Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

“ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA”

Disusun oleh:

KELOMPOK 3
ANGGOTA :
1. CITRA YUNIA 2051040096

2. SAMSUL ARIFIN 2051040308

3. TEGAR SUKMA PERMADI 2051040343

4. SEPTI HARLIANI 1951040425

Dosen Pembimbing: Arifa Kurniawan, M.S.A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya jugalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini di buat
untuk memenuhi tugas mata kuliah, Akuntansi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, Prodi Manajemen Bisnis Syariah, Kelas A. Materi dalam makalah ini diambil dari
berbagai sumber bacaan dan sesuai dengan silabus yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Akuntansi Manajemen.
Penulis menyadari bahwa banyak masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, untuk itu mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dipergunakan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 24 September 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan ..................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis-Volume-Biaya ........................................... 7
2.2 Titik Impas Dalam Unit ............................................................ 7
2.2.1 Pendekatan Laba Operasi ............................................. 8
2.2.2 Pendekatan Margin Kontribusi ..................................... 10
2.2.3 Unit Penjualan Untuk Mencapai Laba Yang Ditargetkan 12
2.3 Analisis Multiproduk ............................................................... 15
2.4 Grafik Biaya-Volume-Laba ..................................................... 17
2.5 Risiko Dan Ketidakpastian ........................................................ 18

BAB III PENUTUP


3.1. Simpulan ................................................................................. 25
3.2. Saran ....................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini indonesia sedang menghadapi perdagangan bebas di mana negara-
negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan
perdagangan bebas asia tenggara, yang berdampak pada perekonomian. Oleh
sebab itu pemerintah dan pihak swasta di tuntut untuk terus memproduksi barang
dan jasa yang dapat menghasilkan cadangan devisa. Tentunya hal tersebut
membutuhkan suatu Planning, Organizing, Directing, and Controlling karena ke
empat hal ini merupakan unsur penting demi berlangsungnya suatu organisasi,
baik profit seeking organization maupun non profit organization (Selfinta,
2013:182). Agar selalu siap menghadapi masalah-masalah yang terjadi serta
persaingan yang semakin ketat, maka suatu perusahaan di tuntut agar benar-benar
bisa membuat perencanaan yang tepat dan cermat, apabila tetap ingin bertahan
dan berkompetisi di dalam bisnis yang mereka tekuni. Apabila gagal
mengendalikan, maka biaya akan semakin membengkak dengan cepat sehingga
dapat di pastikan bahwa kerugianlah yang akan segera terbayang (Selfinta,
2013:182). Analisis cost volume profit (CVP) adalah suatu alat analisis bagi
manajemen tentang hubungan anatara biaya, volume penjualan, dan laba, dengan
menggunakan analisis CVP dapat di ketahui hubungan antara perubahan volume
penjualan dan perubahan terhadap harga jual dan 1 2 jumlah biaya (biaya tetap
dan variabel). Analisis CVP dapat membantu manajer dalam memahami perilaku
biaya, total produk, serta laba operasi ketika terjadi perubahan tingkat output,
harga jual, biaya variabel, atau biaya tetap. Jadi manajemen dapat menentukan
volume penjualan dan bauran produk yang di butuhkan untuk mencapai tingkat
laba yang di harapkan dengan sumber daya yang di miliki (Atika dan Ventje,
2014:1671). Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang di
harapkan, volume penjualan di pengaruhi oleh harga jual, sedangkan volume
produksi di pengaruhi oleh volume penjualan, dan biaya di pengaruhi oleh volume
produksi. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Oleh sebab itu,
dalam perencanaan laba jangka pendek, hubungan antara biaya, volume, dan laba

4
memegang peranan penting, sehingga dalam pemilihan alternatif tindakan dan
perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang, manajemen memerlukan
informasi untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat terhadap
hasil penjualan dan laba yang akan datang. Analisis hubungan biaya, volume, laba
merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume
penjualan, dan biaya terhadap laba, untuk membantu manajemen dalam
perencanaan penjualan dan laba jangka pendek (Reginaldo, 2013:1639).
Kebehasilan suatu perusahaan pada umumnya di tandai dengan besarnya
volume penjualan pada perusahaan tersebut, besarnya volume 4 penjualan
mencerminkan besarnya laba yang di peroleh perusahaan tersebut. Bahkan bisa di
katakan semakin besar volume penjualan maka semakin besar pula laba yang di
peroleh dari perusahaan tersebut, dan semakin besarnya laba mencerminkan
kinerja perusahaan yang baik. Untuk membuat perencanaan laba perlu estimasi-
estimasi atau perkiraan-perkiraan, untuk dapat merencanakan laba yang di
harapkan, dapat di uraikan dengan bantuan analisis Break Event Point yang
merupakan sarana untuk merencanakan laba. Hasil dari analisis ini dapat
memberikan data atau informasi di mana dapat membantu para pengusaha dalam
merencanakan, merumuskan kebijakan dan mengambil keputusan. Oleh karena
itu analisis ini merupakan alat untuk merencanakan laba dengan melihat faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis biaya-
volume-laba yaitu biaya produksi, harga jual produk, dan volume penjualan.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya perusahaan dapat
dengan mudah mengetahui perubahan laba yang akan di capai apabila terdapat
perubahan pada biaya, volume penjualan dan harga jual yang akan terjadi.

5
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tentang analisis biaya-volume-laba di


atas maka bisa dirumuskan beberapa masalah berikut ini:

a) Apa yang dimaksud dengan analisis biaya-volume-laba?


b) Apa yang dimaksud dengan titik impas dalam unit?
c) Bagaimana cara menganalisis multiproduk?
d) Bagaimana grafik biaya-volume-laba?
e) Apa saja risiko dan ketidakpastian dalam analisis biaya-volume-laba?

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai


dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui pengertian analisis biaya-volume-laba.


b) Untuk mengetahui pengertian titik impas dalam unit.
c) Untuk mengetahui cara menganalisis multiproduk.
d) Untuk mengetahui grafik biaya-volume-laba.
e) Untuk mengetahui risiko dan ketidakpastian dalam analisis biaya-volume-
laba.

6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA

Analisis biaya-volume-laba (analisis BVL) yang sering kali disebut sebagai cost-
volume profit analysis (CVP analysis) merupakan alat yang berguna untuk perencanaan
dan pembuatan keputusan. Analisis BVL menekankan pada hubungan antara biaya,
volume (kuantitas penjualan), dan harga jual. Analisis BVL juga merupakan alat yang
berguna untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan perencanaan
penjualan dan membantu perusahaan dalam memecahkan permasalahan tersebut.

Analisis BVI. juga dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah


penting lainnya, misalnya tentang perencanaan jumlah unit produk yang seharusnya
dijual agar perusahaan mencapai titik impas (break-even point), perhitungan dampak
penurunan biaya tetap terhadap titik impas dan perhitungan dampak kenaikan harga jual
terhadap laba Selain itu, analisis BVL juga memungkinkan bagi manajer perusahaan
untuk melakukan analisis sensitivitas melalui pengujian tentang dampak berbagai tingkat
harga jual atau biaya terhadap laba.

2.2 TITIK IMPAS DALAM UNIT

Titik impas (break-even point) adalah keadaan yang menunjukkan bahwa jumlah
pendapatan yang diterima perusahaan (pendapatan total) sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan perusahaan (biaya total). Keadaan tersebut biasanya ditunjukkan dalam
jumlah volume aktivitas (jumlah unit penjualan). Titik impas dapat dirumuskan melalu
dua pendekatan, yaitu titik impas dalam jumlah unit penjualan dan titik impas dalam
jumlah rupiah penjualan. Titik impas dalam jumlah unit penjualan dihitung dengan cara
membagi biaya tetap total dengan margin kontribusi per unit. 1 Titik impas dalam jumlah
rupiah penjualan dihitung dengan cara membagi biaya tetap total dengan rasio margin
kontribusi.

1
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 317-318.
24/09/2022 04.44

7
Titik impas sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan berbagai
analisis. Sebagai contoh, apabila perusahaan ingin mengetahui dampak yang akan terjadi
terhadap pendapatan, biaya, dan laba sebagai akibat dari perubahan volume penjualan,
maka manajemen perusahaan perlu mengetahui tentang titik impas dalam unit penjualan.
Untuk menemukan titik impas dalam unit penjualan. Manajemen harus berfokus pada
perhitungan laba operasi (operating income). Langkah selanjutnya adalah menentukan
jumlah unit yang seharusnya dijual untuk mendapatkan laba yang ditargetkan (targeted
profit).

Analisis BVL berfokus pada faktor-faktor yang berdampak pada perubahan


dalam komponen laba. Apabila manajemen ingin mengetahui analisis BVL dalam
hubungannya dengan unit penjualan, maka manajemen perlu menentukan komponen
biaya tetap dan biaya variabel serta pendapatan dalam hubungannya dengan unit
penjualan. Perlu diperhatikan bahwa analisis BVL berfokus pada perusahaan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, biaya yang dimaksud di atas adalah semua biaya yang
terjadi di perusahaan, yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi.

2.2.1 Pendekatan Laba Operasi

Laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable costing


merupakan alat yang berguna bagi manajemen untuk mengorganisasi biaya
perusahaan ke dalam kelompok biaya tetap dan biaya variabel. Laporan laba rugi
dengan pendekatan variable costing dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut.

Laba operasi = Pendapatan penjualan - Biaya variabel - Biaya tetap

Perhitungan unit impas dapat dilakukan dengan cara memusatkan


perhatian pada laba operasi atau disebut dengan pendekatan laba operasi
(operating income approach). Perlu diperhatikan bahwa penggunaan istilah laba
operasi menunjukkan jumlah laba sebelum pajak. Selain itu, laba operasi hanya
meliputi pendapatan dan biaya yang berasal dari aktivitas operasi normal
2
perusahaan. Aktivitas operasi normal adalah aktivitas yang dilakukan
perusahaan di luar aktivitas investasi (investing activities) dan aktivitas keuangan

2
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 318.
24/09/2022 04.45

8
(financing activities). Untuk selanjutnya akan digunakan istilah laba bersih (net
incomme) yang menunjukkan laba operasi setelah dikurangi dengan pajak.

Apabila ukuran unit penjualan sudah diketahui, selanjutnya persamaan


laba operasi dapat diperluas dengan mengekspresikan pendapatan penjualan dan
biaya variabel dalam hubungannya dengan jumlah rupiah dan jumlah unit.
Pendapatan penjualan adalah harga jual per unit dikalikan dengan junilah unit
penjualan dan biaya variabel total adalah biaya variabel per unit dikalikan dengan
jumlah unit penjualan. Berdasarkan penjelasan di atas maka persamaan laba
operasi dapat dirumuskan sebagai berikut.

Laba operasi = (Harga jual per unit x Jumlah unit penjualan) (Biaya variabel
per unit x Jumlah unit penjualan) Biaya tetap total

Untuk memperjelas hal-hal di atas, berikut ini ditunjukkan contoh perhitungan


titik impas dalam unit. Diasumsikan bahwa PT Genah Ripah memproduksi mesin
motor. Untuk tahun yang akan datang, direktur keuangan telah menyiapkan
laporan laba rugi prospektif sebagai berikut.

Penjualan (1.000 unit @ Rp400.000) Rp400.000.000

Biaya variabel (325.000.000)

Margin kontribusi Rp75.000.000

Biaya tetap (45.000.000)

Laba sebelum pajak Rp30.000.000

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa harga jual produk adalah


sebesar Rp 400.000 per unit dan biaya variabel adalah sebesar Rp325 000 per
unit (Rp325.000.000/4.000 unit). 3Biaya tetap adalah sebesar Rp45.000.000.
Pada titik umpas, persamaan laba operasa akan menjadi sebagai berikut.

3
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 319.
24/09/2022 04.48

9
0 = ( Rp400.000 x unit ) - (R325 000 Unit) - Rp15.000.000

0 = Rp75.000 x Unit - Rp15.000.000

Rp75.000 x Unit = Rp45.000.000

Unit = 600

Oleh karena itu, PT Gemah Ripah harus dapat menjual sebanyak 600 unit
mesin motor dalam rangka menutup semua biaya tetap dan biaya variabel. Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk mengecek jawaban tersebut adalah dengan
meinformulasikan laporan laba rugi berdasarkan 600 unit penjualan.

Penjualan (600 unit @ Rp400.000) Rp240 000 000

Biaya variable (195.000.000)

Margin kontribusi Rp45.000.000

Biaya tetap (45 000.000)

Laba sebelum pajak Rp 0

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa penjualan sebanyak 600


unit menghasilkan laba sebesar nol. 4

2.2.2 Pendekatan Margin Kontribusi

Perhitungan unit impas dapat dilakukan lebih cepat dengan cara


memusatkan perhatian pada margin kontribusi atau disebut dengan pendekatan
margin kontribusi (contribution margin approach). Margin kontribusi
merupakan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya variabel total. Pada

4
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 319-320.
24/09/2022 04.49

10
titik impas, besarnya margin kontribusi sama dengan besarnya biaya tetap.
Apabila margin kontribusi per unit diganti dengan harga jual per unit dikurangi
biaya variabel per unit pada persamaan laba operasi dan diperoleh jumlah unit,
maka akan diperoleh persamaan impas sebagai berikut.

Jumlah unit = Biaya tetap total

Harga jual per unit - Biaya variabel per unit

Jumlah unit = Biaya tetap total

Margin kontribusi per unit

Dengan menggunakan PT Gemah Ripah sebagai contoh, selanjutnya dapat dilihat


bahwa margin kontribusi per unit dapat dihitung melalui dua cara. Cara pertama
adalah dengan membagi margin kontribusi total dengan jumlah unit yang dijual,
sehingga diperoleh margin kontribusi per unit sebesar Rp75.000
(Rp75.000.000/1.000). Cara kedua adalah mengurangi harga jual per unit dengan
biaya variabel per unit, sehingga diperoleh margin kontribusi per unit sebesar
Rp75.000 per unit (Rp400.000-Rp325.000). Dengan cara tersebut akan diperoleh
hasil (margin kontribusi per unit) yang sama, yaitu sebesar Rp75.000. Untuk
menghitung jumlah unit titik impas, persamaan impas adalah sebagai berikut.

Jumlah unit = Rp45.000.000

Rp400.000 - Rp325.000

= Rp45.000.000

= Rp75.000

= 600 unit

Hasil yang diperoleh di atas sama dengan hasil perhitungan yang dilakukan
dengan menggunakan laporan laba rugi.5

5
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 320.
24/09/2022 04.50

11
2.2.3 Unit Penjualan Untuk Mencapai Laba Yang Ditargetkan

Titik impas merupakan informasi yang sangat bermanfaat bagi


perusahaan sebagai dasar untuk merencanakan perolehan laba. Semua
perusahaan mengharapkan untuk bisa memperoleh laba operasi lebih besar
daripada nol. Analisis BVL memberi cara untuk menentukan jumlah unit produk
yang harus dijual agar perusahaan mampu memperoleh laba yang ditargetkan,
Laba operasi yang ditargetkan dapat ditunjukkan sebagai jumlah rupiah,
misalnya sebesar Rp20.000.000 atau sebagai persentase dari pendapatan
penjualan, misalnya 15 persen dari pendapatan penjualan. Baik pendekatan laba
operasi maupun pendekatan margin kontribusi dapat dengan mudah digunakan
untuk menghitung laba yang ditargetkan.

Laba Ditargetkan dalam Bentuk Rupiah. Untuk menentukan jumlah


penjualan supaya perusahaan dapat mencapai laba sesuai yang ditargetkan,
berikut ini ditunjukkan ilustrasinya. Diasumsikan bahwa PT Gemah Ripah ingin
memperoleh laba operasi sebesar Rp60.000.000, tentukan berapa jumlah mesin
motor yang seharusnya dijual untuk mencapai laba tersebut? Dengan
menggunakan pendekatan laporan laba rugi operasi dapat dihitung sebagai
berikut.

Rp60.000.000 = (Rp400.000 x Unit) - (Rp325.000 Unit) - Rp45.000.000

Rp105.000.000 = Rp75.000 x Unit

Unit = 1.400

Apabila menggunakan pendekatan margin kontribusi, perhitungan jumlah unit


yang harus dijual untuk mencapai laba yang ditargetkan dengan sederhana dapat
dilakukan dengan cara menambahkan laba yang ditargetkan sebesar
Rp60.000.000 pada biaya tetap, sehingga akan diperoleh jumlah unit penjualan. 6

6
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 320-321.
24/09/2022 04.42

12
Unit = Rp45.000.000 + Rp60.000.000

Rp400.000-Rp325.000

= Rp105.000.000

Rp75.000

= 1.400

Dengan demikian PT Gemah Ripah harus dapat menjual sebanyak 1.400


unit mesin motor agar memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp60.000.000.
Laporan laba rugi berikut ini menunjukkan hasil perhitungan di atas.

Penjualan (1.400 unit @ Rp400.000) Rp560.000.000

Biaya variable (455.000.000)

Margin kontribusi Rp105.000.000

Biaya tetap (45.000.000)

Laba sebelum pajak Rp60.000.000

Cara lain untuk mengecek jumlah unit adalah dengan menggunakan titik
impas. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya bahwa perusahaan harus dapat
menjual sebanyak 1.400 unit mesin atau 800 unit lebih banyak daripada volume
impas 600 unit untuk memperoleh labu sebesar Rp60.000.000. Margin kontribusi
per unit mesin motor adalah sebesar Rp75.000. Perkalian Rp75.000 dengan 800
mesin di atas titik impas akan menghasilkan laba sebesar Rp60.000.000
(Rp75.000 x 800). 7Hasil tersebut menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit
untuk setiap unit penjualan di atas titik impas adalah sama dengan laba per unit.
Apabila titik impas telah dihitung, jumlah mesin motor yang dijual untuk
menghasilkan laba operasi sebesar Rp60.000.000 dapat dihitung dengan cara

7
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 321-322.
24/09/2022 04.53

13
membagi jumlah target laba dengan margin kontribusi per unit dan
menambahkan hasil perhitungan tersebut dengan volume impas.

Pada umumnya dengan asumsi bahwa biaya tetap sama, dampak


terhadap laba perusahaan sebagai akibat perubahan jumlah unit penjualan dapat
dihitung dengan cara mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan
jumlah unit yang terjual Sebagai contoh, apabila 1.500 unit mesin motor terjual,
berapa jumlah tambahan laba yang akan diperoleh perusahaan? Perubahan dalam
jumlah unit terjual sebesar 100 unit dan dengan margin kontribusi per unit adalah
sebesar Rp75.000, maka laba akan meningkat sebesar Rp7.500.000 (Rp75.000 x
100).

Laba Ditargetkan dalam Persentase Pendapatan Penjualan. Diasumsikan


bahwa PT Genuh Ripah ingin mengetahui jumlah mesin motor yang harus dijual
dalam rangka memperoleh laba sebesar 15 persen dari pendapatan penjualan.
Pendapatan penjualan adalah harga jual per unit dikalikan dengan jumlah unit
yang dijual. Oleh karena itu, laba operasi yang ditargetkan adalah sebesar 15
persen dari harga jual dikalikan dengan kuantitas (unit penjualan). Dengan
menggunakan pendekatan laba operasi, maka akan dihasilkan persamaan sebagai
berikut.

0,15 x Rp400.000 x Unit = (Rp400.000 x Unit) - (Rp325.000 x Unit) -


Rp45.000.000

Rp60,000 x Unit = (Rp400.000 x Unit) - (Rp325,000 x Unit) - Rp45.000.000

Rp60.000 x Unit = (Rp75.000 x Unit) - Rp45.000.000

Rp15.000 x Unit = Rp45.000.000

Unit = 3.0008

Apakah dengan volume penjualan sebanyak 3.000 unit mesin tootor akan
dapat dihasilkan laba sebesar 15 persen dari pendapatan penjualan? Penjualan
sebanyak 3.000 unit mesin motor, pendapatan total adalah sebesar

8
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 322.
24/09/2022 04.54

14
Rp1.200.000.000 (Rp400.000 x 3.000). Laba dapat dihitung tanpa perlu
menyiapkan laporan rugi laba. Perlu diperhatikan bahwa di atas titik impas,
margin kontribusi per unit merupakan laba per unit. Volume impas adalah 600
unit mesin motor. Apabila 3.000 unit mesin motor terjual, maka hal itu berarti
sebanyak 2.400 (3.000-600) unit mesin motor terjual di atas titik impas. Oleh
karena itu, laba sebelum pajak adalah sebesar Rp180.000.000 (Rp75.000 x 2.400)
atau sebanyak 15 persen dari pendapatan prajualan (Rp180 000
9
000/Rp1.200.000.000).

2.3 ANALISIS MULTIPRODUK

Analisis BVL dapat diterapkan dengan mudah pada situasi produk tunggal.
Namun, dalam praktiknya banyak perusahaan yang menghasilkan dan menjual sejumlah
produk atau jasa. Formula yang digunakan untuk situasi produk tunggal dapat
diadaptasikan untuk perusahaan yang menjual multiproduk (multiple products). Untuk
memperjelas penggunaan formula produk tunggal pada multiproduk, berikut ini
ditunjukkan dengan menggunakan contoh PT Gemah Ripah.

Misalkan PT Gemah Ripah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin


motor, yaitu mesin motor A yang dijual dengan harga Rp400.000 dan mesin motor B
yang dijual dengan harga Rp800.000. Biaya variabel per unit mesin motor A adalah
Rp325.000 dan biaya variabel per unit mesin motor B adalah Rp600.000. Departemen
pemasaran memperkirakan dapat menjual mesin motor A sebanyak 1.200 unit dan mesin
motor B sebanyak 800 unit untuk tahun yang akan datang. Pengontrol telah menyiapkan
proyeksi laporan laba rugi berdasar taksiran penjualan sebagai berikut. 10

9
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 322.
24/09/2022 04.55
10
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 328.
24/09/2022 04.56

15
Keterangan Mesin Motor A Mesin Motor B Total

Penjualan Rp480.000.000 Rp640.000.000 Rp1.120.000.000

Biaya variabel (390.000.000) (480.000.000) (670.000.000)

Margin kontribusi Rp90.000.000 Rp160.000.000 Rp250.000.000

Biaya tetap langsung (30.000.000) (40.000.000) (70.000.000)

Laba produk Rp60.000.000 Rp120.000.000 Rp180.000.000

Biaya tetap bersama (26.250.000)

Laba sebelum pajak Rp153.750.000

Perlu diperhatikan bahwa pengontrol telah memisahkan biaya tetap langsung


(direct fixed expenses) dengan biaya tetap bersama (common fixed expenses). Biaya
tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri kepada masing-masing segmen
produk, dan dapat dihindari apabila segmen tersebut tidak melakukan aktivitas produksi.
Biaya tetap bersama adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri kepada segmen
produk, dan akan tetap terjadi meskipun segmen tersebut tidak melakukan aktivitas
produksi. 11

11
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 328.
24/09/2022 04.56

16
2.4 GRAFIK BIAYA-VOLUME-LABA

Grafik biaya-volume-laba menunjukkan hubungan antara biaya, volume, dan


laba. Untuk memperoleh hubungan yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik dua garis
terpisah yaitu garis pendapatan total dan garis biaya total. Kedua garis tersebut
ditunjukkan melalui dis persamaan berikut ini.

Pendapatan = Harga jual per unit x Jumlah unit

Biaya total = Biaya variabel per unit x Jumlah unit + Biaya tetap total

Dengan menggunakan contoh PT Kerta Raharja, persamaan pendapatan dan


biaya adalah sebagai berikut.

Pendapatan = Rp 10.000 × Jumlah unit

Biaya total = (Rp5.000 x Jumlah unit) + Rp100.000

Untuk menunjukkan dua persamaan tersebut dalam grafik yang sama, sumbu
vertikal diukur dalam rupiah pendapatan dan biaya, serta sumbu horizontal dalam jumlah
unit penjualan.

Dua titik diperlukan untuk menggambarkan masing-masing persamaan. Dalam


hal ini akan digunakan koordinat yang sama seperti yang digunakan dalam grafik volume
laba. Pada persamaan pendapatan, penentuan jumlah unit sebanyak 0 akan menghasilkan
pendapatan sebesar 0; penentuan jumlah unit sebesar 20 akan menghasilkan pendapatan
sebesar Rp200.000. Oleh karena itu, dua titik untuk persamaan pendapatan adalah (0,
Rp0) dan (20, Rp20.000). Pada persamaan biaya dengan unit terjual sebanyak 0 dan unit
terjual sebanyak 20 akan menghasilkan titik-titik (0, Rp100.000) dan (20, Rp200.000).
Grafik masing-masing persamaan ditunjukkan dalam Peraga 9.4.12

12
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 334.
24/09/2022 04.59

17
2.5 RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN

Satu asumsi penting dalam analisis BVL adalah bahwa harga jual per unit dan
biaya telah diketahui dengan pasti. Pada kasus yang sesungguhnya, asumsi tersebut
jarang terjadi Risiko dan ketidakpastian merupakan bagian penting yang harus
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan bisnis.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh manajer dalam


menghadapi masalah risiko dan ketidakpastian. Dua konsep atau metode yang sangat
bermanfaat bagi manajer perusahaan dalam menghadapi masalah risiko dan
ketidakpastian adalah margin of safety (margin aman) dan operating leverage
(pengungkit operasi).

A. Margin of Safety

Margin of safety adalah unit penjualan atau yang diharapkan dapat dijual di
atas volume impas. Selain itu, margin of safety juga dapat didefinisikan sebagai
pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh
perusahaan di atas volume impas. Sebagai contoh, apabila volume impas suatu
perusahaan adalah sebanyak 200 unit dan saat ini perusahaan berhasil menjual
sebanyak 500 unit, maka margin of safety adalah sebesar 300 unit (500 unit- 200
unit), Margin of safety juga dapat diekspresikan dalam bentuk pendapatan penjualan.
Apabila volume impas adalah sebesar Rp200.000.000 dan perkiraan pendapatan
penjualan adalah sebesar Rp350.000.000, maka margin of safety adalah sebesar
Rp150.000.000.

B. Operating Leverage

Dalam ilmu fisika, leverage merupakan suatu mesin sederhana yang dapat
13
digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya suatu leverage
melipatgandakan usaha yang dilakukan untuk menciptakan hasil yang lebih banyak.

13
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 338.
24/09/2022 05.00

18
Semakin besar beban yang akan dipindahkan oleh sejumlah kekuatan, semakin besar
manfaat yang akan diperoleh Dalam istilah keuangan, operating leverage
berhubungan dengan bauran relatif biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu
organisasi. Kadang-kadang dalam situasi tertent terjadi kemungkinan kondisi yang
saling berlawanan (trade off) antara biaya tetap dan blaya variabel. Apabila biaya
variabel turun, margin kontribusi per unit akan naik dan selanjutnya akan
mengakibatkan kontribusi masing-masing unit yang dijual akan semakin besar.

Dalam kasus tertentu, fluktuasi penjualan akan berdampak terhadap


peningkata profitabilitas. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang memiliki
biaya variabel lebih rendah, dengan meningkatkan proporsi biaya tetapnya akan dapat
memperoleh manfaat berupa kenaikan laba yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki proporsi biaya tetap lebih rendah. Biaya tetap dapat
digunakan sebagai leverage untuk meningkatkan labu. Selain itu, perusahaan-
perusahaan dengan operating leverage yang lebih tinggi juga akan mengalami
penurunan laba yang lebih besar sebagai akibat penurunan penjualan. Oleh karena
itu, operating leverage merupakan penggunaan biaya tetap untuk meningkatkan
persentase laba yang lebih besar sebagai akibat terjadinya perubahan aktivitas
penjualan.

Semakin tinggi tingkat operating leverage, semakin besar dampak perubahan


tingkat aktivitas penjualan terhadap laba. Oleh karena adanya fenomena tersebut
maka bauran biaya (mix of costs) yang dipilih perusahaan akan memiliki pengaruh
yang penting terhadap risiko operasi dan tingkat laba.

Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage-DOL) dapat


diukur untuk tingkat penjualan tertentu dengan menggunakan rasio margin kontribusi
terhadap laba, seperti pada rumus sebagai berikut:

Degree of operating leverage = Margin kontribusi

Taba14

14
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 338-339.
24/09/2022 05.02

19
Apabila biaya tetap digunakan untuk menurunkan biaya variabel sehingga
margin kontribusi akan meningkat dan laba akan turun, maka degree of operating
leverage akan meningkat. Peningkatan ini merupakan petunjuk terhadap terjadinya
peningkatan risiko.

Untuk mengilustrasikan tentang manfaat konsep di atas, diasumsikan bahwa


suatu perusahaan sedang merencanakan untuk menambah suatu lini produk. Dalam
penambahan lini produk tersebut, perusahaan dapat memilih untuk mengandalkan
pada sistem automasi atau sistem yang mengandalkan pada tenaga kerja manusia
(sistem manual). Apabila perusahaan memilih sistem automasi dibandingkan sistem
manual. maka biaya tetap akan lebih tinggi dan biaya variabel per unit akan lebih
rendah. Data relevan untuk tingkat penjualan 10.000 unit adalah sebagai berikut.

Keterangan Sistem Automasi Sistem Manual

Penjualan Rp1.000.000.000 Rp1.000.000.000

Biaya variabel (500.000.000) (800.000.000)

Margin kontribusi Rp 500.000.000 Rp 200.000.000

Baya tetap (375.000.000) (100.000.000)

Laba sebelum pajak Rp125.000.000 Rp100.000.000

Harga jual per unit Rp100.000 Rp100.000

Baya variabel per unit 50.000 80.000

Margin kontribusi per unit 50.000 20.00015

15
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 339.
24/09/2022 05.03

20
Degree of operating leverage (DOL) untuk sistem automasi adalah sebesar
4.00 (Rp500.000.000/Rp125.000.000), sedangkan degree of operating leverage
untuk sistem manual adalah sebesar 2,00 (Rp200.000.000/Rp100.000.000). Apa yang
akan terjadi terhadap laba masing-masing alternatif sistem apabila penjualan
meningkat sebesar 40 persen? Berdasarkan data di atas dapat disusun laporan laba
rugi sebagai berikut.

Keterangan Sistem Automasi Sistem Manual

Penjualan Rp1.400.000.000 Rp1.400.000.000

Biaya variabel (700.000.000) (1.120 000 000)

Margin kontribusi Rp700.000.000 Rp280.000.000

Biaya tetap (375.000.000) (100.000.000)

Laba sebelum pajak Rp325.000.000 Rp180.000.000

Laba untuk sistem automasi akan meningkat sebesar Rp200.000.000


(Rp325.000.000 -Rp125.000.000) atau naik sebesar 160 persen. Pada sistem manual,
laba hanya meningkat sebesar Rp80.000.000 (Rp180.000.000 Rp100.000.000) atau
naik sebesar 80 persen Sistem automasi mengalami kenaikan persentase yang lebih
besar karena sistem tersebut memiliki degree of operating leverage yang lebih tinggi.

Dalam pemilihan di antara kedua sistem tersebut, dampak yang diakibatkan


oleh operating leverage merupakan informasi yang sangat berharga. Sebagaimana
ditunjukkan dalam ilustrasi, bahwa kenaikan persentase penjualan sebesar 40 persen
memiliki dampak manfaat yang signifikan bagi perusahaan. Namun, dampak tersebut
memiliki dua sisi mata pedang. Apabila penjualan turun, maka sistem automasi juga
16
menunjukkan besarnya penurunan persentase yang lebih tinggi. Selanjutnya,
kenaikan operating leverage yang terdapat pada sistem automasi terjadi karena

16
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 340.
24/09/2022 05.05

21
adanya kenaikan biaya tetap. Titik impas untuk sistem automasi adalah sebesar 7.500
unit (Rp375.000.000/Rp50.000), sementara titik impas untuk sistem manual adalah
sebesar 5.000 unit (Rp100.000.000/Rp20.000) Oleh karena itu, sistem automasi
memiliki risiko operasi (operating risk) yang lebih tinggi. Kenaikan risiko secara
potensial juga memberi peluang tingkat laba yang lebih tinggi (sepanjang unit yang
terjual lebih banyak daripada 9.167).

Dalam pemilihan di antara sistem automasi dan sistem manual, manajer


harus menilai kemungkinan bahwa penjualan akan lebih besar daripada 9.167 unit.
Apabila setelah melalui studi yang cermat terdapat keyakinan bahwa penjualan akan
dengan mudah melebihi batas angka tersebut, maka pilihannya adalah jelas kepada
sistem automasi. Di sisi lain, apabila penjualan tidak mungkin melebihi 9.167 unit,
maka sistem manual adalah pilihan yang lebih baik. Peraga 9.8 menunjukkan
perbedaan relatif antara sistem automasi dan sistem manual dalam hubungannya
dengan beberapa konsep BVL

C. Analisis Sensitivitas dan BVL

Meluasnya penggunaan komputer personal (personal computer) dan


spreadsheet telah memudahkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas
(sensitivity analysis).

Perbedaan antara Sistem Manual dan Sistem Automasi

Keterangan Sistem Manual Sistem Automasi

Harga Sama Sama

Baya variable Relatif lebih tinggi Relatif lebih tinggi

Biaya tetap Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi

Margin kontribusi Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi17

17
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 340-341.
24/09/2022 05.06

22
Titik impas Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi

Margin of safety Relatif lebih tinggi Relatif lebih rendah

Degree of operating leverageRelatif lebih rendah Relatif lebih tinggi

Penurunan risiko Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi

Peningkatan risiko Relatif lebih rendah Relatif lebih tinggi

Analisis sensitivitas adalah teknik "bagaimana jika (what if)" yang menguji
dampak perubahan asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban. Analisis ini
mudah digunakan dengan hanya memasukkan data mengenai harga, biaya variabel,
biaya tetap, dan bauran penjualan, serta menyiapkan rumus untuk menghitung titik
impas dan laba yang diharapkan. Selanjutnya data dapat divariasi sedemikian rupa
sesuai yang diinginkan untuk mengetahui dampak perubahan terhadap laba yang
diharapkan.

Dalam contoh sebelumnya tentang leverage operasi, perusahaan


menganalisis dampak penggunaan sistem automasi dan manual terhadap laba.
Perhitungan tersebut pada dasarnya dilakukan secara manual dan apabila variasinya
terlalu banyak, maka cara manual menjadi tidak praktis. Dengan memanfaatkan
komputer, maka akan menjadi lebih mudah untuk mengubah harga jual. Pada saat
yang sama, biaya variabel dan biaya tetap dapat disesuaikan. Sebagai contoh,
misalnya sistem automasi memiliki biaya tetap sebesar Rp375.000.000, tetapi biaya
tersebut mungkin dengan mudah naik sampai rentang dua kali lipat dalam tahun
pertama dan kembali turun dalam tahun kedua serta ketiga apabila kerusakan pada
sistem telah diperbaiki dan pekerja telah terampil menggunakan mesin tersebut.
Spreadsheet dapat dengan mudah menangani berbagai perhitungan tersebut. 18

Perlu diperhatikan bahwa meskipun spreadsheet mampu menghasilkan


jawaban yang berhubungan dengan angka (numerik), tetapi belum tentu mampu
melakukan pekerjaan tersulit dalam analisis BVL Pekerjaan tersulit tersebut adalah

18
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 341.
24/09/2022 05.07

23
menentukan data yang pertama kali harus di-input dalam analisis. Akuntan harus
mengetahui distribusi biaya dan harga perusahaan, serta dampak perubahan kondisi
ekonomi terhadap variabel-variabel tersebut. Dalam kenyataannya, variabel-variabel
tersebut jarang diketahui dengan pasti, Kenyataan tersebut tidak boleh menjadi alasan
untuk mengabaikan dampak ketidakpastian dalam analisis BVL. Analisis sensitivitas
dapat melatih insting manajer untuk mengetahui sampai sejauh mana variabel
ramalan yang belum pasti akan mempengaruhi suatu jawaban. 19

19
Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm. 341.
24/09/2022 05.07

24
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Analisis biaya volume laba menghasilkan informasi dampak perubahan
harga jual, biayadan / atau volume penjualan terhadap laba bersih. Dalam
penyusunan anggaran, berbagaikemungkinan pilihan harga jual, volume
penjualan, dan biaya selalu dihadapi olehmanajemen. Dalam proses penyusunan
anggaran, manajemen memerlukan berbagaiparameter. Berbagai parameter
tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen,dalam
mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan
anggaranperusahaan. Kiranya makalah yang telah disusun oleh kelompok kami
bisa bermanfaatbagipara pembaca. Kritik dan saran kepada kami sangat kami
butuhkan untuk penyempurnaanmakalah ini.
Permintaan merupakan suatu harapan atau suatu keinginan. Sedangkan
dalamIlmu Ekonomi Permintaaan merupakan keinginan yang disertai
kemampuan untuk membelibarang dan jasa pada berbagai tingkat harga dalam
waktu tertentu.bunyi hukum permintaansebagai berikut“apabila harga suatu
barang naik, jumlah barang yang diminta cenderung turun;begitupun sebaliknya
jika harga suatu barang turun, jumlah barang yang diminta
cenderungnaik”.Sedangkan penawaran menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah
barang dan jasa yangdipasok oleh produsen ke pasar (konsumen) baik berupa
barang dan jasa pada berbagaitingkat harga dalam periode waktu tertentu. Bunyi
Hukum Penawaran sebagai berikut :“apabila harga suatu barang naik, jumlah
barang yang ditawarkan cenderung naik; begitupunsebaliknya jika harga suatu
barang turun, jumlah barang yang ditawarkan cenderung turun.

25
4.2 Saran

Demikianlah serangkaian bentuk makalah yang penulis buat, penulis


menyadari bahwadalam makalah ini tak kuasa dengan kesalahan – kesalahan yang
ada, baik itu dari segipenulisan, gaya bahasa yang ditampilkan atau juga
sistematika pengambilan referensi. Untukitu penulis meminta kritik yang bersifat
membangun, dan saran guna untuk memperbaiki sertamengevaluasi makalah ini.
Semoga Makalah yang dibuat ini bisa mendatangkan kemanfaatanbagi penulis
khususnya, serta pembaca pada umumnya

26
Daftar Pustaka

1. Siregar, Baldric, dkk. 2017. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Siregar, Baldric, dkk., Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2017), hlm.
317-341.

27

Anda mungkin juga menyukai