Anda di halaman 1dari 16

Activity-based costing (ABC)

Kelompok 2:

Mhd. Al Rasyid (1916040002)


Hanaul Ghina (1916040018)
Adiva Hayati (1916040036)
Dosen Pengampu :
Ihsani Mazelfi, S.E., M.Acc.
SOAL 1
ACTIVITY BASED COSTING

Kasus Hal. 231- 233 Rwd Edisi 2


PT Gresik Petro Kimia memproduksi bahan kimia yang diperlukan
bagi industri. Salah satu pabriknya berspesialisasi dalam
memproduksi bahan kimia untuk industri logam. Dua jenis produk
bahan kimia yang diproduksi adalah Tipe X-12 dan Tipe S-15. Tipe
X-12 adalah produk yang dikembangkan oleh PT Gresik Petro
Kimia dan memegang peranan kunci dalam industri logam. Karena
hak paten untuk tipe X-12 ini telah habis masa berlakunya,
banyak perusahaan lain yang kemudian ikut memproduksi produk
ini, sehingga persaingan produk ini meningkat cukup tajam. Tipe
X-12 memiliki volume produksi yang paling tinggi dan telah
beberapa tahun yang lalu diproduksi oleh perusahaan ini. Tipe S-
15 baru mulai diproduksi 5 tahun yang lalu. Produksi tipe S-15
lebih rumit karena membutuhkan penanganan dan pengesetan
secara khusus. Tiga tahun pertama setelah memproduksi tipe S-
15, laba perusahaan mengalami peningkatan. Akan tetapi, dalam
dua tahun terakhir, karena persaingan semakin tajam, penjualan
produk tipe X-12 mengalami penurunan.
Akibatnya, pabrik yang memproduksi tipe X-12 mulai mengalami
kerugian, sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangan
terakhirnya. Manajer pabrik menduga bahwa kompetitor telah
menjual produk tipe X-12 yang sejenis dengan harga di bawah
harga pokok produksi dengan tujuan merebut pangsa pasar.
Berikut kutipan percakapan Dono (manajer pabrik) dan Riki
(manajer pemasaran) yang membahas masa depan pabrik dan
produknya:

Riki: Dono, manajemen sedang berfokus pada trend produksi


pabrik kita. Kita sepertinya tidak mungkin mempertahankan
pabrik yang terus merugi. Bulan lalu, kita telah menutup satu
pabrik karena tidak dapat menghadapi persaingan.
Dono: Riki, produk tipe X-12 kita telah memiliki reputasi yang bagus
karena pelanggan sangat puas dengan kualitas produk ini. Kita tahu
bahwa tipe X-12 merupakan produk unggulan kita selama ini. Saya
tidak mengerti dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini.

Riki: Saya baru saja menerima telepon dari seorang pelanggan utama
kita. Ia mengatakan bahwa seorang tenaga penjual dari perusahaan
lain telah menawarkan produk yang sama dengan produk yang kita
miliki dengan harga Rp10.000 per kg, kira-kira Rp6.000 lebih rendah
dari harga jual produk yang kita tawarkan. Saya pikir, akan sangat
sulit bagi kita untuk bersaing dengan harga ini. Barangkali karena
pabrik kita adalah pabrik lama, dengan penguasaan teknologi dan
fasilitas pendukung yang sudah usang, Don.
Dono: Saya tidak sependapat. Pabrik kita masih memiliki teknologi
yang cukup bagus. Saya pikir kita sudah cukup efisien. Harga pokok
produk kita untuk tipe X-12 diatas Rp10.000. Saya tidak habis pikir
bagaimana mungkin pesaing kita dapat menjual produk tipe X-12
semurah itu. Kita tidak mungkin menurunkan harga jual kita. Mungkin
lebih baik bila kita berfokus saja pada produksi dan penjualan produk
tipe S-15. Keuntungan kita untuk tipe S-15 ini cukup tinggi, dan sejauh
ini kita tidak memiliki pesaing untuk produk ini. Kita baru saja
menaikkan harga per kilogramnya dan pelanggan kita tetap membeli.
Mereka seolah hanya tutup mata saja terhadap kenaikan harga ini.

Riki: Kamu mungkin benar, Dono. Saya pikir apabila kita dapat
menaikkan harga sedikit lebih tinggi lagi, kita tetap tidak akan
kehilangan pelanggan. Saya telah menelepon beberapa pelanggan untuk
mengetahui reaksi mereka atas kenaikan harga sebesar 25% dan
mereka semuanya mengatakan akan tetap membeli dalam jumlah yang
sama dengan yang sebelumnya.
Dono: Wah, sepertinya produk ini terlihat menjanjikan. Akan tetapi,
sebelum kita mengambil keputusan akan hal ini, saya pikir lebih baik
kita coba mencari kemungkinan lain. Potensi pasar untuk tipe S-15 jauh
lebih kecil daripada tipe X-12. Saya perlu mengetahui terlebih dahulu
perbandingan biaya produksi kita dengan para pesaing untuk tipe X-12
ini. Mungkin biaya produksi kita dapat sedikit lebih rendah, sehingga
kita dapat mencapai tingkat keuntungan yang normal untuk tipe X-12.
Kita tahu bahwa sebenarnya orang-orang produksi kita tidak terlalu suka
memproduksi tipe S-15 karena pengerjaannya yang cukup sulit.

Setelah berbincang dengan Riki, Dono meminta agar dilakukan


investigasi untuk mengetahui biaya produksi yang sesungguhnya, serta
tingkat efisiensi yang dilakukan perusahaan. Konsultan independen
kemudian dikontrak untuk itu. Setelah melakukan evaluasi selama tiga
bulan, konsultan memberikan informasi berikut, yaitu tentang aktivitas
produksi di pabrik dan biaya yang terkait dengan aktivitas tersebut.
Tipe X-12 Tipe S-15
Jumlah produksi (kg) 1.000 200
Harga jual (Rp) 15.930 12.000
Overhead per kg* (Rp) 6.413 2.886
Biaya utama (Biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja) per kg (Rp) 4.270 3.130

Jumlah kali produksi (no. of production


runs) 100 200

Jumlah pesanan penerimaan 400 1.000


Jam mesin 125.000 60.000
Jam kerja langsung 250.000 22.500
Jam rekayasa 5.000 5.000
Jumlah perpindahan 500 400

*dihitung menggunakan tarif pabrik (plant-wide rate) berbasis driver jam kerja
langsung yang digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke setiap
produk yang diproduksi
Konsultan merekomendasikan agar perusahaan menggunakan pendekatan
ABC untuk membebankan biaya overhead pabrik ke setiap produk yang
dihasilkan. Dikatakan bahwa pembebanan dengan ABC akan lebih akurat
dan akan menghasilkan informasi yang lebih baik untuk pengambilan
keputusan. Berikut disajikan biaya overhead pabrik perusahaan:

Biaya pengesetan Rp240.000


Biaya mesin Rp1.750.000
Biaya penerimaan Rp2.100.000
Biaya rekayasa Rp2.000.000
Biaya penanganan bahan baku Rp900.000
Total Rp6.990.000

Pertanyaan:
1. Hitunglah harga pokok produk per unit untuk setiap jenis produk yang
dihasilkan dengan menggunakan ABC. Hitung juga laba kotor per unit untuk
setiap produk yang dihasilkan.

Perhitungan tarif aktivitas overhead pabrik


Total Biaya Total Kapasitas Driver
Keterangan Tarif Aktivitas (Rp)
(Rp) Aktivitas
Biaya Pengesetan 240.000 300 pengesetan 800 per pengesetan
Biaya Mesin 1.750.000 185.000 Jam Mesin 9,45 per Jam Mesin
Biaya Penerimaan 2.100.000 1.400 penerimaan 1500 per penerimaan
Biaya Rekayasa 2.000.000 10.000 perubahan 200 per perubahan
Biaya Penanganan Bahan 900.000 900 perpindahan 1000 per perpindahan
Baku
Total 6.990.000
Perhitungan harga pokok produk per unit
X-12 S-15
Biaya utama Rp4.270.000 Rp626.000
Biaya overhead :
Biaya pengesetan :
100 pengesetan x 800 Rp80.000
200 pengesetan x 800 Rp160.000
Biaya mesin :
125.000 Jam Mesin x 9,45 Rp1.181.250
60.000 Jam Mesin x 9,45 Rp567.000
Biaya penerimaan :
400 penerimaan x 1.500 Rp600.000
1000 penerimaan x 1.500 Rp1.500.000
Biaya rekayasa :
5000 perubahan x 200 Rp1.000.000
5000 perubahan x 200 Rp1.000.000
Biaya penanganan bahan baku
500 perpindahan x 1000 Rp500.000
400 perpindahan x 1000 Rp400.000
Total Rp7.631.250 Rp4.253.000
Menghitung Laba Kotor

Laba kotor per unit = Harga jual - HPP


Tipe X-12 = 15.930 – 7.631,25
= Rp 8.298,75

Tipe S-15 = 12.000 – 21.265


= (Rp 9.265)
2. Haruskah perusahaan mengalihkan perhatian utama dari produk
bervolume tinggi menjadi produk bervolume rendah? Berikan pendapat
anda mengenai fokus perhatian manajer pabrik bahwa pesaing dapat
menjual produk tipe X-12 dengan harga dibawah biaya produksi?

Perusahaan tidak harus mengalihkan perhatian dari produk bervolume


tinggi ke produk bervolume rendah. Sebab tidak mungkin pesaing dapat
memproduksi barang sejenis dengan harga dibawah biaya produksi. Hanya
saja perusahaan salah menerapkan sistem konsep biaya, sehingga
menyebabkan tidak akuratnya perhitungan biaya produksi. Tetapi, setelah
perusahaan menerapkan sistem ABC, maka didapatlah hasil yang lebih
akurat. Dan disimpulkan bahwa biaya produksi produk dengan Tipe X-12
adalah sebesar Rp. 7.632,25/Kg.
3. Jelaskan mengapa persaingan produk tipe S-15 tidak tinggi. Berikan juga
pendapat anda mengenai alasan pelanggan bersedia menerima kenaikan harga
produk tipe S-15 sebesar 25%?

Karena proses pengerjaan tipe S-15 sangat sulit dan membutuhkan biaya
produksi yang tinggi, berbeda dengan tipe X-12 yg proses pembuatannya
mudah dan membutuhkan biaya yang sedikit. Oleh karena itulah persaingan
produk tipe S-15 tidak tinggi.
Apabila harga dinaikan sebesar 25 % yaitu sebanyak Rp. 15.000/kg pelanggan
tetap bersedia menerima kenaikan harga tersebut karena pelanggan yang
telah mengaplikasikan sistem ABC bisa menghitung bahwa biaya produksi
yang dikeluarkan oleh perusahaan kita masih jauh lebih besar dari harga jual
yang kita tawarkan. Itu makanya pelanggan merasa tidak keberatan.
4. Jelaskan apa yang anda lakukan sebagai manajer produksi
berdasarkan informasi yang dihasilkan oleh sistem ABC tersebut?

Sebagai manajer produksi saya akan menghentikan produk tipe S-15


dan menjalakan produk tipe X-12 sebab cara pembuatan dan biaya
yang dibutuhkan membuat produk tipe S-15 sangat sulit dan mahal
sedangkan produk tipe X-12 cara pembuatannya sangat mudah dan
biaya yang dibutuhkan sangat murah dan produk tipe X-12 ini dapat
djual dengan harga yang tinggi.
Namun apabila perusahaan mampu untuk menjual produk tipe S-15 di
atas harga pokok produksinya, maka perusahaan silahkan
melanjutkan untuk memproduksi produk tipe S-15.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai