DAN INDOSAT)
TUGAS INDIVIDU
Dosen Pembimbing
Ati Kusmiati, SP. MP.
Disusun oleh
Sakinah Rahmaniyah (161510601074)
Kelas K
Komentar
Telkomsel dan Indosat dianggap sebagai pasar oligopoli karena menjadi
dua provider yang menguasai pasar telekomunikasi khususnya pada provider
GSM. Hanya ada beberapa provider handphone yang dapat berkembang besar di
Indonesia sehingga provider GSM termasuk dalam pasar oligopoli dan sesuai
dengan ciri-ciri pasar oligopoli. Produk yang ditawarkan pada pasar oligopoli
yang homogen membuat persaingan provider telekomonikasi yang sangat ketat.
Bahkan seperti contoh kasus telkomsel dan indosat yang diduga berkepemilikan
silang. Kepemilikan silang ini sering terjadi pada pasar oligopoli karena
kerjasama dua produsen yang sebenarnya bersaing namun bekerjasama guna
mengusai pasar. Akibatnya akan merugikan produsen-produsen yang lain. Hal ini
juga akan menyulitkan produsen-produsen baru bermunculan.
Artikel
KPPU Periksa Kasus Kepemilikan Silang Telkom-Indosat
TEMPO Interaktif, Jakarta:Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
menunggu konfirmasi kelengkapan data dari Temasek Group hingga tanggal 15
Agustus, terkait dugaan adanya kepemilikan silang (cross ownership). Apabila
melewati batas tanggal itu, Temasek tak memberikan konfirmasi data, maka
KPPU menganggap Temasek menyetujui dugaan adanya kepemilikan silang.
"Setelah memberi batas waktu pada Temasek, KPPU kemungkinan akan
keluarkan amar putusan pada bulan September," ujar Ketua KPPU, Muhammad
Iqbal, Selasa (7/8). KPPU meminta keterangan kepada sembilan perusahaan dari
Temasek Group sejak Mei 2007. Diantaranya, Singtel, Qatar Telecom, Asia
Mobile, ICL dan lainnya. Perwakilan usaha ini telah membantah melakukan
praktek kepemilikan langsung. Namun, kata Iqbal tanpa disertai bukti pendukung.
Bukti pendukung yang diperlukan KPPU seperti data tarif dan data percakapan.
"Kami punya rumus dan perhitungan. Data pendukung itu penting untuk
mengambil keputusan," katanya. Penyidikan dugaan terjadinya kepemilikan
silang, berlandaskan pasal UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pasal 27 A. Kepemilikan silang,
kata Iqbal tak hanya dilihat dari presentase kepemilikan perusahaan, tapi dari
kebijakan (conduct) perusahaan dalam menetapkan tarif. Iqbal menjelaskan,
Telkomsel dan PT Indosat Tbk, dua perusahaan yang dimiliki Temasek adalah
pemilik 80 persen dari pangsa pasar telekomunikasi di Indonesia. "Dengan
menguasai pasar, mereka cenderung menguasai tarif telpon," ujar Iqbal.
Penguasaan tarif pada kelompok usaha tertentu, kata Iqbal akan merugikan
konsumen. Dia membeberkan, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia
menetapkan tarif interkoneksi CDMA sebesar Rp 38 per menit. Tiap perusahaan
menerapkan tarif basis yang berbeda, seperti Esia sebesar Rp 49 per menit.
Sehingga, Esia bisa menerapkan tarif Rp 87, namun kenyataannya tarif yang
berlaku Rp 125 per menit. Pembuktian pelanggaran persaingan usaha
telekomunikasi diharapkan mengikuti jejak penyelesaian kasus oligopoli dunia
penerbangan. Pasca pembuktian oligopoli Garuda Indonesia dan Merpati, tarif
penerbangan lokal menjadi turun 50 persen. YULIAWATI