar adalah produk-produk
dessert, sedangkan produk yang mendatangkan keuntungan terkecil adalah fruit cake.
38
Dengan demikian, pemilik Mei Pastry tidak perlu terlalu fokus terhadap pembuatan fruit
cake, karena menghasilkan marjin
kontribusi yang kecil yang berarti tidak terlalu memiliki kontribusi yang besar terhadap
laba usaha.
Tabel 16 menunjukkan besarnya marjin kontribusi dari keseluruhan produk yang dijual
oleh Mei Pastry yaitu Rp89.047.697 atau sebesar 69,65%. Hal itu menunjukkan bahwa
produk-produk yang dijual memiliki kontribusi yang cukup besar pada laba usaha.
39
g. Komposisi Margin Kontribusi dan Laba dengan Peningkatan Anggaran 20%
Jika pemilik menrencanakan kenaikan anggaran penjualan sebesar 20% pada tahun 2010
periode Januari-Agustus maka akan meningkatkan laba bersih sebesar Rp17.809.539
menjadi Rp100.691.992.
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa titik impas dicapai pada penjualan sebesar
Rp8.851.751,615. Jika dibandingkan dengan penjualan saat ini sebesar Rp127.849.000,
berarti tingkat penjualan tersebut berada di atas titik impas atau dalam kondisi
mendapatkan laba.
40
i. Analisis Margin of Safety dan Margin of Safety Ratio
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa risiko kerugian Mei Pastry sangat kecil, hal
ini dikarenakan besarnya penurunan penjualan yang dapat terjadi sangat besar yaitu
mencapai Rp118.997.284,4 atau sebesar 93,08%. Semakin besar nilai Margin of Safety
Ratio suatu usaha, maka semakin kecil risikonya untuk mengalami kerugian.
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui besarnya TOL Mei Pastry ialah sebesar 1,07.
Dengan nilai TOL sebesar 1,07, bila terjadi peningkatan penjualan sebesar 20%, maka laba
bersih hanya akan meningkat sebesar 21,4%. Sedangkan, bila terjadi penurunan penjualan
sebesar 15%, maka laba bersih hanya akan berkurang sebesar 16,05%. Dengan begitu, bila
terjadi penurunan penjualan, Mei Pastry tidak akan mengalami kerugian yang besar karena
besarnya penurunan laba tidak terlalu besar dan Mei Pastry masih dalam kondisi
mendapatkan laba.
B.6. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada Mei Pastry mengenai Cost Volume
Profit Analysis, maka dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
41
1) Dari perhitungan yang telah dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa jenis
produk dessert merupakan produk yang memiliki kontribusi paling besar terhadap
laba usaha yaitu sebesar Rp59.691.170 atau 80,84%. Nilai tersebut sangat besar bila
dibandingkan dengan jenis produk kue basah yaitu sebesar Rp23.679.206 atau
56,47% dan fruit cake sebesar Rp5.677.321 atau 47%. Maka dari itu, Mei Pastry
tidak perlu terlalu fokus terhadap pembuatan fruit cake, karena menghasilkan marjin
kontribusi yang kecil dan lebih terfokus pada pembuatan produk dessert yang
memiliki marjin kontribusi tertinggi dan bila dilihat dari segi ketahanan, produk
dessert juga memiliki tingkat ketahanan yang cukup lama. Kemungkinan untuk basi
sebelum terjual sangat kecil.
2) Bila pada periode Januari-Agustus 2010, pemilik usaha menganggarkan kenaikan
penjualan sebesar 20%, maka kenaikan marjin kontribusi ialah Rp89.047.697 x 20%
= Rp17.809.539.
3) Total penjualan Mei Pastry pada periode Januari-Agustus 2009 sudah mencapai titik
impas. Besarnya titik impas ialah sebesar Rp8.851.751,615, sedangkan penjualan
pada periode tersebut mencapai Rp127.849.000.
4) Bila diasumsikan kenaikan inflasi pada tahun 2010 ialah 5%, maka biaya tetap yang
terjadi pada tahun 2010 periode Januari-Agustus diperkirakan akan meningkat
sebesar 5% menjadi Rp6.473.507. Bila target laba yang ditetapkan pemilik usaha
pada periode tersebut Rp100.000.000, maka besarnya penjualan yang harus dicapai
ialah (Rp6.473.507 + Rp100.000.000) / 69,65% = Rp152.869.356.
5) Besarnya Margin of Safety Ratio Mei Pastry sangat besar, yaitu Rp118.997.284,4
atau sebesar 93,08%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa risiko kerugian Mei Pastry
sangat kecil dikarenakan besarnya penurunan penjualan yang boleh terjadi sangat
besar yaitu Rp118.997.284,4 atau sebesar 93,08%.
6) Nilai Total Operating Leverage (TOL) Mei Pastry terbilang cukup kecil, yaitu hanya
1,07. Biaya tetap yang kecil, menyebabkan kecilnya nilai TOL. Kecilnya nilai TOL
membuat laba usaha tidak sensitif terhadap perubahan penjualan yang terjadi.
Peningkatan penjualan tidak akan berdampak besar pada peningkatan laba usaha,
begitupun dengan penurunan penjualan tidak akan membuat usaha mengalami
kerugian besar dan masih dalam kondisi mendapatkan laba.
42
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pemilihan berbagai tindakan dan perumusan kebijakan dimasa yang akan datang
mengharuskan pihak manajemen menggunakan informasi dan alat analisis untuk
menilai berbagai kemungkinan yang dihadapi maka alat analisis yang tepat digunakan
adalah analisis biaya volume laba (cvp).
2. Untuk membuat perencanaan laba yang baik maka diperlukan analisis biaya volume
laba (cvp). Analisis biaya volume laba (cvp) membantu manajer untuk memahami
hubungan antara biaya volume dan laba. Analisis ini sangat berguna untuk proses
pembuatan keputusan bisnis dalam perencanaan laba.
3. Salah satu kondisi realitas yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur artinya bahwa
keadaan-keadaan tertentu dimana perusahaan menargetkan tingkat laba 2 pada suatu
periode, akan tetapi pencapaian laba pada akhir periode tidak sesuai dengan
perencanaan. Hal ini mungkin disebabkan oleh formulasi dalam menghitung dan
mengalokasikan pengeluaran yang kurang tepat, kurangnya pengetahuan tentang
menentukan hubungan antar biaya yang dikeluarkan dengan laba yang diinginkan
serta jumlah barang atau jasa yang di produksi atau kurangnya pengetahuan dalam
menkombinasikan unsur-unsur tersebut.
Saran
Perusahaan yang berorientasi laba harus memiliki manajemen keuangan yang baik
dalam perencanaan, pengendalian, dan kegiatan pengambilan keputusan mengenai
perolehan laba dari penjualan. Oleh karena itu, manajemen suatu perusahaan perlu
menganalisa komponen-komponen dari perencanaan laba yang sesuai dengan kondisi
perusahaan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Kavitha, R. 2018. Cost Volume Profitability Analysis - An Empirical Study With Reference
To Salem Steel Authority of India Limited. International Journal of Business and
Management Invention Volume 7 Issue 5 Page 46-51
Martusa, Riki & Putri, Diva Amelia. 2010. Penerapan Cost Volume Profit Analysis
sebagai Alat Bantu dalam Perencanaan Penjualan atas Target Laba yang
ditetapkan (Studi Kasus pada Toko Mei Pastry). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi
No.3 Tahun ke-1 September-Desember 2010
Duyo, S. F. (2012). Analisis Cost Volume Profit Untuk Perencanaan Laba Pada Hotel
Sintesa Peninsula Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado, (26 Januari
2017). Retrieved from http://id.portalgaruda.org
44