Anda di halaman 1dari 162

p-ISSN: 1411-7177

e-ISSN: 2615-6628

Journal on Socio-Economic of Agriculture and Agribusiness (SOCA) merupakan media


untuk penyebarluasan hasil penelitian bagi dosen, peneliti, praktisi maupun
masyarakat umum yang yang konsen terhadap pembangunan pertanian di
Indonesia. Jurnal SOCA dikhususkan untuk menampung hasil penelitian, kajian
pustaka/teoritis, kajian metodologis, gagasan original yang kritis, ulasan masalah
penting/isu pembangunan pertanian yang hangat dan ulasan suatu hasil seminar.
Penulis yang menjadi sasaran jurnal SOCA yaitu penulis junior/pemula yang
memiliki gagasan, konsep atau hasil penelitian yang brilian mengenai sosial-
ekonomi pertanian dan agribisnis. Jurnal SOCA juga tidak menutup peluang bangi
penulis senior/advanced untuk ikut berpartisipasi sekaligus membimbing penulis
junior/pemula melalui artikel-artikel yang dapat di jadikan motivasi untuk
menulis lebih baik lagi. SOCA diterbitkan berkala di bidang sosial- ekonomi
pertanian dan agribisnis, diterbitkan tiga kali setahun (Februari, Agustus dan
Desember) oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

SOCA. VOL.12, NO 1 DESEMBER 2018


Tema: Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan

Penanggung Jawab:
Koordinator Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Udayana

Dewan Redaksi:
Ketua : Dr. Gede Mekse Korri Arisena, SP., M.Agb
Anggota : Dr.Widhianthini, SP.,M.Si
I Made Sarjana, SP., M.Sc
A.A.A. Wulandira S.DJ.SP., MMA
Ida Ayu Listia Dewi, SP., M.Agb

Mitra Bestari Internal sebagai Penelaah Ahli (Reviewers) Tetap:


1. Prof.Dr.Ir. Wayan Windia, SU (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
2. Prof.Dr.Ir. I Gde Pitana, M.Sc (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
3. Prof.Dr.Ir.Made Antara, MS (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
4. Prof.Ir. IGAA Ambarawati, M.Ec.Ph.D (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
5. Prof.Dr.Ir. Ketut Budi Susrusa, MS (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
6. Prof.Dr.Ir. Dwi Putra Darmawan, MP (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
7. Dr.Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
8. Dr.Ir. Nyoman Gede Ustriyana, MM (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
9. Dr.Ir. I Ketut Suamba, MP (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
10.Dr.Ir. I Made Sudarma, MS (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)

Mitra Bestari Eksternal sebagai Penelaah Ahli (Reviewers) Tetap:


1. Prof. Dr. Ir. Yuli Haryati, MS (PS. Agribisnis, Universitas Jember/Ekonomi
Pertanian)
2. Prof. Dr. Ir. Andy Mulyana, M.Sc (PS. Agribisnis,Universitas
Sriwijaya/Pemasaran)
3. Prof. Dr.Ir. Budi Setiawan,MS (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya/Managemen Finansial &
Pemasaran Agribisnis)
4. Prof.Dr.Ir. Djoko Koestiono, MS (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya/Manajemen Produksi & Operasi
Agribisnis)

i
5. Dr. Yudi Ferrianta, SP, MP (PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Lambung Mangkurat/Ekonomi Pertanian)
6. Dr. Yuprin A.D., SP., MP. (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Palangkaraya/Ekonomi Pertanian)
7. Dr.Ir. Ridwan Iskandar,MT (PS.Manajemen Agroindustri, Politeknik Negeri
Jember /Supply Chain)
8. Dr.Suryadi Zulkifli,SP.,MP (PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Malikussaleh /Perdagangan Internasional)
9. Dr. Mardiyah Hayati, SP., MP (PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Trunojoyo / Bisnis & Kewirausahaan)
10. Dr. Drs. Ade Banani, MMS (PS.Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Jendral Sudirman / Manajemen Produksi Dan Operasi)
11.Dr. Dedi Herdiansyah,SE., MSi (Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik
Negeri Pontianak Kalimantan Barat / Bisnis dan Kewirausahaan)
12.Dr. Margaretha Ardhanari, SE., M.Si. (PS. Manajemen, Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya / Manajemen Pemasaran)
13.Dr Ir Ketut Arnawa, MP (Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati
Denpasar / Pemasaran Pertanian)
14.Sugiyarto, SP. M.Sc. (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Gajah Mada / Ekonomi Pertanian)
15.Dwi Retno Andriani, SP., MP (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya/Managemen Strategi)
16.Made Viantika Sulianderi, SP., M.Agb (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin/Manajemen Agribisnis)
17.Yulistriani, S.P., M.Si (PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas)
18.Yudi Sapta Pranoto, S.P., M.Si (PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Bangka Belitung)
19.Illia Seldon Magfiroh, S.E., M.P (PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Jember)
20.Deru R Indika, S.E., MBA (PS Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Padjadjaran)
21.Cut Aprilia, S.E., M.Interbuss (PS Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Syiah Kuala)
22.Adhe Kania, S.Si., M.Si (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Bandung / Matematika Industri dan Keuangan)
23.Suluh Elman Swara,ST.,MT (PS. Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya / Supply Chain)

Technical Editor:
I Gede Bagus Dera Setiawan, S.P., M.Agb
I Gede Wahyu Pramartha, S.T.
Alfin Christian Massie

Diterbitkan Oleh:
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Alamat Redaksi:
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Gedung Agrokomplek, Lantai II, Wing Timur
Jalan PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia
Telp: (0361) 223544
Email: soca@unud.ac.id
Website: https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/index

ii
PRAKATA
Jurnal SOCA (Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness)
sebagai toga pengimplementasian karya ilmiah telah lahir kembali di penghujung
tahun 2018. Kebangkitan SOCA atas berkat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa, mampu menyatukan kembali ide-ide cemerlang para sesepuh
pengelola jurnal SOCA dengan para generasi muda Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Udayana, sebagai generasi pengelola berikutnya.
Tidak dipungkiri bangkitnya SOCA ini tidak terlepas dari sumbangan pemikiran
para penulis yang berasal dari seluruh Indonesia.
Pada volume perdana ini mengambil tema “pembangunan pertanian
berwawasan lingkungan”, tema ini dipilih berdasarkan beberapa naskah yang
submit ke SOCA dan layak di terbitkan secara umum bertemakan pembangunan
pertanian dan lingkungan. Disamping itu secara faktual yang bisa di lihat
eksploitasi terhadap lingkungan di lakukan secara berlebih untuk meningkatkan
kesejahteraan, akibatnya persoalan menyangkut lingkungan semakin kompleks dan
rumit.
Secara kusus dari 11 naskah yang akan diterbitkan di volume ini, ada
beberapa poin yang kami anggap menarik, secara lebih rinci poin-poin tersebut
dapat kami kutip sebagai berikut:
1. Sudarma, et al. (2018) memaparkan bahwa perubahan iklim tidak dapat
diprediksi secara tepat, sehingga perlu disikapi dengan meningkatkan
konsolidasi dan koordinasi antar stakeholder atas penyebab maupun
dampaknya bagi manusia dan lingkungan. Khusus kepada petani, peranan
asuransi pertanian perlu lebih disosialisasikan lagi dalam upaya menghindari
kerugian petani karena kegagalan panen akibat perubahan iklim baik karena
kekeringan maupun serangan hama penyakit.
2. Kasus integrated ecofarming yang diterapkan di Desa Asinan (Farikhah, et al.,
2018) telah mengalami kegagalan akibat pola pemanfaatan dan penguasaan
lahan yang menggunakan sistem maro dan sistem sewa, sistem irigasi yang
selalu tergantung pada alam, kurangnya pasokan pupuk organik, kebiasaan
dan maindset petani yang tidak mudah dirubah karena terbiasa
menggunakan pupuk kimia, sarana dan prasarana yang kurang
dimaksimalkan, serta sulitnya pemasaran produk karena beras belum
tersertifikasi organik. Hambatan-hambatan tersebut memerlukan solusi
penanganan terintegrasi antara stakeholder dari tingkat petani sampai
tingkat pemerintah.
3. Kasus “Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan: Reformasi Mekanisme
Penyaluran Benih Jagung Hibrida” oleh Freddy dan Endy (2018) memaparkan
bahwa penyerapan benih bantuan program UPSUS (Upaya Khusus) di sektor
pertanian juga mengalami hambatan karena membuka keran munculnya
pasar gelap. Petani secara illegal menjual benih UPSUS untuk kepentingan
membiayai kebutuhan lain. Perlulah dilakukan evaluasi oleh pemerintah
dalam pemberian bantuan benih jagung tersebut sehingga terciptalah
koridor-koridor legal yang kuat untuk pasar benih jagung.
4. Peran ketua dalam kelompok tani-kelompok tani (Gapoktan) sangat
dibutuhkan dalam terwujudnya pasar legal yang kuat, tidak hanya sebagai

iii
terminal informasi bagi para anggotanya, tapi juga sebagai salah satu
penggerak keberhasilan suatu program atau inovasi. Keahlian dalam
menyampaikan informasi dan tidak berperan ganda merupakan tolak ukur
seorang ketua Gapoktan dikatakan memiliki intelegensi social capital yang
tinggi (Gibran et al., 2018).
5. Keahlian dalam memainkan peran sebagai pemotivasi dan terminal informasi
bagi anggotanya memerlukan dukungan penuh dari pihak pemerintah. Tidak
seperti pada saat implikasi Revolusi Hijau melalui perspektif konstruksi
sosial (Nugroho, 2018), rezim Orde Baru ternyata memanfaatkan sumberdaya
kekuasaan, pengetahuan, norma sosial, berikut wacana dalam usaha
menggalakkan mekanisasi pertanian di tanah air. Gelombang-gelombang
rezim ternyata membawa aliran ketidaknyaman bagi petani yang menjadi
sasaran program.
6. Kasus yang terjadi di Desa Waimangit, Kabupaten Buru (Umanailo, 2018),
adanya ketergantungan terhadap beras yang masih tinggi pada masyarakat
dan menurunya tingkat partisipasi konsumsi mengakibatkan upaya
diversifikasi konsumsi pangan mengalami stagnansi, yang pada akhirnya
akan mengganggu terwujudnya pembangunan pertanian yang keberlanjutan.
Diskursus “keberlanjutan” memerlukan analisis yang lebih mendalam.
7. Analisis indeks keberlanjutan sangat diperlukan dalam mengembangkan
sistem ketersediaan suatu komoditi untuk generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang. Tidak semua wilayah mampu
mengimplementasikannya karena masing-masing wilayah mengalami
polarisasi yang sangat panjang untuk memahami dan meyakini makna
tunggal dari “keberlanjutan.” Penelitian yang dilakukan oleh Ustriyana dan
Artini (2018), memaparkan status keberlanjutan usahatani cabai di
Kabupaten Bangli, Provinsi Bali masih tergolong “sedang.”
8. Hasil penelitian dari Komala Dewi dan Parining (2018), keberlanjutan
usahatani cabai membutuhkan perhitungan risiko karena ada beberapa
dimensi laten yang mempengaruhi pengembangan suatu
komoditi.Permasalahan-permasalahan kompleks di sektor pertanian
memerlukan imbang peran dari berbagai pelaku di sektor pertanian. Perlulah
dibenahi local institution (kelembagaan lokal) yang ada di tingkat perdesaan
atau di tingkat perkotaan karena merekalah yang merupakan aktor
penggerak perekonomian suatu wilayah.
9. Windia, et al. (2018), Sudarta (2018) telah mengaktualisasikan dan
memperdalam kajian ilmiah dari peran subak yang berlandaskan Tri Hita
Karana serta peran subak dalam memadukan nilai-nilai tradisional dengan
nilai-nilai modern.
10.Kekuatan dan keberlanjutan sektor pertanian tidak dapat terwujud juga
tanpa integrasi dari sektor-sektor lainnya. Peran sektor lainnya sebagai
pendukung sektor basis, seperti sektor pariwisata perlu juga menjadi domain
penting dalam diskursus “keberlanjutan.” Potensi pengembangan ekowisata
yang berbasis masyarakat dapat membantu pendapatan masyarakat lokal
(Pratiwi, 2018).
11.Sudarta (2018), perubahan iklim yang terjadi perlu disikapi dengan
meningkatkan konsolidasi dan koordinasi antar stakeholder atas penyebab

iv
maupun dampaknya bagi manusia dan lingkungan. Khusus kepada petani,
peranan asuransi pertanian perlu lebih disosialisasikan lagi dalam upaya
menghindari kerugian petani karena kegagalan panen akibat perubahan
iklim baik karena kekeringan maupun serangan hama penyakit.
Terbitnya Volume 12, No 1 Desember 2018 ini juga atas perhatian dan kerja
keras dari banyak pihak, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada mitra bestari yang berkenan memberikan masukan kepada redaksi dan juga
mereview tulisan yang ada. Juga kepada anggota redaksi yang juga meluangkan
waktu untuk bekerja agar Jurnal SOCA ini dapat terbit dengan baik. Semoga
tulisan-tulisan dalam jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dapat dijadikan
wadah untuk diseminasi secara luas, rekaman permanen dan membangun reputasi
atas karya yang dihasilkan sebelum melangkah ke ranah yang lebih luas yaitu jurnal
internasional bereputasi.

v
p-ISSN: 1411-7177
e-ISSN: 2615-6628

Journal on Socio-Economic of Agriculture


and Agribusiness

SOCA. VOL.12, NO 1 JUNI 2018 (Pembangunan Pertanian Berwawasan


Lingkungan)

DAFTAR ISI

PRAKATA iv-vi

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI PROGRAM 1-14


INTEGRATED ECOFARMING (Studi Kasus di Desa Asinan Kecamatan
Bawen Kabupaten Semarang)
Siti Farikhah, Nurul Fatimah, Asma Luthfi

PENGUATAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN: REFORMASI 15-38


MEKANISME PENYALURAN BENIH JAGUNG HIBRIDA
Imelda Magdalena Freddy & Endy Kumara Gupta

PERAN PEMIMPIN GABUNGAN KELOMPOK TANI DI KELURAHAN 39-53


KARANGREJO KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER
Ilham Ainun Gibran, Augustrie Naufal H, Sakinah Rahmaniyah

KONSTRUKSI SOSIAL REVOLUSI HIJAU DI ERA ORDE BARU 54-62


Wahyu Budi Nugroho

KETAHANAN PANGAN LOKAL DAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI 63-74


MASYARAKAT (Studi pada Masyarakat Desa Waimangit Kabupaten
Buru)
M. Chairul Basrun Umanailo

POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT 75-86


SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERKOTAAN DI
DAERAH ALIRAN SUNGAI AYUNG (Studi Kasus Tukad Bindu, Desa
Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur)
Luh Putu Kirana Pratiwi

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DI 87-98


PROVINSI BALI
I Made Sudarma, Abd. Rahman As-syakur

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN USAHATANI CABAI DI 99-108


KABUPATEN BANGLI
I Nyoman Gede Ustriyana, Ni Wayan Putu Artini

vi
ANALISIS RISIKO PENDAPATAN CABAI MERAH PADA LAHAN SAWAH 109-117
DATARAN TINGGI DI KABUPATEN KARANGASEM, BALI
Nyoman Parining, Ratna Komala Dewi

SISTEM SUBAK UNTUK PENGEMBANGAN LINGKUNGAN 118-132


YANG BERLANDASKAN TRI HITA KARANA
Wayan Windia, I Ketut Suamba, Sumiyati, Wayan Tika

SUBAK MEMADUKAN NILAI TRADISIONAL DAN MODERN 133-143


Wayan Sudarta

vii
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI PROGRAM


INTEGRATED ECOFARMING
(Studi Kasus di Desa Asinan Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang)
Siti Farikhah1, Nurul Fatimah2, Asma Luthfi3
1Pegiat Masyarakat Desa di Kabupaten Batang, 2,3Dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
sitifarikhah9@gmail.com, fatimahnurul8@mail.unnes.ac.id, asma_luthfi@mail.unnes.ac.id

ABSTRAK

Potensi lahan pertanian yang cukup luas di Desa Asinan yang selama ini
diolah dengan menggunakan pupuk kimiawi mendapatkan perhatian oleh Bank
Indonesia wilayah Jawa Tengah untuk dijadikan sebagai Desa Binaan. Melalui Desa
binaan ini, Bank Indonesia memberikan program pemberdayaan masyarakat
pertanian yang diintegrasikan dengan peternakan yang dikenal dengan istilah
integrated ecofarming. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan program integrated ecofarming di
Desa Asinan dapat dikatakan bahwa program tersebut gagal karena tidak
berkelanjutan, (2) Hambatan dalam program integrated ecofarming antara lain pola
pemanfaatan dan pengusaan lahan para petani menggunakan sistem maro dan
sistem sewa, sistem irigasi yang masih menggantungkan pada alam, kurangnya
pasokan pupuk organik, kebiasaan dan maindset petani yang tidak mudah dirubah
karena terbiasa menggunakan pupuk kimia, sarana dan prasarana yang kurang
dimaksimalkan, pemasaran produk yang susah karena beras belum tersertifikasi
organik, (3) Partisipasi masyarakat dilihat dari partisipasi pengambilan keputusan,
partisipasi dalam pelaksanaan, pengambilan manfaat, partisipasi dalam evaluasi
serta dalam analisis Longwe partisipasi masyarakat Desa Asinan termasuk kedalam
kriteria kesejahteraan.
Kata kunci: Bank Indonesia, Integrated Ecofarming, Partisipasi, Pemberdayaan
Masyarakat.

EMPOWERMENT OF VILLAGE COMMUNITIES THROUGH INTEGRATED


ECOFARMING PROGRAMS
(Case Study in Asinan Village, Bawen District, Semarang Regency)

ABSTRACT

The vast potential of agricultural land in Asinan Village, which has been
processed using chemical fertilizers, has received attention from Bank Indonesia in

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 2

the Central Java region to become a Development Village. Through this assisted
village, Bank Indonesia provides an agricultural community empowerment program
that is integrated with livestock known as integrated ecofarming. This study uses a
qualitative method. The results showed that (1) Implementation of the integrated
ecofarming program in Desa Asinan can be said that the program failed because it
was unsustainable, (2) Obstacles in the integrated ecofarming program include land
use and management patterns of farmers using the maro system and rental systems,
irrigation systems which still depends on nature, lack of supply of organic fertilizers,
habits and mindsets of farmers who are not easily changed because they are
accustomed to using chemical fertilizers, facilities and infrastructure that are not
maximized, product marketing is difficult because rice has not been certified organic,
(3) Community participation seen from participation decision making, participation
in implementation, benefit taking, participation in evaluations and in Longwe's
analysis the participation of the Asinan Village community is included in the welfare
criteria.
Keywords: Bank Indonesia, Integrated Ecofarming, Participation, Community
Empowerment.

PENDAHULUAN dan pemeritah seperti perhutani dan


PTPN (Luthfi, 2010).
Masyarakat desa di Indonesia
Sementara itu, sistem pertanian
sebagian besar masih bersifat
dataran rendah umumnya berupa
homogen dengan sistem kekeluargaan
lahan persawahan yang teknik budi
yang kuat, dan ketergantungan pada
dayanya membutuhkan asupan air
alam yang masih tinggi. Dalam hal ini,
yang cukup. Saat ini, kondisi di
petanian merupakan aspek yang
pedesaan masih banyak terdapat
paling banyak digeluti oleh
sawah-sawah yang terhampar luas.
masyarakat pedesaan di Indonesia
Namun sawah-sawah tersebut
yang secara geografis dikalisifikasikan
dikerjakan oleh petani yang sudah
menjadi sistem pertanian dataran
berusia tua, dan sedikit usia muda
tinggi dan sistem pertanian dataran
yang mengerjakan sawah dan bekerja
rendah. Kedua sistem pertanian ini
sebagai petani. Berkurangnya minat
mempunyai karakteristik, jenis
para pemuda dalam bidang pertanian,
tanaman pertanian, irigasi, model dan
dapat disebabkan adanya anggapan
teknik yang berbeda-beda. (Gandi,
bahwa pekerjaan di bidang pertanian
2017). Sistem pertanian dataran tinggi
suatu pekerjaan yang bergengsi.
biasanya dikenal juga dengan istilah
Kondisi menyebabkan para pemuda
pertanian lahan kering. Hal ini
beranggapan bahwa mereka akan
disebabkan jenis tanaman yang
ketinggalan zaman jika masih tetap
diproduksi adalah tanaman tahunan
bekerja di sektor pertanian (Fatimah,
yang tidak memerlukan asupan air
2009).
yang banyak. Di Jawa Tengah,
Selain kekurangan tenaga kerja
karakteristik pertanian lahan kering
muda, pertanian di desa juga tidak
ini dapat dijumpai pada perkebunan
berkembang karena kurangnya
skala besar seperti jati, kopi, dan
inovasi yang bisa meningkatkan
karet, baik yang dikelola oleh
produktivitas dan kualitas produk
masyarakat maupun korporasi swasta
pertanian. Sejak program revolusi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 3

hijau digalakkan oleh Pemerintah berkelanjutan sebagai bagian dari


Orde Baru sekitar tahun 1980an, proses pembinaan dan pengembangan
tercatat ada banyak program pertanian di desa. Model
pertanian yang digalakkan oleh pengembangan petanian di desa dapat
pemerintah. Hanya saja, pendekataan disesuaikan dengan potensi, masalah,
yang dipergunakan saat itu masih dan kebutuhan pada desa tersebut.
bersifat top down. Hal ini yang Model pengembangan desa yang
membuat masyarakat hanya menjadi inovatif mensyaratkan pentingnya
sasaran dari program demi komunikasi dan peran tidak hanya
kepentingan swasembada pangan. penyelenggara pemerintahan di
Namun seiring perubahan orientasi tingkat desa (Kades dan Badan
pembangunan secara umum, Permusyawaratan Desa), tetapi juga
pembanguan di bidang pertanian saat elemen masyarakat lain khususnya
ini juga mengalami pergeseran pemuda dan kelompok UKM yang
paradigma yang saat ini lebih mendominasi kegiatan perekonomian.
menekankan pada aspek Peran stakeholder lain yang sama
pemberdayaan masyarakat. pentingnya adalah sinergitas antar
Program pemberdayaan yang Satuan Kerja Perangkat Daerah
digalakkan diawali dengan (SKPD) di lingkungan Pemkab, dan
pembentukan kesadaran kritis dan peran perguruan tinggi dalam bentuk
peningkatan partisipasi masyarakat. penelitian dan pengabdian kepada
Begitupun halnya pemberdayaan di masyarakat (Jati, 2013). Prinsip
bidang pertanian diarahkan untuk pengelolaa lahan pertanian berbasis
mewujudkan masyarakat yang multifungsi dengan memadukan
mandiri dan berdaya. Dalam hal ini. pertanian dan peternakan dapat
model pendekatan ke masyarakat berjalan dengan baik apabila
dilakukan dengan menggeser pola top didukung oleh kebijakan dan
down menjadi pola bottom up yang komitmen masyarakat untuk
menempatkan masyarakat sebagai meningkatkan kesejahteraan sosial
pelaku aktif dalam pembangunan. ekonomi mereka dengan meilbatkan
Pendekatan ini dikenal dengan stakeholder yang terkait (Custance,
pembangunan manusia yang dkk: 2015)
dilaksanakan secara sinergis dari Salah satu model
berbagai stakeholder yakni pengembangan desa dapat melalui
pemerintah, swasta dan masyarakat. program integrated farming yaitu
Program-program di dalamnya sistem yang memadukan komponen
mencoba mengkoneksikan antara pertanian dengan peternakan. Selain
kepentingan pemerintah dan itu, integrated farming juga dapat
kebutuhan masyarakat. Selain itu, melalui pertanian organik yang dapat
keterlibatan pihak swasta juga menjaga kelestarian lingkungan serta
diharapkan dapat berkembang melalui mempunyai peran penting dalam
program-program yang mereka mengubah pola pengembangan
tawarkan (Luthfi,2013). pertanian dan dapat meningkatkan
Agar masyarakat menjadi produksi pertanian yang
mandiri dan sejahtera, maka berkelanjutan (Nazeerudin, 2013).
dibutuhkan program-program yang Metode yang digunakan agar program
berbasis masyarakat yang integrated farming system

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 4

berkelanjutan yaitu dengan diterapkan di Desa Asinan. Program


pembentukan kelompok tani dan ini menggabungkan pertanian dengan
kelompok ternak, rekonstruksi dan peternakan dan untuk memperbaiki
optimalisasi karang taruna. Selain itu, tanah pada lahan sawah yang terkena
pengelolaan potensi sumber daya alam residu kimia, perbaikan pada
juga menjadi focus pemberdayaan lingkungan dan dapat meningkatkan
agar dapat meningkatkan kualitas hasil panen yang sehat
perekonomian masyarakat dan terbebas dari kimia. Untuk
menciptakan kawasan agrowisata mendukung program ini, maka
yang berintegrasi dengan program dibentuk sebuah kelompok tani yang
pertanian terpadu yang ramah diberi nama “Konco Tani Organik”.
lingkungan. Hal ini dilakukan agar Seperti pada beberapa program
masyarakat mengetahui besarnya sebelumnya, pendekatan yang
sumber daya alam yang dimiliki dilakukan oleh Bank Indonesia
sehingga mereka mampu terhadap masyarakat bersifat
mengelolanya dengan baik dan akomodatif. Pendekatan tersebut
meningkatkan perekonomian berupa identifikasi kebutuhan
masyarakat (Zakariah, 2016). berbasis pada community need,
Program integrated farming ini mengetahui aspirasi masyarakat baik
juga diterapkan di Desa Asinan secara individual maupun secara
Kecamatan Bawen Kabupaten komunitas, memetakan siapa saja
Semarang yang dikenal sebagai desa pihak yang harusnya terlibat tetapi
yang memiliki potensi alam berupa sejauh ini dalam pembangunan belum
lahan pertanian yang luas dan dekat dilibatkan, dan mengetahui progress
dengan Rawa Pening. Sebagian besar pergerakan yang berkembang di
lahan sawah adalah pemerintah Desa masyarakat (Skerratt dan Steiner,
Asinan atau bengkok desa, sehingga 2013).
para petani bekerja sebagai Program integrated ecofarming
penggarap. Mata pencaharian yang digalakkan di Desa Asinan ini
masyarakat Asinan rata-rata adalah telah berjalan sekitar dua tahun.
sebagai buruh tani. Di Desa Asinan Aktivitas peberdayaan yang telah
petani penggarap tidak memiliki dilakukan antara lain pelatihan
kedaulatan pangan, karena mereka pembuatan dan penggunaan pupuk
tidak menikmati padi yang ditanam organik, pembentukan kelembagaan
dan hasil panennya sendiri. Petani atau kelompok tani, pemberian modal
menjual langsung kepada penebas (dana stimulan), dan pembangunan
dalam bentuk gabah basah yang sarana pertanian organik. Pada
masih ada disawah. awalnya, program ini berjalan dengan
Dalam rangka pengembangan lacar karena masih intensifnya
pertanian di Desa Asinan dan pendampingan yang dilakukan oleh
keinginan untuk mengembalikan Bank Indonesia. Tetapi pada saat ini,
kondisi lahan sawah yang tercemar program tersebut tidak lagi berjalan
oleh bahan-bahan kimia, Bank dengan lancar karena mengalami
Indonesia Jawa Tengah sebagai BUMN beberapa kendala. Kendala utamanya
menggagas sebuah model community adalah penerimaan masyarakat
development melalui program terhadap program ini yang kurang
integrated ecofarming untuk antusias sebab masyarakat yang

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 5

belum terbiasa menggunakan bahan


organik dan belum secara nyata HASIL DAN PEMBAHASAN
melihat hasil panen dari bahan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
organik. Selama ini, sebagian besar
Kondisi Geografis Desa Asinan
masyarakat Desa Asinan sudah
terbiasa menggunakan bahan kimia, Desa Asinan merupakan desa
sebab hasil panen yang mereka yang terletak di Kecamatan Bawen,
peroleh lebih banyak. Oleh sebab itu, Kabupaten Semarang. Desa Asinan
setelah program ini berakhir, para memiliki lahan pertanian yang cukup
petani di Desa Asinan kembali luas yaitu 134 Ha. Daerah ini
memakai pupuk kimawi dalam mempunyai banyak tumbuhan hijau
pertanian mereka. Berdasarkan latar yang cukup melimpah sehingga ternak
belakang tersebut, tulisan ini yang ada di Desa Asinan pakannya
bertujuan untuk mengetahui: (1) tercukupi. Rawa Pening, sebagai salah
Pelaksanaan kegiatan program satu telaga terbesar di Jawa Tengah,
integrated ecofarming di Desa Asinan. juga berbatasan langsung dengan
(2) Hambatan dalam melaksanakan Desa Asinan dijadikan masyarakat
kegiatan integrated ecofarming di Desa sebagai sumber air untuk mengairi
Asinan. (3) Partisipasi masyarakat sawah, sehingga hasil pertanian yaitu
Desa Asinan dalam kegiatan program berupa padi cukup bagus. Kondisi ini
integrated ecofarming. dianggap dapat mendukung
diterapkannya program integrated
METODE PENELITIAN ecofarming sebagai bentuk
Penelitian ini menggunakan pemberdayan di bidang pertanian.
metode kualitatif dengan model Secara administratif, Desa Asinan
deskriptif. Lokasi penelitian berada di terdiri dari 4 Dusun, yaitu Dusun
Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Krajan, Dusun Baan, Dusun
Kabupaten Semarang. Informan Sumurup, Dusun Mangkelang.
utama dalam penelitian ini adalah Pemerintahan di setiap dusun
masyarakat Desa Asinan yang masih dipimpin oleh seorang Kepala Dusun.
menerapkan dan yang pernah Ada 5 Rukun Warga dan 22 Rukun
menerapkan program integrated Tetangga. Letak wilayah dan batas
ecofarming. Informan pendukung Desa Asinan adalah sebelah utara
yaitu stakeholder yang terkait seperti yaitu Kelurahan Bawen, sebelah timur
Kepala Desa Asinan, ketua gapoktan, yaitu Desa Polosiri, sebelah selatan
kepala PKBM Anugrah Bangsa, dan yaitu Kecamatan Tuntang dan Rawa
konsultan dari Bank Indonesia Jawa Pening dan sebelah barat yaitu
Tengah. Teknik pengumpulan data Kelurahan Tambakboyo Kecamatan
menggunakan metode observasi, Ambarawa.
wawancara dan dokumentasi. Analisis
data meliputi pengumpulan data, Kondisi Demografis Desa Asinan
reduksi data, penyajian data dan Berdasarkan jumlah penduduk
penarikan kesimpulan. Penelitian ini menurut umur Desa Asinan sejumlah
menggunakan teori pilihan rasional 4180 jiwa, terdiri dari jenis kelamin
dari James S. Coleman, konsep laki-laki yaitu 2122 jiwa dan
partisipasi dan teknik analisis Longwe. perempuan yaitu 2058 jiwa.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 6

Berdasarkan tingkat pendidikan Karakteristik Pertanian di Desa


penduduk Desa Asinan mempunyai Asinan
jenjang pendidikan yang berbeda-
Karakteristik pertanian yang
beda, jumlah jenjang yang paling
ada di Desa Asinan antara lain pola
banyak yaitu SD sejumlah 1592 orang
pertanian menggunakan pupuk
dan yang paling sedikit adalah
organik dari pupuk kotoran sapi, ada
perguruan tinggi sejumlah 117 orang.
juga yang menggunakan pupuk
Berdasarkan mata pencaharian Desa
anorganik, dan menggunakan pupuk
Asinan mayoritas bekerja sebagai
campuran yang berasal dari pupuk
petani, namun ada juga yang bekerja
organik dicampur pupuk anorganik.
sebagai PNS, pegawai swasta,
Lahan sawah irigasi, pengairan sawah
pengusaha, buruh, dan peternak.
berasal dari air sungai ataupun dari
Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Rawa Pening. Sebagian besar petani
Desa Asinan yang ada di Desa Asinan adalah
sebagai penggarap. Lahan sawah di
Masyarakat Desa Asinan dalam
Desa Asinan sebagian besar adalah
kehidupannya saling bergotong-
milik pemerintah desa, sehingga para
royong, rukun, dan masyarakatnya
petani yang tidak mempunyai lahan
saling berinteraksi satu sama lain.
sendiri menggarap lahan sawah milik
Selain rukun dan ramah dengan warga
pemerintah Desa Asinan. Masih
Asinan sendiri juga menghormati
melakukan nilai-nilai tradisional
warga lain yang berkunjung ke Desa
seperti melakukan doa bersama
Asinan. Dari segi berkeyakinan
sebelum panen dan syukuran setelah
masyarakat Asinan berbeda-beda dari
panen.
mulai Islam, Katholik, Kristen, Hindu
saling membaur, bertoleransi dan
Profil Program Integrated
menghormati satu sama lain.
Ecofarming di Desa Asinan
Masyarakat Desa Asinan mempunyai
budaya merti dusun dan kesenian Program integrated ecofarming
kuda lumping. Budaya merti dusun merupakan sebuah kegiatan yang
yaitu salah satu bentuk ritual dari terintegrasi dengan menggabungkan
slametan yang kental akan unsur- pertanian dan peternakan yang
unsur Islam, yang sudah dilakukan memperhatikan lingkungan.
turun temurun. Ritual ini bertujuan
untuk mengungkapkan rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan keslamatan,
kesejahteraan, dan ketentraman
masyarakat.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 7

Bagan 1. Siklus keterkaitan pertanian dan peternakan


Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017

Berdasarkan bagan 1. Dinas Pertanian, tanaman pangan dan


pertanian dan peternakan saling holtikultura Provinsi Jawa Tengah dan
berkaitan dan terintegrasi satu sama PT BRI ungaran sebagai mitra Bank
lain. Pada pertanian yang ada di Desa Indonesia.
Asinan yaitu tanaman padi Lahan sawah di Desa Asinan
menghasilkan jerami. Jerami dapat sebagian milik pemerintah Desa
dimanfaatkan menjadi pakan ternak. Asinan, bentuknya tanah bengkok
Peternakan yang ada di Desa Asinan yang diberikan kepada perangkat desa
yaitu ternak sapi yang nantinya sebagai imbalan/gaji mereka dan
kotoran dari sapi baik dari letong lahan sawah berupa kas desa yang
maupun urine sapi dimanfaatkan dapat disewakan. Pada program
untuk pertanian. Letong sapi integrated ecofarming diterapkan pada
dimanfaatkan sebagai pupuk kandang lahan milik pemerintah desa dan
yang digunakan dalam pemupukan bukan lahan sawah milik umum
padi dan urine sapi yang sudah ataupun perorangan karena
difermentasi digunakan untuk penerapan program integrated
menyemprot padi. ecofarming merupakan program
Program pengembangan pertanian baru yang menggunakan
integrated ecofarming merupakan pupuk organik dan para petani tidak
program Bank Indonesia untuk berani menerima resiko jika tidak
mendukung kesinambungan berhasil karena sebelumnya belum
ketersediaan pangan komoditi, pernah menerapkannya. Petani yang
meningkatkan akses keuangan menerapkan program integrated
kepada sektor pertanian. Bentuk ecofarming hanya petani penggarap
sinergitas dan komitmen para pihak yang mengolah sawah milik
antara lain PKBM Anugrah Bangsa, pemerintah Desa Asinan.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 8

Bagan 2. Bagan stakeholder kemitraan integrated ecofarming


Sumber: Hasil Penelitian Farikhah, 2017

Program integrated ecofarming yang bernama Konco Tani Organik dan


merupakan program Bank Indonesia Kelompok ternak bernama Rukun
untuk mendukung kesinambungan Santosa.
ketersediaan pangan komoditas,
meningkatkan akses keuangan Pelaksanaan Program Integrated
kepada sektor pertanian. Misi Bank Ecofarming di Desa Asinan
Indonesia melakukan program
Focus Group Discussion (FGD)
pertanian terintegrasi yaitu guna
meningkatkan daya saing produk Pelaksanaan program
unggulan padi organik yang integrated ecofarming diawali dengan
terintegrasi dengan peternakan di kegiatan Focus Group Discussion
Kabupaten Semarang dan (FGD) yaitu pada tanggal 9 Januari
memanfaatkan potensi sumberdaya 2014. Tujuan dari FGD tersebut yaitu
lokal secara optimal dengan untuk menggali informasi melalui
memperhatikan kelestarian Kepala Desa. Informasi yang digali
lingkungan. Bank Indonesia sebagai mengenai peluang dan hambatan
community development menerapkan dalam pertanian di Desa Asinan.
program integrated ecofarming yang Disamping melakukan FGD dengan
bekerjasama dengan Bapak Nugroho Kepala Desa, Bank Indonesia wilayah
selaku ketua yayasan PKBM Anugrah Jawa Tengah melakukan
Bangsa. Program integrated pertemuan/identifikasi dengan
ecofarming diterapkan di Desa Asinan, masyarakat yang meliputi petani dan
untuk menunjang program integrated peternak.
ecofarming BRI cabang Ungaran
memberikan dana pinjaman kredit Sosialisasi Pelatihan Pembuatan
kepada petani dan peternak dengan Pupuk Organik dan Pertanian Padi
bunga 6%. Dalam penerapan program Organik
tersebut Bank Indonesia melakukan
Dalam pelaksanaan program
FGD dengan Kepala Desa Asinan dan
integrated ecofarming dilakukan
kemudian dibentuk kelompok tani

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 9

sosialisasi dan pelatihan pembuatan terbangun selama ini adalah relasi


pupuk organik dan pertanian padi yang tidak seimbang. Melalui program
organik. Kegiatan sosialisasi dalam ini, relasi dominasi mulai dikurangi
program integrated ecofarming tidak dan lebih mengarah pada relasi
hanya tentang pertanian organik dan partnership. Pengelolaan pertanian
pelatihan pembuatan pupuk organik semacam ini sudah mencoba
tetapi juga ada sosialisasi mengenai menghubungkan aras dari hulu ke
kredit KPPE oleh PT BRI Cabang hilir dan mengintegrasikan sektor
Ungaran. Sosialisasi tersebut pertanian dan industri yang selama ini
ditujukan untuk petani dan peternak. seperti musuh (Livesey, dkk: 2009).
Kerjasama Bank Indonesia JATENG
dan BRI Cabang Ungaran memberikan Implementasi Program Integrated
pinjaman dan dana talangan kepada Ecofarming
petani ketika pasca panen dan
Implementasi program
pengembangan peternak.
integrated ecofarming dimulai pada
tahun 2014 dengan dilakukan
Pemberian Bantuan dari Bank
sosialisasi pertanian dan pembuatan
Indonesia Wilayah Jawa Tengah
pupuk organik, sosialisasi dari BRI
Pemberian Bantuan dari Bank ungaran mengenai dana pinjaman
Indonesia wilayah Jawa Tengah kepada petani dan peternak dan
meliputi ricemill, gudang penyimpanan melakukan studi banding ke luar kota.
padi, dua buah hand traktor untuk “Untuk penanaman pertama
membajak sawah, sprayer untuk padi organik dilakukan di lahan sawah
menyemprot padi, blower digunakan bengkok saya, lahan yang digunakan
untuk perontok padi saat panen, sejumlah 10 hektar dengan hasil
embung tempat filter air karena panen 1 hektarnya sekitar 5 ton,
pertanian padi organik pengairannya tonase nya menurun dari biasanya
tidak boleh tercemar oleh bahan yang pakai kimia bisa mencapai 6-7
kimia, pembangunan saung di sekitar ton per hektar tapi untuk panen
sawah untuk pertemuan atau berikutnya mengalami sedikit
perkumpulan kelompok tani jika ada peningkatan” (hasil wawancara
kegiatan. Selain bantuan sarana dan dengan Bapak Lilik pada tanggal 21
prasarana, perwakilan petani dan Juli 2017).
peternak diajak studi banding ke luar Pada panen pertama kualitas
kota. dari produk beras organik kurang
Skema pemberian bantuan oleh begitu bagus karena dalam masa
dunia perbankan pada masyarakat pemulihan dari bahan kimia ke
merupakan salah satu bentuk organik. Pada masa tanam kedua di
tanggung jawab perusahaan yang tahun 2015 dilakukan pertanian padi
bertujuan untuk membantu organik kembali, pada masa tanam
meningkatkan kesejahteraan kedua bertepatan dengan musim
masyarakat. Program ini merupakan kemarau sehingga dalam rangka
bentuk akomoasi baru sebab selama irigasi ke sawah agak terkendala
ini dua unsur tersebut ada pada posisi suplai air, untuk kualitas dari hasil
superior (Perbankan) dan inferior panen mulai bagus namun kuantitas
(masyarakat desa). Relasi yang hasil panen menyusut. 2015

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 10

persiapan untuk memulai penanaman sewa tanah atau sewah lelang. Sistem
padi organik. Tahun 2016 hasil panen lelang biasanya dibatasi dengan waktu
padi organik kemudian diberi brand yaitu satu tahun.
“Beras Total Organik Lesung Pulen
Rawa Pening”. Memasuki tahun 2017 Kondisi Musim
Bank Indonesia sudah selesai dalam
Ketika musim kemarau untuk
pendampingan dengan Desa Asinan.
ketersediaan air irigasi kurang untuk
Pertanian padi yang semula
mengairi sawah. Para petani
menggunakan total organik pada saat
mengandalkan sumber mata air di
ini dicampur dengan menggunakan
sekitar sawah dan air sumur.
pupuk anorganik. Kegiatan pertanian
Terkadang air Rawa Pening tidak
padi mulai dari persiapan media
cukup untuk mengairi lahan sawah di
tanam, pemilihan bibit, persemaian,
Desa Asinan Sementara pada musim
penanaman, perawatan lahan,
penghujan, lahan sawah yang dekat
pencegahan hama dan penyakit, dan
dengan Rawa Pening tidak bisa
pemanenan. Kegiatan peternakan
ditanami padi karena sawah
yang menghasilkan kotoran sapi
tenggelam.
nantinya digunakan untuk
pemupukan pertanian.
Kurangnya Pasokan Pupuk Organik
Program pengembangan
masyarakat pedesaan semacam ini Jumlah ternak di Desa Asinan
merupakan salah satu bagian dari pada saat ini berkurang hal tersebut
konsep pembangunan masyarakat mengakibatkan pasokan pupuk sapi
pedesaaan yang disebut model juga sedikit. Lahan sawah di Desa
microsphere smart specialization. Asinan cukup luas, untuk itu
Dalam model ini, masyarakat desa membutuhkan pupuk kandang
diminta mengembangkan dan dengan jumlah banyak. Dalam
mengintegrasikan semua potensi yang melakukan pertanian padi organik
sudah ada untuk meningkatkan membutuhkan banyak pupuk organik
produktifitas dan kesejahteraan seperti pupuk bokasi letong sapi yang
ekonominya dengan memperhatikan difermentasi dan ditambahkan MA-11.
aspek lingkungan (Talbot, 2016). Pupuk MA-11 belum dipasarkan
secara umum sehingga para petani
Hambatan dalam Melaksanakan agak kesulitan mendapatkannya dan
Kegiatan Integrated Ecofarming di dirasa mahal harganya oleh para
Desa Asinan petani.
Pola Pemanfaatan dan Penguasaan
Kebiasaan Petani
Lahan
Para petani dalam menggarap
Sebagian besar lahan sawah
sawahnya dari dahulu sudah terbiasa
merupakan milik pemerintah Desa
menggunakan pupuk kimia. Sehingga
Asinan atau bengkok desa. Sehingga
ketika dilakukan perubahan untuk
petani di Desa Asinan menggarap
berganti menjadi organik para petani
sawahnya maro dengan pemilik sawah
tidak mudah dirubah pola pikirnya.
tersebut. Selain sistem maro petani di
Para petani di Desa Asinan rata-rata
Desa Asinan yang tidak mempunyai
sudah berusia tua, ketika ada suatu
sawah pribadi menggunakan sistem

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 11

kegiatan yang belun terbiasa dan baru dipasarkan secara luas dan swalayan
dilakukannya mereka kurang dan toko-toko di seluruh indonesia
berantusias. dikarenakan belum memiliki sertifikat
Mengubah kebiasaan bukanlah beras organik.
perkara yang mudah. Perubahan cara Kesungguhan dan komitmen
memelihara tanaman yang awalnya pemerintah untuk mengembangkan
dengan mudahnya menggunakan perekonomian lokal berbasis pada
pupuk kimia akan menndapatkan potensi masyarakat akan berpengaruh
hasil maksimal harus diubah ke terhadap keberhasilan program.
pupuk organik yang membutuhkan Perekonomian lokal harus dikelola
proses dan waktu yang cukup lama secara modern agar mampu bersaing
membuat para petani tidak sabar. dengan perekonomian modern.
Kondisi ini merupakan salah satu Kesadaran kritis untuk membangun
hambatan terbesar dalam perekonimoan lokal untuk
pelaksanaan program dan meningkatkan kesejahteraan
membutuhkan waktu yang cukup masayarakat desa bukanlah persoalan
lama. Banyak gerakan kembali ke yang sederhana. Oleh karena itu
organik dalam menjalankan industri keterlibatan semua stakeholder sangat
pertanian masih belum menunjukkan dibutuhkan peran dan kontribusinya
hasil yang maksimal (Sikavica dan (Leach, 2013).
Pozner, 2013).
Partisipasi Masyarakat Desa Asinan
Pemanfaatan Sarana dan Prasarana dalam Kegiatan Program Integrated
Pertanian Ecofarming

Pemberian fasililitas dari Bank Partisipasi Masyarakat dalam


Indonesia sekarang kurang Pengambilan Keputusan
dimanfaatkan dengan baik. Hal
Dalam pengambilan keputusan,
tersebut dibuktikan dengan kondisi
pihak-pihak yang terlibat dalam
sarana dan prasarana tidak terawat
program integrated ecofarming yaitu
dan jarang digunakan. Seperti saung
perwakilan dari Bank Indonesia
untuk pertemuan di sekitar sawah
wilayah Jawa Tengah dan Kepala Desa
yang roboh, gudang penyimpanan padi
Asinan. Pihak Bank BI wilayah Jawa
terlihat jarang dibersihkan, embung
Tengah berkunjung ke Desa Asinan
untuk filter air terlihat keruh.
menemui bapak kepala desa untuk
melakukan Focus Group Discussion.
Pemasaran Produk
Setelah FGD masyarakat yang terdiri
Kegiatan integrated ecofarming dari petani dan peternak dilibatkan
menghasilkan produk yaitu berupa dalam pertemuan dengan BI wilayah
Beras Organik Lesung Pulen Rawa Jawa Tengah dalam rangka
Pening. Produk Beras tersebut pernah pengenalan dan akan adanya program
dipasarkan di Koperasi Bank pertanian padi organik yang
Indonesia, Koperasi PKBM Anugrah diintegrasikan dengan peternakan.
Bangsa dan kepada toko-toko yang Petani di Desa Asinan mayoritas
memesannya. Namun untuk adalah petani penggarap, sehingga
pemasaran Beras Organik Lesung dalam pengambilan keputusan
Pulen Rawa Pening belum bisa

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 12

dimusyawarahkan antara petani menunjang kegiatan pertanian.


penggarap dengan pemilik sawah. Masyarakat Desa Asinan cukup
antusias ketika sarana dan prasarana
Partisipasi Masyarakat dalam dalam menunjang program integrated
Pelaksanaan Integrated Ecofarming ecofarming tercukupi. Dalam hal ini
masyarakat Desa Asinan merasakan
Keterlibatan masyarakat dalam
manfaat dengan adanya fasilitas yang
pelaksanaan kegiatan integrated
diberikan oleh Bank Indonesia. Selain
ecofarming yaitu mengikuti program
itu, masyarakat diberikan pelatihan-
pelatihan pertanian organik dan
pelatihan seperti pertanian padi
pembuatan pupuk organik bokashi
organik dan pembuatan pupuk
dan biofarm dan mengikuti sosialisasi
organik bokashi dan biofarm.
dari PT BRI cabang Ungaran dalam
rangka peminjaman dana untuk
Partisipasi Masyarakat dalam
petani dan peternak di Desa Asinan.
Evaluasi
Dari perwakilan masyarakat yaitu
petani dan peternak melakukan studi Partisipasi masyarakat dalam
banding ke luar kota. Program evaluasi melibatkan pihak yang
integrated ecofarming dilakukan bersangkutan seperti Bank Indonesia,
dengan pembuatan pupuk organik Kepala Desa Asinan, petani dan
kemudian penananaman padi organik peternak. Kegiatan evaluasi ini
oleh petani di Desa Asinan di lahan dilakukan untuk mengetahui
sawah pak lurah. bagaimana pelaksanaan program
“saya dulu ikut sosialisasi dan integrated ecofarming yang berjalan di
pelatihan pembuatan pupuk, studi Desa Asinan. Kegiatan integrated
banding juga ke luar kota Mbak diajak ecofarming dilakukan dengan
BI. Dulu saya nggarap sawahnya pak monitoring oleh Bank Indonesia
lurah memakai pupuk organik’’ kemudian dilakukan musyawarah
(Wawancara dengan Bapak Maryadi bersama.
pada tanggal selasa 18 juli 2017). Untuk memperkuat analisis
Namun mulai tahun 2017, para aspek partisipasi petani, penulis
petani berpartisipasi dalam pertanian menggunakan Teknik Analisis Longwe
padi organik menurun. Mereka pada (Sara Hlupekile Longwe) atau Kriteria
saat ini menggunakan pupuk kimia Pembangunan Perempuan adalah
atau campuran dari bahan kimia dan suatu teknik analisis yang
organik. Program pertanian padi dikembangkan sebagai metode
organik bagi para petani kurang pemberdayaan perempuan dengan
menjual dipasaran akhirnya para lima kriteria analisis. Dalam program
petani beralih ke pupuk anorganik integrated ecofarming di Desa Asinan
kembali. termasuk dalam tahap kesejahteraan
karena tingkat partisipasi masyarakat
masih rendah, dibuktikan dengan
Partisipasi Masyarakat dalam program tersebut hanya berjalan
Pengambilan Manfaat selama dua tahun dan pada saat ini
tidak berkelanjutan karena belum ada
Dalam pelaksanaan integrated
kesadaran kritis dari masyarakat.
ecofarming Bank Indonesia
Program integrated ecofarming
memberikan fasilitas untuk

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 13

menggunakan pupuk organik yang menggunakan pupuk anorganik.


membutuhkan banyak biaya Sarana dan prasarana yang kurang
sedangkan petani di desa Asinan dimaksimalkan. Pemasaran produk
sebagian besar adalah petani yang susah karena beras belum
penggarap. Tidak dipungkiri para tersertifikasi organik. Terkait dengan
petani penggarap mengedepankan segi teori pilihan rasional James S.
ekonomi dan berorientasi pada profit Coleman, petani mempunyai pilihan
untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk melaksanakan pertanian,
mereka. Pada saat ini para petani karena dalam pelaksanaan integrated
memilih kembali menggunakan ecofarming terdapat beberapa
pertanian anorganik adalah sebuah hambatan yang membuat petani pada
pilihan rasional karena mereka saat ini memilih pilihan untuk kembali
mempertimbangkan aspek dengan pertanian anorganik kembali.
kesejahteraan untuk melangsungkan Partisipasi masyarakat dalam program
kebutuhan mereka. integrated ecofarming meliputi dari
partisipasi pengambilan keputusan,
PENUTUP partisipasi dalam pelaksanaan,
pengambilan manfaat, partisipasi
Berdasarkan hasil penelitian
dalam evaluasi serta dalam analisis
dan pembahasan dari penelitian ini
longwe partisipasi masyarakat Desa
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Asinan termasuk ke dalam kriteria
Dalam pelaksanaan program
kesejahteraan.
integrated ecofarming di Desa Asinan
dapat dikatakan bahwa program
UCAPAN TERIMAKASIH
tersebut gagal karena tidak
berkelanjutan. Kegiatan integrated Penulis mengucapkan
ecofarming berjalan selama dua tahun terimakasih kepada Masyarakat Desa
dan para petani pada saat ini kembali Asinan yang telah membantu dan
lagi menggunakan pupuk anorganik. menfasilitasi selama penelitian, serta
Program integrated ecofarming di Desa membantu penulis dalam memperoleh
Asinan pada tahap pemasaran belum data di lapangan. Kepala Desa Asinan
dimaksimalkan dan belum adanya yang telah memberikan ijin untuk
kesadaran kritis dari masyarakat. penelitian. Semua pihak yang telah
Terdapat beberapa hambatan dalam membantu dalam penelitian, yang
pelaksanaan program integrated tidak dapat penulis sebutkan satu-
ecofarming antara lain pola persatu.
pemanfaatan dan pengusaan lahan
para petani di Desa Asinan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan sistem maro dan sistem
Arquitt and Cornwell. 2007. Micro-
sewa. Pada musim kemarau
Macro Linking Using System
kekurangan air sedangkan pada
Dynamics Modeling: An Examination
musim hujan sawah di dekat Rawa
of Eco-Labeling Effects for Farmed
Pening terendam air sehingga tidak
Shrimp. Journal of Macromarketing,
dapat ditanami padi. Kurangnya
Vol. 27 No. 3, September 2007 243-
pasokan pupuk organik, kebiasaan
255.
petani dan maindset petani yang tidak
mudah dirubah karena terbiasa

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 14

Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungpati, Kota Semarang). Jurnal


Semarang. 2016. Kecamatan Bawen Forum Ilmu Sosial. Vol 40, No 1.
dalam Angka 2016. Semarang: Badan
Leach, Karen. 2013. Community
Pusat Statistik.
Economic Development: Localisation,
Custance, Walley etc. 2015. The Key to A Resilient and inclusive
Agricultural Multifunctionality And local economy? Local Economy. 28(7–
Care Farming: Insight from the UK. 8) 927–931. Sage Publication.
South Asian Journal of Business and
Livesey, etc. 2009. Performing
Management Cases. 4(1) 74–86. Sage
Sustainable Development Through Eco
Publication.
Collaboration; The Ricelands Habitat
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011. Partnership. Journal of Business
Desentralisasi dan Partisipasi Communication. Volume 46, Number
Masyarakat dalam Pendidikan. 4, October 2009 423-454.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nazeerudin. 2013. Participatory Model
Fatimah, Nurul dan Eli Kismini. 2009. Approach or Organic Agriculture in
KOPSERINDO (Koperasi Serat Rami Karnataka India. International Journal
Indonesia) Sebuah Industri of Development and Sustainability.
Pemberdayaan Masyarakat Desa Vol.2, No.3.
(Studi Kasus di Desa Pecekelan
Skerratt dan Steiner. 2013. Working
Kecamatan Sapuran Kabupaten
with Communities-Of-Place:
Wonosobo). Jurnal Forum Ilmu Sosial.
Complexities of Empowerment. Local
Vol 36, No 1.
Economy. 28(3) 320–338. Sage
Gandi, Grita Gusti, dkk. 2017. Publication.
Jaringan Sosial Petani dalam Sistem
Sikavica dan Pozner. 2013. Paradise
Ijon Pada Pertanian di Desa
Sold: Resource Partitioning and the
Pagenteran Kecamatan Pulosari
Organic Movement in the US Farming
Kabupaten Pemalang. Jornal
Industry. Organization Studies. 34(5-
Solidarity. Vol 6, No 1.
6) 623–651. Sage Publication.
Jati, Dian Purnomo, dkk. 2013. Model
Talbot, Steve. 2016. Creating A Smart
Pengembangan Desa Inovatif Desa
Rural Economy Through Smart
Kalisari Kabupaten Banyumas.
Specialisation: The Microsphere
Journal&Proceeding Feb UNSOED.
Model. Local Economy. Vol. 31(8) 892–
Vol.3, No.1.
919. Sage Publication.
Luthfi, Asma. 2010. Akses dan Kontrol
Zakariah, Muhamad Askari. 2016.
Perempuan Petani Penggarap Pada
Optimalisasi Pemberdayaan
Lahan Pertanian PTPN IX Kebun
Masyarakat Desa Melalui
Merbuh. Jurnal Komunitas. Vol 2,
Pengembangan Ekonomi dan
No.2.
Agrowisata Berbasis Integratred
------------------- 2013. Problematika Farming System di Kecamatan
Pembentukan Kesadaran Kritis pada Mowewe Kabupaten Kolaka Timur.
PNPM-Mandiri Perkotaan (Studi Kasus Jurnal Ilmiah Al Mawaddah. Vol 11,
di Kelurahan Sekaran, Kecamatan No.1, hal 31-43.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p01
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

PENGUATAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN: REFORMASI


MEKANISME PENYALURAN BENIH JAGUNG HIBRIDA
Imelda Magdalena Freddy1, Endy Kumara Gupta1
1Center for Indonesia Policy Studies (CIPS)

imelda.freddy@gmail.com, endykumara@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini ingin menggali efektivitas dan dampak dari penerapan progam
Upaya Khusus (UPSUS) pemberian bantuan benih jagung hibrida gratis melalui
studi kualitatif di 2 kota sentra Jagung, yaitu: Dompu (NTB) & Sumenep (Jawa
Timur). Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk meningkatkan efektivitas
program bantuan benih jagung hibrida UPSUS, pasar jagung di daerah perlu
dikategorikan berdasarkan kekuatan mereka, yaitu pasar jagung lemah, pasar
jagung semi-kuat, dan pasar jagung kuat. Program UPSUS dinilai lebih efektif jika
diterpakan pada daerah pasar jagung semi-kuat karena pasar ini mendukung
transisi dari penggunaan benih jagung tradisional ke benih jagung hibrida, sehingga
berdampak positif pada peningkatan level produksi jagung. Sementara itu,
penyerapan benih bantuan UPSUS pada pasar jagung yang lemah dan kuat dinilai
rendah, sehingga pendistribusian benih di kedua pasar ini dapat berpotensi
membuka pasar gelap di mana petani secara ilegal menjual benih UPSUS yang
mereka dapat demi membiayai kebutuhan lain. Penelitian juga membuktikan bahwa
benih jagung hibrida UPSUS produksi Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian dan produsen domestik berlisensi
dinilai memiliki kualitas yang lebih rendah daripda benih yang diproduksi oleh
produsen swasta, sehingga dapat menghalangi para petani untuk meningkatkan
produksi jagungnya.
Kata Kunci: Benih Jagung Hibrida, Program UPSUS

STRENGHTENING FOOD SECURITY POLICIES: REFORMING THE MECHANISM


FOR DISTRIBUTING HYBIRD CORN SEEDS

ABSTRACT

This study probes into the effectivity and impact of the implementation of
Social Efforts Program (Upaya Khusus/UPSUS) in providing free hybrid maize seed,
through qualitative researches in two maize central cities: Dompu (West Nusa
Tenggara) and Sumenep (East Java). The research shows that to improve the overall
effectiveness of the UPSUS Program, local maize markets need to be categorized by
their particular strength: thin-maize market, semi-strong maize market, and strong

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 16

maize market. The study identifies that the UPSUS Program is most effective in areas
with semi-strong maize markets because here it supports the transition from
traditional to hybrid maize types with positive effects on production levels. While
region with thin and strong maize markets are deemed to be lower in UPSUS seed
absrobtion, distributing seeds in these markets appears to contribute to the
emergence of black-markets where farmers illegally sell their UPSUS seeds to finance
other needs. The study also finds the hybrid mazie seed produced by Research and
Development Agency of the Ministry of Agriculture (Balitbangtan) and licensed
domestic producers are lower in quality compare to seed procued by the private
sector, hence, it may hinder the improvement of maize production for the farmers.
Keyword: Hybrid Corn Seeds, UPSUS Program

PENDAHULUAN minyak. Industri peternak unggas


menyerap sekitar 87% dari suplai
Jagung adalah komoditas
jagung pakan ternak, sementara
penting untuk mencapai ketahanan
sisanya dikonsumsi untuk budidaya
pangan di Indonesia karena nilai
perairan, ternak sapi dan babi (USDA,
strategisnya sebagai konsumsi
2018a).
manusia dan juga sebagai komponen
Akan tetapi, seperti
utama pakan ternak. Menurut
ditunjukkan pada Gambar 1, telah
Kementerian Pertanian (Kementan)
terjadi defisit antara produksi jagung
Indonesia (Panikkai, Nurmalina,
Indonesia dan konsumsi domestik
Mulatsih & Purwati, 2013, hal. 41),
sejak tahun 2009. Antara tahun 2009
diperkirakan 58% permintaan
hingga 2017, produksi jagung
nasional jagung adalah untuk pakan
Indonesia gagal memenuhi kebutuhan
ternak, sementara 30% untuk
konsumsi nasional sebesar rata-rata
konsumsi manusia dan sisanya untuk
2,4 juta ton per tahun.
industri lain, seperti gula, glukosa dan

Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Jagung Indonesia, 2009 – 2017


Sumber: OECD-FAO Agricultural Outlook (2018)

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 17

Kondisi kekurangan suplai Perdagangan (Kemendag)1 untuk


jagung ini belum dapat diatasi dengan melakukan impor. Kedua kementerian
impor. Peraturan Kementerian tersebut memberlakukan agenda
Perdagangan mengenai impor jagung swasembada pangan nasional dan
(Permendag No. 20/2016 dan No. mengurangi impor secara drastis dari
21/2018) mengizinkan impor jagung 3,5 juta ton di 2015 menjadi 1,3 juta
dilakukan untuk memenuhi ton di 2016. Impor menyentuh level
permintaan pangan, pakan ternak dan terendah hingga 500.000 ton di tahun
bahan baku industri. Akan tetapi, 2017. Gambar 2 menunjukkan bahwa
jagung untuk kebutuhan pakan impor jagung tidak dapat menutupi
ternak hanya dapat diimpor oleh level produksi yang tidak mencukupi,
Badan Urusan Logisik (BULOG). Lalu terutama sejak impor dikurangi
untuk mengimpor jagung kebutuhan setelah tahun 2015. Kekurangan
pangan dan bahan baku industri ketersediaan jagung mencapai rata-
dapat dilakukan oleh perusahaan rata 3,1 juta ton per tahun setelah
swasta. Permentan No. 20/2016 2015 dan angka itu lebih tinggi
mewajibkan adanya rekomendasi dari sebesar 37,9% dibandingkan rata-rata
Kementan dan izin dari Kementerian defisit dari tahun 2009 hingga 2015.

4.00 20.5
3.50 20

3.00 19.5
19
2.50
in Million of Tons

18.5
2.00
18
1.50
17.5
1.00 17
0.50 16.5
0.00 16
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Indonesia Maize Production 17.6 18.3 17.6 19.4 18.5 19 19.6 19.7 20
Indonesia Maize Import 0.34 1.50 3.21 1.81 3.19 3.18 3.50 1.33 0.50
Gambar 2. Impor dan Produksi Jagung Indonesia 2009 – 2017
Sumber: Untuk tahun 2009-2016 data didapatkan dari BPS (Kementan, 2016a;
Kementan, 2016b). Untuk tahun 2017, data diambil dari Departemen Pertanian
Amerika Serikat (USDA, 2018a). Untuk Produksi Jagung Indonesia data
didapatkan dari OECD-FAO Agricultural Outlook (2018)

Defisit suplai jagung domesik dan 353.000 ton jagung yang diimpor
pembatasan impor menyebabkan secara ilegal ke Indonesia melalui lima
terjadinya importasi ilegal seperti yang pelabuhan di Indonesia (Agustinus,
ditunjukkan di beberapa laporan 2016; Rachman, 2016; Adrianto,
media dan siaran pers DPR. Pada 2016). Para importir tersebut
Januari 2016, Kementan menemukan mengatakan bahwa mereka

1Permendag No.21/2018 menggantikan Permendag menerima rekomendasi impor dari Kementerian


No.20/2016 dan tidak mensyaratkan BULOG untuk Pertanian lagi.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 18

mengimpor jagung karena kekurangan Sementara itu, kekurangan suplai


suplai jagung pakan ternak domestik. menyebabkan peningkatan harga
Pada Februari 2016, BULOG jagung di Indonesia. Antara tahun
berencana untuk membeli 445.000 ton 2009 - 2017, harga rata-rata jagung di
jagung yang diimpor oleh Gabungan Indonesia dua kali lebih mahal jika
Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), dibandingkan dengan pasar
(Dewan Perwakilan Rakyat, 2016). internasional (Bank Dunia, 2017).
Transaksi tersebut akhirnya gagal Tahun 2017, harga jagung domestik
untuk direalisasikan karena impor bahkan tiga kali lebih tinggi daripada
jagung tidak memiliki rekomendasi pasar internasional (Gambar 3).
impor dari Kementan.

Gambar 3. Perbandingan Harga Jagung Pasar Domestik dan Internasional Tahun


2009 – 2017
Sumber: Harga internasional didapatkan dari Bank Dunia (2017); harga domestik
tahun 2009-2016 didapatkan dari BPS (2018) dan data 2017 dari Kementerian
Perdagangan (Kemendag 2017 & 2018)

Banyak negara lainnya seperti jagung domestik Indonesia (Tabel 1).


Korea Selatan, Vietnam dan Meksiko Hal ini dikarenakan Cina dan Thailand
mengimpor jagung untuk konsumsi telah mencapai level produksi jagung
domestik dalam kuantitas yang jauh yang sangat tinggi. Cina adalah negara
lebih banyak dibandingkan Indonesia. produsen jagung terbesar kedua di
Di negara-negara tersebut, harga dunia dan mulai melakukan ekspor
jagung lebih murah daripada di jagung sejak tahun 2016 (Reuters,
Indonesia. Cina dan Thailand juga 2016) dan Thailand adalah salah satu
mengimpor jagung namun dalam eksportir jagung terbesar di Asia
jumlah yang tidak signifikan Tenggara (Phongphanich & Peng,
dibandingkan dengan jumlah yang 2017).
mereka konsumsi. Tapi tetap saja Untuk mengatasi defisit produksi,
harga jagung domestik mereka Pemerintah Indonesia menerapkan
setengah kal lebih murah dari harga berbagai kebijakan bantuan benih

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 19

jagung (Tabel 2), skema yang terakhir Program Cadangan Benih Nasional
dinamakan UPSUS (Upaya Khusus). memiliki tujuan tambahan, yaitu
Tujuan utama bantuan ini adalah berperan sebagai jaminan bagi para
untuk mengurangi biaya input petani yang mengalami gagal panen
pertanian untuk para petani dan dengan mengganti kerugian mereka
meningkatkan level produksi jagung. dengan benih baru.

Tabel 1: Tipe Skema Bantuan Benih di Indonesia

Tipe Subsidi Bantuan Tahun Implementasi*** Deskripsi


Harga Subsidi Harga Benih 2005 - 2017 Program ini menyediakan
Jagung* benih dengan harga diskon
kepada petani. Pemerintah
menunjuk dua Badan
Usaha Milik Negara (BUMN)
- PT Sang Hyang Seri dan PT
Pertani untuk
melaksanakan produksi
benih bagi program ini.
Cadangan Benih Nasional 2006 - 2017 Program ini memberikan
(CBN)* benih bersertifikasi (beras,
jagung, kacang kedelai)
kepada para petani yang
terkena imbas bencana alam
atau bagi yang bersedia
untuk mencoba jenis benih
baru di desa mereka
(Kementan Permentan No.
46/2006).
Bantuan Langsung Benih 2007 - sekarang Program ini diperkenalkan
Unggul (BLBU)* tahun 2007 danuntuk
menyediakan petani dengan
benih bersertifikasi gratis
(beras, jagung dan kedelai
non-hibrida dan hibrida).
(Kementan Permentan No.
72/2007) (Perpres
No.11/2011)
Program Upaya Khusus 2015 - sekarang Program ini menyediakan
(UPSUS)** benih jagung hibrida secara
gratis bagi petanipetani
dengan benih jagung hibrida
secara gratis. Termasuk
juga di dalam program ini
komponen lainnya, seperti
peningkatan jaringan
irigasi, optimalisasi lahan,
pengadaan pupuk,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 20

pengadaan peralatan &


mesin pertanian, dll.2
Sumber:
*: OECD Review of Agriculturan Policies Indonesia 2012 (2012, hal.157-158)
**: Kementerian Pertanian (2015a, hal.2)
***: Kementerian Keuangan 2018 (2018)

Kerangka Pengaturan Program Amendemen Ketiga Peraturan


UPSUS Presiden No. 54 tahun 2010 mengenai
Pembelian Barang/Jasa Pemerintah
Program UPSUS ditetapkan di
(Kementan, 2015a, hal. 12). Selain itu,
bawah Permentan No. 03/2015
pada peraturan yang sama dijelaskan
(Kementan, 2015a), dan menjadi
bahwa dalam rangka menjaga
strategi terkini pemerintah Indonesia
optimalisasi kinerja Program UPSUS,
untuk mencapai swasembada pangan
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
dalam hal produksi jagung. Tujuan
harus dikerahkan untuk memberikan
umum program ini adalah untuk
panduan kepada petani dari awal
meningkatkan produksi jagung
proses penanaman hingga
nasional melalui peningkatan sistem
pascapanen.
irigasi dan kegiatan pendukung
Dalam Petunjuk Teknis edisi
lainnya, termasuk pengadaan bantuan
2018, Pemerintah Indonesia
benih jagung hibrida kepada petani.
menyatakan bahwa jumlah benih
Peraturan ini juga mengatur
jagung hibrida yang disediakan
kriteria petani yang dapat menerima
melalui program UPSUS adalah 15
bantuan dan kriteria benih yang
kg/ha (Kementan, 2018, hal.35).
didistribusikan, ini meliputi jenis dan
Selain itu, pemerintah juga
potensi panen dari benih bantuan
mencantumkan daftar kriteria bagi
tersebut. Penerima bantuan benih
para petani yang dapat menerima
adalah kelompok petani yang bersedia
program UPSUS. Persyaratannya
untuk mengadopsi teknologi baru
termasuk: (1) petani adalah anggota
serta mau aktif berpartisipasi dalam
aktif Kelompok Petani (Poktan) atau
program UPSUS seperti yang
Gabungan Kelompok Petani
disyaratkan oleh pemerintah daerah.
(Gapoktan). Kelompok ini harus
Benih bantuan yang diberikan oleh
memiliki lahan dan struktur
pemerintah dinyatakan sebagai benih
organisasi lengkap yang setidaknya
unggul dan didistribusikan oleh
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Kementan setidaknya satu bulan
Bendahara; (2) mendapat dukungan
sebelum tanggal kedaluwarsa. Untuk
dari kepala desa atau Penyuluh
memproduksi benih dalam program
Pertanian Lapangan (PPL), dan; (3)
ini, pemerintah pusat secara langsung
mampu mengikuti semua aktivitas
menunjuk BUMN dan sektor swasta
yang disebutkan di dalam panduan
tanpa proses lelang seperti yang diatur
(Kementan, 2018, hal.27).
dalam Peraturan Presiden (Perpres)
No.172 tahun 2014 sebagai

2Rekomendasi kebijakan ini berfokus pada program UPSUS bantuan benih jagung dan tidak membahas
komponen program UPSUS secara menyeluruh.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 21

Sebagai tambahan, menurut dilakukan dari Bulan April hingga Mei


Kepala Departemen Tanaman Pangan 2018.
di Kabupaten Sumenep, ada tiga Studi menggunakan metode
kriteria tambahan untuk menentukan kualitatif untuk mengidentifikasi
apakah sebuah kelompok petani dapat dampak keseluruhan serta efektifitas
menerima benih bantuan: keaktifan dari benih jagung hibrida pada UPSUS
kelompok petani, tipe lahan3 yang program. Metode Kualitatif dipilih agar
dimiliki kelompok petani, dan para penelti dapat mengelaborasikan
ketersediaan air di lahan yang dimiliki topik penelitian secara ekstensif pad
oleh kelompok petani. setiap wawancara serta menangkap
Dalam implementasi program informasi mendalam mengenai topik
UPSUS, Pemerintah memprioritaskan terkait (Morris, 2015). Data primer
penggunaan benih jagung hibrida dikumpulkan melalui observasi
domestik kelas 3 yang diproduksi oleh lapangan, wawancara mendalam,
Badan Penelitian dan Pengembangan Focus Group Discussion, serta
Pertanian (Balitbangtan) dan produsen kuesioner terbuka yang dilakukan
lainnya yang ditunjuk serta sudah kepada para petani benih jagung
mendapatkan lisensi dari hibrida yang menerima bantuan dari
Balitbangtan. Produksi benih yang Program UPSUS di Kota Dopu dan
mereka lakukan mencapai setidaknya Sumenep. Selain itu data primer juga
65% dari total alokasi benih di dikumpulkan melalui wawancara
program UPSUS dan mencakup mendalam bersama para pemangku
2.576.000 hektare lahan jagung. kepentingan pada industry jagung
Sementara itu, perusahaan swasta lokal seperti perwakilan produsen
nasional dan multinasional, seperti PT benih jagung swasta, petugas
Bisi Internasional Tbk, PT. DuPont pemerintah dari Dinas Pertanian
Indonesia, dan PT. Syngenta Daerah, penjual benih jagung eceran,
Indonesia, hanya dapat berkontribusi pedangan jagung lokal, serta pemilik
maksimum 35% dari total alokasi gudang jagung besar.
benih untuk program ini, yaitu Obervasi lapangan dilakukan
mencakup 1.387.400 hektar. untuk mendapatkan informasi
mengenai alur operasinal dari
METODOLOGI pemberian subsidi benih jagung
Penelitian ini diadakan di hibrida di lapangan. Sedangkan
Dompu (Nusa Tenggara Barat) dan wawancara mendalam, kuesioner
Sumenep (Jawa Timur) karena lokasi terbuka serta FGD dilakukan untuk
tersebut merupakan pusat produksi menggali informasi mengenai
jagung di Indonesia. Produksi Jagung perspektif petani mengenai topik
di Dompu merupakan kedua tertinggi seperti efektifitas dari program subsidi
di Indonesia, sedangkan produksi saat ini peran dari sektor swasta serta
jagung di Sumenep termasuk dalam 5 permasalahan tentang kebocoran
produksi jagung tertinggi di Jawa benih dan kondisi infrasturktur
Timur. Waktu pelasaan penelitian pertanian pada daerah tersebut.

3Tipe lahan yang cocok untuk menanam jagung hujan, lahan bertingkat, lahan gambut pulih atau
adalah lahan kering dengan cukup air, lahan tadah lahan basah.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 22

Penelitian ini juga didukung oleh data berguna untuk memfilter


sekunder dari BPS, Laporan OECD kompleksitas data yang dilakukan
dan data harga jagung dari dengan cara memberikan label yang
Kementiran Pertanian dan Kementrian dapat mewakili kelompok elemen yang
Perdagangan Indonesia. relevan terhadap konsep yang
Untuk menganalisa data yang ditentukan (Flick, 2013). Sebagai
di kumpulkan, penelitian ini contoh, studi ini menggunakan coding
menggunakan teknik coding dalam seperti:
penelitian Kualitatif. Teknik Coding

Table 2: Contoh Coding dalam Analisa

Coding Deskripsi
Kualitas Benih Jagung Kualitas dari benih jagung yang diterima
oleh petani melalui program UPSUS atau
dibeli sendiri
Petani Mandiri Secara Financial Situasi dimana para petani memiliki
kemampuan finansial untuk membeli benih
jagung sendiri
Benih yang Dipilih Jenis benih jagung hibrida yang diinginkan
oleh petani berdasarkan varietas dan
produsen
Pemangku Kepentingan dalam Pasar Hadirnya para aktor dalam pasar jagung di
Jagung wilayah tersebut, seperti: pedagang,
produsen benih, penjual benih eceran, dan
gudang besar.
Pendampingan dari Pemerintah Adanya pendampingan, pelatihan atau
workshop yang diberikan oleh pemerintah
bagi para petani jagung.

Analisis Balitbangtan dan produsen domestik


tersebut hanya mencapai panen 3 - 5
Varietas Benih
ton/ha. Hasil panen yang minim ini
Dalam Panduan UPSUS Bagian bahkan tetap terjadi ketika para petani
IV (F) ditetapkan bahwa semua benih menggunakan teknik budidaya yang
jagung hibrida UPSUS harus baik. Kelompok tersebut mendapatkan
tahan/semi-tahan/toleran terhadap hasil panen yang lebih banyak ketika
penyakit dengan potensi panen menggunakan benih kuota 35% yang
minimum 10 ton/ha. Varietas genotipe berasal dari perusahaan nasional dan
jagung yang disetujui UPSUS secara multinasional. Hasil panen benih ini
resmi dinyatakan memiliki potensi mencapai 7 - 10 ton/ha, yaitu dua kali
panen sekitar 8,27 - 10 ton/ha lebih tinggi daripada benih dari kuota
(Bantimurung Hibdrida Bima 2) 65%, namun tetap lebih rendah
hingga 11,8 - 13,6 ton/ha (BIMA 18, daripada pernyataan resmi tentang
BIMA 17) (Tabel 2). Akan tetapi, potensi benih bantuan UPSUS yakni
kelompok petani di Dompu dan 10 - 13 ton/ha. Sementara itu, benih
Sumenep bersikeras bahwa benih jagung hibrida yang dibeli diluar
yang berasal dari 65% kuota produksi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 23

program UPSUS dapat menghasilkan


panen jagung hingga 13 ton/hektare.

Tabel 3: Potensi Panen Benih Jagung (ton/ha)

Potensi
Varietas Genotipe Potensi panen panen/hektare
Sumber benih*
(contoh)* resmi/haektare* ha seperti yang
dialami petani**
65% benih UPSUS Beberapa varietas
diproduksi oleh terdaftar di Panduan,
8,27 - 13,6
Balitbangtan dan termasuk Bantimurung 3 - 5 ton/ha
ton/ha
produsen domestik Hibrida Bima 2, BIMA 18,
berlisensi BIMA 17
35% benih UPSUS
diproduksi oleh BISI 2 FS 4 disilangkan
10 - 13 ton/ha 7 - 10 ton/ha
perusahaan nasional dengan FS9,
dan internasional
BISI 18 FS46
disilangkan dengan 10 - 13 ton/hektareha 10 - 13 ton/ha hingga 13 ton/ha
FS47
Sumber:
*: Kementerian Pertanian (2013)
**: Diskusi Kelompok Terarah dengan Petani di Dompu (FGD 1, Komunikasi
Pribadi, 25 April 2018)

Para petani yang ditemui saat 4, Wawancara Pribadi, 25 April 2018).


studi lapangan melaporkan bahwa Pada beberapa kasus ekstrem, benih-
benih yang berasal dari 65% kuota benih tersebut mengeluarkan bau
Balitbangtan dan produsen domestik tidak sedap, terbalut jamur dan kutu.
lainnya tidak mencapai level produksi Dalam kondisi seperti ini benih tidak
optimal (FGD 1, Komunikasi Pribadi, dapat digunakan sama sekali. Secara
25 April, 2018). Perwakilan dari umum para petani dapat
produsen benih swasta dan ketua mengidentifikasi jenis benih yang
kelompok tani (Responden 1, memiliki kualitas buruk dan ketika
Wawancara Pribadi, 24 April 2018; mereka mendapatkan benih tersebut,
Responden 2, Wawancara Pribadi, 25 mereka akan menolak untuk
April 2018) mengeluh bahwa menanamnya.
pemerintah menunjuk penangkar Petani biasanya sudah memiliki
benih yang tidak berkualifikasi pilihan benih tersendiri dan meminta
sehingga kualitas produksi benih yang varietas benih dari perusahaan
dihasilkan rendah. Menurut penyuluh tertentu yang berpartisipasi dalam
pertanian di lapangan dan beberapa kuota 35% program UPSUS. Akan
petani, sebagian dari benih kuota 65% tetapi, kuota ini masih dibagi lagi
itu berbeda bentuk dan warna, kepada beberapa perusahaan benih
mengindikasikan bahwa benih swasa, sehingga semakin mengurangi
tersebut akan sulit tumbuh jika kesempatan petani untuk bisa
ditanam (Responden 3 dan Responden

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 24

mendapatkan benih yang mereka permohonannya lebih cepat memiliki


inginkan. kesempatan lebih besar untuk
Distribusi benih berkualitas menerima benih bantuan yang sesuai
rendah ini menimbulkan kerugian dengan keinginan mereka. Bagi para
besar bagi petani. Meskipun mereka petani yang lebih lambat mengajukan
menerima benih gratis, biaya terkait permohonan, kemungkinan besar
penanaman (waktu, energi, biaya mereka akan menerima benih dari
pupuk, dsb.) cukup tinggi. Mereka kuota 65%.
mungkin tidak akan menerima Gambar 4 di bawah
keuntungan dari menanam benih menunjukkan prosedur yang harus
kuota 65% dan bahkan berisiko gagal dijalankan dalam proses permohonan
panen (Responden 2, Wawancara bantuan benih dari petani hingga
Pribadi, 25 April 2018). Dari perspektif sampai ke produsen benih. Petani
pembiayaan negara, hal ini memasukkan formulir permohonan
menunjukkan bahwa sebagian dari mereka (Calon Petani Calon
anggaran nasional telah terbuang sia- Lokasi/CPCL) kepada PPL dari Dinas
sia karena benih yang disediakan Pertanian di level pemerintah
tidak memberikan dampak yang kabupaten/kota. Formulir CPCL berisi
dikehendaki. data kelayakan kelompok petani,
varietas benih yang diminta dan
Mekanisme Alokasi Benih rencana periode penanaman.
Walaupun dalam Petunjuk Pemerintah kabupaten/kota
Teknis dikatakan bahwa alokasikan memvalidasi semua permohonan dan
kuota benih yang diproduksi oleh mengirimkan salinannya ke
Balitbangtan dan produsen domestik pemerintah provinsi dan kepada
lebih besar, namun para petani tetap Kementan. Pemerintah
dapat mengajukan permohonan benih kabupaten/kota kemudian meminta
dari kuota yang 35%. Akan tetapi, Rencana Usaha Kegiatan (RUK) dari
studi lapangan yang CIPS lakukan di petani, yang di dalamnya berisi data
Dompu dan Sumenep menunjukan tentang volume benih yang diminta,
bahwa semua petani mengajukan varietas benih, dan juga rencana
permohonan benih dari kuota 35% periode penanaman. Setelah RUK
dan tidak petani yang meminta benih diterima, pihak pemerintah
dari kuota Balitbangtan. kabupaten/kota mengumpulkan dan
Petani yang sudah mengajukan merangkum data tersebut,
permohonan merasa kecewa kalau mengajukan data tersebut kepada
mereka menerima benih dari kuota produsen benih, memperoleh benih
Balitbangtan, yang seringkali terjadi dan mendistribusikannya kepada
ketika kuota untuk benih yang petani. Karena adanya perbedaan
diproduksi oleh sektor swasta sudah kualitas yang cukup besar antara
habis. Dinas Pertanian Kabupaten benih kuota 65% dan 35%, petani
mengurus permohonan benih yang sangat berharap untuk bisa
diajukan oleh petani dengan mendapatkan benih yang mereka
menggunakan system “siapa cepat dia minta. Kalau mereka menerima benih
dapat”. Petani yang mengajukan berkualitas rendah, mereka menjadi
tidak percaya kepada pemerintah

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 25

daerah karena PPL dianggap tidak memberikan keuntungan kepada


cukup cepat dalam memproses CPCL petani yang memiliki hubungan erat
yang diajukan. Selain itu, beredar dengan CPCL/ pemerintah di daerah
informasi bahwa sistem saat ini mereka.

Gambar 4: Mekanisme Distribusi Subsidi Benih Jagung Hibrida UPSUS


Sumber: Petunjuk Teknis Gerakan Aksi Pengembangan Jagung Hibrida 2016
(Kementan, 2016a, hal.48)

Keterangan:
*CPCL (Calon Petani Calon Lokasi)
**RUK (Rencana Usulan Kegiatan)

Proses di Gambar 4 panen. Untuk mencegah terjadinya hal


mendeskripsikan interaksi antara semacam itu, petani lebih memilih
petani dan pemerintah untuk membeli sendiri benih jagung
kabupaten/kota sebelum proses hibrida yang mereka tanam atau
pembelian dan pendistribusian benih mengganti ke komoditas lain untuk
dari produsen dilakukan. Proses ini memastikan panennya sukses.
berpotensi mengakibatkan Dengan membeli sendiri benih jagung
terlambatnya kedatangan benih yang mereka tanam, menunjukan
jagung hibrida yang disediakan bahwa petani sebenarnya mampu
melalui program UPSUS yang secara finansial untuk memperoleh
akhirnya berimbas negatif pada waktu benih jagung hibrida.
penanaman. Kalau penanaman Dari hasil studi lapangan,
tertunda, petani memiliki risiko gagal Perwakilan Dinas Pertanian

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 26

pemerintah daerah melaporkan bahwa teknik yang berbeda. Perwakilan


benih bantuan yang datang terlambat produsen benih menyatakan bahwa
disebabkan karena keterlambatan menanam benih jagung hibrida
produksi dan pengiriman benih dengan teknik tradisional dapat
(Responden 5, Wawancara Pribadi, 23 mengurangi pendapatan petani karena
April 2018). Akan tetapi, perwakilan pembeli akan menolak kualitas jagung
produsen benih (Responden 6, yang jelek atau yang tidak memenuhi
Wawancara Pribadi, 3 Mei 2018) standar (Responden 7, Wawancara
memiliki argumentasi bahwa benih Pribadi, 1 Mei 2018). Maka dari itu,
hanya dapat diproduksi setelah Praktik Budidaya Pertanian yang Baik
instruksi dari pemerintah pusat telah (GAP) harus diaplikasikan dari proses
diterima. Hal ini menunjukkan penanaman hingga pascapanen agar
ketidakselarasan komunikasi antara para petani dapat menghasilkan
pemerintah dan produsen benih. panen jagung berkualitas lebih tinggi.
Selain itu, semua petani yang Dalam pelaksanaan program
diwawancara dalam survei lapangan UPSUS, pemerintah memberikan
ini menyampaikan bahwa jika mereka pendampingan kepada petani. Akan
mendapat benih yang datang tetapi, meskipun para petani (FGD 2,
terlambat dan berasal dari kuota Komunikasi Pribadi, 2 Mei 2018)
Balitbangtan, maka mereka biasanya menekankan bahwa mereka bersedia
akan menjual benih tersebut di pasar untuk bergabung dan berpartisipasi
gelap atau mereka tidak dalam kegiatan ini, mereka
menggunakannya sama sekali. Kalau menyampaikan bahwa frekuensi
benih terlihat berjamur, mereka pendampingan yang diberikan tidak
bahkan tidak bisa memberikannya cukup. Mereka menyatakan bahwa
kepada ayam. penyuluh lapangan pemerintah (PPL)
hanya hadir pada saat pendistribusi
Bantuan dari Penyuluh Pertanian benih UPSUS. Sebagian dari mereka
Lapangan dan dari Sektor Swasta bahkan mengungkapkan tidak
Menurut Kepala Departemen menerima pendampingan dari PPL
Tanaman Pangan di Kabupaten sama sekali sepanjang tahun.
Sumenep (H. Hidayat, Wawancara Menurut seorang staf Dinas
Pribadi, 4 Mei 2018), kebanyakan dari Pertanian di Kabupaten Sumenep,
penerima benih hibrida UPSUS adalah terdapat kekurangan tenaga PPL di
petani jagung tradisional yang terbiasa Indonesia (Responden 8, Wawancara
bercocok tanam dengan teknik Pribadi, 4 Mei 2018). Idealnya, satu
tradisional. Dalam menanam benih PPL pemerintah mendampingi satu
jagung hibrida UPSUS, mereka hanya desa; akan tetapi, di Kabupaten
memberikan pupuk sekali, menanam Sumenep hanya ada 126 peyuluh
benih dengan cara menabur, dan untuk mendampingi 330 desa.
memberikan jarak tanam yang sempit. Menurut Badan Penyuluhan dan
Cara tersebut dapat menurunkan Pengembangan Sumber Daya Manusia
hasil dan kualitas jagung yang Pertanian (BPPSDMP) dari Kementan,
dihasilkan karena dalam menanam pada tahun 2016 terdapat 68.623
benih jagung hibrida memerlukan personil PPL di seluruh Indonesia
(BPPSDMP, 2016). Jika mereka

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 27

didistribusikan secara ideal dengan produksi meningkat, baik secara


asumsi setiap penyuluh menangani melalui pembelian oleh para petani
satu desa, maka dengan jumlah desa secara langsung atau melalui program
di Indonesia sebanyak 80,888 pada pemerintah. Cara tersebut
tahun 2016, maka akan ada memberikan keuntungan bagi
kekurangan mencapai 12.625 tenaga produsen benih swasta untuk
PPL untuk memandu petani. memperluas area penjualan serta
Selain itu, sebagian besar PPL dapat mengurangi beban biaya yang
pemerintah belum memiliki kapasitas dikeluarkan oleh pemerintah daerah
untuk memberikan pendampingan untuk menyediakan PPL.
yang efektif kepada petani jagung
karena kebanyakan dari mereka lebih Klasifikasi Pasar Jagung
fokus pada tanaman padi dan Sebuah pasar dibentuk oleh
pekerjaan administratif lainnya jaringan pembeli, penjual dan pelaku
(Stuart Higgins Consulting Company, pasar lainnya yang saling bertemu
2017a). Mereka pun mungkin tidak untuk bertransaksi produk atau jasa.
terlalu mengerti tentang Dalam studi ini, kekuatan pasar
perkembangan terakhir dalam dunia jagung diklasifikasikan dalam tiga
pertanian, seperti penggunaan komponen utama: (1) inti pasar yang
herbisida dan pestisida tipe baru, terdiri atas pembeli dan penjual; (2)
sehingga mereka tidak dapat penerapan Praktik Budidaya
membantu petani menanam benih Pertanian yang Baik (GAP) pada saat
jagung hibrida dengan teknik yang proses penanaman dan pascapanen;
baik. dan (3) faktor pendukung lainnya,
Sebagai alternatif, petani seperti infrastruktur, irigasi, dan
menerima pelatihan dan modal.
pendampingan dari PPL swasta yang 1. Pembeli dan penjual adalah petani
dipekerjakan oleh produsen benih dan aktor sektor swasta yang
swasta. Mereka menyediakan demo berinteraksi dalam value chain
plot dan mengadakan farm field days4 (rantai nilai) jagung di suatu
yang efektif untuk memberikan daerah. Pelaku sektor swasta
pengetahuan dan ketrampilan kepada terdiri dari produsen benih swasta,
petani. Perwakilan dari produsen pembeli, pengecer dan pedagang.
benih swasta (Responden 7, Petani jagung biasanya terbagi
Wawancara Pribadi, 1 Mei 2018) menjadi petani komersial atau
menyatakan bahwa sektor swasta subsisten5, dan menanam varietas
akan menyediakan lebih banyak lagi jagung tradisional atau hibrida.
penyuluh lapangan untuk 2. Praktik Budidaya Pertanian yang
mendampingi petani apabila Baik (GAP) terdiri dari kode etik,
penjualan benih yang mereka

4 “Peran dari farm field days adalah untuk tours in precision agriculture education. Precision
memperkenalkan petani pada teknologi dan teknik Agric., 3: 309-318
baru sehingga para peserta dapat melihat bagaimana 5 Petani subsisten mengkonsumsi sebagian besar

teknologi dan teknik tersebut digunakan dan dari yang mereka hasilkan dan menjual sangat
diterapkan secara praktis.” Fountas S, Blackmore S, sedikit di pasar (Clifton, 1968) sementara petani
E.D, Hawkins S, Blumhoff G, Lowenberg Heiniger komersial memproduksi kebanyakan untuk pasar
RW, Havlin JL, Crouse DA, Kvien C, Knowles T (Stat SA Aricultural Survey, 1996).
(2002). “Seeing is believing: The role of field days and

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 28

standar dan peraturan yang pengkategorian di bawah ini hanya


berperan sebagai panduan untuk berlaku untuk produksi jagung dan
mendukung produktivitas optimal bukan untuk semua pasar komoditas
sehingga dapat memastikan pertanian. Sangat penting untuk
kualitas dan keamanan hasil diketahui bahwa dalam satu
panen. Menurut FAO, praktik kabupaten/kota dapat memiliki lebih
tersebut adalah praktik yang dari satu jenis pasar. Tiga dari delapan
berfokus pada lingkungan, kecamatan di Dompu memiliki Pasar
ekonomi dan ketahanan sosial Jagung Kuat (Mangalewa, Kilo, Kempo)
untuk proses pertanian: (FAO, dan sisanya adalah Pasar Jagung
2003). Sejalan dengan FAO, Semi-Kuat (Dompu, Pajo, Pekat, Woja,
menurut Kementan, praktik GAP Hu’u). Di kabupaten Sumenep, 8 dari
mencakup penerapan teknologi 24 kecamatan memiliki Pasar Jagung
yang ramah lingkungan, penjagaan Semi-Kuat (Progoon, Guluk-guluk,
kesehatan dan peningkatan Pasongsongan, Ganding, Rubaru,
kesejahteraan pekerja, penjegahan Leteng, Bluto, Saronggi), dan sisanya
penularan organisme pengganggu adalah pasar jagung yang lemah
tumbuhan (OPT) dan menetapkan (misalnya, Batang-Batang, Gayam,
prinsip traceability6 (Permentan No. dan Kalianget).
48/2006). GAP perlu diterapkan
oleh petani jagung saat 1. Pasar Jagung Kuat
penanaman, panen dan proses Pada jenis pasar ini, semua petani
pascapanen untuk memastikan dikategorikan sebagai petani
produksi jagung berkualitas tinggi. komersial sehingga menunjukkan
Faktor pendukung lainnya seperti bahwa wilayah ini memiliki fokus
infrastruktur, modal dan irigasi, komoditas untuk industri tertentu.
sangatlah penting dalam rantai Daerah dengan pasar jagung kuat
pasokan pasar jagung. Infrastruktur bersifat kompetitif dan terdiri dari
merupakan aspek penting karena banyak pelaku pasar, diantaranya:
berfungsi untuk menyediakan akses terdapat setidaknya 5 produsen benih
ke pasar. Irigasi memasok akses air, swasta, 10 kios benih, dan 3 pembeli
dan modal akan menentukan jagung berskala besar. Untuk menjaga
bagaimana petani membiayai aktivitas kualitas jagung mereka, kebanyakan
pertanian mereka. petani menerapkan GAP,
Kekuatan dari pasar jagung memperhatikan persiapan lahan,
dikelompokkan ke dalam tiga jarak penanaman, dan jumlah benih
tingkatan, yaitu pasar jagung kuat, per lubang, pengendalian gulma dan
semi-kuat, dan lemah. Semakin kuat hama/penyakit, serta penanganan
pasar jagung di sebuah daerah, maka pascapanen yang baik. Lebih lanjut,
value chain nya akan semakin kebanyakan lahan pertanian pada
berkelanjutan. Perlu ditegaskan pasar jagung kuat diperuntukan bagi
bahwa makalah ini hanya membahas perkebunan jagung hibrida dan
pasar jagung, oleh karena itu kebanyakan para petaninya

6Prisip traceability merupakan prinsip bahwa suatu


produk dapat ditelusuri asal-usulnya.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 29

memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat menanam jagung, tetapi hanya


(KUR) dari pemerintah Indonesia setengah dari lahan tersebut yang
untuk mengoperasikan lahan mereka. digunakan untuk menanam jagung
hibrida. Petani yang menggunakan
2. Pasar Jagung Semi-Kuat fasilitas pinjaman dari bank untuk
Di pasar jagung semi-kuat, mendanai pertanian mereka masih
mayoritas petani masih menanam tergolong sedikit dan kebanyakan
jagung secara tradisional dan kurang lebih memilih untuk menggunakan
dari setengahnya memiliki modal mereka sendiri.
pengalaman dalam menanam jagung
3. Pasar Jagung Lemah
hibrida. Terdapat petani subsisten dan
petani komersial. Pada daerah dengan Di daerah dengan pasar jagung
jenis pasar ini value chain jagungnya lemah terdapat sedikit sekali petani
sudah terbentuk tetapi sistem pasar yang menanam jagung. Petani jagung
masih kurang kompetitif karena yang ada dikategorikan sebagai petani
pelaku pasar jagungnya masih subsisten dan mereka hanya
terbatas. Hal ini ditunjukan dengan menanam benih jagung tradisional
hanya terdapat dua hingga empat dan bukan hibrida. Hampir tidak ada
produsen benih swasta dan satu atau pelaku pasar jagung di daerah
dua pembeli jagung berskala besar. tersebut, sekalipun ada mereka hanya
Lebih lanjut, karena kebanyakan berinteraksi dengan petani yang
petani di daerah ini masih pemula menanam jagung tradisional. Bahkan
dalam menanam jagung hibrida, jika terdapat suplai jagung untuk
kebanyakan teknik penanaman yang diperdagangkan, jumlahnya sangat
mereka gunakan dipengaruhi oleh sedikit dan hanya digunakan untuk
metode tradisional. Metode konsumsi rumah tangga. Petani
penanaman tradisional ini dapat jagung di daerah ini hanya
terlihat dari jumlah benih yang menerapkan teknik penanaman
ditanam dalam satu lubang, jenis tradisional. Kebanyakan lahan
pengendali gulma dan hama yang ditujukan untuk komoditas lain,
digunakan, serta cara mereka seperti buah-buahan dan biji kedelai,
menangani proses pascapanen.7 dan petani menggunakan modal
Kebanyakan lahan di daerah ini pribadi untuk membiayai kegiatan
adalah lahan kering dan cocok untuk pertanian jagung mereka.

7 Dalam metode konvensional, petani cenderung memeriksa kadar air pada jagung dengan cara
menaburkan lebih dari dua benih ke dalam satu digigit dan bukan menggunakan alat, memeriksa
lubang. Para petani cendrung tidak meletakkan tingkat kekeringan jagung melalui tingkat kelekatan
benih ke dalam lubang tetapi menebarnya di lahan. jagung, dan mengupas biji jagung dengan tangan
Dalam penanganan pascapanen, petani akan dan bukan mesin.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 30

Tabel 4: Klasifikasi & Karakteristik Pasar Jagung

Sumber: Dikumpulkan dari wawancara pribadi dengan kepala dinas tanaman


pangan di Kabupaten Sumenep & Kabupaten Dompu, perwakilan produsen benih
swasta, kelompok petani, dan penjual kios benih

Dampak program UPSUS di setiap pertempuran” bagi semua pelaku


tipe pasar jagung pasar di industri jagung, yang artinya
terdapat kompetisi pasar yang intens.
1. UPSUS di Pasar Jagung Kuat
Petani saling berlomba untuk
Daerah dengan pasar jagung kuat memberikan jagung berkualitas tinggi
dianggap sebagai “medan dalam jumlah yang besar. Untuk itu,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 31

mereka memilih menggunakan benih Secara umum, program UPSUS


jagung hibrida premium yang dibeli tidak cocok untuk diterapkan di
dari produsen benih swasta. Karena daerah dengan pasar jagung kuat
petani sudah memiliki pemahaman karena program ini tidak efektif untuk
yang baik terkait jagung hibrida dan mencapai tujuan Program UPSUS.
teknologi dalam penanaman jagung, Selain membuka peluang untuk
mereka enggan menggunakan benih aktivitas pasar gelap, program ini juga
jagung hibrida dari program UPSUS bepotensi merugikan. Menurut
yang benihnya dianggap perwakilan produsen benih swasta
menghasilkan tingkat produksi yang (Responden 7, Wawancara Pribadi, 1
lebih rendah (lihat Tabel 2). Lebih Mei 2018) yang terlibat dalam program
lanjut, petani menyatakan bahwa UPSUS, salah satu alasan mengapa
mereka mampu secara finansial dan para perusahaan benih swasta
ingin membeli sendiri benih jagung berpartisipasi dalam program ini
hibrida selama kualitas benih tersebut adalah kerena adanya permintaan dari
sesuai dengan harapan mereka pemerintah dan peluang profit bagi
(Diskusi Grup Terarah/FGD 1, perusahaan. Namun, program ini juga
Komunikasi Pribadi, 25 April 2018; mengharuskan perusahaan untuk
FGD 2, Komunikasi Pribadi, 2 Mei menyesuaikan produksi dan strategi
2018). Oleh karena itu, meskipun pemasaran. Akibatnya, ketika mereka
petani bisa mendapatkan benih dari mengalihkan fokus dan sumber
program UPSUS, mereka tetap lebih dayanya untuk menghasilkan benih
memilih benih premium dari sektor bagi program bantuan pemerintah,
swasta, yang hasil panennya dijamin mereka sering mengalami
lebih tinggi dibandingkan dengan keterlambatan dalam distribusi benih
benih dari program UPSUS. komersial mereka, dan ini pada
Hal ini menunjukkan bahwa petani akhirnya akan berdampak negatif
di pasar jagung kuat tidak menyerap terhadap profit perusahaan
benih UPSUS secara optimal. Situasi
ini dapat menimbulkan distorsi ketika 2. UPSUS di Pasar Jagung Semi-Kuat
petani menjual benih gratis tersebut Di daerah dengan pasar jagung
ke pasar gelap agar dapat membeli semi-kuat, dimana petaninya
benih berkualitas premium. Benih kebanyakan menanam jagung hibrida
UPSUS biasanya dijual ke petani untuk pertama kali, distribusi
jagung lain yang masih kekurangan bantuan benih jagung hibrida gratis
benih untuk ditanam. Benih ini dijual mendorong mereka untuk mencoba
dengan harga yang relatif lebih rendah benih jagung hibrida. Di pasar ini,
yaitu sebesar Rp. 25-40 ribu/kg. program UPSUS dapat secara efektif
Situasi ini tidak selaras dengan menstimulasi petani jagung untuk
ketentuan program dan tidak beralih dari benih jagung tradisional
mendukung usaha Program USPSUS ke benih jagung hibrida. Peralihan
dalam memperluas area penanaman dalam penggunaan benih ini dapat
jagung yang sudah ada atau memberikan hasil panen yang lebih
meningkatkan intensitas tanam tinggi dibandingkan dengan benih
(Stuart Higgins Consulting Company, jagung tradisional. Selain itu, karena
2017b).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 32

didaerah tersebut terdapat pasar petani secara finansial mampu


jagung hibrida yang sedang membeli benih hibrida berkualitas
berkembang, maka distributor benih tinggi dengan harga pasar, keberadaan
dan kios dari sektor swasta akan benih gratis dari pemerintah membuat
tersedia. Ketika petani sukses mereka enggan melakukannya.
mencapai tingkat produktivitas yang Program UPSUS juga dapat merugikan
lebih tinggi dengan menanam benih kios penjual benih karena mereka
jagung hibrida dari program UPSUS, tidak dapat bersaing dengan program
maka dalam musim tanam selajutnya UPSUS yang memberikan benih gratis
mereka dapat membeli benih hibrida kepada petani. Mereka kehilangan
lain dari kios yang menjual benih penjualan karena harus berkompesisi
produksi produsen swasta. dengan benih gratis. Akibat hal ini,
Menurut perwakilan dari produsen para produsen benih swasta
benih swasta (Responden 7, mengurangi stok penjualan, benih
Wawancara Pribadi, 1 Mei 2018), komersial menjadi semakin sulit
perusahaannya tergabung dalam dicari, dan akhirnya para petani akan
program UPSUS karena program ini tetap bergantung terhadap program
dapat memperluas jangkauan pasar pemerintah (Stuart Higgins Consulting
mereka. Program UPSUS dapat Company, 2017b).
menjadi instrumen bagi perusahaan Secara umum, program UPSUS di
untuk mempromosikan benih mereka. daerah Pasar Jagung Semi-Kuat dapat
Tetapi jika program ini dilakukan membantu mencapai tingkat produksi
terus-menerus maka akan jagung yang lebih tinggi. Namun, jika
menciptakan dua dampak negatif. program ini diterapkan tanpa batas
Pertama, ketika petani jagung di waktu dan berlanjut terus menerus,
daerah ini sudah menjadi ahli dalam hal ini dapat memengaruhi petani
menanam jagung hibrida, maka secara negatif dan juga menghalangi
mereka akan lebih memilih untuk pengembangan pasar jagung yang
beralih ke benih jagung hibrida berkelanjutan.
berkualitas tinggi yang diproduksi oleh
produsen benih swasta di luar 3. UPSUS di Pasar Jagung Lemah
program UPSUS. Efeknya akan sama Pada daerah dengan pasar jagung
seperti yang terjadi di pasar yang kuat, lemah, sebenarnya lahan
ketika petani yang sudah ahli tetap pertaniannya cocok untuk ditanam
menerima bantuan benih, mereka jagung hibrida. Karena itulah
akan menjual benih UPSUS ke pasar pemerintah Indonesia
gelap dan hasilnya akan digunakan mendistribusikan bantuan benih
untuk membeli benih yang lebih UPSUS kepada petani di daerah ini
berkualitas. Situasi ini akan dengan harapan mereka mau
menjadikan program UPSUS menjadi menanam jagung sehingga areal
tidak efektif. tanam jagung jadi semakin luas.
Kedua, program UPSUS dapat Akan tetapi, sebagian besar petani
membuat petani bergantung pada di pasar jagung lemah tidak terbiasa
bantuan benih pemerintah dan menanam benih jagung hibrida, hal ini
menghalangi produsen benih swasta terlihat dari teknik yang mereka
untuk memasuki pasar. Meskipun

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 33

gunakan mulai dari proses lebih efektif dan tidak memiliki


penanaman sampai dengan konsekuensi negatif. Pertama,
pascapanen (Responden 9, mekanisme program UPSUS yang
Wawancara Pribadi, 2 Mei 2018). berlaku saat ini tidak
Mereka juga menganggap bahwa mengikutsertakan aspek dari
menanam jagung kurang kekuatan pasar jagung lokal. Untuk
menguntungkan jika dibandingkan dapat mencapai tingkat produksi
dengan menanam komoditas jagung yang lebih tinggi, tidak cukup
pertanian lainnya, seperti buah dan jika pemberian bantuan benih oleh
sayuran (Responden 9, Wawancara pemerintah didasarkan hanya pada
Pribadi, 2 Mei 2018). Keenganan para potensi individu dari para petani.
petani dalam menanam jagung Peraturan ini dapat menjadi lebih
disertai teknik budidaya yang kurang efektif jika pemerintah menambahkan
baik, jadi semakin diperburuk dengan pembahasan mengenai klasifikasi
pemerintah yang masih tidak mampu daerah penerima yang terbagi kedalam
menyediakan PPL terlatih untuk tiga jenis: pasar jagung kuat, pasar
mendampingi petani dalam jagung semi-kuat, dan pasar jagung
menananam jagung hibrida. lemah seperti yang dijelaskan dalam
Akibatnya, para pelaku pasar Matriks Klasifikasi (Tabel 4).
swasta tidak akan tertarik untuk Berdasarkan klasifikasi ini,
beroperasi didaerah tersebut karena pemerintah daerah dapat menilai
merasa pasar jagungnya lemah, kekuatan pasar jagung didaerah
sehingga tidak ada insenfif yang bisa masing-masing dan mengidentifikasi
didapat. Selain itu, jumlah pembeli area mana yang cocok untuk
dan produsen benih swasta di daerah diikutsertakan kedalam program
ini sangat terbatas, sehingga petani UPSUS. Setelah kekuatan pasar
jadi tidak termotivasi untuk menanam jagung di area tersebut telah
jagung hibrida sekalipun diberi benih diidentifikasi, langkah selanjutnya
secara gratis. Akhirnya karena benih adalah menerapkan mekanisme
jagung hibrida UPSUS tidak terlalu program UPSUS yang cocok bagi
diminati di daerah tersebut, maka masing-masing pasar.
situasi ini dapat mendorong Pemerintah perlu juga untuk
terciptanya pasar gelap dan mengadakan kegiatan evaluasi berkala
menjadikan pelaksanaan program untuk menentukan apakah pasar
UPSUS di pasar jagung yang lemah ini jagung di daerah tersebut telah
tidak efektif. menjadi cukup kuat untuk tidak lagi
menerima bantuan benih melalui
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI program UPSUS. Setelah hasil
KEBIJKAN evaluasi menunjukan bahwa pasar
Program benih jagung hibrida jagung didaerah tersebut telah
UPSUS secara umum dapat memenuhi kriteria pasar jagung kuat,
meningkatkan tingkat produksi maka program UPSUS di daerah
jagung, tetapi beberapa reformasi tersebut harus dihapus.
kebijakan harus dilakukan untuk Mekanisme Penilaian semacam
memastikan agar program ini menjadi ini telah berhasil dilakukan di
Kabupaten Sumenep dan program

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 34

bantuan benih UPSUS dilaksanakan ditingkatkan. Setelah program UPSUS


untuk jangka waktu yang terbatas. berakhir, perlu ada mekanisme yang
Selama tahun pertama, sebagian dapat memastikan para petani
petani di daerah Sumenep memiliki akses ke pasar agar dapat
mendapatkan sampel benih jagung mempertahankan industri jagung di
hibrida gratis dari produsen benih daerah tersebut. Pengalaman di
swasta, yang kemudian membawa Dompu menunjukkan bahwa
dampak positif terhadap hasil pemerintah daerah memainkan peran
pertanian para petani karena tingkat penting dalam membangun kekuatan
produksi panen mereka menjadi lebih pasar jagung. Dari tahun 2011 hingga
tinggi melalui penanaman sampel 2012, bupati Dompu dan stafnya
benih ini. Setelah menyaksikan hal ini, melakukan kunjungan rutin kepada
pada tahun kedua semakin banyak pelaku agri-bisnis swasta untuk
petani yang tertarik menanam jagung meyakinkan mereka agar membuka
hibrida. Pada tahun ketiga, semua usahanya di Dompu. Kemudian,
petani di area ini mulai menanam mereka memperkenalkan para pelaku
benih jagung hibrida yang mereka beli pasar swasta tersebut kepada
sendiri dari kios pertanian. kelompok petani dan membantu
Kedua, program UPSUS membangun hubungan yang baik di
sebaiknya meningkatkan antara kedua belah pihak. Pemerintah
kegiatan/program pengembangan daerah juga mengundang para petani
kapasitas yang dilakukan dengan cara setempat untuk mengikuti studi
bekerja sama dengan produsen benih banding komoditas jagung di daerah
swasta. Perlu diketahui bahwa lain untuk menunjukkan potensi dari
produsen benih swasta akan tertarik menanam jagung. Upaya ini
dengan kerja sama ini jika ada peluang mendorong minat para petani di
bagi mereka untuk memasarkan Dompu untuk menanam jagung dan
produknya. Jika program bantuan membentuk industri/pasar jagung
benih UPSUS dihapuskan di pasar yang berkelanjutan antara produsen
yang kuat maka akan memberikan benih, pembeli, dan petani jagung.
kesempatan bagi produsen benih Ketiga, pemerintah perlu
swasta untuk memperluas bisnis memberikan pilihan bagi daerah
mereka di daerah itu. Melalui kerja dengan pasar jagung lemah untuk
sama ini, pemerintah dan produsen menghentikan program UPSUS di
benih swasta dapat meningkatkan daerah tersebut. Dalam memutuskan
Praktik Budidaya Pertanian yang Baik hal ini sebaiknya pemerintah daerah
(GAP) para petani dalam menanam terlebih dulu melakukan analisis daya
jagung hibrida. Hal ini juga dapat saing untuk menentukan apakah
membantu mengatasi masalah komoditas jagung memiliki potensi
kekurangan tenaga PPL yang dialami untuk berkembang di daerah tersebut,
oleh pemerintah daerah. Sampai saat atau malah ada komoditas lain yang
ini, pelakasanaan kerja sama dengan sebenarnya lebih layak untuk
PPL dari produsen benih swasta masih dikembangkan. Jika daerah ini
bersifat informal. Dengan adanya kerja memiliki pasar yang lebih kuat untuk
sama resmi, maka pendampingan dari komoditas lain dan para petaninya
produsen benih swasta dapat lebih lebih tertarik untuk menanam

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 35

tanaman yang dianggap lebih oleh Pemerintah sehingga program


menguntungkan, maka pemerintah UPSUS di hentikan di sebagian daerah
daerah sebaiknya tidak dengan pasar jagung lemah dan di
mengimplementasikan program semua pasar jagung kuat, maka stok
UPSUS jagung di daerah tersebut dan benih dengan kualitas tinggi akan
lebih mendukung perkembangan menjadi lebih banyak sehingga para
komoditas lain yang disukai oleh petani di daerah Pasar Jagung Semi-
petani. Selain itu, pemerintah juga Kuat memiliki peluang yang lebih
sebaikanya menghentikan program tinggi untuk mendapatkan benih
UPSUS bagi daerah dengan pasar jagung sesuai pilihan mereka.
jagung kuat. Petani di daerah ini Kedepannya, ketika program Kartu
secara finansial mampu membeli Tani dan program pemberian bantuan
benih berkualitas tinggi yang berdasarkan Basis Data Kemiskinan
diproduksi oleh sektor swasta. Oleh Universal (Universal Poverty Database)
karena itu dengan mengadakan sudah terbentuk dengan baik, maka
program UPSUS di area ini maka pemerintah perlu memikirkan juga
target pemerintah untuk distribusi bantuan benih melalui
meningkatkan produksi jagung kedua program ini. Sementara itu,
menjadi tidak efektif karena program lembaga pemerintah pusat dan daerah
ini dapat menghalangi pertumbuhan sebaiknya fokus pada penguatan
petani, sektor swasta, serta industri pasar jagung di daerah sehingga
pertanian jagung yang petani dapat mulai menanam jagung
berkeberlanjutan. Jika Program hibrida. Jika petani di pasar semi-kuat
UPSUS tetap diadakan di daerah menerima benih yang mereka
dengan pasar jagung kuat maka akan inginkan, hal ini dapat mengurangi
membuka peluang distorsi karena pemborosan biaya pemerintah dan
pemberian benih jagung hibrida terget umum dari program UPSUS
UPSUS berpotensi untuk dapat tercapai
diperdagangkan secara ilegal di pasar
gelap. Dengan menarik bantuan dari REFERENSI
daerah ini dapat memberikan dampak Agricensus. (12 Februari 2018). South
positif melalui sektor swasta yang Korea’s KOCOPIA returns to buy
termotivasi untuk mengembangkan 120,000 mt of US corn. Diakses 5 Juli
pasar komersial sehingga value chain 2018, dari
menjadi lebih kuat dan usaha http://www.agricensus.com/Article/S
pertanian yang berkelanjutan dapat outh-Korea-s-KOCOPIA-returns-to-
tercapai. buy-120-000-mt-of-US-corn-827.html
Keempat, kualitas benih yang
kurang baik adalah salah satu kendala Badan Penyuluhan dan
utama dari program UPSUS. Pengembangan SDM Pertanian
Pengaturan kuota sebesar 65% benih Kementerian Pertanian (BPPSDMP).
jagung hibrida dari Balitbangtan dan (2007). Database Ketenagaan
produsen domestik berlisensi Penyuluh Pertanian.
sebaiknya dihapus dari pelaksanaan
Badan Pusat Statistik. (2018). Harga
program UPSUS. Jika rekomendasi
Jagung Domestik Eceran 2009-2016.
yang disampaikan diatas diterapkan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 36

Bank Dunia. (2017). The World Bank Practices. Diakses pada 23 Juni 2018
Commodities Price data (the Pink dari FAO
Sheet) – Dari 2009 hingga 2017. [File http://www.fao.org/docrep/meeting/
Data]. Diakses pada 22 Juni 2018, 006/y8704e.htm
dari Bank Dunia, http://
FAO. (2018). GIEWS FPMA Tool:
www.worldbank.org/commodities
Monitoring and Analysis of Food
Detik.com (28 Januari 2016). Prices. Diakses pada 5 Juli 2018 dari:
Kementan: 353.000 Ton Jagung Impor http://www.fao.org/giews/food-
Masuk Secara Ilegal di Januari 2016 prices/tool/public/#/home
[Kementerian Pertanian: Diakses pada
Flick, Uwe. (2013). The SAGE
19 Juni 2018 dari
Handbook of Qualitative Data
https://finance.detik.com/berita-
Analysis. Sage Publication
ekonomi-bisnis/d-
3129862/kementan-353000-ton- Hidayat, H. (4 Mei 2018). Wawancara
jagung-impor-masuk-secara-ilegal-di- Pribadi dengan Kepala Dinas Tanaman
januari-2016 Pangan di Kabupaten Sumenep
Detik Finance.com (26 Januari 2016). Kementerian Pertanian. (2006).
Produsen Pakan Ternak ke Mentan: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48
Jangan Hanya Lindungi Petani, Tahun 2006 Tentang Pedoman
Peternak Juga. Diakses pada 6 Juli Budidaya Tanaman Pangan Yang Baik
2018 dari: Dan Benar.
https://finance.detik.com/berita-
Kementerian Pertanian. (2013).
ekonomi-bisnis/d-
Deskripsi Varietas Unggul Jagung.
3129563/produsen-pakan-ternak-ke-
Badan Penelitian dan Pengembangan
mentan-jangan-hanya-lindungi-
Tanaman Pertanian. Vol. 7, hlm. 75.
petani-peternak-juga
Kementerian Pertanian (2015).
Diskusi Kelompok Terarah 1. (25 April
Peraturan Kementerian Pertanian
2018) Diskusi Kelompok Terarah
dengan Petani di Dompu. Nomor 03 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Upaya Khusus (UPSUS)
Diskusi Kelompok Terarah 2. (02 Mei Peningkatan Produksi Padi, Jagung
2018) Diskusi Kelompok Terarah dan Kedelai Melalui Program
dengan Kelompok Petani di Sumenep. Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana
Pendukungnya Tahun Anggaran 2015.
DPR.GO.id. (4 Februari 2016). Bulog
Seharusnya Tidak Beli Jagung dari Kementerian Pertanian. (2015).
Importir Ilegal. Diakses pada 4 Outlook Komoditas Pertanian
Februari 2016 dari: Tanaman Pangan Jagung 2015.
http://dpr.go.id/berita/detail/id/122 Jakarta: Kementerian Pertanian
11/t/Bulog+
Kementerian Pertanian. (2016).
Seharusnya+Tidak+Beli+Jagung+dari
Outlook Komoditas Pertanian
+Importir+Ilegal
Tanaman Pangan Jagung 2016.
FAO. (Juni 2003). Development of a Jakarta: Kementerian Pertanian
Framework for Good Agricultural

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 37

Kementerian Pertanian. (2016a). https://www.republika.co.id/


Petunjuk Teknis Gerakan berita/ekonomi/makro/17/12/02/p0
Pengembangan Jagung Hibrida. c0ly415-kementan-siapkan-strategi-
Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman atasi-kekurangan-penyuluh
Pangan, Kementerian Pertanian.
Morris, Allan. (2015). A Practical
Kementerian Pertanian. (2016). Introduction to In-Depth Interviewing.
Analisis Kinerja Perdagangan Sage Publication.
Komoditas Jagung. Jakarta:
OECD Review of Agricultural Policies:
Kementerian Pertanian.
Indonesia 2012. (2012). OECD Review
Kementerian Pertanian. (2017). of Agricultural Policies.
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan doi:10.1787/9789264179011-en
Budidaya Jagung Tahun 2017.
OECD-FAO. (2018). OECD-FAO
Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman
Agricultural Outlook 2009-2017,
Pangan, Kementerian Pertanian.
berdasarkan komoditas. Diakses pada
Kementerian Pertanian. (2018). 23 Juni 2018 dari OECD-FAO
Petunjuk Teknis Pelaksanaan https://stats.oecd.org/
Kegiatan Jagung Tahun 2018 – Revisi index.aspx?queryid=71240#
1. Jakarta: Direktorat Jenderal
Panikkai, S., Nurmalina, R., Mulatsih,
Tanaman Pangan, Kementerian
S. & Purwati, H., (2017). Analisis
Pertanian.
Ketersediaan Jagung Nasional Menuju
Kementerian Pertanian. (2017). Swasembada Dengan Pendekatan
Statistik Harga Komoditas Pertanian Model Dinamik. Informatika
Tahun 2017. Diakses 22 Juni 2018, Pertanian, 26(1), 41.
dari Kementerian Pertanian Doi:10.21082/ip.v26n1.2017. Hlm 41-
http://epublikasi.setjen.pertanian.go. 48
id/ download/file/387-statistik-
Phongphanich, B., & Peng, K. (2017).
harga-komoditas-pertanian-2017
Productivity Change Trend Analysis of
Kementerian Keuangan. (2018). Nota Thai Maize Production: An Application
Keuangan APBN 2018. of Malmquist Productivity Index
Approach. IRA-International Journal
Kementerian Perdagangan. (2017).
of Management & Social Sciences
Analisis Perkembangan Harga Bahan
(ISSN 2455-2267), 7(2), 223-231. doi:
Pangan Pokok di Pasar Domestik dan
http://dx.doi.org/10.21013/jmssRen,
International November 2017.
Tianzhi. (2018). China Agriculture:
Kementerian Perdagangan. (2018). Challenge & Countermeasures.
Analisis Perkembangan Harga Bahan Chinese Academy of Agricultural
Pangan Pokok di Pasar Domestik dan Sciences.
International Maret 2017.
Republika.co.id. Indonesia
Kompas.com. (2 Desember 2017). Kekurangan Penyuluh Pertanian (22
Kementan Siapkan Strategi Atasi Agustus 2017). Diakses 22 Juni 2018:
Kekurangan Penyuluh 2017. Diakses https://www.republika.co.id/berita/n
pada 19 Juni 2018 dari asional/umum/17/08/22/ov3i6e284-

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 38

indonesia-kekurangan-penyuluh- Reuters. (2016). China Set to Export


pertanian Corn, Threatening Global mMarket.
Diakses pada 9 Juli 2018 dari
Republika.co.id. (14 Januari 2016).
https://www.reuters.com/article/us-
Kementan Temukan 17 Ribu Ton
china-corn-exports-idUSKCN1201GB
Jagung Ilegal di Semarang. Diakses
pada 19 Juni 2018 dari Sindonews.com. (9 Agustus 2017).
https://www.republika.co.id/ Indonesia Kekurangan 28.000
berita/%20nasional/daerah/16/01/1 Penyuluh Pertanian. Diakses pada 19
4/o0xzer219-kementan-temukan-17- Juni 2018 dari:
ribu-ton-jagung-ilegal-di-semarang https://ekonomi.kompas.com/read/2
017/ 08/09/190000126/indonesia-
Responden 1. (24 April 2018)
kekurangan-28.000-penyuluh-
Wawancara pribadi dengan Perwakilan
pertanian
Produsen Benih di Dompu.
Stuart Higgins Consulting Company.
Responden 2. (25 April 2018)
(2017a). Report: NTB Case Study.
Wawancara Pribadi dengan Kepala
Kelompok Petani di Dompu. Stuart Higgins Consulting Company.
(2017b). National Maize Policy Study.
Responden 3. (25 April 2018)
Wawancara pribadi dengan Penyuluh Tempo.co. (26 Januari 2016). Kisruh
Lahan Agrikultur dari Dinas Pertanian Jagung Impor Masih Berlangsung.
di Kabupaten Dompu. Diakses pada 19 Juni 2018 dari:
https://bisnis.tempo.co/read/740700
Responden 4. (25 April 2018)
/kisruh-jagung-impor-masih-
Wawancara pribadi dengan petani di
berlangsung
Dompu
USDA. (2018a). GAIN Report,
Responden 5. (23 April 2018)
Indonesia Grain and Feed Annual
Wawancara pribadi dengan pejabat
Report. Diakses pada 23 Juni 2018,
Dinas Pertanian di Kabupaten Dompu
dari USDA Foreign Agricultural
Responden 6. (03 Mei 2018) Service,
Wawancara Pribadi dengan perwakilan https://gain.fas.usda.gov/Recent%20
Produsen benih swasta di Sumenep. GAIN%20Publications/Grain%20and
%20Feed%20Annual_Jakarta_Indones
Responden 7. (01 Mei 2018)
ia_3-29-2018.pdf
Wawancara pribadi dengan Perwakilan
Produsen Benih di Sumenep. USDA. (2018b). Gain Report, Vietnam
Grain and Feed Annual Report.
Responden 8. (4 Mei 2018) Wawancara
Diakses pada 6 Juli 2018, dari USDA
Pribadi dengan pejabat Dinas
Foreign Agricultural Service,
Pertanian di Kabupaten Sumenep
http://agri.ckcest.cn/ass/7aa69ce1-
Responden 9. (02 Mei 2018) 98e3-48a1-baeb-9734d4649260.pdf
Wawancara pribadi dengan Perwakilan
Benih Swasta di Sumenep.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p02
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

PERAN PEMIMPIN GABUNGAN KELOMPOK TANI


DI KELURAHAN KARANGREJO KECAMATAN SUMBERSARI
KABUPATEN JEMBER
Ilham Ainun Gibran1, Augustrie Naufal H1, Sakinah Rahmaniyah1
1 Universitas Jember, Jember, Jawa Timur

ilhamgibran50@gmail.com, anaufal59@gmail.com, sakinahrahmaniyah@gmail.com

ABSTRAK

Pertanian merupakan sektor yang menjadi penopang perekonomian bagi


negara Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui peran pemimpin
kelompok tani di Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten
Jember. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer
dan sekunder. Metode analisis data yang digunkan dalam penelitian ini
menggunakan model analisis Miles dan Huberman dengan pengumpulan data,
reduksi data, data sajian, dan kesimpulan atau verifikasi. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan studi kasus untuk menjelaskan peran pemimpin
kelompok tani di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakefektifan kinerja Pemimpin Gapoktan
Kelurahan Karangrejo karena jabatan yang di pegang tidak dapat dilakukan secara
terpisah untuk kelompok tani bawah naungan Gapoktan Kelurahan di Kelurahan
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Kata Kunci: Organisasi, Pemimpin, Peran

THE ROLE OF THE JOINT LEADER OF FARMER GROUPS IN THE


KARANGREJO SUB-DISTRICT, SUMBERSARI DISTRICT, JEMBER REGENCY

ABSTRACT

Agriculture is a sector that supports Indonesian's economy. The study aims


to determine the leader role of a farmer group in Karangrejo Village, Sumbersari
Subdistrict, Jember Regency. The data collection method in this study uses primary
and secondary data. The data analysis method in this study uses the Miles and
Huberman analysis model with data collection, data reduction, data display, and
conclusions or verification. Data collection was carried out using a case study to
explain the leader role of a farmer group in the Karangrejo Village, Sumbersari
Subdistrict, Jember Regency. The results show that the ineffectiveness of the
performance of the head of the Karangrejo Village Gapoktan because the position
held could not be done separately for a group of farmers under the auspices of the
Gapoktan in Karangrejo Village, Sumbersari Subdistrict, Jember Regency.
Keyword: Organization, Leader, Character

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 40

PENDAHULUAN arah pembangunan pertanian


berkelanjutan. Pembangunan
Pertanian adalah sektor yang
pertanian berkelanjutan menitik
menjadi penopang kehidupan suatu
beratkan pada pembangunan kualitas
negara, terutama Indonesia. Sektor
pelaku, usaha, dan lingkungan atau
pertanian dapat menjadi penentu
ekologi. Faktor penentu terciptanya
pertumbuhan ekonomi negara, oleh
pembangunan pertanian adalah
karenanya pembangunan pada sektor
sumber daya manusia itu sendiri.
pertanian dianggap paling penting.
Semua hal terkait dengan perilaku,
Pertanian yang tidak baik, tentu akan
sikap, dan kebiasaaan manusia tentu
berdampak pada ekonomi suatu
akan berdampak pada pertanian
negara yang tidak stabil. Sektor
jangka panjang. Pertanian akan lebih
pertanian dianggap paling strategis di
baik ketika kualitas sumber daya
Indonesia karena mayoritas
manusianya baik. Faktor pendukung
masyarakat pedesaan Indonesia masih
pembangunan pertanian adalah
bermata pencaharian sebagai petani
sumber daya alam dan dukungan
ataupun pekerjaan lain yang
sosial kemasyarakatan yang dalam hal
berhubungan dengan bidang
ini berbentuk dukungan kelompok
pertanian, dalam hal ini peranan
maupun organisasi-organisasi
sektor pertanian selain sebagai
pertanian (Fadlina et al., 2013).
penyedia akan kebutuhan bahan
Sebuah organisasi pertanian
pangan juga sebagai pembuka
dapat terbentuk melalui pola pikir
lapangan pekerjaan, sumber devisa
setiap individu dengan individu
negara, meningkatkan kesejahteraan
lainnya yang sama terkait pertanian.
masyarakat. Sasaran yang paling
Organisasi pertanian sangat
utama dalam pembangunan pertanian
diperlukan oleh masyarakat petani
adalah terciptanya sektor pertanian
untuk meningkatkan wawasan petani,
yang maju serta para pelaku
sebagai sumber informasi terkait
usahatani mencapai
harga pasar dan usahatani, sarana
kesejahteraannya. Pembangunan
tukar pikiran antar petani apabila
dalam bidang pertanian bertujuan
terdapat suatu permasalahan pada
untuk meningkatkan hasil produksi
usahataninya, atau bahkan menjadi
pertanian dengan adanya peningkatan
sarana penyaluran hak-hak petani
produksi secara kualitas maupun
dari pemerintah. Proses pembentukan
kuantitas yang pada akhirnya akan
suatu organisasi pertanian
meningkatkan pendapatan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diperoleh petani (Ramdhani et al.,
diantaranya pendorong, pembentuk
2015).
serta penghambat yang dapat
Pembangunan pertanian harus
menciptakan, mempengaruhi dan
gencar dilakukan oleh pemerintah.
menghalangi keberlangsungannya.
Pembangunan pertanian penting
Faktor yang mempengaruhi
dilakukan karena pertanian
pembentukan suatu organisasi
merupakan sektor yang memiliki
pertanian yakni, faktor pembentuk
peranan besar dalam mewujudkan
yang terdiri dari motivasi, solidaritas,
ketahanan nasional. Pembangunan
rasa ingin tau dan minat, faktor
pertanian dalam hal ini menuju ke
pendorong pemerintah, keluarga, dan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 41

usahatani, sedangkan faktor memegang satu kuasa, sehingga


penghambat yaitu ekonomi, sosial dan dalam suatu pengambilan keputusan
keuangan (Abin et al., 2017). dalam suatu organisasi tidak akan
Gabungan kelompok tani dipengaruhi keberpihakan atau
merupakan suatu bentuk organisasi di pengambilan keputusan dapat
bidang pertanian yang beranggotakan dilakukan secara obyektif. Struktur
dua atau lebih kelompok tani. organisasi gabungan kelompok tani
Gabungan kelompok tani akan yang baik dan sesuai akan membantu
berjalan dengan baik apabila sumber mempercepat dalam dalam upaya
daya alam dan sumber daya pengembangan sektor pertanian di
manusianya juga baik dan setiap kabupaten, kecamatan maupun
berkualitas. Hal ini dikarenankan desa. Struktur organisasi juga akan
sumber daya memiliki pengaruh mempermudah petani dalam
positif dan signifikan terhadap mendapatkan lebih banyak informasi
keberdayaan anggota Gapoktan. yang berhubungan dengan harga,
Sumber daya manusia yang berkaitan bantuan pemerintah seperti dana
dengan pengetahuan dan bantuan, bantuan peralatan hingga
keterampilan petani, serta peluang pelatihan serta pendampingan
dalam mengelola usahataninya. Petani (Santosa et al., 2017).
yang memiliki sumber daya alam yang Salah satu kelurahan yang
memadai namun dalam pengetahuan memiliki permasalahan terhadap
dan keterampilan atau akses terhadap struktur Gapoktan adalah Kelurahan
informasi yang di miliki masih minim, Karangrejo. Beberapa bagian dalam
dan tidak memiliki peluang untuk kepemimpinan organisasi pertanian
mengembangkan usaha pertaniannya, yakni Gapoktan di Kelurahan
maka keberdayaan akan anggotanya Karangrejo hanya dikuasai oleh
rendah (Oktiwanti, 2016). beberapa orang saja. Pemimpin
Struktur Gabungan Kelompok Gapoktan di Kelurahan Karangrejo
Tani atau Gapoktan yang merupakan juga membawahi organisasi-
organisasi pertanian di tingkat desa organisasi pertanian maupun non
atau kelurahan harus jelas. Gapoktan pertanain lainnya. Kelurahan
yang terstruktur akan berpengaruh Karangrejo merupakan salah satu
positif terhadap kondisi kelompok tani kelurahan yang memiliki jumlah
beserta anggotanya. Organisasi di penduduk yang cukup besar namun
sektor pertanian yang berhubungan jumlah petani yang memiliki lahan
dengan Gapoktan secara struktur atau sawah pribadi yang sangat
vertikal antara lain pembentukan kurang. Hal ini salah satunya
kelompok tani di tingkat dusun atau disebabkan oleh ketidakinginan
desa, gapoktan pada tingkat desa atau masyarakat untuk berusahatani.
kecamatan dan Asosiasi Komoditas Ketidakinginan masyarakat untuk
Pertanian pada tingkat kabupaten berusahatani dikarenakan jumlah
atau provinsi. Struktur yang baik ini lahan yang dimiliki kecil sehingga
dalam arti pemegang kekuasaan suatu masyarakat berfikir lebih baik dijual
organisasi atau orang-orang yang kepada developer perumahan.
berpengaruh dalam organisasi Masalah ketidakinginan petani untuk
pertanian secara vertikal merupakan berusahatani berakibat terhadap
orang orang yang berbeda atau hanya kurangnya sumber daya manusia

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 42

yang berorganisasi di Gapoktan Kabupaten Jember. Pertimbangan


sehingga satu orang pemimpin dapat pemilihan Kelurahan Karangrejo
menjabat di beberapa organisasi Kecamatan Sumbersari Kabupaten
pertanian maupun non pertanian. Jember karena Kelurahan Karangrejo
Pemimpin Gapoktan (Gabungan memiliki potensi yang cukup besar
Kelompok Tani) di Kelurahan pada subsektor tanaman pangan
Karangrejo yang juga menjabat yakni komoditas padi. Pemilihan
sebagai Ketua Kelompok Tani Sumber Kelurahan Karangrejo Kecamatan
Bringin 1, Ketua Rukun Warga, Sumbersari Kabupaten Jember juga
Distributor Saprodi Pertanian dan terkait adanya fenomena rendahnya
Perwakilan Kelurahan Karangrejo jumlah petani anggota suatu
untuk program Kotaku menyadari organisasi pertanian seperti kelompok
bahwa selain menjadi pemimpin di tani maupun gabungan kelompok
Gapoktan, beliau juga menjadi tani, sehingga seseorang dapat
pemimpin atau ketua kelompok tani di memegang peranan lebih dari satu
dusun, dan bahkan juga menjadi untuk setiap organisasi.
pemimpin di organisasi lainnya. Ketua Penelitian ini dilakukan dengan
Gapoktan juga menyadari bahwa metode deskriptif kualitatif melalui
Gapoktan hanya dikuasai beberapa pendekatan studi kasus atau case
orang yakni ketua-ketua kelompok study. Menurut Suryana (2010),
tani di beberapa dusun, namun hal ini penelitian deskriptif kualitatif
disebabkan masyarakat yang merupakan metode penelitian yang
berprofesi sebagai petani di Kelurahan menggambarkan sekaligus
Karangrejo semakin berkurang. menginterpretasi objek sesuai dengan
Gapoktan yang seharusnya adalah apa yang ada yakni dengan membuat
sarana petani untuk berorganisasi deskripsi secara sistematis, faktual
menjadi kurang berfungsi karena dan akurat mengenai fakta-fakta, dan
kurangnya petani yang berusahatani. sifat-sifat populasi daerah tertentu.
Hal ini menyebabkan adanya Pendekatan studi kasus yakni
fenomena satu orang menjabat di serangkaian kegiatan ilmiah yang
beberapa organisasi yang berbeda. dilakukan secara intensif, sistematik
Berdasarkan latar belakang yang ada, atau terperinci dan mendalam tentang
maka peneliti tertarik untuk mengkaji suatu program, peristiwa, dan
lebih lanjut mengenai peran dari aktivitas yang sederhana maupun
pimpinan gabungan kelompok tani di kompleks baik pada tingkat individu
Kelurahan Karangrejo Kecamatan atau kelompok untuk memperoleh
Sumbersari Kabupaten Jember. pengetahuan mendalam tentang
peristiwa tersebut. Peniliti berhak
METODE PENELITIAN memilih kasus atau peristiwa yang
benar-benar spesifik atau unik
Daerah penelitian ditentukan
(Rahardjo, 2017).
dengan menggunakan purposive
Penelitian kualitatif dengan
method yaitu metode yang digunakan
pendekatan studi kasus adalah
untuk memilih daerah penelitian
penelitian yang berusaha
secara sengaja. Daerah penelitian
menggambarkan suatu objek atau
yang dipilih adalah Kelurahan
peristiwa yang spesifik atau unik
Karangrejo Kecamatan Sumbersari
dengan deskripsi secara sistematis,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 43

faktual dan berdasarkan sifat-sifat lebih pada kekuatan informasi,


tertentu. Penelitian deskriptif kredibilitas dan kekuatan dan
kualitatif melalui pendekatan studi kekayaan informasi yang dimiliki oleh
kasus adalah penelitian yang tidak informan. Sampel yang berjumlah
melakukan kontrol dan manipulasi besar tidak memiliki arti jika infoman
variabel penelitian. Tujuan metode yang ada tidak kredibel (Raco, 2010).
deskriptif kualitatif dengan Metode purposive sampling
pendekatan studi kasus yaitu merupakan metode yang digunakan
menghasilkan data berupa ucapan sebagai pedoman dalam menentukan
atau tulisan dan perilaku orang yang informan kunci atau key informan.
diamati. Metode deskriptif kualitatif Informan kunci merupakan seseorang
dengan pendekatan studi kasus yang dianggap mampu memberikan
digunakan untuk menggambarkan informasi pokok terkait penelitian,
dan menjelaskan peran pemimpin karena orang tersebut secara langsung
gabungan kelompok tani terhadap terlibat dalam suatu fenomena sosial.
kesejahteraan petani di Kelurahan Informan lain yang juga penting bagi
Karangrejo Kecamatan Sumbersari penelitian adalah informan
Kabupaten Jember. Keadaan tersebut pendukung, yakni seseorang yang
lalu diuraikan secara mendalam guna dapat memberikan informasi-
mendapatkan penelitian yang akurat informasi tambahan yang diperlukan
dan spesifik berupa data-data untuk melengkapi data-data
deskriptif sehingga keadaan yang ada penelitian, namun orang tersebut
jelas dan rinci. tidak terlibat langsung pada fenomena
Metode penentuan sosial yang dijadikan objek penelitian.
informan yang digunakan dalam Kriteria dari informan kunci yang
penelitian ini adalah menggunakan dianggap dapat memberikan informasi
metode purposive sampling. Metode yang paling sesuai dengan penelitian
purposive sampling adalah suatu terkait peran pemimpin gabungan
metode penentuan teknik kelompok tani di Kelurahan
pengambilan sampel yang dilakukan Karangrejo Kecamatan Sumbersari
dengan pertimbangan-pertimbangan Kabupaten Jember yaitu:
tertentu yang sesuai dengan tujuan 1. Subjek memiliki informasi yang
penelitian. Sumber data pada dibutuhkan dalam penelitian
penelitian kualitatif akan diperoleh 2. Subjek memiliki kemampuan,
dari informan kunci yang sengaja kompetensi, kapabilitas, serta
dipilih agar sesuai dengan kriteria paham atau mengerti untuk
penelitian. Metode pengambilan menceritakan pengalamannya
sampel dengan purposif ini berdasar terkait dengan penelitian
pada kriteria-kriteria yang telah 3. Subjek benar-benar terlibat dan
ditentukan oleh peneliti sebelumnya mengalaminya secara langsung
dan telah disesuaikan dengan tujuan terkait masalah, peristiwa, atau
dan kebutuhan penelitian. Seseorang fenomena sosial tersebut
yang mengetahui informasi-informasi 4. Subjek bersedia menyediakan
tertentu terkait masalah penelitian waktunya untuk diwawancarai
disebut informan. Sampel yang 5. Subjek yang bersedia
digunakan dalam penelitian kualitatif diwawancarai harus tidak berada
tidak terpaku pada jumlah, namun di bawah tekanan, atau benar-

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 44

benar rela dan sadar akan peneliti langsung berhubungan


keterlibatannya dengan informan melalui sesi tanya
6. Subjek diyakini jawab. Wawancara pada penelitian ini
keindependentnannya dan dilakukan dengan secara mendalam
kepercayaannya atau memiliki (indepth interview). Wawancara
kredibilitas dalam memberikan mendalam akan menghasilkan data
informasi yang berkaitan dengan yang tidak terdapat pada penelitian
penelitian terkait efektivitas peran lainnya. Metode wawancara ini
pemimpin gabungan kelompok tani digunakan untuk mengumpulkan
di Kelurahan Karangrejo data primer. Data primer yang
Kecamatan Sumbersari Kabupaten didapatkan dari metode wawancara
Jember (Raco, 2010). adalah data terkait peran pemimpin
Informan kunci yang dipilih gabungan kelompok tani di Kelurahan
berdasarkan kriteria yang telah Karangrejo Kecamatan Sumbersari
disebutkan yaitu Ketua Gabungan Kabupaten Jember. Kelebihan
Kelompok Tani (Gapoktan) Kelurahan wawancara adalah peneliti dapat
Karangrejo dan petani pemilik lahan di langsung mengamati mimik atau
Kelurahan Karangrejo. Informan kunci ekspresi informan ketika diberikan
dari pihak petani adalah Ibu Iis dan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
Bapak Fauzi. tersebut. Pertanyaan dan jawaban
Metode pengumpulan data pada wawancara sangat penting untuk
merupakan salah satu aspek penting menangkap peran pemimpin
yang tidak dapat dilupakan dalam gabungan kelompok tani. Informasi
mencapai keberhasilan suatu yang diperoleh dari teknik wawancara
penelitian. Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut.
dalam penelitian terkait peran a. Alasan petani yang berperan dalam
pemimpin kelompok tani pala di beberapa organisasi tani di
Kelurahan Karangrejo Kecamatan Kelurahan Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember adalah Sumbersari Kabupaten Jember
metode observasi, wawancara dan 2. Observasi
dokumentasi. Data yang diperoleh Observasi adalah metode
berupa data primer dan data pengumpulkan data langsung dari
sekunder. Data primer adalah data lapangan oleh peneliti dengan
yang diperoleh melalui teknik tertentu mengamati hingga menggambarkan
yang diambil oleh peneliti sendiri atau kondisi atau fenomena sosial yang
berdasarkan petunjuk informan yang diamati di suatu daerah tertentu.
terjaring atau diperoleh pertama sekali Tujuan penggunaan teknik observasi
dari suatu objek yang diamati atau adalah peneliti ingin mengetahui
informan kunci yang belum pernah secara langsung terkait data yang
diolah atau dipublikasikan. Data diperoleh sebelumnya melalui
sekunder adalah data yang didapat wawancara atau menyingkronkan
dari para informan yang data wawancara dengan observasi.
berkepentingan dan pelaku utama Pengumpulan data dengan metode
(Dogopia, 2017). observasi dibedakan menjadi dua
1. Wawancara berdasarkan keterlibatan pengamat
Wawancara merupakan suatu yaitu participant observer dan non-
metode pengumpulan data dimana participant observer. Observasi yang

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 45

dilakukan terkait peran pemimpin Kelurahan Karangrejo Kecamatan


gabungan kelompok tani yang Sumbersari Kabupaten Jember yang
memiliki jabatan di beberapa melengkapi data primer. Data yang
organisasi yang berbeda adalah diperoleh berbentuk tulisan atau
menggunakan teknik observasi non narasi, surat-surat, catatan harian,
partisipasif atau pengamat tidak laporan, atau berbentuk gambar,
mengikuti kegiatan atau proses yang bagan ataupun tabel yang berkaitan
sedang diamati secara langsung. dengan penelitian dan dianggap perlu
Teknik ini dilakukan dengan diawali untuk diketahui serta dapat
pernyataan peneliti kepada informan membantu penganalisisan fokus
bahwa peneliti sedang melakukan permasalahan penelitian yang
penelitian, kemudian peneliti dihadapi (Dogopia, 2017). Data yang
mengamati bagaimana petani dan diperoleh dengan menggunakan
pedagang bersikap terhadap kebijakan metode dokumentasi adalah sebagai
pemberdayaan. Informasi yang berikut.
diperoleh dari teknik observasi adalah a. Data jumlah anggota gabungan
sebagai berikut. kelompok tani yang ada di
a. Gambaran umum gabungan Kelurahan Karangrejo Kecamatan
kelompok tani di Kelurahan Sumbersari Kabupaten Jember
Karangrejo Kecamatan Sumbersari b. Foto atau gambar terkait kegiatan
Kabupaten Jember yang dilakukan oleh gabungan
b. Perilaku pemimpin gabungan kelompok tani di Kelurahan
kelompok tani di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
Kabupaten Jember c. Profil kegiatan yang dilakukan oleh
3. Dokumentasi gabungan kelompok tani di
Studi dokumentasi merupakan Kelurahan Karangrejo Kecamatan
suatu usaha atau studi terkait Sumbersari Kabupaten Jember
penelaahan terhadap beberapa d. Laporan kegiatan yang dilakukan
dokumen (barang-barang tertulis) oleh gabungan kelompok tani di
atau arsip. Studi dokumentasi Kelurahan Karangrejo Kecamatan
merupakan pelengkap hasil dari Sumbersari Kabupaten Jember
metode wawancara dan observasi Menurut Suryana (2010),
dalam penelitian kualitatif. Metode analisis data merupakan suatu
dokumentasi merupakan suatu kebijakan atau proses memfokuskan,
metode yang dilakukan dengan cara menghubungkan, mengabstraksikan,
mencari, mengumpulkan, membaca, mengorganisasikan hingga
dan mempelajari buku-buku, tulisan menguraikan suatu data atau objek
ilmiah, peraturan perundang- yang telah diperoleh dan dikumpulkan
undangan, data-data yang diperoleh yang kemudian dicermati sampai
dari dokumen resmi maupun sumber- didapatkan jawaban dan suatu
sumber lainnya bersifat tercatat. Jenis interpretasi dari data tersebut.
data yang diperoleh melalui metode Analisis data dilakukan untuk
dokumentasi adalah data sekunder. menguraikan suatu permasalahan
Data pada metode dokumentasi dapat yang ada di Kelurahan Karangrejo
diperoleh dari instansi pemerintah Kecamatan Sumbersari Kabupaten
seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Jember terkait peran pemimpin

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 46

gabungan kelompok tani. Teknik pengumpulan data, reduksi data,


analisis yang digunakan adalah model sajian data, dan penarikan
analisis interaktif. Model analisis kesimpulan atau verifikasi. Berikut
interaktif ini merupakan model yang adalah bagan proses interaksi
dikemukakan oleh Miles dan keempat komponen analisis data
Huberman yang terdapat empat model Miles dan Huberman (Subandi,
komponen yang terdiri dari 2011).

Data Data Display


Collection

Data
Conclusion:
Reduction
Drawing/Verifying

Gambar 1. Proses Analisis Model Miles dan Huberman


Sumber: data primer (diolah), 2011

1. Pengumpulan Data (Data mengumpulkannya kembali.


Collection) Tahap pengumpulan data yang
Pengumpulan data adalah proses dilakukan dalam penelitian ini
pencarian informasi terkait data- menggunakan teknik wawancara,
data yang dibutuhkan oleh peneliti observasi, dan dokumentasi terkait
yang berhubungan dengan peran pemimpin gabungan
penelitian tujuan penelitian. kelompok tani di Kelurahan
Tujuan dari pengumpulan data Karangrejo Kecamatan Sumbersari
yakni untuk mendapatkan data- Kabupaten Jember. Data yang
data yang sesuai dengan fakta atau digunakan pada rumusan masalah
valid sehingga hasil dan adalah data terkait peran
kesimpulan diakui kebenarannya. pemimpin gabungan kelompok tani
Proses pengumpulan data harus di Kelurahan Karangrejo
dilakukan secara sistematis atau Kecamatan Sumbersari Kabupaten
runtut, karena apabila tidak runtut Jember.
kemungkinan besar hasil yang 2. Reduksi Data (Data Reduction)
didapatkan tidak sesuai. Reduksi data merupakan kegiatan
Pengumpulan data dilakukan pada memfokuskan, mempertegas,
tahap pertama kemudian data yang membuang hal-hal yang dianggap
tidak sesuai di reduksi, sedangkan tidak penting bagi suatu penelitian
data yang telah sesuai disajikan. hingga diperoleh pokok temuan
Pengumpulan data juga akan atau informasi yang bermakna.
dilakukan kembali apabila pada Reduksi data penting dilakukan
tahap verifikasi atau kesimpulan agar data yang diperoleh fokus
awal, data yang didapatkan kurang kepada inti penelitian yakni terkait
sesuai, sehingga peneliti harus peran pemimpin gabungan
mencari data kembali dan kelompok tani. Penelitian fokus

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 47

dan tidak melebar ke fenomena- mengambil inti dari keseluruhan


fenomena lainnya. Langkah- sajian data. Kesimpulan yang
langkah dalam mereduksi data diambil masih harus dibuktikan
adalah memilih terlebih dahulu keakuratan dan kebenarannya.
data-data yang berkaitan dengan Kesimpulan ini berupa inti dari
peran pemimpin gabungan keseluruhan jawaban dari
kelompok tani di Kelurahan rumusan masalah peran pemimpin
Karangrejo Kecamatan Sumbersari gabungan kelompok tani di
Kabupaten Jember, apabila Kelurahan Karangrejo Kecamatan
ditemukan data yang tidak penting Sumbersari Kabupaten Jember.
dan tidak berhubungan dengan Kesimpulan awal ini masih bersifat
rumusan masalah, maka peneliti sementara dan apabila ditemukan
dapat membuang atau mereduksi bukti-bukti lain yang kuat dalam
data tersebut. Reduksi data mempengaruhi kesimpulan awal
dilakukan setelah data berbeda dari kesimpulan awal,
dikumpulkan, kemudian data maka kesimpulan yang akan
tersebut disajikan atau dapat diambil dapat berubah. Bukti yang
ditarik kesimpulan awal berbeda dari kesimpulan awal
(verifikasi), namun data yang harus dicari kembali kebenarannya
masih belum sesuai harus kembali dan harus dikumpulkan kembali
direduksi lagi agar lebih spesifik. datanya agar didapatkan data yang
3. Sajian Data (Data Display) lebih akurat.
Sajian data adalah kegiatan Uji keabsahan merupakan
menyajikan atau menampilkan suatu pengujian atau pengecekan data
data yang diperoleh, disusun yang telah diperoleh dari suatu
kembali dengan baik dan jelas penelitian. Uji keabsahan dalam
dalam bentuk tertentu seperti penelitian terkait peran pemimpin
narasi, tabel, dan lain-lain agar gabungan kelompok tani di Kelurahan
mudah dimengerti dan dipahami. Karangrejo Kecamatan Sumbersari
Data yang telah disajikan dapat Kabupaten Jember ini bertujuan
langsung diverifikasi atau ditarik untuk jaminan apabila harus
kesimpulan awal, namun ada juga dipertanggung jawabkan dikemudian
data yang belum pantas disajikan, hari dan menjadi bukti bahwa data-
sehingga harus dilakukan reduksi data yang diperoleh benar. Uji
data kembali. Sajian data dapat keabsahan dalam suatu penelitian
berupa bagan atau skema atau sangat berhubungan dengan validitas,
narasi terkait rumusan masalah realibilitas, dan obyektivitas.
peran pemimpin gabungan Penelitian kualitatif lebih menekankan
kelompok tani di Kelurahan pada aspek validitasnya, kevalidan
Karangrejo Kecamatan Sumbersari data yang diuji dalam penelitian
Kabupaten Jember. Sajian data kulaitatif adalah yang utama. Data
penting untuk mempermudah dinyatakan valid apabila tidak ada
dalam penarikan kesimpulan. perbedaan antara yang dilaporkan
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion peneliti dengan apa yang
Drawing) sesungguhnya terjadi pada suatu
Penarikan kesimpulan adalah objek yang diteliti.
kegiatan menetapkan atau

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 48

Uji keabsahan data dalam informasi yang diperoleh melalui


penelitian kualitatif menggunakan uji beberapa sumber. Penelitian terkait
validitas internal atau kredibilitas. Uji peran pemimpin gabungan kelompok
validitas internal atau kredibilitas atau tani di Kelurahan Karangrejo
kepercayaan terhadap data hasil Kecamatan Sumbersari Kabupaten
penelitian kualitatif dilakukan dengan Jember terdapat tiga sumber yakni,
perpanjangan pengamatan, petani yang menjadi anggota
pengingkatan ketekunan, trianggulasi, gabungan kelompok tani, petani yang
diskusi dengan teman sejawat, tidak menjadi anggota gabungan
analisis kasus negatif dan member- kelompok tani dan pemimpin
check. Validitas data yang dijamin gabungan kelompok tani itu sendiri.
dalam penelitian kualitatif Ketiga sumber tersebut dikumpulkan
menggunakan teknik trianggulasi. datanya dan dibandingkan
Trianggulasi adalah teknik kebenarannya dengan pengujian dari
pemeriksaaan keabsahan data dengan petani yang menjadi anggota
memanfaatkan sumber yang lain di gabungan kelompok tani ke petani
luar data tersebut dengan berbagai yang tidak menjadi anggota gabungan
cara dan waktu, untuk keperluan kelompok tani atau sebaliknya, dari
pengecekan atau sebagai pembanding petani yang menjadi anggota
terhadap data sehingga data tersebut gabungan kelompok tani ke pemimpin
dipastikan kebenarannya. gabungan kelompok tani atau
Pengujian validitas data sebaliknya, maupun dari pemimpin
menggunakan teknik trianggulasi gabungan kelompok tani ke petani
sumber, yang dalam penelitian ini yang tidak menjadi anggota gabungan
dilakukan dengan cara kelompok tani atau sebaliknya.
membandingkan dan mengecek Berikut adalah skema dari
kembali derajat kepercayaan suatu trianggulasi sumber.

Pemimpin Gapoktan

Petani Anggota Petani Bukan Anggota

Gambar 2. Triangulasi Sumber


Sumber: data primer (diolah), 2018

Pengujian validitas data terdapat tiga teknik pengumpulan


menggunakan trianggulasi teknik data yang berbeda yakni, wawancara,
yakni dalam penelitian ini mengecek observasi dan dokumentasi. Ketiga
dan membandingkan data dengan teknik tersebut menghasilkan data
menggunakan berbagai teknik yang hasil wawancara, data hasil
berbeda. Penelitian terkait peran pengamatan atau observasi dan data
pemimpin gabungan kelompok tani di hasil studi dokumentasi. Data-data
Kelurahan Karangrejo Kecamatan tersebut kemudian dibandingkan satu
Sumbersari Kabupaten Jember dengan lainnya untuk melihat

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 49

kebenarannya melalui trianggulasi


teknik pengumpulan data. Berikut
adalah skema trianggulasi teknik
pengumpulan data (Sugiyono, 2014).

Wawancara

Observasi Wawancara

Gambar 3. Triangulasi Teknik


Sumber: data primer (diolah), 2014

1. Pemimpin adalah seseorang yang pemimpin Gabungan Kelompok


memiliki kekuasaan tertinggi dan Tani di Kelurahan Karangrejo
memiliki hak untuk mengambil Kecamatan Sumbersari Kabupaten
keputusan dari organisasi Jember.
pertanian Gabungan Kelompok 6. Tingkat pendidikan adalah
Tani yang di Kelurahan Karangrejo indikator dalam menganalisis
Kecamatan Sumbersari Kabupaten peran pemimpin yang merupakan
Jember. pendidikan terakhir yang dicapai
2. Petani adalah seseorang yang oleh pemimpin gabungan
melakukan suatu usaha untuk kelompok tani di Kelurahan
memenuhi kebutuhan hidupnya di Karangrejo Kecamatan Sumbersari
bidang pertanian di Kelurahan Kabupaten Jember
Karangrejo Kecamatan Sumbersari 7. Keterampilan adalah kemampuan
Kabupaten Jember. dari pemimpin gabungan kelompok
3. Struktur organisasi adalah tani di Kelurahan Karangrejo
pengaturan atau penyusunan Kecamatan Sumbersari Kabupaten
individu-individu yang berperan Jember untuk mengelola hingga
dalam organisasi pertanian seperti menyelesaikan tugas dalam
gabungan kelompok tani di organisasi dengan baik
Kelurahan Karangrejo Kecamatan 8. Penelitian kualitatif adalah suatu
Sumbersari Kabupaten Jember penelitian yang berfokus pada
4. Peran adalah perilaku pimpinan pendeskripsian peran pemimpin
Gabungan Kelompok Tani yang Gabungan Kelompok Tani di
diharapkan oleh petani Kelurahan Kelurahan Karangrejo Kecamatan
Karangrejo Kecamatan Sumbersari Sumbersari Kabupaten Jember.
Kabupaten Jember dan penting 9. Studi kasus adalah serangkaian
untuk kelangsungan organisasi kegiatan ilmiah yang spesifik dan
sesuai dengan kedudukan mendalam terkait peran pemimpin
jabatannya sebagai pemimpin. Gabungan Kelompok Tani di
5. Indikator adalah sesuatu yang Kelurahan Karangrejo Kecamatan
menjadi alat untuk mengukur Sumbersari Kabupaten Jember
perubahan yang terjadi peran

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 50

10.Spesifik adalah terfokus atau Kecamatan Sumbersari Kabupaten


khusus yakni penelitian khusus Jember
terkait peran pemimpin gabungan 16.Display data merupakan penyajian
kelompok tani di Kelurahan data terkait dengan peran
Karangrejo Kecamatan Sumbersari pemimpin gabungan kelompok tani
Kabupaten Jember di Kelurahan Karangrejo
11.Purposive sampling adalah teknik Kecamatan Sumbersari Kabupaten
pengambilan sampel yang berasal Jember
dari pemimpin dan petani pada 17.Conclucion drawing adalah suatu
Gabungan Kelompok Tani di penarikan dari kesimpulan yang
Kelurahan Karangrejo Kecamatan berasal dari semua data yang
Sumbersari Kabupaten Jember sudah pasti digunakan terkait
dan dilakukan dengan cara sengaja dengan peran pemimpin gabungan
dan memiliki tujuan-tujuan kelompok tani di Kelurahan
tertentu yang ingin dicapai. Karangrejo Kecamatan Sumbersari
12.Informan adalah seseorang yang Kabupaten Jember
mewakili petani maupun pemimpin 18.Verifikasi data merupakan
yang dapat memberikan informasi pengecekan kesesuaian data ulang
lebih terkait peran pemimpin kepada informan yang terkait
Gabungan Kelompok Tani di dengan peran pemimpin gabungan
Kelurahan Karangrejo Kecamatan kelompok tani di Kelurahan
Sumbersari Kabupaten Jember Karangrejo Kecamatan Sumbersari
13.Analisis Miles dan Huberman Kabupaten Jember
adalah salah satu jenis analisis 19.Triangulasi adalah teknik
data yang dikemukakan oleh Miles pengumpulan data melalui
dan Huberman terkait penelitian penggabungan kegiatan
kualitatif yang digunakan untuk wawancara, observasi, dan
menganalisis data terkait peran dokumen terkait dengan peran
pemimpin Gabungan Kelompok pemimpin gabungan kelompok tani
Tani di Kelurahan Karangrejo di Kelurahan Karangrejo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember Jember
14.Data collection adalah
pengumpulan data yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk mengetahui
Seorang pemimpin sudah
peran pemimpin gabungan
seharusnya memiliki kewajiban untuk
kelompok tani di Kelurahan
bertanggung jawab atas suatu peran
Karangrejo Kecamatan Sumbersari
yang dijalankannya dalam suatu
Kabupaten Jember
organisasi. Seseorang yang
15.Data reduction adalah kegiatan
menjalankan perannya dengan baik
meringkas data yang diperoleh
akan memperbaiki kualitas dari
untuk memfokuskan peneliti
organisasi itu sendiri, dengan kata lain
memperoleh data yang
seseorang disarankan untuk fokus
bersangkutan dengan peran
dalam menjalankan suatu peran agar
pemimpin gabungan kelompok tani
organisasi berjalan secara efektif dan
di Kelurahan Karangrejo
efisien. Peran akan memberikan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 51

kekuasaan kepada seseorang, namun secara berkala tiap beberapa tahun


kekuasaan yang ada haruslah sekali, hal itu berguna untuk
digunakan sesuai dengan ketentuan- memupuk pengalaman kepada petani-
ketentuan yang ada dan tidak disalah petani lain agar dapat menjadi seorang
gunakan. petani yang mumpuni dan dapat
Peran Pemimpin Gapoktan yang berorganisasi, dengan begitu jabatan-
ada di Kelurahan Karangrejo jabatan penting pada kelompok tani
Kecamatan Sumbersari ini bermacam- serta Gabungan kelompok tani ini
macam. Banyaknya jabatan yang tidak hanya dijabat oleh 1 orang saja
dipegang oleh Pemimpin Gapoktan seperti Bapak Ahyar. Sebuah
Kelurahan Karangrejo yaitu Bapak kelompok tani yang selalu melakukan
Ahyar membuat kinerjanya menjadi pergantian pengurus dengan berganti
tidak efektif. Ketidakefektifan kinerja individu akan lebih sehat, hal itu
ketua Gapoktan karena beliau akan karena kelompok tani tersebut
cenderung untuk melakukan memiliki anggota yang berpengalaman
pembelaan terhadap kelompok tani dalam menjabat pengurus kelompok
nya sendiri yaitu kelompok tani tani bahkan ketua kelompok tani.
Sumber Bringin 1 dibandingkan Hubungan yang baik dalam sebuah
dengan kelompok tani lain yang ada di kelompok tani juga berdampak baik
bawah naungan Gapoktannya. pada organisasi yang dilakukannya.
Kecenderungan itu diakibatkan beliau Setiap individu yang ada di dalamnya
yaitu Bapak Ahyar juga merangkap mengerti peran serta tanggung jawab
jabatan sebagai ketua kelompok tani masing-masing dan meminimalisir
Sumber Bringin 1, sehingga apabila adanya rasa iri atau acuh terhadap
ada bantuan maupun program baru individu lainnya dalam sebuah
dari pemerintah maka program dan kelompok atau organisasi. Minimnya
bantuan tersebut akan cenderung konflik dalam sebuah kelompok atau
turun ke kelompok tani Sumber organisasi juga tidak lepas dari
Bringin 1. Informasi-informasi baru pengalaman yang mereka rasakan
terkait dengan pertanian juga tidak saat memegang tanggung jawab yang
akan tersebar merata, melainkan akan besar sebagai pengurus kelompok
lebih jelas kepada kelompok taninya. tani.
Masalah tersebut seharusnya Peran ketua Gapoktan yang
diperhatikan oleh pemerintah dimana tidak memiliki jabatan penting di
seorang ketua kelompok tani organisasi atau kelompok lain akan
seharusnya tidak memiliki jabatan lebih netral. Netral disini yaitu tidak
yang penting di kelompok lain, hal itu memihak terhadap kelompoknya
ditujukan agar penyebaran informasi, sendiri ataupun kelompok lain,
bantuan dan program dari pemerintah sehingga apabila ada program baru,
dapat dilakukan secara merata ke bantuan pemerintah dan informasi
seluru kelompok tani. Petani-petani akan dapat tersalurkan dengan baik
lain yang ada di Kelurahan Karangrejo ke tiap-tiap kelompok tani yang ada
Kecamatan Sumbersari ini juga harus dalam naungan Gabungan kelompok
mulai untuk belajar menjadi seorang tani. Setiap kelompok tani ini akan
ketua kelompok tani maupun mndapat porsi yang sama sehingga
Gapoktan. Ketua Gapoktan maupun tidak terjadi ketimpangan atau
kelompok tani juga harus diganti perbedaan penerimaan bantuan,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 52

informasi dan program dari Tanaman Jeruk di Kecamatan Dau


pemerintah. Peran ketua Gapoktan Kabupaten Malang. Jurnal Fakultas
yan netral dan berkinerja baik akan Pertanian, 5(2): 1-10.
dapat dicontoh dan diteladai oleh
Dogopia, Albertus. 2017. Peran
ketua-ketua Gapoktan lain
Pemerintah Daerah dalam
setelahnya, sehingga Gapoktan
Pemberdayaan Petani Pala di
maupun kelompok tani yang ada akan
Kabupaten Fakfak. Jurnal
dapat berkembang dengan baik.
Renaissance. 2(2): 194-208.
KESIMPULAN Fadlina, I.M., Supriyono B., dan
Soeaidy S. 2013. Perencanaan
Peran ketua Gapoktan ini
Pembangunan Pertanian
dijabat oleh Bapak Ahyar. Bapak
Berkelanjutan (Kajian tentang
ahyar juga menjabat sebagai ketua
Pengembangan Pertanian Organik di
Kelompok Tani Sumber Bringin 1,
Kota Batu). J-PAL, 4(1): 43-57.
sehingga penilaian beliau akan dapat
dianggap tidak netral. Penilaian yang Oktiwanti, Lesi. Faktor-Faktor Yang
tidak netral karena beliau nantinya Berpengaruh terhadap Keberdayaan
akan cenderung berpihak kepada Anggota Gabungan Kelompok Tani
kelompok taninya saja, sehingga pada Sekolah Lapang. Jurnal Ilmiah
program pemerintah, bantuan serta Visi Pptk Paudni, 11(1): 49-56.
informasi pertanian akan banyak
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian
diserap di 1 kelompok tani saja, tidak
Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
semua kelompok. Masalah tersebut
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo
harus diatasi dengan cara melakukan
pergantian pengurus kelompok tani Rahardjo, Mudjia. 2017. Studi Kasus
dan Gapoktan terutama ketua, dengan dalam Penelitian Kualitatif: Konsep
mengganntinya setiap beberapa dan Prosedurnya. Malang: Universitas
periode atau berkala. Pergantian Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
tersebut akan membuat petani lain Malang.
juga merasakan menjadi seorang
ketua dan pengurus kelompok Ramdhani, H., Nulhaqim S.A, dan
maupun Gapoktan, sehingga Fedryansah M. 2015. Peningkatan
diharapkan peran ganda pada Kesejahteraan Petani dengan
beberapa organisasi tidak terjadi, Penguatan Kelompok Tani. Prosiding
karena dengan begitu informasi, KS: Riset dan PKM, 2(3): 301-444.
bantuan dan program pemerintah Santosa, P.B., Roessali W., Fuadi A.,
dapat tersebar merata pada tiap-tiap dan Darwanto. 2017. Tata Kelola
kelompok tani yang berada di bawah Kelompok Tani sebagai Pendukung
naungan Gapoktan Kelurahan Pengembangan Sektor. Prosiding
Karangrejo Kecamatan Sumbersari. Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil
Penelitian dan Pengabdian
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat, 1(1): 693-698
Abin, S., Arvianti E.Y., dan Suwasono Subandi. 2011. Deskripsi Kualitatif
S. 2017. Faktor-faktor yang sebagai Satu Metode dalam Penelitian
Mempengaruhi Pembentukan
Kelompok Tani Berbasis Agribisnis

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 53

Pertunjukan. Harmonia, 11(2): 173-


179.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian


Kualitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian


Model Prakatis Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif (Buku Ajar
Perkuliahan). Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia Press.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p03
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

KONSTRUKSI SOSIAL REVOLUSI HIJAU DI ERA ORDE BARU


Wahyu Budi Nugroho
wahyubudinug@yahoo.com
Program Studi Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana

ABSTRAK

Tulisan ini berupaya mengkaji penerapan dan implikasi Revolusi Hijau di


tanah air melalui perspektif konstruksi sosial Mary E. Pettenger.Dalam analisisnya,
perspektif konstruksi sosial Pettenger melibatkan dimensi kekuasaan, pengetahuan,
norma sosial, serta wacana atau diskursus. Di Indonesia, Revolusi Hijau lebih
dikenal dengan sebutan “Panca Usaha Tani” yang beresensikan pada modernisasi
atau mekanisasi pertanian. Melalui kajian yang telah dilakukan, tampak jelas
jikarezim Orde Baru memanfaatkan sumberdaya kekuasaan, pengetahuan, norma
sosial, berikut wacana dalam usaha menggalakkan mekanisasi pertanian di tanah
air. Serangkaian dimensi tersebut terangkai menjadi sebentukkonstruksi sosial
yang berhasil menyembunyikan berbagai kepentingan terselubung di dalamnya,
antara lain; stabilitas sosial-politik nasional, legitimasi hutang pada pihak asing,
keberpihakan terhadap Blok Barat, serta upaya menjadikan Indonesia sebagai
lumbung padi negara-negara maju.
Kata kunci: Konstruksi Sosial, Revolusi Hijau, Orde Baru.

SOCIAL CONSTRUCTION OF GREEN REVOLUTION IN THE NEW ERA ORDE

ABSTRACT

This paper seeks to examine the application and implications of the Green
Revolution in the country through the perspective of social construction Mary E.
Pettenger. In her analysis, the perspective of Pettenger's social construction involves
the dimensions of power, knowledge, social norms, and discourse or discourse. In
Indonesia, the Green Revolution is better known as "Panca Usaha Tani" which is
sensitive to the modernization or mechanization of agriculture. Through the studies
that have been carried out, it is clear if the New Order regime uses resources of
power, knowledge, social norms, and discourse in an effort to promote the
mechanization of agriculture in the country. A series of dimensions are arranged into
a form of social construction that successfully hides various hidden interests in it,
among others; national socio-political stability, the legitimacy of debts on the part of
the parties, alignments with the West Bloc, and efforts to make Indonesia a rice barn
for developed countries.
Keywords: Social Construction, Green Revolution, New Order.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 55

PENDAHULUAN tersebut setidaknya tampak melalui


kejenuhan tanah akibat
“Feeding the world’s growing
“pemerkosaan” pupuk pabrik dalam2
population”, itulah optimisme yang
menghasilkan zat hara serta
hadir bersamaan diterapkannya
munculnya berbagai hama yang lebih
Revolusi Hijau di seantaro dunia pada
tangguh akibat mutasi yang terjadi
dekade 1960-an.Istilah Revolusi Hijau
dengan pestisida. Di satu sisi, terdapat
sendiri untuk pertama kalinya
pula backwash effect yang harus
diperkenalkan oleh William S. Gaud
dibayar mahal dalam aspek sosial-
pada tahun 1968—salah seorang staf
ekonomi, yakni ketergantungan
U.S. Agency for International
masyarakat petani terhadap berbagai
Development (USAID)—guna
komoditas industri pertanian.
merayakan keberhasilan rekayasa
Kiranya, berbagai persoalan di
varietas gandum dan beras yang
ataslah yang membuat penulis tertarik
disinyalir bakal menggelorakan
lebih jauh untuk membahasnya dalam
revolusi pemenuhan kebutuhan
pengkajian terkait, yakni
pangan seluruh umat manusia di
penelaahanterhadap berbagai bentuk
dunia (Hazell, 2003).
aplikasi dan implikasi dari Revolusi
Di Indonesia, konsep Revolusi
HijauIndonesia di kemudian hari.
Hijau yang utamanya dicirikan dengan
Adapun perspektif atau “pisau bedah
modernisasi pertanian atau
analisis” yang penulis gunakan dalam
penggunaan teknologi modern dalam
pengkajian terkait adalah “konstruksi
kegiatan bercocok tanam semisal
sosial”.
pupuk kimia dan pestisida,
faktualtelah berupaya diterapkan
Sekilas Revolusi Hijau
pemerintahan Soekarno melalui
“Rencana Kasimo”, namun Revolusi Hijau untuk pertama
terbatasnya anggaran negara kala itu kali tercetus di Meksiko ketika pakar
menyebabkan rencana tersebut gagal agronomi asal Amerika Serikat,
di tengah jalan. Pada Norman Borlaug, berupaya membawa
perkembangannya, konsep Revolusi konsep pertanian modern Amerika
Hijau barulah dapat Serikat ke Meksiko guna merubah
diimplementasikan secara optimal di konstelasi pangan dan pertanian di
era pemerintahan Soeharto (Orde negara tersebut: dari negara
Baru), yakni termanifestasikan pengimpor gandum, menjadi negara
melalui kian mantapnya program pengekspor gandum, setidaknyadalam
Bimas1 berikut semboyannya yang kurun waktudua dekade. Tak hanya
terkenal: “Panca Usaha Tani” (Both itu saja, melalui laboratoriumnya yang
dan McCawley, 1986: 31-32). bertempat di Meksiko dan pendanaan
Namun demikian, implementasi yang diperolehnya melalui Rockefeller
Revolusi Hijau di era Soeharto tak Foundation, Borlaug pun berhasil
sekadar menghasilkan efek tonik, menciptakan varietas barugandum
melainkan pula efek “toxic”. Hal dan beras. Setelahnya, Borlaug tak

1
Program Bimas atau “Bimbingan Massal” telah Pertanian Universitas Indonesia—kemudian berubah
ditemui semenjakera Soekarno, namun baru memiliki nama menjadi Institut Pertanian Bogor.
kelembagaan yang mantap di era Soeharto, yakni 2
Seperti urea, TS, ZA, NPK,Ponska dan lain
dengan partisipasi aktif para mahasiswa Fakultas sebagainya.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 56

sekadar mempromosikan varietas berkembang. Di Inggris, laju kenaikan


baru temuannya, melainkan pula hasil padi-padian hanya mencapai
mempromosikan idenya mengenai 0,2% per tahun, untuk Amerika
penggunaan pupukkimia dan skema Serikat laju kenaikan rata-rata hasil
irigasi modern. padi-padian sekedar mencapai 1,5%
Tak pelak, metode baru dalam per tahun, sedangkan di India laju
bercocok tanam yang pertumbuhan produktivitas pangan
diperkenalkannya mampu berkisar 1,6% per tahun. Di sisi lain,
melipatgandakan panen gandum di Uni Soviet, sebagai negara
Meksiko pada dekade 1960-an. Segera “superpower” kala itu—era Perang
setelahnya, metode Borlaugpun Dingin—kian memupuskan harapan
digunakan di Pakistan, Turki, terselamatkannya pangan dunia
Afghanistan dan berbagai negara akibat kegagalan besar panen yang
dunia lainnya. Guna menghargai dideritanya (Mubyarto, 1981: 1-4;
jasanya dalammemerangi kelaparan Brown, 1982: 41).
dunia, Borlaug pun diganjarhadiah
nobel perdamaian pada tahun 1970 Aplikasi dan Implikasi Revolusi
(Whaley, 2010: 44). Hijau di Indonesia
Di sisi lain, keberhasilan
Sebagaimana telah disinggung
Borlaug dinilai banyak kalangan telah
sebelumnya, penerapan Revolusi
menggugurkan tesis Thomas Robert
Hijau di era Orde Baru tampak melalui
Malthus yang menyatakan bahwa
digalakkannya program Bimas berikut
perkembangan penduduk sesuai
Panca Usaha Tani, yang antara lain
dengan deret ukur sedangkan
berisi: (1) Penggunaan bibit unggul; (2)
pertumbuhan persediaan pangan
Pemupukan; (3) Pemberantasan hama
sesuai dengan deret hitung. Namun
dan penyakit; (4) Pengairan; (5)
demikian, perlu diingat bahwa
Perbaikan dalam cara bercocok tanam.
Revolusi Hijau bukanlah sebentuk
Namun demikian, program yang
kemajuan IPTEK yang sama sekali
dipelopori para ilmuwan IPB berikut
bebaskepentingan, faktual istilah
memperoleh dukungan penuh
Revolusi Hijau kerap dilawankan
pemerintah tersebut dirasa cukup
dengan istilah “Revolusi Merah” di
kaku, kekakuan tersebut tampak
mana pada dekade 1950-an hingga
melalui keharusan petani untuk
1960-an hampir separuh dari rezim di
menanam tanaman sebagaimana
dunia mengatasnamakan diri berpijak
diinstruksikan pemerintah, program
di atas nilai-nilai marxisme (Wardaya,
Bimas jagung pada tahun 1971 di
2003: 3).
Yogyakarta menjadi salah satu
contohnya (Mubyarto, 1979: 193-194).
Sekilas Konstelasi Pangan Dunia
Tak hanya itu saja, bahkan mereka—
Pra-Revolusi Hijau
para petani—yang tanpa segan
Banyak pakar dunia sepakat menolak instruksi pemerintah, bakal
bahwa dekade 1950-1965 merupakan segera dilabelkan sebagai “PKI”
periode “kegagalan pertanian”. Hal (Fanslow, 2007: 35).
tersebut tampak lewat penurunan Berbagai bentuk “pemaksaan”
signifikan laju pertumbuhan pangan di atas agaknya dilatarbelakangi oleh
di negara-negara maju dan keyakinan Orde Baru bahwa

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 57

kepercayaan rakyat terhadap pengolahan padi meningkat sebesar


pemerintah berikut terciptanya 21%, yakni sedari 23.974 buah di
stabilitas sosial-politik nasional dapat tahun 1973, menjadi 28.952 buah di
diwujudkan dengan pemenuhan tahun 1974 (Mubyarto, 1979: 192-
kebutuhan panganrakyat (Revrisond 193).
Baswir, 2003: 54). Oleh karenanya, Sebagaimana kita ketahui,
pemerintah pun menggalakkan puncak dari berbagai capaian sukses
penggunaan berbagai teknologi pertanian Indonesia di atas adalah
pertanian modern guna mendongkrak terwujudnya swasembada beras pada
produktivitas pangan. Terkait hal tahun 1984-1986. Tercatat, antara
tersebut, Fanslow (2007) mengatakan, tahun 1980-1986 laju peningkatan
“People who had relied on traditional produksi beras Indonesia rata-rata
belief systems and local knowledge to mencapai 7,1% per tahun. Namun
direct their crop management were demikian, laju peningkatan tersebut
thrust into the modern world. ”[Orang- tak berlangsung lama, pasca tahun
orang (para petani) yang 1986 produksi beras berangsur-
telahmengandalkan sistem angsur turun, danpadaakhir tahun
kepercayaan tradisional dan 1988 pemerintah harus dihadapkan
pengetahuan lokal dalam mengelola pada pilihan sulit untukmelakukan
pertanian mereka, didorong untuk impor beras dalam rangka memenuhi
menggunakan metode pertanian dunia kebutuhan pangan domestik (Booth,
modern.] ”. 1992: 172).
Harus diakui memang, Di satu sisi, perihal lain yang
penerapan Panca Usaha Tani mampu patut menjadi perhatian dalam
meningkatan hampir seluruh penerapan Revolusi Hijau di Indonesia
produktivitas subsektor dalam sektor adalah berbagai implikasi yang hadir
pertanian. Tercatat, komoditas kapas kemudian akibat digunakannya
mengalami laju peningkatan produksi teknologi pertanian modern terutama
hingga 126% pada tahun 1974, pupuk kimia (pabrik) dan pestisida.
komoditas beras sebesar6%, Goeswono Soepardi (2000)
sedangkan palawija dan tanaman mengatakan bahwa penggunaan
holtikultura masing-masing pupuk pabrik untuk merangsang
mengalami laju peningkatan sebesar lahan dalam menghasilkan zat hara
15%. Bersamaan dengannya, secara terus-menerus mengakibatkan
penggunaan pupuk kimia, pestisida, terjadinya “kejenuhan lahan”. Hal
berikut alat-alat pengolahan padi pun tersebut kemudian berdampakpada
mengalami laju peningkatan tak optimalnya kemampuanlahan
signifikan. Pada tahun 1974, dalam menghasilkan tanaman
penggunaan pupuk kimia mengalami pangan. Begitu pula, penggunaan
peningkatan sebesar 3% (339 ribu pestisida dalam pemberantasan hama
ton), sedangkan penggunaan pestisida faktual justru mengakibatkan
dengan jenis “insektisida” dan munculnya berbagai hama yang kian
“rodentisida” masing-masing tangguh akibat mutasi yang terjadi
mengalami peningkatan sebesar 7% dengan senyawa kimia. Itulah
dan 119% dibandingkan tahun mengapa, tegas Soepardi, pada Dies
1972.Begitu pula, dalam periode Natalis IPB ke-37 tahun 2000, para
1973-1974, penggunaan alat petani menuntut pertanggungjawaban

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 58

para intelektual IPB mengingat membangun wastewater garden


Revolusi Hijau yang dulu mereka ‘taman air limbah’ guna melakukan
gaungkan justru menyengsarakan penyulingan air yang tercemar
nasib mereka saat ini. sehingga nantinya dapat
Fanslow (2007) dalam dimanfaatkan dalam aktivitas
penelitiannya di Kota Batu, Malang- keseharian masyarakat Kota Batu
Jawa Timur, mengatakan bahwa (Fanslow, 2007: 36).
Revolusi Hijau memang memberikan Terkait penggunaan pestisida,
kelimpah ruahan beras bagi bangsa di samping menyebabkan munculnya
Indonesia, tetapi juga membawa beragam hama yang kian tangguh,
permasalahan sosial dan ekologi di faktual turut membunuh berbagai
mana hampir empat dekade serangga atau hewan yang
setelahnya tetap mempengaruhi dibutuhkan dalam pertanian, semisal
kehidupan masyarakat—dan hingga cacing untuk menggemburkan tanah.
kini belum ditemui solusi atasnya. Namun demikian, perihal yang lebih
Menurut Fanslow, kasus pencemaran urgen lagi adalah, rusaknya rantai
akibat pupuk pabrik dan pestisidadi makanan alam akibat turut
Kota Batu dapat menggambarkan terbunuhnya hewan predator sehingga
banyak kasus serupa yang terjadipada memungkinkan terjadinya serangan
berbagaidaerah pedesaan lainnya di hama berikut gagal panen yang lebih
Pulau Jawa. Dalam penelitiannya, besar ketimbang sebelumnya
Fanslow menemukan bahwa (Fanslow, 2007: 37).
berkurangnya produktivitas lahan
pertanian secara drastis di Kota Batu Aplikasi dan Implikasi Revolusi
disebabkan oleh residu pupuk kimia Hijau di Indonesia dalam Perspektif
dan pestisida yang mencemari air Konstruksi Sosial
permukaan. Tak pelak, defertilisasi
lahan yang terjadi menyebabkan Sekilas Konstruksi Sosial
banyak masyarakat Kota Batu Menurut Mary E. Pettenger
kiniberalih profesi pada industri (2007), perspektif konstruksi sosial
rumah tangga semisal besi dan baja— memiliki dua elemen utama, yakni
aktivitas ekonomi yang justru kian power ‘kekuatan’ dan knowledge
“memperkeruh” tingkat pencemaran ‘pengetahuan’. Asumsi yang berupaya
lingkungan. dibangun perspektif ini adalah, di
Mengetahui persoalan di atas, dalam masyarakat terdapat berbagai
US Agency for International kekuatan yang bersifat material
Development’s Environmental Service ‘kebendaan‘ dan ideational ‘gagasan’ di
Program membentuk komunitas lokal mana baik keduanya memfasilitasi
yang disebut dengan “Fokal Masra” berikut memberikan energi pada agen
guna mengevaluasi berbagai dan struktur untuk menjadi mimbar
permasalahan lingkunganyang ada di dari proses sosial. Lebih jauh,
Kota Batu. Dalam agendanya, Fokal perspektif konstruksi sosial meyakini
Masra turut didampingi Yayasan bahwa berbagai aktor yang terdapat
IDEP, NGO lokal yang berbasis di Bali dalam masyarakat memiliki
dan bergerak dalam bidang pengetahuan serta kemampuan untuk
suistainable development. Yayasan memberikan respon sekaligus
IDEP membantu Fokal Masra dalam

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 59

stimulan terhadap perubahan sosial. bahkan merupakan fenomena global.


Namun demikian, perlu diingat bahwa Melihat berbagai catatan sukses yang
setiap tindakan aktor dalam telah ditorehkan Revolusi Hijau dunia,
masyarakat tidaklah bebas kiranya timbul gagasan atau wacana
kepentingan, oleh karenanya aktor dari pemerintah berikut intelektual
dapat bertindak berbeda dalam satu untuk menerapkannya pula di tanah
peristiwa yang sama. air. Di sini, aspek material dari
Melalui definisi konstruksi Revolusi Hijau bergeser pada
sosial di atas, setidaknya terdapat tiga ideational mengingat lahirnya gagasan
poin penting yang dapat kita petik: berikut wacana atasnya. Di sisi lain,
Pertama, perspektif konstruksi sosial hal tersebut menunjukkan pula
menekankan pada faktor material dan kemampuan aktor—pemerintah dan
ideational; Kedua, memperhatikan intelektual—dalam memberikan
eksistensi dualitas agen dan struktur respon terhadap peristiwa (realitas)
di mana aktor dapat berperan sebagai yang terjadi di hadapannya. Tak pelak,
agen, sedangkan struktur adalah keduanya pun dapat ditempatkan
lingkungan sosial yang melingkupi sebagai “agen” mengingat
kehidupan para aktor dengan nilai, keterwakilan identitas yang
norma dan discourse ‘wacana’ di diusungnya masing-masing:
dalamnya; Ketiga, perspektif “pemerintah dan kaum intelektual”.
konstruksi sosial menekankan pada Dalam upaya mewacanakan
proses sosial, yakni bekerjanya aspek Revolusi Hijau di Indonesia, baik
material dan ideational di dalamnya. pemerintah maupun kaum intelektual
Aspek material menyangkut segala dapat menyampaikan segudang
sesuatu yang kasat mata dan dapat argumen positif pada masyarakat
ditelisik berbagai indikatornya, petani, meskipun berbagai
sedangkan ideational adalah perihal “kepentingan terselebung” sarat
yang tak kasat mata semisal gagasan ditemui pula di dalamnya. Sebagai
atau wacana. Dalam hal ini, baik misal, pemerintah dan kaum
keduanya dapat ditempatkan dalam intelektual dapat mengatakan betapa
hubungan respirokal atau timbal- Revolusi Hijau dapat meningkatkan
balikdan saling mempengaruhi satu produktivitas pertanian yang dengan
sama lain. demikian bakal berimplikasi positif
terhadap kesejahteraan petani, pun
Revolusi Hijau-Indonesia dalam Revolusi Hijau yang ditasbihkan
Perspektif Konstruksi Sosial sebagai usaha bersama mengatasi
kelaparan yang oleh karenanya
Menilik uraian singkat
merupakan sebentuk “usaha mulia”.
mengenai perspektif konstruksi sosial
Melalui hal tersebut, Revolusi Hijau
di atas, kiranya dapat dipetakan
kembali menemui bentuknya sebagai
secara jelas bahwa terdapat dua aktor
perihal material mengingat
utama dalam Revolusi Hijau, yakni
eksistensinya yang terbingkai (baca:
pemerintah dan para intelektual IPB.
terlegitimasi) secara apik oleh nilai dan
Di satu sisi, aspek material yang
norma sosial (struktur sosial), yakni
terdapat di dalamnya adalah Revolusi
sebentuk usaha guna mencapai
Hijau itu sendiri mengingat bentuknya
bonum publikum ‘kebahagiaan
sebagai peristiwa yang kasat mata,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 60

bersama’3. Lebih jauh, transformasi telah diuraikan sebelumnya,


pertanian yang terjadi di Indonesia pemerintah menyajikan rentetan
pasca penerapan Revolusi Hijau baik perihal positif akan penerapannya di
dari segi kuantitas teknologi modern tanah air, namun sebagaimana
yang digunakan dalam bercocok ungkap Mubyarto, penggunaan pupuk
tanam maupunpanen yang dihasilkan, kimia, pestisida, dan teknologi
faktual menunjukkan kemampuan pertanian modern secara
aktor dalam memberikan stimulan berlebihsama artinya dengan
terhadap lingkungannya, yakn diperlukannya modal lebih guna
imendorong terciptanya perubahan membiayainya, dan hal tersebut
sosial. menyebabkan tak terhindarkannya
Namun demikian, apabila kita pinjaman luar negeri (hutang) oleh
berupaya mencermati lebih dalam pemerintah. Sebagaimana kita
serangkaian wacana mengenai ketahui, karakteristik pemerintahan
Revolusi Hijau yang dilontarkan Orde Baru yang kental dengan praktek
pemerintah, maka ditemui bahwa korupsi memungkinkan sebagian dari
ianya begitu kental denganmuatan pinjaman tersebut sekadar menjadi
klaim atas “kemajuan”. Seolah, “proyek rente” dari segelintir elit
pemerintah hendak mengatakan pemerintahan4. Begitu pula,
bahwa kinikonsep pertanian ditemuinya kepentingan terselubung
tradisional “tidak baik”, sedangkan pihak asing guna menguasai
konsep pertanian modernlah yang perekonomian Indonesia,
baik. Tak hanya itu saja, pemerintah sebagaimana ucap Revrisond Baswir
pun menyodorkan serangkaian (2003) bahwa saat ini perusahaan
faktamengenai catatan keberhasilan penyelia teknologi pertanian modern
Revolusi Hijau dunia guna asal Jepang, Sygenta dan Magenta
memperkuat argumennya. Tak pelak, menguasai (baca: memonopoli) pasar
hal tersebut menunjukkan komoditas pertanian di Indonesia,
karakteristik wacana sebagaimana sedangkan para petani pribumi telah
ungkap Wiener (1981), yakni dibuat demikian tergantung olehnya
pengguliran isu dengan akibat penerapan Revolusi Hijau
memperlihatkan kebenaran berikut beberapa dekade lalu.
membangun dukungan. Di sisi lain, Ditilik melalui aspek
turut berpartisipasinya para ilmuwan kepentingan politis, sebagaimana
IPB dalam program Revolusi Hijau di telah diuraikan sebelumnya pula
tanah air dapat ditempatkan sebagai bahwa terpenuhinya kebutuhan
pelegitimasi atas wacana yang pangan rakyat merupakan modal bagi
dilontarkan pemerintah—ditemuinya pemerintah guna membangun
“persetujuan” kaum intelektual. kepercayaan rakyat berikut
Lebih jauh, penelaahan atas menciptakan stabilitas sosial-politik
Revolusi Hijau patut dilayangkan pula nasional—termasuk menghalau gelora
pada berbagai muatan tersembunyi “Revolusi Merah” di tanah air. Di satu
atau kepentingan terselubung yang sisi, kepentingan asing pundapat pula
terdapat di dalamnya. Sebagaimana bermain di dalamnya, yakni dengan

3
Istilah yang digunakan Aristoteles guna 4
Sebagai misal kasus raibnya APBN hingga mencapai
menunjukkan tujuan negara dan masyarakat. angka 30% di era Orde Baru.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 61

menjadikan Indonesia sebagai ataupun direkayasa demi alasan


“lumbung pangan” dari berbagai “kebaikan umat manusia”. Hal
negara maju yang mendukung tersebutlah yang kemudian
penerapan Revolusi Hijau. Hal terkait berdampak pada terjadinya degradasi
kiranya senada dengan keyakinan lingkungan—defertilisasi lahan
para teoretisi sistem dunia semisal pertanian—akibat penerapan
Immanuel Wallerstein, Arghiri teknologi rekayasa modern dalam
Emmanuel, dan Samir Amin bahwa Revolusi Hijau. Menurut Herbert
negara berkuasa berupaya Marcuse (dalam Agger, 2006: 175-
mempertahankan pola hubungan 179), eksploitasi secara semena-mena
kolonial dengan negara pinggiran di yang dilakukan manusia terhadap
mana nilai lebih dari negara-negara alam disebabkan oleh konstruksiyang
pinggiran yang ditempatkan sebagai sekedar menempatkan alam sebagai
penghasil komoditas pangan, dapat other ‘liyan’ atau obyek semata. Bagi
tersedot sedemikian rupa oleh negara- Marcuse, upaya “penyelamatan” atas
negara berkuasa dengan corak alam hanya dapat dilakukan dengan
produksi teknologi modern— menempatkannya sebagai subyek
komoditas elektronik. Esensi dari layaknya manusia.
kesemua hal tersebut adalah
pertukaran yang tak seimbang antara KESIMPULAN DAN PENUTUP
negara berkuasa dengan negara
Melalui berbagai uraian singkat
pinggiran (Setiawan, 1999: 74-75).
di atas, kiranya dapat ditelisik secara
Menilik berbagai muatan
eksplisit bahwa perspektif konstruksi
terselubung dari Revolusi Hijau di
sosial dalam menelaah aplikasi
atas, kiranya dapat pula dikatakan
berikut implikasidari konsep Revolusi
bahwa pemerintah telah melakukan
Hijau di Indonesia menunjukkan
manipulasi nilai dan norma sosial
berbagai kepentingan ekonomi dan
guna meluluskan berbagai
politik yang termuat di dalamnya.
kepentingannya pada masyarakat
Beberapa di antaranya seperti
petani. Dengan kata lain, seolah
masuknya modal asing ke tanah air,
pemerintah berbicara
serta upaya pemerintah dalam
mengatasnamakan kepentingan
menciptakan stabilitas sosial-politik
masyarakat luas, khususnya
nasional. Dalam perspektif hubungan
masyarakat petani, namun
internasional, Revolusi Hijau dapat
sesungguhnya sekadar mewakili
ditempatkan sebagai upaya asing
kepentingannya sendiri. Tak pelak, hal
guna mempengaruhi perekonomian
tersebut turut mencirikan salah satu
Indonesia berikut menjadikan tanah
karakteristik dari wacana, yakni
air sebagai “lumbung pangan” negara-
manipulasi nilai dan norma sosial.
negara maju. Pada ranah yang
Lebih jauh, berbagai dampak
berlainan, defertilisasi lahan sebagai
negatif dari penerapan Revolusi Hijau
dampak negatif diterapkannya
di Indonesia yang hadir kemudian
Revolusi Hijau menunjukkan upaya
menunjukkan upaya pemerintah
pemerintah dalam membangun
dalam membangun konstruksi
konstruksi sosial bahwa alam
(pandangan) masyarakat bahwa alam
merupakan obyek yang bebas
adalah perihal taken for granted yang
dengan demikian bebas dimanipulasi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 62

dieksploitasi berikut dimanipulasi Hazell, Peter B.R, 2003, Green


demi kebaikan manusia. Revolution, Curse or Blessing?:IFPRI,
http://www.ifpri.org/sites/default/fil
es/pubs/pubs/ib/ib11.pdf diakses
DAFTAR PUSTAKA
pada tanggal 12 November 2011.
Agger, Ben, 2006, Teori Sosial Kritis, Mubyarto, 1979, Pengantar Ekonomi
Kreasi Wacana. Pertanian, LP3ES.
Baswir, Revrisond, 2002, Mubyarto, 1981, Teori Ekonomi dan
Pembangunan Tanpa Perasaan, Penerapannya di Asia, Gramedia.
Elsam.
Setiawan, Bonnie, 1999, Peralihan
Booth, Anne, dan McCawley, Peter, Kapitalisme di Dunia Ketiga, Pustaka
1986, Ekonomi Orde Baru, LP3ES. Pelajar.
Booth, Anne, 1992, The Oil Boom and Soepardi, Goeswono, 2000, Revolusi
After: Indonesian Economic Policy and Hijau Mengecewakan Petani?, Kompas
Performance in the Soeharto Era, 16 Oktober 2000.
Oxford University Press.
Wardaya, Baskara T, 2003, Marx
Fanslow, Greg, 2007, Prosperity, Muda, Buku Baik.
Pollution, and The Green Revolution,
Rice Today, January-March, pp. 34- Whaley, Floyd,2010, Digging into the
39. Green Revolution, Development Asia,
April-June, pp. 44-45.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p04
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

KETAHANAN PANGAN LOKAL


DAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT
(Studi pada Masyarakat Desa Waimangit Kabupaten Buru)
M. Chairul Basrun Umanailo
Universitas Iqra Buru, Maluku
chairulbasrun@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di desa Waimangit, Pulau Buru dengan tujuan untuk
menganalisis perencanaan keamanan pangan masyarakat serta membuat proyeksi
untuk diversifikasi konsumsi dan ketahanan pangan lokal masyarakat. Pendekatan
yang digunakan adalah kualitatif dengan metode dasar analisis deskriptif. Dalam
penelitian ini, deskripsi konsumsi makanan masyarakat lokal masih rendah dengan
tingkat diversifikasi konsumsi pangan yang masih relatif rendah juga maka ada
faktor yang sangat mempengaruhi tingkat diversifikasi konsumsi pangan seperti
keahlian pengolahan, jumlah anggota rumah tangga dan pengetahuan masyarakat
itu sendiri, maka tidak ada pergeseran pola konsumsi beras ke makanan lokal,
kondisi konsumsi makanan lokal hanya terjadi pada segmen usia tertentu dengan
jumlah yang sangat terbatas dan akhirnya tingkat ketahanan pangan bagi
masyarakat Desa Waimangit umumnya rentan, dimana rata-rata rumah tangga
tangga jangka panjang petani yang membuat konsumsi beras menjadi kebutuhan
konsumtif.
Kata Kunci: Konsumsi, Diversifikasi, Ketahanan Pangan, Waimangit

THE SECURITY OF LOCAL FOOD


AND DIVERSIFYING COMMUNITY CONSUMPTION
(Study on Waimangit Village Community of Buru Island)

ABSTRACT

This research has been conducted in Waimangit village of Buru Island with
an effort to Analyze community food security planning as well as make projections
for diversification of consumption and local food security of the community. The
approach used is qualitative with the basic method of descriptive analysis. In this
study, the description of local people's food consumption is still low with the level of
diversification of food consumption which is still relatively low then there are also
factors that greatly affect the level of diversification of food consumption such as
processing expertise, the number of household members and the knowledge of the
community itself, then there has been no shift of rice consumption pattern to local

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 64

food, local food consumption condition only happened at certain age segment with
very limited amount and finally food security level for Waimangit Village community
is generally vulnerable, where average household of farmer based ladder long term
that makes rice consumption a consumptive need.
Keywords: Consumption, Diversification, Food Security, Waimangit

PENDAHULUAN dilaksanakan cenderung bercokol


hanya seputar beras (Elizabeth, 2011).
Pembangunan bidang
Dalam kajian yang dilakukan
ketahanan pangan di Kabupaten Buru
oleh Elizabeth mengenai strategi
diarahkan untuk meningkatkan
pencapaian diversifikasi dan
ketahanan pangan dan melanjutkan
kemandirian pangan, mengemukakan
revitalisasi pertanian dalam rangka
pergeseran pola pangan masyarakat
mewujudkan kemandirian pangan,
non beras menjadi beras seperti yang
peningkatan daya saing produk
terjadi di Madura, Maluku, NTT,
pertanian, peningkatan pendapatan
Ambon, dan Kawasan Indonesia Timur
petani, serta kelestarian lingkungan
lainnya. Bahkan di Maluku yang
dan sumberdaya alam, namun pada
semula mengonsumsi sagu sebagai
bagian tertentu, ketahanan pangan
bahan pangan pokok, telah beralih
sulit untuk dipenuhi ketika persoalan
(90-100%) menjadi beras, menyamai
konsumsi masyarakat menjadi
Sumatera Utara dan Sumatera Barat
terbalik dengan perencanaan dalam
(Elizabeth, 2011). Sementara itu,
sebuah proses penciptaaan
Hardono dalam penelitiannya
masyarakat yang berketahanan
mengenai strategi pengembangan
pangan.
diversifikasi pangan lokal
Diversifikasi pangan yang
menyampaikan fenomena yang terjadi
dimaksudkan bukan untuk
pada beberapa lokasi seperti Nusa
menggantikan beras sepenuhnya,
tenggara, Papua, Maluku dan
namun mengubah dan memperbaiki
Sulawesi adalah perubahan pola
pola konsumsi masyarakat supaya
pangan masyarakat dari dominan
lebih beragam jenis pangan dengan
pangan lokal seperti jagung, umbi-
mutu gizi yang lebih baik. Pengertian
umbian, dan sagu berubah ke arah
dan pemahaman diversifikasi pangan
pola pangan nasional (beras),
yang salah jalan (Singha, Choudhary,
kemudian berubah ke arah pola
& Vishnu, 2014), diprediksi karena
pangan internasional berbasis
adanya asumsi bahwa beras
gandum (Hardono, 2014).
merupakan bahan pangan pokok di
Memahami pola konsumsi
Indonesia, meski nyatanya penduduk
masyarakat desa Waimangit, maka
di beberapa daerah di Indonesia
dapat digambarkan bahwa konsumsi
mengkonsumsi jagung, sagu, ubi
pangan lokal masyarakat yang
kayu, dan ubi jalar sebagai bahan
terbangun dengan berbagai kondisi
pangan pokok. Oleh karenanya,
alam serta kearifan lokal yang dimiliki.
masalah pangan selalu terpaku pada
Pola konsumsi yang dapat
beras (Boncinelli, et al, 2018),
dimanfaatkan namun belum
sehingga program kebijakan
sepenuhnya terlaksana, sebagai
pemerintah yang disusun dan
akibat perubahan arus komunikasi
serta terbukanya transportasi di

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 65

berbagai wilayah pada geografis rekaman dan karya tulisan lain yang
masyarakat Buru sehingga memiliki sejenis (Adhikari et al., 2018). Teknik
pengaruh terhadap pola pikir dan sampel yang dipergunakan adalah
konsumsi, serta tindakan masyarakat purposive sampling. Berkaitan dengan
merupakan hasil korelasi dan data, dapat dibagi jenis data-datanya
interaksi (Berg, Hebinck, & Roep, ke dalam kata-kata dan tindakan
2018) dengan masyarakat dari luar (Fraval et al., 2018), sumber data
desa. tertulis, foto dan statistik (Subandi,
Namun harus dipahami lebih 2011). Dalam penelitian ini teknik
daripada itu, bahwa struktur pengumpulan data yang penulis
masyarakat yang memiliki hubungan gunakan adalah wawancara
kuat dengan lingkungan menjadikan mendalam, dengan jumlah informan
potensi untuk menciptakan yang diwawancarai sebanyak 20 orang
diversifikasi konsumsi semakin besar yang terdiri dari petani, wirausaha dan
(Lee et al., 2018), hal ini didukung perangkat desa serta penulis
dengan ketersediaan sumber tanaman melakukan pengamatan langsung
lokal serta lahan yang berada di desa kepada objek penelitian (Stoppok,
Waimangit. Jess, Freitag, & Alber, 2018). Dengan
Tujuan dari penelitian ini memanfaatkan kebiasaan masyarakat
adalah untuk mendapatkan gambaran yang suka berkumpul pada malam
tentang kondisi ketahanan pangan hari, maka wawancara dilakukan
serta perencanaan ketahanan pangan mulai pukul 19.00-23.00 WIT
yang dilakukan untuk keberlanjutan Untuk analisa data, penulis
hidup masyarakat desa Waimangit. menggunakan pada saat
Spesifikasi penelitian dikembangkan pengumpulan data berlangsung, dan
untuk melihat teknik diversifikasi setelah selesai pengumpulan data
konsumsi dalam kaitannya dengan dalam periode tertentu. Dengan
ketersediaan sumber pangan lokal di menganalisis data sambil
desa Waimangit. menggumpulkannya, penulis dapat
mengetahui secara langsung
METODE PENELITIAN kekurangan data yang harus
dikumpulkan (Umanailo, 2018) serta
Penelitian dilakukan di desa
metode yang harus dilakukan
Waimangit, Kabupaten Buru, Provinsi
selanjutnya agar diperoleh hasil yang
Maluku. Pemilihan lokasi dilakukan
komprehensip.
sengaja dengan pertimbangan bahwa
Dengan melakukan penyajian
desa Waimangit memiliki lahan luas
data, peneliti bisa bekerja lebih cepat
yang produktif untuk tanaman
dan tepat dalam pengkodean dan
makanan lokal yang signifikan.
pengambilan keputusan berdasarkan
Penelitian ini dilakukan dari Januari
fokus penelitian. Penyajian data tidak
hingga Mei 2018. Penelitian ini
terpisahkan dari analisis data
dilakukan dengan metode kualitatif
penelitian kualitatif. Penyajian data
dan pendekatan analisis deskriptif.
bagian dari analisis sebagaimana
Sumber data utama dalam
reduksi data juga bagian dari analisis
penelitian kualitatif adalah kata-kata
(Umanailo, 2016) Penyajian data
dan tindakan, selebihnya adalah data
dalam penelitian kualitatif pada
tambahan seperti dokumentasi foto,
umumnya yaitu matrik, grafik, bagan,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 66

dan teks naratif. Penarikan tahun 2016 yakni sekitar 95 jiwa atau
kesimpulan/verifikasi merupakan kurang lebih 10 persen dari total
akhir dari analisis data penelitian jumlah penduduk. Sebagian besar
kualitatif. Penarikan kesimpulan masyarakat desa Waimangit berprofesi
dilakukan dengan pemaknaan melalui sebagai petani, dengan ketersediaan
refleksi data (Gumilang, 2016). sumberdaya alam berupa lahan
bercocok tanam maka pekerjaan
HASIL DAN PEMBAHASAN disektor pertanian menjadi orientasi
primer untuk mata pencaharian
Secara umum masyarakat yang
sehari-hari. Pada perkembangan
mendiami wilayah desa Waimangit
selanjutnya, masyarakat yang
merupakan karakteristik masyarakat
memiliki kultur pedesaan yang mana
yang telah mengalami perubahan
seharusnya sangat dekat dengan pola
dalam proses pembangunan yang
konsumsi terhadap produk lokal
terjadi di Kabupaten Buru. Terjadinya
seperti sagu, ubi, singkong serta
penambahan jumlah penduduk,
pisang namun dalam
meningkatnya tingkat pendidikan
perkembangannya banyak ditemukan
serta adanya perkembangan terhadap
pergeseran pola konsumsi yang
sektor ekonomi menjadikan desa
berbeda dengan waktu sebelumnya,
Waimangit menjadi salah satu wilayah
sehingga dirasakan perlu adanya
yang cukup berkembang. Dalam
pemetaan ulang dalam perencanaan
perkembanganya dapat kita lihat
ketahanan pangan masyarakat desa
kondisi jumlah penduduk Desa
Waimangit. Selanjutnya bisa kita lihat
Waimangit melalui tabel berikut ini.
tabel mengenai perencanaan pola
Dari data tabel yang disampaikan,
konsumsi yang terjadi pada
terjadi peningkatan jumlah
masyarakat di desa Waimangit.
pertambahan yang signifikan pada

Tabel 1. Jumlah Penduduk

Tahun Perempuan Laki-laki Total


2015 834 901 1740
2016 918 917 1835
2017 926 931 1857
Sumber: Monografi Desa Waimangit, 2018

Dari data tabel yang primer untuk mata pencaharian


disampaikan, terjadi peningkatan sehari-hari. Pada perkembangan
jumlah pertambahan yang signifikan selanjutnya, masyarakat yang
pada tahun 2016 yakni sekitar 95 jiwa memiliki kultur pedesaan yang mana
atau kurang lebih 10 persen dari total seharusnya sangat dekat dengan pola
jumlah penduduk. Sebagian besar konsumsi terhadap produk lokal
masyarakat desa Waimangit berprofesi seperti sagu, ubi, singkong serta
sebagai petani, dengan ketersediaan pisang namun dalam
sumberdaya alam berupa lahan perkembangannya banyak ditemukan
bercocok tanam maka pekerjaan pergeseran pola konsumsi yang
disektor pertanian menjadi orientasi berbeda dengan waktu sebelumnya,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 67

sehingga dirasakan perlu adanya tabel mengenai perencanaan pola


pemetaan ulang dalam perencanaan konsumsi yang terjadi pada
ketahanan pangan masyarakat desa masyarakat di desa Waimangit.
Waimangit. Selanjutnya bisa kita lihat

Tabel 2. Perencanaan Pola Konsumsi

Struktur Masyarakat Ketersediaan Pola Konsumsi primer


Sumberdaya
Pegawai Negeri Sipil, Pendapatan gaji/honor Beras
TNI/Polri
Wiraswasta/Wirausaha Investasi, permodalan Beras, Ubi-ubian
usaha
Petani Luas Lahan, Tenaga Beras, Sagu, Ubi-ubian
Kerja dan Pisang
Sumber: diolah dari data primer, 2018
Data tabel menunjukan bahwa masyarakat di desa Waimangit masih
pada struktur masyarakat terjadi menjadikan beras sebagai bahan
diferensiasi pola konsumsi yang pokok konsumsi sekalipun ditemukan
terbagi menjadi tiga yakni pada juga ada sebagian kecil pada kelompok
struktur PNS dan polisi umunya wirausaha dan petani yang
mengkonsumsi beras sebagai bahan mengkonsumsi ubi, sagu dan
pokok primer, kemudia pada stuktur singkong sebagai bahan konsumsi
wiraswasta maupun wirausaha beras primer, namun hanya sekedar sebagai
masih menjadi bahan pangan primer, selingan untuk menahan pengeluaran
begitupun dengan petani yang masih ekonomi rumah tangga.
menjadikan beras sebagai bahan Segementasi berikutnya berupa
konsumsi primer dalam kehidupan pola konsumsi masyarakat yang
sehari-hari. terbagi pada sektor usia yang
Maka secara umum dapat merupakan stratifikasi di dalam
dikatakan bahwa pola perencanaan masyarakat desa Waimangit.
konsumsi yang terjadi pada

Tabel 3. Persentase Pola Konsumsi Masyarakat Desa Waimangit

Usia Persentase Pola Konsumsi (%)


Beras Sagu Ubi-ubian Pisang
1-12 Tahun 96 2,5 0,5 1
12-25 Tahun 82 11 4 2
26-35 Tahun 80 15 4 1
36-55 Tahun 68 21,5 8 2,5
56- K atas 53 31 10 6
Sumber: diolah dari data primer, 2018.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 68

Pada tabel persentase pola karena dorongan kemampuan


konsumsi yang dibagi berdasarkan ekonomi (pendapatan).
usia, terlihat bahwa beras masih Pada sisi lain, kemampuan
menjadi bahan konsumsi yang rumah tangga dalam masyarakat desa
dominan bagi masyarakat yang Waimangit untuk memberdayakan
berusia 1-35 tahun, sementara untuk sumber tenaga kerja serta waktu
usia 36-56 tahun, beras bukan lagi luang yang bekerja di sektor pertanian
menjadi bahan pokok yang dominan menjadi sebuah dukungan dalam
untuk dikonsumsi akibat naiknya pemenuhan konsumsi. Kondisi ini
persentase konsumsi sagu serta ubi- dapat dinilai sebagai struktur ekonomi
ubian. alternatif sebagaimana yang bisa
dijelaskan bahwa kekuatan jumlah
Perencanaan Masyarakat Untuk anggota keluarga sebagai daya
Ketahanan Pangan pendukung untuk mendapatkan
sumber ekonomi dalam pemenuhan
Diversifikasi konsumsi
konsumsi (Bhalla, Handa, Angeles, &
merupakan cara alternatif masyarakat
Seidenfeld, 2018). Model perencanaan
dalam memperoleh beragam sumber
pada sektor ini pada akhirnya
karbohidrat dari jenis tanaman selain
ditemukan pola konsumsi beras
beras. Upaya yang dilakukan
sebagai konsumsi primer sementara
masyarakat melalui model
ubi-ubian dan pisang masih menjadi
perencanaan dengan memberdayakan
konsumsi alternatif.
kemampuan sumberdaya ekonomi
Beberapa faktor yang
terlihat sebagai suatu karakteristik
menyebabkan sehingga masyarakat
masyarakat pedesaan dalam
pada segmentasi tersebut masih
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
menjadikan beras sebagai bahan
peran sosial baru dan kelompok yang
konsumsi primer yakni karena
mendukung kegiatan pertanian
perubahan kultural yang terjadi akibat
sebenarnya dibangun di atas struktur
akulturasi yang menyebabkan
sosial tradisional (Umanailo et al.,
kebiasaan maupun perubahan pola
2018). Masyarakat yang kemudian
pikir dan pola tindak ikut
bekerja sebagai pegawai administrasi
mempengaruhi sehingga
maupun wirausaha dengan skala dan
ketergantungan terhadap beras masih
jenis usaha tertentu mengakibatkan
sangat dominan (Baysse-lainé &
sumber ekonomi menjadi kekuatan
Perrin, 2018). Sagu menjadi sumber
tersendiri dalam pola konsumsi primer
konsumsi yang cukup baik dalam
(Nii, Codjoe, & Okutu, 2016). Artinya,
penyeimbangan pola konsumsi sehari-
bahwa kekuatan pendapatan dari
hari. Kebiasaan mengkonsumsi sagu
pekerjaan menjadi simpulan untuk
pada acara ritual maupun seremonial
pemenuhan kebutuhan dan pada
di desa Waimangit mengindikasikan
akhirnya pilihan konsumsi lebih
bahwa segmentasi masyarakat pada
mengarah pada sesuatu bahan yang
sektor ini mulai berubah dari
instan seperti beras, sekalipun ada
sebelumnya yang pernah menjadi
beberapa diantaranya juga memilih
primer berubah menjadi sekunder
ubi-ubian atau pisang namun lebih
(Breen, Coveney, Anne, & Hartwick,
2018), alasan bahwa masyarakat tidak

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 69

lagi mengkonsumsi sagu yang tidak memiliki ketergantungan


terbantahkan dengan fenomena ekonomi yang tinggi akibat
bahwa dalam ritual maupun keterbutuhan terhadap beras dan
seremonial makan berbahan pokok kemampuan bertahan mereka
sagu selalu dihidangkan sebagai salah ditengah-tengah kesulitan ekonomi
satu konsumsi favorit. yang dialami oleh masyarakat desa
Pada model perencanaan yang Waimangit beberapa waktu
ketiga, masyarakat desa Waimangit belakangan.
dengan sumber mata pencaharian
sebagai petani menjadikan beras dan Diversifikasi Konsumsi Masyarakat
sagu sebagai sumber konsumsi
Secara umum, diversifikasi ada
primer, beberapa faktor yang menjadi
dua macam, yaitu: (a) diversifikasi
penyebab adalah kebiasaan yang
horizontal: penganekaragaman
terbangun dari waktu-waktu
konsumsi pangan dengan
sebelumnya dimana masyarakat
memperbanyak macam komoditi
dengan usia 40 tahun ke atas
pangan dan meningkatkan produksi
mengalami situasi kultural yang
dari macam-macam komoditi tersebut
menjalani konsumsi beras hanya pada
dan (b) diversifikasi vertikal:
hari tertentu yakni pada hari Jumat di
penganekaragaman pengolahan
setiap minggu. Hal ini menjadi dasar
komoditas pangan, terutama non
kebiasaan bagi mereka hingga saat ini
beras sehingga mempunyai nilai
untuk mengkonsumsi sagu dan ubi-
tambah dari segi ekonomi, nutrisi
ubian. Ketersediaan sumberdaya
maupun sosial (Budiningsih, 2009).
seperti lahan pertanian serta tenaga
Dalam pembangunan
kerja dalam keluarga menjadikan
pertanian, diversifikasi pada
masyarakat pada segmentasi tersebut
umumnya dihubungkan dengan suatu
mampu bertahan pada pola konsumsi
peralihan atau perpindahan dari
yang seimbang antara beras maupun
komoditas ekspor untuk ke arah
bahan konsumsi lokal seperti sagu,
pengusahaan komoditas baru yang
ubi-ubian serta pisang.
dipandang sebagai jalan keluar dalam
Dengan perencanaan tersebut,
menghadapi permintaan pasar.
sebagian besar menjadikan pekerjaan
Diversifikasi pertanian adalah suatu
yang ditekuni menjadi sumber
pemilihan dan adopsi dari beberapa
konsumsi sekaligus sumber
tambahan tipe komoditas yang
pendapatan ekonomi dimana hasil
berorientasi pasar, untuk dihasilkan
yang didapatkan dapat dijual maupun
melalui budidaya pertanian secara
dikembangkan untuk menambah
modern, baik pada tingkat nasional
penghasilan sehari-hari (Boncinelli et
maupun regional. Jadi diversifikasi
al., 2018). Persoalan kultural menjadi
pertanian adalah suatu usaha yang
penting ketika melihat masyarakat
kompleks dan luas untuk
pada segmentasi ini yang masih
meningkatkan perekonomian
mampu mempertahankan pola
pertanian melalui upaya
konsumsi dan pola tindak sehari-hari.
penganekaragaman komoditas pada
Kebiasaan yang dipertahankan
subsistem produksi, konsumsi dan
mampu membuat masyarakat tetap
distribusi baik pada tingkat usaha tani
berada pada kehidupan yang dapat
regional maupun nasional menuju
dikatakan sebagai kondisi sederhana

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 70

tercapainya tranformasi struktural ketersediaan maupun daya dukung


sektor pertanian ke arah pertanian wilayah, namun lebih sebagai akibat
tangguh (Wahyuningsih, 2008). pengetahuan masyarakat maupun
Usaha masyarakat untuk kondisi sosial budaya yang
melakukan suatu diversifikasi menyebabkan pergeseran pola piker
pertanian tentunya juga harus serta perilaku terhadap pola konsumsi
didukung dengan ketersediaan serta diversifikasi sumber pangan
sumberdaya alam yang memadai, lokal.
untuk masyarakat di Desa Waimangit Masyarakat desa Waimangit
sumber-sumber tersebut bukanlah merupakan struktur bentuk dari
sesuatu yang sulit untuk didapatkan masyarakat dengan keterkaitan serta
mengingat letak geografis serta kondisi ketergantungan terhadap alam dengan
sosial budaya mereka yang berada diversifikasi yang sudah tentunya
pada wilayah pedesaan dengan daya memiliki dua pendekatan. Berikut ini
dukung lahan yang sangat baik disajikan data tentang diversifikasi
(Bhalla et al., 2018). Bagi horisontal yang dilaksanakan oleh
permasalahan diversifikasi di desa masyarakat desa Waimangit:
Waimangit bukan lagi bercokol pada

Tabel 4. Diversifikasi Horisontal


Konsumsi
Usia Pokok Sagu Ubi-ubian Pisang
(beras)
1-12 Beras 96 % Penggunaan (0%) Penggunaan (1%) Penggunaan
Tahun dianggap belum dianggap belum (5%)
memiliki memiliki kecakupan dianggap belum
kecakupan gizi gizi dan model memiliki
pengolahan yang kecakupan gizi
rumit untuk
dikonsumsi usia
tertentu
12-25 Beras 82 % Penggunaan (3%) Penggunaan (10%) Penggunaan
Tahun sumber makanan sumber makanan (5%) sumber
sekunder tambahan dalam makanan
rumah tangga tambahan dalam
rumah tangga
26-35 Beras 80 % Penggunaan Penggunaan (3%) Penggunaan
Tahun (12%) sumber makanan (5%) sumber
sumber makanan sekunder makanan
tambahan sekunder
alternatif
36-55 Beras 68 % Penggunaan Penggunaan (8%) Penggunaan
Tahun (20%) Sumber sumber makanan (4%) sumber
makanan tambahan alternatif makanan
tambahan pokok tambahan
alternatif

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 71

56-Ke Beras 53 % Penggunaan Penggunaan (15%) Penggunaan


atas (31%) Sumber Sumber makanan (7%) Sumber
makanan pokok tambahan pokok makanan
tambahan pokok
Sumber: diolah dari data primer, 2018.

Pada tabel diversifikasi jagung masyarakat akan lebih banyak


horisontal, beras masih menjadi mengkonsumsi jagung (Satmalawati &
bahan dasar konsumsi bagi Falo, 2016). Hal ini berbeda dengan
masyarakat di desa Waimangit. Usaha yang terjadi pada desa Waimangit,
masyarakat untuk memperbanyak bahwa tidak ada keterkaitan antara
macam komoditi pangan masih musim panen dengan pola konsumsi
terbatas dengan menjadikan sagu, masyarakat, namun sebaliknya
ubi-ubian serta pisang hanya sebagai perayaan seremonial di desa yang
bahan sumber alternatif. Pada bagian kemudian menjadikan masyarakat
tertentu, dominasi beras terhadap mengkonsumsi pangan lokal seperti
jenis bahan dasar yang lain mulai sagu maupun ubi dan pisang.
berkurang, tentunya dengan adanya Penyebab beras menjadi
penggunaan pada bahan dasar lain dominan terhadap sumber pangan
sebagai sumber makanan alternatif lokal, seperti penelitian yang
bahkan telah menjadi sumber dilakukan oleh Yuni Hamid bahwa
makanan pokok (Nii et al., 2016). Pada terdapat kecenderungan tingkat
kolom terakhir, status keberadaan konsumsi energi dari bahan pangan
beras serta sagu menjadi sama dalam padi-padian yaitu beras sebagai
kualitas namun berbeda pada pangan pokok di desa lebih tinggi
kuantitas dimana masyarakat daripada di kota sementara sebaliknya
menjadikan sagu sebagai salah satu konsumsi energi dari pangan hewani,
sumber makanan yang ada di desa kacang-kacangan dan sayur/buah
Waimangit. lebih tinggi di kota daripada di desa
Pada penelitian sebelumnya, (Hamid, Setiawan, & Suhartini, 2013).
sebagian besar penduduk kecamatan Tentunya kondisi tersebut sejalan
Insana Barat yang diwakili oleh desa dengan hasil temuan di desa
Usapinonot mengkonsumsi beras, Waimangit yang menganggap beras
jagung dan umbi-umbian (ubi jalar sebagai keterwakilan dalam
ataupun ubi kayu). Sesuai kebiasaan pemenuhan konsumsi energi.
yang ada pada saat musim panen

Tabel 5. Diversifikasi Vertikal


Sagu Ubi Pisang
Inti sagu: Singkong: Pisang:
Diolah menjadi sagu Diolah menjadi keripik Diolah menjadi
lempeng (biasanya atau dihaluskan untuk keripik serta
dikonsumsi dengan menjadi tepung (bahan direbus untuk
makanan berkuah, dasar sagu kasbi) dan juga makanan
atau dikonsumsi direbus untuk makanan pendamping

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 72

dengan teh maupun pendamping berbahan


kopi) kuah
Ketela Pohon:
Diolah menjadi keripik
atau direbus sebagai
makanan pendamping
Tumbuh di lahan Singkong: Sebagian kecil Tumbuh dan
tertentu/berawa yang menanam dan berkembang di
diproduksi dalam hasilnya untuk konsumsi sekitar lahan
jumlah tertentu rumah tangga sebagian pertanian dan
untuk dikonsumsi lagi dijual untuk perkebunan desa.
untuk rumah tangga masyarakat di sekitar Sebagian kecil
Ubi jalar: Hanya ada dikonsumsi dan
beberapa warga yang lebih banyak
menanam dalam jumlah dipasarkan keluar
tertentu untuk dipasarkan desa Waimangit
Sumber: diolah dari data primer, 2018.

Sementara itu, untuk singkong menjadi keripik, tiwul, gatol


diversifikasi vertikal yang terjadi pada dan sebagainya. Sementara untuk ubi
masyarakat di desa Waimangit, jalar, tidak berbeda jauh dalam proses
penganekaragaman pengolahan pengolahan ubi-ubian yang mana
komoditas pangan masih sangat mampu dibuatkan menjadi saos yang
terbatas dengan pola konsusmsi yang disesuaikan dengan varietas ubi
masih sederhana. Belum adanya tersebut dan diikuti dengan kualitas
penggunaan teknologi serta yang juga tentunya berbeda
manajemen dalam pengolahan (Wardayanie, Susanti, Aviana, &
komoditas menyebabkan pengolahan Herman, 2008).
hanya sebatas menjadi bahan Kondisi tersebut sebagaimana
makanan yang tidak bernilai ekonomis dijelaskan sebelumnya bahwa dengan
tinggi (Singha et al., 2014). minimnya pengetahuan serta
Masyarakat yang mengolah, masih pemanfaatan teknologi (Stoppok et al.,
menggunakan pola sederhana dengan 2018) menyebabkan masyarakat desa
cara dibuatkan tepung untuk sagu Waimangit dalam pemanfaatannya
serta direbus dan dibuatkan keripik masih sangat sederhana, dan yang
untuk ubi-ubian dan pisang padahal terpenting bahwa diversifikasi yang
masyarakat desa Waimangit memiliki dilakukan bukan untuk produksi
ketersediaan sumberdaya alam yang pemasaran namun hanya beberapa
begitu besar. diantara penduduk yang mencoba
Pada penelitian yang dilakukan mengembangkan dan bukan menjadi
oleh Wardayanie sebagian besar sumber pendapatan utama sekalipun
tanaman seperti singkong, ubi jalar hal ini tidak menutup kemungkinan
dapat langsung dikonsumsi setelah untuk terjadi sebagai akibat
direbus, digoreng atau dibakar. Untuk ketersediaan lahan serta sumberdaya
penganekaragaman produk, telah alam yang melimpah.
tersedia proses pengolahan
tradisional, misalnya pengolahan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 73

KESIMPULAN REFERENCE

Dari pembahasan yang telah Adhikari, P., Araya, H., Aruna,


diuraikan, ada beberapa hal yang bisa G., Balamatti, A., Baskaran, P., Barah,
dikemukakan sebagai kesimpulan B. C., … System, A. V. (2018). System
bahwa adanya ketergantungan of crop intensification for more
terhadap beras yang masih tinggi pada productive , sustainable agriculture :
masyarakat dan menurunya tingkat experience with diverse crops in
partisipasi konsumsi mengakibatkan varying agroecologies, 5903.
upaya diversifikasi konsumsi pangan
Baysse-lainé, A., & Perrin, C.
mengalami stagnansi. Banyak faktor
(2018). Land Use Policy How can
yang mempengaruhi kondisi tersebut
alternative farmland management
dan memiliki kaitan dengan yang lain.
styles favour local food supply ? A case
Pada intinya, faktor sosial, budaya,
study in the Larzac ( France ). Land
ekonomi, pengetahuan merupakan
Use Policy, 75(January), 746–756.
penyebab yang mempengaruhi
diversifikasi konsumsi pangan dan Berg, L. Van Den, Hebinck, P.,
penyebab tersebut identik dengan & Roep, D. (2018). ‘ We go back to the
penyebab yang mempengaruhi land ’: processes of re- peasantisation
konsumsi pangan masyarakat lokal. in Araponga , Brazil, 6150.
Selain itu, ketersediaan sumberdaya
Bhalla, G., Handa, S., Angeles,
alam untuk sumber pangan lokal tidak
G., & Seidenfeld, D. (2018). The e ff ect
diikuti dengan pola pengembangan
of cash transfers and household
dan pola konsumsi masyarakat, dalam
vulnerability on food security in
tindakan menjadikan pangan lokal
Zimbabwe. Food Policy, 74(March
sebagai sumber konsumsi sehari-hari,
2017), 82–99.
keterbatasan pengetahuan dan
informasi terkait pangan lokal Boncinelli, F., Bartolini, F., &
mengakibatkan masyarakat kurang Casini, L. (2018). Structural factors of
peduli terhadap keberadaan sumber labour allocation for farm
pangan lokal yang ada di desa diversification activities. Land Use
Waimangit. Pergeseran pola pikir yang Policy.
berdampak pada pola perilaku,
menyebabkan tradisi yang Breen, F., Coveney, J., Anne, C.,
sebelumnya mendukung konsumsi & Hartwick, P. (2018). A literature
pangan lokal bergeser pada konsumsi scoping review of eating practices and
primer sehingga melahirkan food environments in 1 and 2-person
ketergantungan masyarakat terhadap households in the UK , Australia and
beras menjadi sangat dominan. USA, 126.
Kondisi seperti ini menyebabkan Budiningsih, R. (2009). Faktor-
kerentanan pangan akibat Faktor yang Berpengaruh Terhadap
ketergantungan masyarakat terhadap Diversifikasi Konsumsi Pangan Non
beras. Beras Di Kabupaten Magelang.
Semarang: Universitas Dipenogoro.

Elizabeth, R. (2011). Strategi


Pencapaian Diversifikasi dan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 74

Kemandirian Pangan: Antara Harapan Timor Tengah Utara NTT. In Prosiding


dan Kenyataan. IPTEK TANAMAN Semnas Hasil Penelitian “Inovasi
PANGAN, 6(2), 230–242. IPTEKS Perguruan Tinggi Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan
Fraval, S., Hammond, J.,
Masyarakat” (pp. 250–268). Denpasar.
Lannerstad, M., Oosting, S. J., Sayula,
G., Teufel, N., … van Wijk, M. T. (2018). Singha, K., Choudhary, R., &
Livelihoods and food security in an Vishnu, K. (2014). Growth and
urban linked, high potential region of Diversification of Horticulture Crops in
Tanzania: Changes over a three year Karnataka : An Inter-District Analysis.
period. Agricultural Systems,
Stoppok, M., Jess, A., Freitag,
160(October 2017), 87–95.
R., & Alber, E. (2018). Of culture,
Gumilang, G. S. (2016). Metode consumption and cost: A comparative
Penelitian Kualitatif Dalam Bidang analysis of household energy
Bimbingan Dan Konseling. Jurnal consumption in Kenya, Germany and
Fokus Konseling Volume. Spain. Energy Research and Social
Science.
Hamid, Y., Setiawan, B., &
Suhartini. (2013). Analisis pola Subandi. (2011). Deskripsi
konsumsi pangan rumah tangga Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam
(Studi kasus di Kecamatan Tarakan Penelitian Pertunjukan. Harmonia.
Barat Kota Tarakan Provinsi
Umanailo, M. C. B. (2016).
Kalimantan Timur). Agrise, 13(3), 175–
marginalisasi buruh tani akibat alih
190.
fungsi lahan (1st ed.). Namlea: FAM
Hardono, G. S. (2014). Strategi PUBLISHING.
pengembangan diversifikasi pangan
Umanailo, M. C. B. (2018).
lokal, (70), 1–17.
Teknik Praktis Riset Fenomenologi.
Lee, G. O., Surkan, P. J., Zelner, Researchgate. Namlea: Researchgate.
J., Paredes Olórtegui, M., Peñataro
Umanailo, M. C. B., Umanailo,
Yori, P., Ambikapathi, R., … Kosek, M.
R., Yusuf, S., Nawawi, M., Pulhehe, S.,
N. (2018). Social connectedness is
Makatita, S. H., … Sam, B. (2018).
associated with food security among
Perubahan Sosial Di Indonesia: Tradisi,
peri-urban Peruvian Amazonian
Akomodasi, dan Modernisasi
communities. SSM - Population Health.
Perubahan Sosial. Namlea.
Nii, S., Codjoe, A., & Okutu, D.
Wahyuningsih, S. (2008). Sri
(2016). Urban Household
Wahyuningsih Diversifikasi Pertanian.
Characteristics and Dietary Diversity :
MEDIAGRO, 4(1), 1–11.
An Analysis of Food Security in Accra ,
Ghana, 37(2), 202–218. Wardayanie, N. I. A., Susanti, I.,
Aviana, T., & Herman, A. S. (2008).
Satmalawati, E. M., & Falo, M.
Potensi Umbi-umbian dan Serealia
(2016). Diversifikasi Konsumsi Pangan
Dalam Menunjang Diversifikasi
Pokok Berbasis Potensi Lokal Dalam
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.
Mewujudkan Ketahanan Pangan Di
Jurnal Riset Industri, 2(1), 35–43.
Kecamatan Insana Barat Kabupaten

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p05
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS


MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT PERKOTAAN
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI AYUNG
(Studi Kasus Tukad Bindu, Desa Kesiman, Kecamatan
Denpasar Timur)
Luh Putu Kirana Pratiwi
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati
kirana.pratiwi@unmas.ac.id

ABSTRAK

Pembangunan pariwisata berkelanjutan diarahkan untuk mengembangkan


pariwisata perkotaan yang ramah lingkungan. Revitalisasi sungai di Kota Denpasar
merupakan salah satu program kerja pemerintah Kota Denpasar yang bertujuan
untuk memberikan pendidikan ekologi kepada masyarakat sekitar yang juga dapat
memiliki nilai ekonomi. Secara tradisional, sungai adalah kawasan suci yang layak
untuk dilestarikan dalam mewujudkan kegiatan dalam kebijaksanaan Tri Hita
Karana, yaitu menjaga hubungan baik dengan Tuhan, alam dan manusia, sehingga
keberadaan air di Bali harus terus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Strategi penting
untuk mengetahui potensi pengembangan ekowisata di daerah perkotaan adalah
pemberdayaan masyarakat sekitar di kawasan wisata. Pemberdayaan masyarakat
adalah unit vital yang terkait dengan aspek fisik, materi, ekonomi dan pendapatan,
aspek kelembagaan (pertumbuhan kekuatan individu dalam bentuk
kelompok/kelompok), kekuatan kerjasama, kekuatan intelektual, dan kekuatan
bersama untuk mematuhi dan menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Prinsip
ekowisata memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan meminimalkan dampak
negatif dari lingkungan sekitarnya melalui upaya konservasi dengan menjaga
kualitas lingkungan dan budaya lokal, serta mampu memberdayakan ekonomi
masyarakat sekitar.
Kata kunci: Potensial, Ekowisata, Penguatan, Pemberdayaan Masyarakat.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 76

POTENTIAL OF COMMUNITY-BASED ECOTOURISM DEVELOPMENT AS URBAN


COMMUNITY EMPOWERMENT EFFORTS IN THE AYUNG RIVER FLOW AREA
(Case Study of Tukad Bindu, Kesiman Village, East Denpasar District)

ABSTRACT

Sustainable tourism development is directed at developing environmentally


friendly urban tourism. The revitalization of rivers in Denpasar City is one of the
work programs of the Denpasar City government that aims to provide ecological
education to the surrounding community can also have economic value.
Traditionally, the river is a sacred area that deserves to be preserved in realizing the
activities in the wisdom of Tri Hita Karana, namely maintaining good relations with
God, nature and humans, so that the presence of water in Bali continues to maintain
its quality and quantity. An important strategy to find out the potential for
ecotourism development in urban areas is the empowerment of surrounding
communities in the tourist area. Community empowerment is a vital unit related to
physical, material, economic and income aspects, institutional aspects (growth of
individual strengths in the form of groups / groups), strength of cooperation,
intellectual strength, and shared strength to comply with and apply the principles of
empowerment. The principle of ecotourism has an inseparable part by minimizing
the negative impact of the surrounding environment through conservation efforts by
maintaining the quality of the environment and local culture, as well as being able
to empower the economy of the surrounding community.
Keywords: Potential, Ecotourism, Empowerment, Urban Communities

PENDAHULUAN Seiring dengan kesadaran


wisatawan terhadap lingkungan dan
Pariwisata menjadi landasan
isu-isu tentang pembangunan
kebijakan pengembangan perkotaan
berwawasan lingkungan, memberikan
yang mengkombinasi sediaan (supply)
pandangan pada masyarakat bahwa
yang kompetitif sesuai dengan
pentingnya prinsip-prinsip pariwisata
harapan pengunjung dengan
yang berkelanjutan. Suatu upaya
kontribusi positif terhadap
pemanfaatan sumberdaya lokal yang
pembangunan kota dan kesejahteraan
optimal adalah dengan
penduduknya (Pujaastawa, 2005).
mengembangkan pariwisata dengan
Idealnya, pengembangan wisata
konsep ekowisata. Ekowisata
berkelanjutan diarahkan pada
merupakan daerah tujuan wisata
pengembangan pariwisata perkotaan
untuk menikmati dan mempelajari
yang berwawasan lingkungan (urban
mengenai alam, sejarah, dan budaya
ecotourism). Revitalisasi sungai-sungai
pada suatu daerah, yang mana pola
yang sungai ada di Kota Denpasar
wisatanya membantu ekonomi
adalah salah satu program kerja
masyarakat lokal dan mendukung
pemerintah Kota Denpasar yang
pelestarian alam. Prinsip ekowisata
bertujuan di samping memberikan
memiliki bagian yang tidak
pendidikan ekologis bagi
terpisahkan dengan meminimalisir
masyararakat sekitar dapat juga
dampak negatif lingkungan sekitar
bernilai ekonomis.
melalui upaya-upaya konservasi
dengan mempertahankan kualitas

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 77

lingkungan dan budaya setempat, keterlibatan masyarakat lokal


serta mampu memberdayakan merupakan kunci utama dalam
ekonomi masyarakat sekitar (Fandeli, pembangunan pariwisata, sehingga
dkk. 2000). konsep pemberdayaan muncul
Pergeseran konsep sebagai usaha untuk memberikan
kepariwisataan dunia menuju model masyarakat lokal agar terlepas dari
ekowisata, disebabkan karena ketidakmampuan bersuara
kejenuhan wisatawan untuk (voicelessness) dan ketidakberdayaan
mengunjungi obyek wisata buatan. (powerlessness) yang mencakup empat
Oleh sebab itu, peluang ini dapat indikator utama yaitu: (1) kualitas
dimanfaatkan secara maksimal untuk sumber daya manusia, (2) akses
menarik wisatawan asing terhadap berbagai informasi dalam
mengunjungi obyek berbasis alam dan pekerjannya, (3) akuntabilitas
budaya penduduk lokal. Beberapa (tanggung jawab pelestarian
aspek kunci dalam pengembangan masyarakat lokal, serta (4) kapasitas
ekowisata berbasis masyarakat organisasi lokal dalam membina
(community based ecotourism) adalah masyarakat untuk lebih berdaya.
(1) jumlah pengunjung terbatas atau Dengan demikian, pentingnya
diatur supaya sesuai dengan daya pemberdayaan masyarakat adalah
dukung lingkungan dan sosial budaya menciptakan kemandirian agar
masyarakat setempat. (2) Pola wisata mampu berbuat, memahami serta
ramah lingkungan (nilai konservasi). mengaplikasikan berbagai kegiatan
(3) Pola wisata ramah budaya (nilai pembangunan, sehingga ke depan
edukasi dan wisata. (4) Membantu mampu meningkatkan taraf hidup,
secara langsung perekonomian pengembangan ekonomi masyarakat
masyarakat lokal (nilai ekonomi). (5) dan kesejahteraannya.
Modal awal yang diperlukan untuk Revitalisasi sungai-sungai yang
infrastruktur tidak besar (nilai sungai ada di Kota Denpasar adalah
partisipasi masyarakat dan ekonomi) salah satu program kerja pemerintah
(Satria, 2009). Kota Denpasar yang bertujuan
Sunyoto Usman dalam Hikmat disamping memberikan pendidikan
(2004) menyebutkan bahwa salah satu ekologis bagi masyararakat sekitar
strategi penting dalam pengembangan dapat juga bernilai ekonomis. Secara
ekowisata di perkotaan adalah tradisional, sungai merupakan
pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah suci yang patut untuk
pada area kawasan wisata. dilestarikan dalam mewujudkan
Pemberdayaan masyarakat adalah aktivitas dalam kearifan Tri Hita
satu kesatuan yang vital terkait aspek Karana yaitu menjaga hubungan baik
fisik, material, ekonomi dan terhadap Tuhan, alam dan manusia,
pendapatan, aspek kelembagaan sehingga keberadaan air di Bali tetap
(tumbuhnya kekeuatan individu lestari kualitasnya dan kuantitasnya
dalam bentuk wadah/kelompok), (Suwantoro, 2001). Sejalan dengan
kekuatan kerjasama, kekuatan RPJMD Semesta Berencana Kota
intelektual, dan kekuatan bersama Denpasar Tahun 2016-2021 yaitu:
untuk mematuhi dan menerapkan Kebijakan umum pembangunan Kota
prinsip-prinsip pemberdayaan. Pitana, Denpasar disusun sesuai dengan
dkk (2005) menyebutkan bahwa prioritas pengembangan sektor

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 78

pembangunan yakni sebagai berikut. wisata ini. Lebih lanjut menurutnya


Pertama, kebudayaan dalam penataan Tukad Bindu dilakukan
penguatan pembangunan budaya mulai tahun 2010 hingga 2012. Agar
yang mencakup 4 dimensi antara lain: pengelola Tukad Bindu ditangani
(a) budaya sebagai landasan pihak yang resmi maka terbentuk
membentuk karakter, mental, dan jati Yayasan Tukad Bindu pada 23 Maret
diri serta identitas masyarakat; (b) 2017 (Suparta, 2017). Dengan
Budaya untuk mengembangan produk demikian, seluruh sub sektor terkait
seni dan kerajinan; (c) Budaya sebagai edukasi, lingkungan, pertanian, dan
landasan pembangunan ekonomi pariwisata harus dioptimalkan,
kerakyatan; serta (d) Budaya sebagai sehingga mampu menjadi pendukung
landasan pelestarian lingkungan. dan mitra pertumbuhan industri
Kedua, pangan untuk rakyat sebagai pariwisata berkelanjutan berbasis
upaya pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan ekowisata masyarakat
rakyat berupa pangan secara mandiri di Kota Denpasar. Tujuan penlelitian
(selfsuffency) (Badan Perencanaan ini untuk mengetahui seberapa besar
Pembangunan Daerah Kota potensi pengembangan ekowisata
Denpasar). berkelanjutan sebagai wujud
Tukad Bindu Kesiman pemberdayaan masyarakat lokal
Kecamatan Denpasar Timur sebagai perkotaan di kawasan Daerah Aliran
salah satu kawasan sungai yang telah Anak Sungai Ayung yakni Tukad
mampu ditata Pemkot Denpasar Bindu, di Desa Kesiman, Kecamatan
bersama masyarakat setempat. Denpasar Timur Kota Denpasar.
Penataan Tukad Bindu juga berhasil
METODE PENELITIAN
meraih penghargaan Nasional belum
lama ini. Daya tarik Tukad Bindu Penelitian ini dilakukan di
hingga penataan kebersihannya pun Sepanjang Daerah Aliran Sungai
membuat Dinas Lingkungan Hidup Ayung yakni Tukad Bindu di Desa
(DLH) Kabupaten Bandung kepincut Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur,
melakukan kunjungan ke Tukad Kota Denpasar. Sampel dalam
Bindu Kesiman Kecamatan Denpasar penelitian ini adalah pada masyarakat
Timur, Sabtu (22/07). Kunjungan ini lokal di Sepanjang Daerah Aliran
dilakukan dalam upaya peningkatan Sungai Ayung yakni Tukad Bindu
kader sabilulungan bersih yang akan dengan. Metode penentuan responden
dilakukan oleh Kabupaten Badung. adalah dengan teknik purposive
Penasehat Yayasan Tukad Bindu Ida sampling (sengaja) (Sugiyono, 2012).
Bagus Alit B.A mengatakan Tukad Metode pengumpulan data melalui
Bindu bisa ditata dan dijadikan objek wawancara mendalam (in-depth
wisata sebagai upaya menumbuhkan interview) pada informan kunci
rasa cinta lingkungan masyarakat seperti: Kepala Desa Kesiman, Kepala
sekitar, sekaligus pemberdayaan pengelola Yayasan Tukad Bindu serta
masyarakat di lingkungan Kesiman, tokoh masyarakat setempat. Metode
Denpasar. Tidak hanya fokus ke pengumpulan data penelitian ini juga
penataan aliran sungai, inovasi ini dilengkapi dengan dokumentasi dan
juga membuka ruang keterlibatan studi kepustakaan.
masyarakat sekitar untuk menjual Analisis dalam penelitian ini
kuliner khas Bali disekitar objek termasuk penelitian deskriptif dan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 79

menggunakan metode gabungan pengembangan ekowisata digunakan


SWOT dengan AHP. Penelitian ini untuk menyusun matriks analisis
menggali dan menganalisis potensi faktor internal dan faktor eksternal.
pengembangan ekowisata Setelah mengetahui selanjutnya
berkelanjutan sebagai wujud dilakukan analisis dengan
pemberdayaan masyarakat lokal menggunakan matriks IFAS (Internal
perkotaan di kawasan Daerah Aliran Strategic Factor Analysis Summary)
Anak Sungai Ayung yakni Tukad dan EFAS (External Factor Analysis
Bindu, di Desa Kesiman, Kecamatan Summary) yang dapat menganalisis
Denpasar Timur Kota Denpasar. potensi pengembangan ekowisata
Pada Faktor ekternal (EFE dan berkelanjutan sebagai wujud
faktor internal (IFE) dalam pemberdayaan masyarakat lokal
pengembangan ekowisata perkotaan di kawasan Daerah Aliran
berkelanjutan dianalisis dengan Anak Sungai Ayung yakni Tukad
menggukanakan AHP. Analisis SWOT Bindu, di Desa Kesiman, Kecamatan
dilakukan untuk mengetahui sebesar Denpasar Timur Kota Denpasar.
pemberdayaan masyarakat lokal Faktor-faktor kekuatan dan
perkotaan di kawasan Daerah Aliran kelemahan merupakan bagian dari
Anak Sungai Ayung yakni Tukad lingkungan internal pengembangan
Bindu, dilakukan dengan beberapa ekowisata yang dapat memacu
tahapan antara lain: berkembangnya pemberdayaan petani
1. Menyusun faktor internal (IFE) dan di perkotaan. Sedangkan faktor-faktor
faktor eksternal (EFE) dalam peluang dan ancaman merupakan
pengembangan ekowisata maka bagian dari lingkungan eksternal
masing-masing faktor ditentukan pengembangan ekowisata yang dapat
bobot dan rangkingnya. memacu berkembangnya
2. Pemberian bobot masing-masing pemberdayaan masyarakat lokal di
faktor mulai dari sangat penting perkotaan.
(1.0) sampai dengan tidak penting
(0,0). Faktor-Faktor Internal dan Evaluasi
3. Setelah bobot ditentukan Faktor Internal Potensi
kemudian rating ditentukan dari Pengembangan Ekowisata
pengaruh. Nilai Rating memiliki Berkelanjutan Sebagai Wujud
rentang 1 s/d 5. Rating 1 berati Pemberdayaan Masyarakat Lokal
tidak berpengaruh sedangkan Perkotaan Di Kawasan Daerah Aliran
rating 5 berati sangat berpengaruh. Anak Sungai Ayung
4. Skor ditentukan hasil pengalian Penentuan faktor-faktor
antara bobot dengan rating. 5. internal pengembangan ekowisata,
Kemudian tentukan total skor ditentukan melalui Focus Group
faktor internal dan faktor eksternal Discusion (FGD). Faktor-faktor
(Rangkuti, 2002). internal yang dipilih yaitu faktor
kekuatan dan kelemahan yang ada
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada pemberdayaan masyarakat lokal
Hasil penentuan faktor-faktor di perkotaan. Peserta Focus Group
strategis lingkungan internal dan Discusion (FGD) merupakan orang-
eksternal yang berpengaruh terhadap orang yang dianggap dapat mewakili

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 80

responden internal yaitu informan baik untuk say hello, membeli


kunci di Daerah Aliran Anak Sungai produk olahan makanan
Ayung yakni Tukad Bindu di Desa masyarakat lokal, peken bindu,
Kesiman. Faktor internal yang dsb.
digunakan untuk menyususn matriks f. Lingkungan yang bersih dan indah
IFAS, dapat dilihat sebagai berikut: disepanjang areal wisata, karena
berada di sepanjang Daerah Aliran
Faktor-faktor kekuatan antara lain Anak Sungai Ayung yakni Tukad
sebagai berikut. Bindu di Desa Kesiman dengan
a. Objek wisata yang menarik, karena berbagai wahana wisata lainnya.
pada lokasi ini ditetapkan sebagai g. Fasilitas penunjang wisata yang
jalur hijau untuk melestarikan lengkap yakni: area jogging track
lingkungan sungai di perkotaan untuk jogging maupun cycling,
khususnya Daerah Aliran Anak bangunan semi permanen untuk
Sungai Ayung yakni Tukad Bindu makanan khas kesiman, wisata air,
di Desa Kesiman. wisata spiritual, gazebo (tempat
b. Aksesibilitas mudah, karena lokasi bersantai), dsb.
wisata yang strategis berada
tengah kota, dekat bandara, berada Faktor-faktor kelemahan antara lain
di areal jalan bypass Ngurah Rai, sebagai berikut.
sehingga dalam jalur transportasi a. Atraksi pertanian urban farming
pun mudah. perkotaan kurang menonjol.
c. Kehidupan sosial budaya menarik, b. Atraksi budaya kurang mononjol:
karena anggota subak dan seni patung, karena kegiatan
masyarakat sekitar masih utama wisata adalah potensi
melestarikan tradisi hindu buatan yakni: memancing, wisata
berlandaskan konsep Tri Hita air, wisata spiritual: yoga,
Karana (hubungan yang harmonis bersantai menikmati
antara manusia dengan Tuhan pemandangan.
(parhyangan), manusia dengan c. Rendahnya pengetahuan
manusia lainnya (pawongan), dan masyarakat mengenai potensi
manusia dengan alam wisata menyebabkan masyarakat
(palemahan). Hal ini masih kurang berkontribusi secara
tercermin pada ritual upacara langsung dalam program wisata
keagamaan, adat bali menyama yang dijalankan.
braya pada nelu bulanin, nganten, d. Promosi wisata yang kurang
mesangih, ngaben, dsb. maksimal, karena hanya
d. Potensi wisata buatan yang mengandalkan kenalan, atau
menarik, pada kawasan Tukad mouth to mouth. Untuk media
Bindu terdapat paket wisata: online belum sepenuhnya
wisata memancing, edukasi produktif dijalankan baik bermitra
lingkungan hayati, wisata air, dengan dinas pemerintahan, pihak
wisata religi, wisata pertanian tour and travel, maupun
urban farming di perkotaan (urban perhotelan, sehingga benefit yang
farming), dsb. di dapat tiap tahunnya tidak terlalu
e. Masyarakat yang ramah dan tinggi.
terbuka disepanjang areal wisata

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 81

e. Kelembagaan ekonomi yang memiliki koperasi sebagai arus kas


kurang produktif, karena belum dalam pengelolaan wisata.

Tabel 1 Matriks Evaluasi Faktor Internal Model Strategi Pengembangan Ekowisata


dalam Upaya Pemberdayaan Petani Perkotaan

Faktor Strategis Internal


No Kekuatan Bobot Rating Skor
1 Objek Wisata Menarik 0,17 5 0,63
2 Aksesibilitas Mudah 0,15 5 0,59
3 Kehidupan sosial budaya menarik 0,11 4 0,25
4 Potensi wisata buatan yang menarik 0,16 5 0,54
5 Masyarakat yang ramah dan terbuka 0,15 4 0,52
6 Lingkungan bersih dan indah 0,14 4 0,41
7 Fasilitas penunjang pariwisata lengkap 0,12 4 0,48
TOTAL 1,00 31 3,42

Tabel 1 Lanjutan Matriks Evaluasi Faktor Internal Model Strategi Pengembangan


Ekowisata dalam Upaya Pemberdayaan Petani Perkotaan

Faktor Strategis Internal


No Kelemahan Bobot Rating Skor
1 Atraksi pertanian kurang menonjol 0,20 5 0,61
2 Atraksi budaya kurang menonjol 0,22 5 0,59
Rendahnya pengetahuan
3 0,19 5 0,63
masyarakatmengenai program wisata
4 Promosi wisata kurang maksimal 0,17 4 0,68
Kelembagaan ekonomi yang kurang
5 0,22 4 0,73
produktif
TOTAL 1,00 23 3,24
Sumber: Analisis data Primer

Faktor-Faktor Eksternal dan Discusion merupakan orang-orang


Evaluasi Faktor Eksternal Strategi yang dianggap dapat mewakili
Pengembangan Pertanian Perkotaan responden eksternal yaitu Kepala
di Kota Denpasar Desa, Kelian Adat, Kepala Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura,
Penentuan identifikasi faktor-
Perkebunan Kota Denpasar, serta
faktor eksternal potensi
Dinas Pariwisata Kota Denpasar.
pengembangan ekowisata
Faktor-faktor eksternal yang dipilih
berkelanjutan sebagai wujud
yaitu faktor kekuatan dan kelemahan
pemberdayaan masyarakat lokal
yang dimiliki oleh pengembangan
perkotaan di kawasan Daerah Aliran
ekowisata dalam upaya pemberdayaan
Anak Sungai Ayung adalah,
masyarakat lokal Kawasan Daerah
ditentukan melalui Focus Group
Aliran Anak Sungai Ayung di Kota
Discusion (FGD). Peserta Focus Group

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 82

Denpasar. Faktor eksternal yang g. Meningkatkan PAD, karena Tukad


digunakan untuk menyusun matriks Bindu pada kawasan sungai
EFAS, dapat dilihat pada faktor-faktor perkotaan di Desa Kesiman
peluang sebagai berikut. merupakan salah satu lokasi
wisata yang sering dikunjungi
Faktor-Faktor Peluang antara lain masyarakat perkotaan.
sebagai berikut.
a. Lingkungan Sungai di perkotaan Faktor-faktor ancaman dapat dilihat
lestari, hal ini karena revitalisasi sebagai berikut:
sungai sebagai kawasan yang wajib a. Pengembangan wisata ke depan
dilestarikan padai sungai-sungai dapat merusak sektor lingkungan
yang sudah sangat tercemar di apabila limbah yang dihasilkan
perkotaan. wisata disalurkan pada aliran
b. Budaya lokal sebagai atraksi sungai dan pengunjung yang tidak
wisata, misalnya kesenian patung tertib pada kawasan pertanian.
ukir, kegiatan menyama braya, Terkikisnya nilai budaya apabila
dan ritual keagamaan petani di dalam program wisata tidak
kawasan wisata. terdapat paket budaya yang
c. Bangunan wisata yang tidak ditawarkan secara kontinyu.
merusak lingkungan, hal ini b. Lingkungan yang mulai tercemar,
karena bangunan wajib dibangun apabila ketika acara atau kegiatan
secara semi permanen untuk wisata limbah tidak mampu
perlindungan kawasan jalur hijau dikelola dengan baik.
pertanian perkotaan. c. Masyarakat lokal sebagai objek
d. Kebersihan dan keamanan wisata apabila tidak dilibatkan
lingkungan terjaga karena prinsip secara langsung dalam program
palemahan dalam konsep Tri Hita wisata, sehingga perlu edukasi dan
Karana untuk menjaga dimasukkan sebagai mitra kerja
keharmonisan dengan alam swasta untuk kegiatan wisata.
sekitar. d. Pemasaran produk pertanian
e. Menggerakkan sektor belum sepenuhnya terlibat di
perekonomian masyarakat, hal ini kawasan wisata, karena belum
karena Tukad Bindu merupakan dibuat seperti kegiatan pasar tani
daerah ekowisata perkotaan atau pun kawasan strategis dan
membuka peluang lapangan sebagai wahana promosi.
pekerjaan bagi masyarakat sekitar. e. Masyarakat tidak sepenuhnya
f. Dukungan pemerintah kota dalam terlibat dalam kegiatan wisata
pelestarian jalur hijau diperkotaan, karena edukasi dan partisipasi
dengan pembuatan areal jogging aktif yang kurang dan komunikasi
track di kawasan Tukad Bindu dan keduanya yang belum transparan
bangunan semi permanen di areal untuk mengelola wisata.
wisata.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 83

Tabel 2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Model Strategi Pengembangan


Ekowisata dalam Upaya Pemberdayaan Petani Perkotaan

Faktor Strategis Eksternal


No Peluang Bobot Rating Skor
1 Pertanian di perkotaan lestari 0,15 5 0,63
2 Budaya lokal sebagai atraksi wisata 0,11 5 0,33
Bangunan wisata tidak merusak
3 0,13 4 0,40
lingkungan
Kebersihan dan keamanan lingkungan
4 0,16 4 0,39
sungaiterjaga
Menggerakkan sektor perokonomian
5 0,15 4 0,30
masyarakat
Dukungan pemerintah dalam
6 pelestarian jalur hijau di DAS 0,17 4 0,57
perkotaan
7 Meningkatkan PAD 0,13 4 0,35
TOTAL 1,00 30 2,97

Tabel 2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Model Strategi Pengembangan


Ekowisata dalam Upaya Pemberdayaan Petani Perkotaan

Faktor Strategis Eksternal


No Ancaman Bobot Rating Skor
Pengembangan wisata merusak
1 0,15 4 0,40
pertanian
2 Terkikisnya nilai budaya 0,12 4 0,29
3 Lingkungan mulai tercemar 0,11 3 0,27
Masyarakat lokal hanya sebagai objek
4 0,16 5 0,51
wisata
Pemasaran produk pertanian belum
5 sepenuhnya terlibat di wisata Tukad 0,17 4 0,53
Bindu
Masyarakat tidak sepenuhnya terlibat
6 0,18 5 0,61
dalam pengelolaan wisata
7 Persaingan wisata perkotaan lainnya 0,11 4 0,21
TOTAL 1,00 29 2,82
Sumber: Analisi data Primer

Penentuan Alternatif Strategi strategi mana yang terbaik. Tidak


dengan Matriks SWOT semua strategi yang dikembangkan
dalam matriks SWOT yang dipilih
Tujuan dari tahap ini adalah
untuk implementasi. Empat tipe
untuk menghasilkan alternatif strategi
strategi yang disarankan yaitu strategi
yang layak bukan untuk memilih
SO (kekuatan-peluang), strategi ST

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 84

(kekuatan-ancaman), strategi WO 3. Strategi W-O (Weeknesses-


(kelemahan-peluang), dan strategi WT Opportunities)
(kelemahan-ancaman). Matriks SWOT Strategi yang memperkecil
dalam mengukur potensi kelemahan dengan memanfaatkan
pengembangan ekowisata peluang yang ada. Strategi yang
berkelanjutan sebagai wujud digunakan adalah memberikan
pemberdayaan masyarakat lokal edukasi dan penyuluhan melalui dinas
perkotaan di kawasan Daerah Aliran pemerintahan Kota Denpasar pada
Anak Sungai Ayung yakni Tukad masyarakat lokal terkait program
Bindu, di Desa Kesiman, dan wisata yang dijalankan dan
dirumuskan beberapa alternatif meningkatkan produktivitas sayuran
strategi, yakni: organik, pemanfaatan sungai sebagai
1. Strategi S-O (Strengths- wisata air dan wisata spiritual, dan
Opportunity) edukasi lingkungan hayati sehingga
Strategi yang menggunakan promosi wisata mampu lebih efektif
kekuatan untuk memanfaatkan dan menguntungkan
peluang yaitu melestarikan pertanian 4. Strategi W-T (Weeknesses-Treaths)
(urban farming) perkotaan dan edukasi Strategi untuk meminimalkan
lingkungan hayati di sepanjang kelemahan dan mengantisipasi
kawasan aliran sungai melalui ancaman adalah menjalin kerjasama
pengembangan ekowisata dalam dengan pemerintah, pihak swasta
meningkatkan produktivitas lainnya untuk meningkatkan promosi
pertanian, atraksi wisata, menjaga wisata dan pengembanagan atraksi
kelestarian lingkungan, dan pertanian, budaya, edukasi
meningkatkan ekonomi masyarakat lingkungan dalam keberlanjutan
dengan kegiatan wisata yang program ke depan.
dijalankan.
2. Strategi S-T (Strengths-Threaths) Penentuan Prioritas Strategi
Strategi menggunakan kekuatan
Berdasarkan pembobotan hasil
untuk mengatasi ancaman dengan
kuisioner, maka disusun prioritas
memberdayakan masyarakat lokal
strategi yang memiliki nilai paling
melalui partisipasi aktif dalam
tinggi sampai paling rendah, seperti
pengelolaan wisata di Tukad Bindu,
terdapat pada tabel 3.
sehingga mampu meningkatkan
pendapatan petani dalam mengelola
wisata.

Tabel 3 Prioritas Strategi Model Pengembangan Ekowisata dalam Upaya


Pemberdayaan Petani Perkotaan

Prioritas Strategi Bobot Nilai


I Strength- Threat (ST) 2,86
II Weaknesas- Opportunity (WO) 2,32
III Weakness- Threat (WT) 2,21
IV Strength- Opportunity (SO) 1,83
Sumber: Analisis Data Primer

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 85

Urutan alternatif strategi hasil dengan kegiatan wisata yang


interaksi IFAS-EFAS pada tabel 5 dijalankan.
menunjukkan bahwa yang 2. Strategi S-T (Strengths-Threaths)
menghasilkan alternative strategi Strategi menggunakan kekuatan
dengan bobot tertinggi adalah strategi untuk mengatasi ancaman dengan
Strength-Threat (ST), dalam hal ini memberdayakan masyarakat lokal
pembentukan potensi pengembangan melalui partisipasi aktif dalam
ekowisata adalah strategi pertama pengelolaan wisata di Tukad Bindu,
yang harus dilakukan. Kemudian sehingga mampu meningkatkan
alternative strategi yang kedua adalah pendapatan masuarakat lokal dalam
strategi Weakness-Opportunity (WO), mengelola wisata.
diadakannya 3. Strategi W-O (Weeknesses-
pemberdayaanmasyarakat lokal. Opportunities)
Strategi ketiga adalah Weakness- Strategi yang memperkecil
Threat (WT), yaitu memberikan kelemahan dengan memanfaatkan
edukasi dan penyuluhan. Strategi peluang yang ada. Strategi yang
keempat adalah Strength-Opportunity digunakan adalah memberikan
(SO) yaitu menjalin kerjasama dengan edukasi dan penyuluhan melalui dinas
pemerintah, pihak swasta. pemerintahan Kota Denpasar pada
petani terkait program wisata yang
SIMPULAN DAN SARAN
dijalankan dan meningkatkan
Simpulan produktivitas pertanian organik (urban
farming), edukasi lingkungan hayati,
Berdasarkan temuan-temuan
sehingga promosi wisata lebih efektif
penelitian dan hasil pembahasan
dan menguntungkan
dapat disimpulkan pada alternatif
4. Strategi W-T (Weeknesses-Treaths)
strategi yang digunakan untuk potensi
Strategi untuk meminimalkan
pengembangan ekowisata
kelemahan dan mengantisipasi
berkelanjutan sebagai wujud
ancaman adalah menjalin kerjasama
pemberdayaan masyarakat lokal
dengan pemerintah, pihak swasta
perkotaan di kawasan Daerah Aliran
lainnya untuk meningkatkan promosi
Anak Sungai Ayung yakni Tukad
wisata dan pengembanagan atraksi
Bindu, di Desa Kesiman, adalah
pertanian perkotaan, budaya, edukasi
sebagai berikut.
lingkungan hayati dalam
1. Strategi S-O (Strengths-
keberlanjutan program ke depan.
Opportunity)
Strategi yang menggunakan Saran
kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yaitu melestarikan pertanian Dari uraian dan kesimpulan
perkotaan dan lingkungan sungai yang diperoleh tentang potensi
melalui pengembangan ekowisata pengembangan ekowisata
dalam meningkatkan produktivitas berkelanjutan sebagai wujud
pertanian, atraksi wisata, menjaga pemberdayaan masyarakat lokal
kelestarian lingkungan sungai, dan perkotaan di kawasan Daerah Aliran
meningkatkan ekonomi masyarakat Anak Sungai Ayung yakni Tukad

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 86

Bindu, di Desa Kesiman, dapat Hikmat, H. 2004. Strategi


disarankan hal-hal sebagai berikut Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
1. Dalam upaya memberdayakan Humaniora.
masyarakat lokal diperlukan
Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri.
dukungan sektor swasta (investor)
2005. Sosiologi Pariwisata.
dalam pengembangan ekowisata
Yogyakarta: Andi. Prasiasa.
berbasis masyarakat untuk
melibatkan masyarakat lokal Pitana, I Gde .2005. Subak, Sistem
secara aktif dalam aktivitas wisata Irigasi Tradisional di Bali. Denpasar:
yang dilakukan. Upada Sastra.
2. Pihak Yayasan Tukad Bindu
Pujaastawa, I B G, Wirawan I GP,
diharapkan lebih intensif dalam
Adhika I M. 2005. Pariwisata Terpadu
membina masyarakat lokal dengan
Alternatif Model Pengembangan
bekerja sama pihak dinas terkait
Pariwisata Bali Tengah. Denpasar:
untuk pengembangan pertanian
Universitas Udayana Press.
yang menguntungkan, edukasi
lingkungan hayati, sehingga Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT
produk wisata dalam aktivitas Teknik Membedah Kasus Bisnis.
wisata yang dijalankan bisa Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
disediakan masyarakat lokal untuk Utama.
dipasarkan secara kontinyu.
3. Pemerintah melalui Dinas terkait Satria, D. 2009. Strategi
diharapkan memfasilitasi secara Pengembangan Ekowisata Berbasis
konsisten dalam akses pemasaran Ekonomi Lokal dalam Rangka Program
produk pertanian, promosi wisata Pengentasan Kemiskinan di Wilayah
melalui berbagai acara-acara besar Kabupaten Malang. Journal of
Dinas untuk diadakan di Tukad Indonesian Applied Economics
Bindu, sehingga peningkatan 3(1):37-47.
ekonomi dapat tercapai secara Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
signifikan. Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA
Suwantoro, Gamal. 2001. Dasar-Dasar
Fandeli, D. 2000. Pengertian dan
Pariwisata. Yoyakarta : ANDI
Konsep Dasar Ekowisata. Fakultas
Yogyakarta.
Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p06
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR


PERTANIAN DI PROVINSI BALI
I Made Sudarma1, Abd. Rahman As-syakur1
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Universitas Udayana
sudarmaimade@yahoo.com

ABSTRAK

Perubahan iklim merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat


pemanasan global yang berdampak luas terhadap berbagai sendi kehidupan.
Perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta
kenaikan suhu udara dan permukaan air laut merupakan dampak serius dari
perubahan iklim yang berpengaruh terhadap sektor pertanian. Untuk Indonesia
ancaman akan perubahan iklim akan memberikan dampak yang serius terhadap
pencapain target pembangunan berkelanjutan. Untuk Provinsi Bali, perubahan
iklim menyebabkan terganggunya suplai air untuk berbagai sektor termasuk
pertanian akibat perubahan curah hujan. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan luas
lahan yang semula sangat sesuai secara agroklimat untuk tanaman padi menurun
sebesar 20% dalam rentang waktu 1990-2009. Perubahan perilaku curah hujan
yang menyebabkan pergeseran musim kemarau dan hujan menyebabkan pola
tanam padi saat ini tidak sesuai lagi seperti pada masa-masa sebelumnya. Dalam
upaya menyikapi perubahan iklim, mitigasi perubahan iklim yang bertujuan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan upaya mitigasi dapat dilakukan
melalui penggunaan varietas rendah emisi, penggunaan pupuk organik, serta
penyesuaian teknik budidaya melalui pengelolaan air dan lahan serta
mensosialisasikan pentingnya asurasni pertanian dalam mengurangi kerugian
petani akibat perubahan iklim sangat perlu diintensifkan.
Kata Kunci: Perubahan Iklim, Pertanian, Mitigasi, Adaptasi

THE IMPACT OF CLIMATE CHANGE ON THE AGRICULTURAL SECTOR IN BALI


PROVINCE

ABSTRACT

Climate change is an unavoidable thing due to global warming which has a


wide impact on various aspect of life. Changes of rainfall patterns, increas of the
frequency of extreme climate and an increase in air and sea levels are serious impacts
of climate change that will affect the agricultural sector. For Indonesia, the threat of
climate change will have a serious impact on achieving sustainable development
targets. For the Bali Province, climate change causes disruption of water supply for

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 88

various sectors, including agriculture sector. This is indicated by the decrease of land
area that was very suitable for paddy rice untill 20% as long in the period 1990-
2009. Due to changes in rainfall by climate change, the current cropping pattern of
rice must also be adjusted. In an effort to address climate change, can be done
through the plant of low emission varieties, use of organic fertilizers, adjusting
cultivation techniques through water and land management and socializing the
importance of agricultural insurance for reducing farmers' risk due to climate
change.
Keywords: Climate change, agriculture, mitigation, adaptation

PENDAHULUAN dapat menjadi ancaman terhadap


keberhasilan pencapaian
Perubahan iklim (climate
pembangunan sosial ekonomi
change) adalah kondisi beberapa
Indonesia.
unsur iklim yang magnitude dan atau
Komunitas internasional
intensitasnya cenderung berubah atau
meyakini bahwa saat ini perubahan
menyimpang dari dinamika dan
iklim telah dan sedang terjadi dan
kondisi rata-rata. Penyebab utama
berdampak luas terhadap kehidupan
perubahan iklim adalah kegiatan
manusia. Salah satu landasan ilmiah
manusia (antropogenik) yang
penting yang membahas isu
berkaitan dengan meningkatnya emisi
perubahan iklim adalah laporan
GRK.Perubahan iklim yang terjadi
penilaian keempat (Fourth Assessment
akibat emisi atau pelepasan gas
Report, AR4), yang diterbitkan oleh
rumah kaca semakin hari makin
Panel antar Pemerintah mengenai
mengancam kehidupan umat manusia
Perubahan Iklim (Intergovernmental
dan keanekaragaman hayati di muka
Panel on Climate Change; IPCC) pada
bumi. Tanda-tanda fenomena ini
tahun 2007. Laporan tersebut
semakin dirasakan, sebagaimana yang
menegaskan peran kontribusi
dialami Indonesia sebagai negara
kegiatan manusia (faktor
kepulauan, yang sangat rentan
antropogenik) dalam meningkatkan
terhadap perubahan iklim karena
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di
telah menyebabkan berbagai bencana,
atmosfer yang mempercepat laju
seperti: banjir, longsor, kemarau
kenaikan temperatur global (global
panjang, angin kencang dan
warming) serta diyakini telah
gelombang air laut tinggi. Ancaman
mengakibatkan perubahan iklim di
bencana bahkan dapat terjadi dalam
berbagai tempat. Laporan IPCC tahun
intensitas yang lebih besar dan secara
2018 kembali menegaskan peran
langsung dirasakan, misalnya pada
kegiatan manusia dimasa lalu dan
masyarakat petani dan nelayan serta
saat ini terhadap peningkatan gas
pada masyarakat yang tinggal di
rumah kaca (GRK) yang menyebabkan
pesisir, pedesaan, maupun perkotaan.
kenaikan temperatur global. Saat ini,
Dampak lebih luasnya tidak saja
laju peningkatan temperatur
merusak lingkungan tetapi juga
permukaan rata-rata global telah
membahayakan kesehatan manusia,
mencapai 1°C di atas masa pra-
mengganggu ketersediaan bahan
industri dan diperkirakan akan
pangan, kegiatan pembangunan
mencapai 1,5 °C antara tahun 2030
ekonomi, pengelolaan sumberdaya
dan 2052, apabila kondisi laju
alam, dan infrastruktur. Hal ini akan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 89

peningkatan GRK masih sama seperti organik terjadi pada kondisi


masa sekarang (IPCC, 2018). kekurangan oksigen, terutama pada
Berdasarkan hasil inventori GRK yang proses fermentasi pencernaan
dilakukan oleh UNFCCC (2006), ruminansia, kotoron ternak, dan
Indonesia berada dalam urutan ke-16 lahan sawah (Mosier 2001). N2O
dari 20 negara penyumbang emisi dihasilkan dari transformasi mikroba
GRK terbesar di dunia, dengan pada tanah dan kotoran ternak dan
Amerika Serikat sebagai penyumbang meningkat apabila ketersediaan
emisi terbesar disusul oleh negara- nitrogen melebihi kebutuhan
negara Eropa Barat dan China. Emisi tanaman, terutama pada kondisi
GRK yang dihasilkan oleh berbagai basah (Smith dan Conen 2004)
negara di dunia diprediksi akan terus Menurut US-EPA (2006), emisi
bertambah pada masa mendatang sektor pertanian Indonesia pada tahun
karena meningkatnya kebutuhan 2005 mencapai 141 juta ton karbon
akan pangan, penggunaan lahan ekuivalen (Mt CO2e). Dibandingkan
marginal, peningkatan konsumsi dengan negara lain seperti Amerika
daging, dan kebijakan perdagangan Serikat yang mencapai 442 Mt CO2e,
internasional yang menyebabkan China 1.171 Mt CO2e, Brasil 598 Mt
peningkatan penggunaan energi CO2e, dan India 442 Mt CO2e pada
untuk transportasi. tahun yang sama, emisi dari sektor
pertanian Indonesia termasuk kecil.
EMISI GRK SEKTOR PERTANIAN
Hasil inventori GRK Indonesia dari
Di tingkat dunia, sektor Second National Communication (UNDP
pertanian menyumbang sekitar 14% Indonesia 2009) menunjukkan
dari total emisi pada tahun 2000. kontribusi emisi sektor pertanian jauh
Sektor pertanian melepaskan emisi lebih rendah, yaitu 51,20 Mt CO2e
GRK ke atmosfer dalam jumlah yang atau hanya 8 % dari total emisi
cukup signifikan, yaitu berupa CO2, Indonesia (436,90 Mt CO2e), tidak
CH4, dan N2O (Paustian et all. 2004). termasuk emisi dari degradasi hutan,
CO2 sebagian besar dilepaskan dari kebakaran gambut, dan dari drainase
proses pembusukan oleh mikroba, lahan gambut.
pembakaran serasah tanaman, dan Perubahan iklim merupakan
dari bahan organik tanah (Janzen hal yang tidak dapat dihindari akibat
2004; Smith 2004). Sumber emisi pemanasan global dan akan
tertinggi sektor pertanian berasal dari berdampak luas terhadap berbagai
penggunaan pupuk, peternakan, aspek kehidupan, termasuk sektor
lahan sawah, limbah ternak, dan pertanian. Hasil analisis global
pembakaran sisa-sisa pertanian (WRI terhadap indeks perubahan iklim,
2005). Emisi dari kegiatan produksi yaitu nilai yang mengukur
padi dan pembakaran biomassa penyimpangan iklim di masa yang
sebagian besar merupakan kontribusi akan datang dengan kondisi yang
dari negara berkembang, yaitu terjadi saat ini, oleh Baettig et al.
masing-masing 97% dan 92%, di mana (2007) adalah sebesar 7 dan 8. Nilai ini
emisi metana (CH4) dari padi memberikan arti bahwa Indonesia
umumnya berasal dari Asia Selatan akan mengalami peningkatan
dan Asia Timur (82%). Metana frekuensi kejadian iklim ekstrim
dihasilkan apabila dekomposisi bahan seperti banjir dan kekeringan pada

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 90

masa datang. Kondisi ini telah mitigasi dan adaptasi (Surmaini, et all.
dirasakan oleh Indonesia berupa 2011).
kejadian banjir dan kekeringan Untuk Provinsi Bali, emisi GRK
sehingga menyebabkan kerusakan Provinsi Bali berasal dari 3 (tiga)
tanaman padi sawah pada periode bidang yaitu 1) berbasis lahan, 2)
tahun 1989-2007 cukup signifikan. berbasis energi dan 3) pengelolaan
Perubahan pola curah hujan dan limbah, dimana pada tahun 2010
kenaikan suhu udara menyebabkan emisi GRK mencapai sekitar 22,4 juta
produksi pertanian menurun secara ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini
signifikan. Kejadian iklim ekstrem menggambarkan kontribusi per
berupa banjir dan kekeringan bidang untuk tahun 2017 di Provinsi
menyebabkan tanaman yang Bali. Hasil proyeksi Business as Usual
mengalami puso semakin luas. (BAU) Provinsi Bali tahun 2020 tanpa
Peningkatan permukaan air laut intervensi aksi mitigasi, bidang
menyebabkan penciutan lahan sawah berbasis energi menempati porsi
di daerah pesisir dan kerusakan penyumbang emisi GRK terbesar
tanaman akibat salinitas. Dampak sebanyak 86%, sedangkan bidang
perubahan iklim yang demikian besar berbasis lahan dan limbah secara
memerlukan upaya aktif untuk berturut-turut menyumbang 13% dan
mengantisipasinya melalui strategi 1% dari total BAU 2020 di Provinsi
Bali.

Gambar 1. ProfiL Emisi GRK Provinsi Bali


Sumber: BPPIKHL Jawa-Bali –Nusra, Sign Smart (2017)

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA semakin meningkatnya intensitas


SEKTOR PERTANIAN fenomena cuaca yang ekstrim.
Perubahan iklim merupakan salah
Meningkatnya suhu global
satu ancaman yang sangat serius
diperkirakan akan menyebabkan
terhadap sektor pertanian dan
banyak perubahan di permukaan
potensial mendatangkan masalah
bumi seperti ditunjukkan oleh
baru bagi keberlanjutan
2 produksi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 91

pangan dan sistem produksi pertanian produksi sebesar 10,7% pada kondisi
pada umumnya. Pertanian merupakan El Nino dan sebesar 11,4 % pada
subsektor tanaman pangan dan kondisi La Nina. Padi sawah yang
hortikultura yang paling rentan umumnya diusahakan pada lahan
terhadap perubahan pola curah hujan. basah, mengalami pengaruh
Berdasarkan laporan DNPI (2013) penurunan produksi 2,9% pada saat
sektor pertanian mengalami gangguan El Nino dan sebaliknya terjadi
langsung akibat perubahan iklim. peningkatan produksi 2,4% pada saat
Perubahan iklim mengakibatkan La Nina. Jagung mendapatkan
peningkatan curah hujan di wilayah pengaruh penurunan produksi 7,4%
tertentu dan sekaligus kekeringan di pada saat El Nino dan peningkatan
tempat yang lain (Kusnanto, 2011). produksi 3,9% pada saat La Nina. Ubi
Hal ini berdampak bagi petani yang jalar adalah tanaman yang paling
tidak lagi memprediksi musim tanam toleran terhadap perubahan iklim
secara akurat. Tanaman hortikultura karena memperoleh dampak
umumnya merupakan tanaman peningkatan produksi 2,5% pada
semusim yang relatif sensitif terhadap kondisi El Nino. Terkait dengan
cekaman (kelebihan dan kekurangan) pemahaman petani terhadap
air. Secara teknis, kerentanan perubahan iklim, hasil penelitian
tanaman hortikultura sangat Negara (2016) menunjukkan bahwa
berhubungan dengan sistem pengetahuan petani stroberi tentang
penggunaan lahan, sifat tanah, pola perubahan iklim di Desa Pancasari
tanam, teknologi pengelolaan tanah, terkategori tinggi (skor 3,81) ditinjau
air, tanaman, dan varietas. Oleh sebab dari parameter pengertian perubahan
itu, kerentanan tanaman hortikultura iklim, sumber informasi perubahan
terhadap pola curah hujan akan iklim, bentuk perubahan iklim yang
berimbas pada luas areal tanam, dirasakan, dan dampak perubahan
produktivitas dan kualitas hasil. iklim terhadap perkebunan stroberi.
Kejadian iklim ekstrim, terutama El- Terdapat hubungan positif tingkat
Nino atau La-Nina, antara lain pengetahuan petani tentang
menyebabkan: (a) kegagalan panen, perubahan iklim terhadap adaptasi
penurunan indeks pertanaman (IP) budidaya stroberi di Desa Pancasari.
yang berujung pada penurunan Hasil penelitian Peng et all.
produktivitas dan produksi, (b) (2004), setiap kenaikan suhu minimal
kerusakan sumberdaya lahan 1oC akan menurunkan hasil tanaman
pertanian, (c) peningkatan frekuensi, padi sebesar 10%. Matthews et al.
luas, dan bobot/intensitas (1997) menunjukkan bahwa kenaikan
kekeringan, (d) peningkatan suhu 1oC akan menurunkan produksi
kelembaban, dan (e) peningkatan 5-7%. Penurunan tersebut disebabkan
intensitas gangguan organisme berkurangnya pembentukan sink,
pengganggu tanaman (OPT). lebih pendeknya periode
Penelitian yang dilakukan oleh pertumbuhan, dan meningkatnya
Santoso (2016) di Maluku respirasi (Matthews dan Wassman
menunjukkan bahwa kedelai 2003). Kenaikan permukaan air laut
merupakan komoditas yang paling juga berdampak serius pada sektor
sensitif terhadap perubahan iklim pertanian. Dampak paling nyata
karena memiliki dampak penurunan adalah penciutan lahan pertanian di

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 92

pesisir pantai (Jawa, Bali, Sumatera signifikan juga diikuti oleh kondisi
Utara, Lampung, Nusa Tenggara musim kemarau yang lebih basah.
Barat, dan Kalimantan), kerusakan Kondisi tersebut menyebabkan
infrastruktur pertanian, dan terganggunya suplai air untuk
peningkatan salinitas yang merusak berbagai sector termasuk pertanian.
tanaman (Las 2007). Lebih lanjut, hasil studi Prasetia dan
Novianti (2011) juga menunjukan
Potensi kehilangan luas lahan
bahwa lahan yang sangat sesuai
sawah akibat naiknya permukaan air
secara agroklimat untuk tanaman
laut berkisar antara 113.000-146.000
padi di Provinsi Bali telah menurun
ha, lahan kering areal tanaman
sebesar 20% antara rentang waktu
pangan 16.600-32.000 ha, dan lahan
1990-1999 dan 2000-2009 (Gambar
kering areal perkebunan 7.000-9.000
2(a) 2(b) dan 2 (c)), dimana yang
ha. Menjelang tahun 2050, tanpa
dominan disebabkan oleh perubahan
upaya adaptasi perubahan iklim
curah hujan. Studi tersebut juga
secara nasional, diperkirakan
mengindikasikan bahwa pada rentang
produksi tanaman pangan strategis
waktu tahun 1970 sampai 2000 curah
akan menurun 20,30-27,10% untuk
hujan saat musim hujan berubah
padi, 13,60% untuk jagung, 12,40%
sebesar 46% dan 54% saat musim
untuk kedelai, dan 7,60% untuk tebu
kemarau. Di wilayah Tabanan selatan
dibandingkan produksi tahun 2006.
yang merupakan salah satu sentra
Potensi penurunan produksi padi
padi bagi Provinsi Bali kesesuaian
tersebut terkait dengan berkurangnya
agroklimatnya menurun dari sangat
lahan sawah di Jawa seluas 113.003-
sesuai menjadi sesuai, sedangkan di
146.473 ha, di Sumatera Utara 1.314-
wilayah Kecamatan Seririt yang
1.345 ha, dan di Sulawesi 13.672-
merupakan salah satu sentra padi
17.069 ha (Handoko et al. 2008).
untuk wilayah utara Bali kesesuaian
Beberapa kajian ilmiah yang
agroklimatnya juga menurun dari
dilakukan di Provinsi Bali dari data
sesuai menjadi sesuai marginal.
observasi lapangan menunjukan
Perubahan kesesuaian tersebut
adanya indikasi perubahan iklim di
menyebabkan meningkatnya tingkat
Provinsi Bali. Hasil studi Badan
kerentanan sektor pertanian,
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
khususnya budidaya padi, terhadap
(BMKG; 2010) menunjukan bahwa
perubahan iklim di Provinsi Bali.
pola curah hujan di Provinsi Bali telah
Penelitian lain yang dilakukan oleh As-
berubah berdasarkan data tahun 1951
syakur et al. (2017) juga
sampai 2010 (50 tahun), dimana pada
mengindikasikan bahwa anomaly
beberapa tempat di Bali awal musim
iklim seperti El Nino juga berdampak
hujan dan kemaraunya lebih maju
terhadap produktivitas pertanian di
atau mundur dibandingkan dengan
Provinsi Bali. Hasil studi mereka
kondisi normalnya. Menurut Takama
memperlihatkan bahwa kejadian El
et al. (2017) variabilitas hujan di Bali
Nino tahun 2015 mengakibatkan
memang sangat tinggi, dimana saat
penurunan curah hujan tahunan yang
curah hujan menurun secara
mencapai 30,39% dan menyebabkan
signifikan akan menyebabkan musim
sebagian besar wilayah
hujan yang kering dan sebaliknya saat
kabupaten/kota di Provinsi Bali
curah hujan meningkat secara
mengalami kekeringan pertanian

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 93

(yang terlihat dari nilai indeks (Gambar 3). Kekeringan tersebut


kesehatan tanaman) dengan intensitas berdampak pada penurunan produksi
rendah sampai ekstrim, dimana tanaman pangan dan sayur-sayuran
wilayah pesisir adalah wilayah yang sebesar 8,67% dan 2.94%.
paling luas mengalami kekeringan

(a) (b)

(c)

Gambar 2. Peta Wilayah Kesesuaian Agroklimat Untuk Tanaman Padi di Provinsi


Bali pada rentang waktu tahun (a) 1990-1999 dan (b) 2000-2009. (c) sebaran areal
lahan sawah berdasarkan hasil analisis data pengideraan jauh MODIS tahun 2008
(Jayanti et al., 2012)

Keterangan: warna hijau tua menunjukan wilayah yang sangat sesuai untuk
tanaman padi (Prasetia dan Novianti, 2011).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 94

Gambar 3. Pola spasial bulanan kelas kekeringan di Provinsi Bali berdasarkan


nilai indeks kesahatan tanaman (vegetation Health index (VHI)) selama tahun
kejadian El Niño 2015 (As-syakur et al., 2017)

Berdasarkan kajian dan sumber daya air, penurunan


proyeksi yang dilakukan oleh produktivitas pertanian, menurunnya
Kementerian Lingkungan Hidup produksi perikanan, serta
Jepang (MOEJ) bekerjasama dengan menurunkan daya tahan tubuh
Bappenas (2018), beberapa sektor manusia.
penting yang menjadi tulang Kajan MOEJ (2018) tersebut
punggung PDRB Provinsi Bali akan mengaskan bahwa sumberdaya air
mengalami dampak yang cukup serius dan ketersediaan air bersih akan
akibat perubahan iklim. Hasil menjadi masalah yang cukup serius di
identifikasi perubahan iklim yang masa yang akan datang. Dengan
terjadi di Provinsi Bali diperkirakan semakin tingginya jumlah hujan saat
kedepannya, yakni tahun 2030 akan musim hujan dan semakin
lebih banyak hujan di musim hujan panjangnya musim kemarau, maka
dan sedikit air di musim kemarau. potensi bencana banjir dan longsor
Musim kemarau akan semakin saat musim hujan dan potensi
panjang yaitu sampai bulan Oktober bencana kekeringan saat musim
dan jumlah hari hujan yang lebat (> 15 kemarau akan semakin meningkat.
mm/hari) juga mengalami Disisi lain, tingginya perbedaan
kencendrungan penurunan. Di sisi jumlah hujan pada kedua musim
lain, kenaikan suhu akibat perubahan menyebabkan tingginya surplus air
iklim diperkirakan konstan yaitu 1 °C pada musim hujan dan defisit air
serta ada peningkatan jumlah hari bersih saat musim kemarau yang
yang bersuhu ekstrem (di atas 36 °C). berdampak pada distribusi air kepada
Kondisi tersebut akan meningkatkan penduduk, wisatawan dan sektor-
potensi kejadian banjir dan sektor lain yang mebutuhkan air. Pada
kekeringan dan berdampak pada sektor pertanian, perubahan iklim
beberapa sektor diantaranya adalah dapat menyebabkan potensi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 95

penurunan kualitas bulir padi. Selain Penurunan kualitas bulir padi


itu, perubahan iklim juga berpotensi disebabkan oleh suhu udara yang
menurunkan produktivitas padi di semakin hangat akibat pemanasan
Bali sebesar 0.54% (rentang waktu global, sementara itu menurunnya
2019-2023) dan memiliki produktivitas padi disebabkan oleh
kencendrungan penurunan yang lebih pergeseran musim yaitu semakin
besar, yaitu menurun 7,95% pada panjangnya musim kemarau.
rentang waktu 2039-2042 (Gambar 5).

Gambar 4. Proyeksi Perubahan Produksi Padi Tahun 2019-2042 Sebagai Dampak


Perubahan Iklim.

REKOMENDASI

Perubahan perilaku curah kegagalan panen akibat dampak


hujan yang menyebabkan pergeseran perubahan iklim.
musim kemarau dan hujan Mitigasi perubahan iklim yang
menyebabkan pola tanam padi saat ini bertujuan untuk mengurangi emisi
tidak sesuai lagi seperti pada masa- gas rumah kaca (GRK) dari lahan
masa lalu. Pada kondisi iklim ekstrem pertanian serta juga dari sisi mitigasi
kering, ketersediaan air irigasi menjadi dapat dilakukan melalui penggunaan
terbatas sehingga menyebabkan varietas rendah emisi, penggunaan
produksi menurun karena puso. Pada pupuk organik, serta penyesuaian
musim hujan yang ekstrim basah, teknik budidaya melalui pengelolaan
dimana terjadi genangan banjir juga air dan lahan yang dapat menurunkan
akan menurunkan produksi. Oleh emisi GRK.
karena itu, kebutuhan prediksi curah Perubahan iklim yang terjadi
hujan yang akurat yang disertai perlu disikapi dengan meningkatkan
dengan sosialisasi pergeseran musim konsolidasi dan koordinasi antar
tanam di waktu yang tepat akan stakeholder atas penyebab maupun
sangat dibutuhkan di masa yang akan dampaknya bagi manusia dan
datang untuk meminimalisir lingkungan. Khusus kepada petani,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 96

peranan asuransi pertanian perlu Canziani, J.P. Palutikof, P.J. van der
lebih disosialisasikan lagi dalam Linden, and C.E. Hanson (Eds.).
upaya menghindari kerugian petani Cambridge University Press,
karena kegagalan panen akibat Cambridge.
perubahan iklim baik karena
Janzen, H.H. 2004. Carbon cycling: A
kekeringan maupun serangan hama
Measure of Ecosystem – A Soil Science
penyakit.
Perspective. Agric. Ecosyst. Environ.
DAFTAR PUSTAKA Jayanti, I. A. G. K., Osawa, T.,
As-syakur, A.R., Nuarsa, I.W., dan Adnyana, I. W. S., Tanaka, T., Nuarsa,
Osawa, T. (2017). Impacts of El Nino I. W., & As-syakur, A. R. (2012).
on Agricultural Drought in Bali, Multitemporal MODIS Data to
Indonesia. In Proceedings of the 19th Mapping Rice Field Distribution in Bali
Symposium on Remote Sensing for Province of Indonesia Based on the
Environment, Chiba, Japan, 16 Temporal Dynamic Characteristics of
February 2017. the Rice Plant. Earth Science
Research, 1(1).
Baettig, M.B., M. Wild, and D.M.
Imboden. 2007. A Climate Change Kusnanto, Hari. 2011. Adaptasi
Index: Where Climate Change May Be Terhadap Perubahan Iklim.
Most Prominent in The 21st Century. Yogyakarta: BPFE.

Boer, R. 2007. Fenomena Perubahan Kementerian Dalam Negeri, Bappenas,


Iklim: Dampak dan Strategi KLH, Republik Indonesia. 2014. Potret
Menghadapinya. Prosiding Seminar Rencana Aksi Daerah Penurunan
Nasional Sumberdaya Lahan dan Emisis Gas Rumah Kaca (RAD-GRK).
Lingkungan Pertanian, Bogor, 7 8 Versi Januari 2014.
November 2007. Balai Besar Litbang Kementerian Perencanaan
Sumberdaya Lahan Pertanian. Pembangunan Nasional/Bappenas.
DNPI. 2013. Perubahan Iklim dan Republik Indonesia 2014. Rencana
Tantangan Peradaban Bangsa Lima Aksi Nasional Adaptasi Perubahan
Tahun DNPI 2008-2013. Jakarta: Iklim (RAN-API).
DNPI. Las, I. 2007. Menyiasati Fenomena
Handoko, I., Y. Sugiarto, dan Y. Anomali Iklim bagi Pemantapan
Syaukat. 2008. Keterkaitan Produksi Padi Nasional pada Era
Perubahan Iklim dan Produksi Pangan Revolusi Hijau Lestari. Jurnal Biotek-
Strategis: Telaah kebijakan LIPI. Naskah Orasi Pengukuhan
independen dalam bidang Profesor Riset Badan Litbang
perdagangan dan pembangunan. Pertanian, Bogor, 6 Agustus 2004.
SEAMEO BIOTROP untuk Kemitraan. Matthews, R.B. and R. Wassman.
IPCC. 2007. Climate Change 2007: 2003. Modelling the Impact of Climate
Impacts, Adaptation and Vulnerability. Change and Mmethane Reduction on
Contribution of Working Group II to Rice Production: A review. Eur. J.
the Fourth Assessment Report of the Agron.
Intergoverenmental Panel on Climate
Change (IPCC), M.L. Parry, O.F.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 97

The Ministry of the Environment Lahan Provinsi Bali. Balai


Japan (MOEJ) dan BAPPENAS. 2018. Pengendalian Perubahan Iklim Dan
Kerjasama mengenai Kajian Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
Perubahan Iklim untuk Perencanaan BPPIKHL) Wilayah Jawa Bali dan Nusa
Adaptasi Lokal di Republik Indonesia. Tenggara
Disampaikan Dalam Transitional
Santoso, A. Budi. 2016 Pengaruh
Workshop, Agustus 2018. Denpasar.
Perubahan Iklim terhadap Produksi
The University of Tokyo, National Tanaman Pangan di Provinsi Maluku.
Institute for Environmental Studies, Jurnal Penelitian Tanaman Pangan
Ibaraki University, Nippon Koei, Vo. 35 No. 1 2016.
Udayana University, and IPB
Smith, K.A. and F. Conen. 2004.
Supported by
Impact of land management on fluxes
Mosier, A.R. 2001. Exchange of of trace greenhouse gases. Soil Use
gaseous nitrogen compound between Manag. (20): 255 263.
agricultural system and the
Surmaini, E., Rakman, dan R. Boer.
atmosphere. Plant Soil.
2008. Dampak Perubahan Iklim
Negara, Kadek Ryan Surya, 2015. Terhadap Produksi Padi: Studi Kasus
Hubungan Tingkat Pengetahuan Pada Daerah Dengan Tiga Ketinggian
Petani Tentang Perubahan Iklim Berbeda. Prosiding Seminar Nasional
Dengan Adaptasi Budidaya Stroberi Di dan Dialog Sumberdaya Lahan
Desa Pancasari, Kecamatan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Sukasada, Kabupaten Buleleng. Pengembangan Sumberdaya Lahan
Thesis. Program Magister Ilmu Pertanian, Bogor.
Lingkungan, Program Pascasarjana
Takama, T., Aldrian, E.,
Universitas Udayana.
Kusumaningtyas, S. D., & Sulistya, W.
Peng, S., J. Huang, J.E. Sheelhy, R.C. (2017). Identified Vulnerability
Laza, R.M. Visperas, X. Zhong, G.S. Contexts for A Paddy Production
Centeno, G.S. Khush, and K.G. Assessment with Climate Change in
Cassman. 2004. Rice yields decline Bali, Indonesia. Climate and
with higher night temperature from Development, 9(2).
global warming. Proc. Natl. Acad. Sci.
UNDP Indonesia. 2009. Indonesian
USA.
National Greenhouse GAS Inventory
Prasetya, R., and Novianti, R. (2011). under the UNFCCC: Enabling
Agroclimate Suitability Map for Paddy activities for the preparation of
in Bali. In sub-joint coordination Indonesia’s Second National
committee meeting of project for Communication to the UNFCCC.
capacity development for climate United Nations Development
change strategies in Indonesia: Programme (UNDP) Indonesia,
subproject 2 – vulnerability Jakarta.
assessment, 16–18 Mar 2011.
US-EPA (United States Environmental
Putra, (2017). Profil Emisi Gas Rumah Protection Agency). 2006. Global
Kaca, Kerentanan Perubahan Iklim Anthropogenic Non-CO2 Greenhouse
dan Kerawanan Kekakaran Hutan dan Gas Emission: 1990 2020. EPA 430-

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 98

R-06-003, June 2006. Washington WRI. 2005. Navigating the number.


D.C. World Resources Institute (WRI),
Washington, D.C.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN USAHATANI CABAI


DI KABUPATEN BANGLI
I Nyoman Gede Ustriyana1, Ni Wayan Putu Artini1
1Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

gede_ustriyana@unud.ac.id

ABSTRAK

Para ahli masih banyak berbeda pendapat dalam memaknai konsep


pembangunan berkelanjutan. Walaupun demikian pertanian berkelanjutan telah
disepakati menjadi salah satu faktor penting dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Oleh karena itu sangat relevan untukdilakukan penelitian dalam
rangka mengukur keberlanjutan pembangunan pertanian menggunakan indeks
keberlanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mengukur indeks keberlanjutan
usahatani cabai menggunakan indeks komposit. Pengumpulan data dilakukan
melalui survei wawancara kepada 60 responden petani cabai di Kabupaten Bangli
menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil perhitungan indeks keberlanjutan
menunjukkan dari 30 variabel yang diukur diperoleh hanya 1 variabel masuk
katagori “tinggi”, 20 variabel masuk katagori sedang dan 9 variabel masuk katagori
“rendah”. Nilai indeks gabungan adalah sebesar 0.47 dan masuk katagori “sedang”.
Kata kunci: pembangunan pertanian, pertanian berkelanjutan dan indeks
keberlanjutan

ANALYSIS OF SUSTAINABILITY INDEX USABATANI CABAI


IN BANGLI REGENCY

ABSTRACT

There are many experts who disagree on the meaning of the concept of
sustainable development. Nevertheless sustainable agriculture has been known to
be one of important factor in realizing sustainable development. It is therefore very
relevant to conduct a research in order to measure the sustainability of agricultural
development through sustainability index measurement. In this study analyzed the
sustainability is using composite index calculation method. Methods of data
collection was conducted through interviews using structured questionnaire survey
conducted to total of 60 respondent of chili farmers in Bangli Regency. The
calculation results of the sustainability index of 30 variables obtained shows that
only 1 variables were categorized as “high”, 20 variables were in “medium” category
and 9 variables were in “low” category. From the results obstained the composite

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 100

index analysis showed a combined index categorized as “medium” with a value of


0.47.
Keywords: agricultural development, sustainable agriculture and sustainability
index

PENDAHULUAN dan tidak mudah dipahami.


Walaupun pada perkembangannya
Pentingnya pembangunan
konsep pembangunan pertanian
pertanian berkelanjutan telah
berkelanjutan telah dijadikan rujukan
dirasakan oleh pemimpin dunia.
oleh negara-negara di dunia dan
Berbagai forum diskusi resmi maupun
menjadi popular dalam pengambilan
melalui langkah konkrit introduksi
kebijakan, namun karena adanya
program oleh lembaga internasional di
masalah pemahaman yang berbeda-
berbagai negara menunjukkan
beda khususnya dalam bidang
keseriusan para pemimpin dunia akan
pertanian, maka masih relevan untuk
pentingnya pembangunan pertanian
terus dilakukan penelitian. Para ahli
berkelanjutan. Indonesia sebagai
telah melakukan upaya penelitian
negara agraris telah berupaya
yang cukup besar dengan menetapkan
merespon tentang pentingnya
skala yang sesuai acuan untuk
pembangunan berkelanjutan melalui
menilai keberlajutan kerangka teoritis
berbagai bentuk program maupun
yang memadai intik mengintegrasikan
kegiatan. Begitu juga untuk usahatani
beragam aspek keberlanjutan (Rao
cabai di Kabupaten Bangli telah
and Roger, 2006).
diupayakan untuk menerapkan
Bhossaq et.al. (2012)
usahatani cabai berkelanjutan melalui
menyatakan bahwa implementasi
program peningkatan produktivitas
pembangunan berkelanjutan pada
dan mutu produk tanaman sayuran
hakekatnya merupakan hasil interaksi
dan obat berkelanjutan yang
dari berbagai dimensi keberlanjutan,
diprakarsai Dinas Pertanian Tanaman
tiga dimensi penting yang sering
Pangan Kabupaten Bangli (Ustriyana
dijadikan acuan adalah ekonomi,
dan Listia Dewi., 2016).
sosial, dan lingkungan. Pada bidang
Pembangunan pertanian
pertanian, pemahaman pertanian
berkelanjutan adalah bagian dari
berkelanjutan juga bukan hanya
konsep pembangunan berkelanjutan
terkait pada perbaikan teknis dan
yang tertuang dalam Agenda-21 hasil
keahlian semata, namun merupakan
konferensi United Nations Conference
proses pembangunan yang perlu
on Environment (UNCED) tahun 1992
mengintegrasikan pengetahuan
(IISD, 1995). Sejak dideklarasikan
ekologi dan social melalui perubahan
tahun 1992, sampai sat ini masih
kebijakan, institusi dan perilaku
banyak para ahli yang berbeda
(Saifia and Drake, 2008).
pendapat dalam memaknai konsep
Keberlanjutan usahatani
pembangunan pertanian
dipandang sebagai salah satu faktor
berkelanjutan. Seperti yang
kunci dalam rangka meningkatkan
dikemukakan oleh Reig-Martinez et.
ekonomi perdesaan yang tetap
al. (2011), dalam konteks penelitian
mempertimbangkan parameter
empiris, konsep pembangunan
lingkungan dan integritas ekosistem
pertanian berkelanjutan masih samar
agar tetap lestari. Dalam rangka

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 101

melihat seberapa jauh implementasi yang berisi pertanyaan tentang konsep


pembangunan pertanian pertanian berkelanjutan tiga dimensi
berkelanjutan, maka perlu dilakukan yaitu ekonomi, social dan lingkungan.
kajian proses keberlanjutan Data yang digunakan untuk analisis
menggunakan alat ukur tertentu yang regresi berasal dari kuesioner yang
dapat mewakili aspek ekonomi, sosial berisi pertanyaan konsep
dan lingkungan. Pada level petani, pembangunan berkelanjutan dan
ruang lingkup aspek keberlanjutan kuesioner yang berisi tentang
yang diukur mempunyai kriteria penggunaan input produksi,
khusus, karena petani adalah subjek pendapatan dan output produksi.
yang terlibat langsung dengan sumber Survei direncanakan dilakukan pada
daya yang ada dan tidak mudah dalam bulan Maret sampai April 2017.
mengukurnya, dibandingkan dengan
Jenis Variabel yang Dikumpulkan
penetapan alat ukur pada tingkat
makro. Jenis variable yang digunakan
Penelitian ini dilakukan dengan pada analisis keberlanjutan terdiri
tujuan untuk mengetahui indeks dari 30, masing-masing 10 variabel
keberlanjutan usahatani cabai dilihat untuk dimensi ekonomi, social dan
dari setiap variable keberlanjutan lingkungan. Pemilihan variable
antara lain dari dimensi ekonomi, dilakukan berdasarkan referensi hasil
sosial dan lingkungan, serta penelitiaa Hayati et.al. (2011). Pada
menghitung indeks gabungan yang saat survey, responden diminta
mencerminkan interaksi ketiga menjawab pertanyaan keberlanjutan
dimensi tersebut. sebanyak 30 variabel yang diukur
dengan skala likert dengan rentang
METODE PENELITIAN
nilai jawaban antara 1 sampai 5.
Data dan Sumber Data Skala nilai 1 menunjukkan petani
sangan tidak setuju “STS terhadap
Data yang digunakan untuk
pernyataan yang diajukan, skala 2
analisis indeks kenberlanjutan
tidak setuju “TS”, skala 3 ragu-ragu
usahatani cabai adalah data primer
“R”, skala 4 setuju “S” dan skala 5
yang diperoleh melalui wawancara
sangat setuju “SS”.
dengan bantuan kuesioner terstruktur
kepada 60 responden. Responden Metode Analisis Data
adalah petani yang telah dipilih secara
Analisis keberlanjutan di
acak (simple random sampling) dari
tingkat usahatani dilakukan untuk
satu kecamatan di Kabupaten Bangli,
menjawab tujuan penelitian yaitu
yaitu Kecamatan Kintamani, yang
menghitung besaran indeks
merupakan sentra pengembangan
keberlanjutan usahatani cabai.
cabai.
Tahapan analisis data baik untuk
Sampel petani untuk analisis
analisis indeks keberlanjutan maupun
ini adalah petani yang sama pada saat
analisis regresi diuraikan sebagai
dilakukan survei untuk analisis
berikut:
persepsi petani (Ustriyana dan Listia
1. Melakukan transformasi data dari
Dewi, 2016). Data yang digunakan
skala likert ordinal ke skala
untuk menghitung indeks
interval terhadap 30 variabel
keberlanjutan berasal dari kuesioner

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 102

melalui pendekatan Method of rataan Xj nilai Min Xj dan nilai Max


Successive Interval - MSI Xj serta nila standar deviasi.
(Waryanto dan Millafati, 2006. 2. Menghitung indeks keberlanjutan
Transformasi dilakukan untuk untuk 30 indikator variable dari
mendapatkan data skala interval masing-masing individu Iji dengan
sehingga dapat dihitung nilai rumus sebagai berikut:

Keterangan: 4. Mengklasifikasikan indeks


keberlanjutan menjadi tiga
J = adalah indicator variable ke 1,
kelompok, yaitu skor indeks:
2, ……, 30
a. 0 – 0.40 : indeks
I = adalah responden ke 1, 2, 3, keberlanjutan rendah
……, 30 b. 0.41 - 0.67 : indeks
keberlanjutan sedang
3. Menghitung indeks keberlanjutan
c. > 0.68 : indeks
untuk masing-masing dimensi
keberlanjutan tinggi (Gunduz
ekonomi, social dan lingkungan
et.al., 2011).
serta indeks gabungan.
d.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Dimensi Ekonomi


Analisis keberlanjutan dimensi
Hasil dan pembahasan analisis
ekonomi disajikan pada Gambar 1.
indeks keberlanjutan usahatani cabai
Dari gambar tersebut teridentifikasi
di Kecamatan Kintamani, Kabupaten
bahwa tidak ada satupun variabel
Bangli diuraikan dalam empat bagian,
dimensi ekonomi yang masuk katagori
yaitu: a) Keberlanjutan dari masing-
“tinggi” (Gunduz et al. 2011). Ini
masing variable dari dimensi ekonomi,
menunjukkan usahatani cabai secara
b) dimensi sosial, dan c) dimensi
ekonomi bukan merupakan unit
lingkungan, serta d) analisis
usahatani utamadi daerah tersebut.
keberlanjutan kombinasi tiga dimensi
dan analisis gabungan.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 103

Gambar 1. Nilai indeks keberlanjutan usahatani cabai dimensi ekonomi di


Kabupaten Bangli

Variabel “tetap mencari keberlanjutan belum maksimal,


pendapatan lain di luar usahatani”, sehingga petani perlu didorong untuk
“kemudahan akses ke bank-lembaga meningkatkan akses ke lembaga
keuangan”, melakukan tindakan keuangan untuk mendapatkan modal,
pasca panen dengan baik”, “selalu meningkatkan akses ke pemerintah
mencari informasi teknologi usahatani untuk mendapatkan teknologi
cabai”, menggunakan bibit cabai usahatani yang efisien, meningkatkan
bermutu”, “selalu merawat akses jalan akses ke pasar cabai sehingga
produksi”, dan “aktif memperluas mendapat jaminan harga yang
usahatani cabai”, masuk katagori menguntungkan dan mendatangkan
“sedang”, masing-masing indeks keuntungan yang tinggi.
keberlanjutannya adalah 0.42, 0.47, Variabel lain yaitu “aktif
0.49, 0.45, 0.52, 0.58, dan 0.56. Hal memasarkan cabai ke pasar”,
ini menggambarkan bahwa secara “mengusahakan tanah bera”, dan
ekonomi usahatani cabai bagi petani “selalu mengusahakan cabai agar
memiliki nilai ekonomi yang lumayan tetap untung”, memiliki nilai indeks
tinggi sehingga petani selalu berupaya sangat rendah, masing-masing 0.38,
untuk melakukan tindakan pasca 0.23, dan 0.21. Untuk variabel “selalu
panen yang baik, menggunakan bibit mengusahakan cabai tetap untung”
bermutu, selalu merawat akses jalan nilai indeksnya paling kecil,
produksi yang diyakini dapat menjaga mencerminkan bahwa petani belum
kualitas cabai, karena jalan produksi mengusahakan budidaya tanaman
yang baik akan menjamin cabai sebagai ushatani utama. Hal ini
pengangkutan hasil panen segera disebabkan karena petani juga
dapat dilakukan. Variabel-variabel menanam tanaman lain seperti jeruk
tersebut juga mewakili kegiatan proses sebagai tanaman pokok. Hal ini
produksi yang bermuara untuk tentunya akan menjadi ancaman
menghasilkan pendapatan yang tinggi. keberlanjutan usahatani cabai.
Fakta penelitian menunjukkan nilai

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 104

b. Dimensi Sosial “kesejahteraan petani dan keluarga


Hasil analisis keberlanjutan menjadi tujuan akhir”, masuk katagori
untuk dimensi sosial menunjukkan “rendah” masing-masing memiliki nilai
bahwa hanya variabel “dukungan indeks keberlanjutan yang sangat
keluarga sangat diperlukan” memiliki rendah yakni 0.21, 0.31, dan 0.37.
nilai indeks yang masuk katagori Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
“tinggi”, yaitu dengan nilai indeks 0.68 dari dimensi ekonomi dimana petani
(Gambar 2). Hal ini mengandung masih menganggap usahatani cabai
pengertian bahwa usahatani yang merupakan usahatani sampingan dari
dilakukan harus sepenuhnya budidaya tanaman jeruk.
didukung oleh seluruh anggota Selanjutnya variabel
keluarga, karena hal ini berhubungan “pendidikan petani menjadi kator
dengan keberlanjutan usahataninya. kunci keberhasilan usahatani”,
Dukungan seluruh anggota keluarga kemudahan akses ke penyuluh sangat
diyakini menjadi motor penggerak diperlukan”, kesehatan petani yang
utama dalam upaya kegiatan prima sangat penting”, selalu
usahatani cabai. meningkatkan pengetahuan
Variabel lain seperti “aktif usahatani”, “tersedia tenaga kerja
dalam keanggotaan kelompok tani”, untuk usahatani”, dan “keberadaan
“curahan waktu maksimal menjadi kelembagaan petani sangat
kunci keberhasilah usahatani”, dan membantu”, masuk katagori indeks.

Gambar 2. Nilai indeks keberlanjutan usahatani cabai dimensi sosial di Kabupaten


Bangli

keberlanjutan “sedang”. Nilai indeks 0.50, 0.49, 0.58, dan 0.56. Variabel-
keberlanjutan dari masing-masing variabel ini dapat mewakili sikap
variabel tersebut adalah 0.65, 0.53, petani dalam menjamin keberlanjutan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 105

usahatani cabai. Petani yang memiliki lingkungan dapat dilihat pada Gambar
pendidikan tinggi, mudah mengakses 3. Tidak adavariabel yang masuk
penyuluh dan memiliki kesehatan dalam katagori “tinggi”. Tiga variabel
yang prima menjadi kunci dalam yaitu “menghindari pembakaran sisa
keberhasilan usahatani. Selain itu tanaman”, “melalukan penilaian
keberlanjutan usahatani juga kesesuaian lahan”, dan “melakukan
ditopang oleh dukungan keluarga, dan tindakan menekan pertumbuhan
ketersediaan tenaga kerja yang gulma”, masuk dalam katagori
mencukupi. rendah. Nilai keberlanjutan untu
c. Dimensi Lingkungan masing-masing variabel tersebut
Hasil analisis keberlanjutan adalah 0.33, 0.40, dan 0.38.
untuk variabel yang masuk dimensi

Gambar 3. Nilai indeks keberlanjutan usahatani cabai dimensi lingkungan di


Kabupaten Bangli

Indeks keberlanjutan untuk variabel sela yang pengusahaaannya


“menghindari pembakaran sisa dilakukan ketika tanaman jeruk
tanaman”, “melakukanpenilaian masih belum menghasilkan. Oleh
kesesuaian lahan”, dan “melakukan sebab itu, upaya pembakaran dan
tindakan menekan pertumbuhan analisis kesesuaian lahan tidak
gulma”, yang bernilai rendah dilakukan petani.
disebabkan oleh adanya tanaman Indeks keberlanjutan yang
jeruk disekitar usahatani cabai. lainnya masik katagori “sedang”
Usahatani cabai merupaka tanaman adalah “menggunakan pupuk kimia

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 106

tepat anjuran”, menggunakan pupuk Hasil analisis keberlanjutan


organic kotoran hewan”, menjaga usahatani cabai untuk masing-masing
predator hama tetap ada”, dimensi (ekonomi, sosial dan
“menggunakan pestisida tepat lingkungan) dan indeks gabungan
anjuran”, melakukan rotasi dengan disajikan pada Tabel 33 dan Gambar
tanaman lain”, “menggunakan traktor 33. Nilai indeks gabungan yang
yang tidak merusak tanah” dan merupakan interaksi dari tiga dimensi
menggunakan irigasi secara tepat”. sebesar 0.47, nilai minimum 1.00 dan
Kondisi ini menggambarkan bahwa nilai maksimum adalah sebesar 5.16.
secara usahatani petani sampel Berdasarkan ketentuan skala indeks
memiliki kemampuan untuk yang dikemukakan oleh Gunduz et al.
melanjutkan usahatani cabai secara (2011), maka indeks gabungan yang
berkelanjutan. Dorongan yang terus dihasilkan yaitu sebesar 0.47 masuk
menerus dari para pemangku katagori “sedang”. Tingkat capaian
kepentingan terhadap peningkatan indeks gabungan yang masuk katagori
kesejahteraan petani sangat “sedang” tersebut tercermin dari hasil
diperlukan sehingga usahatani cabai analisis indeks untuk penyusunnya,
memiliki indeks keberlanjutan yang yaitu dimensi ekonomi, sosial dan
tinggi. lingkungan yang ketiganya masuk
d. Indeks Keberlanjutan Dimensi katagori “sedang”.
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
serta Indeks Gabungan

Tabel 1. Analisis keberlanjutan pada usahatani cabai di Kecamatan Kintamani,


Kabupaten Bangli

Nilai indeks keberlanjutan


Katagori
Indikator keberlanjutan Rerata Min Max Std keberlanjutan
deviasi

Dimensi Ekonomi 0.43 1.00 4.84 0.82 Sedang

Dimensi Sosial 0.49 1.00 4.93 0.89 Sedang

Dimensi Lingkungan 0.48 1.00 5.71 0.86 Sedang

Indeks Gabungan 0.47 1.00 5.16 0.86 Sedang

Selanjutnya dari Tabel 1 dan ini masih belum optimal dalam


Gambar 4, dapat dilihat bahwa indeks menopang kehidupan petani. Secara
keberlanjutan dari aspek ekonomi, ekonomi petani masih dimungkinkan
sosial dan aspek lingkungan masuk mendapatkan kerugian dari
katagori “sedang”, dengan nilai usahataninya. Dilihat dari aspek
masing-masing indeks tersebut adalah sosial dan lingkungan dapat dikatakan
0.43, 0.49, dan 0.48. Secara ekonomi bahwa usahatani cabai juga belum
dapat dikatakan bahwa hasil menjamin usahatani yang aman
usahatani cabai pada saat penelitian

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 107

terhadap lingkungan maupun


kesahatan masyarakat.

Gambar 4. Nilai indeks gabungan keberlanjutan usahatani cabai di Kabupaten


Bangli

KESIMPULAN “sedang” dengan nilai masing-masing


sebasar 0.43, 0.49 dan 0.48.
Berdasarkan hasil perhitungan
c. Indeks gabungan yang
indeks keberlanjutan usahatani cabai
mencerminkan kinerja dimensi
di Kecamatan Kintamani Kabupaten
ekonomi, sosial dan lingkungan hanya
Bangli diperoleh simpulan sebagai
masuk katagori “sedang” dengan nilai
berikut:
indeks sebesar 0.47.
a. Hasil perhitungan indeks
keberlanjutan untuk 30 variabel yang
UCAPAN TERIMA KASIH
masuk katagori “tinggi” atau yang
memiliki nilai indeks ≥ 0.68 hanya 1 Penelitian ini merupakan penelitian
dan berasal dari dimensi sosial, yaitu hibah unggulan program studi yang
variabel “ dukungan keluarga sangat dibiyai dari dana PNBP Universitas
diperlukan”; katagori “sedang” atau Udayana melalui kontrak Nomor:
yang memiliki nilai indeks 0.41 – 0.67 1711/UN14.2.6.II/LT/2017. Ucapan
sebanyak 20 dengan rincian 7 variabel terima kasih kepada Rektor
masing-masing dari dimensi ekonomi Universitas Udayana dan Dekan
dan lingkungan, serta 6 variabel Fakultas Pertanian Universitas
berasal dari dimensi sosial; katagori Udayana atas kesempatan dan
“rendah” atau yang memiliki nilai pendanaan yang diberikan dalam
indeks 0 – 0.40, sebanyak 9 variabel penelitian ini.
yang tersebar merata pada masing-
masing dimensi. DAFTAR PUSTAKA
b. Indeks keberlanjutan masing-
Bhossaq MR, Afzalinia F, Moradi H.
masing dimensi keberlanjutan yaitu
2012. Measuring indicators and
dimensi ekonomi, sosial dan
determining factors affecting
lingkungan termasuk dalam katagori

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 108

sustainable agricultural development farms with a composite indicator of


in rural areas - a case study of sustainability. Agricultural
Ravansar, Iran. International Journal Economics, 42(4), 2011.
of AgriScience Vol 2(6): 550-557. June
2012 Rao NH, Rogers PP. 2006. Assessment
of agriculture sustainability. Current
Ceyhan V. 2010. Assessing the Science, Vol. 91, No. 4: 439-448.
agricultural sustainability of
conventional farming systems in Reig-Martinez E, Gomez-Limon JA,
Sumsun Province of Turkey. Afr. J. Picazo-Tadeo AJ. 2011. Ranking farms
Agric. Res., Vol. 5(13), pp. 1572-1583. with a composite indicator of
4 July 2010. sustainability. Agricultural
Economics, 42(4), 2011.
Gunduz O, Ceyhan V, Erol E,
Ozkaraman F. 2011. An evaluation of Reijntjes C, Haverkort B, Water Bayer.
farm level sustainability of apricot 1999. Pertanian Masa Depan.
farms in Malatya province of Turkey. Pengantar untuk pertanian
Journal of Food, Agriculture & berkelanjutan dengan input luar
Environment vol. 9(1): 700-705. rendah. Diterjemahkan oleh Sukoco Y.
(Editor: Van de Fliertt dan Hidayat B).
Hayati D, Zahra R, Aezatollah K. 2011. Kanisius. 269 hal.
Measuring agricultural sustainability
[Internet]. [diunduh 2013 Feb 20]; Saifia B, Drakeb L. 2008. A co
Springer Publication. evolutionary model for promoting
http://www.springer.com/cda/conten agricultural sustainability. Ecol. Eco,
t/document/cda_downloaddocument/ 65: 24-34.
9789048195121-c2.pdf?SGWID=0-0-
45-1121047-p174009162. Ustriyana, I N G, I A Listia Dewi. 2016.
Analisis Persepsi Petani Cabai
Hosseini SJF, Mohamadi F, Mirdamadi Terhadap Pertanian Berkelanjutan.
SM. 2011. Factors affecting Laporan Hibah Unggulan Program
environmental, economic amd social Studi, Fakultas Pertanian Universitas
aspects of sustainable agriculture in Udayana, Denpasar.
Iran. Afr. J. Agric. Res. Vol 6(2). Pp:
451-457, 18 January 2011. Waryanto B, Millafati YA. 2006.
Transformasi data skala ordinal ke
[IISD] International Institute for interval dengan menggunakan makro
Sustainable Development. 1995. Minitab [Inernet]. [diunduh 2014 Sep
Agriculture and sustainable 9]; Jurnal Informatika Pertanian,
development: policy analysis on the Vol.15, Denpasar 2006;
great plains. IISD. Canada. http://www.litbang. deptan.
go.id/warta-ip/vol-15.
Martinez ER, Jose A Gomez-Limon,
Andres J Picazo-Tado. 2011. Ranking

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p08
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

ANALISIS RISIKO PENDAPATAN CABAI MERAH PADA LAHAN


SAWAH DATARAN TINGGI DI KABUPATEN KARANGASEM,
BALI
Nyoman Parining1 dan Ratna Komala Dewi2
1&2Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

pariningnyoman6@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan, tingkat risiko


pendapatan, sumber dan mitigasi risiko pendapatan usahatani cabai merah.
Analisis usahatani digunakan untuk mengetahui pendapatan; coefficient variation
untuk mengukur risiko pendapatan, dan analisis deskriptif kualitatif untuk
mengidentifikasi sumber dan mitigasi risiko pendapatan. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja yaitu di Subak Iseh, Kabupaten Karangasem. Penelitian ini
menggunakan data sekunder serta data primer. Responden diambil secara acak
sederhana, yaitu petani yang mengusahakan cabai merah pada tahun 2016/2017.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani cabai merah pada
musim hujan sebesar Rp 42.793.576,79/ha/musim tanam dan Rp
46.541.506,17/ha/musim tanam pada musim kemarau. Risiko pendapatan
bersumber dari pesaing, lingkungan fisik, dan lingkungan operasional. Jenis risiko
antara lain harga; keadaan cuaca dan iklim; serangan hama dan serangan penyakit;
gulma; dan teknik berusahatani yang belum optimal. Tingkat risiko pendapatan
pada musim hujan (3,06) lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau (2,89).
Mitigasi risiko pendapatan adalah (1) risk planning melalui pemilihan benih tahan
serangan hama penyakit dan cekaman lingkungan; memilih waktu tanam yang
tepat, memilih teknik budidaya dan panen yang lebih baik; menentukan luas tanam
yang optimal; (2) risk limitation, yaitu organisasi subak mengembangkan kemitraan
usaha yang handal dalam pemasaran produk.
Kata kunci: risiko, pendapatan, cabai merah, lahan sawah, dataran tinggi

RED PEPPER INCOME RISK ANALYSIS ON WETLAND HIGHLAND IN


KARANGASEM DISTRICT, BALI

ABSTRACT

This study aimed to determine the income, sources and risk mitigation, as
well as the level of income risk of red chili farming. Farming analysis is used to know
the income; coefficient variation to measure income risk, and qualitative descriptive

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 110

analysis to identify sources and mitigate income risk. The research location was
chosen purposely in Subak Iseh, Karangasem regency. This study uses secondary
data as well as primary data. Respondents were taken at simple random, ie, farmers
who planted red pepper in 2016/2017. The results showed that the income of red
pepper farming in the rainy season was Rp 42.793.576,79/ha/ planting season and
Rp 46,541,506.17/ha/planting season during the dry season. Risk of revenue comes
from competitors, the physical environment condition, and the operational
environment. The types of risks include price; weather and climate condition; pests
infestation and disease infection; weeds; and un-optimally applied farming
techniques. The level of income risk in the rainy season (3.06) was higher than that
in the dry season (2.89). Risk mitigation of income was (1) risk planning, through the
selection of plant resistant variety to the potential pest and disease and also resitant
to environmental stress; choosing the right planting time, choosing better cultivation
and harvesting techniques; determine optimal cropping area; (2) risk limitation, ie
subak organization needs to develops a reliable business partnership in product
marketing.
Keywords: risk, income, red pepper, wetland, highland

PENDAHULUAN (BPS Provinsi Bali, 2016). Hal tersebut


menunjukkan cabai merah
Cabai merah merupakan salah
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal
satu komoditas sayuran yang
sebaliknya akan terjadi jika saat
potensial dikembangkan di Bali.
panen raya, yaitu harga cabai merah
Usahatani cabai merah sangat
mencapai Rp 8.000,00 per kg. Hal ini
tergantung pada alam, sehingga
menunjukkan ketidakpastian harga
keberhasilannya sangat terpengaruh
cabai merah yang mengindikasikan
oleh iklim. Petani cabai merah sering
adanya risiko pendapatan cabai
dihadapkan pada iklim yang tidak
merah. Risiko adalah suatu keadaan
menentu, serangan hama, dan harga
yang tidak pasti yang dihadapi
yang berfluktuasi. Hal ini
seseorang atau perusahaan yang
mengindikasikan bahwa petani cabai
dapat memberikan dampak yang
merah sering dihadapkan pada
merugikan (Kountur, 2008).
ketidakpastian dalam berusahatani
Cabai merah di Bali banyak
komoditi tersebut. Ketidakpastian
diusahakan di dataran tinggi pada
merupakan keadaan di mana ada
lahan tegalan maupun lahan sawah.
beberapa kemungkinan kejadian di
Pada lahan tegalan, petani
mana tingkat probabilitasnya tidak
menggunakan air irigasi bersumber
diketahui secara pasti (Djohanputro,
dari pompa untuk berusahatani cabai
2008).
merah, sehingga dapat selalu
Di pihak lain, harga cabai
berusahatani dalam musim penghujan
merah di Bali berfluktuasi. Bulan
maupun kemarau. Pada usahatani
Januari 2016 harga cabai merah
cabai merah di lahan sawah
berkisar antara Rp 20.000,00 s.d. Rp
menggunakan air irigasi dari bendung
30.300,00 per kg jika tidak saat panen
yang pengelolaan air irigasinya diatur
raya. Sebulan kemudian harga rata-
oleh subak.
rata cabai merah meningkat 60,43%
Hasil penelitian Dewi dan
atau menjadi Rp 39.686,11 per kg
Parining (2016) mengungkapkan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 111

bahwa risiko produksi cabai merah Karangasem merupakan sentra


pada lahan tegalan dataran tinggi di produksi cabai merah ke-2 di Provinsi
Subak Besakih, Provinsi Bali relatif Bali.
tinggi, yaitu 4,03. Risiko produksi Jenis data yang digunakan
tersebut dapat mempengaruhi adalah data kuantitatif dan data
besarnya pendapatan usahatani. Oleh kualitatif yang bersumber dari data
karena itu, agar dapat membantu primer dan data sekunder. Data
meminimalkan kerugian petani dalam primer antara lain keadaan umum
usahatani cabai merah maka perlu lokasi penelitain, sumber dan mitigasi
dianalisis risiko pendapatan risiko, jumlah penggunaan input,
usahatani cabai merah khususnya di jumlah produk, harga input, harga
lahan sawah yang sumber air produk. Data sekunder antara lain
irigasinya dikelola oleh subak. harga rata-rata cabai merah di Bali.
Penelitian ini bertujuan untuk Jumlah sampel sebanyak 60
menganalisis pendapatan usahatani orang. Pengambilan sampel dilakukan
cabai merah; menganalisis tingkat acak sederhana sebanyak 30 orang
risiko pendapatan; serta pada musim hujan dan 30 orang pada
mengidentifikasi sumber dan mitigasi musim kemarau. Populasi dalam
risiko pendapatan cabai merah. penelitian ini adalah petani yang
Melalui pemahaman terhadap menanam cabai merah pada musim
pendapatan usahatani merah, tingkat hujan maupun musim kemarau pada
risiko, sumber risiko, dan mitigasi tahun 2016/2017.
risiko pendapatan yang dihadapi Metode analisis data yang digunakan
dalam usahatani cabai merah maka adalah
diharapkan petani dapat 1. Analisis usahatani untuk
mengantisipasi dan meminimalkan mengetahui pendapatan usahatani
terjadinya risiko pendapatan. Jika cabai merah. Pendapatan usahatani
pengendalian terhadap risiko = penerimaan usahatani – biaya
pendapatan dapat dilakukan oleh usahatani.
petani dengan baik maka diharapkan 2. Analisis deskriptif kualitatif
petani dapat meminimalkan kerugian digunakan untuk mengidentifikasi
bahkan dapat meningkatkan sumber dan mitigasi risiko
pendapatan usahatani cabai merah. pendapatan cabai merah.
Tingkat risiko pendapatan
METODE PENELITIAN dianalisis menggunakan koefisien
Penelitian ini adalah penelitian variasi, yaitu ukuran risiko relatif yang
eksploratif dengan metode survei dan diperoleh dengan membagi standar
RRA. Penelitian dilakukan di Subak deviasi dengan nilai yang diharapkan
Iseh, Kabupaten Karangasem, Provinsi (Pappas dan Hirschey, 1995) dengan
Bali yang ditentukan secara sengaja menggunakan Microsof Office Excel.
(purposive). Pertimbangan pemilihan Langkah-langkah pengukuran tingkat
lokasi antara lain Subak Iseh risiko pendapatan adalah
merupakan salah satu sentra produksi a. Mengukur peluang atau
cabai merah pada lahan sawah kemungkinan terjadinya
dataran tinggi di Kabupaten peristiwa (P)
Karangasem, Provinsi Bali. Kabupaten = (1)
Dimana: P = peluang

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 112

W = frekuensi terjadinya pengelolaan usahatani; (2)


peristiwa yang dihitung Pengalaman responden dalam
peluangnya usahatani cabai merah rata-rata
n = banyak kejadian selama 6 tahun. Semakin lama
pengalaman diharapkan responden
b. Expected return (E(Ri)) lebih tepat dalam mengambil
( )= ∑ . (2) keputusan; (3) Luas lahan garapan
E(Ri) = Expected return; Pi= pada musim hujan rata-rata sebesar
peluang dari suatu kejadian; Ri= 30,60 ha dan pada musim kemarau
Return sebesar 35,50 ha. Luas lahan garapan
c. Varian (σt)2 pada musim hujan lebih rendah
=∑ { − ( )}2 (3) dibandingkan luas lahan garapan
= varian dari return; Pij= pada musim kemarau, hal ini
peluang dari suatu menunjukkan petani menghindari
kejadian; E(Ri)= Expected risiko produksi pada musim hujan; (4)
return Tingkat pendidikan formal responden
d. Standar deviasi (σt) relatif masih rendah, yaitu setara tidak
(4) tamat SD. Semakin tinggi pendidikan
akan semakin mudah menyerap
informasi. Salah satu hasil penelitian
σt = standar deviasi; σt2 = varian Saptana, dkk (2010) menyatakan
e. Koefisien variasi (KV) bahwa pendidikan formal kepala
= ( ) (5) keluarga berpengaruh positif
meskipun tidak nyata terhadap
KV = koefisien variasi (Coefficient
ketidakefisienan teknis usahatani
variation); σt = standar deviasi;
cabai merah. Penyebabnya antara lain
E(Ri) = Expected return. Return
(a) lazim bagi petani untuk saling
adalah pendapatan cabai merah
berbagi pengalaman, (b) teknik
dalam setiap musim tanam
budidaya tanaman cabai merah bagi
dalam tiga musim tanam secara
petani di daerah sentra produksi cabai
berturut-turut. Satuan
merah relatif dikuasai secara masal.
produktivitas adalah kg/ha.
Deskripsi Wilayah Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Subak
Karakteristik Responden Iseh, Kecamatan Sidemen, Kabupaten
Karakteristik responden di Karangasem, Provinsi Bali. Sebelah
daerah penelitian adalah (1) Umur Utara Subak Iseh adalah Kecamatan
responden rata-rata sebesar 48,27 Selat; sebelah Selatan adalah Dusun
tahun (musim hujan) dan 49,37 tahun Kikian; sebelah Timur adalah
(musim kemarau), dimana sebanyak Kecamatan Manggis; dan sebelah
96,67% responden berada dalam usia Barat adalah Subak Boan. Luas Subak
produktif. Responden dalam kelompok Iseh adalah 58 ha, di mana lahan
produktif akan mempengaruhi pertaniannya berupa lahan sawah
kemampuan fisik dan cara beririgasi. Topografi Subak Iseh
berpikirnya, sehingga diharapkan terletak pada ketinggian 500 s.d 700 m
meningkatkan keberhasilan dari permukaan laut. Suhu rata-rata

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 113

30oC dengan curah hujan rata-rata sawah pada dataran tinggi.


135 mm/tahun, serta memiliki dua Berdasarkan hasil wawancara dan
musim, yaitu musim hujan dan observasi, pola tanam di Subak Iseh
musim kemarau. adalah padi-cabai merah-kacang
Keadaan tanah berbukit dan panjang/mentimun/tomat. Sistem
terdiri atas tanah Regozol Coklat tanam umumnya secara monokultur
dengan bahan induk Intermediate pada musim tanam padi dan musim
Vulkanic dan lempeng berpasir dengan tanam cabai merah. Pada musim
kedalaman tanah antara 10-60 cm tanam setelah cabai merah, petani
(UPTD Pertanian Tanaman Pangan umumnya melakukan diversifikasi
dan Hortikultura Kecamatan Sidemen, antara kacang panjang dengan
2016). Kondisi lahan dan ketinggian mentimun atau tomat.
tempat di lokasi penelitian sesuai Pendapatan cabai merah musim
dengan yang dikehendaki untuk tanam tahun 2016/2017 di Subak
budidaya cabai merah, yaitu Iseh, Kecamatan Sidemen, Kabupaten
ketinggian tempat 0 m sd 1400 m di Karangasem, Provinsi Bali bervariasi.
atas permukaan laut. Dalam Tabel 1 disajikan penerimaan,
biaya total, dan pendapatan rata-rata
Usahatani Cabe di Subak Iseh cabai merah per hektar tahun
2016/2017 pada musim hujan dan
Usahatani cabai merah di Subak musim kemarau.
Iseh merupakan usahatani di lahan

Tabel 1. Penerimaan, Biaya Total, dan Pendapatan Bersih Cabai Merah Per Hektar
pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Subak Iseh Tahun 2016/2017

No Musim Tanam Penerimaan Biaya Total Pendapatan


(Rp/ha) (Rp/ha) Bersih (Rp/ha)
1 Musim Hujan 72.004.392,14 29.210.815,34 42.793.576,79
2 Musim Kemarau 71.324.126,98 24.782.620,81 46.541.506,17

Pada Tabel 1 dapat dilihat Di lain pihak, pemeliharaan


bahwa penerimaan cabai merah usahatani cabai merah di musim
musim hujan lebih tinggi kemarau lebih mudah, sehingga biaya
dibandingkan penerimaan musim yang dikeluarkan relatif lebih rendah.
kemarau. Hal ini terjadi karena harga Oleh karena itu, pendapatan bersih
jual rata-rata cabai merah pada usahatani cabai merah pada musim
musim hujan lebih tinggi hujan menjadi lebih rendah
dibandingkan musim kemarau. dibandingkan pendapatan bersih
Sebaliknya, biaya usahatani cabai musim kemarau.
merah pada musim hujan juga lebih
tinggi dibandingkan biaya usahatani Risiko Pendapatan Cabai Merah
pada musim kemarau. Hal ini Fluktuasi produktivitas dan
disebabkan pada musim hujan harga cabai merah di Subak Iseh
tanaman cabai merah sering diserang menandakan adanya risiko
penyakit, hama, maupun gulma.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 114

pendapatan dalam usahatani cabai Hama kutu daun menyerang daun-


merah. Berdasarkan hasil survei dan daun yang masih muda atau pucuk
observasi diketahui bahwa risiko tanaman. Bagian pucuk tanaman
pendapatan cabai merah bersumber yang terserang terhenti pertumbuhan
dari pesaing, lingkungan fisik, dan tunasnya atau mengerut dan tanaman
lingkungan operasional. tumbuh kerdil. Hama kutu daun
Risiko yang bersumber dari biasanya menyerang tanaman pada
pesaing terjadi saat panen raya saat pembentukan buah. Akibat
khususnya pada musim kemarau. terserang hama kutu daun adalah
Pada saat itu, produktivitas cabai kualitas dan kuantitas produksi cabai
merah relatif tinggi, sehingga terjadi merah menurun.
over produksi cabai merah. Hal 2. Hama lalat buah
tersebut antara lain disebabkan oleh Hama lalat buah meletakan
produksi cabai merah dilakukan di telurnya dalam buah cabai. Serangan
beberapa daerah di Provinsi Bali. lalat buah biasanya pada tahap
Sebagai akibatnya adalah terjadi risiko prapanen, sehingga buah yang sudah
harga yaitu penurunan harga hingga terserang menjadi busuk dan rontok
mencapai harga Rp 5.000,00 per kg sebelum dipanen.
saat panen raya. 3. Penyakit busuk akar
Sumber risiko yang kedua Penyakit busuk akar banyak
adalah lingkungan fisik. Jenis risiko terjadi di Subak Iseh, khususnya pada
yang bersumber dari lingkungan fisik musim hujan. Pada saat curah hujan
yang terjadi di Subak Iseh, antara lain tinggi, bedengan sering tergenang air,
keadaan cuaca dan iklim seperti curah sehingga mengakibatkan akar
hujan sangat tinggi; terdapat serangan terendam dan membusuk. Ciri-ciri
hama, antara lain kutu daun dan lalat tanaman yang terserang penyakit
buah; serangan penyakit, antara lain busuk akar adalah daun berwarna
antraknosa dan busuk akar; gulma. kuning, pertumbuhan kerdil, daun
Tanaman cabai merah merupakan gugur sebelum waktunya, kemudian
salah satu komoditi yang sensitif tanaman layu dan mati secara cepat.
terhadap perubahan cuaca. Penyakit busuk akar lebih sering
Serangan penyakit terjadi pada terjadi pada musim hujan dengan
berbagai tahapan produksi, yaitu curah hujan tinggi.
sejak persemaian hingga panen. 4. Penyakit antraknosa (busuk buah)
Keadaan ini dapat mengakibatkan Penyakit antraknosa biasanya
produksi turun tajam berkisar 10%- menyerang tanaman pada saat
80%. Situasi seperti ini tentunya menjelang buah masak.
mengharuskan petani untuk Berdasarkan hasil survei, cabai
mengelola risiko yang terkait merah yang disebabkan oleh virus di
usahatani cabai merah. Walaupun Subak Iseh memiliki gejala mozaik dan
usahatani cabai merah berisiko tinggi, kuning. Penyakit mozaik lebih
petani tetap memutuskan untuk memegang peranan penting di antara
melakukan usahatani cabai merah penyakit virus sebagai penghambat
setiap musim tanam. produksi cabai merah. Menurut Duriat
Hama dan penyakit pada cabai merah dalam Nyana (2014), penurunan hasil
di lokasi penelitian, antara lain: akibat virus ini sekitar 30 sd 60%,
1. Hama kutu daun bahkan jika infeksi terjadi pada fase

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 115

bibit maka dapat menyebabkan bahwa petani cabai merah di Subak


kerusakan hingga 100%. Iseh menghadapi risiko relatif besar.
Sumber risiko lainnya adalah Risiko tersebut dapat mengakibatkan
sumber operasional, antara lain petani kerugian usahatani. Hal ini
melakukan usahatani cabai merah disebabkan jumlah pendapatan akan
belum optimal. Hal ini sesuai dengan berkurang.
pendapat Tahir (2011), yaitu masalah
pendapatan berkaitan erat dengan Mitigasi Risiko Pendapatan Cabai
sifat usahatani yang selalu tergantung Merah
pada alam dan didukung faktor risiko Dalam menghadapi berbagai
karena penggunaan pupuk kimia yang risiko pendapatan tersebut maka
tidak sesuai anjuran menyebabkan berdasarkan hasil wawancara dan
tingginya peluang untuk terjadinya observasi dapat diketahui bahwa
kegagalan pendapatan, sehingga petani cabai merah di lokasi penelitian
berakumulasi pada risiko rendahnya telah melakukan berbagai mitigasi
pendapatan yang diterima petani. (pengendalian) risiko. Petani
melakukan mitigasi untuk
Tingkat Risiko Pendapatan Cabai
memperkecil atau menghindari risiko.
Merah
Mitigasi risiko pendapatan cabai
Berdasarkan hasil analisis merah yang dilakukan petani sesuai
risiko terhadap pendapatan cabai dengan jenis risikonya, antara lain:
merah selama musim tanam tahun 1. Fluktuasi harga.
2016/2017 maka dapat dilihat bahwa Penurunan harga selain
tingkat risiko pendapatan cabai merah disebabkan oleh panen raya juga
pada musim hujan (3,06) lebih tinggi disebabkan oleh jumlah pesaing relatif
dibandingkan tingkat risiko banyak. Mitigasi risiko dilakukan oleh
pendapatan musim kemarau (2,89). subak maupun petani. Subak
Hal ini berarti pada musim hujan, mengatur luas tanam cabai merah
untuk setiap satu satuan hasil yang dengan cara membagi anggota subak
diperoleh dari usahatani cabai merah kedalam dua kelompok, yaitu
menghadapi risiko sebesar 3,06. Atau kelompok petani yang menanam cabai
dapat diartikan untuk setiap satu merah pada musim hujan dan
rupiah pendapatan cabai merah yang kelompok petani yang menanam cabai
diperoleh akan mengalami risiko merah pada musim kemarau. Hal ini
sebesar 3,06 rupiah pada saat terjadi dimaksudkan agar produktivitas yang
risiko pendapatan. Pada musim dicapai lebih tinggi dan harga yang
kemarau, untuk setiap satu satuan terkendali. Upaya yang dilakukan oleh
hasil yang diperoleh dari usahatani 50% petani dalam mengatur luas
cabai merah menghadapi risiko tanam adalah mengurangi luas tanam
sebesar 2,89. Hal ini dapat diartikan pada musim hujan. Di pihak lain,
untuk setiap satu rupiah pendapatan karena sentra produksi cabai merah di
cabai merah yang diperoleh akan Provinsi Bali relatif banyak maka
mengalami risiko sebesar 2,89 rupiah harga sulit dikendalikan dan sangat
pada saat terjadi risiko pendapatan. berfluktuasi.
Berdasarkan hasil analisis risiko Untuk mengatasi fluktuasi harga,
pendapatan tersebut mengindikasikan perlu ada bantuan dari instansi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 116

terkait, antara lain (1) membantu yang dihasilkan memiliki kualitas


mencarikan pasar cabai merah baik; melakukan pergiliran tanaman
melalui pengembangan kelembagaan untuk memutus siklus hama dan
kemitraan yang handal, seperti penyakit. Tanaman dipilih yang tidak
menjadi penghubung antara petani satu famili dengan cabai merah agar
dengan perusahaan pengguna bahan penyebaran penyakit dapat diputus.
baku cabai merah yang peduli 4. Petani melakukan usahatani cabai
terhadap nasib petani cabai merah merah belum optimal. Seluruh
agar bersedia bermitra dengan petani petani memperbaiki teknik
untuk membeli cabai merah yang budidaya cabai merah sejak
dihasilkan; (2) memberikan pembibitan hingga panen.
keterampilan pengolahan cabai merah Kerugian usahatani cabai merah
menjadi produk yang tahan lama serta dapat disebabkan oleh salah satu atau
mensosialisasikan kepada konsumen beberapa risiko di atas. Untuk
potensial. keberlanjutan usahatani cabai merah
2. Perubahan cuaca dan iklim. maka petani cenderung meminjam
Mitigasi risiko dalam menghadapi kepada keluarga dan atau
perubahan cuaca dan iklim menggunakan pendapatan dari
khususnya pada musim hujan yang sumber lainya untuk mencukupi biaya
dilakukan oleh seluruh petani (100%) usahatani cabai merah pada musim
adalah memperbaiki teknik budidaya tanam berikutnya.
cabai merah, antara lain (1) membuat
bedengan yang memadai agar KESIMPULAN DAN SARAN
pengairan lebih baik, sehingga dapat
Berdasarkan hasil analisis dan
mengurangi pembusukan akar,
pembahasan maka dapat
perebutan unsur hara antara tanaman
disimpulkan:
cabai merah dengan gulma, dan
1. Pendapatan bersih usahatani cabai
mengurangi inang serangga vektor; (2)
merah pada musim hujan sebesar
mengatur waktu tanam, disesuaikan
Rp 42.793.576,79/ha dan Rp
dengan kondisi cuaca.
46.541.506,17/ha pada musim
3. Hama dan penyakit.
kemarau.
Untuk mengurangi risiko serangan
2. Tingkat risiko pendapatan cabai
hama dan penyakit, mitigasi risiko
merah pada musim hujan (3,06),
yang dilakukan petani antara lain:
lebih tinggi dibandingkan pada
semua petani memperbaiki teknik
musim kemarau (2,89).
budidaya cabai merah sejak
3. Risiko pendapatan cabai merah
pembibitan hingga panen. Petani
bersumber dari pesaing,
menggunakan benih unggul;
lingkungan fisik, dan lingkungan
mempersiapkan media pembibitan,
operasional. Jenis risiko yang
media tanam yang sehat dan cukup
terdapat di Subak Iseh, antara lain
unsur hara; membuat persemaian dan
fluktuasi harga; keadaan cuaca
memilih bibit yang baik untuk
dan iklim; serangan hama dan
ditanam; pengendalian hama dan
serangan penyakit; gulma; dan
penyakit; menjaga
teknik berusahatani belum
kebersihan/kesehatan lingkungan;
optimal.
serta memanen hasil sesuai dengan
tingkat kematangan buah agar produk

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 117

4. Mitigasi risiko pendapatan antara


lain (1) mengatur luas tanam; (2) Dewi, R.K and N. Parining. 2017. Risk
mengatur pola dan waktu tanam; Mitigation of Red Chili Production in
(3) memilih benih yang tahan the Village Besakih, Bali Province.
serangan hama penyakit; (4) Journal of Economics and Sustainable
memperbaiki teknik budidaya; (5) Development, Volume 8 No.4, 2017.
menjaga kesehatan lingkungan; (6) United States.
pengendalian hama penyakit; (7)
memanen sesuai tingkat Djohanputro, S.B. 2008. Manajemen
kematangan buah; (8) petani Risiko Korporat. Jakarta: PPM.
cenderung menggunakan
pendapatan dari sumber lainnya Kountur, R. 2008. Mudah Memahami
dan meminjam kepada keluarga Manajemen Risiko Perusahaan.
jika usahataninya gagal. Jakarta: PPM.
Berdasarkan kesimpulan maka
disarankan instansi terkait dapat Nyana, D. 2014. Pengendalian
membantu petani dalam hal: (1) Penyakit Virus pada Tanaman Cabai
mencarikan pasar cabai merah dengan Teknik Ramah Lingkungan.
melalui pengembangan Laporan Penelitian. LPPM, Universitas
kelembagaan kemitraan yang Udayana.
handal, seperti menjadi
penghubung antara petani dengan Pappas, J.M. dan M. Hirschey. 1995.
perusahaan pengguna bahan baku Ekonomi Managerial. Edisi Keenam
cabai merah; (2) memberikan Jilid II. Binarupa Aksara. Bandung.
keterampilan pengolahan cabai
merah menjadi produk yang tahan Saptana, A. Daryanto, H.K. Daryanto,
lama serta mensosialisasikan Kuncoro. (2010). Strategi Manajemen
kepada konsumen potensial. Resiko Petani Cabai Merah Pada
Lahan Sawaah Dataran Rendah di
UCAPAN TERIMA KASIH Jawa Tengah. Jurnal manajemen &
Pada kesempatan ini peneliti Agribisnis. Vol. 7. No.2 Oktober 2010.
mengucapkan terimakasih kepada Bogor.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Udayana, Tahir, A. G. 2011. Analisi Risiko
Fakultas Pertanian Unud, Kepala dan Pendapatan Usahatani Kedelai Pada
Anggota Subak Iseh, PPL, dan Usahatani Kedelai Pada Berbagai Tipe
mahasiswa yang membantu Lahan di Sulawesi Selatan. Jurnal
mengumpulkan data di lapangan. Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 8,
Nomor 1, Februari 2011.
DAFTAR PUSTAKA
UPTD Pertanian Tanaman Pangan dan
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Hortikultura Kecamatan Sidemen.
Bali. 2016. Berita Resmi Statistik 2016. Monografi Wilayah Kerja
Provinsi Bali No. 19/03/51/Th. X, 1 Penyuluh Pertanian WKPP Sidemen.
Maret 2016. http://bali.bps.go.id/
webbeta/ website/brs_ind/brsInd-
20160301133651.pdf.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p09
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

SISTEM SUBAK UNTUK PENGEMBANGAN LINGKUNGAN


YANG BERLANDASKAN TRI HITA KARANA
Wayan Windia1, I Ketut Suamba2, Sumiyati3, Wayan Tika4
1Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana

2Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana

3,4Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Denpasar, Bali

wayanwindia@ymail.com; suamba_unud@yahoo.co.id; sumiyatiftpunud@gmail.com;


wayantikaftp@gmail.com

ABSTRAK

Subak di Bali memiliki berbagai kearifan. Diantaranya kearifan ekologis.


Kearifan ekologis subak pada dasarnya berlandaskan pada filsafat yang
diterapkannya yakni Tri Hita Karana (THK). Pengakuan UNESCO terhadap subak
sebagai warisan budaya dunia pada prinsipnya disebabkan karena subak
menerapkan secara langsung filsafat hidup THK tersebut. Adapun komponen THK
itu adalah parhyangan, pawongan, dan palemahan. Dalam komponen parhyangan,
subak mengembangkan harmoni dalam lingkungan spiritual, melalui berbagai
upacara di tingkat petani dan juga di tingkat subak. Dalam komponen pawongan,
subak mengembangkan harmoni lingkungan sosial, melalui kegiatan gotong royong,
dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam
komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan
pembuatan sawah sesuai dengan kontur lahan. Sistem ini menghasilkan terasering
sawah yang indah pada beberapa subak di Bali, yang sangat terkenal di dunia.
Kata kunci: subak, lingkungan, dan Tri Hita Karana.

SUBAK SYSTEM FOR ENVIRONMENTAL DEVELOPMENT


BASED ON TRI HITA KARANA

ABSTRACT

Subak in Bali having some wisdom. One of it is an ecological wisdom. The


subak ecological wisdom basically based on the Tri Hita Karana (THK) philosophy.
UNESCO recognition for subak as a world cultural heritage, because subak directly
implemented the THK philosophy in their activities. The components of THK
philosophy are parhyangan, pawongan, and palemahan. On parhyangan
component, subak is developing harmony on spiritual sector, through some
ceremonies at farmer and also at subak level. On pawongan component, subak is
developing harmony on social sector, through work together at subak site, and also
implementing water borrowing system among subak members in one subak site.
Water borrowing system also implemented among subaks that get water from one

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 119

river. On palemahan component, subak is developing harmony on fisical sector


through developing the rice fileds along the land contour, without destroying the
land. It’s constructing the beautiful rice field terrace at some subaks in Bali, that it
is very famous in the world tourism.
Keywords: subak, environment, and Tri Hita Karana

PENDAHULUAN lebih baik kalau subak disebutkan


sebagai organisasi petani pengelola air
Pada awalnya subak
irigasi yang bersifat sosio agraris
didefinisikan dalam Perda Prop. Bali
religius, dalam suatu kawasan sawah
No. 2 tahun 1972. Disebutkan bahwa
tertentu dengan batas-batas yang
subak adalah suatu masyarakat
alamiah, memiliki satu atau lebih
hukum adat yang memiliki
sumber air irigasi, memiliki pura
karakteristik sosio-agraris-religius,
subak, dan bersifat otonom ke luar
yang merupakan perkumpulan petani
dan ke dalam.
yang mengelola air irigasi di lahan
Namun apapun subak itu
sawah. Kemudian subak didefinisikan
didefinisikan, maka subak di Bali
sesuai dengan Peraturan Daerah
tetap saja hidup dan beroperasi sejak
(Perda) Prop. Bali No. 9 tahun 2012.
10 Abad yang lalu. Bahkan subak
Bahwa subak disebutkan sebagai
telah memberikan peranannya yang
organisasi tradisional di bidang tata
sangat penting dalam membantu
guna air, dan atau tata tanaman di
proses pembangunan pertanian,
tingkat usaha tani pada masyarakat
khususnya pada masa Era Orde Baru.
adat di Bali, yang bersifat sosioagraris,
Pada masa Orde Baru dikembangkan
religius, ekonomis yang secara historis
konsep Bimas, Inmas, Insus, dll untuk
terus tumbuh dan berkembang.
meningkatkan produksi padi di
Definisi yang disebutkana
Indonesia. Semua program itu
dalam perda itu, tampaknya kurang
memanfaatkan subak sebagai
tepat, karena tidak operasional dalam
landasan operasionalnya. Pada
implemantasi di lapangan. Bahkan
akhirnya yang sangat perlu ada dalam
dalam perda No. 9 tahun 2012
setiap perda yang mengatur tentang
dicantumkan aspek/komponen
subak adalah tentang apa yang dapat
ekonomi dalam definisi subak. Hal ini
kita berikan kepada subak tersebut.
tidak tepat, karena subak sejatinya
Kalau tidak ada yang jelas yang kita
bukan lembaga ekonomi, tetapi
dapat berikan kepada subak agar
lembaga sosio-kultural. Kalau
subak tetap dapat eksis, maka perda
seandainya subak didefinsikan
tentang subak tidak akan banyak
sebagai lembaga ekonomi, maka
gunanya.
semua subak di Bali harus
Fungsi subak adalah sebagai
dibubarkan, karena memang tidak
berikut: (i) mendistribusikan air irigasi
menguntungkan. Namun harus
secara adil kepada semua anggota
dicatat bahwa subak memang penting
subak; (ii) memelihara jaringan irigasi;
diberikan aktivitas ekonomi untuk
(iii) mengerahkan
menjawab tantangan zaman
sumberdaya (dana dan tenaga)
globalisasi dengan watak persaingan
anggota subak; (iv) mengelola konflik;
yang sangat ketat, individualistis, dan
dan (v) melaksanakan kegiatan
kapitalistis. Oleh karenanya akan
upacara. Fungsi subak tersebut

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 120

analog dengan implementasi filsafat di pura subak (spiritual). Itulah


subak yakni Tri Hita Karana (THK) di sebabnya, subak disebut sebagai
kawasan subak yang bersangkutan. lembaga yang bersifat sosio-kultural.
Fungsi mendistribusikan air irigasi Dengan kekuatan subak secara
secara adil adalah implementasi dari internal itu, maka subak mampu
komponen palemahan. Fungsi beradaptasi terhadap perkembangan
memelihara jaringan irigasi; budaya dan teknologi di sekitarnya,
mengerahkan sumberdaya; dan dan mampu mengembangkan konsep
mengelola konflik, adalah good governance dalam pengelolaan
implementasi dari komponen organisasi. Namun kelemahan subak
pawongan. Sedangkan fungsi untuk yang berwatak sosio-kultural tersebut
melaksanakan kegiatan upacara, adalah tidak mampu bertahan
adalah implementasi dari komponen terhadap intervensi pihak eksternal.
parhyangan. Kalau subak dapat Di masa depan diperlukan berbagai
melaksanakan semua fungsinya aktivitas non sosio-kultural, agar
dengan baik, maka hal itu pada subak mampu bertahan terhadap
prinsipnya adalah sejalan fungsi intervensi pihak eksternal.
subak untuk menerapkan filsafat Adapun tujuan dari bahasan
THK. Selanjutnya, kalau subak tulisan ini adalah untuk menganalisis
mampu melaksanakan semua peranan subak dalam
fungsinya yang sejalan dengan mengembangkan lingkungan yang
penerapan THK tersebut, maka hal itu harmoni di kawasannya. Bahasan
adalah suatu kondisi bahwa subak dilakukan dengan teknik kualitatif
sudah mampu mengembangkan yakni dengan mendeskripsikan dan
dirinya untuk memelihara lingkungan mengkaji peranan subak dalam
yang berlandaskan THK. Kalau mengembangkan lingkungan yang
berbicara lingkungan, maka harmoni di kawasannya, yang
pembicaraan itu termasuk berlandaskan THK.
membicarakan lingkungan biotik,
abiotik, dan sosial. Dengan demikian, KEARIFAN SUBAK
subak yang mampu melaksanakan
Disamping adanya catatan
fungsinya dengan baik, maka dapat
tentang kekuatan dan kelemahan
disebutkan bahwa subak sudah
yang dimiliki subak, maka Norken,
mampu mengembangkan lingkungan
dkk (2007) mencatat adanya berbagai
sosial yang harmonis, sesuai landasan
kearifan atau kecerdasan lokal yang
THK.
dimiliki subak. Windia (2008a dan
Kalau semua fungsi subak yang
2008b), juga menunjukkan hal yang
merupakan penerapan dari filsafat
senada. Disebutkan bahwa, identitas
THK dapat dilaksanakan dengan baik,
subak sebagai organisasi tradisional
maka hal itu adalah bagian dari
Bali memiliki sifat dasar sosio-kultural
kekuatan subak. Bahwa subak secara
atau sosio-religius yang unik, unggul,
internal adalah kuat, karena subak
dan kaya kearifan lokal. Kearifan lokal
diikat kekuatannya karena
dengan berbagai kecerdasan yang
kepentingannya yang sama terhadap
dimiliki, merupakan bagian dari
distribusi air yang adil (fisikal) dan
kebudayaan. Kearifan lokal dalam
diikat pula oleh kepentingannya yang
organisasi subak memperoleh
sama terhadap pelaksanaan upacara

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 121

keunikan lokal berbasis konsepsi Tri konteks yang kaya akan fungsi dan
Hita Karana dan mendapat apresiasi makna.
unirversal terkait dengan kandungan Berbagai peneliti asing telah
filosofi kosmos, theos, antropos, dan melaporkan tentang keragaman
logos. Esensi kearifan lokal adalah kearifan lokal yang tercakup dalam
komitmen yang tinggi terhadap organisasi tradisional subak. Peneliti
kelestarian alam, rasa relegiusitas, asing seperti Grader dengan wilayah
subyektivikasi manusia, dan kajian Jembrana (1984), Geertz
konstruksi penalaran yang berempati dengan lokasi kajian Tabanan,
pada persembahan, harmoni, Badung dan Klungkung (1959),
kebersamaan, dan keseimbangan Lansing dengan wilayah Bangli (1991)
untuk jagadhita berkelanjutan. telah mengungkap dan melaporkan
Dalam rentangan panjang tentang perkembangan subak dengan
kebudayaan agraris, organisasi subak aneka kearifan lokal. Peneliti lokal
yang diperkirakan telah berkembang seperti Bagus (1971), Sutawan (1989
sekitar 10 abad (sejak abad XI) telah dan 1991), Sushila (1987), Geriya
membangun jaringan struktural dan (1985), Pitana (1993), Windia (2006),
fungsional yang kokoh. Keterikatan Norken (2007) telah memperkaya dan
petani dengan subak, menurut Geertz menguatkan tentang holistiksitas
(1959) merupakan keterikatan empat kearifan yang tercakup dalam
dimensi yakni: parhyangan, organisasi subak. Kearifan itu
pawongan, palemahan dan emosional. merentang dari tatanan religius yang
Secara eksistensialisme, sosialisasi bersifat ekspresif sampai dengan
dan enkulturasi kearifan lokal tatanan technologis yang berkarakter
terhadap krama subak telah progresif dan kultural.
menembus lintas wilayah, lintas Kearifan lokal sebagai bagian
sektor dan lintas generasi, sehingga dari kebudayaan menurut para
telah tumbuh sebagai representation antropolog memiliki bentuk, fungsi,
colective yang tinggi makna, dan etos yang dalam.
Di tengah hiruk-pikuk keluasan Keseluruhan kearifan lokal yang
dampak sekuler dan vulgar tercakup dalam organisasi subak
modernisasi dan globalisasi yang secara kategorikal terdiri atas;
mengusung ideoscape, ethnoscape, kearifan religius, kultural, ekologis,
finanscape, technoscape, dan institusional, ekonomi, hukum,
meioscape (Appadurai, 1993), tehnologis, dan keamanan. Narasi
masyarakat kembali menoleh potensi singkat makna kearifan lokal dalam
kearifan lokal. Kearifan lokal yang organisasi subak sebagai berikut.
dibangun melalui kedalaman mitologi
1. Kearifan Religius
dalam sinergi nilai-nilai luhur
Makna kearifan ini sangat fokus
kebudayaan seperti religius, harmoni,
pada keyakinan tentang
kebersamaan, dan keseimbangan yang
ketuhanan, spiritualitas yang
dinamik memperoleh roh dan basis
merupakan roh kehidupan
modal spiritualitas. Etos kebangkitan
berorganisasi subak. Melalui teks
kearifan lokal mendapat momentum
theologis, sistim simbul dan
terkait dengan kebutuhan dan
akivitas ritual, bukan saja ranah
harapan masyarakat secara teks dan
parhyangan, namun juga ranah

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 122

palemahan dan pawongan terkait relasi yang bersifat simbiosis


dengan konsep suci dan leteh. mutualistik. Subak sebagai
Dianjurkan kepada komunitas cultural heritage juga diapresiasi
subak untuk memelihara dan bukan saja secara lokal, namun
menjaga kesucian seluruh ranah juga nasional dan dunia melaui
subak dan mencegah proses organisasi UNESCO yang
keletehan, termasuk tanah, mengapresiasi Subak Jatiluwih,
sumberdaya air sampai dengan Tabanan bersama pura Taman
prilaku krama subak. Kesucian Ayun, Badung dan tinggalan
dianggap pangkal harmoni dan Arkeologi Tukad Pakerisan
keletehan adalah signal Gianyar sebagai nominasi World
disharmoni. Kesucian Heritage.
menguatkan jagadhita dan
3. Kearifan Ekologis
keletehan mengganggu jagadhita.
Makna kearifan ekologis terfokus
Eksistensi parhyangan (pura
pada konservasi, keseimbangan
subak), yang berstrata dari
dan sustainabilitas lingkungan.
lingkup kecil (bedugul),
Pemuliaan terhadap tanah, air
menengah (masceti) sampai
dan aneka sumberdaya menjadi
dengan besar (pura ulun danu)
preferensi para petani yang
merupakan simbul dan media
dikuatkan secara etik dan
sakral kearifan religius subak.
perundang-undangan (awig-
2. Kearifan Kultural awig), dan sebaliknya
Makna kearifan kultural sangat pencemaran terhadap tanah, air
fokus pada energi budaya yang dan sumberdaya juga dicegah
mencakup etika, logika, estetika melalui tindakan, awig-awig dan
dan praktika. Melalui landasan sistem ritual. Berbagai teknik
filosofi dan tata nilai, tatanan konservasi, dari konsepsi
aktivitas subak diharapkan preservasi sampai dengan
secara kokoh mempertahankan adaptasi yang diimplementasikan
konsepsi Tri Hita Karana sebagai oleh organisasi subak yang
landasan filosofi subak. cukup arif terkait dengan
Keyakinan warga subak yang penghematan, kelancaran dan
mengkonsepsikan tanah sebagai pembatasan polusi aneka
Ibu Pertiwi, air sebagai simbul sumberdaya alam. Etika dan
Dewa Wisnu dan padi sebagai estetika lingkungan merupakan
Dewi Sri memperkuat eksistensi kearifan ekologis yang mampu
kearifan kultural yang dijiwai memancarkan pesona
oleh agama Hindu. Hidupnya persawahan dan budaya agraris
siklus ritual terhadap tanaman di Bali.
padi yang sejalan dengan
4. Kearifan Institusional
upacara siklus hidup manusia
Makna kearifan ini terfokus pada
merupakan refleksi humanisasi
potensi integritas organisasi
dan penghormatan petani
subak ke ”dalam” dan ke ”luar”.
tehadap tanaman, hewan dan
Ke ”dalam” ditujukan kepada
aneka sumberdaya alam (hutan,
warga subak dan ke ”luar”
sumber air) sebagai simbul dari
ditujukan kepada organisasi lain

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 123

yang terkait dengan subak. Di integrasi kapital material


level desa, tentang keterkaitan berkembang dari pola budaya
sinergis subak dengan desa petani dalam transformasi
pakraman. Di level supra desa, kebudayaan dagang. Adanya
tentang keterkaitan bangunan lumbung dalam balai
komplementer subak dengan subak atau jineng dalam
berbagai dinas seperti Dispenda, keluarga petani merupakan
PU dan Dinas Kebudayaan. sarana untuk tabungan hasil
Kearifan institusional subak juga pertanian. Tatkala NKRI
terefleksi dari sifat mengembangkan program Bimas
keterbukaannya yang responsif dan Insus dalam upaya
dan inklusif. Konsepsi yang meningkatkan produksi pangan
sangat penting dalam di Indonesia dalam periode
mengimplementasikan kearifan 1980’an, subak di Bali
ini adalah berkembangnya merupakan lembaga tradisional
konsep gotong royong. Gotong yang bukan saja responsif,
royong dilaksanakan untuk melainkan juga menuai berbagai
menyelesaikan kewajiban subak kesuksesan menuju peningkatan
secara bersama atau ngayah, produksi dan penguatan ketahan
seperti dalam ritual. Gotong pangan. Bahkan Sutawan (2001)
royong dan tolong menolong mengemukakan agar dalam
dilaksanakan tatkala petani organisasi subak dikembangkan
saling membantu satu sama lain lembaga koperasi. Dengan
dalam menggarap sawah, seperti demikian, subak dapat mulai
mencangkul dan menanam melakukan transformasi
melalui konsep ngoopin bersifat perannya dalam bidang ekonomi.
resiprositas dan non-bayar.
6. Kearifan Hukum
Kearifan institusional juga dapat
Kearifan ini sangat fokus pada
menggambarkan kemampuan
aspek legalitas dengan segala
subak melakukan koordinasi
bentuk penghargaan kepada
dengan semua komponen yang
yang berprestasi dan hukuman
terkait dengan perannya.
kepada yang melanggar menuju
5. Kearifan Ekonomis tertib atau kesukertan
Makna kearifan ini terfokus pada parhyangan, pawongan, dan
usaha yang bersifat kreatif dan palemahan. Dalam implementasi
produktif. Pandangan dasar para bentuk-bentuk kearifan hukum
petani yang bertumpu pada bervariasi dari pasuwara, sima-
image of limited goods, telah dresta, awig-awig, perarem
mendorong sikap dan prilaku sampai dengan aturan. Tat kala
mereka mengedepankan kerja warga subak dihadapkan
keras (etos kerja) dan sikap hubungan sosial yang negatif
hemat. Dasar-dasar ekonomi dengan muatan ketegangan dan
kerakyatan yang menghidupkan konflik, kearifan hukum yaitu
usaha-usaha kecil, bersifat awig-awig merupakan rujukan
kekeluargaan, berbasis kapital bagi pemimpin subak untuk
sosial dan spiritual dalam mendamaikan, meredam atau

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 124

menyelesaikan konflik sosial, manusia sampai dengan


baik konflik horisontal, vertikal pengamanan terhadap serangan
maupun amuk masa. Kearifan hama. Dalam rangka
hukum dalam organisasi subak pengamanan pembagian air,
juga merefleksikan sifat mandiri subak memiliki mekanisme dan
dan otonomi organisasi subak. person pengontrol air. Dalam
pengamanan gangguan hewan,
7. Kearifan Teknologis
subak memiliki awig-awig dengan
Makna kearifan ini terfokus pada
sistem denda. Dalam
kemampuan teknologis dan
pengamanan dari ancaman
kemampuan pengetahuan
pencurian, subak memiliki sekaa
tradisioanal petani dalam
sambang dan dalam
memahami dan memecahkan
mengantisifasi ganguan hama,
masalah-masalah kehidupan
seperti hama tikus, subak meiliki
secara rasional, metodis dan
tradisi pemburuan tikus. Dalam
sistematis. Pandangan petani dan
mengantisifasi hama secara
cara-cara petani menjelaskan
niskala (keyakinan spiritual),
dan mengantisipasi fenomena
subak memiliki ritual nangluk
supra natural dan natural yang
merana. Pada hakekatnya subak
betumpu pada pendekatan
berkembang dalam dua dimensi,
astronomik, biologis,
sekala-niskala.
klimatologis, cukup
Selanjutnya perlu disebutkan
merefleksikan tentang derajat
bahwa, masyarakat dan kebudayaan
kearifan sains dan teknologis
Bali bergerak secara dinamik dan
para petani. Subak juga telah
berubah. Dalam satu dekade terakhir
memperkenalkan berbagai
dinamika itu semakin cepat, besar dan
keunggulan teknologi tradisional
akseleratif. Faktor-faktor yang
dalam konstruksi bangunan
mendorong dinamika dan perubahan
aungan (terowongan). Metode
sangat beragam (multi-faktor). Faktor-
pembagian air tradisional
faktor pokok antara lain sebagai
berdasar sistem tetek juga
berikut.
mereflesikan asas keadilan dan
1. Kesesakan ekologi dan konversi
pemerataan yang rasional.
lahan.
8. Kearifan Keamanan 2. Kepadatan dan heteroginitas
Kearifan ni sangat fokus pada demografi.
sekuritas petani dalam seluruh 3. Materialisme dan konsumerisme
tahap kehidupan bertani, publik.
pengamanan hasil produksi dan 4. Keterbukaan lokal, nasional,
area wilayah pertanian. Setiap global.
subak memiliki tapal batas 5. Transformasi kultur dari budaya
kesatuan wilayah yang secara agraris ke dagang dan berlanjut
geografis patut diamankan. Batas ke budaya turistik.
wilayah subak dikenal dengan 6. Kebangkitan kesadaran tentang
batas hidrologis. Pengamanan ini arti hakiki sebagai manusia.
mencakup pengamanan terkait Secara dikhotomik cenderung
dengan pencemaran, perusakan makin terbuka jalur cepat bagi
oleh hewan, pencurian oleh modernisasi dan globalisasi yang

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 125

secara empirik lebih besar pencarian identitas diri dan konflik


manghadirkan resiko dibandingkan berpeluang sangat penting bagi
manfaat. Resiko fragmentasi melalui penguatan tradisi dan kearifan lokal.
fenomna disharmoni, distorsi dan Sesungguhnya sedang tumbuh
diskontinu unsur-unsur penting tekad dan etos masyarakat Bali untuk
kebudayaan Bali, termasuk resiko kembali menoleh potensi kearifan
terhadap organisasi subak dan aneka lokal sebagai keunikan dan
kearifan lokal makin kasat mata. keunggulan yang perlu direvitalisasi
Kontinuitas jalur tradisi masih bagi kesejahteraan dan keharkatan
terbuka dengan hadirnya faktor-faktor masa depan. Sementara itu, elaborasi
yang mengapresiasi seperti kehadiran kearifan subak dapat dirinci seperti
Bhisama PHDI tentang kesucian pura, terlihat pada Tabel 2, dan gambaran
penghargaan lokal-nasional-dunia tentang kearifan subak dapat dilihat
terhadap culture heritage dan pada Gambar1.

Tabel 1. Elaborasi Kearifan Subak Menurut Bentuk, Fungsi, Makna, dan Etos

Kategori Bentuk Fungsi Makna dan Etos


1. Relegius Mitologi, ritual, simbul Sakralisasi, Ketuhanan, roh,
simbolisasi dan spiritualitas
2. Kultural Filosofi, nilai, prilaku Enkulturisasi, edukasi Humanitas, empati,
logika, etika,
estetika, praktika
3. Ekologis Fisik, teknik, metode Konservasi, Keseimbangan,
naturalisasi, adaptasi adaptasi,
sustainabilitas
4. Institusional Organisasi, struktur Institusionalisasi, Solidaritas,
integrasi, kesatuan,
pemberdayaan keterbukaan
5. Ekonomis Sikap, gaya hidup, Produksi, distribusi, Produktivitas,
metode konsumsi kreativitas,
keadilan
6. Hukum Pasuwara, sima- Legislasi, keteraturan, Legalitas, otonomi
dresta, awig-awig, ketertiban dan kemandirian
perarem
7. Teknologis Metode, teknik, fisik Saintifikasi, Akurasi, sistematik
sistematisasi dan dinamik
8. Keamanan Aturan, prilaku, fisik Sekuritas, Keamanan dan
pengayoman, ketertiban
perlindungan
Sumber: Norken, dkk (2007).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 126

RELIGIUS

8 2

KEAMANAN KULTURAL

3
7
KEARIFAN SUBAK
EKOLOGIS
TEKNOLOGIS

4
6
INSTITUSIONAL
HUKUM

EKONOMIS

Gambar 1. Aneka ragam kearifan subak


Sumber: Norken, dkk (2007).

Keterangan:
Kategori 1 s/d 4 merupakan sifat ekspresif
Kategori 5 s/d 8 merupakan sifat progresif

Pengembangan Lingkungan landasan subak yakni Tri Hita Karana


Berlandaskan Tri Hita Karana (THK), maka lingkungan spiritual
berkait dengan komponen
Disebutkan di atas bahwa salah
parhyangan, lingkungan sosial berkait
satu kearifan yang dimiliki subak
dengan pawongan, dan lingkungan
adalah kearifan ekologis (lingkungan).
fisik berkait dengan palemahan.
Kalau berbicara tentang lingkungan
Parhyangan, pawongan, dan
dalam kaitan dengan eksistensi
palemahan adalah merupakan
subak, maka harus dibahas tentang
komponen dari THK, yakni harmoni
lingkungan spiritual, lingkungan
antara manusia dan Tuhan
sosial, dan lingkungan fisik.
(parhyangan), harmoni antara
Kemudian, kalau dikaitkan dengan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 127

manusia dengan manusia (pawongan), dari keyakinan petani tersebut,


dan harmoni antara manusia dengan mereka membangun pura subak. Pada
lingkungan (palemahan). setiap subak di Bali pasti ada pura,
dan paling tidak, satu pura dalam satu
Pengakuan UNESCO pada
subak. Pura itu disebut dengan Pura
sistem subak pada tahun 2012 tidak
Ulunsui, tempat bersemayam Dewa
terlepas juga dari implementasi filsafat
Wisnu. Ada juga subak yang memiliki
THK pada sistem subak di Bali, yang
pura yang lain, yakni Pura Bedugul,
berkait dengan lingkungan spiritual,
tempat bersemayamnya Dewi Sri.
sosial, dan fisik. Itulah sebabnya tema
Tetapi kalau satu subak hanya
pengakuan UNESCO terhadap subak
memiliki satu pura subak saja, maka
adalah sebagai berikut. Cultural
dalam satu pura itu umumnya
Landscape of Bali Province : Subak as
dibuatkan pelinggih tempat
Manifestation of Tri Hita Karana
bersemayam-nya Dewa Wisnu dan
Philosophy. Hal ini bermakna bahwa
Dewi Sri. Dewa Wisnu dan Dewi Sri
filsafat THK tidak sekedar hanya
dipercaya oleh masyarakat sekala
dalam tataran teori, tetapi langsung
(alam baka) sebagai pasangan suami-
diterapkan oleh sebuah lembaga
istri.
sosial- tradisional yang disebut
Di samping ada pura pada level
dengan subak. Adapun implementasi
subak, maka pada setiap sawah milik
pengembangan lingkungan yang
petani anggota subak ada juga pura
berlandaskan konsep/filsafat THK
yang disebut dengan sanggah catu.
yang dilaksanakan sistem subak di
Melalui sanggah catu inilah petani
Bali secara rinci adalah sebagai
memelihara hubungan dengan
berikut.
lingkungan spiritual-nya. Sanggah
1. Bidang parhyangan catu umumnya dibangun pada tempat
Pada dasarnya implemantasi masuknya air irigasi (inlet) pada blok
pengembangan lingkungan spiritual sawah petani yang bersangkutan.
dalam sistem subak, adalah Sanggah catu itu bisa dibuat dalam
implementasi dari konsep bentuk permanen (dibuat dari beton),
parhyangan. Petani memiliki dan bisa juga dalam bentuk temporer
keyakinan bahwa semua asset yang (dibuat dari bamboo). Melalui sanggah
ada dalam kawasan subak dan catu itulah petani melakukan
dikelola oleh subak adalah anugrah hubungan dengan lingkungan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh spiritual dengan sarana sesajen dalam
karenanya, petani harus ber harmoni berbagai jenis upacara, sejak mulai
dengan Tuhan. Dipercaya bahwa air dalam proses pengolahan tanah,
adalah karunia Tuhan YME, dan oleh hingga upacara menjelang panen.
karenanya harus didistribusikan dan Adapun jenis upacara yang dilakupan
dikelola dengan baik dan dengan petani melalui sanggah catu dapat
seadil-adilnya. Sebagai perwujudan dilihat lebih rinci pada Tabel 2.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 128

Tabel 2. Rincian upacara di tingkat petani yang dilaksanakan di sanggah catu.

No. Nama ritual Waktu Tujuan


1. Ngendagin/me Pada saat akan Permakluman kepada Tuhan YME
mungkah/nuas memulai kegiatan (Dewa-Dewi yang bersemayam di sawah,
en tedun di sawah untuk sebagai manifestasi Tuhan YME), bahwa
bertanam. petani akan memulai melakukan
aktivitas pertanian di sawah.
2. Pengwiwit/ngur Segera setelah Memohon kepada Tuhan, agar bibit yang
it benih disemai. disemai dapat tumbuh dengan baik.
3. Nuasen nandur Pada saat akan Memohon kepada Tuhan, agar proses
menanam benih penanaman bibit dapat berjalan dengan
padi di sawah. lancar.
4. Ngulapin Setelah selesai Memohon kepada Tuhan, agar bibit padi
menanam padi, yang ditanam dapat tumbuh dengan
dan ada tanaman baik, dan tidak mengalami kerusakan.
padi yang rusak.
5. Ngeroras Setelah padi Memohon kepada Tuhan YME agar
berumur 12 hari. tanaman padi dapat tumbuh dengan
baik.
6. Mubuhin Setelah padi Memohon kepada Tuhan YME agar
berumur 15 hari. tanaman padi tetap dapat tumbuh
dengan baik.
7. Neduh/Ngebula Setelah padi Memohon kepada Tuhan YME agar
nin berumur satu tanaman padi tetap dapat tumbuh
bulan (35 hari). dengan baik.
8. Nyungsung/ngi Setelah padi Memohon kepada Tuhan YME agar
seh/ngelanus/ berumur 42 hari. tanaman padi tetap dapat tumbuh
dedinan dengan baik.
9. Biukukung/mis Setelah padi Memohon kepada Tuhan YME agar
eh/ngiseh berumur dua tanaman padi tetap dapat tumbuh
bulan (70 hari). dengan baik.
10. Nyiwa Sraya Setelah padi Memohon kepada Tuhan YME agar
berbunga secara tanaman padi tetap dapat tumbuh
merata di dengan dan menghasilan buah padi yang
hamparan sawah. baik.
11. Ngusaba/ngusa Saat menjelang Memohon kepada Tuhan YME agar
ba panen. panen padi berhasil dengan baik.
nini/mantenin
Dewi Sri.
12. Mebanten Pada saat panen. Memohon kepadaTuhan YME, agar
manyi. pelaksanakan panen dapat berjalan
dengan baik.
13. Ngerasakin Setelah panen. Menyampaikan rasa syukur kepada
Tuhan YME bahwa panen telah berjalan
dengan baik, dan bersiap untuk

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 129

melakukan persiapan tanam pada


musim berikutnya.
14. Mantenin Setelah padi Menyampaikan rasa syukur kepada
berada di lumbung Tuhan YME, karena padi telah dapat
atau tempat disimpan dengan baik.
penyimpanan padi.
15. Ngerestiti/Nang Kalau tanaman Memohon kepada Tuhan YME, agar
luk merana padi diserang hama dan penyakit tidak merusak
penyakit. tanaman padi.

Selain di tingkat petani, juga merancang subak di Bali sudah


dilaksanakan kegiatan ritual di tingkat memahami hal itu. Oleh karenanya
subak. Umumnya ada dua jenis ritual dibuatlah suatu sistem saluran irigasi
yang dilaksanakan di tingkat subak, di tingkat petani yang memungkinkan
yakni upacara mendak toyo (upacara petani bisa saling pinjam memimjam
menjemput air pada awal pengolahan air irigasi. Sistem itu disebut dengan
sawah) dan ngusaba nini (upacara one inlet and one outlet system. Di
menjelang panen). Kemudian ada lagi mana setiap blok sawah milik petani
berbagai upacara di tingkat dam, dan anggota subak, masing-masing
danau, di mana subak juga memiliki satu saluran (saluran cacing)
berpartisipasi. Dengan demikian dapat dan satu inlet tersendiri. Dengan
dikatakan bahwa subak demikian, kalau seorang petani ingin
mengembangan lingkungan spiritual, meminjam air irigasi dari seorang
sesuai landasan THK. petani lain (yang sawahnya ada dalam
satu saluran), maka petani yang
2. Bidang pawongan
bersangkutan tinggal mengempang
Pada dasarnya implementasi
inlet air irigasi dari petani yang akan
pengembangan lingkungan sosial
dipinjam airnya. Jadi, sistem yang ada
dalam sistem subak, adalah
dalam subak memang memungkinkan
implementasi dari konsep pawongan.
untuk saling pinjam air irigasi antar
Bahwa petani di dalam subak harus
petani.
mengembangkan harmoni dengan
Untuk menjaga harmonisasi antar
lingkungan sosialnya, yakni dengan
petani, maka secara rutin diadakan
sesamanya. Dalam beberapa sumber
kegiatan gotong royong oleh subak.
lontar tentang subak disebutkan
Baik untuk kegiatan yang berkait
bahwa di subak memang tidak
dengan pengelolaan saluran irigasi,
dibenarkan ada konflik. Tidak boleh
maupun dalam hubungan dengan
melontarkan kata-kata kasar dalam
kegiatan ritual. Karena mereka sering
kawasan subak. Di samping larangan-
bertemu dan berkomunikasi, maka
larangan lain, misalnya tidak boleh
akan ada saling percaya antar mereka.
bercinta dan melakukan hubungan
Saling percaya adalah bagian dari
suami-istri di kawasan subak.
modal sosial yang paling penting
Sumber konflik di kawasan subak
dalam rangka membangun harmoni
tentu saja masalah air irigasi.
antar sesama anggota subak. Itulah
Terutama pada saat kondisi air irigasi
sebabnya keputusan dalam sistem
mulai terbatas pada musim kemarau.
subak pada umumnya dilaksanakan
Untuk itu para leluhur yang

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 130

dengan sistem konsensus. Bukan dapat menciptakan terasering sawah


voting. Sistem konsensus dapat yang sangat indah. Banyak wisatawan
diterapkan, karena subak memiliki yang tergila-gila dengan pemandangan
kepentingan yang sama, yakni air terasering sawah, karena tidak ada
irigasi, bibit, pupuk, dll. Sehingga duanya di dunia. Seperti misalnya di
mereka percaya bahwa apapun usul kawasan terasering sawah di Subak
dari suatu anggota, pasti merupakan Jatiluwih, Tabanan, yang mampu
kepentingan untuk mencapai tujuan menyedot wisatawan hingga 250.000
bersama. Semua konsensus yang orang per tahun. Selanjutnya bisa
telah disepakati, pada dasarnya menghasilkan uang masuk hingga Rp.
adalah merupakan substansi dari 2 milyar per tahun. Hal ini adalah
awig-awig (peraturan subak). Awig- merupakan sebuah kearifan lokal
awig pada dasarnya akan mengatur yang dibangun oleh para leluhur
apa-apa yang “boleh” dan “tidak boleh” dengan berdarah-darah, dan generasi
dilakukan pada kegiatan di kawasan sekarang dapat menikmatinya,
subak. Dengan cara-cara dan sistem bahkan dengan sangat rakus. Di
nilai yang disebutkan di atas, maka samping itu, generasi sekarang
subak mengembangan suatu dengan sangat mudah merusak dan
lingkungan sosial yang harmoni yang menjual terasering sawah yang indah,
berlandaskan THK. untuk kemudian dijadikan beton.
Kemudian palemahan (topografi)
3. Bidang palemahan
Pulau Bali yang miring, dapat
Pada dasarnya implementasi
menyebabkan juga adanya air irigasi
pengembangan lingkungan fisik dalam
yang ada di subak yang ada di hulu
sistem subak, adalah implementasi
dapat dimanfaatkan oleh subak yang
dari konsep palemahan.
ada di hilir. Air irigasi yang digunakan
Pengembangan lingkungan fisik subak
oleh subak yang ada di hulu, akan
yang harmoni dengan alam
jatuh sisanya ke sungai atau jurang di
lingkungannya, dapat dilihat dari
bawahnya. Kemudian air itu dapat
sistem pembuatan sawah di Bali.
dimanfaatkan oleh kawasan subak
Sawah dibuat sedemikian rupa sesuai
yang ada di hilir, bahkan hingga ke
dengan kondisi kontur lahan di
kawasan tepi pantai. Bahkan bisa
kawasan itu. Dengan demikian
memungkinkan terjadinya
pembuatan petak sawah menjadi tidak
kesepakatan saling pinjam air antar
teratur, tidak lurus, tidak luas, dll,
subak dalam satu sungai. Hal ini
sehingga tidak efesien. Meskipun
menyebabkan terjadinya harmoni
demikian, sistem sawah seperti itu
antar subak di Bali, karena mereka
sangat efektif untuk mencegah erosi,
bisa saling pinjam air irigasi. Inilah
agar lingkungan tidak rusak.
yang disebut dengan pengembangan
Tampaknya prinsip subak di Bali tidak
lingkungan fisik yang berlandaskan
mengejar efesiensi tetapi efektivitas.
THK.
Tidak mengejar kepentingan personal
tetapi komunal, yang tercermin dalam PENUTUP
sistem irigasi yang bisa saling pinjam
Sistem subak di Bali memiliki
meminjam air.
kearifan untuk mengembangkan
Di pihak lain, sistem pembuatan
lingkungan yang berlandaskan konsep
sawah yang mengikuti kontur lahan
Tri Hita Karana (THK).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 131

Mengembangkan lingkungan yang merusak lahan tersebut. Saat ini


berlandaskan konsep THK, berarti pengembangan harmoni lingkungan
mengembangkan harmoni lingkungan fisik tersebut, telah mampu
spiritual, lingkungan sosial, dan melahirkan terasering sawah yang
lingkungan fisik. Mengembangkan indah, dan sangat dikagumi dunia.
harmoni lingkungan spiritual, yakni Karena peran sistem subak
dengan melakukan berbagai aktivitas yang sangat nyata dalam memelihara
ritual di tingkat petani dan juga di dan mengembangkan lingkungan
tingkat subak. Mengembangkan spiritual, sosial, dan fisik tersebut,
harmoni lingkungan sosial dengan maka subak perlu dilestarikan
melakukan kegiatan kerja bersama keberadaannya. Perlu adanya
(gotong royong), kegiatan saling berbagai kebijakan strategis agar
pinjam air irigasi antar petani dan petani merasa senang sebagai petani.
antar subak, dan membuat awig-awig Selanjutnya petani merasa sadar
(peraturan subak). Mengembangkan untuk tetap mempertahankan
harmoni lingkungan fisik, dengan sawahnya, dan selanjutnya sistem
membuat sawah sesuai kontur lahan subak di Bali dapat tetap abadi.
yang tersedia, dan dengan tidak

DAFTAR PUSTAKA Norken, N. 2007. Pengembangan dan


pengelolaan sumberdaya air secara
Appadurai, A.1993. Disjuncture and
terpadu untuk daerah Bali (Suatu
difference in the global cultural
gagasan pengembangan wadah
economy, dalam Global culture:
koordinasi yang berbasis potensi lokal,
nationalism, globalism, and modernity
Jurnal HATHI, Vol. 1 Maret 2007,
(ed: M. Featherstone), sage
Jakarta.
publication, London.
Norken, N; W. Windia; J. Sushila;
Bagus, IGN. 1971. Manusia dan
W.Geriya;
kebudayaan Bali, dalam Manusia dan
M.Mudhina.2007.Peningkatan
kebudayaan Indonesia (ed:
efektivitas pengelolaan sumberdaya air
Koentjaraningrat), Penerbit Jambatan,
berbasis pada lembaga subak di
Jakarta.
Propinsi Bali, Bappeda Prop. Bali,
Coward, E.W. 1980. Irrigation Denpasar.
development : institution and
Peraturan Daerah No.
agricultural development in Asia (ed :
2/PD/DPRD/1972, tentang Irigasi
E.W. Coward, Jr), Cornell Univ.Press,
Daerah Propinsi Bali.
Ithaca and London.
Peraturan Daerah No. 9 tahun 2012,
Geertz, C. 1959. Form and variation in
tentang subak.
balinese village structure, dalam
Journal American Anthropologist, Vol. Pitana, G. 1993. Subak, sistem irigasi
X, Washingtown, USA. tradisional di Bali, dalam Subak,
sistem irigasi tradisional di Bali (ed: G.
Geriya, W. 1985. Pola kehidupan
Pitana), Upada sastra, Denpasar.
petani Subak Rejasa, Tabanan,
Baliologi, Denpasar. Pusposutardjo, S dan W.Wardana.
1997. Evaluasi hasil, akibat, dan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 132

dampak pelaksanaan pengembangan tentang Transformasi Sistem Irigasi


irigasi desa : studi kasus Kabupaten Subak yang Berlandaskan Konsep Tri
Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Hita Karana. Ia terlibat sebagai
Yogyakarta, Agritech Vol. 17 No.2. national expert dalam proses
pengusulan subak sebagai warisan
Shusila, J. 1987. Ciri-ciri khas subak,
budaya dunia, yang akhirnya diakui
sistem irigasi di Bali, Dinas PU
oleh UNESCO pada tahun 2012.
Propinsi Bali.
Penelitiannya selama lima
Sutawan, N; M. Swara; W.Windia; G. tahun terakhir tetap fokus pada
Sedana, IGM Putra Marjaya. 1991. bidang subak, dengan mendapatkan
Laporan akhir penelitian aksi biaya dari skema MP3ES dan HIKOM
pembentukan wadah koordinasi antar Kemristekdikti. Kajiannya tentang
sistem irigasi (Subakagung) di Wilayah subak berkait dengan pengembangan
Kab. Tabanan dan Kab.Buleleng, Prop. aktivitas subak dalam bidang
Bali, kerjasama DPU Prop. Bali, dan ekonomi, dan juga
Univ.Udayana, Denpasar. mendokumentasikan dalam bentuk
buku tentang manajemen sistem
Sutawan, N; M. Swara; W.Windia;
irigasi subak di Bali. Ia kini sebagai
W.Sudana.1989. Laporan akhir pilot
anggota kelompok ahli Pemkab
proyek pengembangan sistem irigasi
Gianyar dan juga sebagai Koordinator
yang menggabungkan beberapa
Kelompok Ahli Kota Pusaka
empelan subak di Kab.Tabanan dan
Kabupaten Gianyar. Hadir sebagai
Kab.Buleleng, kerjasama DPU Prop.
narasumber dalam berbagai diskusi
Bali dan Univ.Udayana, Denpassar.
tentang subak yang diselenggarakan
Windia, W. 2006. Transformasi sistem SEAMEO-SPAFA, ICRROM, dan
irigasi subak yang berlandaskan Tri berbagai seminar.
Hita Karana, Pustaka Bali Post,
Denpasar.

Windia, W. 2008a. Subak : local genius


of irrigation system in Bali, Bali Travel
News, 22 Feb-14 March 2008.

Windia, W. 2008b. Subak development


and implementation of tri hita karana
concept, Bali Travel News, 22 Feb-14
March 2008.

RIWAYAT HIDUP

Prof.Dr. Wayan Windia adalah


Ketua Pusat Penelitian Subak
Universitas Udayana, dan dosen pada
Prodi Agribisnis Fak. Pertanian
Universitas Udayana. Ia
menyelesaikan studi doktor di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
pada tahun 2002. Disertasinya adalah

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10
e-ISSN: 2615-6628
Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

SUBAK MEMADUKAN NILAI TRADISIONAL DAN MODERN


Wayan Sudarta
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
wayan_sudarta@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk (1) menganalisis subak yang sarat dengan nilai
tradisional, tetapi menerima ide modern, dan (2) menganalisis implementasinya di
lapang, bahwa subak memadukan nilai tradisional dan modern dalam
membudidayakan tanaman pangan di sawah. Hasil penelitian menunjukkan sebagai
berikut. (1) Subak sarat dengan nilai tradisional, tetapi menerima nilai modern. Hal
ini terjadi karena subak bersifat luwes atau supel dan dinamik dalam mengadopsi
nilai-nilai modern. (2) Subak memadukan nilai tradisional dan modern tampak pada
penerapan Nangluk Merana (nilai tradisional) dan penerapan Pengelolaan Hama
Terpadu (nilai modern) dalam pengendalian hama terpadu pada budidaya tanaman
padi sawah.
Kata kunci: Subak, Tradisional, Modern

SUBAK CONSTRAINS TRADITIONAL AND MODERN VALUE


ABSTRACT
The research aims to (1) analyze subak which is loaded with traditional values,
but accepts modern ideas, and (2) analyzes their implementation in the field, that
subak combines traditional and modern values in cultivating food crops in rice fields.
The results of the study show the following. (1) Subak is loaded with traditional
values, but accepts modern values. This happens because subak is flexible or
dynamic and has adopted modern values. (2) Subak combines traditional and
modern values seen in the implementation of Nangluk Merana (traditional values)
and the application of Integrated Pest Management (modern value) in integrated pest
control in rice cultivation.
Keywords: Subak, Traditional, Modern

PENDAHULUAN dapat diketahui dari prasasti


Sukawana AI tahun 882 Masehi.
Subak dapat dipandang sebagai Disebutkan dalam prasasti ini, kata
kelompok tani tradisional, karena huma yang berarti sawah dan kata
subak sudah ada di Bali sejak jaman perlak yang berarti tegalan. Kenyataan
dahulu kala. Berdasarkan hasil ini diperkuat lagi oleh adanya prasasti
penelitian dapat diketahui, bahwa Bebetin AI tahun 896 Masehi.
pertanian dengan sistem persawahan Dinyatakan dalam prasasti tersebut,
dan tegalan yang teratur telah ada di diantaranya kata-kata: undagi
Bali pada tahun 882 Masehi. Hal ini lancang (tukang membuat perahu),

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 134

undagi batu (tukang membelah batu), tradisional tersebut, maka nilai


dan undagi pangurung (tukang tradisional subak adalah suatu
membuat terowongan air). Pada masa konsepsi tentang apa yang dianggap
tersebut, juga sudah ada ukuran baik atau berharga, sehingga
pembagian air irigasi untuk dimanfaatkan sebagai pedoman
persawahan yang dinamakan kilan, berkreativitas dan beraktivitas oleh
sekarang disebut tektek (Purwita, subak dan para anggota subak yang
1986 dan Cantika, 1986). diteruskan secara turun temurun.
Fakta tersebut menunjukkan, Mengacu pada pemikiran
bahwa subak sudah ada di Bali sejak tersebut, timbul pertanyaan sebagai
lebih dari seribu tahun yang silam. Hal berikut, mengapa subak sebagai
ini berarti subak telah diteruskan kelompok tani tradisional yang sarat
(ditransmisikan) sejak jaman dahulu dengan nilai tradisional dapat
kala sampai jaman sekarang, bahkan menerima nilai modern? Apa bukti
sampai kemungkinannya sampai implementasinya di lapang, bahwa
jaman yang akan datang. Dengan subak memadukan nilai tradisional
kata-kata lain subak telah dan nilai modern dalam
ditransmisikan dari satu generasi ke membudidayakan tanaman pangan di
generasi berikutnya. Inilah yang sawah?
disebut dengan tradisional.
Dinyatakan pada Kamus Lengkap KONSEP TRI HITA KARANA (NILAI
Bahasa Indonesia, bahwa tradisional TRADISIONAL)
diartikan sebagai suatu sikap dan cara
Landasan atau falsafah subak,
berpikir serta bertindak yang selalu
dikenal dengan nama Tri Hita Karana
berpegang teguh pada norma dan adat
yang sangat mempengaruhi perilaku
kebiasaan yang ada secara turun
anggota subak dan perilaku subak
menurun (Nurhayati, 2005).
dalam melakukan kegiatan di subak
Ketradisionalan subak juga
dalam upaya mencapai tujuan subak
tampak pada falsafah atau landasan
dan pribadi anggota subak. Dijelaskan
subak yang dikenal dengan nama Tri
oleh Sutawan, dkk. (1983) dan Dinas
Hita Karana (tiga komponen yang
Kebudayaan Provinsi Bali (2002), Tri
saling mengait, merupakan satu
Hita Karana terdiri atas tiga kata,
kesatuan yang menyebabkan
mencakup tri berarti tiga, hita berarti
kedamaian, kesejahteraan, dan
kedamaian, kesejahteraan dan
kebahagiaan). Apabila dicermati
kebahagiaan, dan karana berarti
pengimplementasian dari landasan
sebab. Berdasarkan pengertian
tersebut, ternyata subak mempunyai
tersebut dapat dikatakan bahwa Tri
beberapa nilai tradisional. Nilai adalah
Hita Karana adalah tiga komponen
suatu konsepsi tentang apa yang
yang menyebabkan kedamaian,
dianggap tidak baik atau baik.
kesejahteraan, dan kebahagiaan yang
Berhubungan dengan ini, dikatakan
berkaitan erat dan mempunyai
oleh Soekanto (2010), apa yang
hubungan timbal balik yang harmonis
dianggap tidak baik atau buruk perlu
antara komponen yang satu dengan
dihindari karena terlarang (nilai
yang lain, meliputi hubungan antara
negatif), dan sebaliknya apa yang
manusia dengan Tuhan Yang Maha
dianggap baik dijadikan pedoman
Esa (Parhyangan), hubungan antara
bertingkah laku yang perlu dituruti
manusia dengan manusia (Pawongan),
karena berharga (nilai positif).
dan hubungan antara manusia
Berdasarkan pengertian nilai dan
dengan alam lingkungan (Palemahan).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 135

Secara garis besar, konsep Tri atau Pura Ulun Empelan terdapat di
Hita Karana dalam pertanian sawah dekat empelan atau bendungan,
sistem subak dapat dijelaskan sebagai sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang
berikut. Maha Esa dalam manifestasiNya
1. Parhyangan sebagai Dewa air. (2) Pura Bedugul
Upaya untuk mewujudkan terdapat di tengah-tengah hamparan
hubungan timbal balik yang harmonis sawah, sebagai tempat pemujaan
antara manusia dengan Tuhan Yang Tuhan Yang Maha Esa dalam
Maha Esa dan segala manifestasiNya, manifestasiNya sebagai Dewi Sri atau
maka dilakukan berbagai jenis Dewi Kesuburan. (3) Pura Ulun Danu,
upacara keagamaan dengan frekuensi berlokasi pada keempat danau di Bali,
yang relatif tinggi dalam satu siklus yaitu Danau Batur di Kabupaten
pertanaman padi sawah sistem subak. Bangli, Danau Beratan di Kabupaten
Keadaan ini merupakan salah satu Tabanan, Danau Buyan dan
keunikan sistem irigasi subak, yang Tamblingan di Kabupaten Buleleng.
berbeda dengan sistem irigasi lainnya Pura milik petani perorangan yang
yang ada di dunia (Sudarta dan Putu menjadi anggota subak yang disebut
Dharma, 2012). sanggah catu atau sanggah
Beragam jenis upacara keagamaan pengalapan berlokasi di pematang
tersebut, ada yang dilakukan secara pengalapan, yaitu petak sawah paling
kolektif atau bersama, baik di tingkat hulu, dekat ambang pesukan air
tempek/munduk, subak maupun irigasi milik petani perorangan.
ditingkat kabupaten/kota, dan Tempat suci ini untuk pemujaan
bahkan lintas kabupaten/kota, dan Tuhan Yang Maha Esa dalam
ada juga yang dilakukan secara manifestasiNya sebagai Sang Hyang
individual atau perorangan, yaitu oleh Karana.
setiap petani yang menjadi anggota Sejatinya, semua upacara
subak. Semua jenis upacara keagamaan yang dilaksanakan pada
keagamaan tersebut diadakan di semua pura tersebut, pada prinsipnya
tempat suci yang dinamakan pura, bertujuan untuk memohon berkah
baik pura milik bersama (diayom dan keselamatan serta pernyataan
bersama) maupun tempat suci yang terima kasih atau rasa bersyukur
dinamakan sanggah catu milik petani kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
perorangan. Berkaitan dengan Berbagai upacara keagamaan tersebut
upacara keagamaan yang dilakukan diyakini sebagai suatu kebanaran
secara kolektif, salah satu yang sejati yang harus dilakukan, karena
menarik perhatian diadakan upacara menentukan keberhasilan budidaya
Nangluk Merana. Nangluk Merana tanaman pertanian di sawah sistem
dapat diartikan sebagai suatu upaya subak, terutama tanaman padi
rligius untuk mengendalikan atau sebaggai penghasil bahan pangan
membatasi segala bentuk perusak, utama. Berdasarkan pemikiran dan
seperti hama/penyakit tanaman dan keyakinan tersebut dapat dipahami
hewan sehingga tidak merugikan para bahwa subak mempunyai nilai
petani secara ekonomis. tradisional berupa nilai kepercayaan
Berkaitan dengan keberadaan yang bersumber dari Agama Hindu
beragam jenis pura tersebut, (Sudarta, 2005). Berkaitan dengan hal
dijelaskan oleh Sutawan, dkk. (1983) itu, dikemukakan oleh Cantika (1982)
pura milik bersama diantaranya bahwa nilai tradisional tersebut
sebagai berikut. (1) Pura Ulun Suwi dinamakan nilai keagamaan.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 136

2. Pawongan iuran subak dan pengutan berupa


Upaya mewujudkan hubungan natura. (2) Krama pangoot dan
timbal balik yang harmonis antara pangampel (anggota tidak aktif) adalah
manusia dengan manusia atau antar anggota subak yang tidak
anggota subak, maka dibuatlah norma berpartisipasi secara aktif dalam
atau peraturan yang harus ditaati kegiatan atau ayahan subak karena
atau dipatuhi oleh semua anggota alasan tertentu, namun partisipasi itu
subak. Norma dalam subak terbagi diganti dengan uang, yang besarnya
menjadi dua, yakni awig-awig dan ditentukan berdasarkan kesepakatan
pararem. Awig-awig identik dengan anggota melalui rapat subak, yang
Anggaran Dasar dalam sebuah umumnya diadakan pada setiap
organisasi dan pararem identik menjelang musim tanam padi. (3)
dengan Anggaran Rumah Tangga Krama laluputan (anggota khusus),
dalam sebuah organisasi. Awig-awig adalah anggota subak yang mendapat
memuat hal-hal pokok, sedangkan perlakuan khusus, sehingga bebas
pararem memuat hal-hal yang lebih (luput) dari semua kegiatan subak dan
rinci. Awig-awig dan pararem kewajiban lainnya seperti iuran dan
berfungsi sebagai kontrol sosial atau pungutan berupa natura. Perlakuan
sebagai alat pengendali bagi anggota itu diberikan oleh subak, karena yang
subak secara sekala (dunia nyata), bersangkutan jabatan tertentu dalam
sedangkan pura atau tempat suci masyarakat seperti pemangku subak,
berfungsi sebagai kontrol sosial bagi dan sulinggih.
anggota subak secara niskala (dunia Perlu diketahui, bahwa anggota
gaib). subak yang tidak aktif dan anggota
Anggota subak adalah petani subak yang khusus disebutat anggota
penggarap baik sebagai petani pemilik pasif. Umumnya, dalam satu subak
penggarap maupun sebagai petani jumlah anggota pasif ini tidak begitu
penggarap dan sawah yang digarap banyak, hanya beberapa orang.
tersebut terletak di wilayah subak, Kriteria yang dipakai untuk dapat
tempat petani tersebut menjadi menjadi anggota pasif, bervariasi
anggota. Petani pemilik penggarap antara subak (Sudarta, 2005).
atau penggarap sawah bisa menjadi Subak memiliki pengurus yang
anggota lebih dari satu subak, dan bertugas untuk menggerakkan dan
anggota suatu subak bisa berasal dari mengendalikan subak dalam upaya
beberapa desa (Sudarta, 2005). mencapai tujuan, baik tujuan
Disebutkan oleh Sutawan, dkk. bersama menjadi tujuan subak
(1981) dan Pitana (1992). Dilihat dari maupun tujuan pribadi anggota.
segi partisipasi anggota dalam Dikatakan oleh Pitana (1992),
kegiatan subak, anggota subak dapat pengurus subak umumnya terdiri atas
dibedakan anggota menjadi tiga, (1) pekaseh (pemimpin subak); (2)
meliputi berikut ini. (1) Krama petajuh atau pangliman (wakil
pengayah (anggota aktif) adalah pekaseh); (3) penyarikan (sekretaris);
anggota yang berpartisipasi secara (4) patengen/juru raksa (bendahara);
aktif dalam semua kegiatan subak (5) kelian: munduk/tempek/banjaran
seperti gotong royong, rapat-rapat, (pemimpin sub subak); dan kesinoman
penyuluhan pertanian sistem atau juru arah (penyalur informasi).
kelompok, dan pertemuan lainnya Susunan pengurus subak dan
yang diselenggarakan oleh subak, jumlah personalianya bervariasi
termasuk kewajiban mengeluarkan antara subak. Hal ini sangat

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 137

tergantung pada luas sempitnya Komponen ketiga dari Tri Hita


wilayah subak, banyak sedikitnya Karana disebut palemahan, yakni
jumlah anggota, dan memusat atau hubungan timbal balik yang harmonis
terpencarnya tempat tinggal anggota antara manusia dengan alam
subak. Penetapan hal itu dilakukan lingkungan. Amanat yang terkandung
melalui rapat atau sangkep subak dalam konsep ini, subak dan
berdasarkan musyawarah mufakat, anggotanya berkewajiban mengolah
artinya pembahasan bersama untuk dan memanfaatkan sumber daya alam
mencapai kata sepakat. Setiap yang terbatas yang terdiri atas lahan
pengambilan keputusan dalam rapat pertanian, air irigasi, tanaman dan
subak, dilakukan berdasarkan hewan agar dapat memberikan hasil
musyawarah mufakat yang pertanian secara optimal, dan
merupakan corak demokrasi yang kelestarian alam dapat dijaga. Hal itu
telah berabad-abad diterapkan dalam berarti, pendapatan dan
subak. Semua hasil keputusan rapat kesejahteraan para petani dan anggota
subak tersebut, mengikat semua tumah tangga mereka dapat
anggota subak. dipertahankan, dan bahkan
Umumnya di dalam subak terdapat ditingkatkan dari masa ke masa
hubungan yang harmonis dan (Sudarta, 2005). Hal ini membawa
kerjasama yang baik dalam implikasi berkaitan dengan cara
melakukan kegiatan atau pekerjaan bercocok tanam yang baik. artinya,
subak. Sebagian besar kegiatan atau para petani harus mengadopsi inovasi
pekerjaan subak dilakukan dan pada bidang pertanian. Keadaan ini
diselesaikan secara gotong royong. menggambarkan, bahwa subak
Perlu diketahui, bahwa di dalam bersifat luwes atau supel dan dinamik
gotong royong terkandung jiwa dan dalam mengadopsi inovasi.
semangat kekerabatan yang erat, Para petani dalam bercocok tanam
untuk bersama-sama secara sukarela padi di sawah khususnya, selalu
menyelesaikan pekerjaan subak yang memperhatikan sasih (penanggalan
merupakan pekerjaan bersama. Bali) dan dewasa ayu, yakni hari dan
Terkadang timbul juga konflik atau waktu yang dianggap baik untuk
pertikaian didalam subak, terutama melakukan kegiatan-kegiatan di
disebabkan oleh adanya keterbatasan sawah, mulai dari pengolahan lahan
air irigasi pada musim kemarau. lahan dan pesemaian sampai dengan
Namun konflik yang terjadi bisasanya panen dan penyimpanan hasil panen
dapat diselesaikan secara di lumbung. Tata cara bercocok
kekeluargaan, baik oleh pihak-pihak tanam, khususnya mengenai
yang berkonflik, oleh pekaseh sebagai pemilihan waktu yang beik untuk
penengah (mediator), maupun melalui melakukan berbagai kegiatan
rapat subak berdasarkan awig-awig termasuk kegiatan upacara
dan pararem subak. keagamaan, tertuang didalam lontar
Berdasarkan uraian tersebut, Shri-Tatwa Dharma-Pemaculan.
dalam unsur pawongan subak Berkaitan dengan pemeliharaan
memiliki nilai tradisional: (1) awig- tanaman, khususnya pengendalian
awig dan pararem, (2) sangkep, (3) hama/penyakit tanaman, subak
musyawarah mufakat, dan (4) gotong melaksanakan upacara keagamaan
royong dan kerja bakti. yang disebut dengan nagluk merana,
3. Palemahan sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya. Dinyatakan oleh Oka,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 138

dkk. (1989), nangluk merana yakni penggunaan metode-metode


merupakan usaha untuk membatasi pengendalian yang ada dalam satu
atau menangkal segala bentuk kesatuan rencana sedemikian rupa,
perusak (terutama hama/penyakit) sehingga populasi hama dapat ditekan
baik di sawah, tegalan maupun di dalam jumlah yang sama secara
perdesaan, baik secara niskala (alam ekonomis tidak merugikan, tetapi
gaib) maupun secara sekala (alam kuantitas produksi dapat
nyata). Pelaksanaan nangluk merana dipertahankan berdasarkan
itu dimaksudkan agar segala bentuk perhitungan ekonomi, sekaligus
perusak tersebut tidak menjadi mempertahankan kelestarian
musuh, tetapi menjadi netral lingkungan.
(seimbang), sehingga budidaya PHT telah dikembangkan
tanaman dan ternak terhindar dari dengan memadukan semua metode
keruskan atau kegagalan, dan pengendalian hama, termasuk di
masyarakat terhindar dari wabah dalamnya pengendalian secara: fisik,
penyakit. Ini artinya, upacara mekanik, bercocok tanam, hayati,
keagamaan tersebut bukan hanya kimiawi, dan lainnya. Hal itu berarti,
untuk keselamatan tanaman pemakaian pestisida dapat
pertanian, melainkan juga untuk diminimalkan.
keselamatan ternak dan bahkan Berhubungan dengan
manusia. penggunaan pestisida, dikemukakan
Berdasarkan penjelasan tersebut, oleh Untung (1993) ada tiga dampak
dalam unsur palemahan dari Tri Hita samping utama penggunaan pestisida
Karana, subak memiliki nilai sebagai berikut.
tradisional: dewasa ayu, kelestarian 1) Timbulnya ketahanan (resistensi)
alam, dam produksi pertanian. hama terhadap pestisida
(insektisida). Karena hama terus
KONSEP PENGELOLAAN HAMA menerus mendapat tekanan oleh
TERPADU (NILAI MODERN) pestisida, maka melalui proses
seleksi alami spesies hama mampu
Konsep Pengelolaan Hama
membentuk strain yang lebih
Terpadu (PHT), yang sebelumnya
tahan terhadap pestisida tertentu
bernama Pengendalian Hama Terpadu
yang sering dipakai oleh petani.
yang singkatannya sama, yakni PHT,
2) Timbulnya resurjensi hama.
muncul akibat kesadaran umat
Dampak pestisida (insektisida)
manusia akan bahaya pestisida
yang dirasakan oleh para petani,
sebagai bahan yang beracun bagi
timbulnya resurjensi atau
kelangsungan ekosistem hidup dan
peristiwa meningkatnya populasi
kehidupan manusia secara global.
hama setelah hama tersebut
Kenyataan yang terjadi, bahwa
memperoleh perlakuan insektisida
pemakaian pestisida oleh para petani
tertentu. Bedanya dengan
di dunia dari masa ke masa semakin
resistensi hama, pada peristiwa
meningkat. Oleh karena itu perlu
resurjensi justru populasi hama
adanya cara pengendalian hama yang
semakin meningkat setelah
baru yang dapat menekan pemakaian
memperoleh pestisida, sedangkan
pestisida. Dinyatakan oleh Oka dan
pada peristiwa resistensi hama
Bahagiawati (1977), bahwa
menjadi lebih tahan terhadap
pemerintah telah menganjurkan
pestisida, sehingga sulit untuk
kepada petani untuk menerapkan
dimusnahkan.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT),

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 139

3) Letusan hama kedua. Setelah 2. Pelestarian dan pembudidayaan


perlakuan pestisida tertentu secara fungsi musuh alami
intensif, ternyata hama sasaran Sebagai komponen ekosistem yang
utama menjadi terkendali, tetapi sangat menentukan keseimbangan
kemudian muncul dan berperan populasi hama, musuh alami perlu
menjadi hama utama jenis hama diberi kesempatan, peluang, dan
lain, yang sebelumnya dianggap suasana untuk berfungsi secara
masih tidak membahayakan. Jadi, maksimal. PHT menekankan pada
pemakaian pestisida secara bekerjanya musuh alami yang secara
intensif ternyata semakin banyak alami organisme tersebut mampu
timbul hama baru. Sejalan dengan menekan populasi hama dalam arah
hal itu, dikatakan oleh Winarno keseimbangan populasi yang aman
(1987) bahwa pestisida bagi para petani. Berbagai upaya
(insektisida) hanya dapat untuk lebih memfungsikan musuh
digunakan secara bijaksana dan alami harus dilakukan, termasuk
diperlukan. Hal ini diantaranya teknik bercocok tanam, dan
dimaksudkan untuk menghindari pengendalian hayati. Tindakan-
timbulnya resistensi pada serangga tindakan yang dapat mengurangi
hama, terbunuhnya musuh alam berfungsinya musuh alami, seperti
termasuk organisme nontarget, penggunaan pestisida berspektrum
pengaruh residu, dan pencemaran lebar sedapat-dapatnya perlu
lingkungan yang membahayakan dihindari.
manusia dan binatang. Dijelaskan
oleh Untung (1993), bahwa 3. Pengendalian hama secara
program nasional PHT mengangkat mingguan
empat prinsip penerapan PHT di Timbulnya masalah hama karena
tingkat petani sebagai di bawah ini. terjadinya perubahan pada ekosistem
pertanian yang dibawa oleh
1. Budidaya tanaman yang sehat perubahan cuaca, perubahan populasi
Dengan tanaman yang sehat, kuat pengendali alami, dan perubahan yang
dan produktif, tanaman akan diakibatkan oleh kegiatan budidaya
menghasilkan dengan kualitas yang tanaman. Dinamika ekosistem
tinggi, sehingga diperoleh harga yang umumnya dan dinamika populasi
baik dan produksi tinggi. Nilai hama dan musuh alaminya harus
tanaman yang tinggi akan diikuti secara terus menerus melalui
mendatangkankeuntungan usaha tani kegiatan pengamatan. Agar informasi
yang tinggi. Kecuali itu tanaman yang yang terkumpul tidak terlambat bagi
sehat dan kuat akan meningkatkan adanya pengambilan keputusan
ketahanannya terhadap serangga pengendalian, maka frekuensi
hama. Semua usaha budidaya pengamatan ditentukan satu minggu.
tanaman yang dapat menyebabkan Setiap minggu sekali petani harus
kesehatan dan produktivitas perlu mengamati lahannya, mengadakan
ditingkatkan mulai dari pemilihihan analisis terhadap hasil pengamatan
bibit, penentuan waktu tanam, sampai dan kemudian mengambil keputusan
ke masa panen. Efisiensi dan yang perlu dilakukan.
efektivitas penggunaan input produksi
harus ditingkatkan. 4. Petani menjadi ahli PHT di lahan
sawahnya

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 140

Secara prinsip, petani merupakan mengenai nilai, tradisional, dan nilai


penanggung jawab, pengelola dan tradisional sudah diuraikan
pengambil keputusan di lahan sebelumnya. Nilai tradisional telah
sawahnya sendiri. Petugas pemerintah dibahas melalui konsep Tri Hita
dan orang-orang lain merupakan Karana, yang ditransmisikan atau
narasumber, pemberi informasi, dan diteruskan dari masa lalu ke masa
pemandu petani apabila diperlukan. sekarang atau dari satu generasi ke
PHT mengembalikan fungsi petani generasi berikutnya. Tidak
pada kedudukan yang sebenarnya, dipersoalkan, berapa lama nilai
karena PHT sifatnya lentur dan tradisional tersebut dibawa dari satu
dinamik dalam penerapannya di generasi ke generasi berikutnya.
lapangan, maka petani harus dilatih Begitu juga nilai modern telah dibahas
untuk menjadi ahli PHT di lahan melalui konsep Pengelolaan Hama
sawahnya. Dengan keahliannya itu Terpadu, berdasarkan kemajuan ilmu
petani secara mandiri dan percaya diri pengetahuan dan teknologi yang
mampu untuk menerapkan prinsip dianjurkan oleh pemerintah.
dan teknologi PHT di lahannya sendiri Berkaitan dengan nilai
dan untuk kepentingannya sendiri. tradisional tersebut, dinyatakan oleh
Sebagai ahli PHT petani harus mampu Beratha (1982) bahwa dalam upaya
menjadi pengamat, penganalisis peningkatan kehidupan sosial
ekosistem, pengambil keputusan ekonomi masyarakat, terutama
pengendalian, dan sebagai pelaksana masyarakat perdesaan, sedapat-
teknologi pengendalian yang sesuai dapatnya nilai-nilai lembaga
dengan prinsip-prinsip PHT. kemasyarakatan tradisional positif
Lebih lanjut diuraikan oleh Untung jangan sampai dirusak. Hal itu berarti,
(1993), bahwa keahlian petani tentang usaha-usaha pembaruan akan
PHT dapat diperoleh melalui kegiatan- merupakan proses yang dapat
kegiatan pelatihan intensif di Sekolah berjalan secara harmonis.
Lapangan PHT dan pelaksanaan Sebagaimana telah
berkelanjutan yang dilaksanakan oleh dikemukakan sebelumnya, komponen
petani di lahannya sendiri atau palemahan dari Tri Hita Karana
bersama-sama dengan petani lain mengamanatkan bahwa subak dan
dalam kelompok hamparan. para anggotanya berkewajiban
Komunikasi dan konsultasi yang terus mengolah dan memanfaatkan sumber
menerus antara petani dengan daya alam yang terbatas seperti air
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), irigasi, bahan pertanian, tanaman,
Pengamat Hama dan Penyakit (PHP), dan hewan supaya dapat memberikan
dan Petugas Lapang (PL) akan hasil pertanian secara optimal, dan
semakin meningkatkan keahlian dan kelestarian alam lingkungan dapat
profesionalisme petani dalam dipertahankan. Kewajiban tersebut
penerapan PHT. memberikan pemahaman, bahwa
subak dan para anggotanya wajib
MEMADUKAN NILAI TRADISIONAL mengadopsi inovasi di bidang
DAN MODERN pertanian. Keadaan ini menyebabkan
subak bersifat luwes dan dinamik
Pembahasan berikut
menerima nilai modern, di samping
menunjukkan bahwa subak
tetap menerapkan nilai tradisional
memadukan nilai tradisional dan
(memadukan nilai tradisional dan nilai
modern, terutama dalam PHT pada
modern).
budidaya tanaman pangan. Pengertian

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 141

Hal tersebut sekaligus dan hewan, sehingga tidak dapat


memberikan jawaban atas pertanyaan mengakibatkan kegagalan panen yang
yang telah diajukan di depan: dapat merugikan secara ekonomis. Hal
mengapa subak sebagai kelompok tani itu juga berarti produksi pertanian
yang sarat dengan nilai tradisional dan kelestarian alam lingkungan
dapat menerima (mengadopsi) nilai dapat dipertahankan.
moden? Berhubungan dengan itu Perlu ditekankan kembali,
dinyatakan oleh Sudarta (2005), bahwa PHT telah dikembangkan
bahwa sejatinya nilai-nilai tradisional dengan memadukan semua metode
bersifat fleksibel dan relevan atau pengendalian hama, seperti
sejalan dengan nilai-nilai modern atau pengendalian dengan cara-cara:
inovasi di bidang pertanian. Nilai-nilai bercocok tanam, fisik, mekanik,
tradisional subak dan nilai-nilai hayati, kimiawi, dan Nangluk Merana
modern diterapkan secara terpadu di (khusus untuk di Bali). Dengan
dalam subak. Namun dalam demikian, pemakaian pestisida secara
aplikasinya, untuk hal-hal tertentu terus-menerus apalagi dalam takaran
nilai-nilai tradisional tersebut yang tinggi, dapat memberikan
disesuaikan dengan keadaan nilai- dampak yang membahayakan seperti
nilai modern. yang telah diuraikan sebelumnya.
Sebagai suatu bukti bahwa Berkaitan dengan cara bercocok
subak memadukan nilai tradisional tanam sebagai salah satu metode
dan modern (khususnya dalam PHT) pengendalian hama/penyakit
dapat dijelaskan sebagai berikut. tanaman, termasuk di dalamnya
Apabila dicermati, ternyata makna pemakaian benih bermutu dari
yang terkandung dalam Nangluk varietas unggul, pergiliran varietas,
Merana sebagai salah satu bentuk bertanam serempak, pengaturan pola
nilai tradisional kepercayaan yang tanam (padi-padi-palawija, padi-
berakar dari agama Hindu, sangat palawija-padi, padi-padi-bera dan
sejalan dengan makna yang lainnya seperti yang dianjurkan
terkandung dalam konsep PHT, penyuluh pertanian), sistem tandur
sebagai nilai modern. Baik Nangluk jajar legowo: 2:1, 4:1, dan 6:1, dan
Merana maupun konsep HPT, bukan sebagainya. Umumnya inovasi
bertujuan untuk memusnahkan habis tersebut telah diterapkan oleh subak,
hama/penyakit tanaman, melainkan dan pengambilan keputusan
untuk membatasi agar hama/penyakit dilakukan melalui rapat berdasarkan
tanaman tidak menjadi musuh, atau musyawarah mufakat. Kegiatan-
berada di bawah suatu tingkatan yang kegiatan yang dilakukan dalam upaya
dapat mengakibatkan kerugian secara pengadopsian nilai-nilai modern
ekonomis. Kedua cara pengendalian tersebut, tetap memperhatikan
tersebut juga sama-sama bertujuan dewasa ayu, yakni hari dan waktu
untuk melestarikan alam lingkungan. yang dianggap baik.
Oleh karena itu, subak dan para Jaringan irigasi subak seperti
anggotanya di samping tetap dam, bangunan bagi dan saluran
menerapkan Nangluk Merana juga irigasi dari primer sampai dengan
menerapkan PHT (Sudarta, 2005). tersier, yang dulunya bersifat darurat,
Nangluk artinya membatasi, dan kemudian diubah menjadi permanen
Merana artinya perusak. Jadi, oleh pemerintah, menyebabkan
Nangluk Merana artinya membatasi frekuensi gotong royong subak
segala bentuk perusak bagi tanaman menjadi berkurang. Ini

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 142

menguntungkan subak, karena waktu DAFTAR PUSTAKA


luang anggotanya dapat dimanfaatkan
Beratha, I Nyoman. 1982. Masyarakat
untuk melakukan kegiatan-kegiatan
Desa dan Pembangunan Desa. Ghalia
lain yang lebih ekonomis (Windia,
Indonesia. Jakarta.
1992). Hal itu tidak berarti bahwa
gotong royong sebagai salah satu Cantika, Koti. 1986. Perkembangan
bentuk kerja sama dalam subak Nilai-Nilai Ketradisionalan Subak
menjadi pudar. Gotong royong sebagai Masa Lalu dan Masa Sekarang.
salah satu nilai tradisional subak, Makalah Disampaikan dalam Seminar
tetap hidup dengan subur, paling Peranan Berbagai Program
tidak untuk pemeliharaan atau Pembangunan dalam Melestarikan
pembersihan bangunan jaringan Subak di Bali, yang Diselenggarakan
irigasi, pemeliharaan jalan subak, Pada 12 dan 13 Desember 1986 di
balai subak, pura subak dan kegiatan Universitas Udayana. Denpasar.
upacara keagamaan secara kolektif
(Sudarta, 2005). Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
2002. Tuntunan Pembinaan dan
PENUTUP Penilaian Subak. Dinas Kebudayaan
Provinsi Bali. Denpasar.
Berdasarkan pemaparan
tersebut di atas, dapat disimpulkan Nurhayati, Tri Kurnia. 2005. Kamus
sebagai berikut. Lengkap Bahasa Indonesia. Dengan
1) Subak bersifat luwes dan dinamik Ejaan yang Disempurnakan. Eska
mengadopsi nilai modern, di Media. Jakarta.
samping tetap menerapkan nilai Oka, Ida Nyoman dan Bahagiawati, A.
tradisional. Hal ini disebabkan, H. 1987. Konsepsi Pengendalian
komponen palemahan dari Tri Hita Terpadu Hama Menjamin Kelestarian
Karana mengamanatkan bahwa Swasembada Pangan dan Lingkungan.
subak berkewajiban mengolah dan Seminar Jubilium Perak Unud.
memanfaatkan sumber daya alam Denpasar.
yang terbatas sedemikian rupa,
agar mampu memberikan hasil Oka, Ida Bagus, Wayan Sukanaya, I
pertanian secara optimal dan Made Sudana, Wayan Sudarta, dan
kelestarian alam lingkungan dapat Wayan Gunarsa. 1989. Nangluk
dipertahankan. Merana Upaya Religius Pengendalian
2) Subak mamadukan nilai Hama dan Penyakit Tumbuhan di Bali
tradisional dan nilai modern dalam Ditinjau dari Segi Konsep
membudidayakan tanaman Pengendalian Hama dan Penyakit
pangan di sawah, terlihat misalnya Secara Terpadu. Fakultas Pertanian
dalam pengendalian hama Universitas Udayana. Denpasar.
tanaman terpadu. Subak
Pitana, I Gede. 1992. Subak, Sistem
memadukan Nangluk Merana dan
Irigasi Tradisional di Bali (Sebuah
Penglolaan Hama Terpadu. Subak
Deskripsi Umum). Dalam Pitana
juga tetap mempertahankan nilai
(Editor). 1992. Subak Sistem Irigasi
tradisional berupa dewasa ayu
Tradisional di Bali. Sebuah
dalam melakukan kegiatan-
Canangsari Upeda Sastra. Denpasar.
kegiatan di sawah, dalam upaya
mengadopsi nilai-nilai modern. Purwita, Ida Bagus Putu. 1986. Kajian
Sejarah Subak Di Bali. Makalah
Disampaikan dalam Seminar Peranan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 143

Berbagai Program Pembangunan Sutawan, N; N. Sutjipta; W. Suteja;


dalam Melestarikan Subak di Bali, dan Wayan Windia. 1983. Studi
yang Diselenggarakan pada 12 dan 13 Perbandingan Subak dengan Sistem
Desember 1986 di Universitas Pengairan Non PU dan Subak dengan
Udayana. Denpasar. Sistem Pengairan PU. Kasus Subak
Timbul Baru dan Subak Celuk
Sudarta, Wayan. 2005. Beragam Nilai
Kabupaten Gianyar. Universitas
Tradisional Subak (Konsepsi yang
Udayana. Denpasar.
Relevan dengan Inovasi). Dalam
Pitana, I Gede dan I Gede Setiawan A. Untung, Kasumbogo. 1987.
P. (Editor). 2005. Revitalisasi Subak Pengendalian Hama Terpadu Kasio
dalam Memasuki Era Globalisasi. Wereng Coklat. (Nilaparvata Lugens)
ANDI. Denpasar. pada Padi. Seminar Wereng Coklat
pada Tanaman Padi dalam Rangka
Sudarta, Wayan dan Putu Dharma.
Dies Natalis Unibraw. Malang.
2012. Implementasi Elemen-Elemen
Subak Sebagai Sistem Sosial (Kasus Winarno, Baskoro. 1987.
Subak Anggabaya, Kecamatan Pengendalian Hama Terpadu Kasio
Denpasar Timur, Kota Denpasar). Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)
Kerjasama Dinas Kebudayaan Kota pada Padi. Seminar Wereng Coklat
Denpasar dengan Program Ekstensi pada Tanaman Padi dalam Rangka
Fakultas Pertanian Universitas Dies Natalis Unibraw. Malang.
Udayana. Denpasar.
Windia, Wayan. 1992. Intervensi
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Pemerintah Terhadap Subak
Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo (Beberapa Catatan). Dalam Pitana
Persada. Jakarta. (Editor). 1992. Subak Sistem Irigasi
Tradisional di Bali. Sebuah
Canangsari. Upada Sastra. Denpasar.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p11
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 144
2018

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penulis dan mitra
bestari, yang telah membantu mensukseskan terbitnya jurnal SOCA Vol. 12, No. 1
Desember 2018. Berikut adalah daftar nama penulis dan mitra bestari yang
berpartisipasi:

1. Siti Farikhah, Nurul Fatimah, Asma Luthfi (Pegiat Masyarakat Desa di


Kabupaten Batang dan Dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang)
2. Imelda Magdalena Freddy, Endy Kumara Gupta (Center for Indonesia Policy
Studies (CIPS))
3. Ilham Ainun Gibran, Augustrie Naufal H, Sakinah Rahmaniyah (Universitas
Jember, Jember, Jawa Timur)
4. Wahyu Budi Nugroho (Program Studi Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Udayana)
5. M. Chairul Basrun Umanailo (Universitas Iqra Buru, Maluku)
6. Luh Putu Kirana Pratiwi (Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Mahasaraswati)
7. I Made Sudarma, Abd. Rahman As-syakur (Pusat Penelitian Lingkungan
Hidup (PPLH), Universitas Udayana)
8. I Nyoman Gede Ustriyana, Ni Wayan Putu Artini (Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Udayana)
9. Nyoman Parining, Ratna Komala Dewi (Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Udayana)
10. Wayan Windia, I Ketut Suamba, Sumiyati, Wayan Tika (Pusat Penelitian
Subak Universitas Udayana, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Udayana, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana,
Denpasar, Bali)
11. Wayan Sudarta (Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana)
12. Prof.Dr.Ir. Wayan Windia, SU (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
13. Prof.Dr.Ir. I Gde Pitana, M.Sc (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
14. Prof.Dr.Ir.Made Antara, MS (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
15. Prof.Ir. IGAA Ambarawati, M.Ec.Ph.D (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
16. Prof.Dr.Ir. Ketut Budi Susrusa, MS (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
17. Prof.Dr.Ir. Dwi Putra Darmawan, MP (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
18. Dr.Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
19. Dr.Ir. Nyoman Gede Ustriyana, MM (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
20. Dr.Ir. I Ketut Suamba, MP (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)
21. Dr.Ir. I Made Sudarma, MS (PS. Agribisnis, Universitas Udayana)

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 145
2018

TEMPLATE

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 146
2018

JUDUL Mencerminkan inti dari isi tulisan, spesifik, dan efektif


Informatif dan Tidak Lebih dari 15 Kata, huruf Bookman Old,
ukuran font 14
(Space After Paragraph)
Tulis Nama Penulis Pertama1, Penulis Kedua2, Penulis Ketiga3, Penulis Selanjutnya4
1Penulis pertama, Alamat Instansi, Kota, Provinsi

2Penulis kedua, Alamat Instansi, Kota, Provinsi

3Penulis ketiga, Alamat Instansi, Kota, Provinsi

Email korespondensi: Penulis-1 @email.com, Penulis-2 @email.com, Penulis-3 @email.com


Telepon/HP: 081…Penulis-1, 081…Penulis-2, 081…Penulis-3, 081…Penulis Selanjutnya
(Space After Paragraph)
ABSTRAK
(Space After Paragraph)
JUDUL (Bahasa Indonesia) Mencerminkan inti dari isi tulisan, spesifik, dan efektif
Informatif dan Tidak Lebih dari 15 Kata
(Space After Paragraph)
Dalam Bahasa Indonesia yang secara ringkas, jelas, utuh, mandiri dan lengkap
menggambarkan esensi isi keseluruhan tulisan (bukan ringkasan yang terdiri atas
beberapa paragraf). Abstrak diketik satu spasi, tanpa sitasi pustaka, dan tanpa
catatan kaki. Abstrak harus mencakup permasalahan pokok, tujuan penelitian atau
review, metodologi, hasil utama, serta implikasi kebijakan. Semua ditulis dalam bahasa
yang singkat padat, tidak lebih dari 250 kata.
(Space After Paragraph)
JUDUL (Bahasa Inggris) Mencerminkan inti dari isi tulisan, spesifik, dan efektif
Informatif dan Tidak Lebih dari 15 Kata
(Space After Paragraph)
ABSTRACT
(Space After Paragraph)
Dibuat dalam Bahasa Inggris, bisa dari terjemahan ABSTRAK yang telah di buat, tidak
lebih dari 200 kata.
(Space After Paragraph)
KATA KUNCI
(Space After Paragraph)
Merupakan kata atau istilah yang mencerminkan konsep penting dalam naskah dan
mengandung cukup informasi untuk indeks dan membantu dalam penelusuran.
Penulisan kata kunci minimal tiga kata, maksimal lima kata.
(Space After Paragraph)

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 147
2018

PENDAHULUAN
(Space After Paragraph)
Memuat latar belakang dan kondisi saat ini dari topic yang dibahas, dengan
menyajikan/kajian sebelumnya, rumusan masalah, tujuan penulisan dan
keterbaruan/keunikan penelitian. Pendahuluan menjelaskan: (i) latar belakang umum
penelitian (ringkas), (ii) review hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan
mutakhir, (iii) pernyataan kebaruan (gap analysis) yang mengandung urgensi dan
kebaruan penelitian, dan (iv) tujuan penelitian. Jika ada hipotesis, dinyatakan tidak
tersurat dan tidak perlu dalam kalimat tanya. Pendahuluan ditulis tanpa penomoran dan
atau pointers. Dalam pendahuluan tidak memuat tulisan dengan bentuk pembaban
(baca: pem-bab-ban) seperti penulisan skripsi atau laporan teknis.
(Space After Paragraph)
METODE PENELITIAN
(Space After Paragraph)
Metodologi memuat rancangan penelitian meliputi: populasi/sampel penelitian,
data & teknik/ instrumen pengumpulan data, alat analisis dan model yang digunakan.
Metode yang sudah umum tidak perlu dituliskan secara detil, tetapi cukup merujuk ke
buku acuan (Misal: rumus uji F, uji t). Keterangan simbol pada model dituliskan dalam
kalimat.
Metodologi memuat informasi mengenai kerangka pemikiran, lingkup bahasan,
cakupan lokasi, waktu penelitian, atau rentang waktu analisis, jenis data yang digunakan
baik primer maupun sekunder, cara pengumpulan data, dan metode atau cara
menganalisis data (analisis data di rinci per tujuan penelitian). Kelengkapan informasi
metodologi yang disajikan dapat disesuaikan dengan jenis tulisan hasil penelitian
primer atau review mendalam. Pada metodologi tidak memuat tulisan dengan
bentuk pembaban (baca: pem-bab-ban) seperti penulisan skripsi atau laporan teknis.
(Space After Paragraph)
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Space After Paragraph)
Bagian ini memuat hasil analisis data (dalam bentuk tabel atau gambar, bukan
data mentah, serta bukan printscreen hasil analisis), kaitan antara hasil dan konsep
dasar dan atau hipotesis (jika ada), dan kesesuaian atau pertentangan dengan hasil
penelitian sebelumnya. Bagian ini juga dapat memuat implikasi hasil penelitian baik
teoritis maupun penerapan. Setiap gambar dan tabel harus diacu di dalam teks.
Untuk maksud kejelasan dan sistematika penulisan, dalam bagian tulisan ini
dapat dibuat subjudul. Penulisan naskah dituntut untuk menggunakan semua sarana
pelengkap (seperti ilustrasi, gambar foto, tabel dan grafik). Pada hasil dan pembahasan,
tidak memuat tulisan dengan bentuk pembaban (baca: pem-bab-ban) seperti penulisan
skripsi atau laporan teknis.
(Space After Paragraph)

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 148
2018

Subjudul Subjudul Subjudul


(Space After Paragraph)
Subsubjudul subsubjudul subsubjudul
(Space After Paragraph)
KESIMPULAN
(Space After Paragraph)
Kesimpulan ditulis secara singkat yaitu hanya menjawab tujuan atau hipotesis
penelitian, tidak mengulang pembahasan. Kesimpulan ditulis secara kritis, logis dan
jujur berdasarkan fakta yang ada, serta penuh kehati-hatian jika terdapat generalisasi.

Bagian ini ditulis dalam bentuk paragraf, tidak menggunakan penomoran atau bullet.
Untuk maksud kejelasan dalam penyajian, kesimpulan dan saran perlu secara jelas
ditulis terpisah.
(Space After Paragraph)
UCAPAN TERIMA KASIH (Jika Diperlukan)
(Space After Paragraph)
Merupakan wujud penghargaan kepada semua pihak ( instansi atau perorangan) yang
berkontribusi atau membantu dalam pendanaan (dicantumkan id/no SK bila ada),
pelaksanaan penelitian, dan penulisan naskah jurnal. Juga untuk pernyataan apabila
artikel merupakan bagian dari tesis/disertasi.
(Space After Paragraph)
DAFTAR PUSTAKA
(Space After Paragraph)
Untuk naskah berupa hasil penelitian primer, jumlah pustaka yang diacu minimal 10
pustaka, sedangkan untuk naskah yang merupakan ulasan (review) minimal 25
pustaka, dengan 80% dari pustaka tersebut merupakan pustaka primer (terutama jurnal
internasional dan jurnal primer terakreditasi nasional). Hendaknya pustaka acuan
diterbitkan paling lama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jumlah pustaka
acuan yang merupakan tulisan sendiri dibatasi paling banyak 30% dari total jumlah
pustaka.
(Space After Paragraph)
CV PENULIS
(Space After Paragraph)
Mencantumkan: (1) Nama penulis pertama (lengkap dengan gelar akademik) (2)
Pendidikan terakhir dan (3) Foto penulis pertama (sopan dan maksimal 5MB)

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 149
2018

KETERANGAN TEMPLATE

NASKAH. Naskah diketik 1,15 spasi (Font Bookman Old dan Font Size 11), minimal 10
halaman dan maksimal 20 halaman (termasuk tabel, grafik dan gambar). Ditulis dengan
Microsoft Word 2003-2016.
BAHASA. Naskah menggunakan bahasa Indonesia atau Inggris yang baku. Untuk
naskah dalam bahasa Indonesia disarankan untuk mengurangi pemakaian istilah asing
dan disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

SATUAN UKURAN. Tatacara penulisan satuan ukuran dalam teks, grafik dan gambar
memakai sistem internasional (SI), misalnya cm, kg, km, ha, t, dan lain sebagainya.
Khusus untuk I yang merupakan singkatan dari liter, digunakan L untuk menghindari
kemungkinan tertukar dengan angka 1. Penulisan angka desimal dipisahkan dengan
tanda koma (,) untuk naskah dalam bahasa Indonesia, sedangkan untuk bahasa Inggris
dengan titik (.). (.) untuk naskah berbahasa Indonesia, sedangkan untuk naskah dalam
bahsa Inggris ditulis dipisahkan dengan tanda koma (,).

TABEL. Tata cara penulisan tabel harus mencakup aspek judul, teks isi, lokasi, tahun,
dan sumber data. Tabel harus ringkas dan informatif dan merupakan alat bantu
mempertajam penyampaian informasi atau hasil analisis. Posisi Tabel dan judul Tabel
ditempatkan di bagian tengah naskah. Sumber data ditempatkan di bagian tengah bawah
tabel. Garis pemisah dibuat dalam bentuk horizontal.

Contoh Tabel:

Tabel 1. Analisis R/C Rasio Usahatani Padi Sawah Subak Sembung per Hektar pada
Musim Tanam Juli-Oktober 2016
(Space After Paragraph)
No. Uraian Jumlah (Rp/Ha)
1 Penerimaan 10.711.363,64
2 Biaya tunai 2.217.198,48
3 Biaya yang diperhitungkan 1.497.380,95
4 Total biaya 3.714.597,44
5 R/C rasio atas biaya total 2,88

GAMBAR DAN GRAFIK. Gambar harus dicetak tebal sehingga memungkinkan diperkecil
menjadi 50-60% dari teks asli. Gambar bukan merupakan komplemen dari tabel (pilih
salah satu yang paling relevan). Judul gambar dan grafik diletakan dibawahnya tanpa
mempengaruhi bagian gambar atau grafik. Posisi Gambar dan judul Gambar ditempatkan
di center naskah. Sumber gambar ditempatkan tepat di bawah gambar sebelum judul.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 150
2018

Contoh Gambar

S = 3.295 30253 r = 0 .97203 773


Biaya Marjinal

5. 0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0


55.0

Outpu t (u nits)

Gambar 1. Kurva Biaya Marjinal dan Output suatu proses produksi


Persamaan: y = 44,3476 – 1,4381x + 0,0366x2
Sumber: data primer (diolah), 2016

SATUAN UKURAN. Tatacara penulisan satuan ukuran dalam teks, grafik dan gambar
memakai sistem internasional (SI), misalnya cm, kg, km, ha, t, dan lain sebagainya.
Khusus untuk I yang merupakan singkatan dari liter, digunakan L untuk menghindari
kemungkinan tertukar dengan angka 1. Penulisan angka decimal dipisahkan dengan
tanda koma (,) untuk naskah dalam bahasa Indonesia, sedangkan untuk bahasa Inggris
dengan titik (.). (.) untuk naskah berbahasa Indonesia, sedangkan untuk naskah dalam
bahsa Inggris ditulis dipisahkan dengan tanda koma (,)

PENGUTIPAN PUSTAKA. Gaya pengutipan yang digunakan dalam naskah mengacu pada
Council of Science Editors (name-year system) dengan mencantumkan nama
(keluarga/akhir) penulis dan tahun penerbit, contoh: Listia (2017), Wulandira (2018),
Arisena dan Ustriyana (2016). Jika ada lebih dari dua penulis maka nama
(keluarga/akhir) penulis pertama diikuti dengan et al., contoh: Suardi et al. (2018),
Suamba et al. (2017). Jika terdapat lebih dari satu pustaka yang diacu secara bersamaan
harus diurut berdasarkan tahun terbitan, contoh: ( Arisena 2006; Listia dan Wulandira
2012). Jika terdapat dua pustaka atau lebih pustaka dengan nama yang sama, tetapi
berbeda tahun terbitan, pisahkan tahun dengan koma, contoh: ( Ustriyana 2013,
2014).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 151
2018

Untuk dua kutipan dengan nama penulis dan tahun yang sama, tambahkan huruf
setelah tahun baik dalam pengutipan dalam teks maupun dalam daftar pustaka,
contoh: (Windia 2014a, 2014b). Untuk penulis dengan nama keluarga/akhir, dan tahun
terbitan yang sama, tambahkan inisial pertama pada nama keluarga/akhir dan pisahkan
kedua nama penulis dengan semikolon, contoh: (Agus B 2009; Agus T 2010). Disarankan
menggunakan program perangkat lunak Mendeley (http://mendeley.com) untuk
menghindari kesalahan dalam pengutipan dan penyusunan daftar pustaka yang dipakai.

PENYUSUNAN DAFTAR PUSTAKA. Kutipan Pustaka di dalam teks harus ada di dalam
Daftar Pustaka dan sebaliknya setiap Pustaka yang tercantum dalam Daftar Pustaka
harus dikutip pada teks. Daftar Pustaka disusun menurut abjad sesuai dengan urutan
nama (keluarga/akhir) penulisannya. Dalam Daftar Pustaka semua nama penulis dan
editor harus ditulis lengkap dan tidak diperkenankan menggunakan et al. Contoh
penulisan Daftar Pustaka adalah sebagai berikut:

Artikel Jurnal

Dewi IAL. 2016. Pertanian Berkelanjutan. Journal On Socio-Economics Of Agriculture

And Agribusiness. 1(1): 1-12.

Dewi IAL, Ustriyana IN, Arisena GMK. 2016. Pertanian Berkelanjutan. Journal On Socio-
Economics Of Agriculture And Agribusiness. 1(1): 1-12.
Artikel Jurnal Online

Dewi IAL, Ustriyana IN, Arisena GMK. 2016. Pertanian Berkelanjutan. Journal On Socio-
Economics Of Agriculture And Agribusiness [Internet]. [diunduh 12 Desember
2017]; 1(1): 1-12. Tersedia dari: https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/issue/archive.

Disertasi/Tesis/Skripsi

Ustriyana IN. 2017. Pertanian Berkelanjutan. [Disertasi]. [Denpasar (ID)]: Universitas

Udayana.

Buku

Dewi IAL., Ustriyana IN, Arisena GMK. 2016. Pertanian Berkelanjutan. Denpasar (ID):
UNUD Press

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 152

PENGINDEX JURNAL
Jurnal SOCA telah diindex oleh pengindex jurnal baik dari dalam maupun luar negeri
seperti:

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca

Anda mungkin juga menyukai