Anda di halaman 1dari 11

Nama : Yosefa Keisya Luwinta

NIM : 142220213
Kelas : EA-G

ESTIMASI ARUS KAS DAN ANALISIS RISIKO


A. Isu Konseptual dalam Estimasi Arus Kas
1. Arus Kas Bebas Versus Pendapatan Akuntansi
NPV dari proyek sama dengan nilai sekarang dari arus kas bebas yang didiskontokan. Arus
kas didefinisikan sebagai berikut:
FCF= [ EBIT ( 1−T ) + Penyusutan dan Amortisasi ] −[ Pembelanjaan Modal+∆ Modal Kerja Operasi Neto ]
Dalam beberapa kasus, perusahaan mungkin perlu terus berinvestasi selama proyek
berlangsung, terutama untuk proyek yang sedang berkembang di mana perusahaan harus
menambah aset tetap dan persediaan secara stabil dalam kurun waktu tertentu. Setelah
investasi awal dibuat, proyek diharapkan akan menghasilkan arus kas positif selama proyek
itu berlangsung. Setelah proyek selesai, perusahaan menjual semua aset tetap dan
persediaan milik proyek tersebut, dan menerima kas. Dalam beberapa hal, dapat berpikir
bahwa penjualan dari aset tetap pada akhir proyek sebagai pembelanjaan modal yang
negatif- dibandingkan menggunakan kas untuk membeli aset tetap, perusahaan justru
menjual aset untuk menghasilkan kas.
Harga yang diterima perusahaan untuk aset tetap di akhir proyek direferensikan sebagai
nilai sisa (salvage value). Perusahaan juga harus membayar pajak jika nilai sisa dari aset
melebihi nilai buku. Lebih spesifiknya sebagai berikut.
Pajak yang dibayar untuk nilai atas aset=Tarif pajak x( Nilai sisa−Nilai buku)
Nilai buku sama dengan harga dari aset dikurangi dengan total akumulasi penyusutan aset.
Meskipun penyusutan bukanlah beban kas, namun tetap memengaruhi jumlah pajak
perusahaan. Karena alasan ini, yang penting adalah tingkat penyusutan yang digunakan
akuntan perusahaan untuk tujuan pajak. Persamaan di atas mengindikasikan bahwa pajak
yang dibayar akan negatif (yaitu, perusahaan akan menerima kredit pajak) jika perusahaan
menjual aset kurang dari nilai bukunya.
Contohnya, Sebuah proyek umumnya akan membutuhkan peningkatan investasi awal
dalam modal kerja operasi neto (NOWC). Asumsikan jika Home Depot mempertimbangkan
sebuah proyek untuk membuka toko baru. Perusahaan mengestimasikan bahwa dibutuhkan
$5 juta untuk persediaan yang disimpan dalam toko; $3 juta lagi persediaan tersebut akan
dibiayai oleh utang dagang yang baru, dan $2 juta sisanya akan dibayar dengan tunai. Jika
semua komponen modal kerja adalah konstan maka proyek akan meningkatkan aset
operasional perusahaan saat ini sebanyak $5 juta dan meningkatkan liabilitas perusahaan
sebesar $3 juta. Hasil dari perubahan NOWC adalah $2 juta berupa kas yang dibutuhkan
untuk membuka toko baru. Jika jumlah dari persediaan dan utang dagang selalu konstan
dari waktu ke waktu maka tidak akan ada tambahan biaya dalam NOWC selama proyek
berlangsung. Ketika proyek selesai (toka telah ditutup), hasil akhir $5 juta dalam persediaan
akan dijual, dan perusahaan akan membayar sisa $3 juta di utang dagang. Perusahaan akan
menerima sisa $2 juta dalam tunai, di mana terkait dengan investasi yang dibuat untuk
perubahan NOWC yang dibutuhkan ketika proyek dimulai.
2. Waktu Penggunaan Arus Kas
Analisis anggaran modal menangani arus kas tepat saat arus kas terjadi, sehingga, secara
teori arus kas harian akan lebih baik daripada arus kas tahunan. Namun, mengestimasi dan
menganalisis arus kas harian akan sangat mahal, dan itu pun kemungkinan tidak lebih
akurat daripada estimasi tahunan karena kita tidak bisa memperkirakan periode harian
secara akurat selama 10 tahun atau lebih di masa depan. Oleh karena itu, secara umum kita
mengasumsikan bahwa semua arus kas dibuat di akhir tahun. Proyek yang arus kasnya bisa
dengan sangat mudah diperkirakan, mengasumsikan bahwa arus kas bisa dibuat di tengah
tahun (atau bahkan perempat bulan atau bulanan) akan berguna; tetapi untuk semua tujuan,
kita berasumsi arus kas diterima di akhir tahun.
3. Arus Kas Inkremental
Arus Kas Inkremental (Incremental Cash Flow) Arus kas yang akan terjadi jika hanya
perusahaan melaksanakan suatu proyek. Dalam anggaran modal, peristiwa yang dimaksud
merupakan penerimaan perusahaan atas sebuah proyek dan arus kas inkremental proyek
adalah arus kas yang timbul sebagai hasil dari sebuah keputusan. Arus kas seperti investasi
dalam gedung, peralatan, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk proyek adalah jelas
merupakan suatu inkremental, karena keuntungan dari penjualan dan biaya operasional
terkait dengan proyek.
4. Proyek Pengganti
Proyek dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proyek perluasan dan proyek penggantian.
Proyek perluasan, dimana perusahaan perusahaan melakukan investasi, sementara proyek
penggantian, dimana perusahaan mengganti aset yang sudah ada. Seperti contoh yang ada
di buku yaitu Home Depot sedang memepertimbangkan untuk mengganti beberpa truk
pengirimanya. Manfaat dari penggantian ini adalah biaya bahan bakar dan perawatan akan
lebih rendah selain itu truk baru yang mengkilap juga akan dapat meningkatkan citra
perusahaan dan mengurangi polusi. Dengan demikian, biaya bahan bakar untuk truk baru
lebih efisien sejumlah $10.000 per tahun dibandingkan dengan $15.000 untuk truk lama.
Penghematan $5.000 adalah arus kas inkremental yang akan digunakan dalam analisis
penggantian. Perlu menemukan perbedaan antara penyusutan dan faktor lain yang bisa
memengaruhi arus kas. Setelah mengetahui arus kas inkremental, menggunakannya pada
analisis NPV "reguler" untuk menentukan apakah akan mengganti aset atau terus
menggunakan asset tersebut.
5. Biaya Tertanam
Biaya tertanam (sunk cost) merupakan pengeluaran yang terjadi di masa lalu dan tidak
dapat dipulihkan di masa depan terlepas apakah proyek yang dipertimbangkan diterima atau
tidak. Dalam penganggaran modal, kita memberi perhatian khusus terhadap arus kas
inkremental masa depan-kita ingin mengetahui apakah investasi baru akan menghasilkan
arus kas inkremental yang cukup untuk membenarkan investasi inkremental. Karena biaya
tertanam terjadi di masa lalu dan tidak bisa dipulihkan, terlepas dari proyek tersebut
diterima atau ditolak, hal itu tidak relevan dengan analisis anggaran modal.
Anggap Home Depot menghabiskan $2 juta untuk menginvestigasi lokasi toko baru yang
potensial dan memperoleh lain yang dibutuhkan untuk membangunnya. Dua juta dolar itu
akan menjadi biaya tertanam-uang tersebut telah ditanamkan dan tidak akan kembali
terlepas dari toko baru yang akan dibangun atau tidak.
Tidak menangani biaya tertanam dengan baik dapat menghasilkan keputusan yang salah.
Sebagai contoh; Home Depot seharusnya melengkapi analisis dan menemukan bahwa
mereka harus mengeluarkan tambahan dana $17 juta, selain $2 juta studi lapangan untuk
membuka toko yang baru. Anggaplah nantinya jumlah itu akan digunakan sebagai investasi
yang membutuhkan biaya sebesar $19 juta dan penghitungan proyeksi NPV toko baru itu
adalah negatif $1 juta. Hal ini akan mengindikasikan bahwa HD harus menolak toko baru
tersebut. Namun, itu adalah keputusan yang buruk. Permasalahan sebenarnya adalah apakah
lukremental sebanyak $17 juta akan menghasilkan arus kas masuk inkremental yang cukup
untuk menghasilkan NPV positif. Jika $2 juta biaya tertanam diabaikan, seperti yang
seharusnya, NPV yang sebenarnya dari toko yang baru adalah positif $1 juta. Oleh karena
itu, kegagalan menangani biaya tertanam dengan baik akan menghasilkan penolakan proyek
baru yang sebenarnya dapat memberikan cambahan $1 juta kepada nilai pemegang saham.
6. Biaya Peluang Terkait Dengan Aset Yang Dimiliki Perusahaan
Biaya Peluang (Opportunity Cost) Pengembalian dari alternatif penggunaan aset yang
terbaik, atau pengembalian tertinggi yang tidak akan diperoleh jika aset tidak digunakan
untuk proyek baru. Anggaplah home depot memiliki tanah dengan nilai pasar $2 juta dan
tanah tersebut akan digunakan untuk membangun toko baru. Jika Home Depot memutuskan
D untuk melanjutkan proyek tersebut, hanya dibutuhkan $15 juta lagi, bukan $17 juta,
karena Home Depot tidak perlu membeli tanah yang dibutuhkan. Jika toko baru tidak
dibangun, Home Depot dapat menjual tanah dan menerima arus kas sebesar $2 juta. Nah $2
juta inilah yang disebut sebagai opportunity cost, sesuatu yang tidak akan diterima Home
Depot, jika tanah tersebut digunakan untuk toko baru
7. Eksternalitas
Eksternalitas (Externality) Dampak pada perusahaan atau lingkungan yang tidak tercermin
di dalam arus kas proyek. Terdapat tiga jenis eksternalitas.
 Eksternalitas di dalam Perusahaan yang Negatif
Contoh Home Depot, membuka toko baru yang terlalu dekat dengan toko yang sudah ada,
maka akan membuat pelanggan toko lama pergi. Meskipun toko yang baru memiliki arus
kas yang positif, keberadaannya mengurangi beberapa arus kas perusahaan saat ini. Jenis
eksternalitas ini disebut kanibalisasi (cannibalization) karena bisnis yang baru memakan
bisnis perusahaan yang lama atau yang telah ada sebelumnya. Produsen juga bisa
mengalami kanibalisasi. Kanibalisasi (Cannibalization) Situasi ketika suatu proyek baru
mengurangi arus kas yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan jika tidak ada proyek itu.
Menangani eksternalitas negatif cukup sulit. harus menguji seluruh situasi yang ada, di
mana dibutuhkan lebih dari sekadar analisis mekanik sederhana. Pengalaman dan
pengetahuan tentang industri dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat. eskipun
penting memahami teori keuangan, penting pula untuk mengetahui lingkungan bisnis
sekitar, termasuk bagaimana reaksi pesaing terhadap tindakan yang dilakukan perusahaan.
Penilaian yang tepat akan melahirkan keputusan finansial yang tepat pula.
 Eksternalitas di dalam Perusahaan yang Positif
Kanibalisasi terjadi apabila produk baru bersaing dengan produk lama. Namun, proyek
baru dapat menjadi pelengkap proyek lama, di mana arus kas dari operasi lama akan
bertambah ketika produk baru diperkenalkan.
 Eksternalitas Lingkungan
Tipe paling umum dari eksternalitas negatif adalah dampak proyek terhadap lingkungan.
Peraturan dan regulasi pemerintah membatasi apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan,
tetapi perusahaan memiliki fleksibilitas untuk menangani lingkungan. keuntungan bagi
semua orang bergantung pada bumi yang sehat, sehingga perusahaan memiliki insentif
untuk melindungi lingkungan meskipun tidak diperlukan. Namun, jika satu perusahaan
memutuskan untuk mengambil tindakan yang baik untuk lingkungan tapi membutuhkan
biaya besar maka produk perusahaan harus mencerminkan biaya yang tinggi tersebut. Jika
pesaing memutuskan untuk memproses produk dengan biaya yang lebih kecil tapi tidak
ramah lingkungan maka bisa membuat harga produknya lebih rendah dan mengambil
lebih banyak keuntungan. Tentu saja, perusahaan yang lebih ramah lingkungan dapat
mengampanyekan upaya ramah lingkungan yang mereka lakukan, dan ini dapat atau
mungkin juga tidak-mengimbangi biaya yang tinggi.

B. Analisis Perluasan Suatu Proyek


Proyek S merupakan produk makanan kesehatan yang rencananya akan diperkenalkan kepada
masyarakat. Sepanjang penelitian, staf keuangan Allied telah menerima banyak informasi,
pokok pentingnya dirangkum sebagai berikut.
 Proyek S membutuhkan $900.000 untuk membeli peralatan di tahun 2016 (t = 0).
 Persediaan akan bertambah sebesar $175.000 dan utang dagang akan bertambah sebesar
$75.000. Komponen modal kerja lain akan tetap sama, sehingga perubahan dalam modal
kerja operasi neto (net operating working capital-NOWC) sebesar $100.000 pada t=0.
 Proyek ini akan berlangsung selama empat tahun. Perusahaan memperkirakan penjualan
sebagai berikut: 2.685.000 unit di tahun 2017; 2.600.000 unit di tahun 2018; 2.525.000
unit di tahun 2019; 2.450.000 di tahun 2020. Setiap unit dijual sebesar $2.
 Biaya tetap produksi dari setiap produk adalah $2 juta setiap tahun, dan biaya variabel
memproduksi setiap unit akan bertambah dari $1,018 pada 2017 menjadi $1,221 pada
tahun 2020.
 Perusahaan menggunakan metode penyusutan dipercepat (accelerated depreciation);
namun, CFO juga tertarik untuk melihat bagaimana nilai proyek akan berubah jika
perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation).
 Ketika proyek selesai di tahun 2020 (4), perusahaan mengharapkan akan ada nilai sisa
dari peralatan sebesar $50.000 dan diharapkan dapat menutupi NOWC sebesar
$100.000.
 Estimasi tarif pajak sebesar 40%.
 Jika dilihat berdasarkan risiko, WACC proyek diestimasikan sebesar 10%.

Tabel 12.1 membagi arus kas


proyek ke dalam tiga komponen,
yaitu:
1. Investasi awal yang diperlukan
pada t = 0. Ini sudah termasuk
belanja modal dan perubahan
modal kerja operasi neto
(ANOWC).
2. Arus kas operasi yang diterima
perusahaan sepanjang proyek
berlangsung.
3. Arus kas terakhir yang
direalisasi ketika proyek selesai.
Arus kas ini termasuk nilai sisa
setelah pajak peralatan dan
pemulihan NOWC.
1. Dampak Tarif Penyusutan Yang Berbeda
Jika mengganti angka penyusutan akselerasi pada Tabel 12.1 dengan nilai konstan sebesar
$225 yang ada di metode garis lurus, hasilnya akan menjadi garis waktu arus kas bebas di
baris ke-35 yang memiliki total arus yang sama. Namun di awal tahun, hasil arus kas yang
dihasilkan dari penyusutan garis lurus akan lebih rendah daripada yang ada di tabel
sekarang; dan di tahun-tahun berikutnya arus kas ini akan menunjukkan angka yang lebih
tinggi. Karena nilai waktu dari uang, nilai dolar yang diterima saat ini memiliki nilai
sekarang (present value) yang lebih tinggi dibandingkan dengan dolar yang diterima nanti.
Oleh karena itu, NPV proyek S lebih tinggi jika perusahaan menggunakan penyusutan
akselerasi. Efek yang lebih tepat ditunjukkan di bagian Evaluasi Proyek pada Tabel 12.1-
NPV yang diperoleh senilai $78,82 jika menggunakan metode akselerasi dan $64,44 atau
lebih rendah 18 persen jika menggunakan metode garis lurus.
2. Kanibalisasi
Proyek S tidak melibatkan efek kanibalisasi. Anggaplah Proyek S akan mengurangi arus
kas setelah pajak divisi lain sebesar $50 per tahun. Tidak ada perusahaan lain yang akan
mengambil proyek ini apabila perusahaan kita menolaknya. Dalam kasus ini, kita akan
menambahkan baris di sekitar baris ke-28 dan mengurangkan $50 setiap tahunnya. Jika ini
dilakukan, Proyek S akan mendapatkan NPV negatif karena ditolak. Di sisi lain, jika
Proyek S menyebabkan tambahan arus di divisi yang lain (eksternalitas positif) maka
pendapatan arus kas masuk harus dikaitkan ke Proyek S.
3. Biaya Peluang
Asumsikan biaya awal yang ditunjukkan di Tabel 12.1 didasarkan pada asumsi bahwa
proyek akan menghemat uang dengan menggunakan peralatan yang memang dimiliki oleh
perusahaan dan peralatan tersebut akan dijual sebesar $100 setelah pajak jika proyek
ditolak. Nilai $100 ini merupakan biaya peluang dan harus dimasukkan dalam perhitungan
kita. Kita akan menambahkan $100 ke biaya proyek. Hasilnya akan diperoleh NPV sebesar
$78,82-$100-$21,18, sehingga proyek saat ini ditolak.
4. Biaya Tertanam
Anggap bahwa perusahaan telah menghabiskan $150 untuk studi pemasaran guna
memperkirakan potensi penjualan. Nilai $150 ini tidak bisa dipulihkan terlepas apakah
proyek ini diterima atau ditolak. $150 tidak harus dibebankan ke Proyek S saat akan
menentukan NPV untuk tujuan anggaran modal, hanya tertarik pada biaya inkremental.
$150 bukanlah biaya inkremental, melainkan biaya tertanam. Oleh karena itu, $150 tidak
dapat dimasukkan dalam analisis.
5. Perubahan Lain Pada Input
Variabel lain selain penyusutan pun berbeda-beda, dan perubahan ini akan mengubah arus
kas yang telah dihitung, serta NPV dan IRR. Sebagai contoh, dapat menaikkan atau
menurunkan proyeksi unit penjualan, harga penjualan, biaya variabel dan atau biaya tetap,
biaya investasi awal, kriteria modal kerja, nilai sisa, dan bahkan tarif pajak jika kita
menduga pemerintah akan menaikkan atau menurunkan pajak. Perubahan-perubahan icu
bisa saja dengan mudah dibuat pada model Excel, secepatnya kita bisa dengan mudah
melihat perubahan hasil akhir pada NPV dan IRR. Ini disebut dengan analisis sensitivitas.

C. Analisis Penggantian
Beranggapan bahwa Proyek S seluruhnya adalah proyek baru. Oleh karena itu, semua arus
kas adalah inkremental-nilai ini hanya timbul jika perusahaan menerima proyek tersebut. Ini
benar untuk perluasan proyek, tetapi untuk proyek pengganti, kita harus menemukan arus kas
diferensial antara proyek lama dan baru, dan diferensial ini merupakan arus kas inkremental
yang analisis. Mengevaluasi keputusan penggantian di Tabel 12.2 yang dibuat mirip dengan
Tabel 12.1, tetapi dengan data yang baru pada keduanya, mesin yang sangat efisien (yang
disusutkan dengan metode akselerasi) dan mesin lama (yang disusutkan dengan metode garis
lurus). Berikut ini merupakan data utama yang digunakan dalam analisis.
Data yang
diterapkan untuk
kedua mesin:
Pendapatan $2.500
penjualan, dengan
angka yang konstan
Perkiraan umur 4 tahun
mesin lama dan
baru
WACC untuk 10%
analisis
Tarif pajak 40%
Data untuk mesin
lama:
Nilai pasar(sisa) $400
dari mesin lama
saat ini
Tenaga kerja, $1.000
material, dan biaya
mesin lama lainnya
per tahun
Penyusutan $100
tahunan mesin
lama
Data untuk mesin
baru:
Biaya mesin baru $2.000
Tenaga kerja, $400
material, dan biaya
mesin baru lainnya

Kuncinya adalah untuk mengetahui arus kas inkremental. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, kita menghitung arus kas operasi dari mesin lama, kemudian menghitung arus
kas operasi dari mesin yang baru, dan mencari selisih arus kasnya. Inilah yang kita lakukan
pada Bagian I, II, dan III pada Tabel 12.2. Karena nantinya akan ada penambahan
pengeluaran untuk pembelian mesin baru, biaya ini ditunjukkan di sel E24. Namun, kita bisa
menjual mesin lama seharga $400, dan ini ditunjukkan sebagai arus kas masuk di sel E25.
Pengeluaran kas Ji tahun ke-0 adalah $1.600, seperti yang ditunjukkan di sel E35. Arus kas
berdasarkan mesin lama ditunjukkan di baris ke-22, sedangkan untuk mesin yang baru
ditunjukan di baris ke-35. Lalu di baris ke-37, kita melihat perbedaan untuk arus kas dengan
dan tanpa penggantian ini merupakan arus kas inkremental yang digunakan untuk
menemukan NPV penggantian. Saat kita mengevaluasi arus kas inkremental, kita melihat
bahwa penggantian mempunyai NPV sebesar $80,28 sehingga mesin yang lama harus
diganti. Dalam beberapa kasus, penggantian bisa menambahkan kapasitas dan menurunkan
biaya operasi. Pada kasus ini, pendapatan penjualan di Bagian II akan meningkat dan
mengarah pada peningkatan muda! kerja operasi neto, di mana angka tersebut menunjukkan
pengeluaran tahun ke-0 bersama dengan pemulihannya di akhir umur proyek. Tentu saja,
perubahan ini akan diperlihatkan di selisih arus kas di baris ke-37.
D. Analisis Risiko Dalam Penganggaran Modal
Setiap proyek memiliki risiko yang berbeda-beda dan harus dipertimbangkan dalam
keputusan penganggaran modal. Sangat sulit untuk mengukur suatu risiko, terutama untuk
proyek yang belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, manajer biasanya menangani risiko
dengan cara yang berbeda-beda. Tiga jenis risiko yang berbeda dan terpisah terdiri atas: 
1. Risiko berdiri-sendiri (stand-alone risk) Risiko ini diukur dengan variabilitas tingkat
pengembalian aset yang diharapkan. Risiko proyek dengan asumsi (a) bahwa hanya itulah
aset yang dimiliki perusahaan dan (b) hanya saham perusahaan itulah yang ada dalam
portofolio investor. Risiko yang berdiri sendiri diukur dengan variabilitas pengembalian
yang diharapkan ams proyek tersebut. Diversifikasi diabaikan seluruhnya.
2. Risiko korporasi, atau risiko di dalam perusahaan (corporate, or within-firm, risk)
merupakan risiko proyek bagi korporasi daripada investornya. Risiko dalam perusahaan
memperhitungkan fakta bahwa proyek merupakan satu-satunya aset di portofolio aset
perusahaan. Oleh karena itu, beberapa risiko akan dieliminasi dengan diversifikasi di
dalam perusahaan. Tipe risiko ini diukur dengan dampak proyek terhadap ketidakpastian
tingkat pengembalian masa depan perusahaan. 
3. Risiko pasar, atau beta (market, or beta, risk), yaitu risiko proyek yang terlihat oleh
pemegang saham yang terdiversifikasi dan mengetahui bahwa (a) proyek ini merupakan
satu-satunya aset yang dimiliki perusahaan dan (b) saham perusahaan merupakan satu
bagian dari portofolio miliknya. Risiko pasar proyek diukur dari dampak proyek terhadap
koefisien beta. 
Mengambil suatu proyek dengan risiko berdiri sendiri atau risiko korporasi yang besar tidak
selalu berdampak pada beta perusahaan. Namun, jika proyek memiliki risiko berdiri sendiri
yang tinggi dan tingkat pengembaliannya sangat terkait dengan pengembalian aset
perusahaan yang lain serta pengembalian sebagian besar saham di perekonomian maka
proyek tersebut memiliki tingkatan yang tinggi atas ketiga jenis risiko, Secara teori, risiko
pasar merupakan yang risiko paling relevan di antara ketiga risiko di atas karena risiko itu
tercermin dalam harga saham. Risiko pasar merupakan risiko yang paling sulit untuk
diestimasikan, utamanya karena proyek baru tidak memiliki "harga pasar" yang bisa
dikaitkan dengan pengembalian pasar saham. Dengan demikian, hampir semua pengambil
keputusan melakukan analisis kuantitatif untuk risiko berdiri-sendiri dan mempertimbangkan
dua risiko lainnya dengan analisis kualitatif.
Proyek-proyek pada umumnya diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Kemudian,
dengan nilai WACC perusahaan secara keseluruhan sebagai titik awal, biaya modal yang
disesuaikan dengan risiko (risk-adjusted cost of capital) ditentukan untuk setiap kategori.
Biaya modal yang tepat untuk suatu proyek tertentu, berdasarkan tingkat risiko proyek
tersebut. Makin besar risiko, makin tinggi biaya modalnya. Tidak ad acara sempurna untuk
menentukan seberapa rendah atau tinggi penyesuaian harus dilakukan.

E. Mengukur Risiko Berdiri Sendiri


Risiko berdiri sendiri suatu proyek mencerminkan ketidakpastian arus kasnya. Investasi yang
dibutuhkan, unit penjualan, harga jual, dan biaya operasional merupakan subjek atas
ketidakpastian. Demikian pula, variabel lainnya akan berbeda dari nilai yang sudah
diindikasikan. Tentunya semua data merupakan nilai yang diharapkan, dan nilai yang
sebenarnya mungkin berbeda dari nilai yang diharapkan. Ada tiga teknik yang dapat
digunakan untuk menilai risiko :
1. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas (Sensitivity nalysis) mengukur perubahan persentase pala NPV yang
diakibatkan oleh perubahan persentase pada variabel input, apabila hal-hal yang lain sama
dengan nilai yang diharapkan. Analisis Inilah yang paling banyak digunakan untuk analisis
risiko dan dipakai oleh sebagian besar perusahaan. Analisis ini dimulai dengan situasi kasus-
dasar, di mana NPV proyek dihitung menggunakan nilai kasus-dasar untuk setiap variabel
input. Berikut merupakan daftar input utama untuk Proyek S: 
 Biaya peralatan
 Perubahan dalam modal kerja operasi neto
 Unit penjualan
 Harga jual
 Biaya variabel per unit
 Biaya tetap operasional 
 Tarif pajak
 WACC

Tabel 12.1 merupakan data


yang paling umum, atau
nilai dasar, dan hasil NPV
sebesar $78,82 merupakan
NPV kasus dasar (base-
case NPV). Cukup mudah
untuk memperkirakan
perubahan dalam data, di
mana perubahan tersebut
akan menghasilkan NPV
yang berbeda.
Setiap variabel akan meningkat atau menurun dari nilai yang diharapkan, dan
mempertahankan variabel kie konstan pada tingkat kasus-dasar. Kemudian, NPV dihitung
menggunakan input yang diubah. Terakhir, hasil akhir NPV diplot untuk menunjukkan
seberapa sensitif NPV terhadap perubahan setiap variabel. 
Menunjukkan bahwa sejalan dengan unit terjual dan kenaikan harga, NPV proyek meningkat,
sedangkan yang sebaliknya berlaku untuk empat variabel data lainnya. Peningkatan pada
biaya variabel, biaya tetap, biaya peralatan, dan WACC menurunkan NPV proyek. Jarak yang
ditunjukkan di bawah tabel dan kemiringan garis pada grafik mengindikasikan seberapa
sensitif perubahan NPV terhadap perubahan setiap input. Ketika data telah diatur di Gambar
12.1, kemiringan garis pada grafik menunjukkan seberapa sensitif NPV terhadap setiap input:
makin lebar jarak, makin curam kemiringan variabel dan makin sensitif NPV terhadap
perubahan di variabel ini. Kita melihat bahwa NIV sangat sensitif terhadap perubahan harga
jual, cukup sensitif terhadap perubahan biaya variabel, serta sedikit kurang sensitif terhadap
unit terjual dan biaya tetap, tetapi tidak sangat sensitif terhadap perubahan biaya peralatan
atau WACC.
Jika kita membandingkan dua proyek, proyek dengan garis sensitivitas yang curam akan
lebih berisiko, dan yang lainnya tetap konstan, karena perubahan yang relatif kecil di variabel
input yang akan menghasilkan perubahan besar di NPV.
2. Analisis Skenario
Analisis skenario (Scenario Analysis) memungkinkan kita untuk mengubah lebih dari satu
variabel pada satu waktu, dan menggabungkan kemungkinan perubahan variabel kunci.
Di dalam analisis skenario, mulai dengan skenario kasus dasar (base-case scenario) yang
menggunakan nilai data yang yang paling umum. Kemudian, kita berkomunikasi dengan
divisi pemasaran, teknisi, dan operasional lainnya untuk menentukan skenario kasus terburuk
(worst-case scenario)-unit terjual rendah, harga Jual rendah, biaya variabel tinggi, dan
sebagainya-dan skenario kasus terbaik (best-case scenario). Sering kali, skenario terbaik dan
terburuk ditentukan saat perusahaan memiliki 25% kemungkinan kondisi yang baik atau
buruk, dengan 50% kemungkinan kondisi kasus dasar. Tentu saja, suatu kondisi dapat
memiliki lebih dari tiga nilai, tetapi penyusunan skenario berguna untuk membantu kita
memahami risiko proyek. Jika hasil kasus-dasar sama pada analisis skenario dan sensitivitas,
tetapi pada analisis skenario, kasus terburuknya jauh lebih buruk daripada di dalam analisis
sensitivitas dan kasus terbaiknya jauh lebih baik. Pada analisis skenario, semua variabel
ditetapkan pada nilai terbaik atau terburuk, sedangkan dalam analisis sensitivitas, hanya satu
variabel yang disesuaikan, dan variabel yang lainnya ditetapkan pada nilai kasus dasar.
3. Simulasi Monte Carlo
Simulasi Monte Carlo (Monte Carlo Simulation), jenis analisis ini dinamakan demikian
karena dikembangkan dari matematika perjudian dan merupakan versi rumit dari analisis
skenario. Berikut ini merupakan proyek yang dianalisis menurut banyak skenario, atau
"perjalanan". Di tahap awal perjalanan, komputer akan memilih secara acak angka dari setiap
variabel-unit terjual, harga jual, biaya variabel per unit, dan seterusnya. Nilai-nilai tersebut
kemudian digunakan untuk menghitung NPV yang akan disimpan dalam memori komputer.
Selanjutnya, sekumpulan angka kedua dipilih secara acak, dan NPV kedua dihitung. Proses
ini dilakukan berulang sebanyak 1.000 kali, dan menghasilkan 1.000 NPV. Nilai rata-rata
1.000 NPV dihitung, kemudian digunakan sebagai ukuran profitabilitas yang diharapkan dari
suatu proyek, dan standar deviasi (atau mungkin koefisien variasi) dari NPV digunakan untuk
mengukur risiko.

F. Risiko Di Dalam Perusahaan Beta


Kesimpulan mengenai analisis risiko adalah sebagai berikut. 
 Sangat sulit, jika tidak mungkin, untuk mengukur risiko dalam perusahaan dan risiko
beta suatu proyek secara kuantitatif. 
 Sebagian besar pengembalian proyek memiliki korelasi positif dengan pengembalian
aset lain perusahaan dan dengan pengembalian di pasar saham. Dengan demikian.
karena risiko berdiri-sendiri terkait dengan risiko dalam perusahaan dan risiko pasar,
maka tidak banyak kerugian jika hanya terfokus pada risiko berdiri-sendiri. 
 Manajer yang berpengalaman membuat banyak penilaian sepihak, termasuk yang
terkait dengan risiko, dan mereka mengaplikasikan hal itu terhadap proses
penganggaran modal. Mahasiswa baru menyukai jawaban yang rapi dan tepat, dan
mereka ingin membuat keputusan berdasarkan perhitungan NPV. Manajer yang
berpengalaman mempertimbangkan NPV kuantitatif, tetapi mereka juga memasukkan
penilaian subjektif dalam proses pengambilan keputusan. 
 Jika sebuah perusahaan tidak menggunakan jenis-jenis analisis yang dicakup dalam
buku ini maka perusahaan akan kesulitan. Di sisi lain, jika perusahaan mencoba untuk
mengidentifikasi segalanya dan menyerahkan keputusan pada komputer maka akan
menimbulkan kesulitan. Manajer yang baik pasti mengerti dan menggunakan teori
finansial, tetapi mereka menerapkannya dengan penilaian pribadi

Anda mungkin juga menyukai