Anda di halaman 1dari 4

Dalam perhitungan biaya modal keseluruhan hutang jangka pendek

tidak dimasukan karena perrhitungan biaya modal rata-rata tertimbang


digunakan terutama untuk pengambilan keputusan mengenai investasi jangka
panjang.
Misalnya tahun yang kan datang keuntungan netto perusahaan setelah
pajak adalah Rp 600 juta dan dibayarkan sebagai deviden sebesar 200 juta dan
ditahan sebesar Rp 400 juta.
Untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan sebesar 8,42%
perusahaan harus menjaga agar tambahan dana sebesar Rp 400 juta tetap
merupakan bagian sebesar 77% dari keseluruhan modal. Jika laba ditahan
sebesar Rp 400 juta dan merupakan bagian sebesar 77% dari keseluruhan
modal maka besarnya dana baru keseluruhan yang diperlukan adalah sebesar:
400 = 519,480 dibulatkan menjadi Rp 519 juta
0,77
Sehingga tambahan modal baru untuk mempertahankan biaya modal
keseluruhan agar tetap 8,42% terdiri dari ( dalam jutaan)
Hutang (22%) = Rp 114,00
Saham preferen (1%) = Rp 5,00
Modal sendiri (77%) = Rp 400,00
Rp 519,00
Komponen modal Jumlah modal Biaya individual Jumlah biaya
komponen
Hutang jangka Rp 114 3% Rp 3,42
panjang
Saham preferen Rp 5 6% Rp 0,30
Modal sendiri Rp 400 10% Rp 40,00
Rp 519 Rp 43,72
Weighted Average cost of Capital
= 43.720 x 100% = 8,42%
519.000

Dari perhitungan diatas maka tambahan dana maksimal untuk


mempertahankan biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebesar Rp 519 juta
dengan laba ditahan sebesar Rp 14 juta, saham preferen sebesar Rp 5 juta dan
hutang jangka panjang sebesar Rp 400 juta. Bila kebutuhan dana lebih besar
dari 519 juta maka biaya modal akan meningkat menjadi lebih besar dari 8,42%
karena perusahaan terpaksa mengeluarkan saham biasa baru. Yang dibebani
biaya emisi, jika perusahaan menambah hutang jangka panjang maka
solvabilitas perusahaan akan turun.
Contoh: Misalnya perusahaan membutuhkan tambahan dana lagi
sebesar Rp 100 juta untuk mempertahankan struktur modal optimum maka
kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan modal sendiri Rp 77 juta (77%),
saham preferen Rp 1 juta (1%) dan hutang jangka panjang sebesar Rp 22 juta
(22%)
Biaya saham preferan 6%, biaya hutang 3% dan biaya saham biasa baru
dihitung dengan misalnya biaya emisi 10% dan biaya saham biasa adalah 10%
sehingga biaya saham biasa baru adalah:
10% = 11,1%
(1-0,1)
Berdasarkan biaya saham biasa baru maka biaya modal rata-rata tertimbangan
adalah:
Perhitungan biaya modal (dalam jutaan rupiah)
Komponen modal Jumlah modal Biaya individual Jumlah biaya
komponen
Hutang jangka Rp 22 3% Rp 0,66
panjang
Saham preferen Rp 1 6% Rp 0,06
Modal sendiri Rp 77 11,1% Rp 8,55
Rp 100 Rp 9,27
Weighted Average Cost of Capital
= 9.267 x100%= 9,267%= 9,3%
100.000

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. Selama kebutuhan tambahan dana tidak melampaui Rp 519 juta dan
pemenuhannya tetap dipertahankan atas dasar 77:1:22 yaitu laba
ditahan, saham preferen, dan hutang maka biaya modal keseluruhannya
akan dapat dipertahankan sebesar 8,42%
2. Saat kebutuhan tambahan dana melebihi Rp 519 juta maka biaya modal
rata-rata ttertimbang akan meningkat menjadi 9,3%
3. Biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi kita telah
membicarakan biaya penggunaan dana yang berasal dari utang, saham
preferen, laba yang ditahan dan saham biasa baru.
Sebagaimana kita ketahui depresiasi merupakan salah satu sumber dana.
Kalau perusahaan mau menggunakan dana yang berasal dari depresiasi apakah
tanpa biaya? Mengingat bahwa dana yang berasal dari depresiasi itu dapat
ditanamkan kembali untuk menghasilkan “rate of return”, maka perusahaan
harus menentukan apakah dana tersebut akan ditanamkan dalam perusahaan
atau dibagikan kepada pemberi dana.
Keputusan tersebut adalah tergantung kepada persoalan apakah
perusahaan akan dapat menginvestasikan kembali dana tersebut dalam
perusahaan dengan menghasilkan “rate of return” yang lebih besar dari
biayanya atau tidak. Besarnya biaya penggunaan dana yang berasal dari
depresiasi (cost of depresiciation) adalah sama besarnya dengan biaya modal
rata-rata sebelum menggunakan dana yang bersumber dari emisi saham baru.
Oleh karena itu biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi ini
sama besarnya dengan biaya modal rata-rata, maka biaya dana depresiasi itu
tidak diikutkan dalam perhitungan biaya modal rata-rata.
Perusahaan akan menggunakan dana yang berasal dari depresiasi itu hanya
kalau penggunaan dana tersebut akan menghasilkan “rate of return” lebih
besar dari pada biaya modal rata-ratanya. Penggunaan dana yang berasal dari
depresiasi akan mempunyai pengaruh memperbesar batas jumlah maksimal
kebutuhan tambahan dana yang akan dapat mempertahankan biaya modal
rata-rata sebelumnya. Kalau contoh diatas misalkan perusahaan mempunyai
dana yang berasal dari depresiasi sebesar Rp 40 juta maka batas jumlah
maksimum tambahan dana yang akan dapat mempertahankan biaya modal
rata-rata sebesar 8,42% naik dari Rp 519 juta menjadi Rp 559 juta (Rp 519 + Rp
40), sehingga kebutuhan dana diatas Rp 559 juta baru menaikkan “marginal
cost of capital”

Penutup
Biaya modal memegang peranan penting di dalam perusahaan sebagai
cut off dalam pengambilan keputusan investasi. Biaya modal perusahaan bisa
dihitung dengan langkah : pertama perusahaan harus menghitung biaya modal
secara individual untuk masing-masing modal yang dipergunakan, baik yang
berasal dari hutang jangka pendek maupun yang berasal hutang jangka
panjang; biaya saham, laba ditahan, dan saham biasa.
Biaya modal yang berasal dari hutang jangka pendek meliputi: biaya
hutang dagang, hutang wewel dan kredit jangka pendek dari bank. Biaya
hutang jangka pendek adalah eksplisit antara perusahaan kehilangan
kesempatan mendapatkan cash discount selama setahun dengan dengan
jumlah rata-rata hutang dagang selama setahun; hutang wesel mempunyai
bunga yang tetap yang dihitungdari harga nominalnya; dan biaya kredit jangka
pendek dihitung dari bunga yang dibayar dari penerimaan bersih kredit.
Biaya modal yang berasal dari hutang jangka panjang biasanya dalam
bentuk biaya obligasi. Biaya obligasi harus memperhitungkan jumlah dana
bersih yang diterima dengan pengeluaran kas karena penggunaan dana
tersebut.
Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham preferen dapat dihitung
dengan membagi dividen perlembar saham preferen dengan harga bersih
penjualan saham preferen.
Tingkat biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah tingkat
biaya modal perusahaan secara keseluruhan, karena masing-masing biaya
modal berbeda maka untuk menetapkan biaya modal secara keseluruhan
dengan menghitung “weighted average cost of capital” dari berbagai sumber.
Penetapan “weight” atau bobot dapat berdasarkan: 1. Jumlah rupiah dari
masing-masing komponen struktur modal. 2. Proporsi modal dalam struktur
modal dinyatakan dalam prosentase.

Anda mungkin juga menyukai