PERENCANAAN MANAJERIAL”
MAKALAH
SURABAYA
T.P 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Segala puji milik Allah subhanahu wa Ta’la .Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW . Berkat limpahan
waktu, kesehatan dan ilmu dari Allah subhanahu wa Ta’la.Alhamdulillah naskah
makalah tentang Penetapan Harga Transfer, dapat kami selesaikan.
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar ................................................................................................ 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 17
3.2 Saran........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume
Profit Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per unit,
kuantias yang terjual, harga produk (prices of products), volume produksi, dan
semua informasi keuangan perusahaan yang terkandung di dalamnya yang
sangat mempengaruhi tngkat laba. Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu
lainnya sepert jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak
pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, serta dampak kenaikan harga
terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer untuk
melakukan analisis sensitvitas dengan menguji dampak dari berbagai tngkat
harga atau biaya terhadap laba.Sementara tujuan utama suatu perusahaan
adalah untuk memperoleh laba yangmaksimal agar kelangsungan hidup
perusahaan terus berjalan sepanjang waktu, maka perlu dilakukan analisis
terhadap biaya volume laba perusahaan.
4
3. Menjelaskan tentang perhitungan cost volume profit.
4. Menjelaskan tentang margin pengaman.
5. Menjelaskan apa saja yang memperngaruhi perubahan break even.
6. Menjelaskan kelemahan-kelemahan analisis cost volume profit
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kedua konsep biaya ini (variabel dan tetap) sangat penting dalam
memahami anlisis CVP dikarenakan hubungan keduanya sangat erat dengan
penjualan dan laba. Hubungan biaya, penjualan dan laba inilah yang
selanjutnnya dikembangkan kedalam analisis CVP. CVP merujuk pada biaya,
volume, dan penjualan.
6
biaya variabel). Pada titik impasini, perusahaan tidak mengalami laba atau
rugi. Titik impas ini dapat menjadi pemeriksaan awal yang mendahului
analisis CVP yang lebih rinci.
Perlu dipahami disini bahwa analisis CVP atau analisis titik impas
mempunyai beberapa asumsi dasar. Berikut ini kami jelaskan asumsi yang
mendasari analisis CVP atau titik impas adalah:
Efisien internal
7
Bauran produk
Metode produksi
Ukuran pabrik
volume penjualan
harga jual
baran penjualan produk
biaya variabel per unit
total biaya tetap
Dalam rangka meramal laba secara akurat, faktor yang penting adalah
mengetahui hubungan antara laba dan biaya pada satu sisi dan
volumenya pada sisi lain.
Analisis biaya-volume-penjualan bermanfaat dalam menyusun flexible
budget yang mengidentifikasi biaya pada banyak level aktivitas.
Analisis CVP membantu evaluasi kinerja untuk tujuan pengendalian.
Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan review laba dan biaya serta
perubahan volume.
Analisis hubungan CVP mendukung penetapan kebijakan harga yang
sesuai dengan kondisi lingkungan.
Tarif overhead pabrik yang ditentukan dimuka berhubungan dengan
volume produksi, maka mempelajari hubungan biaya dan volume
adalah penting untuk mengetahui jumlah biaya overhead yang akan
dibebankan ke biaya produk pada berbagai tingkat operasi.
8
2.3 Perhitungan analisis CVP
Perlu dicatat disini bahwa titik impas terjadi ketika jumlah penjualan
sama dengan jumlah biaya variabel ditambah dengan biaya tetap. Kondisi
titik impas juga dapat terjadi ketika total marjin kontribusi sama dengan total
biaya tetap.
break-even point)
9
impas.
Penjualan
10
Penjualan
Kita terapkan kembali dalam soal kasus yang lalu dalam kondisi target
laba bersih sebesar Rp 1.200.000. penjualan pada titik impas nilainya sama
dengan total biaya tetap, pada kasus ini sebesar Rp 1.200.000. Beberapa
nilai diketahui seperti:
11
Total penjualan Rp 4.000.000
Penjualan pada titik impas Rp. 1.200.000
Rasio marjin kontribusi 60%
Dalam analisa break even, biaya-biaya dan harga jual haruslah konstan,
karena naik turunnya biaya dan harga jual akan memengaruhi titik break-
12
even. Alwi (1994:274) menyatakan dalam bukunya “Alat-Alat Analisa Dalam
Pembelanjaan” beberapa hal penting yang dapat memengaruhi perubahan
break-even, yaitu:
13
Dari Gambar 8.1 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan biaya tetap dari
TFC1 ke TFC2 sehingga biaya total juga mengalami kenaikan dari
TC1, ke TC, Titik impas (break even potnt) berubah atau bergeser dari
B ke B1. Perilaku yang sama juga terjadi ketika biaya tetap naik dari
TFC2, ke TFC3,maka total biaya mengalami kenaikan dari TC2, ke
TC3. Titik impas (BEP) mengalami pergeseran dari B1, ke B2,. Dari
sini kita dapat simpulkan bahwa apabila biaya tetap (TFC) mengalami
kenaikan maka kurva total biaya (TC) akan bergeser ke atas sehingga
berdampak pada titik impas (volume dan nilai penjualan) akan bergeser
ke atas. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang searah antara
biaya tetap dan titik impas yaitu apabila terjadi kenaikan biaya tetap
maka titik impas juga mengalami kenaikan. Adapun pendapatan total
(total revenue — TR) tetap tidak mengalami perubahan atau
pergeseran.
14
Dari Gambar 8.2, dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan biaya variabel
per unit dari TVC1, ke TVC2, sehingga biaya total (total cost) juga
berubah naik dari TC1, ke TC2,. Kondisi ini menyebabkan titik impas
(BEP) bergeser naik dari B ke B2,. Demikian pula titik impas naik dari
titik B1, ke B2, ketika terjadi kenaikan biaya variabel per unit dari B1,
ke B2, yang menyebabkan kenaikan pada total biaya dari TC2, ke TC3,.
Dari sini kita dapat simpulkan bahwa apabila biaya variabel (total
variable cost - TVC) mengalami kenaikan maka kurva total biaya (TC)
akan bergeser ke atas sehingga berdampak pada titik impas (volume dan
nilai penjualan) akan bergeser ke atas. Sama dengan perubahan dalam
biaya tetap, hal ini juga menunjukkan adanya hubungan yang searah
antara biaya variabel dan titik impas yaitu apabila biaya variabel
mengalami kenaikan maka akan berdampak pada kenaikan titik impas.
15
Adapun pendapatan total (total revenue — TR) tetap tidak mengalami
perubahan atau pergeseran.
Dari Gambar 8.3 dapat dilihat bahwa apabila terjadi pergeseran garis
TR ke kiri atau terjadi kenaikan pada total pendapatan (fotal revenue —
TR) dari TR1, ke TR2, sedangkan garis total biaya tetap (total fixed
cost - TFC) dan garis total biaya (total cast - TC) diasumsikan tetap atau
tidak berubah maka mengakibatkan terjadi penurunan pada titik impas
(break even point) dari B ke B-. Perilaku yang sama terjadi ketika Total
Revenue naik dari TR2, ke TR3, dengan asumsi TC dan TFC konstan,
maka terjadi penurunan titik impas dari B ke B-. Dari siri kita dapat
menyimpulkan adanya hubungan yang negatif atau berkebalikan antara
harga jual atau total pendapatan dengan titik impas. Apabila harga jual
atau total pendapatan bergeser ke kiri (mengalami kenaikan) maka titik
impas (dalam unit) akan bergeser ke kiri (mengalami penurunan)
artinya apabila kenaikan pada harga jual atau total pendapatan maka
titik impas (dalam unit) akan berkurang. Demikian pula sebaliknya,
16
apabila harga jual atau total pendapatan menurun maka akan terjadi
kenaikan pada titik impas dalam unit.
17
2.6 Kelemahan Analisis Cost Volume Profit (CVP)
a. Biaya tetap ternyata tidak selalu tetap konstan. Konstannya biaya tetap
hanyalah sepanjang rentang relevan tertentu. Apabila melebihi rentang
relevan tersebut, biaya tetap akan mengalami perubahan.
b. Sebaliknya, biaya variabel tidak selalu bervariasi secara proporsional
Alasannya sama dengan biaya tetap di atas.
c. Penjualan tidak selalu berubah secara proporsional.
d. Analisis titik impas diragukan tingkat validitasnya ketika bisnis menjual
banyak produk dengan marjin laba yang berbeda.
e. Analisis titik impas didasarkan atas asumsi bahwa laba dipengaruhi
oleh pengaruh penjualan. Karena itu, perubahan persediaan tidak secara
langsung memengaruhi laba.
f. Kondisi pertumbuhan atau ekspansi organisasi tidak diasumsikan dalam
analis titik impas atau biaya-volume-penjualan. Kenyataannya
perusahaan dapat saja mengalami pertumbuhan atau ekspansi kegiatan
bisnisnya.
g. Hanya jumlah informasi yang terbatas yang dapat disajikan dalam
grafik titik umpas tunggal. Apabila ingin dikaji perubahan biaya tetap,
biaya variabel, dan harga jual, maka harus disusun jumlah grafik lebih
banyak.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
3.2 Saran
Demikianlah Makalah yang dapat kami sajikan. Kami sadar makalah ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, memiliki banyak kekeliruan dan
kesalahan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat dijadikan bahan perbaikan dikemudian hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
21