Contoh :
Suatu perusahaan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga jual per lembar
saham Rp 4.000. Biaya emisi per lembar sebesar Rp 400 sehingga hasil penjualan netto yang
diterima sebesar Rp 3.600 per lembarnya. Rate of return atau tingkat pendapatan yang
diharapkan dari investasi saham adalah sebesar 10%.
Dari contoh tersebut biaya emisi adalah sebesar :
400
4.000
= 10%
Berdasarkan rumus di atas maka besarnya cost of new common stok dapat dihitung
sebagai berikut.
Biaya saham baru =
10
10,10
10
0,90
= 11,1%
Seperti biaya saham preferen maka biaya saham biasa baru sudah berdasarkan atas
dasar setelah pajak sehingga tidak perlu disesuaikan dengan pajak.
14.3 BIAYA MODAL SECARA KESELURUHAN
Tingkat biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah tingkat biaya modal
perusahaan secara keseluruhan, karena masing-masing biaya modal berbeda maka untuk
menetapkan biaya modal secara keseluruhan perlu menghitung weighted average dari
berbagai sumber. Penetapan weight atau bobot dapat berdasarkan :
1) Jumlah rupiah dari masing-masing komponen struktur modal
2) Proporsi modal dalam strutur modal dinyatakan dalam prosentase
Dengan mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masing-masing
komponen modal dapat dihitung besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (weighted
average cost of capital )
Contoh :
Rp 60.000,00
Saham preferen
Rp 10.000,00
Modal sendiri
Rp 130.000,00
Jumlah
Rp 200.000,00
= 6% (sebelum pajak)
Saham preferen
= 7%
Modal sendiri
= 10%
Pajak
= 50%
Jawab :
Langkah pertama adalah menyesuaikan pajak dengan biaya hutang yaitu :
6% ( 1 0,5) = 3%.
Perhitungan weighted average cost of capital dapat dihitung sebagai berikut :
1
Komponen modal
(1)
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri
15.500
200.000
Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
3%
7%
10%
= 7,75%
Rp 1.800
Rp 700
Rp 13.000
Rp 15.500
Komponen modal
(1)
Hutang jangka panjang
Saham preferen
Modal sendiri
Biaya
individual
(3)
3%
7%
10%
Proporsi
(2)
30%
5%
65%
100%
7,75%
Biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah bila struktur modal berubah. Biaya
modal rata-rata tertimbang akan tidak berubah meskipun ada tambahan modal yang
diguanakn bila pertimbangan modal sama dan biaya modal juga tetap. Tetapi bila tambahan
modal cukup besar dan harus mengadakan emisi saham baru maka akan mengakibatkan
kenaikan marginal cost of capital karena biaya saham lebih besar daripada biaya laba
ditahan.
Contoh :
PT IMASINDO memiliki neraca bagian pasiva pada sebagai berikut (dalam jutaan)
Hutang dagang
Rp 200,00
Hutang wesel
Rp 200,00
Rp
60,00
Rp 460,00
Hutang jangka panjang
Rp 320,00
Saham preferen
Rp
14,00
1%
Saham biasa
Rp 1.120,00
77%
Rp 1.454,00
100%
22%
Rp 1.914,00
= 6% ( sebelum pajak)
Saham preferen
= 6%
Modal sendiri
= 10%
Pajak
= 50%
= 6% (1 - 0,5) = 3%
Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri
3%
6%
10%
Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
0,0066
0,0006
0,0770
0,0842
8,42%
Dalam perhitungan biaya modal keseluruhan hutang jangka pendek tidak dimasukan
karena perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang digunakan terutama untuk pengambilan
keputusan mengenai investasi jangka panjang.
Misalnya tahun yang akan datang keuntungan netto perusahaan setelah pajak adalah
Rp 600 juta dan dibayarkan sebagai dividen sebesar Rp 200 juta dan ditahan sebesar Rp 400
juta.
Untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan sebesar 8,42% perusahaan harus
menjaga agar tambahan dana sebesar Rp 400 juta tetap merupakan bagian sebesar 77% dari
keseluruhan modal. Jika laba ditahan sebesar Rp 400 juta dan merupakan bagian sebesar 77%
dari keseluruhan modal maka besarnya dana baru keseluruhan yang diperlukan adalah
sebesar :
400
0,77
sehingga tambahan modal baru untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan agar tetap
8,42% terdiri dari (dalam jutaan)
Hutang (22%)
= Rp 114,00
= Rp
= Rp 400,00
5,00
= Rp 519,00
Hal ini dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan biaya modal
Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri
Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
3%
6%
10%
43.720
519.000
Rp 3,42
Rp 0,30
Rp 40,00
Rp 43,72
x 100% = 8,42%
Dari perhitungan di atas maka tambahan dana maksimal untuk mempertahankan biaya
modal rata-rata tertimbang adalah sebesar Rp 519 juta dengan hutang jangka panjang sebesar
Rp 114 juta, saham preferen sebesar Rp 5 juta dan modal sendiri sebesar Rp 400 juta. Bila
kebutuhan dana lebih besar dari 519 juta maka biaya modal akan meningkat menjadi lebih
besar dari 8,42% karena perusahaan terpaksa mengeluarkan saham biasa baru. Yang dibebani
biaya emisi, jika perusahaan menambah hutang jangka panjang maka solvabilitas perusahaan
akan turun.
Contoh :
Misalkan perusahaan membutuhkan tambahan dana lagi sebesar Rp 100 juta untuk
mempertahankan struktur modal optimum maka kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan
modal sendiri Rp 77 juta (77%), saham preferen Rp 1 juta (1%) dan hutang jangka panjang
sebesar Rp 22 juta (22%).
Biaya saham preferen 6%, biaya hutang 3% dan biaya saham biasa baru dihitung
dengan misalnya biaya emisi 10% dan biaya saham biasa adalah 10% sehingga biaya saham
biasa baru adalah :
10
(10,1)
= 11,1%
Berdasarkan biaya saham biasa baru maka biaya modal rata-rata tertimbang adalah :
Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri
Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
3%
6%
11,1%
9.267
100.000
Rp 0,66
Rp 0,06
Rp 8,55
Rp 9,27
= 9,267% = 9,3%
sebesar 8,42%
Saat kebutuhan tambahan dana melebihi Rp 519 juta maka biaya modal rata-rata
preferen, laba yang ditahan dan saham biasa baru. Bagaimana halnya dengan depresiasi?
Sebagaimana kita ketahui depresiasipun merupakan salah satu sumber dana. Kalau
perusahaan mau menggunakan dana yang berasal dari depresiasi apakah tanpa biaya?
Mengiangat bahwa dana yang berasal dari depresiasi itu dapat ditanamkan kembali untuk
menghasilkan "rate of return", maka perosahaan harus menentukan apakah dana tersebut
akan ditanamkan dalam perusahaan atau dibagikan kepada pemberi dana.
Keputusan tersebut adalah tergantung kepada persoalan apakah perusahaan akan dapat
menginvestasikan kembali dana tersebut dalam perusahaan dengan menghasilkan "rate of
return" yang lebih besar dari biayanya atau tidak. Besarnya biaya penggunaan dana yang
berasal dari depresiasi (cost of depresiciation) adalah sama besarnya dengan biaya modal
rata-rata sebelum menggunakan dana yang bersumber dari emisi saham baru.
Oleh karena biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi ini sama besarnya
dengan biaya modal rata-rata, maka biaya dana depresiasi itu tidak diikutkan dalam
perhitungan biaya modal rata-rata.
Perusahaan akan menggunakan dana yang berasal dari depresiasi itu hanya kalau
penggunaan dana tersebut akan menghasilkan "rate of return" lebih besar daripada biaya
modal rata-ratanya. Penggunaan dana yang berasal dari depresiasi akan mempunyai pengaruh
memperbesar batas jumlah meksimal kebutuhan tambahan dana yang akan dapat
mempertahankan biaya modal rata-rata sebelumnya. Kalau contoh 15.10. misalkan
perusahaan mempunyai dana yang berasal dari depresiasi sebesar Rp.40.000,00 maka batas
jumlah maksimum tambahan dana yang akan dapat mempertahankan biaya modal rata-rata
sebesar 8,42 % naik dari Rp.519.000.00 menjadi Rp559.000,00 (yaitu Rp519.000,00
+Rp40.000,00), sehingga kebutuhan dana di atas Rp559.000,00 baru menaikkan "marginal
cost of capital"-nya.