Anda di halaman 1dari 5

CONTOH PERUSAHAAN MONOPOLI (PT.

PELNI)

TUGAS INDIVIDU

diajukan untuk mememenuhi salah satu tugas individu mata kuliah


Ekonomi Mikro pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pembimbing
Ati Kusmiati, SP. MP.

Disusun oleh
Sakinah Rahmaniyah (161510601074)
Kelas K

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
Review
Pasar monopoli adalah salah satu bentuk pasar yang dimana hanya ada
satu penjual yang menguasai pasar. Pada jenis pasar ini, penjual menjadi penentu
harga dari suatu abrang atau jasa atau disebut monopolis. Menjadi penentu harga
(price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan
cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi, semakin sedikit barang
yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya.
Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan
harga.
Ciri-ciri pasar monopoli :
1. Hanya terdapat satu produsen penguasa
2. Jenis barang yang diproduksi tidak ada penggantinya (sulit ditemukan)
3. Banyak hambatan untuk pertumbuhan dan perkembangan perusahaan baru
dalam pasar
4. Penentuan harga barang hanya dikuasai oleh produsen penguasa tersebut
5. Promosi dan iklan tidak begitu penting dalam pemasaran produknya
6. Pemerintah tidak ikut campur secara langsung dalam kegiatan ekonomi pasar
monopoli
7. Perusahaan monopoli mempunyai kekuatan besar, keuangan yang baik, hak
cipta atas produk dan dikenal luas oleh masyarakat.
8. Kemampuan dan keinginan konsumen tidak mempengaruhi harga pasar
PT Pelni merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
pelayaran. PT Pelni menguasai seluruh kegiatan pelayaran di Indonesia. PT Pelni
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang hampir menaungi seluruh pelabuhan
di Indonesia. PT Pelni dapat disebut perusahaan yang ada pada pasar monopoli
karena kegiatan dan ciri usahanya yang cocok dengan ciri pasar monopoli. PT
Pelni adalah satu perusahaan besar yang menguasai pelayaran di Indonesia,
memang sebenarnyan banyak perusahaan swasta perintis namun tetap kalah
dengan PT Pelni. Jenis barang/jasa yakni pelayaran yang diproduksi PT. Pelni
memang tidak ada penggantinya. PT. Pelni juga menjadi penentu harga dari
produk jasa pelayaran dan berapapun harganya tidak akan mempengaruhi
permintaan konsumen ataupun sebaliknya keinginan konsumen tidak akan
mempengaruhi harga pasar. Begitupun dengan promosi, tidak akan berpengaruh
besar terhadap permintaan. Tanpa promosipun, jasa pelayaran yang diproduksi
oleh PT Pelni tetap diminta oleh konsumen.
PT Pelni memang sebuah BUMN atau Badan Usaha Milik Negara, namun
disini pemerintah tidak ikut campur langsung dengan kegiatan ekonominya.
Pemerintah disini berperan untuk memberi kekuasaan PT Pelni dalam mengelola
pasar pelayaran, sehingga PT Pelni memiliki posisi yang kuat untuk
menyingkirkan perusahaan perintis lainnya. Tentunya ini akan menjadi efek buruk
bagi perusahaan perintis, karena akan sulit berkembang seperti artikel pada
lampiran, perusahaan perintis terancam gulung tikar. Efek dari pasar monopoli
disini cenderung negatif karena tidak memberi kesempatan yang sama kepada
setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan produksi jasa pelayaran
sehingga mendorong kesejahteraan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang wajar. Setiap orang juga berhak melakukan persaingan sehat dalam
hal bisnis sehingga tidak menimbulkan pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku
usaha tertentu atau bisa disebut yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin. Apabila semua produksi jasa pelayaran dikuasai oleh PT. Pelni
maka tidak ada lagi kesempatan bagi warga negara Indonesia mengembangkan
perusahaan jasa pelayaran.
Lampiran

PT PELNI DINILAI MONOPOLI JALUR


PELAYARAN SEHINGGA PELAYARAN LOKAL
TERANCAM GULUNG TIKAR

SURABAYA,INTELIJENPOST.COM - PT. Pelayaran Nasional Indonesia ( Pelni )


adalah perusahan plat merah yang mengelola kapal penumpang dan barang milik negara
yakni KM. Umsini, KM. Tidar, KM. Labobar, KM. Lambelu, KM. Gunung Dempo, KM.
Bukit Raya, KM. Kelimutu, KM. Binaya, KM. Leuser, serta kapal penumpang Pelni
lainnya yang mengarungi dan singgah hampir di seluruh pelabuhan yang ada di nusantara
ini.
Kemudian dengan adanya program Presiden Jokowi mengenai tol laut ( maritim ), PT.
Pelni diberikan wewenang untuk mengelola kapal Perintis yang melayari dan masuk di
pelabuhan berskala kecil yang selama ini dimasuki oleh pelayaran swasta ( lokal ), dan ini
merupakan jalur untuk menghidupkan pengusaha atau pemilik pelayaran milik rakyat
tersebut.
Sementara masalah berita ini, Intelijenpost coba mengunjungi salah satu pelabuhan
dimana tempat sandar dan melakukan bongkar - muat barang oleh kapal kapal milik
swasta ( lokal ) di Pelabuhan Kalimas Tanjung Perak Surabaya, baru baru ini.
Di Pelabuhan Kalimas tersebut, Intelijenpost menemui pengurus atau pemilik pelayaran
kapal lokal yang dalam hal ini memiliki kapal yang jumlahnya lumayan cukup, dan
pemilik kapal ini minta supaya namanya tidak disebut hanya boleh dengan insial AK
mengatakan, dengan adanya Pemerintah menunjuk PT. Pelni untuk mengelola atau
adakan operasi kapal Perintis milik Pemerintah untuk melayari dan masuk serta singgah
di pelabuhan berskala kecil untuk mengadakan bongkar muat barang di pelabuhan
tersebut membuat pelayaran swasta ( lokal ) terkesan mati suri, ujarnya.
Sumber AK menjelaskan, seharusnya Pemerintah bersikap adil dan bijaksana terhadap
permasalahan penunjukan atas pengelolaan kapal Perintis itu, menurut dia Pemerintah
tidak boleh langsung menunjukan PT. Pelni untuk mengelola kapal kapal Perintis
tersebut, harus melalui mekanisme lelang atau ditenderkan kepada pemilik pelayaran
swasta ( lokal ) supaya pelayaran milik rakyat ini bisa lancar beraktifitas sehingga dapat
menghidupkan perekonomian rakyat yang seutuhnya.
Dia menambahkan, untuk itu Pemerintah segera membantalkan atau merubah peruntukan
pengelolaan kapal Perintis yang saat ini dikelola PT. Pelni, dan segera Pemerintah
memberitahukan di media massa, elektronik TV dan Online mengenai pembatalan
tersebut dan juga memberikan undangan kepada pelayaran milik swasta yang dianggap
kapal kapalnya memenuhi syarat untuk mengikuti lelang atau tender pengelolaan kapal
Perintis tersebut, pungkasnya.
Disisi lain, Intelijenpost coba konfirmasi terkait masalah ini dengan Pakar hukum
Lembaga Palapa Sakti Nusantara Pemersatu Bangsa ( LPSNPB ) Antonius Santoso
Kusumadjaya mengatakan, kalau dilihat dari kronologis masalah ini dapat juga mengarah
dan menyimpang dari pada Undang Undang- RI yang berdasarkan pada UUD. 1945
mengenai adanya unsur monopoli yang berbunyi sebagai berikut :
Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 5 Tahun 1999, mengenai larangan
praktek monopoli dan saingan usaha tidak sehat, dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
Presiden Republik Indonesia, Menimbang :
a. Bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya
kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
b. Bahwa denokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang sama
bawa setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran
barang atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efesien sehingga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.
c. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada di situasi persaingan yang
sehat dan wajar , sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada
pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan
oleh Negara Republik Indonesia terhadap penjanjian perjanjian Internasional.
d. Bahwa untuk mewujudkan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, atas usul insiatif Dewan Perwakilan Rakyat perlu disusun UU. tentang larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Antonius juga menghimbau kepada Pemerintah, agar permasalahan ini tidak bermuara
kemana mana dan tidak menimbulkan keresahan di mata masyarakat pengusaha
pelayaran maka Pemerintah segera menanggapi dan menindaklanjuti masalah tersebut,
apalagi Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1999 tentang larangan
praktek monopoli dan saingan usaha tidak sehat, telah dijabarkan dengan jelas, tutup
Antonius.

Anda mungkin juga menyukai