Anda di halaman 1dari 13

Contoh Soal Manajemen Piutang dan Manajemen

Persediaan
September 18, 2017

Contoh Soal Manajemen Piutang dan Manajemen Persediaan

Manajemen Piutang, piutang yang ada dalam perusahaan umumnya timbul sebagai akibat
kebijakan penjualan kredit. Apabila kebijakan manajemen menggunakan penjualan tunai
maka tidak akan muncul piutang dagang ( investasi dalam piutang ). Persoalannya lebih
menguntungkan mana bagi manajemen apakah dengan penjualan tunai atau penjualan
kredit ? Persoalan ini dapat dianalisis dengan cost and benefit kebijakan penjualan kredit.

1. Bila cost > benefit penjualan kredit maka sebaiknya digunakan penjualan tunai.
2. Bila cost < benefit penjualan kredit maka sebaiknya digunakan penjualan kredit

Contoh :

PT Anisa saat ini ( tahun 2005 ) menggunakan sistim penjualan tunai dan memiliki omzet
Rp. 800.000.000,- Untuk tahun 2006 manajemen akan mempertimbangkan mengubah
kebijakan penjualan tunai menjadi penjualan kredit dengan syarat n/60 artinya pembeli
diberi tempo untuk membayar sampai hari ke 60 dari saat pembelian. Dengan perubahan
tersebut diharapkan penjualan akan meningkat menjadi Rp.1.050.000.000,-dan profit
margin 15 %, sementara biaya dana sebesar 16 % pertahun.

Apakah rencana kebijakan penjualan kredit tersebut menguntungkan bagi perusahaan ?


Masalah diatas dapat dianalisis dengan membandingkan manfaat (benefit) dan biaya (cost)
sebagai berikut ;

Benefit :
Tambahan keuntungan adanya penjualan kredit
( Rp. 1.050.000.000 – Rp. 800.000.000 ) x 15 % = Rp. 37.500.000,-

Cost :
Perputaran piutang = 360/60 = 6 kali pertahun
Rata-rata piutang = 1.050.000.000/6 = Rp. 175.000.000

Modal yg diperlukan untuk investasi dalam piutang dihitung adalah


= ( 100 % - 15 % ) x Rp. 175.000.000 = Rp. 148.750.000

Biaya dana untuk tambahan modal guna investasi pada piutang


= Rp. 148.750.000 x 16 % = Rp. 23.800.000

Kesimpulan :
Manfaat (benefit) = Rp. 37.500.000
Biaya (cost) = Rp. 23.800.000 ( - )
Tambahan keuntungan = Rp. 13.700.000
Jadi kebijakan penjualan kredit akan memberi manfaat bersih (keuntungan) sebesar Rp.
13.700.000,-

Manajemen persediaan
Dalam mengelola persediaan perusahaan akan terbebani dua biaya yaitu biaya pemesanan
( procuremen cost ) dan biaya penyimpanan ( carrying cost ). Dua biaya ini sifatnya
berlawanan sbb ;
1. Biaya pesan dihitung atas dasar frekwensi pesan tidak berkait dengan jumlah yang
dipesan yang berarti semakin sedikit jumlah yang dipesan akan semakin besar biaya
pemesanan perunit.
2. Biaya simpan dihitung atas dasar jumlah unit yang dipesan yang berarti makin banyak
yang barang disimpan maka biaya makin besar dan sebaliknya.
1. Metode penentuan persediaan optimal menggunakan EOQ (Economic Order Quantity)

EOQ =√2.R.S

EOQ ( Jumlah pembelian yang ekonomis ), R (jumlah kebutuhan bahan satu tahun), S ( set
up cost / biaya pemsanan ), C ( Carrying cost / biaya penyimpanan)

Contoh :
PT. Alim Rugi memiliki kebutuhan bahanbaku 1 tahun sebesar 1.600 unit, biaya pesan Rp.
100.000 untuk sekali pesan, biaya penyimpanan Rp. 500 per unit pertahun. Jumlah
pembelian yang ekonomis adalah ;

1. Q = √2x100.000x1.600

500

= 800
Pembelian pertama sebaiknya dilakukan sebanyak 800 dan sisanya pada waktu sebelum
habis bahan baku

2. Lead time dan Reorder Point

a. Lead time yaitu jangka waktu antara saat barang dipesan dan barang datang.
b. Reorder point yaitu saat yang tepat untuk memesan kembali barang. Reorder point
dipengaruhi oleh lead time,
Misalkan menggunakan contoh diatas lead time = 6 hari. sementara penggunaan perhari =
1.600 / 360 hari = 4.4 unit, maka
reorder point = 4.4 x 6 = 26.4 atau 26 unit.
Jadi bila persediaan sudah tinggal 26 unit maka bagian pembelian harus memesan barang.

3. SavetyStock
Savety stock yaitu persediaan pengaman( persediaan besi ) yang biasanya digunakan
untuk berjaga-jaga untuk menghadapi masalah keterlambatan pembelian maupun lainnya.
Besarnya savety stock biasanya ditentukan berdasarkan pemakaian barang dalam waktu
tertentu misal 6 hari atau 10 hari dsb. Dengan menggunakan contoh diatas maka bila
ditentukan savety stock sebesar penggunaan 10 hari = 10 x 4.4 = 44 unit
MANAJEMEN PIUTANG
Umumnya perusahaan lebih menyukai penjualan secara tunai, tetapi tekanan persaingan
dan kebutuhan untuk meningkatkan penjualan menyebabkan perusahaan menawarkan
penjualan secara kredit.. Hubungan antara piutang dengan kas adalah sebagai berikut:
Kas1 Barang Jadi Piutang Kas2
(Penjualan Kredit)
Besarnya investasi dalam piutang ditentukan:(1)volume penjualan kredit, (2)syarat
pembayaran kredit, makin longgar atau makin lunak syarat kredit makin besar piutang dagang,
(3)kemampuan mengumpulkan atau menagih piutang, (4)karakter pengutang atau debitur.
Pertimbangan pemberian kredit : (1)character > untuk memperkirakan kemungkinan
pelanggan mau memenuhi kewajibannya. (2)capacity > kemampuan pelanggan utk membayar
(3)capital > penilaian atas posisi keuangan secara umum ,(4)collateral > penilaian harta
pengutang yang dijadikan jaminan,(5)condition > kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis.
1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Perputaran piutang dimulai dari kas, proses produksi, penjualan, piutang, kembali ke kas.
Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan.:
Perputaran piutang = Penjualan kredit = .…. X ; dan Rata Pengumpulan Piutang = 360 hr
Rata-Rata Piutang Perputaran Piutang
Perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel berikut:

KETERANGAN TAHUN 2000 Tahun 2001


Penjualan bersih Rp.200 Rp.180
Piutang awal tahun Rp.40 Rp.50
Piutang akhir tahun Rp.60 Rp.30
rata-rata piutang=Rp(40+60)/2 dan( 50+30)/2 Rp.50 Rp.40
PerputaranPiutang=Rp(200/50) dan (180/40) 4 kali 4,5 kali
90 hari 80 hari
Rata-rata pengumpulan Piutang=(360/4)dan ( 360/4,5)

Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang :
PT ABC memiliki nilai penjualan per tahun Rp 180, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan
syarat penjualan 2/10, net 30. Perilaku pembeli dlm membayar > 60 % membayar dalam waktu
10 hari, dan sisanya dalam waktu 30 hari. Jawab:
1) Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding atau DSO) atau Periode Penagihan Ratarata
(Average Collection Period atau ACP) adalah: 0,60(10) + 0,40(30) = 18 hari.
2) Rata-rata penjualan per hari(Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi satu tahun 360
hari kerja: (Rp 180 / 360) = Rp 0,50
3) Rata2 Piutang: (Jangka Waktu Penagihan X Penjualan per hari) = (18 hari X Rp 0,50) = Rp 9.
4) Perputaran Piutang = (Penjualan / Rata-rata Piutang) = (Rp 180 / Rp 9) = 20X
5) Periode Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran Piutang) = (360 hari / 20) = 18 hari.
6) Periode Penagihan Rata-rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung dengan rumus:
Piutang = Rp 9 = 18 hari
(Penjualan / 360 hari) (Rp 180 / 360 hari)
2.Pengendalian Piutang
Piutang dikendalikan dengan menyusun tabel umur piutang >> dalam tabel tersebut dapat diketahui
jumlah piutang yang dapat ditagih dan yang lambat ditagih.
Makin panjang umur piutangnya, makin buruk kondisi perusahaan karena makin lama piutang tersebut
menjadi uang tunai/ kas. Contoh umur piutang dari PT ABC dan PT ABK.
PT.ABC PT.ABK
Umur piutang
nilai piutang % dari total nilai Piutang nilai piutang % dari total nilai Piutang
diatas 60 0 0 40 5%
46-60 0 0 80 10%
31-45 0 0 120 15%
11-30 160 20% 160 20%
0-10 640 80% 400 50%
total 800 100% 800 100%
3. Kebijakan Penagihan Kredit
Kebijakan penagihan , dipengaruhi :
a) waktu dari saat penjualan sampai dengan pelanggan melakukan pembayaran, dan
b) waktu untuk memproses dan menerima pembayaran yang telah dikirim pelanggan.
Misalnya perusahaan memiliki credit terms net 30, maka ia berharap ACP-nya sama dengan 30 hari. Jika
realisasi ACP lebih besar dari 30 hari, maka perusahaan perlu mereview kembali pelaksanaan kreditnya.
4.Anggaran Pengumpulan Piutang
Misal, PT ABC mempunyai penjualan bulan Januari Rp 100, Februari Rp 200, dan Maret Rp 300. Syarat
pembayaran ditetapkan 3/20/net 30 setelah bulan penjualan. Perilaku pembeli dalam membayar (Pola
pembayaran pembeli ) > 70% pelanggan membayar 20 hari setelah bulan penjualan, 20% pelanggan
membayar 10 hari terakhir bulan kesatu sesudah bulan penjualan, dan 10% pelanggan membayar pada
bulan kedua setelah bulan penjualan.
Perhitungan pengumpulan piutang bulan Februari, Maret, April,:
Bulan Februari:
• Piutang penj. bln januari=(70% XRp100 =Rp70) dikurangi (3% X Rp70 = Rp2,10) = Rp 67,90.
• 20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir >> 20% X Rp 100 = Rp 20.
• Jadi dalam bulan Februari, piutang terkumpul = Rp 67,90 + Rp 20 = R p 87,90
Bulan Maret:
• Piutang dari penjualan bulan Januari = 10% X Rp 100 = Rp 10
• Piutang penj. Feb = (70% X Rp 200 = Rp 140) dikurangi (3% X Rp 140= Rp 4,2)= Rp 135,80
• 20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir >> 20% X Rp 200 = Rp 40
• Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul >> Rp 10 + Rp 135,80 + Rp 40 = Rp 185,80
Bulan April:
• Piutang atas penjualan bulan Februari >> 10% X Rp 200 = Rp 20
• Piutang penj.Mart.(70% X Rp 300= Rp 210) dikurangi (3% X Rp 210= Rp 6,30) = Rp 203,70
• 20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir >> 20% X Rp 300 = Rp 60
• Jadi dalam bulan April, piutang terkumpul >> Rp 20 + Rp 203,70 + Rp 60 = Rp 283,70
5. Kebijakan Kredit (Credit Policy)
Berikut ini disajikan contoh kasus: PT Lesmana:
Kebijkan lama: potongan tunai 3% untuk pembayaran sampai dengan 7 hari (3/7).
Rata-rata Pengumpulan piutang 30 hari >> 3/7,net 30, pembeli yang memanfaatkan potongan tunai 15%,
piutang tak tertagih (bad debt) 2% dari penjualan kredit (credit sales). Penjualan selama satu tahun 1.500
@ Rp 5 ; Variable Cost Rp 2,3. Biaya modal 22% per tahun.
Kebijakan baru: perjanjian kredit penjualan (term of sales) adalah 4/15.
Rata-rata pengumpulan piutang 40 hari >> 4/15,net 40. Yang memanfaatkan potongan tunai bertambah
menjadi 25% dan penjualan meningkat 20%, ada tambahan tenaga penjual 3 orang dengan gaji per
bulan Rp1,7 per bulan per orang, piutang tak tertagih (bad debt) 3%. Apakah perusahaan
mempertahankan kebijakan lama atau baru?
Solusi kasus PT Lesmana tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut :
Keterangan
Kebijakan Lama
Kebijakan Baru
Penjualan
Piutang
Tunai
Perputaran Piutang
Rata-rata Piutang
Investasi pada piutang
Manfaat:
Marjin Kontribusi*
Pengorbanan:
Biaya Modal
Piutang Tak Tertagih
Potongan Tunai
Gaji tenaga penjual
Rp 7.500
85% X 7.500 = Rp 6.375
15% x7.500= Rp 1.125
360/30 = 12X
Rp 6.375/12 = Rp 531,25
46% X Rp 531,25 =Rp244,375
54% X Rp 7.500 =Rp 4.050
22% X Rp244,375=Rp53,7625
2% X Rp 6.375 =Rp 127,5
3% X Rp 1.125 =Rp 33,75
(1+20%)(7.500) = Rp 9.000
75% X 9.000 = Rp 6.750
25%xRp.9.000=Rp 2.250
360/40 = 9X
Rp 6.750/9 = Rp 750
46% X Rp 750 = Rp 345
54% X Rp 9.000 =Rp 4.860
22% X Rp 345 = Rp 75,9
3% X Rp 6.750 = Rp 202,5
4% X Rp 2.250 = Rp 90
3 X 12 bln X Rp 1,7 = Rp 61,2
Perhitungan Laba (rugi) atas kebijakan baru:
• Tambahan marjin kontribusi = Rp 4.860 – Rp 4.050 = Rp 810
• Tambahan biaya modal =Rp 75,9 – Rp 53,7625 = (Rp 22,14)
• Tambahan piutang tak tertagih= Rp 202,5 – Rp 127,5= (Rp 75,00)
• Tambahan potongan tunai = Rp 90 – Rp 33,75 = (Rp 56,25)
• Gaji tenaga penjual = (Rp 61,20) >> Rp.214,59
• Tambahan Laba = Rp 595,41
Kesimpulan: Kebijakan baru, layak dijalankan karena ada tambahan laba sebesar Rp 595,41.
6. Macam – Macam Penjualan Kredit
a. Penjualan secara kredit tanpa diskon.
PT GM semula menjual gula pasir secara tunai > tercapai penjualan per tahun Rp 800.000.000.
Perusahaan kemudian merencanakan akan merubah syarat penjualan menjadi n/30.
Dengan syarat penjualan tersebut, diperkirakan penjualan meningkat sampai Rp 1.050.000.000.
Bila Profit margin 15% dan biaya dana 16% , Apakah perusahaan perlu beralih ke penjualan kredit?
Jawab :
Manfaat :
Tambahan keuntungan =(Rp.1.050 juta – Rp 800 juta) x 15 %= Rp 37.500.000
Pengorbanan :
Perputaran piutang = 360 hari / batas pembayaran= 360 hari / 30 hari= 12 kali setahun.
Rata-rata piutang = penjualan kredit / perputaran piutang= Rp 1.050 juta/ 12 kali= Rp 87.500.000
Dana untuk membiayai piutang = (100% - 15%) x Rp 87.500.000= Rp 74.375.000
Biaya dana = Rp 74.375.000 x 16% = Rp 11.900.000
Tambahan manfaat bersih= Rp 37.500.000 - Rp 11.900.000 = Rp 25.600.000
Dari perhitungan di atas, PT GM sebaiknya beralih ke rencana penjualan secara kredit tanpa diskon,
karena manfaat yang akan diperoleh lebih besar daripada pengorbanan yang dilakukan.
b. Menjual kredit dengan diskon.
PT GM semula menjual gula pasir secara tunai > tercapai penjualan per tahun Rp 800.000.000.
Perusahaan kemudian merencanakan akan merubah syarat penjualan menjadi 2/10, n30.
Dengan syarat penjualan tersebut, diperkirakan penjualan meningkat sampai Rp 1.050.000.000.
Diperkirakan 50% pembeli memanfaatkan diskon, dan sisanya membayar pada hari ke-30.
Bila Profit margin 15% dan biaya dana 16% , Apakah perusahaan perlu beralih ke penjualan kredit?
Jawab :
Rata-rata periode pembayaran piutang= (50% x 10 hr) + (50% x 30 hr)= 5 hari + 15 hari = 20 hari
Perputaran piutang= 360 hari / 20 hari= 18 kali setahun
Rata – rata piutang = Rp 1.050.000.000 / 18 kali= Rp 58.333.333
Rata – rata dana untuk membiayai piutang = (100% - 15%) x Rp 58.333.333 = Rp 49.583.333
Manfaat :
Penurunan biaya dana = ( Rp 74.375.000 – Rp 49.583.333 ) x 16% = Rp 3.966.667
Pengorbanan :
Diskon yang diberikan = 2% x 50% x Rp 1.050.000.000 = (Rp10.500.000 ) -
Manfaat bersih = (Rp10.500.000) - Rp 3.966.667 = ( Rp 6.533.333 )
Dari penghitungan di atas menunjukkan bahwa diskon yang diberikan ternyata lebih besar drpd
penghematan biaya. Dengan demikian, PT GM tidak perlu memberikan diskon, karena dengan syarat
penjualan 2/10, n30 diperkirakan tidak akan memberikan manfaat bersih yang positif.
c. Penjualan secara kredit dengan kemungkinan piutang tidak terkumpul.
PT GM semula menjual gula pasir secara tunai > tercapai penjualan per tahun Rp 800.000.000.
Perusahaan kemudian merencanakan akan merubah syarat penjualan menjadi n/30.
Dengan syarat penjualan tersebut, diperkirakan penjualan meningkat sampai Rp 1.050.000.000, tetapi
diperkirakan 1% tidak terbayar. Profit margin yang diperoleh sekitar 15%.
Apakah perusahaan sebaiknya menjual secara kredit atau tunai?
JAWAB >>>
Manfaat :
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan=
(penjualan kredit– penj tunai) x profit margin =(Rp 1.050 juta – Rp 800 juta) x 15 % = Rp37.500.000
Pengorbanan :
• Perputaran piutang= 360 hari / batas pembayaran = 360 hari / 30 hari = 12 kali setahun
• Rata2 piutang = penjualan kredit/perputaran piutang= Rp 1.050 juta/12 kali = Rp 87.500.000
• Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang = (100% - 15%) x Rp 87.500.000 = Rp 74.375.000
• Biaya dana = Rp 74.375.000 x 16% = Rp 11.900.000
• Kerugian karena piutang tak terbayar = 1% x Rp 1.050.000.000 = Rp 10.500.000
• Total biaya tambahan = Rp.11.900.000 + Rp.10.500.000 = Rp 22.400.000
• manfaat bersih = Rp.37.500.000 – Rp.22.400.000 = Rp 15.100.000
Dari penghitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan mempertimbangkan kemungkinan penjualan
tidak terbayar sebesar 1%, penjualan kredit diharapkan masih menguntungkan apabila dibandingkan
dengan penjualan secara tunai.
LAtihan Soal Mnj.Piutang:
1. Persh. A mempunyai penjualan tahunan sebesar Rp.12juta, semuanya penjualan kredit. Harga jual
produk Rp.12/unit, dengan biaya variabelnya sebelum pajak Rp. 9/unit. Dengan pelonggaran kredit
diharapkan penjualan akan meningkat 20%. Biaya modal 10% . Rata-rata hari pengumpulan piutang
sebelum pelonggaran 1 bulan dan sesudahnya menjadi 2 bulan. Dari data tsb, coba anda analisa apakah
pelonggaran kredit itu bisa diterima.
2. Persh B menjual barang dagangan secara kredit dengan syarat 1/15,n 60. Penjualan bisa direalisir
sekitar 5.000 unit perbulan dengan harga jual Rp.50 perunit dan harga belinya Rp. 40 perunit. Piutang
yang tidak terbayar ditaksir 1 % dari penjualan. Dari pengalaman tidak ada yang memanfaatkan discount.
a. Berapa keperluan dana untuk membelanjai piutang
b. Apabila biaya modal 20%, maka hitung besarnya biaya modal yang ditanggung
c. Perusahaan ingin mengubah syarat penjualan menjadi 2/30, n/90, maka diperkirakan 30%
pembeli akan memanfaatkan discount. Berapa rata-rata hari pengumpulan piutang ?
d. Apabila penjualan dianggap tidak berubah, berapa perusahaan bisa menghemat keperluan dana
untuk piutang?
d. Apakah persyaratan penjualan 2/30 net 90 lebih baik daripada 1/15 net 60?

1. Pengertian Piutang

Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena terjadinya transaksi di masa
lalu.Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash,
tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan
secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi
memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih
besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak
tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.

2. Konsep Manajemen Piutang

2.1 Kebijaksanaan kredit


Kebijaksanaan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat kredit,
dan kebijakan penagihan
a. Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum pelanggan
sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh kredit. Dengan
demikian, perusahaan da[at meramalkan siapa pelanggan yang akan terlambat dalam membayar
kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian piutang (piutang
yang tak tertagih).
Lima aspek (Lima C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit
meliputi hal berikut:
Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi
kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari catatan
masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan
Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun
sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan tokopelanggan.
Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan
dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio profitabilitas sering
digunakan mengukur aspek kapital ini.
Collateral, dicerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap
perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek
terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
b. Syarat Kredit
Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni: 1. Periode kredit (kapan penagihan
dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan), dan 2. Berapa besar diskon yang akan
diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode diskon.
c. Kebijakan Penagihan
Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi waktu dan cara-cara
penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu. Misalnya, perusahaan akan melakukan
langkah-langkah penagihan: 1. Menegur via telepon kepada pelanggan yang belum membayar
pada satu hari setelah batas akhir penagihan. 2. Menegur via surat kepada pelanggan yang belum
membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3. Menyerahkan tugas penagihan
kepada penagih utang (debt collector) dari luar perusahaan bagi perusahaan yang belum
membayar pada satu bulan setelah batas akhir penagihan.
2.2 Pemantauan Piutang
Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit yang telah dijalankan,
khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola pembayaran pada pelanggan. Misalnya,
pelanggan yang semula tergolong patuh dalam membayar kini mulai terlambat membayar
kewajibannya. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan pemantauan
piutang usaha:
a. DSO (Days Sales Outstanding)
DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP) yang mengungkapkan berapa lama
piutang tertagih. DSO merupakan ukuran termudah untuk mengamati arus penagihan piutang
dari pelanggan. Meningkatnya DSO menunjukkan pelanggan makin lambat membayar
kewajibannya yang dapat dijadikan indikator awal kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih
atau kredit macet.
Kendati DSO merupakan ukuran termudah untuk memantau kondisi piutang, diperlukan sikap
hati-hati dalam menafsirkan angka DSO. DSO atau ACP (yang dinyatakan dalam hari) akan
makin menurun apabila piutang menurun. Menurunnya piutang belum tentu disebabkan oleh
penerimaan yang lebih cepat, mungkin saja disebabkan oleh turunnya penjualan akibat kondisi
ekonomi yang melesu.
b. Skedul Umur Piutang (aging schedule)
Skedul umur piutang merupakan tabel yang memuat informasi tentang umur, jumlah, proporsi,
dan periode penagihan piutang. Berikut contoh tabel skedul umur piutang:

Umur (hari) Jumlah Proporsi Periode penagihan (hari)

0-30 Rp 405.000.000 45 % 20

31-60 Rp 450.000.000 50 % 51

61-90 Rp 27.000.000 3% 80
Lebih dari 90 Rp 18.000.000 2% 96

Rp 900.000.000

Contoh analisis pemantauan piutang. Misalnya, suatu perusahaan menetapkan batas waktu
pembayaran piutang 30 hari. DSO rata-rata = 45% (20) + 50 % (51) + 3% (80) + 2% (96) = 52
Hari. Hal itu berarti bahwa secara rata-rata pelanggan membayar kewajibannya pada bulan
kedua dari batas waktu penagihan yang ditentukan. Pelanggan yang membayarnya hingga batas
akhir penagihan hanya mencapai 45%. Sisanya (55%) justru tergolong pelanggan yang
membayar melebihi batas waktu penagihan. Analisis sederahana ini menunjukan bahwa pola
penerimaan penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih dari
separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu. Untuk memperbaiki kondisi
tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang kebijakan kreditnya secara menyeluruh.

Langkah-langkah Pencegahan Resiko Tidak Tertagihnya Piutang:


- Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan atas dasar
pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya.Misalnya resiko ditetapkan 10% dari piutang,
jika perusahaan berencana meningkatkan penjualan dengan Rp100.000 dan akan menyebabkan
tambahan biaya Rp50.000, maka tambahan keuntungannya adalah sebesar Rp 40.000 (100.000-
50.000-(10%x100.000))
- Kemampuan debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas
dan rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan “soliditas”:
Soliditas komersiil, kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat pada
waktunya.
Soliditas finansiil, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya tepat pada
waktunya
Soliditas moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.
Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis umur piutang
(aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan mana
yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap.

2.3 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang


Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh manajer keuangan dalam hubungannya dengan
manajemen piutang adalah melakukan analisis perubahan piutang. Inti analisis adalah menetukan
apakah syarat kredit yang berlaku saat ini perlu diubah ataukah tidak perlu.
Ada dua pendekatan untuk menganalisis perubahan kebijakan piutang usaha:
Pertama, pendekatan pertambahan laba, yakni membandingkan pertambahan pendapatan dengan
pertambahan biaya. Pendekatan ini mudah dipahami, tetapi tidak konsisten dengan tujuan
maksimisasi nilai perusahaan.
Kedua, pendekatan nilai (net present value atau NPV), yakni pembandingan nilai sekarang arus
kas masuk dari piutang dengan arus kas keluar dari biaya. Pendekatan itu lebih konsisten dengan
tujuan maksimisasi nilai perusahaan.
a. Pendekatan pertambahan laba
- Langkah 1. Menghitung penerimaan penjualan untuk setiap kebijakan:

- Langkah 2. Menghitung biaya-biaya untuk setiap kebijakan:

bd = Piutang tak tertagih / bad debt (%)


S = Penjualan / sales
d = Diskon (%)
D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
VC = Rasio biaya variabel per unit terhadap harga jual per unit (%)
DSO = Jangka waktu penagihan piutang (hari)
k = Bunga per tahun (%)

- Langkah 3. Menyusun laporan laba rugi sederhana untuk setiap kegiatan


- Langkah 4. Membandingkan antara laba bersih kebijakan lama dan laba bersih kebijakan baru.
Jika laba bersih kebijakan baru lebih besar daripada laba bersih kebijakan lama, maka perubahan
kebijakan piutang layak dijalankan.

b. Pendekatan nilai
- Langkah 1. Menghitung NPV untuk setiap kebijakan

NPV = Nilai sekarang bersih


D = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)
P = Harga jual per unit
Q = Kuantitas penjualan
d = diskon (%)
i = Bunga Harian (%), k/360
t1 = Batas akhir periode diskon
t2 = Jangka waktu penagihan piutang (dalam hari)
bd = Piutang tak tertagih
C = Biaya variabel per unit

- Langkah 2. Membandingkan NPV kebijakan lama dan baru. Apabila NPV kebijakan baru lebih
besar (dan positif) daripada NPV kebijakan lama, maka perubahan kebijakan piutang layak
dijalankan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang


a.Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi yang
tertanam dalam Piutang
b. Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya.
c. Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit,
semakin besar plafon kredit per pelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif
(selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi
dalam piutang).
d. Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt
collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan
piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya
piutang lebih besar.
e. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada
masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan
membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yg besar

4. Perputaran piutang
Perputaran piutang (receivable turnover) dipengaruhi oleh syarat pembayaran dan
kecenderungan debitur untuk menepati janji pembayarannya.
• Tingkat perputaran piutang = penjualan netto kredit
Rata-rata piutang
• Rata-rata pengumpulan piutang = 360
receivable turnover
Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran, maka cara
pengumpulan piutang kurang efisien.

Contoh:
2002 2003
Net credit sales Rp 100.000 Rp 100.000
Receivable: awal th 20.000 30.000
akhir th 30.000 10.000
Average receivable Rp 25.000 Rp 20.000
Receivable turnover 4 kali 5 kali
Average collection period 90 hari 72 hari

Penjualan secara kredit akan berdampak positif (kenaikan omset penjualan) dan negatif, seperti
kerugian karena piutang tak tertagih dan atau biaya kesempatan (opportunity cost).Pertimbangan
untuk memperketat atau mempermudah pemberian kredit, dapat dilakukan dengan
memperhatikan cost dan benefit bila akan mengambil keputusan seperti contoh berikut ini:

Selama ini perusahaan menjual secara tunai, omset penjualannya sebesar Rp 800 juta,
keuntungan 15% dari penjualan. Jika perusahaan berencana untuk menjual secara kredit dengan
syarat pembayaran n/60. hal ini ditaksir akan meningkatkan omset penjualan menjadi 1.050 juta
pertahun. Dana yang dibutuhkan untuk membiayai piutang tersebut ditaksir sebesar Rp148,75
juta pertahun.
Apakah manejemen menerima alternatif penjualan kredit tersebut?

 Manfaat : tambahan keuntungan = (1.050 jt – 800 jt) x 15% = Rp 37,5 jt


 pengorbanan :
perputaran piutang = 360/60 = 6 kali
rata-rata piutang = 1.050/6 = 175 jt
dana untuk membiayai piutang = 148,75jt
biaya dana yang ditanggung 148,75 x 15% = 22,31 jt
manfaat bersih = Rp 15,19 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan

Perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/20 ; n/60. ditaksir 50% pelanggan akan membayar
pada hari ke 20, dan sisanya pada hari ke 60. Maka:
Rata-rata periode pembayaran piutang = 0,5(20) + 0,5(60) = 40 hari
Perputaran piutang = 360/40 = 9 kali
Rata-rata piutang = 1.050/9 = 116,67 juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk membiayai piutang = 116,67 jt x 85% = 99,17 jt
Penurunan biaya dana 116,67 jt – 99,17 jt = 17,5 jt

 Manfaat : penurunan biaya dana = 17,5 jt


 Pengorbanan: diskon = 2% x 50% x 1.050 jt = 10,50 jt
manfaat bersih = 7,00 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan.

5. Jenis-Jenis Piutang
5.1 Piutang Dagang
Piutang dagang adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh si pembeli kepada perusahaan.
Piutang dagang umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun. Oleh karena itu piutang
dagang dalam neraca dilaporkan sebagai aktiva lancar.
Masalah – masalah akuntansi yang bersangkutan dengan piutang dagang meliputi tiga hal,
yaitu: Pengakuan piutang dagang, Penilaian Piutang Dagang dan Kerugian Piutang
Pencatatan kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ; Metode cadangan
dan Metode Penghapusan Langsung
Pengalihan Piutang, Perusahaan bersedia untuk mengalihkan piutang kepada pihak lain
karena beberapa alasan:
5.2 Piutang Wesel
Piutang wesel atau piutang pendapatan (pendapatan yang masih akan diterima) dan dari
aktiva lain adalah piutang yang tidak timbul dari penjualan sehari-hari, karena piutang dagang
berkaitan erat dengan operasi perusahaan yang utama. Piutang wesel lebih formal dari piutang
dagang. Piutang wesel bisa juga timbul karena transaksi peminjaman uang.
Wesel dapat dibedakan menjadi:
 Wesel berbunga adalah wesel yang disebutkan suatu tingkat bunga tertentu (biasanya
dinyatakan dalam persen). Pada wesel berbunga perlu dicatat dengan jelas mengenai jumlah
bunga yang diperhitungkan.
 Wesel tidak berbunga adalah wesel yang tidak menyebutkan suatu tingkat bunga tertentu. Pada
wesel tidak berbunga tidak diperlukan pencatatan atas bunga.
Penyelesaian dan Pengalihan Piutang Wesel
Surat wesel adalah surat berharga yang bias dipindahtangankan, artinya wesel bisa dialihkan
dari suatu perusahaan atau seseorang kepada perusahaan atau orang lain dan dengan demikian
bias dijual untuk mendapatkan kas. Untuk mendapatkan uang dengan cepat, pemegang saham
kadang-kadang menjual piutang wesel kepada pihak ain sebelum tanggal jatuh wesel.

Anda mungkin juga menyukai