Anda di halaman 1dari 7

14.2.

5 Biaya Modal yang Berasal dari Emisi Saham Biasa Baru


Biaya saham biasa baru adalah lebih tinggi dari biaya penggunaan dana yang berasal
dari laba ditahan karena emisi saham baru dibebani biaya emisi. Biaya saham biasa baru
dapat dihitung dengan cara :
Tingkat pendapatan saham yang diharapkan
1persentase biayaemisi (harga jual sebelum dikurangi emisi)

Contoh :
Suatu perusahaan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga jual per lembar
saham Rp 4.000. Biaya emisi per lembar sebesar Rp 400 sehingga hasil penjualan netto yang
diterima sebesar Rp 3.600 per lembarnya. Rate of return atau tingkat pendapatan yang
diharapkan dari investasi saham adalah sebesar 10%.
Dari contoh tersebut biaya emisi adalah sebesar :
400
4.000

= 10%

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya cost of new common stok dapat dihitung
sebagai berikut.
Biaya saham baru =

10
10,10

10
0,90

= 11,1%

Seperti biaya saham preferen maka biaya saham biasa baru sudah berdasarkan atas
dasar setelah pajak sehingga tidak perlu disesuaikan dengan pajak.
14.3 BIAYA MODAL SECARA KESELURUHAN
Tingkat biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah tingkat biaya modal
perusahaan secara keseluruhan, karena masing-masing biaya modal berbeda maka untuk
menetapkan biaya modal secara keseluruhan perlu menghitung weighted average dari
berbagai sumber. Penetapan weight atau bobot dapat berdasarkan :
1) Jumlah rupiah dari masing-masing komponen struktur modal
2) Proporsi modal dalam strutur modal dinyatakan dalam prosentase
Dengan mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masing-masing
komponen modal dapat dihitung besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (weighted
average cost of capital )
Contoh :

PT WISTAWAN memiliki struktur modal sebagai berikut : (dalam jutaan)


Hutang jangka panjang

Rp 60.000,00

Saham preferen

Rp 10.000,00

Modal sendiri

Rp 130.000,00

Jumlah

Rp 200.000,00

Biaya penggunaan dana dari masing-masing sumber tersebut adalah :


Hutang

= 6% (sebelum pajak)

Saham preferen

= 7%

Modal sendiri

= 10%

Pajak

= 50%

Jawab :
Langkah pertama adalah menyesuaikan pajak dengan biaya hutang yaitu :
6% ( 1 0,5) = 3%.
Perhitungan weighted average cost of capital dapat dihitung sebagai berikut :
1

Dengan menggunakan jumlah modal rupiah untuk menetapkan weight

Komponen modal
(1)
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri

Perhitungan biaya modal


(dalam jutaan rupiah)
Jumlah
Biaya
modal
individual
(2)
(3)
Rp 60.000
Rp 10.000
Rp 130.000
Rp 200.000

Weight average cost of capital =

15.500
200.000

Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)

3%
7%
10%

= 7,75%

Dengan menggunakan proporsi modal untuk menetapkan weight


Perhitungan biaya modal
(dalam jutaan rupiah)

Rp 1.800
Rp 700
Rp 13.000
Rp 15.500

Komponen modal
(1)
Hutang jangka panjang
Saham preferen
Modal sendiri

Weight average cost of capital =

Biaya
individual
(3)
3%
7%
10%

Proporsi
(2)
30%
5%
65%
100%

Jumlah biaya komponen


(2 x 3)
0,0090
0,0035
0,0650
0,0775

7,75%

Biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah bila struktur modal berubah. Biaya
modal rata-rata tertimbang akan tidak berubah meskipun ada tambahan modal yang
diguanakn bila pertimbangan modal sama dan biaya modal juga tetap. Tetapi bila tambahan
modal cukup besar dan harus mengadakan emisi saham baru maka akan mengakibatkan
kenaikan marginal cost of capital karena biaya saham lebih besar daripada biaya laba
ditahan.
Contoh :
PT IMASINDO memiliki neraca bagian pasiva pada sebagai berikut (dalam jutaan)
Hutang dagang

Rp 200,00

Hutang wesel

Rp 200,00

Hutang lancar lainnya

Rp

60,00

Rp 460,00
Hutang jangka panjang

Rp 320,00

Saham preferen

Rp

14,00

1%

Saham biasa

Rp 1.120,00

77%

Rp 1.454,00

100%

Jumlah hutang dan modal

22%

Rp 1.914,00

Biaya penggunaan dana dari masing-masing komponen tersebut adalah :


Hutang

= 6% ( sebelum pajak)

Saham preferen

= 6%

Modal sendiri

= 10%

Pajak

= 50%

Biaya hutang setelah pajak

= 6% (1 - 0,5) = 3%

Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut :

Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri

Weight average cost of capital =

Perhitungan biaya modal


(dalam jutaan rupiah)
Jumlah
Biaya
modal
individual
2
3
22%
1%
77%
100%

3%
6%
10%

Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
0,0066
0,0006
0,0770
0,0842

8,42%

Dalam perhitungan biaya modal keseluruhan hutang jangka pendek tidak dimasukan
karena perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang digunakan terutama untuk pengambilan
keputusan mengenai investasi jangka panjang.
Misalnya tahun yang akan datang keuntungan netto perusahaan setelah pajak adalah
Rp 600 juta dan dibayarkan sebagai dividen sebesar Rp 200 juta dan ditahan sebesar Rp 400
juta.
Untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan sebesar 8,42% perusahaan harus
menjaga agar tambahan dana sebesar Rp 400 juta tetap merupakan bagian sebesar 77% dari
keseluruhan modal. Jika laba ditahan sebesar Rp 400 juta dan merupakan bagian sebesar 77%
dari keseluruhan modal maka besarnya dana baru keseluruhan yang diperlukan adalah
sebesar :
400
0,77

= 519,480 dibulatkan menjadi Rp 519 juta

sehingga tambahan modal baru untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan agar tetap
8,42% terdiri dari (dalam jutaan)
Hutang (22%)

= Rp 114,00

Saham preferen (1%)

= Rp

Modal sendiri (77%)

= Rp 400,00

5,00

= Rp 519,00
Hal ini dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan biaya modal

Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri

(dalam jutaan rupiah)


Biaya
Jumlah modal
individual
2
3
Rp 114
Rp 5
Rp 400
Rp 519

Weight average cost of capital =

Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)

3%
6%
10%

43.720
519.000

Rp 3,42
Rp 0,30
Rp 40,00
Rp 43,72

x 100% = 8,42%

Dari perhitungan di atas maka tambahan dana maksimal untuk mempertahankan biaya
modal rata-rata tertimbang adalah sebesar Rp 519 juta dengan hutang jangka panjang sebesar
Rp 114 juta, saham preferen sebesar Rp 5 juta dan modal sendiri sebesar Rp 400 juta. Bila
kebutuhan dana lebih besar dari 519 juta maka biaya modal akan meningkat menjadi lebih
besar dari 8,42% karena perusahaan terpaksa mengeluarkan saham biasa baru. Yang dibebani
biaya emisi, jika perusahaan menambah hutang jangka panjang maka solvabilitas perusahaan
akan turun.
Contoh :
Misalkan perusahaan membutuhkan tambahan dana lagi sebesar Rp 100 juta untuk
mempertahankan struktur modal optimum maka kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan
modal sendiri Rp 77 juta (77%), saham preferen Rp 1 juta (1%) dan hutang jangka panjang
sebesar Rp 22 juta (22%).
Biaya saham preferen 6%, biaya hutang 3% dan biaya saham biasa baru dihitung
dengan misalnya biaya emisi 10% dan biaya saham biasa adalah 10% sehingga biaya saham
biasa baru adalah :
10
(10,1)

= 11,1%

Berdasarkan biaya saham biasa baru maka biaya modal rata-rata tertimbang adalah :

Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri

Perhitungan biaya modal


(dalam jutaan rupiah)
Jumlah
Biaya
modal
individual
2
3
Rp 22
Rp 1
Rp 77
Rp 100

Weight average cost of capital =

Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)

3%
6%
11,1%

9.267
100.000

Rp 0,66
Rp 0,06
Rp 8,55
Rp 9,27

= 9,267% = 9,3%

Dari perhitungan tersebut disimpulkan bahwa :


Selama kebutuhan tambahan dana tidak melampaui Rp 519 juta dan pemenuhannya
tetap dipertahankan atas dasar pertimbangan 77 : 1: 2 yaitu laba ditahan, saham
preferen, dan hutang maka biaya modal keseluruhannya akan dapat dipertahankan

sebesar 8,42%
Saat kebutuhan tambahan dana melebihi Rp 519 juta maka biaya modal rata-rata

tertimbang akan meningkat menjadi 9,3%


Biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi.
Kita telah membicarakan biaya penggunaan dana yang berasal dari utang, saham

preferen, laba yang ditahan dan saham biasa baru. Bagaimana halnya dengan depresiasi?
Sebagaimana kita ketahui depresiasipun merupakan salah satu sumber dana. Kalau
perusahaan mau menggunakan dana yang berasal dari depresiasi apakah tanpa biaya?
Mengiangat bahwa dana yang berasal dari depresiasi itu dapat ditanamkan kembali untuk
menghasilkan "rate of return", maka perosahaan harus menentukan apakah dana tersebut
akan ditanamkan dalam perusahaan atau dibagikan kepada pemberi dana.
Keputusan tersebut adalah tergantung kepada persoalan apakah perusahaan akan dapat
menginvestasikan kembali dana tersebut dalam perusahaan dengan menghasilkan "rate of
return" yang lebih besar dari biayanya atau tidak. Besarnya biaya penggunaan dana yang
berasal dari depresiasi (cost of depresiciation) adalah sama besarnya dengan biaya modal
rata-rata sebelum menggunakan dana yang bersumber dari emisi saham baru.

Oleh karena biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi ini sama besarnya
dengan biaya modal rata-rata, maka biaya dana depresiasi itu tidak diikutkan dalam
perhitungan biaya modal rata-rata.
Perusahaan akan menggunakan dana yang berasal dari depresiasi itu hanya kalau
penggunaan dana tersebut akan menghasilkan "rate of return" lebih besar daripada biaya
modal rata-ratanya. Penggunaan dana yang berasal dari depresiasi akan mempunyai pengaruh
memperbesar batas jumlah meksimal kebutuhan tambahan dana yang akan dapat
mempertahankan biaya modal rata-rata sebelumnya. Kalau contoh 15.10. misalkan
perusahaan mempunyai dana yang berasal dari depresiasi sebesar Rp.40.000,00 maka batas
jumlah maksimum tambahan dana yang akan dapat mempertahankan biaya modal rata-rata
sebesar 8,42 % naik dari Rp.519.000.00 menjadi Rp559.000,00 (yaitu Rp519.000,00
+Rp40.000,00), sehingga kebutuhan dana di atas Rp559.000,00 baru menaikkan "marginal
cost of capital"-nya.

Anda mungkin juga menyukai