DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Anwar Ramli SE, M.Si
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Muftihaturrahma Salim (200903501011)
Presley Simak Pampang (200903501013)
Adinda Karenina Ismail (200903501020)
M. Rizqy Al Mufarrid (200903501029)
MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
A Latar Belakang…………………………………………………………......
B Rumusan Masalah……………………………………………………….
C Tujuan………………………………………………………………….......
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
Dengan menggunakan data pada perusahaan “Eka Jaya & Co” maka jumlah
barang yang harus di jual agar perusahaan mencapai break even adalah :
Rp .18 .000 .000,00
=150.000 unit
Rp . 250,00−Rp . 130,00
Budget Laba-Rugi dari perusahaan “Eka Jaya & Co” tersebutpada gambar 6-1
dapat diringkaskan sebagai berikut :
Penjualan ( 200.000 @ Rp 250,000 ) = Rp 50.000.000,00 = 100%
Jumlah biaya variabel Rp 26.000.000,00 = 52%
Marginal income Rp 24.000.000,00 = 48%
Total biaya tetap Rp 18.000.000,00 = 36%
Laba Rp 6.000.000,00 = 12%
Gambar 1: Anggaran Pendapatan dan Biaya
Firma “Eka Jaya & Co”
Budget Rugi-Laba
Tahun 2002
Budget penjualan 200.000 @Rp 250 Rp 50.000.000
Budget biaya Tetap Variabel
Bahan langsung Rp 9.000.000
Tenaa Langsung Rp 10.000.000
Overhead pabrik Rp 7.000.000 Rp 3.000.000
Biaya administrasi Rp 6.000.000 Rp 1.000.000
Biaya distribusi Rp 5.000.000 Rp 3.000.000
Jumlah Rp 18.000.000 Rp26.000.000 Rp 4.000.000
Laba yang dibudgetkan Rp 6.000.000
Dari data perusahaan Eka Jaya & Co tersebut, maka tingkat penjualan yang harus
dicapai agar perusahaan tidak menderita rugi maupun memperoleh laba adalah :
Rp 18.000.000
Rp .26.000 .000
1− =Rp 37.500.000
Rp .50.000 .000
Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan
mencapai break even dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada
tingkat break even dengan harga jual per unit barang tersebut :
Rp 37.500 .000
=150.000 unit
Rp 250
Titik break even untuk perusahaan Eka Jaya & Co dalam tahun 2002 sebesar Rp
37.500.000 atau 150.000 unit barang, berarti bahwa kalau 150.000 unit dengan
harga jual per unit Rp 250,00 perusahaan tidak akan memperoleh laba, tetapi juga
tidak akan menderita rugi.
B. TARGET LABA DAN PENDAPATAN PENJUALAN
Suatu pertanyaan yang perlu dipertimbangkan: Berapa banyaknya pendapatan
penjualan yang harus diperoleh agar diperoleh laba sebelum pajak sebesar
tertentu? Kalau perusahaan merencanakan laba tertentu berdasarkan hasil profit
analysis maka perusahaan harus mampu menjual lebih dari 150.000 unit dengar
harga Rp 250,00 per unit. Misalnya dalam tahun 2002 direncanakan laba sebesar
Rp1.800.000,00 maka penjualan yang harus dilakukan untuk mencapai laba
tersebut dapat ditentukan dengan formula:
Pendapatan = Biaya Variabel + Baya Tetap + Laba Diinginkan
250X = 130X + Rp18.000.000 + 1.800.000
120X = 19.800.000
X = 165.000
Penjualan = 165.000 unit.
= Rp41.250.000,00
Tingkat penjualan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan formula
contribution margin sebagai berikut
Rp 18.000 .000,00+ Rp18.000 .000,00
=Rp 41.250 .000,00
0,48
= 165.000 unit
Anggapan bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk menentukan pengaruh perubahan pendapatan penjualan terhadap
laba. Untuk memperoleh perubahan laba dengan adanya perubahan penjualan,
dapat dengan mudah ditentukan dengan mengalikan rasio margin kontribusi
dengan perubahan penjualan, Misalnya penjualan turun dari Rp 41.250.000,00
menjadi Rp39.000.000,00 Berapa pengaruhnya terhadap laba? Penurunan
penjualan akan menyebabkan turunnya laba sebesar:
Rp 2.250.000,00 x 0,48 = Rp1.080.000,00 menjadi Rp 720.000,00. (1.800.000-
1.080.000)
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut:
Penjualan Rp
39.000.000,00
Biava tetap = Rp 18.000.000,00
Biava Variabel: 52% x Rp39.000.000,00 = 20.280.000,00
38.280.000,00
Rp 720.000,00
Dengan tabel tersebut pada gambar 2 dapat digambarkan grafik break even
nampak pada gambar 3 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pertama-tama garis biaya tetap digambarkan sejajar dengan sumbu horisontal,
yang pada titik sejumlah Rp 18.000.000 pada sumbu vertikal.
2. Garis jumlah biaya digambarkan mulai dari titik biaya tetap pada sumbu
vertikal atau dengan menggambarkan biaya variabel dari titik biaya tetap
tersebut kekanan sampai pada jumalh Rp 49.200.000 yaitu pada jumlah biaya
pada kapasitas 100% (240.000 X Rp 130 + Rp 18.000.000)
3. Garis penjualan digambarkan mulai titik nol pada pojok kiri bawah menuju
pojok kanan atas atau sampai pada jumlah Rp 60.000.000 jumlah penjualan
pada kapasitas 100%
Gambar 3: Grafik Break Even
Dengan melihat grafik break even yang nampak pada gambar 3 dapat
diketahui bahwa titik break even terjadi pada suatu titik dimana terjadi
perpotongan antara garis penjualan dengan garis jumlah biaya, dari titik
perpotongan tersebut bila ditarik ke kiri diketahui tingkat penjualan (dalam
rupiah) minimal yang harus dicapai serta biaya yang terjadi, sedangkan apabila
ditarik kebawah diketahui jumlah penjualan (dalam unit) yang harus dicapai.
Informasi lain yang dapat diperoleh dari bagian tersebut yaitu tentang besarnya
laba atau rugi pada berbagai tingkat penjualan, misalnya pada tongkat penjualan
100.000 unit atau 200.000 unit maka dengan mudah dapat diketahui besarnya
kerugian atau laba dengan menarik garis jumlah biaya ke kiri dari tingkat
penjualan 100.000 unit dan 200.000 unit. Satu hal yang sulit untuk dapat diketahui
dari grafik break even gambar 3 adalah besarnya marginal income, yaitu selisih
antara penjualan dengan biaya variabel atau suatu jumlah yang tersedia untuk
menutup tetap dan biaya yang diinginkan. Untuk memenuhi kebutuhan informasi
tersebut maka grafik break even dapat digambarkan dengan cara lain yaitu jumlah
biaya tetap digambarkan di atas garis biaya variabel. Grafik break even dengan
informasi tentang marginal income nampak dalam gambar 4.
Gambar 4: Grafik Break Even
Grafik break even dapat pula digambarkan dengan lebih terperinci yaitu
dengan menunjukkan atau memecah biaya tetap dan biaya variabel menjadi lebih
terperinci, misalnya biaya variabel dapat diperinci menjadi biaya langsung, tenaga
kerja langsung, biaya pabrik tak langsung (overhead pabrik), biaya administrasi
dan biaya distribusi.
D. GRAFIK LABA PER UNIT
Gambar 5: Grafik Break Even Rinci
Grafi
k break even pada umumnya dibuat berdasarkan data lotal, baik untuk
penghasilan, biaya dan penjualan sehingga manajer tidak mengetahui data blaya
per unit, Biaya per unit akan naik turun sesuai dengan volume yang diproduksi,
semakin besar Volume Produksi akan semakin rendah biaya per unit. Hal ini
disebabkan sifat biaya tetap. Data biaya per unit sangat penting bagi manajemen
dalam penentuan harga jual maupun untuk tujuan-tujuan lain. Data Perusahaan
“Eka Jaya & Co” diatas dibuat table (gambar 6) maupun grafik laba per unit
(gambar 7)
Gambar 6: Rincian Anggaran Penjualan dan Biaya (dalam unit)
Grafik laba per unit (gambar 7) dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Buatlah sumbu horizontal dan vertikal seperti halnya dalam membuat grafik
break even sebelumnya.
b. Gambarkan biaya variable per unit sejajar dengan sumbu horizontal dimulai
pada angka Rp 130 sumbu vertikal, biaya variable per unit adalah sama
besarnya oleh karena itu garis biaya variable per unit nampak lurus
c. Gambarkan garis penjualan per unit sejajar sumbu horizontal mulai angka
Rp.250.00 pada sumbu vertikal, garis penjualan Nampak lurus karena harga
per unit tetap.
d. Gambarkan garis biaya tetap (jumlah biaya) dimulai pada volume 20.000 unit
dan pada ketinggian Rp.1.030.00 Sumbu vertikal. Biaya tetap per unit akan
turun dengan semakin besarnya volume penjualan. oleh karena itu garis biaya
tetap akan semakin turun dengan semakin besarnya volume produksi.
Gambar 7: Grafik Laba Per Unit
Dari grafik laba per satuan pada gambar 6-7 maupun tabelnya pada gambar 6-6,
manajemen akan memperoleh informasj tentang hubungan antara volume
penjualan, biaya dan laba per unit barang, manajemen memperoleh informasi
tentang besarnya biaya per unit berbagai tingkat penjualan / produksi serta
informasi tentang besamya rugi maupun laba untuk berbagai tingkat penjualan
tersebut dan jumlah. unit barang yang harus dijual agar perusahaan tidak
menderita rugi maupun laba.
E. ANGGAPAN DAN KETERBATASAN
Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even baik dengan rumus
mathematik maupun dengan grafik, tergantung pada konsep-konsep yang
mendasari atau anggapan-anggapan yang digunakan dalam perhitungan tersebut.
Anggapan merupakan suatu konsep dasar atau pemikiran yang harus diterapkan
walaupun anggapan-anggapan tersebut mungkin tidak sesuai dengan kenyataan.
Dengan demikian semakin banyak anggapan yang digunakan (yang pada
umumnya tidak sesuai dengan kenyataan) akan banyak pula kelemahan yang
terdapat pada analisa tersebut. Pada umumnya konsep atau anggapan dasar yang
digunakan dalam analisa break even adalah sebagai berikut
a. Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan prinsip variabilitas biaya dapat
diterapkan dengan tepat. Pada prakteknya untuk memisahkan biaya tetap dan
biaya variabel dengan tepat bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah,
karena ada beberapa biaya yang sifatnya banci, yaitu biaya Yang mempunyai
sifat variabel dan sifat tetap (merupakan biaya semi variabel dan semi tetap).
Terhadap biaya semi variabel ini haris dilakukan pemisahan menjadi unsur
tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan
analitis maupun pendekatan historis. Pendekatan analitis dilakukan dengan
meneliti setiap jenis atau unsur biaya satu persatu dan ditentukan sifatnya
dengan mengingat perlu tidaknya biaya yang bersangkutan dalam cara kerja
yang efisien. Sedangkan pendekatan historis memisahkan unsur tetap dan
unsur variabel berdasarkan angka-angka atau data biaya pada waktu yang
lampau, kemudian dari data tersebut dengan menggunakan metode-metode
tertentu diterapkan waktu-waktu yang akan datang.
b. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas umum.
Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun
perusahaan berhenti beroperasi. Pada umumnya yang dapat berproduksi dalam
jumlah besar (tanpa melalui kapasitas penuh) akan dapat bekerja dengan
menekan biaya yang terjadi termasuk biaya tetapnya. Dengan demikian pada
batas-batas tertentu atau pada tingkat-tingkat kapasitas produksi atau kegiatan
tertentu biaya tetap akan mengalami perubahan. Oleh karena itu biaya tetap
akan kostan pada suatu kapasitas tertentu,
c. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan
perubahan volume penjualan dengan adanya sinkronisasi antara produksi dan
penjualan. Keadaan yang demikian dalam praktek jarang terjadi. misalnya
biaya variabel berupa barang mentah, semakin besar volume produksi berarti
pembelian bahan mentah dalam jumlah besar yang berarti akan diperoleh
potongan-potongan atau dapat dibeli dengan harga vang lebih murah.
d. Harga Jual persatuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan
barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga barang secara umum. Hal
yang demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan/praktek
e. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual atau jika
lebih dari satu macam maka kombinasi atau, komposisi penjualannya (sales
mix) akan tetap konstan,
Dengan adanya anggapan-anggapan tersebul maka dalam grafik break even, garis-
garis penjualan, jumlah biaya (baik biaya tetap maupun variabel), semua nampak
lurus karena semua perubahan dianggap sebanding dengan dengan volume
penjualan Di samping itu, analisa break even tidak dapat menunjukkan kepada
manajemen atau penganalisa tentang tingkat penjualan yang dapat diperoleh
keuntungan paling besar.
F. MARGIN OF SAFETY
Margin of safety atau tingkat kemanan adalah informasi tentang seberapa jauh
volume penjualan boleh turun dan yang dianggarkan namun perusahaan tidak
menderita rugi. Dengan kata lain margin of safety merupakan batas keamanan
bagi perusahaan dalam hal terjadi penurunan penjualan, berapapun penurunan
penjualan yang terjadi sepanjang dalam batas-batas tersebut perusahaan tidak akan
menderita rugi. Hubungan atau selisih antara penjualan yang dianggarkan dengan
penjualan pada tingkat break even merupakan tingkat keamanan (margin of
safety) bagi perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan. Informasi margin
of safety dapat dinyatakan dalam rasio (persentase) antara penjualan menurut
anggaran dengan volume penjualan pada tingkat break even, atau persentase
(rasio) dari selisih antara penjualan yang di anggarkan dan penjualan pada tingkat
break even dengan tingkat penjualan yang dianggarkan itu sendiri, atau dengan
rumus:
Penjualan per budget
1. %
Penjualan per break even
Penjualan per budget−Penjualan per break even
2. %
Penjualan per budget
Dengan data perusahaan Eka Jaya & Co maka margin of safety perusahaan
tersebut adalah
Rp 50.000 .000
1. X 100 %=133,33 %
Rp 37.500 .000
Rp 50.000 .000−Rp 37.500 .000
2. X 100 %=25 %
Rp 50.000 .000
Profit (%) 12 %
M/S ratio = = = 25%
P ¿(%) 48 %
Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti.
Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari
pengambilan keputusan bisnis dan bagaimananpun hal itu harus ditangani. Secara
formal, risiko berbeda dengan ketidak pastian. Distribusi probabilitas variable
pada risiko dapat diketahui, sedangkan distribusi probabilitas variable pada
ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan pembahasan kita, kedua
istilah tersebut akan digunakan secara bergantian. Margin pengaman ( margin of
safety ) adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual atau pendapatan yang
dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas.
Sebagai contoh jika volume impas perusahaan adalah 200 unit dan perusahaan
saat ini menjual 500 unit, maka margin pengamannya adalah 300 unit (500-200).
Margin pengaman juga dapat dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Jika
penjualan impas adalah $200.000 dan pendapatan saat ini adalah $350.000, maka
margin pengamannya adalah $150.000. Rasio margin pengaman dapat dinyatakan
dalam (pendapatan penjualan yang dianggarkan pendapatan penjualan
impas)/pendapatan penjualan x 100%. Dalam contoh di atas, rasio margin
pengamannya yaitu sebesar (350.000-200.000)/200.000= 75%. Margin
pengamandapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Pada kenyataannya
peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana disusun. Hal itu dapat
menurunkan penjualan di bawah jumlah yang diharapkan. Apabila margin
pengaman perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang diharapkan tahun
depan, maka risikomenderita kerugian jika penjualan menurun lebih kecil
daripada margin pengamannya kecil. Manager yang menghadapi margin
pengaman yang rendah mungkin ingin mempertimbangkan berbagai tindakan
untuk meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya. Langkah-langkah
Pengungkit Operasi, dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin sederhana
yang digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya, pengungkit
tersebut melipatgandakan kekuatan tenaga yang dikeluarkan untuk menghasilkan
lebih banyak pekerjaan. Semakin besar beban yang digerakkan oleh sejumlah
tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut. Dalam
bidang keuangan pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relative dari biaya
tetap dan biaya variable dalam suatu organisasi. Pertukaran antara biaya tetap
dengan biaya variable adalah suatu hal yang mungkin dilakukan. Tingkat
pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL) untuk tingkat penjualan
tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba.
Ini adalah cara untuk menentukan nilai yang berbeda untuk variabel independen
yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi variabel dependen tertentu, dengan
serangkaian asumsi tertentu.
Anda dapat menggunakan analisis sensitivitas ketika ada batasan yang bergantung
pada variabel input dan ketika Anda ingin menjawab pertanyaan seperti:
Apakah hasil penelitian akan berubah jika kita menggunakan asumsi lain?
Seberapa yakin kita dengan asumsi ini?
“Apa yang terjadi dengan biaya obligasi jika tingkat bunga naik 2%?”
Metode langsung
Dalam metode langsung, Anda akan mengganti angka yang berbeda menjadi
asumsi dalam model. Misalnya, asumsi pertumbuhan pendapatan Anda adalah
20% dari tahun ke tahun, maka rumus pendapatannya adalah: