Anda di halaman 1dari 84

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

ISSN: 1693 - 1262

Penanggung Jawab
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Dewan Redaksi
Dr. drh. I Made Rai Yasa, MP (Sistem Usaha Pertanian)
Ir. I Ketut Kariada, M.Sc. (Budidaya Pertanian)
Dr. Ir. Ni Wayan Trisnawati, M.M.A. (Teknolongi Pasca Panen)
Dr.I Gusti Komang Dana Arsana,SP.M.Si (Budidaya Pertanian)
I Ketut Mahaputra, SP.MP (Sosial Ekonomi Pertanian)
Ir. Ida Ayu Parwati, MP (Sistem Usaha Pertanian)
drh. Nyoman Suyasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)
I Nyoman Adijaya, SP.MP (Budidaya Pertanian)
Hadis Jayanti, SP.MP (Hama dan Penyakit Tanaman)

Mitra Bestari
Prof. Ir.M Sudiana Mahendra, MAppSc, Ph.D (Ilmu Lingkungan)
Prof.Ir.I Made S. Utama, M.S,Ph.D (Teknologi Pascapanen Hortikultura)
Prof. (Riset) Dr. I Wayan Rusastra, M.S (Agroekonomi dan Kebijakan Pertanian)
Prof. (Riset) Dr. Ir. Rubiyo, M.Si (Pemuliaan dan Genetika Tanaman)

Redaksi Pelaksana
drh. I Nyoman Sugama
M.A Widyaningsih, SP
drh. Berlian Natalia, M.Si
Anella Retna Kumala Sari, MP
Rachmad Dharmawan, S.Pt. M.Pt.

Alamat Redaksi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) - Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali 80222
PO.BOX 3480
Telepon/ Fax: (+62361) 720498
email: bptp_bali@yahoo.com
website: http://www.bali.litbang.deptan.go.id

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian memuat pemikiran ilmiah, hasil – hasil kelitbangan,
atau tinjuan kepustakaan bidang pertanian secara luas yang belum pernah diterbitkan pada
media apapun, yang terbit tiga kali dalam satu tahun setiap bulan April, Agustus, dan Desember

Bul. Tek & Info Pertanian Vol. 19 No. 1 Hal. 1 - 79 Denpasar ISSN: 1693 - 1262
April 2021

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE


BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN
Volume 19 Nomor 1 April 2021
ISSN : 1693 - 1262
TABLE OF CONCENT

DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN


PADA MASA PANDEMI COVID-19
Yennita Sihombing .............................................................................................................. 1-12

KARAKTER MORFOLOGI DAN POTENSI PISANG LOKA JONJO (Musa acuminata)


ENDEMIK SULAWESI BARAT
Muhtar, Marthen P. Sirappa, dan Ketut Indrayana ............................................................ 13-18

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL SERTA POLA PANEN DUA VARIETAS CABAI
LOKAL DI DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN
I Nyoman Adijaya .............................................................................................................. 19-25

KOMPOSISI SUSU AWAL LAKTASI KAMBING PERANAKAN ETAWAH BERDASARKAN


PERIODE LAKTASI DAN LITTER SIZE DENGAN PEMELIHARAAN INTENSIF
Rachmad Dharmawan dan Puguh Surjowardojo ............................................................. 26-32

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN


TERNAK SAPI DI DESA CANDIKUSUMA, KECAMATAN MELAYA, JEMBRANA
M.A Widyaningsih ............................................................................................................. 33-38

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI MELALUI TEKNOLOGI PERBENIHAN KOPI


ROBUSTA KLON BP 308 DI LOKASI TTP DESA SANDA KABUPATEN TABANAN
I Made Sukadana, I Wayan Sunanjaya, I Nengah Duwijana ............................................ 39-45

PERILAKU PESERTA TEMU TEKNIS INOVASI PERTANIAN TENTANG PENGOLAHAN


BAWANG MERAH
I Wayan Alit Artha Wiguna, I Gusti Made Widianta,
Ni Ketut Sudarmini, Agung Prijanto .................................................................................. 46-56

POTENSI LIMBAH JAGUNG MANIS MENDUKUNG KETERSEDIAAN PAKAN TERNAK


SAPI BALI DI KECAMATAN KLUNGKUNG, KABUPATEN KLUNGKUNG
Ni Luh Gede Budiari, I Nyoman Adijaya dan I Nyoman Sutresna .................................... 57-63

TINGKAT EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus) TERHADAP


PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SALURAN PENCERNAAN KAMBING
PERANAKAN ETTAWAH (PE) DI DESA SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM
I Wayan Sudarma dan A.A.N. Badung Sarmuda Dinata .................................................. 64-72

TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN HASIL PANEN


BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LINGKUNGAN SAWAH TADAH HUJAN
Ni Made Delly Resiani dan I Nengah Duwijana ................................................................ 73-79
DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
PADA MASA PANDEMI COVID-19

Yennita Sihombing

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Jl. Tentara Pelajar No. 10, Bogor, 16114
E-mail: yennita_sihombing@yahoo.co.id

Submitted date : 18 Januari 2021 Approved date : 8 Pebruari 2021

ABSTRACT

Local Food Diversification to Support Food Security in the Covid-19 Pandemic Time

The impact of the Covid-19 pandemic has disrupted various aspects of life from health, social, economy,
and various others, in most parts of the world. One of the main problems is with regard to food security which
is currently very busy in public discussion as a consequence of the COVID-19 pandemic which is increasingly
widespread, especially in Indonesia.Food is a pillar primary for the needs of the Indonesian people, therefore
the importance of special attention from many parties in an effort to meet the needs of the community and on
how to anticipate food security during the Covid-19 pandemic.Objective of this paper is to analyze accomplishment
of local food consumption diversification and to formulate strategyfor local food based food consumption
diversification.The results showed that there was reduction in local food consumption including that in theregions
with localfood based staple food pattern previously. Development of local food diversification as part of
foodsovereignty implementation should be conducted together by all stakeholders. Some efforts to take are
formulatingand implementing policy strategy related to optimizing land potential use and local food consumption
habit, as wellas development of local food production, industry and local food consumption.

Keywords: Food security, local food diversification

ABSTRAK

Dampak dari pandemi covid-19 telah mengganggu berbagai aspek kehidupan mulai kesehatan, sosial,
ekonomi dan beragam lain sebaginya, di sebagian besar belahan dunia. Salah satu persoalan utamanya adalah
berkenaan ketahanan pangan yang saat ini menjadi sangat ramai dalam perbincangan publik sebagai
konsekuensi dari pandemi covid-19 yang semakin meluas khususnya di Negara Indonesia. Pangan adalah
suatu tonggak utama bagi kebutuhan masyarakat Indonesia, maka dari itu pentingnya perhatian khusus dari
banyak pihak dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dan tentang bagaimana untuk mengantisipasi
ketahanan pangan di masa pandemic covid-19.Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis capaian diversifikasi
konsumsi pangan lokaldan menyusun strategi pengembangan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal.
Hasil kajian menunjukkan telah terjadi penurunan konsumsi panganlokal, termasuk di wilayah yang sebelumnya
mempunyai pola pangan pokok berbasis pangan lokal.Pengembangan diversifikasipangan lokal sebagai bagian
untuk mewujudkan kedaulatan pangan hendaknya dilakukan oleh semua kalangan. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan menyusun dan implementasi strategi kebijakan terkait optimalisasi pemanfaatan potensi
lahan dan kebiasaan mengkonsumsi pangan lokal, serta pengembangan produksi, industri, dan konsumsi
pangan lokal.

Kata kunci: Ketahanan pangan, diversifikasi pangan lokal

Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Mendukung Ketahanan Pangan


Pada Masa Pandemi Covid-19 | Yennita Sihombing 1
PENDAHULUAN kurangnya telah menginfeksi 1 juta orang dan
sebanyak 90% negara di dunia telah menjadi
Pangan dan ketahanan pangan merupakan korban.Segala aspek pencegahan dan
hal yang sangat penting bagi ketahanan nasional penanggulangan telah dilakukan oleh berbagai
suatu bangsa. Ketahanan pangan bagi suatu pihak di seluruh dunia terhadap pandemi yang
negara merupakan hal yang sangat penting, terjadi sejak bulan Maret 2020 sampai dengan
terutama bagi negara yang mempunyai saat ini.yang menyokong kehidupan masyarakat,
penduduk sangat banyak seperti Indonesia. termasuk diantaranya sektor pertanian.Sektor
Mengacu pada kondisi nyata sekarang ini, dunia pertanian menjadi sorotan karena memiliki kaitan
khususnya Indonesia mengalami krisis pangan erat dengan ketahanan pangan nasional. Pada
yang disebabkan karena ketersediaan lahan dan masa pandemi yang sulit seperti sekarang ini
produksi pangan yang tidak mampu ketahanan pangan menjadi sesuatu yang harus
mengimbangi pesatnya pertambahan penduduk. diupayakan untuk menghindari krisis pangan
Implikasinya adalah produksi pangan harus yang seakan menghantui Indonesia (Wulandani
menjadi semakin banyak, akan tetapi lahan dan Wiwin, 2020).
pertanian semakin sempit. Hal ini menyebabkan Pandemi Covid-19 telah menyebabkan
kenaikan harga pangan karena kelangkaan terganggunya kegiatan perekonomian di semua
pangan dan semakin bertambahnya penduduk, lini usaha, termasuk sektor pertanian. Salah satu
sehingga menjadi pemicu kenaikan tingkat inflasi. dampak yang harus diantisipasi terkait dampak
Pengertian pangan lokal dalam konteks Covid-19 adalah ketersediaan pangan bagi
nasional mengacu pada Undang-UndangNomor seluruh rakyat. Gerakan Ketahanan Pangan
18 Tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan), (GKP) yang diperkenalkan oleh Kementerian
adalah makanan yang dikonsumsi oleh Pertanian di tengah ancaman virus corona saat
masyarakat setempat sesuai potensi dan ini harus didukung oleh semua pihak, khususnya
kearifan lokal,yaitu sumber daya pangan dan petani dan penyuluh sebagai ujung tombak dan
budaya makan setempat. Disebut pangan lokal penggerak sektor pertanian. salah satu cara yang
apabila diproduksi dengan mengoptimalkan ditempuh untuk mewujudkan ketahanan pangan
sumberdaya setempat dan dikonsumsi secara di tengah pandemi Covid-19 adalah melalui
turun-temurun oleh masyarakat setempat, baik diversifikasi pangan lokal. Diversifikasi pangan
dalam bentuk pangan segar maupun yang telah lokal berkonotasi pada adanya pilihan bahan
diolah sesuai budaya dan kearifan lokal, dan pangan lokal sebagai alternatif untuk mengurangi
menjadi makanan khas daerah setempat. ketergantungan pada satu jenis pangan yang
Beberapa contoh jenis pangan lokal antara lain dominan. Fakta selama ini, jenis pangan dominan
sagu buat masyarakat Papua dan Maluku, di Indonesia adalah beras. Oleh sebab itu,
jagung untuk penduduk Nusa Tenggara Timur diversifikasi pangan menjadi salah satu strategi
dan Madura, singkong bagi keluarga di Jawa mencapai ketahanan pangan (Setiawan, 2012).
bagian selatan dan Lampung. Pangan lokal yang Dari uraian tersebut, tujuan penulis dalam
belum dimanfaatkan secara intensif yaitu menulis makalah ini adalah untuk menganalisis
berbagai jenis umbi-talas, ganyong, hanjeli, dan capaian diversifikasi pangan lokal dalam
hotong. mendukung ketahanan pangan di tengah
Upaya pencapaian ketahanan pangan tidak pandemi covid-19.
hanya mengandalkan upaya peningkatan
produksi. Diperlukan rencana aksi strategis untuk
usaha pencapaian ketahanan pangan. Strategi METODOLOGI
yang diperlukan adalah alternatif lain dari upaya
peningkatan produksi yang telah dan masih terus Bahan literatur yang digunakan dalam
dilakukan, diantaranya meningkatkan usaha penulisan makalah ini adalah beberapa referensi
penyimpanan air (water storage), efisiensi dan yang berasal dari hasil penelitian, kajian, dan
reprioritas penggunaan air yang ada, diversifikasi ulasan dari beberapa tulisan yang kemudian
pangan dan investasi tanaman yang toleran dirangkum menjadi suatu karya tulisan ilmiah.
salinitas, cekaman kelebihan dan kekurangan air Pengkajian dilakukan dengan menggunakan
(Nusifera, 2013). Metoda Desk Research, data yang digunakan
Virus corona (covid-19) merupakan penyakit adalah data sekunder yang berasal dari berbagai
menular yang tengah menyebar dan sekurang- sumber yaitu; Badan Penelitian dan

2 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Pengembangan Kementerian Pertanian, PSEKP, (NTT) mengandalkan jagung. Tiga dekade
jurnal dan sumber lainnya yang mendukung. kemudian, pada tahun 1980an, terutama setelah
Indonesia mencapai swasembada beras (tahun
1984), budaya pangan bergeser ke beras.
HASIL DAN PEMBAHASAN Program pembangunan pertanian yang masif
(revolusi hijau) yang berorientasi pada padi/beras
pada masa Orde Baru ternyata juga diikuti oleh
Pola Konsumsi Pangan perubahan pola pangan pokok masyarakat.
Konsumsi pangan pokok beras terus meningkat
Pangan diartikan sebagai segala sesuatu dan sejak awal tahun 2000an hampir seratus
yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang persen masyarakat Indonesia mengonsumsi
diolah maupun yang tidak diolah.Pangan beras (Ariani, 2016). Gejala ini sering disebut
diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai ‘berasisasi’ dan menandai munculnya budaya
makanan atau minuman, termasuk bahan pangan nasional (Simatupang, 2012).
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan Masalah kekurangan pangan pada dasarnya
bahan-bahan lain yang digunakan sebagai disebabkan karena penduduk tidak memiliki
proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan akses terhadap sumber-sumber produksi pangan
makanan atau minuman. Komoditas pangan seperti tanah, air, input pertanian, modal dan
harus mengandung gizi yang terdiri atas teknologi; tingkat daya beli masyarakat untuk
kabohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral membeli konsumsi pangan yang rendah, tidak
yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan tersedianya produksi pangan lokal, ketahanan
kesehatan manusia. pangan penduduk yang rendah. Selainitu, tidak
Pola konsumsi pangan merupakan suatu adanya perhatian dari semua pihak untuk
susunan dari berbagai bahan dan hasil mempertahankan sumber pangan lokal (jagung,
olahannya yang biasa dimakan seseorang yang umbi-umbian: singkong dan ketela rambat,pisang
tercermin dalam jumlah, jenis, frekuensi, dan dan talas) yang semakin hari semakin hilang
sumber bahan makanan.Pola konsumsi pangan karena produksi pangan lokal semakin berkurang
seseorang maupun kelompok masyarakat dapat serta infrastruktur untuk menunjang produksi
dievaluasi menggunakan Pola Pangan Harapan pangan lokal tidak tersedia (Warsilah, 2011).
(PPH). Pola pangan harapan merupakan suatu Elizabeth, (2011) menyatakan bahwa telah
pegangan kecukupan pangan yang diwujudkan terjadi pergeseran pola konsumsi pangan
dalam susunan beragam pangan dengan masyarakat non beras menjadi beras seperti
masing-masing tingkat kontribusinya untuk yang terjadi di Madura, Maluku, NTT,Ambon, dan
mengetahui lebih jauh kecukupan ketersediaan Kawasan Indonesia Timur lainnya. Bahkan di
energi juga disertai dengan komposisi pangan Maluku yang pada awalnya mengkonsumsi sagu
yang beragam, bergizi dan seimbang (Indiako, sebagai bahan pangan pokok, telah beralih
et al., 2014). Menurut Thenu (2013) bahwa pola sekitar 90-100% menjadi beras. Hal ini sejalan
konsumsi masyarakat bervariasi (pola makan dengan hasil penelitian Hardono, (2014) dimana
campuran). Pola campuran adalah suatu tradisi perubahan pola pangan masyarakat yang
yang sudah terpola dan merupakan bentuk terjadipada beberapa lokasi seperti Nusa
antisipasi terhadap berbagai resiko seperti : tenggara, Papua, Maluku dan Sulawesi adalah
musim, daya beli masyarakat dan ketersediaan dari dominan pangan lokal seperti jagung, umbi-
sumber lauk pelengkap. Berdasarkan pola umbian, dan sagu berubah ke arah pola pangan
penanganan pangan tersebut, maka masyarakat nasional (beras), kemudian berubah ke arah pola
tetap bertahan dalam kondisi apapun di wilayah pangan internasional berbasis gandum.
kepulauan. Sagu menjadi sumber konsumsi yang cukup
Budaya pangan masyarakat Indonesia baik dalam penyeimbangan pola konsumsi
secara dinamis terus berubah. Pada tahun 1950- sehari-hari khususnya bagi masyarakat
an, mayoritas masyarakat Indonesia Indonesia bagian Timur.Kebiasaan
mengandalkan pada pangan lokal yang variatif mengkonsumsi sagu pada acara ritual maupun
yang ada di berbagai daerah. Masyarakat Maluku seremonial mengindikasikan bahwa pola
dan Papua memiliki budaya pangan yang konsumsi masyarakat mulai berubah dari
berkaitan dengan sagu dan umbi-umbian, sebelumnya primer menjadi sekunder.
sementara masyarakat Nusa Tengara Timur Masyarakat tidak lagi mengkonsumsi sagu

Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Mendukung Ketahanan Pangan


Pada Masa Pandemi Covid-19 | Yennita Sihombing 3
terbantahkan dengan fenomena bahwa dalam melainkan sebagai pangan kudapan,yang
ritual maupun seremonial makan berbahan dinikmati pada sore hari atau disela-sela waktu
pokok sagu selalu dihidangkan sebagai salah makan utama. Penyajiannya antara lain dengan
satu konsumsi favorit (Breen, et al., 2018). cara digoreng (singkong goreng, ubi jalar goreng,
Ariani, (2010) menyatakan bahwa pola dan bakwan jagung); direbus (singkong, ubi jalar,
konsumsi pangan pokok masyarakat Indonesia jagung, kentang, uwi, dan gembili); dikolak
masih berupa pola pangan tunggal yaitu beras. (singkong dan ubi jalar), disayur (kentang dan
Ketergantungan untuk mengonsumsi beras jagung); dibuat gethuk dan tape: singkong
berdampak negatif pada masyarakat itu sendiri (Fadhilah, 2013).
serta perekonomian negara. Tingginya impor Namun demikian, hingga saat ini, produk
berasIndonesia untuk memenuhi permintaan pangan lokal belum mampu menggeser beras
sehingga sangat berpengaruh pada stabilitas dan tepung terigu yang mendominasi makanan
perekonomian negara. di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah
Badan Ketahanan Pangan (BKP) rendahnya inovasi teknologi terhadap produk
menunjukkan bahwa dalam satu dekade terakhir pangan lokal. Walaupun mulai ada kreasi
masyarakat Indonesia memiliki pola konsumsi terhadap produk pangan lokal, namun jumlahnya
pangan pokok kombinasi beras dan terigu. masih dirasakan sangat terbatas seperti Cassava
Berdasarkan parameter kontribusi energi Vruitpao (Bakpao yang terbuat dari singkong),
masing-masing jenis pangan sumber steak kampung Mucuna Crspy (steak berbahan
karbohidrat, BKP (2012) menyimpulkan bahwa baku kara benguk), rasi (nasi dari singkong),
masyarakat di 27 (dari 33) provinsi memiliki pola brownies dari singkong, dan lain-lain. Sehingga
konsumsi pangan pokok beras-terigu. pangan lokal belum mampu menarik minat
Selanjutnya di sejumlah provinsi tertentu konsumen untuk mengkonsumsinya. Di sisi lain,
masyarakat memiliki kombinasi beras dan di era globalisasi saat ini, permintaan konsumen
pangan lokal: provinsi NTT dengan beras-jagung, akan produk pangan terus berkembang.
Gorontalo dengan beras-jagung-terigu, Maluku Konsumen tidak hanya menuntuk produk pangan
Utara dengan beras-terigu-ubikayu, Maluku dan bermutu, bergizi, aman, dan lezat, namun juga
Papua Barat dengan beras-terigu-ubikayu-sagu, sesuai selera atau bahkan dapat membangkitkan
dan Papua dengan beras-terigu-ubi kayu-ubi efek gengsi atau berkelas bagi yang
jalar-sagu. mengkonsumsinya. Oleh karena itu, inovasi atau
kreasi terhadap produk pangan tidak hanya
Pangan Lokal terfokus pada mutu, gizi, dan keamanan semata.
Namun aspek selera konsumen (preferensi) juga
Pangan lokal adalah makanan yang patut dipertimbangkan (Yuliatmoko, 2011).
dikonsumsi masyarakat setempat sesuai potensi Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam
dan kearifan lokal.Produk pangan lokal Indonesia melakukan kreasi terhadap produk pangan lokal
sangat melimpah. Produk pangan lokal sangat agar sesuai dengan preferensi konsumen saat
berkaitan erat dengan budaya masyarakat ini adalah melakukan inovasi terhadap nama,
setempat. Oleh karena itu, produk-produk ini bentuk, trend penyajian, dan kemasan dari
kerap kali juga menyandang nama daerah, produk pangan lokal. Sebagai misal memberi
seperti, dodol garut, jenang kudus, gudek jokya, nama, bentuk, trend penyajian, dan kemasan
dan lain-lain.Beraneka ragam dan jumlah yang produk pangan lokal dengan nama, bentuk, cara
sangat besar dari produk pangan lokal tersebut penyajian, dan kemasan yang lagi trend atau
sangat berpotensi dalam mewujudkan sedang digandrungi oleh konsumen atau
kemandirian pangan nasional. Terwujudnya masyarakat. Hasil uji penerimaan konsumen dan
kemandirian pangan suatu daerah atau negara, pemasaran produk dipasaran menunjukkan
dengan sendirinya akan mempercepat produk ini menarik minat konsumen terutama
tercapainya ketahanan pangan nasional. kalangan mahasiswa
Pangan pokok lokal tradisional yangmudah
tumbuh dan dapat ditanam relatif tanpa Ketahanan Pangan
pemeliharaan yang spesifik ini tetap dapat
ditemukan dalam pola konsumsi sehari-hari, Pembangunan bidang ketahanan pangan di
akan tetapi tidak sebagai pangan pokok Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

4 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


ketahanan pangan dan melanjutkan revitalisasi kebergantungan yang berlebihan terhadap satu
pertanian dalam rangka mewujudkan jenis komoditas sangatlah rawan. Dari sisi
kemandirian pangan,peningkatan daya saing konsumsi, mengakibatkan penyempitan
produk pertanian, peningkatan pendapatan spektrum pilihan komoditas yang mestinya dapat
petani, serta kelestarian lingkungan dan dimanfaatkan untuk pangan. Dari sisi produksi
sumberdaya alam, namun pada bagian tertentu, juga rawan karena: (i) pertumbuhan produksi
ketahanan pangan sulit untuk dipenuhi ketika padi sangat ditentukan oleh ketersediaan air
persoalan konsumsi masyarakat menjadi terbalik irigasi yang cukup sedangkan air irigasi semakin
dengan perencanaan dalamsebuah proses langka, (ii) laju konversi lahan sawah ke
penciptaaan masyarakat yang berketahanan nonsawah sangat sulit dikendalikan, dan (iii)
pangan (Umanailo, 2018). kemampuan untuk melakukan perluasan lahan
Ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang sawah (new construction) sangat terbatas karena
harus dipenuhi, diantaranya: (1) Berorientasi biaya investasi semakin mahal, anggaran sangat
pada rumah tangga dan individu, (2) Dimensi terbatas, dan lahan yang secara teknis-sosial-
waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat eionomi layak dijadikan sawah semakin
diakses, (3) Menekankan pada akses pangan berkurang(Nusifera, 2013).
rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi Berdasarkan kasus pandemic covid-19
dan sosial, (4) Berorientasi pada pemenuhan gizi, dapat di ambil kesimpulan bahwa ketahanan
dan (5) Ditujukan untuk hidup sehat dan pangan suatu negara terancam apabila terjadi
produktif. krisis pangan global yang berdampak kepada
Ketahanan pangan minimal mengandung harga dan suplai pangan di pasar internasional,
unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan, dan selanjutnya negara tersebut memiliki
aksesibilitas masyarakat, dan stabilitas harga pendapatan per kapita yang rendah, persentase
pangan. Suatu negara belum dapat dikatakan pemasukan untuk pangan diatas 35 persen, serta
mempunyai ketahanan pangan yang baik jika ketidakmampuan pengampu kebijakan
salah satu dari unsur tersebut tidak dapat ketahanan pangan untuk beradaptasi dengan
terpenuhi,. Walaupun pangan tersedia cukup di gejolak global (Alfiky et al., 2012).
tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses
individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya Pangan Lokal dan Ketahanan Pangan
tidak merata, maka ketahanan pangan masih
dikatakan rapuh. Salah satu hal yang sangat Pangan lokal merupakan produk pangan
penting dalam upaya memperkuat strategi yang telah lama diproduksi, berkembang dan
ketahanan pangan adalah distribusi pangan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok
sampai ke pelosok rumah tangga perdesaan. masyarakat lokal tertentu. Umumnya produk
Faktor-faktor yang mempengaruhi pangan lokal diolah dari bahan baku lokal,
ketahanan pangan secara sederhana bisa teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di
dibedakan antara yang bersifat fisik dan non-fisik. samping itu, produk pangan lokal biasanya
Faktor-faktor fisik merupakan aset yang memiliki dikembangkan sesuai dengan preferensi
nilai ekonomis, misalnya tanah, rumah, dan konsumen lokal pula. Sehingga produk pangan
ternak.Sementara faktor-faktor yang bersifat non- lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal
fisik, berupa nilai sosial maupun kultural yang setempat. Karena itu, produk ini sering kali
dimiliki oleh komunitas yang bersangkutan. menggunakan nama daerah, seperti gudek
Salahsatu aspek yang bersifat non-fisik yang jokya, dodol garut, jenang kudus, beras cianjur,
berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan dan sebagainya (Hariyadi, 2010).
sebuah komunitas adalah sistem atau bentuk Hasil studi Kementerian Lingkungan Hidup
kelembagaan sosialnya yang dipengaruhi oleh seperti yang disitir oleh Pusat Ketersediaan dan
modal sosial yang dimiliki masyarakat (Warsilah, Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan
2013). (2012) menyebutkan bahwa Indonesia sedikitnya
Bagi Indonesia upaya yang harus ditempuh memiliki 100 spesies tanaman biji-bijian, umbi-
untuk memantapkan ketahanan pangan umbian, sagu, penghasil tepung dan gula
mencakup aspek kuantitatif maupun kualitatif. sebagai sumber karbohidrat. Namun, hanya
Pola konsumsi pangan penduduk negeri ini beberapa jenis pangan sumber karbohidrat saja
sangat terdominasi beras, padahal yang dikenal secara luas dan dimanfaatkan untuk

Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Mendukung Ketahanan Pangan


Pada Masa Pandemi Covid-19 | Yennita Sihombing 5
dikonsumsi secara intensif seperti padi, jagung, Ketersediaan pangan bagi masyarakat
ubi kayu, ubijalar, sagu, dan lainnya. Bahkan, petani diperoleh melalui pengetahuan lokal yang
beberapa jenis pangan tersebut telah tergantikan dimiliki oleh masyarakat untuk mengolah sumber
oleh beras dan gandum. daya lokal yang tersedia. Proses pengolahan
Ketahanan pangan menurut Wahid, (2014) sumber daya alam didasarkan pada kemampuan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah dan selera petani dalam mengakses sumber
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan daya lokal yang dimiliki. Kearifan lokal sebagai
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, sumber pemenuhan kebutuhan pangan rumah
aman, merata, dan terjangkau.Kebijakan yang tangga tercermin dari tersedianya stok pangan
diturunkan oleh pemerintah dalam aplikasinya sepanjang tahun. Hal ini dijelaskan oleh
belum banyak mendukung pangan lokal sebagai Sopamena et al., (2017) bahwa kearifan lokal
pangan pokok melainkan berfokus pada pangan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan rumah
nasional yang pada prakteknya tiap-tiap daerah tangga dengan menggunakan strategi dalam
berbeda. pengolahan. Strategi yang digunakan dalam
Sumberdaya lokal termasuk di dalamnya mengolah komoditas pertanian menjadi produk
pangan lokal erat kaitannya dengan ketahanan yang tahan lama sehingga pangan tetap tersedia
pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan sampai musim tanam berikutnya dengan
berdasarkan kekuatan sumberdaya lokal akan berdasarkan pada pengetahuan lokal setempat
menciptakan kemandirian pangan, yang seperti mengolah jagung menjadi sereal, produk
selanjutnya akan melahirkan induvidu yang lain juga seperti sinole.
sehat, aktif, dan berdaya saing sebagaimana Di sisi lain, pangan lokal atau pangan
indikator ketahanan pangan. Di samping itu, juga tradisional dapat berperan sebagai survival
akan melahirkan sistem pangan dengan pondasi strategi bagi masyarakat golongan ekonomi
yang kokoh. Dengan demikian, ketahanan lemah dalam sistem ketahanan pangan. Pola
pangan perlu didukung dengan pondasi pangan tradisional dapat menjadi pelengkap
kemandirian pangan. Kaitan erat antara pangan makanan pokok selain beras, Adanya
lokal dengan ketahan pangan dapat dilihat dari penggunaan bahan lokal yang biasanya lebih
hubungan antara kemandirian pangan dengan terjamin ketersediaanya sebagai makanan pokok
ketahanan pangan sebagaimana diilustrasikan yang murah dan dapat dijangkau oleh
oleh gambar 1 (Hariyadi, 2010). masyarakat setempat, berdampak pada

Gambar 1. Hubungan kemandirian pangan dengan ketahanan pangan

6 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


penambahan pendapatan riil rumah tangga. Sosial Berskala Besar) di beberapa daerah,
Menurut Wahid, (2014) terdapat hubungan yang masyarakat juga diminta untuk mengurangi
tidak dapat terpisahkan antara kearifan lokal dan kontak fisik dan melakukan pekerjaan dari rumah.
ketahanan pangan. Hal ini disebabkan untuk Hal ini dapat berpengaruh pada produksi,
mewujudkan ketahanan pangan nasional distribusi, dan juga konsumsi pangan. Sarana
basisnya adalah ketahanan pangan daerah dan untuk melakukan distribusi pangan menjadi
ketahanan pangan daerah sendiri berbasis pada terbatas sehingga terjadi kurangnya produktifitas
kearifan lokalnya. Oleh karena itu kearifan lokal pangan. Selain itu, dengan pola hidup
memiliki peranan penting dalam mendukung masyarakat yang berubah, otomatis permintaan
ketahanan di pulau-pulau kecil serta kearifan masyarakat sebagai konsumen pangan juga
lokal masing-masing daerah berbeda. berubah. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan
harga-harga pada produk pangan. Meskipun
Rawan Pangan di Tengah Pandemi Covid-19 jumlah produksi pangan saat ini tidak mengalami
banyak perubahan dan masih dapat dikatakan
Pandemi Covid-19 tidak hanya berpengaruh aman, permasalahan krisis pangan tetap dapat
pada kondisi sosial, ekonomi dan budaya terjadi kedepannya. Permasalahan yang paling
semata, tetapi juga berpengaruh hingga ke besar terjadi pada distribusi pangan. Dengan
kedaulatan pangan. Kerawanan pangan menjadi adanya pembatasan-pembatasan, distribusi
ancaman yang paling nyata. Sebab, ada pangan menjadi lemah. Akibatnya, stok pangan
kemungkinan pandemi Covid-19 bisa menyebar tidak merata di semua daerah. Ada daerah yang
ke desa-desa karena ada perpindahan orang dari mengalami defisit dan ada pula yang mengalami
zona merah Covid-19 di kota-kota, menuju ke produksi berlebih (Anonimous, 2020).
desa. Dengan minimnya ketersediaan Kementerian Pertanian memiliki agenda
infrastruktur di desa, maka Covid-19 dapat yang bersifat jangka pendek, menengah dan
mengancam para petani yang menjadi produsen panjang dalam menghadapi pandemi Covid-19.
pangan terbesar (Abdullah, 2020). Agenda jangka pendek adalah dengan menjaga
Covid-19 mengganggu sistem pangan stabilitas harga pangan dan membangun buffer
Indonesia. Ketenagakerjaan di bidang pertanian stock. Agenda jangka menengah diwujudkan
diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar dengan melanjutkan padat karya pasca Covid-
4,87 persen, sedangkan produksi pertanian 19, diversifikasi pangan lokal, membantu
domestik akan menyusut sebesar 6,2 persen. ketersediaan pangan di daerah defisit, antisipasi
Impor akan turun sebesar 17,11 persen dan kekeringan, menjaga semangat kerja pertanian
harganya diperkirakan akan naik sebesar 1,20 melalui bantuan saprodi dan alsintan, mendorong
persen dalam jangka pendek dan sebesar 2,42 family farming, membantu kelancaran distribusi
persen pada 2022. Dengan berkurangnya pangan, meningkatkan ekspor pertanian, dan
pasokan dalam negeri dan dari impor, memperkuat Kostratani. Sementara agenda
kekurangan pangan dan inflasi harga makanan jangka panjang (permanen) dilakukan, yaitu
berpotensi besar terjadi. dengan mendorong peningatan produksi 7% per
Data terkini menunjukkan sektor pertanian tahun dan menurunkan kehilangan hasil (losses)
telah mengalami kontraksi. Pada Februari 2020, menjadi 5%.
penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian
menurun sebesar 60 ribu orang atau sekitar 0,42 Peran Pangan Lokal di Tengah Pandemi
persen dibandingkan dengan tahun lalu. Covid-19
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020
menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya Sumber pangan Indonesia tidak hanya
mampu tumbuh 0,02 persen secara tahunan. bergantung terhadap pertanian monokultur beras
Meskipun demikian, sektor petanian masih cukup saja melainkan dapat berasal dari berbagai
potensial untuk menjadi tumpuan dalam sumber pangan lokal yang tidak kalah bergizi
mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara dibandingkan beras seperti ubi, singkong,
kuartalan, pertanian masih sanggup tumbuh 9,46 memiliki kandungan gizi untuk sehat 100
persen (BPS, 2020). gramnya mengandung : energi 154 kilo
Dalam masa pandemi ini pemerintah telah kalori,karbohidrat 36,8 gram, vitamin C 31
memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan miligram, besi 1,1miligram, kalsium 77 miligran,

Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Mendukung Ketahanan Pangan


Pada Masa Pandemi Covid-19 | Yennita Sihombing 7
dan protein 1 gram. Ubi jalar mengandung energi sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH),
151 kilo kalori,karbohidrat 35,4 gram, vitamin C yaitu pola pangan yang menunjukkan
31 miligram, besi 0,7miligram, kalsium 29 keseimbangan komposisi gizi makanan.
miligram dan protein 1,6 gram.Tanaman sagu Istimewanya pola pangan ini berbasis sumber
mengandungenergi 355 kilo kalori, fosfor 167 daya, budaya, dan kearifan lokal, sehingga
miligram, besi 2,2 miligram,kalsium 91 miligram pencapaian ketahanan pangan dan gizi
dan protein 0,6 gram (Wandik,2020) masyarakat setempat berdasarkan kemandirian
Empat prinsip pangan lokal sebagai pangan.
ketahanan pangan, pertama, pangan bersifat Kedua, berbagai jenis makanan lokal yang
lokal yang berarti budidayanya menggunakan merupakan hasil kreativitas budaya dan kearifan
benih unggul dan plasma nutfah pangan lokal, lokal meningkatkan ketersediaan beragam
serta pengambilannya dari hutan dan laut dengan makanan yang bergizi. Misalnya, komposisi
menerapkan kearifan lokal. Pengelolaan daur- pangan dalam makanan pempek, gudeg, dan
hidup pangan memanfaatkan cara dan teknologi Bubur Manado mengandung sumber energi dan
lokal, dengan mendayagunakan modal sosial protein asal nabati dan hewani. Contoh lain, ikan
setempat, dan pengkonsumsianya kayu, tiwul, Dodol Garut merupakan hasil kearifan
mengutamakan keberagaman pangan berbasis lokal, yang dengan menggunakan teknologi
sumber daya pangan setempat. Kedua, lestari olahan pangan dapat memperpanjang shelf-life
yang bermakna alami, berkelanjutan, keragaman dari bahan pangan yang dalam bentuk bahan
pangan, varietas lokal, dan menyimpan lebih asalnya cepat rusak atau busuk.Ketiga, pangan
sedikit limbah pangan, serta ramah lingkungan. lokal dapat menjadi katup pengaman dalam
Ketiga, pangan juga memenuhi aspek menjaga pasokan pangan bagi keluarga petani
kesehatan, seperti; bergizi, berkualitas, tidak di pedesaan pada saat terjadi guncangan
diproses berlebihan, segar, bersih, aman, tidak terhadap ketersediaan pangan. Pada saat pasar
mengandung pengawet yang tidak alami. tidak dapat melayani kebutuhan pangan
Keempat, pangan memiliki nilai keadilan, dimana masyarakat dengan baik akibat terhentinya
ia tersedia dalam jumlah cukup saat dibutuhkan, akses fisik karena bencana atau terganggunya
berada dalam jarak dekat dengan konsumen, akses ekonomi karena lonjakan harga, pangan
dapat dibeli dengan harga terjangkau, dan wajar lokal yang ditanam petani di pekarangan, kebun,
sepanjang rantai nilai pangan, serta atau ladang selalu ada yang siap untuk
ketersedianya beragam, bermutu, aman, sehat, dipanen.Keempat, usaha pangan lokal
segar, dan sesuai nilai budaya berpotensi sebagai pencipta kesempatan kerja
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan tambahan pendapatan rumah tangga, serta
mengingatkan bahwa pandemic Covid-19 penggerak ekonomi daerah. Pemanfaatan lahan
mengancam pasokan pangan global karena pekarangan atau kebun di sekitar rumah
pembatasan negara. Penguatan sistem pangan menciptakan kesempatan kerja bagi ibu rumah
lokal penting untuk mendukung ketahanan tangga, menyediakan tambahan bahan pangan
pangan di masa pandemic Covid-19. Tradisi pola sehingga mengurangi pengeluaran rumah
produksi dan konsumsi pangan penduduk tangga untuk pangan, dan bila dilaksanakan
Indonesia yang beragam, sesuai kekayaan secara sungguh-sungguh sebagai usaha
sumber daya lokal yang ditunjang berkelompok sehingga mencapai skala usaha
keanekaragaman pangan merupakan kunci dapat menghasilkan tambahan pendapatan bagi
ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. rumah tangga. Pada tahapan ini penggunaan
Pangan lokal memiliki peran sangat penting bibit unggul, teknologi budi daya, dan teknologi
dalam konstruksi sistem pangan nasional pengolahan pangan diperlukan untuk menjamin
khususnya ditengah pandemi Covid-19. efisiensi dan produktivitas serta kualitas produk.
Pertama, pangan lokal sebagai sumber Hasil akhirnya, ketahanan pangan dan gizi
keragaman bahan pangan untuk pencapaian keluarga dapat lebih baik (Suryana, 2020).
ketahanan pangan dan gizi keluarga. Dengan Ditengah pandemi Covid-19 pengembangan
beraneka jenis tanaman dan ternak sumber pangan lokal berbasis kearifan lokal masyarakat
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral; dalam adat adalah solusi unsur mencegah terjadinya
kombinasi komposisi pola pangan yang tepat krisis pangan. Oleh sebab ituinformasi gizi
akan mendukung penyediaan pangan yang pangan lokal yang tumbuh subur dan tersedia

8 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


cukup melimpah dikebun-kebun milik masyarakat (2) peningkatan produksi pangan, terutama
adat,dapat ditanam dengan mudah, tanpa beras, ke depan akan semakin sulit; (3)
membutuhkan perawatan dan media tanaman permintaan pangan akan terus meningkat
yang harus dimodifikasi dengan teknologi sebagai dampak dari peningkatan jumlah
pertanian yang canggih, menjadi kekuatan penduduk dan perubahan struktur penduduk ke
surplus pangan, jika diterapkan secara serius arah penduduk usia produktif serta sebagai
oleh pemerintah berdasarkan karakteristik dampak pertumbuhan ekonomi; (4) kekayaan
wilayah dan budaya pangan nusantara Keanekaragaman Hayati dan Potensi Produksi
(Tehupeiory, 2020). Pangan Lokal yang memungkinkan untuk
melakukan diversifikasi produksi dan konsumsi
Diversifikasi Konsumsi Pangan Lokal pangan.
Diversifikasi pangan lokal dapat ditempuh
Diversifikasi pangan merupakan upaya melalui, (a) pengembangan diversifikasi pangan
penting untuk menghindari ketergantungan lokal berbasis kearifan lokal dan berfokus pada
masyarakat pada suatu kelompok pangan satu produk pangan, (b) pemanfaatan pangan
tertentu. Diversifikasi pangan mencakup dimensi lokal secara masif misalnya, ubi kayu, sagu,
gizi dan juga ketahanan pangan. Dalam aspek pisang, jagung, kentang, sorgum dan lainnya, (c)
gizi, diversifikasi pangan berarti adanya utilisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan marjinal
pangan yang memenuhi kebutuhan dan melalui program pekarangan pangan lestari
kecukupan gizi untuk hidup sehat dan produktif; (Fatamorgana, 2020).Faktor yang secara
sedangkan, dalam dimensi ketahanan pangan, langsung maupun tidak langsung menjadi
diversifikasi pangan berarti ketidak tergantungan kekuatan pengembangan diversifikasi pangan
pada pangan utama dimana hal ini bisa yaitu: (1) potensi lahansubur masih banyak, (2)
membawa pada kerentanan ketahanan pangan masih tersedia lahankering dan marginal, (3)
(Astuti et al., 2015). produksi pangan lokal meningkat, (4) harga
Diversifikasi pangan yang dimaksudkan pangan cenderung meningkat, (5) ragam jenis
bukan untuk menggantikan beras sepenuhnya, pangan lokal banyak,dan (6) adanya ragam
namun mengubah dan memperbaiki pola pengolahan pangan lokal spesifik wilayah
konsumsi masyarakat supayalebih beragam (Hardono, 2014).
jenis pangan denganmutu gizi yang lebih baik. Diversifikasi konsumsi pangan lokal sangat
Diversifikasi produksi pangan dilakukan dengan berperan dalam kaitannya dengan aspek gizi,
meningkatkan produksi pangan pokok dengan kesehatan, dan kualitas sumber daya manusia,
bahan dasar yang lebih bermacam-macam, baik menyangkut pertumbuhan fisik,
misalnya dengan memproduksi makanan pokok perkembangan mental, kecerdasan, maupun
dengan berbahan pangan lokal (Hariyadi, 2010). produktivitas kerja.Diversifikasi konsumsi pangan
Masalah yang masih menjadi kendala dalam lokal merupakan beranekaragamnya jenis
mengembangkan diversifikasi konsumsi pangan pangan yang dikonsumsi penduduk mencakup
selain terletak pada dukungan produksi aneka pangan sumber energi dan zat gizi lain sehingga
pangan dalam negeri, juga terletak pada memenuhi kebutuhan akan pangan dan zat gizi
pemahaman mengenai gizi oleh masyarakat, yang seimbang, baik ditinjau dari segi kualitas
tingkat pendapatan masyarakat, dan tak kalah maupun kuantitasnya.Diversifikasi konsumsi
pentingnya adalah masalah budaya.Tingginya pangan juga harus diimbangi dengan diversifikasi
penghargaan masyarakat terhadap beras sangat produksi pangan dan diversifikasi ketersediaan
bertolak belakang dengan pandangan terhadap pangan. (Satmalawati dan Falo, 2016).
pangan pokok lokal tradisional sumber Diversifikasi konsumsi pangan lokal disamping
karbohidrat yang lainseperti singkong, jagung merupakan implementasi dari pola konsumsi
dan sagu, yang diposisikan sebagai bahan pangan lokal dalam menu makanan sehari-hari,
pangan inferior (Hanafie, 2010). juga dapat diartikan sebagai kemampuan
Empat perspektif perlunya mewujudkan meminimalkan konsumsi pangan lokal tertentu
percepatan diversifikasi pangan menurut Ariani terutama pada masa-masa sulit. Yang lebih
dan Pitono (2013), yaitu: (1) sebagai komitmen penting adalah mengangkat citra pangan pokok
Indonesia untuk menurunkan prevalensi rawan lokal tradisional agar dapat bersaing dan
pangan/ kelaparan sesuai kesepakatan MDGs; bersanding dengan beras.

Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Mendukung Ketahanan Pangan


Pada Masa Pandemi Covid-19 | Yennita Sihombing 9
Strategi Diversifikasi Pangan Lokal DAFTAR PUSTAKA

Upaya yang dilakukan untuk pengembangan Abdullah, S. 2020. Ancaman rawan pangan di
diversifikasi pangan dilakukan dengan tengah pandemi Covid-19. https://
memanfaatkan potensi lahan dan kebiasaan kedaulatan pangan.org/ancaman-rawan-
mengkonsumsi pangan lokal di masyarakat, pangan-di-tengah-pandemi-covid-19/.
sebagai berikut: (1) memanfaatkan potensi lahan Diakses 21 Januari 2021.
dan kebiasaan mengkonsumsi pangan lokal
Alfiky, A.,Kaule,G., and Salheen, M. 2012.
untuk mendukung penekanan diversifikasi
Agriculture fragmentation of the nile delta; a
pangan dalam UU Pangan; (2) memanfaatkan
modeling apporoach to measuring agri-
potensi lahan dan kebiasaan mengkonsumsi
cultural land deterioration in Egyptian Nile
pangan lokal dalam rangka mengantisipasi
Delta. Procedia Environmental Sciences, 14,
merebaknya rumah makan dengan pangan
79-97. https://Doi.Org/10.1016/j.Proenv.,
modern/ import; (3) meningkatkan kebijakan
n.d..Diakses 21 Januari 2021.
produksi dan industri pangan lokal dalam rangka
mendukung penekanan diversifikasi pangan Anonimous. 2020. Ketahanan pangan Indonesia
dalam UU Pangan; (4) meningkatkan kebijakan di masa pandemi. https://www.umy.ac.id/
produksi dan industri pangan lokal agar mampu ketahanan-pangan-indonesia-di-masa-
mengantisipasi merebaknya rumah makan pandemi.html.Diakses 21 Januari 2021.
dengan pangan modern/import (Hardono, 2014). Anonimous. 2020. Gerakan ketahanan pangan
pada masa pandemi Covid-19. http://
pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/
KESIMPULAN covid-19/program-kegiatan/367-gerakan-
ketahanan-pangan-pada-masa-pandemi-
Seiring dengan menguatnya adopsi dan covid-19.Diakses 21 Januari 2021.
praktik budaya pangan nasional dan global oleh
masyarakat Indonesia, budaya pangan lokal Ariani M. 2010. Diversifikasi pangan
yang telah lama dipraktikkan oleh masyarakat pokokmendukung swasembada beras.
tidak hilang begitu saja.Masyarakat Indonesia ProsidingPekan Serealia Nasional. ISBN:
memiliki traditional food system yang diwariskan 978-979-8940-29-3.
dari generasi kegenerasi di berbagai daerah.Hal Ariani, M. dan J. Pitono. 2013. Diversifikasi
ini ditandai oleh masih adanya produksi, distribusi konsumsi pangan: kinerja dan perspektif ke
dan konsumsi pangan lokal, meskipun dalam depan. hal. 216-245. Dalam M. Ariani, K.
skala dan praktiknya yang terbatas. Suradisastra, N.S. Saad, R. Hendayana, dan
Potensi ketersediaan pangan lokal Indo- E. Pasandaran (Eds.). Diversifikasi Pangan
nesia memang sangat melimpah. Namun dan Transformasi Pembangunan Pertanian.
demikian, hingga saat ini kontribusinya dalam Badan Penelitian dan Pengembangan
mendukung ketahanan pangan masih sangat Pertanian. IAARD Press. Jakarta.
rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh
kurangnya inovasi teknologi terhadap produk Ariani, M. 2016. Pergeseran konsumsi pangan
pangan lokal tersebut sehingga produk yang lokal, suatu keprihatinan. dalam pangan
dihasilkan belum mampu menarik minat konsu- lokal: budaya, potensi dan prospek
men pangan di Indonesia. Untuk itu, diversifikasi pengembangan. Jakarta: IAARD Press.
pangan lokal yang meliputi inovasi teknologi Astuti, R.D., Sujarwo dan K. Hidayat. 2015. Peran
produk pangan lokal mutlak harus dilakukan, kelembagaan lokal dalampengembangan
bukan saja terhadap aspek mutu, gizi, dan diversifikasi pangan. Agrise, 15(3):136-146.
keamanan, tetapi yang tidak kalah penting juga
harus menyentuh aspek preferensi konsumen. Badan Ketahanan Pangan. 2012. Direktori
Khususnya di bidang keanekaragaman pangan, pengembangan konsumsi pangan. Badan
diversifikasi pangan lokal diharapkan dapat Ketahanan Pangan. Jakarta
berperan dalam meningkatkan nilai tambah BPS. 2020. Keadaan ketenagakerjaan Indonesia
produk pangan lokal, sehingga produk pangan Februari 2020, No. 40/05/Th. XXIII, 05 Mei
lokal yang dihasilkan menarik minat konsumen. 2020. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

10 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


BPS. 2020. Pertumbuhan ekonomi Indonesia Satmalawati, E. M., dan Falo, M.2016.
Triwulan I-2020, No. 39/05/Th. XXIII, 5 Mei Diversifikasi konsumsi pangan pokok
2020. Badan Pusat Statistik. Jakarta berbasis potensi lokal dalam mewujudkan
ketahanan pangan di Kecamatan Insana
Breen, F., Coveney, J., Anne, C., and Hartwick,
Barat Kabupaten Timor Tengah Utara NTT.
P. 2018. A literaturescoping review of eating
Prosiding Semnas Hasil Penelitian “Inovasi
practices and food environments in 1 and 2
IPTEKS Perguruan Tinggi Untuk
person households in the UK, Australia
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”
andUSA, pp. 126
(pp. 250–268). Denpasar.
Dewi, G.P. dan A.M. Ginting. 2012. Antisipasi
Simatupang, P. 2012. Restorasi budaya pangan
krisis panganmelalui kebijakan diversifikasi
nusantara sebagai penopang kedaulatan
pangan. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
pangan nasional. dalam pangan lokal:
Publik, 3(1):65-78.
budaya, potensi dan prospek
Elizabeth, R. 2011. Strategipencapaian pengembangan. Jakarta: IAARD Press.
diversifikasi dankemandirian pangan: antara
Sopamena J. F, Sukesi. K, Hidayat. K, Sugiyanto.
harapandan kenyataan. IPTEK TANAMAN
2017. “Local Wisdom and Food Resilience
PANGAN, 6(2):230-242.
in Selaru Island Community Of Maluku
Fadhilah, A.2013.Kearifan lokal dalam Province”. 5 (2) :170-172.
membentuk daya pangan lokalkomunitas
Suryana, A. 2020.Pangan lokal untuk ketahanan
Molamahu Pulubala Gorontalo. Al-
pangan dan gizi masyarakat pada masa
Turâa,19(1):23-37
pandemi Covid-19. http://pse.litbang.
Fatamorgana, P.B. 2020. Ketahanan pangan di pertanian.go.id/ind/index.php/covid-19/opini/
masa pandemi Covid-19. https:// 417-pangan-lokal-untuk-ketahanan-pangan-
infokes.dinus.ac.id/2020/11/10/ketahanan- dan-gizi-masyarakat-pada-masa-pandemi-
pa n g a n - d i - m a s a - pa n d e m i - c o v i d - 1 9 / . covid-19#!/ccomment.Diakses 9 Februari
Diakses 9Februari 2021. 2021.
Hanafie, R. 2010. Peran pangan pokok lokal Tehupeiory, A. 2020. Kearifan lokal masyarakat
tradisionaldalam diversifikasi konsumsi hukum adatdi pulau Ambon (Maluku)dalam
pangan. J-SEP, 4(2):1-7. mewujudkan kedaulatan pangan dimasa
Hardono, G. S. 2014. Strategipengembangan pandemi (Covid-19). Buku Kearifan Lokal
diversifikasi panganlokal.Jurnal Analisis Masyarakat Hukum Adat dalam Mewujudkan
Kebijakan Pertanian, 12(1):1-17. Kedaulatan Pangan di tengah Pandemi
Covid-19. Lembaga Studi Hukum Indonesia.
Hariyadi, P. 2010. Penguatan industri penghasil ISBN.978-623-94988-1-8. Jakarta. Hal. 399-
nilai tambah berbasis potensi lokal: peranan 420.
teknologi pangan untuk kemandirian
pangan. Jurnal PANGAN, 19(4):295-301. Thenu. S. F. W. 2013 “Model pengembangan
agribisnis jagung untuk mendukung
Indiako, M.I.S.D.V. R.H.Ismono dan A. ketahanan pangan berbasis gugus pulau di
Soelaiman. 2014. Studi perbandingan pola Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi
alokasi lahan, pengeluaran berasdan pola Maluku”. Disertasi. Bogor : Institut Pertanian
konsumsi pangan antara petani ubi kayu di Bogor.
desa pelaksanadan non pelaksana program
MP3L di Kabupaten Lampung Selatan. Umanailo, M.C.B. 2018. Ketahanan pangan lokal
JIIA,2(4):331-336. dan diversifikasi konsumsi masyarakat: Studi
pada Masyarakat Desa Waimangit
Nusifera, S. 2013.Mencapai ketahanan pangan Kabupaten Buru. Jurnal Sosial-Ekonomi
melalui diversifikasi dan eksplorasi pangan Pertanian dan Agribisnis, 12(1):63-74.
alternatif. https://www.unja.ac.id/2013/04/11/
mencapai-ketahanan-pangan-melalui- Wahid, M. A. 2014. Kearifan lokal (local wisdom)
diversifikasi-dan-eksplorasi-pangan- dan ketahanan pangan. Skripsi. Universitas
alternatif/. Diakses 21 Januari 2021. Padjajaran.

Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Mendukung Ketahanan Pangan


Pada Masa Pandemi Covid-19 | Yennita Sihombing 11
Wandik, W. 2020. Ketahanan pangan dimasa ketahanan pangan:kasus Desa Bahoi dan
pandemi.https://kabarpapua.co/bupati- Bulutui di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
puncak-pastikan-ketahanan-pangan-di- Masyarakat dan Budaya, 15(1):97-130.
tengah-pandemi-melimpah/. Diakses 9
Wulandani, B.R.D. dan Wiwin, A. 2020. Food
Februari 2021.
estate sebagai ketahanan pangan di tengah
Warsilah H. 2011. Penerapan kebijakan pandemi Covid-19 di Desa Wanasaba.
ketahanan pangan bagi pencapaian Jurnal Pengabdian Masyarakat
kedaulatan pangan. Makalah disampaikan Berkemajuan, 4(1):386-390.
pada KIPNAS Tahun 2011 Diselenggarakan
Yuliatmoko, W. 2011. Inovasi teknologi produk
oleh LIPI, di Hotel Bidakara, Jakarta.
pangan lokal untuk percepatan ketahanan
Warsilah H. 2013. Peran food habits masyarakat pangan. Prosiding.Seminar Nasional
perdesaan pesisir dalam mendukung FMIPA-UT 2011.

12 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


KARAKTER MORFOLOGI DAN POTENSI PISANG LOKA JONJO (Musa acuminata)
ENDEMIK SULAWESI BARAT

Muhtar1, Marthen P. Sirappa,2 dan Ketut Indrayana3

1.2,3)
Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat
Kompleks Perkantoran Gubernur Sulawesi Barat
Jln. Abdul Malik Pattana Endang, Mamuju 91552
E-mail: yuttamukhty@gmail.com

Submitted date : 20 Januari 2021 Approved date : 25 Pebruari 2021

ABSTRACT

Morphological Characteristics and Potency Banana Loka Jonjo (Musa acuminata)


Endemic to West Sulawesi

Banana loka Jonjo is one of the local genetic resources of West Sulawesi Province potential to be utilized
as a source of nutrition, so it needs to be characterized and developed its potential. This study aims were to
determine the morphological characteristics and potency of banana loka Jonjo in West Sulawesi. Observation
was done by survey method and interview with farmer followed by characterization using guide of banana
descriptor. The results showed that banana loka Jonjo was only found in one location, that was in Padang Baka
hamlet, Rimuku village, Mamuju sub district, Mamuju district. Morpholocically banana loka Jonjo almost similar
to banana loka Pere in terms of having long flat leaf shape, upright leaves, symmetrical leaf shape, spiky
rounded heart shape, reddish purple outer heart color, heart position at the end of the stem and the shape of
fruit bunches facing upwards. Loka Jonjo is usually consumed as fresh fruit (table fruit), can also be used as a
processed banana.

Keywords: Loka jonjo; local banana, endemic, morphological character, potential, West Sulawesi

ABSTRAK

Pisang loka Jonjo merupakan salah satu sumber daya genetik lokal Provinsi Sulawesi Barat yang berpotensi
untuk dimanfaatkan sebagai sumber gizi, sehingga perlu dikarakterisasi dan dikembangkan potensinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi dan potensi pisang loka Jonjo di Sulawesi Barat.
Pengamatan dilakukan dengan metode survei dan wawancara dengan petani dilanjutkan dengan karakterisasi
menggunakan panduan deskriptor pisang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pisang Jonjo hanya ditemukan
di satu lokasi yaitu di Dusun Padang Baka, Desa Rimuku, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju. Secara
morfologi karakter pisang loka Jonjo mirip pisang loka Pere yaitu dengan bentuk daun panjang pipih, daun
tegak, letak daun simetris, bentuk jantung bulat lonjong runcing, warna jantung bagian luar ungu kemerahan,
kedudukan jantung di ujung batang dan bentuk tandan buah menghadap keatas. Pisang loka jonjo biasa
dikonsumsi sebagai buah segar (pisang meja), juga dapat dijadikan sebagai pisang olahan.

Kata kunci: Loka jonjo, pisang lokal, endemik, karakter morfologi, potensi, Sulawesi Barat

PENDAHULUAN berada di Indonesia di antara 71 jenis pisang di


dunia dan dua jenis diantaranya, yaitu Musa
Indonesia merupakan pusat keanekara- acuminata Colla dan Musa balbisiana Colla
gaman pisang, sehingga jumlah pisang liar dan merupakan nenek moyang pisang budidaya
pisang budidaya melimpah dan tersebar di (Simmonds, 1962; Nasution, 1991; Daniells,
seluruh wilayah Indonesia. Setidaknya 12 jenis 1995; Nasution dan Yamada, 2001; Poerba,

Karakter Morfologi dan Potensi Pisang Loka Jonjo (Musa acuminata)


Endemik Sulawesi Barat | Muhtar, dkk. 13
et.al., 2016). Di Indonesia terdapat kurang lebih Kegiatan inventarisasi dan karakterisasi
230 jenis pisang khas lokal (Prabawati, 2008), perlu dilakukan untuk mencari ciri spesifik yang
beberapa keragaman pisang antara lain pisang dimiliki oleh tumbuhan yang digunakan untuk
barangan yang berasal dari Provinsi Sulawesi membedakan di antara jenis dan antar individu
Selatan dan Sumatra, pisang mas, ambon lumut, dalam satu jenis suatu tumbuhan (Chaerani et
pisang kapas (Jawa Barat), pisang kayu biasa al, 2011). Hasil inventarisasi dan karakterisasi
(Jawa Timur) pisang ambon mandar (Bengkulu), merupakan modal untuk dipergunakan dalam
pisang Tongkat (Maluku), pisang jarum dan kegiatan penyusunan program pemuliaan,
pisang takut api (Papua), pisang talas dan pisang maupun di dalam penyediaan bahan industri
telunjuk (Kalimantan Selatan), pisang madu yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
(Kalimantan Tengah), serta pisang raja yang Perbedaan karakter antar varietas dapat
ditemukan hampir seluruh wilayah Indonesia dilihat dari penampilan tanaman seperti batang,
(Poerba, et.al. 2016). daun, bunga dan buah. Sifat atau karakter
Indonesia juga memiliki lebih dari 200 kul- tersebut dapat dijadikan modal dalam perbaikan
tivar pisang lokal yang belum mengalami sifat genetik tanaman (Rais, 2004). Dengan
pemuliaan atau perbaikan (Nasution, 1991; mengembangkan potensi pisang lokal, maka
Poerba, et.al. 2016), sementara jenis pisang bukan hanya dapat meningkatkan kualitas pisang
yang telah terdokumentasi terdiri atas 42 aksesi dan menjadikan pisang lebih bernilai ekonomi,
pisang liar atau lokal, 139 aksesi pisang budidaya tetapi juga dapat mempertahankan eksistensi
dan 10 aksesi pisang hasil pemuliaan (Poerba, pisang lokal Sulawesi Barat sehingga terhindar
et.al. 2016), Menurut Sulistyaningsih (2013) dari kepunahan (Ismail, 2015)
bahwa diduga masih banyak spesies pisang lokal Permasalahan yang dihadapi adalah belum
yang belum teridentifikasi dan terdokumentasi adanya inovasi teknologi budidaya pisang lokal
dengan baik. sehingga produktivitas belum maksimal. Agar
Pisang lokal di Indonesia tersebar luas mulai sumber daya genetik di daerah tersebut tidak
dari Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, punah, maka perlu penanganan khusus oleh
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Pulau semua pihak dan perhatian dari pemerintah
Sulawesi mempunyai biogeografi yang unik setempat. Penelitian ini bertujuan untuk
karena pulau ini terletak di kawasan Wallacea, melakukan karakterisasi morfologi pisang loka
yaitu suatu kawasan persebaran peralihan antara Jonjo dan potensi pengembangannya serta
benua Asia dan Australia. Selain itu, Sulawesi pemanfaatannya oleh masyarakat Kabupaten
diketahui pula mempunyai flora dan fauna Mamuju Sulawesi Barat.
endemik yang cukup banyak (Mittermeier et al
1999; Sulistyaningsih, 2013). Jenis dan
infraspesifik dari marga Musa yang dilaporkan METODOLOGI
endemik di Pulau Sulawesi adalah M. celebica
Warb. dan M. acuminata Colla var. tomentosa Penelitian dilaksanakan pada tahun 2015 –
(K.Sch.) Nasution (Nasution & Yamada 2001; 2016 di enam Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat
Nasution, 1991; L.D. Sulistyaningsih, 2013). yaitu Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju,
Salah satu Provinsi di Pulau Sulawesi yang Mamuju Tengah, Mamuju Utara dan Polewali
memiliki sumber daya genetik khas dan memiliki Mandar. Kegiatan karakterisasi dan inventarisasi
potensi tinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat. dilakukan dengan metode survei, yaitu menga-
Sumber daya genetik yang ditemukan dan patut mati beberapa varietas pisang lokal dengan
dikembangkan di daerah ini adalah pisang lokal memfokuskan pada varietas pisang loka Jonjo
yang diberi nama pisang loka Jonjo yang ditemu- serta wawancara langsung dengan petani me-
kan di Kabupaten Mamuju. Jenis pisang ini memi- ngenai pemanfaatannya. Tanaman pisang lokal
liki keunggulan dibandingkan dengan pisang yang diinventarisasi berasal dari pekarangan dan
tanduk dan pisang kepok yaitu rasanya manis luar pekarangan serta di kebun koleksi.
dan ukuran cukup besar. Pisang ini juga dapat Pengambilan contoh mengacu pada metode
dikonsumsi dalam bentuk buah segar, digoreng Hawkes (1980) yaitu apabila populasi tanaman
atau direbus dan daunnya dijadikan sebagai banyak, maka dilakukan secara acak tetapi bila
pembungkus aneka makanan olahan dan peng- populasinya terbatas maka pengambilan contoh
ganti piring saat makan (Sirappa et al., 2016). diambil dari tanaman yang dijumpai di lapang.

14 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Karakterisasi dilakukan terhadap karakter Tabel 1. Karakter Batang Pisang loka Jonjo
morfologi menggunakan buku panduan
Descriptor of Banana dari IPGRI (1996) meliputi Uraian Karakter Morfologi
tinggi tanaman (cm), lingkar batang (cm), jumlah
Tinggi tanaman 2,1 – 2,9 meter
anakan, warna batang, panjang daun (cm), lebar
Ketegakan batang Tegak
daun (cm), jumlah daun, warna daun, susunan Bentuk batang bulat
daun, warna tepi tangkai daun, bentuk jantung, Warna batang Hijau Gelap
warna jantung, kedudukan jantung, panjang buah Warna pangkal batang Hijau Tua
(cm), lingkar buah (cm), warna buah matang, Lingkar batang 42 - 60 cm
jumlah sisir/tandan dan jumlah buah/sisir. Jumlah anakan 2-3
Analisis data dilakukan dengan mengum- Lebar tajuk 2-3m
pulkan dan tabulasi secara sistematis, selan-
jutnya data hasil tabulasi tersebut dianalisis
secara deskriptif sesuai dengan karakteristik dan Karakteristik morfologi daun loka Jonjo
morfologi. menunjukkan beberapa perbedaan dengan
pisang mas jarum di Sulawesi Utara terutama
karakter bentuk pangkal daun, warna daun
HASIL DAN PEMBAHASAN bagian bawah dan jumlah daun (Rembang dan
Sondakh, 2015), akan tetapi memiliki kemiripan
dengan pisang loka pere dalam hal karakter
Hasil Inventarisasi bentuk daun, jumlah daun, letak daun, bentuk
pangkal daun, susunan daun, letak daun dan
Hasil survei menunjukkan bahwa pisang warna tulang daun. Menurut Tjitrosoepomo
loka jonjo hanya ditemukan di Dusun Padang (2007) karakterisasi kualitatif morfologi warna
Baka, Desa Rimuku, Kecamatan Mamuju, daun bervariasi dan umumnya berwarna hijau.
Kabupaten Mamuju pada posisi -2,70331 BT dan Warna daun suatu tumbuhan dapat berubah
118,90452 LS dengan ketinggian 343 - 349 m menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat
dpl. Keberadaan loka Jonjo saat ini jarang dibudi- sekali hubungannya dengan persediaan air dan
dayakan oleh petani lokal dan dikhawatirkan makanan serta penyinaran matahari. Deskripsi
akan mengalami kepunahan. Pisang ini ditemu- morfologi daun pisang loka Jonjo secara rinci
kan ditanam di lahan kebun petani seluas 0,25 tertera pada Tabel 2.
ha di daerah pegunungan jauh dari pemukiman. Dari karakter bentuk jantung, warna jantung
Populasi tanaman ini tidak banyak, sekitar 12 bagian luar, warna jantung bagian dalam,
rumpun yang diusahakan oleh hanya satu petani. kedudukan jantung dan bentuk tandan buah
menunjukkan kesamaan dengan pisang loka
Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang Loka pere, akan tetapi untuk karakter warna buah
Jonjo mentah berbeda yaitu loka pere berwarna hijau

Karakterisasi morfologi merupakan proses Tabel 2. Deskripsi Morfologi Daun Pisang loka Jonjo
mencari ciri spesifik yang dimiliki oleh tumbuhan
yang digunakan untuk membedakan diantara Uraian Karakteristik
jenis dan antar individu dalam satu jenis suatu
tumbuhan. Jenis pisang loka Jonjo memiliki Bentuk daun Panjang pipih
karakter yang sama dengan pisang loka pere Jumlah daun 5-7
(Heryanto dan Sirappa, 2016), yaitu tinggi Panjang daun 265 cm
Lebar daun < 70 cm
tanaman dan ketegakan batang dimana pisang
Ketegakan daun tegak
loka Jonjo dan pisang loka pere yang berasal Warna tepi tangkai daun Ungu kemerahan
dari Kabupaten Majene sama-sama memiliki Bentuk pangkal daun Meruncing keduanya
tinggi lebih dari 2 meter. Jenis pisang ini Warna daun bagian atas hijau
dikatakan normal karena memiliki tinggi lebih dari Warna daun bagian bawah Kuning kehijauan
1 meter. Secara rinci deskripsi karakter morfologi Susunan daun Selang seling
batang tanaman pisang loka Jonjo dapat dilihat Letak daun Simetris
pada Tabel 1. Warna tulang daun Hijau terang

Karakter Morfologi dan Potensi Pisang Loka Jonjo (Musa acuminata)


Endemik Sulawesi Barat | Muhtar, dkk. 15
sementara loka Jonjo berwarna hijau terang, yaitu bulat, melengkung dan bagian dalam lancip
warna buah matang juga menunjukkan sedangkan loka pere bulat, lurus dan bagian
perbedaan yaitu loka pere berwarna kuning ujung lancip. Karakteristik morfologi dan
terang sementara loka Jonjo berwarna kuning penampilan pisang loka Jonjo disajikan pada
(Heryanto dan Sirappa, 2016). Selain itu bentuk Tabel 3, Gambar 1 dan 2.
buah loka Jonjo unik berbeda dengan loka pere

Tabel 3. Karakterisasi Morfologi Jantung dan Buah Pisang loka Jonjo

Uraian Karakter Morfologi

Bentuk jantung Bulat lonjong runcing (Pisau bedah)


Warna jantung bagian luar Ungu kemerahan
Warna jantung bagian dalam Putih kekuningan
Kedudukan jantung Ujung batang
Bentuk buah Bulat, melengkung dan bagian dalam lancip
Panjang buah 14-15 cm
Lingkar buah 13,8 cm
Diameter Buah 4-4 cm
Warna buah mentah hijau muda
Warna buah matang kuning terang
Warna daging buah mentah krem
Warna daging buah matang kuning
Ketebalan kulit buah Tebal
Bentuk Tandan Buah Menghadap keatas
Rasa Manis
Jumlah sisir/tandan 5-8
Jumlah buah/sisir 16 - 18

Gambar 1. Penampilan tanaman dan bentuk jantung pisang loka Jonjo

Gambar 2. Penampilan bentuk buah pisang loka Jonjo

16 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Potensi dan Keunggulan Pisang loka Jonjo UCAPAN TERIMA KASIH

Pisang merupakan komoditi tanaman Ucapan terima kasih disampaikan kepada


hortikultura yang digemari oleh masyarakat dan Tajuddin, Sulle Robertus, Abdullah, Muhammad
hampir ditemukan di setiap daerah karena tidak Ricky dan Chicilia Iriani Rayo sebagai teknisi
sulit untuk dibudidayakan, sebab tanaman ini litkayasa dari BPTP Sulawesi Barat yang telah
dalam perawatannya tidak memerlukan banyak membantu selama pelaksanaan kegiatan
pupuk dan dapat tumbuh atau toleran dalam penelitian ini. Penelitian ini didanai oleh DIPA
lingkungan tropis termasuk Indonesia. Pisang BPTP Sulawesi Barat tahun 2015 – 2016.
termasuk komoditas yang mempunyai nilai
ekonomi cukup tinggi sehingga dapat
memberikan pendapatan yang cukup tinggi bagi DAFTAR ACUAN
masyarakat. Selain itu, pisang juga memiliki
banyak macam dan rasa yang beragam sehingga Chaerani., Hidayatun, N. dan Utami, D.W., 2011.
dapat digunakan sebagai pisang meja yaitu dapat Keragaman Genetik 50 Aksesi Plasma
dikonsumsi dalam bentuk buah segar maupun Nutfah Kedelai Berdasarkan 10 Penanda
dijadikan sebagai pisang olahan, digoreng atau Mikrosatelit. Jurnal Agro Biogen Vol. 7 No.
direbus dan daunnya dijadikan sebagai 2, Balai Besar Penelitian dan
pembungkus aneka makanan olahan dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber
pengganti piring saat makan serta memiliki Daya Genetik Pertanian.
kandungan gizi yang tinggi untuk menyehatkan
Daniells, J., 1995. Illustrated guide to the
tubuh.
identification of banana varieties in the south
Provinsi Sulawesi Barat memiliki tingkat
pacific. Canberra: ACIAR.
keragaan agroekosistem yang tinggi, salah
satunya adalah pisang lokal loka Jonjo yang jika Hawkes, J. G., 1980., Crop Genetic Resource
dikelola dengan baik pisang ini dapat Field Collection Manual. Dept. of Plant
dimanfaatkan sebagai sumber daya genetik khas Biology. Univ. of Brimingham, England.
Sulawesi Barat dan pemenuhan kebutuhan Heryanto, R. dan Sirappa, M.P., 2016. Potensi
pangan bagi petani dan masyarakat umum
Sumber Daya Genetik Pisang “Loka Pere’’
karena selain rasanya yang manis, ukuran buah
Sulawesi Barat. Kompleks Perkantoran
besar serta penampilan unik dan menarik, pisang
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat : Loka
ini juga dapat dijadikan sebagai pisang meja atau
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
dikonsumsi sebagai pisang olahan seperti pisang
Barat.
rebus diberi santan (palu butung), pisang ijo dan
pisang yang dikeringkan lalu digoreng. IPGRI-INIBAP/CIRAD., 1996. Disciptiors for
Banana (Musa spp.). International Plant
Genetic resources Institute. Rome, Italy
KESIMPULAN Ismail, A. 2015. Potensi Pisang Lokal Jawa Barat
Sangat Bangus. http://www.unpad.ac.id/
Pisang Loka Jonjo memiliki karakter profil/ade-ismail-sp-mp-potensi-pisang-
morfologi yang khas dari daerah Sulawesi Barat lokal-jawa-barat-sangat-bagus/. Diakses
mirip dengan pisang pere. Pisang loka Jonjo pada tanggal 20 Oktober 2017.
hanya ditemukan pada satu kebun petani di
Dusun Padang Baka, Desa Rimuku, Kecamatan Mittermeier, R.A., Myers, N., Gil, P.R., &
Mamuju, Kabupaten Mamuju. Pisang ini Mittermeier, C.G., 1999. Hot spot earth’s
merupakan sumber daya genetik khas Sulawesi biologically riches and most endengared
Barat, sebagai pisang meja maupun diolah terrestrial ecoregions. Japan. Toppan.
secara sederhana sebelum dikonsumsi. Potensi Nasution, R., 1991. A taxonomic study of the
pisang harus dikembangkan sebagai sumber gizi Musa acuminata Colla with its intraspecific
dan pisang olahan serta perlu dilestarikan taxa in Indonesia. Memoirs of the Tokyo
sebagai sumber daya hayati lokal Sulawesi University of Agriculture Vol 32, pp. 1 – 122.
Barat.

Karakter Morfologi dan Potensi Pisang Loka Jonjo (Musa acuminata)


Endemik Sulawesi Barat | Muhtar, dkk. 17
Nasution, R. E., dan Yamada, I. 2001. Pisang- Rembang, J. H. W., dan Sondakh, J.O.M., 2014.
pisang liar di Indonesia. Bogor: Puslitbang Karakterisasi Pisang Lokal Mas Jarum Dan
Biologi LIPI. Goroho Di Kebun Koleksi Sumber Daya
Genetik Tanaman Sulawesi Utara. Prosiding
Poerba, Y. S., Witjaksono., Martanti, D.,
Seminar Nasional Sumber Daya Genetik
Handayani, T., dan Herlina., 2016. Katalog
Pertanian.
Pisang Koleksi Kebun Plasma Nutfah
Pisang. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Simmonds, N., 1962. The Evolution of the
Ilmu Pengetahuan Indonesia. LIPI Press. Bananas. London: Longman ltd.
Jakarta.
Sirappa, M.P., Syamsuddin, Heryanto, R.,
Prabawati, S., Suyanti dan Setyabudi, D.A., Muhtar, dan Indrayana, K., 2016.
2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tanaman
Pengolahan. Balai Besar Penelitian dan Spesifik Provinsi Sulawesi Barat. Loka
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Badan Penelitian dan Pengembangan Barat, Mamuju.
Pertanian
Sulistyaningsih, L. D., 2013. Pisang-pisangan
Rais, S.A., 2004. Eksplorasi Plasma Nutfah (Musaceae) di Gunung Watuwila dan daerah
Tanaman Pangan di Provinsi Kalimantan sekitarnya. Floribunda
Barat. Buletin Plasma Nutfah Vol. 10 No. 1.
Tjitrosoepomo, G., 2007. Morfologi Tumbuhan.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Pertanian. Departemen Pertanian.
266 P. Edisi ke-14.

18 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL SERTA POLA PANEN DUA VARIETAS
CABAI LOKAL DI DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN

I Nyoman Adijaya

Peneliti Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali


Jln. By Pass Ngurah Rai Pesanggran Denpasar,Tlp. (0361) 720498
E-mail: n_adijaya@yahoo.com

Submitted date : 8 Pebruari 2021 Approved date : 15 Maret 2021

ABSTRACT

Diversity of Growth and Results and Harvest Pattern of Two Local Chili Varieties
in Antapan Village, Sub-District Baturiti, Tabanan Districts

The research was carried out at Labak Lestari Farmer Group in Antapan Village, Baturiti District, Tabanan
Regency from May 2020 - January 2021. The study used two local varieties of small chilies, namely Local
Antapan and Local Klungkung, each 4 plots per variety with populations of 100 plants/plot on 2 farmers so
there are 16 plots. Plants were planted at a spacing of 60 cm x 40 cm on a 1.0 m wide mound using black silver
plastic mulch. The area of each plot in the treatment was 20 m x 1 m (20 m2) or 100 plants. Observations were
made on the components of plant growth, namely plant height, number of leaves and number of branches,
while for yield components observed the number of fruits, fruit weight, average weight per fruit, fruit diameter
and yield per plot. Red picking is done every 7 days. Agronomic data were analyzed by t-test. The analysis
showed that the local Antapan chili variety had advantages in fruit size such as fruit length, fruit diameter and
weight/fruit which were higher than the local Klungkung variety. Klungkung local variety has significantly higher
productivity (370.0 g/plant) than the local Antapan variety (325.50 g/plant). The higher productivity of Klungkung
local chili variety is supported by higher growth components such as plant height, number of leaves and number
of branches so that they produce more fruit than the local Antapan variety. The peak yield of the two local
varieties tested occurred at the 6-8th harvest with a harvest span of 119 days.

Keywords: Performance, growth, yield, two local varieties of chili

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Labak Lestari Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan dari Mei 2020 - Januari 2021. Kajian menggunakan dua varietas lokal cabai kecil yaitu Lokal Antapan
dan Lokal Klungkung masing-masing 4 petak per varietas dengan populasi 100 tanaman/petak pada 2 orang
petani sehingga terdapat 16 petak. Tanaman ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm pada guludan dengan
lebar 1,0 m menggunakan mulsa plastik hitam perak. Luas masing-masing petak dalam perlakuan yaitu 20 m
x 1 m (20 m2) atau 100 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan tanaman yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang, sedangkan untuk komponen hasil diamati jumlah buah per
tanaman, berat buah per tanaman, rata-rata berat per buah, diameter buah serta hasil per petak. Panen petik
merah dilakukan setiap 7 hari sekali. Data agronomis dianalisis dengan t-test. Hasil analisis menunjukkan
cabai varietas lokal Antapan memiliki keunggulan dalam ukuran buah seperti panjang buah, diameter buah
dan berat/buah yang lebih tinggi dibandingkan varietas lokal Klungkung. Cabai varietas lokal Klungkung memilik
produktivitas nyata lebih tinggi (370,0 g/tan) dibandingkan varietas lokal Antapan (325,50 g/tan). Produktivitas
cabai varietas lokal Klungkung yang lebih tinggi didukung komponen pertumbuhan seperti tinggi tanaman,
jumlah daun dan jumlah cabang sehingga menghasilkan jumlah buah lebih banyak dibandingkan varietas lokal
Antapan. Puncak panen kedua varietas lokal yang diuji terjadi pada panen ke 6-8 dengan rentang panen 119
hari.

Kata kunci: Keragaan, pertumbuhan, hasil, dua varietas cabai lokal

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Serta Pola Panen Dua Varietas Cabai Lokal
Di Desa Antapan, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan | I Nyoman Adijaya 19
PENDAHULUAN di dataran rendah Kabupaten Klungkung dan
juga di daerah lainnya. Rinaldi et al. (2019)
Cabai merupakan salah satu komoditas menyatakan varietas lokal ini sangat
strategis nasional yang selalu mendapat mendominasi pertanaman cabai kecil di
perhatian lebih. Hal ini disebabkan karena cabai Kabupaten Klungkung. Di lokasi pendampingan
sering kali menjadi komoditas sebagai di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung
penyumbang inflasi negara. Bagi masyarakat dalam satu siklus produksi dilaporkan rata-rata
Indonesia, cabai dapat disamakan dengan produktivitasnya cabai di tingkat petani yaitu 2-3
mentega bagi bangsa Belanda (Sumarno 2011 t/ha, namun dengan penerapan PTT
dalam Sayekti dan Hilman, 2015). Soetiarso et produktivitas bisa ditingkatkan menjadi 5,92 t/ha
al. (2006) menyatakan pada umumnya budidaya (Rinaldi et al., 2000). Sedangkan Jati et al. (2019)
cabai banyak dilakukan oleh petani pada musim menyatakan produktivitas cabai kecil petani di
kemarau. Kendala produktivitas cabai juga Kabupaten Klungkung berkisar 5-6 ton/ha.
sangat dipengaruhi oleh faktor musim, sehingga Varietas cabai lokal Klungkung juga banyak
tidak jarang terjadi fluktuasi harga yang cukup dikembangkan di daerah lain di Bali. Adijaya et
tajam. Alif (2017) juga menyatakan harga cabai al. (2012) menyatakan benih lokal yang
sangat berfluktuatif. Saat perubahan musim dan dikembangkan di daerah Kabupaten Buleleng
hari raya keagamaan harga melonjak mahal Barat dulunya juga berasal dari cabai lokal
akibat pasokan yang tidak stabil. Klungkung. Berdasarkan hal tersebut maka
Cabai digunakan sebagai penyedap untuk mengetahui keragaan dan pola produksi
masakan, penyedap rasa, dan penambah selera kedua varietas lokal tersebut maka kajian ini
makan sehingga masakan tanpa cabai terasa dilakukan.
tawar dan hambar. BPS Prov. Bali (2020)
menyatakan rata-rata kebutuhan cabai per kapita
per bulan Bali rata-rata 220 gram, karena cabai METODOLOGI
merupakan salah bumbu dapur yang selalu
dibutuhkan untuk keperluan memasak. Kajian dilakukan di Kelompok Tani Labak
Mengingat pentingnya peran komoditas cabai Lestari Desa Antapan, Kecamatan Baturiti,
tersebut maka ditetapkan kawasan Kabupaten Tabanan dari Mei 2020 - Januari
pengembangan nasional salah satunya kawasan 2021. Kajian menggunakan dua varietas lokal
pengembangan cabai. Desa Antapan, cabai kecil yaitu Lokal Antapan dan Lokal
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan Bali Klungkung dengan 8 ulangan pada 2 orang
merupakan salah satu kawasan yang petani sehingga terdapat 16 petak. Tanaman
mengembangkan cabai kecil dan termasuk ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm pada
dalam kawasan pengembangan cabai guludan dengan lebar 1,0 m menggunakan
(Permentan, 2016). Di daerah ini petani mulsa plastik hitam perak. Luas masing-masing
menggunakan cabai kecil varietas lokal yang petak yaitu 20 m x 1 m (20 m2) atau 100 tanaman.
secara turun-temurun sudah dikembangkan, Teknis budidaya tanaman mengacu pada
yang dikenal dengan cabai lokal Antapan. penerapan SOP cabai kecil yang telah disusun
Varietas ini dominan dikembangkan oleh petani di daerah ini (Adijaya et al., 2019). Pengolahan
karena sudah beradaptasi baik di lokasi. Adijaya tanah dilakukan dengan mencangkul/bajak atau
et al. (2018) menyatakan dari hasil pengujian traktor, dibuat guludan dengan lebar 1,1 m dan
menunjukkan varietas lokal Antapan memiliki panjang 20 m dengan lebar selokan 0,7 m.
adaptasi dan ketahanan yang lebih baik Pemberian pupuk dasar dengan menggunakan
dibandingkan varietas unggul terutama terhadap pupuk kandang sapi terfermentasi sebanyak 200
ketahanan terhadap hama penyakit. Varietas kg/are, TSP 2 kg/are, KCl 1 kg/are, dolomit 1 kg/
lokal Antapan memiliki ketahanan lebih baik are. Guludan ditutup mulsa plastik hitam perak.
terhadap serangan Phytoptora dibandingkan Jarak tanam yaitu 60 cm x 40 cm. Benih
dengan varietas unggul lainnya yang diuji di dipindahkan ke lapangan umur 42 hari setelah
daerah ini. semai (hss) setelah mendapat perlakuan inducer
Selain itu di Bali juga dikenal varietas lokal bunga pukul empat (BP4) pada umur 28 hss.
yang banyak dikembangkan yaitu varietas lokal Inducer BP4 selanjutnya diberikan setelah
Klungkung. Varietas ini banyak dikembangkan tanaman berumur 14 hari setelah tanam (hst).

20 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Pemupukan pertama dilakukan 3 minggu tanaman berumur 6 bulan (180 hst) dengan
setelah tanam menggunakan pupuk NPK dosis asumsi tanaman sudah mencapai puncak
100 g + 250 ml bio urin sapi dilarutkan pada 15 pertumbuhan. Hasil analisis menunjukkan
liter air diberikan untuk luasan 100 m 2 . varietas lokal Klungkung memiliki tinggi tanaman,
Pemupukan selanjutnya dilakukan umur jumlah cabang dan jumlah daun per tanaman
tanaman 5 minggu dengan dosis yang sama. yang nyata lebih tinggi dibandingkan varietas
Pemupukan ketiga umur 7 minggu dengan dosis lokal Antapan (Tabel 1). Komponen pertumbuhan
200 g NPK + 500 ml biourin sapi dicairkan pada yang lebih tinggi mengindikasikanhabitus
15 liter air. Pemupukan selanjutnya dilakukan tanaman semakin besar. Dengan tinggi
umur 10 minggu dengan cara tugal dengan dosis tanaman, percabangan dan jumlah daun yang
5 g NPK/tanaman. Setelah pemupukan kimia ini semakin banyak maka akan berpengaruh
dilakukan pemupukan dengan biourin setiap 3 terhadap kemampuan produksi tanaman.
minggu sekali dengan dosis 2 liter biourin sapi Kemampuan tanaman untuk berfotosintesis akan
dilarutkan pada 30 liter air. Umur 3 bulan semakin tinggi dengan jumlah daun yang lebih
dilakukan pemupukan NPK dengan dosis 1 kg/ tinggi, sehingga fotosintat yang dihasilkan akan
100 m2 + bio urin 4 liter dilarutkan dalam 30 liter semakin tinggi. Evan (1975 dalam Darmawan et
air. Pemupukan berikutnya diulang setiap 1 bulan al., 2014) menyatakan meningkatnya jumlah
sekali dengan dosis yang sama. cabang primer per tanaman berpengaruh
Pengendalian OPT menggunakan terhadap jumlah bunga per tanaman. Semakin
pendekatan pengendalian hama terpadu dengan banyak jumlah cabang primer maka peluang
penerapan budidaya tanaman sehat, jumlah bunga yang muncul dari ketiak daun yang
pengamatan rutin dan penerapan komponen tumbuh pada cabang primer akan lebih banyak.
PHT seperti pengendalian mekanik, penggunaan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yellow trap serta pengendalian secara kimia Sudrajat (2008) yang mendapatkan semakin
sesuai anjuran. tinggi persentase kerusakan daun berpengaruh
Pengamatan dilakukan terhadap komponen terhadap klorofil daun dan akan diikuti oleh hasil
pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman, cabai yang semakin menurun. Lebih lanjut Li
jumlah daun dan jumlah cabang, sedangkan (2006) menyatakan klorofil berperan dalam
untuk komponen hasil diamati jumlah buah per proses fotosintesis tumbuhan dengan mengubah
tanaman, berat buah per tanaman, rata-rata berat energi cahaya dan energi kimia. Klorofil adalah
per buah, diameter buah serta hasil per petak. unsur pokok dalam fotosintesis. Ali et al. (2014)
Data agronomis selanjutnya dianalisis dengan t- menyatakan proses fotosintesis sangat tergan-
test (Kurniawan, 2008). Pola panen kedua tung pada gula yang diangkut dari daun, untuk
varietas juga diamati untuk mengetahui trend dan membawanya ke proses yang membutuhkan
rentang panen kedua varietas yang diuji. seperti pembentukan dan pematangan buah, dan
akhirnya untuk ciri organoleptik buah.
Panen pertama kedua varietas yang diuji
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak menunjukkan perbedaan. Panen pertama
dimulai pada umur tanaman 112,00 hst. Varietas
lokal Antapan memberikan komponen hasil yang
Komponen Agronomi nyata lebih tinggi dibandingkan varietas lokal
Klungkung pada komponen hasil diameter buah,
Komponen pertumbuhan yang disajikan panjang buah dan berat/buah, namun varietas
adalah komponen pertumbuhan pada saat lokal Klungkung menghasilkan rata-rata jumlah

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun dua varietas cabai lokal di Desa Antapan
Kecamatan Baturiti-Kabupaten Tabanan, Tahun 2020-2021

Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) Jumlah cabang (cabang)

Lokal Antapan 175,00 125,70 9,60


Lokal Klungkung 183,10* 160,60* 12,60*

Keterangan: * berbeda nyata

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Serta Pola Panen Dua Varietas Cabai Lokal
Di Desa Antapan, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan | I Nyoman Adijaya 21
buah/tanaman (142,30 bh vs 87,10 bh) nyata (2019) dan Syukur et al. (2012) menambahkan
lebih banyak sehingga menghasilkan berat buah karakter suatu individu tidak dapat dipastikan
per tanaman yang lebih tinggi (370,00 g vs benar-benar terwariskan karena ekspresi visual
325,50 g). Rata-rata berat buah per tanaman (fenotipe) namun dipengaruhi oleh faktor genetik
tersebut berpengaruh terhadap berat buah per dan faktor lingkungan.
petak yang dihasilkan (Tabel 3). Produktivitas Rata-rata jumlah panen kedua varietas tidak
varietas Lokal Klungkung lebih tinggi berbeda nyata dengan rata-rata jumlah panen
dibandingkan hasil pendampingan Rinaldi et al. 17 kali atau rentang panen 119 hari, karena
(2000) yang dilaksanakan di Kecamatan panen dilakukan setiap 1 minggu sekali. Kedua
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dengan varietas memiliki fase vegetatif dan generatif
rata-rata produktivitas 328,80 g/tanaman. yang sama yang ditandai dengan waktu panen
Melihat hasil tersebut maka dapat dikatakan yang bersamaan. Secara morfologis perbedaan
varietas lokal Klungkung memiliki kemampuan terlihat dari habitus tanaman, ukuran buah dan
tumbuh dan berproduksi dengan baik di lokasi panjang tangkai buah yang berbeda. Varietas
kajian. Hal ini terlihat dari produktivitas varietas lokal Antapan memiliki buah yang lebih panjang,
lokal Klungkung nyata lebih tinggi dibandingkan besar dan tangkai buah yang lebih panjang
varietas lokal setempat. Harjadi (1979) dibandingkan varietas lokal Klungkung,
menyatakan hasil tanaman dipengaruhi oleh sedangkan varietas lokal Klungkung memiliki
faktor genetik dan adaptasinya terhadap habitus tanaman yang lebih tinggi dan rimbun,
lingkungan tumbuhnya. Semakin tinggi interaksi jumlah buah yang lebih banyak namun memiliki
kedua faktor tersebut maka tanaman akan ukuran yang lebih kecil. Penampilan buah kedua
mampu menghasilkan dengan lebih baik. Istiqlal varietas seperti gambar 1.

Tabel 2. Rata-rata jumlah buah, diameter buah, panjang buah dan panjang tangkai buah dua varietas cabai
lokal di Desa Antapan Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Tahun 2020-2021

Varietas Panen Jumlah buah/ Diameter Panjang Panjang tangkai


pertama (hst) tan (bh) buah (cm) buah (cm) buah (cm)

Lokal Antapan 112,00ns 87,10 1,47* 5,25* 4,05*


Lokal Klungkung 112,00 142,30* 1,39 4,15 3,10

Keterangan: ns tidak berbeda nyata, * berbeda nyata

Gambar 1. Perbandingan ukuran buah cabai varietas lokal Antapan dan lokal Klungkung

22 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Tabel 3. Rata-rata berat buah dan jumlah panen dua varietas cabai lokal di Desa Antapan Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan, Tahun 2020-2021

Varietas Berat/buah (g) Berat buah/tan (g) Berat buah/20 m2 (kg) Jumlah panen (kali)

Lokal Antapan 3,80* 325,50 32,53 17,00ns


Lokal Klungkung 2,70 370,00* 37,00* 17,00

ns
Keterangan: * berbeda nyata; tidak berbeda nyata

Gambar 2. Pola panen per 100 tanaman dua varietas cabai lokal di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan Tahun 2020-2021

Pola Panen lokasi serta waktu penanaman yang berpengaruh


terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Pola panen kedua varietas memiliki kesamaan Rentang panen sangat dipengaruhi oleh
dengan rentang panen 17 minggu/119 hari. Berat kondisi lingkungan. Adijaya et al. (2018)
panen meningkat dan mencapai puncak pada menyatakan kegagalan usahatani cabai di
panen ke 6-8 kemudian menurun pada panen daerah ini karena disebabkan oleh tingginya
berikutnya (Gambar 2). Hasil ini sejalan dengan kelembaban pada musim penghujan disaat
hasil penelitian Adijaya et al. (2012) yang tanaman cabai mulai berproduksi, sehingga
mendapatkan hal serupa pada pola panen cabai berpengaruh terhadap serangan organisme
lokal di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten pengganggu tanaman (OPT). Hal ini sesuai
Buleleng dengan rata-rata produktivitas dengan Rahaju dan Muhandoyo (2014 dalam
mencapai 431,23 g/tanaman. Rentang panen Ridho dan Suminarti, 2020) yang menyatakan
pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan kelembaban udara terlalu tinggi akan
hasil penelitian yang dilaksanakan Adijaya dan menyebabkan serangan penyakit pada tanaman
Sugiarta (2013) di Kecamatan Gerokgak karena kondisi lingkungan sangat optimal untuk
Kabupaten Buleleng yang mencapai 18 kali. Hal pertumbuhan jamur penyebab penyakit pada
ini bisa saja disebabkan oleh perbedaan kondisi tanaman.

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Serta Pola Panen Dua Varietas Cabai Lokal
Di Desa Antapan, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan | I Nyoman Adijaya 23
KESIMPULAN Adijaya, N., N.L.G. Budiari, M. Sugianyar, P.A.
Kertawirawan, J. Rinaldi, P.S. Elizabeth, N.
Cabai varietas lokal Antapan memiliki Sutresna, W. Artanegara, G.A.N. Astari
keunggulan dalam ukuran buah seperti panjang 2018. Model Pengembangan Inovasi
buah, diameter buah dan berat/buah yang lebih Pertanian Bioindustri pada Agroekosistem
tinggi dibandingkan varietas lokal Klungkung. Lahan Kering Dataran Medium Beriklim
Cabai varietas lokal Klungkung memilik Basah. Laporan Akhir Tahun. Balai
produktivitas yang nyata lebih tinggi (370,0 g/tan) Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 93 hal.
dibandingkan varietas lokal Antapan dengan rata-
Adijaya, N., M.R. Yasa, K. Mahaputra, P.A.
rata produktivitas 325,50 g/tan. Produktivitas
Kertawirawan, P. Sugiatra dan P.Y.
cabai varietas lokal Klungkung yang lebih tinggi
Priningsih. 2012. Pengkajian pemanfaatan
didukung oleh lebih tingginya komponen
limbah pada integrasi ternak sapi dan
pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah
tanaman di lahan kering untuk peningkatan
daun dan jumlah cabang sehingga menghasilkan
produktivitas lahan >15%. Laporan Akhir
jumlah buah yang lebih banyak dibandingkan
Tahun. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
varietas lokal Antapan.Rentang panen kedua
Bali. 41 hal.
varietas lokal yang diuji selama 119 hari dengan
puncak panen kedua varietas lokal yang diuji Ali A., A. Muzzafar, M.F. Awan, S. Din, I.A.
terjadi pada panen ke 6-8. Nasir,and T. Husnain. 2014. Genetically
modified foods: engineered tomato with extra
advantages. Adv life sci. Vol 1(3): 139- 152.
UCAPAN TERIMA KASIH URL: http://www.als.journal.com/articles/
vol1issue3/Genetically_modified_foods_
Ucapan terima kasih disampaikan kepada engineered_tomato_ad vantages.pdf
seluruh anggota Kelompoktani Labak Lestari Alif, S. M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai
Desa Antapan Kecamatan Baturiti Kabupaten Rawit. Bio Genesis.
Tabanan serta seluruh tim Pengembangan
Kawasan Pertanian Berbasis Inovasi Desa BPS Prov. Bali. 2020. Rata-rata pengeluaran per
Antapan atas dukungan dan kerjasamanya kapita sebulan beberapa jenis bahan
dalam persiapan, pelaksanaan sampai makanan, 2018-2019. Badan Pusat Statistik
selesainya penelitian ini. Terima kasih juga Provinsi Bali.
disampaikan kepada Dinas Pertanian Kabupaten Darmawan, I. G. P., I.D.N. Nyana, dan I.G.A.
Tabanan dan PPL Wilbin Desa Antapan atas Gunadi. 2014. Pengaruh penggunaan mulsa
dukungannya dalam pengawalan selama plastik terhadap hasil tanaman cabai rawit
pelaksanaan kegiatan lapang. (Capsicum frutescens L.) di luar musim di
Desa Kerta. Jurnal Agroekoteknologi
Tropika, 3(3): 148-157.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, M. S. S. 1979. Pengantar agronomi. PT.
Adijaya, I. N., dan P. Sugiarta. 2013. Gramedia, Jakarta.
Meningkatkan produktivitas cabai kecil Istiqlal, M. R. A., da M. Syukur. 2019. Keragaman
(Capsicum annuum) dengan aplikasi bio urin genetik karakter kuantitatif pada tanaman
sapi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Cabai (Capsicum annuum L.). Comm.
Bali. Horticulturae Journal, 1(1): 6-12.
Adijaya, N., N.L.G. Budiari, M. Sugianyar, P.A. Jati E.N., J. Rinaldi dan N. Adijaya. 2019.
Kertawirawan, J. Rinaldi, P.S. Elizabeth, N. Peranan kegiatan kaji terap terhadap
Sutresna, W. Artanegara, G.A.N. Astari. peningkatan pengetahuan dan sikap
2019. Model Pengembangan Inovasi penyuluh pertanian dalam teknologi
Pertanian Bio Industri (MPIP-BI) pada Lahan pengelolaan tanaman terpadu cabai. Jurnal
Kering Dataran Medium Beriklim Basah. Manajemen Agribisnis 7(2): 155-160.
Laporan Akhir Tahun. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Bali. 75 hal. Kurniawan, D. 2008. Uji t 2-Sampel Independen.
http://ineddeni.worpress.com

24 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Li R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, and S. Pengembangan Kawasan Komoditas Cabai.
Ceccareli. 2006. Evaluation of chlorophyll Laporan Akhir Tahun. Balai Pengkajian
content and flouresence parameters as Teknologi Pertanian Bali. 36 hal.
indicators of drought tolerance in barley. J
Sayekti, A. L., dan Y. Hilman. 2015. Dinamika
Agric Sci in China, 5(10):751-757. DOI:
produksi dan volatilitas harga cabai:
10.1016/S1671-2927(06)60120-X.
antisipasi strategi dan kebijakan
Permentan. 2016. Permentan Nomor 56/ pengembangan. Pengembangan Inovasi
Permentan/RC.040/11/2016. Pedoman Pertanian, 8(1): 33-42.
Pengembangan Kawasan Pertanian.
Soetiarso, T.A., M. Ameriana, L. Prabaningrum,
Ridho, M. N., dan N.E. Suminarti. 2020. dan N. Sumarni. 2006. Pertumbuhan, hasil,
Pengaruh perubahan iklim terhadap dan kelayakan finansial penggunaan mulsa
produktivitas tanaman cabai rawit (Capsicum dan pupuk buatan pada usahatani cabai
frutescens L.) di Kabupaten Malang. Jurnal merah di luar musim. J. Hortikultura,
Produksi Tanaman, 8(3):304-314. 16(1):63-76.
Rinaldi, J., I.B.G. Suryawan, P. Sugiarta, E.N. Jati, Sudarjat, S. 2008. Hubungan antara kepadatan
Y. Pujiawati, A.R. Kumalasari, M. Budiartana populasi kutu daun persik (Myzus persicae
dan N.P.Y. Priningsih. 2020. Pendampingan Sulz.) dan tingkat kerusakan daun dengan
Pengembangan Kawasan Komoditas Cabai. kehilangan hasil cabai merah (Capsicum
Laporan Akhir Tahun. Balai Pengkajian annuum L.). Jurnal Agrikultura, 19(3): 191-
Teknologi Pertanian Bali. 36 hal. 197.
Rinaldi, J., I.B.G. Suryawan, E.N. Jati, P. Sugiarta, Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2012.
Y. Pujiawati, A.R. Kumalasari, M. Budiartana Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar
dan N.P.Y. Priningsih. 2019. Pendampingan Swadaya. Jakarta. 348 hal.

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Serta Pola Panen Dua Varietas Cabai Lokal
Di Desa Antapan, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan | I Nyoman Adijaya 25
KOMPOSISI SUSU AWAL LAKTASI KAMBING PERANAKAN ETAWAH
BERDASARKAN PERIODE LAKTASI DAN LITTER SIZE
DENGAN PEMELIHARAAN INTENSIF

Rachmad Dharmawan1 dan Puguh Surjowardojo2

1 )
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222
2 )
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran, Ketawanggede, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur, 65145

Submitted date : 8 Pebruari 2021 Approved date : 18 Maret 2021

ABSTRACT

Early Lactation Milk Composition of Etawah Crossbred Goat Based


on Lactation Period and Litter Size By Intensive Reared

Etawah crossbred goat (PE) is one of the Indonesian indigenous dairy goat. Lactation period and litter
size are factors that necesserily to be observed in evaluating the composition of the early lactation milk for PE
goats. It is expected that the composition of the early lactation milk can be used to estimate the composition of
the milk during the lactation period. This study aimed to determine the effect of lactation period and litter size on
the nutritional content of early lactation milk in PE goats. 20 PE goats were used in the study and were grouped
according to lactation period (2 single births and 2 twin births each). It had fulfilled the research requirements.
Early lactation milking was done every day for 60 days, and analyzed by milk analyzer Lactoscan. Statistical
analysis used a factorial randomized block design with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results
showed that the lactation period had a significant impact on early lactation milk fat (P <0.05) except for lactose,
protein, and solid non fat (P>0.05). Litter size had significant effect on all variables (P<0.05). It can be concluded
that the levels of fat, lactose, protein, solid non fat of early lactation PE goats increased in the second and third
lactation periods. Single litter size results in betterquality of early lactation milk than twin litter sizes due to
genetic and environmental factors.

Keywords: Primipara, multiparous, lactation phase, production, doe

ABSTRAK

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu ternak indigenous penghasil susu. Periode laktasi
dan litter size merupakan faktor yang perlu diperhatian untuk mengevaluasi komposisi susu awal laktasi kambing
PE. Komposisi susu awal laktasi diharapkan dapat digunakan untuk mengestimasi komposisi susu selama
masa laktasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh periode laktasi dan litter size terhadap
kandungan nutrisi susu awal laktasi kambing PE. 20 ekor kambing PE digunakan dalam penelitian dan
dikelompokkan berdasarkan periode laktasi (masing-masing 2 kelahiran tunggal dan 2 kelahiran kembar).
Ternak dalam penelitian telah memenuhi syarat penelitian. Pemerahan susu awal laktasi dilakukan setiap hari
selama 60 hari, dan dianalisa dengan milk analyzer Lactoscan. Analisis statistik menggunakan Rancangan
Acak Kelompok Faktorial dengan Duncan’S Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
periode laktasi berpengaruh nyata terhadap lemak susu awal laktasi (P<0,05) kecuali laktosa, protein, dan
padatan non-lemak (P>0,05). Litter size berpengaruh nyata terhadap semua variabel (P<0,05). Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah kadar lemak, laktosa, protein, dan padatan non-lemak susu awal laktasi kambing
PE meningkat pada periode laktasi kedua dan ketiga. Litter size tunggal menghasilkan kualitas susu awal
laktasi lebih baik dibandingkan litter size kembar karena faktor genetik maupun lingkungan.

Kata kunci: Primipara, multipara, fase laktasi, produksi, induk kambing

26 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Kambing Peranakan Etawah (PE) Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana


merupakan salah satu ternak indigenous yang Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan
dipelihara untuk menghasilkan susu sebagai Ternak Singosari Singosari, Malang. Kambing PE
produk utama. Produksi susu kambing PE adalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20
920 mL/hari(Cyrilla et al., 2015)sampai 960 mL/ ekor dengan bobot badan 53,71±2,34kg.
hari dengan rentang masa laktasi 74-268 hari Kambing PE dipisahkan menjadi 5 periode
(Suranindyah et al., 2020). Masa laktasi ternak laktasi. Masing-masing periode laktasi terdapat
perah terbagi atas 3 fase yaitu awal, pertengahan 2 induk kambing dengan kelahiran tunggal dan
dan akhir laktasi. Setelah itu, ternak perah 2 induk kambing dengan kelahiran kembar. Induk
dikering kandangkan untuk mempersiapkan kambing PE yang digunakan dalam penelitian
masa laktasi selanjutnya. Induk kambing PE dalam kondisi sehat, ambing simetris,dan
dikering kandangkan bertujuan mempersiapkan memiliki catatan konsepsi lengkap. Induk
partus, produksi susu, dan komposisi susu kambing PE ditempatkan pada kandang individu
pascapartus(Msalya et al., 2017). Komposisi berukuran 3 m2 dan dikeringkan kandangkan
susu awal laktasi kambing PE dipengaruhi oleh selama 45 hari. Anak dan induk kambing PE
berbagai faktor, antara lain: 1) lama masa kering; dipisahkan untuk menghindari bias data
2) periode laktasi (Zobel et al., 2015); 3) litter penelitian, dengan pemeliharaan ekstensif
size, dan manajemen pemeliharaan sesuai kesejahteraan ternak. Pemerahan susu
(Suranindyah et al., 2018). awal laktasi dilakukan setiap hari selama 60 hari
Ternak perah akan mengalami negative pascapartus,dan dianalisa dengan milk analyzer
energy balance saat awal laktasi(Mehaba et al., Lactoscan(Buditeli, 2019).Selama penelitian,
2019). Ini terjadi karena perombakan jaringan induk kambing PE diberikan kebutuhan pakan
tubuh untuk mencapai puncak produksi susu dan sesuai fase fisiologisnya (Robert, 2018).Analisis
menyediakan zat penting penyusun susu awal statistik lemak, laktosa, protein, dan padatan non-
laktasi (Manuelian et al., 2020). Periode laktasi lemak berdasarkan periode laktasi dan litter
dan litter size merupakan faktor yang juga perlu sizedilakukan menggunakan Rancangan Acak
mendapatkan perhatian untuk mengevaluasi Kelompok Faktorial dengan uji lanjut Duncan’S
komposisi susu awal laktasi. Beberapa penelitian Multiple Range Test (DMRT).
menunjukkan bahwa periode laktasi dan
komposisi susu memiliki korelasi yang negatif
(Skibiel et al., 2013; El-Tarabany et al., 2018). HASIL DAN PEMBAHASAN
Kompoisi susu pada awal laktasi diharapkan
dapat digunakan untuk mengestimasi komposisi Susu adalah hasil utama pemeliharaan
susu selama masa laktasi, sehingga dapat dijadi- kambing perah Peranakan Etawah (PE).
kan sebagai dasar manajemen pemeliharaan Kuantitas dan kualitas susu awal laktasi kambing
awal tanpa harus menunggu satu periode laktasi. PE dipengaruhi genetik, umur kebuntingan (El-
Penelitian lain juga menujukkan bahwa litter tarabany et al., 2018; Suranindyah et al., 2020),
size kembar berpotensi meningkatkan kompetisi litter size, masa laktasi (El-tarabany and El-
dan kurangnya asupan nutrisi selama menyusui bayoumi, 2015; Waheed and Khan, 2013),
pada induk(Vas et al., 2019)yang berakibat bentuk dan ukuran ambing(Cyrilla et al., 2015),
kematian anak kambing pascapartus.Hal metode pemerahan (Ibnelbachyr et al., 2015)
tersebut sangat merugikan bagi pengembangan serta status kesehatan ternak. Lingkungan juga
ternak kambing PE, terutama peternak dengan memegang peran penting terhadap produksi dan
kepemilikan skala kecil. Pengetahuan tentang komposisi susu (Alcedo et al., 2014; Park, 2016;
komposisi susu awal laktasi juga diharapkan Sabapara et al., 2014).Rataan masa laktasi
dapat digunakan sebagai perbaikan manajemen kambing PE adalah 157±41 hari yang terbagi
pemeliharaan yang bertujuan meminimakan atas 3 fase yaitu awal laktasi (7-60 hari),
persentase kematian anak kambing. Penelitian pertengahan laktasi (60-120 hari), dan akhir
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh periode laktasi (120-180 hari). Susu kambing tersusun
laktasi dan litter size terhadap kandungan nutrisi atas 88% air dan 12% padatan, dengan 3,2%
susu awal laktasi kambing PE. lemak;8,13% padatan non-lemak;0,11% kalsium;

Komposisi Susu Awal Laktasi Kambing Peranakan Etawah Berdasarkan Periode Laktasi
dan Litter Size dengan Pemeliharaan Intensif | Rachmad Darmawan, dkk. 27
Tabel 1. Kualitas susu awal laktasi kambing PE pada berbagai periode laktasi dan litter size

Periode Laktasi Litter size


Parameter
1 2 3 4 5 Tunggal Kembar

Lemak % 6,43±1,89a 7,04±1,74b 7,15±1,75b 6,54±1,75ab 6,49±1,78a 6,91±1,81b 6,55±1,75a


Laktosa % 2,94±0,43 3,01±0,43 3,28±0,73 3,00±0,34 3,01±0,48 3,22±0,43b 2,87±0,53a
Protein % 2,94±0,31 3,07±0,39 3,24±0,83 2,94±0,13 2,96±0,46 3,21±0,35b 2,85±0,57a
Padatan non- 6,57±1,16 6,74±0,93 6,89±1,53 6,43±0,70 6,46±1,08 6,79±1,04b 6,44±1,11a
lemak %

a-b
superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

0,08% fosfatdan 0,21% magnesium(Mourad et Puncak produksi susu kambing PE pada


al., 2014).Kualitas susu awal laktasi pada umumnya terjadi pada umur 2,5-3 tahun atau
berbagai periode dan litter size berbeda pada periode laktasi kedua dan ketiga(Cyrilla et
diharapkan dapat digunakan untuk mengestimasi al., 2015). Laju peningkatan produksi menuju
kualitas susu pada pertengahan dan akhir puncak produksi adalah 0,8%/hari dengan laju
laktasi(Suranindyah et al., 2020). Kualitas susu penurunan 0,56%/hari(Marete et al., 2014).
awal laktasi kambing PE dengan berbagai Penelitian lain menjelaskan bahwa produksi susu
periode laktasi dan litter size ditampilkan pada harian Kambing perah mengalami penurunan
Tabel 1. sebesar 18,4% dan 31,9% pada tengah dan akhir
laktasi dibandingkan awal laktasi(El-tarabany et
Periode Laktasi al., 2018). Selain itu, penurunan produksi susu
harian kambing perah multipara lebih rendah
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar lemak dibandingkan kambing perah primipara
induk kambing PE meningkat pada periode (Oravcova et al., 2015). Hasil penelitian
laktasi ketiga dan turun bertahap sampai periode menunjukkan bahwa kadar lemak susu awal
laktasi kelima (P<0,05). Laktosa, protein, dan laktasi kambing PE berbeda signifikan (P<0,05)
padatan non-lemak meningkat pada periode kecuali laktosa, protein, dan padatan non-lemak.
laktasi kedua dan ketiga namun analisa statistik Namun, penelitian lain juga mengemukakan
tidak menunjukkan perbedaan signifikan bahwa lemak, protein, padatan non-lemak,
(P>0,05). Sejalan dengan penelitian lain yang kalsium, dan fosfor susu kambing dengan
mengemukakan bahwa protein susu kambing berbagai periode laktasi menunjukkan
perah multipara lebih baik dibandingkan ternak perbedaan signifikan (P<0,01) pada berbagai
perah primipara(McGrath et al., 2015). Kambing fase laktasi(El-tarabany et al., 2018).Hasil
perah dengan periodelaktasi ketiga, keempat, penelitian lebih rendah dibandingkan susu awal
dan kelima menghasilkan kualitas susu yang laktasi kambing Nguni bahwa penyusun susu
lebih baik dibandingkan periode laktasi pertama terdiri atas 3,80±0,06% protein, 5,70±0,08%
dan kedua (Puppel 2019). Namun penelitian lain laktosa, dan 10,30±0,16% padatan non-lemak
mengemukakan bahwa kambing dengan paritas yang lebih tinggi pada awal dan akhir laktasi
pertama memiliki produksi susu yang tinggi (P<0,05)(Mourad et al., 2014). Variasi lemak,
dengan kadar lemak dan protein lebih tinggi protein, dan padatan non-lemak dikarenakan
dibandingkan kambing paritas ketiga(Mahmoud parameter tersebut berkorelasi negatif dengan
et al., 2014).Variasi hasil penelitian tersebut dapat peningkatan produksi susu (Andualem et al.,
terjadi karena pengaruh lingkungan terutama 2016). Penurunan lemak susu kambing lebih
konsumsi bahan kering untuk memulihkan skor disebabkan oleh peningkatan asam propionat
kondisi tubuh pada fase keseimbangan energi dan penurunan asam asetat yang terdapat dalam
negatif. Hal ini terlihat pada saat penelitian bahwa rumen(Idamokoro et al., 2017).Laktosa susu
kualitas susu awal laktasi lebih dari 45 hari awal laktasi kambing perah pada umumnya lebih
pascapartus mengalami peningkatan stabil dibandingkan tengah dan akhir laktasi
dibandingkan 0-30 hari pascapartus. dengan kadar laktosa tertinggi pada awal laktasi.

28 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Sebagian besar kompoisisi susu mengalami bulan pertama sampai akhir laktasi (P>0,05),
penurunan secara bertahap dari pertengahan sedangkan lemak dan protein susu mengalami
sampai akhir laktasi kecuali laktosa yang stabil peningkatan(Mestawet et al., 2012; Oravcova et
mengikuti produksi susu (P<0,05)(Mahmoud et al., 2015). Lemak susu kambing PE penelitian
al., 2014). lebih tinggi dibandingkan penelitian Suranindyah
Protein susu awal laktasi kambing PE pada et al., (2018) bahwa kadar lemak kambing PE
umumnya lebih tinggi dibandingkan akhir laktasi andalah 5,80%. Lemak susu kambing
(Ibnelbachyr et al., 2015; Mestawet et al., 2012). perahrelatif mengalami peningkatan mengikuti
Selanjutnya protein turun signifikan sampai akhir fase laktasi(Ibnelbachyr et al., 2015). Lemak susu
laktasi(El-tarabany et al., 2018). Hal ini sejalan awal dan akhir laktasi secara signifikan lebih
dengan protein susu kambing Damaskus yang tinggi dibandingkan pertengahan
lebih tinggi selama awal laktasi dibandingkan laktasi(Mestawet et al., 2012). Lemak pada awal
dengan pertengahan dan akhir laktasi (P<0,05). laktasi berperan dalam menentukan komposisi
Peningkatan protein dan lemak diperkirakan susu, sedangkan lemak pada akhir laktasi
disebabkan rendahnya produksi susu. Penelitian berperan terhadap lipolisis yang disebabkan
lain mengemukakan bahwa padatan non-lemak bakteri atau enzim pada kelenjar susu.Laktosa
susu awal laktasi kambing perah memiliki kambing PE penelitian bervariasi antara 2,69-
korelasi negatif dengan produksi susu, 3,49% lebih rendah dibandingkan Cyrilla et al.,
peningkatan produksi susu pada awal laktasi (2015) bahwa laktosa susu kambing Etawah dan
tidak diikuti dengan kenaikan kualitas Peranakannya dalah 5,41%. Tren laktosa
susu(Mestawet et al., 2012). mengalami penurunan signifikan pada akhir
laktasi dibandingkan dengan awal dan tengah
Litter Size laktasi(El-tarabany et al., 2018; Noutfia et al.,
2014). Penelitian lain menyebutkan terdapat
Tabel 1 menunjukkan bahwa kualitas susu penurunan laktosa susu kambing pada akhir
awal laktasi kambing PE dengan berbagai litter laktasi dibandingkan awal dan pertengahan
size menunjukkan perbedaan signifikan laktasi (Ibnelbachyr et al., 2015; Idamokoro et
(P<0,05).Sejalan dengan penelitian lain bahwa al., 2017).
kualitas susu dapat dipengaruhi berbagai faktor Protein susu awal laktasi kambing PE
antara lain adalahlitter size(Antonic et al., 2013; bervariasi antara 2,62-3,45% masih lebih rendah
Marete et al., 2014; Tancin et al., 2011) dan infeksi dibandingkan Suranindyah et al. (2018)bahwa
penyakit(Lopes et al., 2016). Lemak, laktosa, protein kambing PE adalah 3,64%. Protein,
protein, dan padatan non-lemak susu awal laktasi lemak dan padatan non-lemak stabil pada tahap
kambing PE pada litter size tunggal berbeda laktasi yang berbeda (Ibnelbachyr et al., 2015;
signifikan dibandingkan litter size kembar Mahmoud et al., 2014; Mestawet et al., 2012).
(P>0,05). Penelitian sebelumnyamengemukakan Protein susu awal laktasi saat penelitian lebih
bahwa protein dan laktosa berbeda signifikan rendah dibandingkan kambing Kroasia dan
pada berbagai litter size kecuali lemak (Romero Slovenia yaitu lemak, protein, dan laktosa
et al., 2013). Litter size kambing pada daerah kambing di Kroasia adalah 3,10%, 3,43%, dan
tropis tidak berpengaruh signifikan atas produksi 4,17%sedangkan kambing di Slovenia adalah
susu tetapi berpengaruh terhadap kualitas susu 3,11%, 3,34%, dan 4,36%. Protein, laktosa, dan
(Waheed and Khan, 2013). Umumnya kambing padatan non-lemak susu kambing Nguni pada
perah dengan kelahiran kembar memproduksi berbagai tahap laktasi menunjukkan perbedaan
lebih banyak susu dengan protein yang rendah signifikan (P<0,05)(Klir et al., 2015).Peningkatan
dibandingkan kelahiran tunggal(Mahmoud et al., kandungan protein susu pada awal dan akhir
2014). laktasi disebabkan oleh interaksi usia danlitter
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemak, size.Litter size mengakibatkan komponen
laktosa, protein, dan padatan non-lemak susu penyusun susu seperti â-lactoglobulin, á-
kambing PE dengan litter size tunggal lebih tinggi lactalbumin, á-kasein dan â-kasein menjadi
dibandingkan litter size kembar karena terjadi bervariasi(Mourad et al., 2014).Padatan non-
peningkatan produksi susu selama masa laktasi. lemak penelitian bervariasi antara 6,48-7,1%
Sejalan dengan penelitian lain bahwa produksi untuk liter size tunggal dan 6,11-6,8% untuk litter
susu awal laktasi mengalami penurunan dari size kembar lebih rendah dibandingkan Cyrilla

Komposisi Susu Awal Laktasi Kambing Peranakan Etawah Berdasarkan Periode Laktasi
dan Litter Size dengan Pemeliharaan Intensif | Rachmad Darmawan, dkk. 29
et al., (2015) bahwa padatan non-lemak kambing KONFLIK KEPENTINGAN
Etawah dan peranakannya adalah 9,11%,
sedangkan kambing PE dan Saanen adalah Seluruh penulis menyatakan bahwa
9,18%. Penelitian lain mengemukakan bahwa penelitian dilakukan tanpa hubungan komersial
padatan non-lemak kambing Baladi, Draa, dan dan finansial apa pun yang dapat mengakibatkan
Nadji meningkat signifikan menjelang akhir potensi terjadinya konflik kepentingan
laktasi yang diakibatkan seiring penurunan
produksi susu(Ayadi et al., 2014; Noutfia et al.,
2014). Kapasitas rumen kambing PEsaat DAFTAR PUSTAKA
memasuki masa kering terdorong oleh fetus.
Kapasitas rumen yang terbatas mengakibatkan Alcedo, M. J., Ito, K., & Maeda, K. (2014).
konsumsi bahan menjadi kering rendah dan laju Creating animal welfare assessment method
kecernaan gastrointestinal menjadi lebih cepat. for backyard goat production in the
Hal ini akan mengurangi kesempatan absorbsi Philippines using stockmanship competence
nutrisi oleh mikroba rumen, sehingga as proxy indicator. International Journal of
laktogenesis susu tidak berjalan dengan Livestock Production, 5(10), 173–180. https:/
baik(Banchero et al., 2015). /doi.org/10.5897/IJLP2014.0217
Andualem, D., Negesse, T., & Tolera, A. (2016).
Milk yield and composition of grazing Arsi-
KESIMPULAN
Bale does supplemented with dried stringing
netlle (Urtica simensis) leaf meal and growth
Kadar lemak, laktosa, protein, dan padatan
rate of their suckling kids. Advances in
non-lemak susu awal laktasi kambing PE
Biological Research, 10(3), 191–199. https:/
mengalami peningkatan pada periode laktasi
/doi.org/10.5829/idosi.abr.2016.10.3.102187
kedua dan ketiga. Kambing PE denganLitter size
tunggal menghasilkan kualitas susu awal laktasi Antonic, J., Jackuliacova, L., Uhrincat, M.,
lebih baik dibandingkan litter size kembar karena Macuhova, L., Oravcova, M., & Tancin, V.
faktor genetik maupun lingkungan pada semua (2013). CHANGES IN MILK YIELD AND
parameter. COMPOSITION AFTER LAMB WEANING
AND START OF MACHINE MILKING IN
DAURY EWES. Slovak J. Anim. Sci., 46(3),
UCAPAN TERIMA KASIH 93–99.
Ayadi, M., Matar, A. M., Aljumuah, R. S., Alshaikh,
Kami berterimakasih kepada tim UPT PT dan
M. A., & Abouheif, M. (2014). Factors
HMT Singosari yang telah membantu
Affecting Milk Yield , Composition and Udder
mengkoleksi dan menganalisa sampel data susu
Health of Najdi Ewes. International Journal
awal laktasi Kambing PE.
of Animal and Veterinary Advances, 6(1),
28–33. https://doi.org/10.19026/ijava.6.5613
KONTRIBUSI PENULIS Banchero, G. E., Milton, J. T. B., Lindsay, D. R.,
Martin, G. B., & Quintans, G. (2015).
Puguh Surjowardojo berkontribusi pada Colostrum production in ewes/ : a review of
perencanaan dan desain penelitian, pengum- regulation mechanisms and of energy
pulan data, analisisa statistik, dan penulisan supply. Animal, 9(5), 831–837. https://
artikel. Rachmad Dharmawan berkontribusi doi.org/10.1017/S1751731114003243
dalam pengumpulan data, dan penyuntingan Buditeli, N. (2019). Lactoscan SA Milk Analyzer.
naskah. Semua penulis berkontribusi sebagai Milkotronic Ltd, 1–81.
kontributor utama. Semua penulis telah
membaca dan menyetujui naskah versi terakhir. Cyrilla, L., Purwanto, B. P., & Sukmawati, A.
(2015). Improving Milk Quality for Dairy Goat
Farm Development. Media Peternakan,
38(3), 204–211. https://doi.org/10.5398/
medpet.2015.38.3.204

30 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


El-tarabany, M. S., & El-bayoumi, K. M. (2015). Composition of First Kidder Damascus does
Theriogenology Reproductive performance in the Sudan. Journal of Animal Production
of backcross Holstein  Brown Swiss and Advances, 4(3), 355–362.
their Holstein contemporaries under
Manuelian, C. L., Maggiolino, A., Marchi, M. De,
subtropical environmental conditions.
Claps, S., Esposito, L., Rufrano, D.,
Theriogenology, 83(3), 444–448. https://
Casalino, E., Tateo, A., Neglia, G., & Palo, P.
d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 / j . t h e r i o g e n o l o g y.
De. (2020). Profile of Saanen Goat during
2014.10.010
Lactation with Different Mediterranean Breed
El-tarabany, M. S., El-tarabany, A. A., & Roushdy, Clusters under the Same Environmental
E. M. (2018). Impact of lactation stage on Conditions. Animals, 10(432), 2–20.
milk composition and blood biochemical and
Marete, A. G., Mosi, R. O., Amimo, J. O., & Junga,
hematological parameters of dairy Baladi
J. O. (2014). Characteristics of Lactation
goats. Saudi Journal of Biological Sciences,
Curves of the Kenya Alpine Dairy Goats in
25(8), 1632–1638. https://doi.org/10.1016/
Smallholder Farms. Journal of Animal
j.sjbs.2016.08.003
Sciences, 4, 92–102. https://doi.org/10.4236/
Ibnelbachyr, M., Boujenane, I., Chikhi, A., & ojas.2014.42013
Noutfia, Y. (2015). Effect of some non-
McGrath, B. A., Fox, P. F., McSweeney, P. L. H.,
genetic factors on milk yield and composition
& Kelly, A. L. (2015). Composition and
of Draa indigenous goats under an intensive
properties of bovine colostrum: a review.
system of three kiddings in 2 years. Tropical
Dairy Science and Technology, 96(2), 133–
Animal Health and Production, 47(3), 1–7.
158. https://doi.org/10.1007/s13594-015-
https://doi.org/10.1007/s11250-015-0785-8
0258-x
Idamokoro, E. M., Muchenje, V., & Masika, P. J.
Mehaba, N., Salama, A. A. K., Such, X., Albanell,
(2017). Yield and Milk Composition at
E., & Caja, G. (2019). Lactational Responses
Different Stages of Lactation from a Small
of Heat-Stressed Dairy Goats to Dietary L-
Herd of Nguni , Boer , and Non-Descript
Carnitine Supplementation. Animals, 9(567),
Goats Raised in an Extensive Production
1–12.
System. Sustainability, 9(1000), 1–13. https:/
/doi.org/10.3390/su9061000 Mestawet, T. A., Girma, A., Ådnøy, T., Devold, T.
G., Narvhus, J. A., & Vegarud, G. E. (2012).
Klir, Z., Potocnik, K., Autunovic, Z., Novoselec,
Milk production , composition and variation
J., Barac, Z., Mulc, D., & Kompan, D. (2015).
at different lactation stages of four goat
Milk production traits from alpine breed of
breeds in Ethiopia. Small Ruminant
goats in Croatia and Slovenia. Bulgarian
Research, 105(1–3), 176–181. https://
Journal of Agricultural Science, 21(5), 1064–
doi.org/10.1016/j.smallrumres.2011.11.014
1068.
Mourad, G., Bettache, G., & Samir, M. (2014).
Lopes, F. C., de Paiva, A. K., Coelho, W. A. C.,
Composition and nutritional value of raw
Nunes, F. V. A., da Silva, J. B., Pinheiro, C.
milk. Biological Sciences and
G. M. E., Praca, L. M., Silva, J. B. A., Freitas,
Pharmaceutical Research, 2(10), 115–122.
C. I. A., & Batista, J. S. (2016). Lactation
https://doi.org/10.15739/ibspr.005
curve and milk quality of goats
experimentally infected with Trypanosoma Msalya, G., Sonola, V. S., Ngoda, P., Kifaro, G.
vivax. Experimental Parasitology Journal, C., & Eik, L. O. (2017). Evaluation of growth
167, 17–24. https://doi.org/10.1016/ , milk and manure production in Norwegian
j.exppara.2016.04.006 dairy goats in one highland of Tanzania 30
years after introduction. South African
Mahmoud, N. M. A., Zubeir, I. E. M. El, &
Journal of Animal Science, 47(2), 202–212.
Fadlelmoula, A. A. (2014). Effect of Stage of
https://doi.org/10.4314/sajas.v47i2.12
Lactation on Milk Yield and Composition of
First Kidder Damascus does in the Sudan Noutfia, Y., Zantar, S., Ibnelbachyr, M.,
Journal of Animal Production Advances Abdelouahab, S., & Ounas, I. (2014).
Effect of Stage of Lactation on Milk Yield and EFFECT OF STAGE OF LACTATION ON

Komposisi Susu Awal Laktasi Kambing Peranakan Etawah Berdasarkan Periode Laktasi
dan Litter Size dengan Pemeliharaan Intensif | Rachmad Darmawan, dkk. 31
THE PHYSICAL AND CHEMICAL Suranindyah, Y. Y., Khairy, D. H. A., Firdaus, N.,
COMPOSITION OF DRÂA GOAT MILK. & Rochijan. (2018). Milk Production and
African Journal of Food, Agriculture, Composition of Etawah Crossbred , Sapera
Nutrition, and Development, 14(4), 9181– and Saperong Dairy Goats in Yogyakarta ,
9191. Indonesia. International Journal of Dairy
Oravcova, M., Agricultural, N., Centre, F., & Science, 13(1), 1–6. https://doi.org/10.3923/
Tancin, V. (2015). The effect of stage of ijds.2018.1.6
lactation on daily milk yield , and milk fat and Suranindyah, Y. Y., Widyobroto, B. P., Astuti, S.
protein content in Tsigai and Improved D., Murti, T. W., & Adiarto, A. (2020).
Valachian ewes. Mljekarstvo, 65(1), 48–56. Lactation Characteristic of Etawah Crossed
https://doi.org/10.15567/ Breed Goats Under Intensive Management.
mljekarstvo.2015.0107 Bulletin of Animal Science, 44(February),
Park, Y. W. (2016). Production and Composition 22–26. https://doi.org/10.21059/
of Milk are affected by Multivariate Factors. buletinpeternak.v44i1.44176
Advances in Dairy Research, 4(3), 3–4. Tancin, V., Macuhova, L., Oravcová, M., Uhrincat,
https://doi.org/10.4172/2329- M., Kulinová, K., Roychoudhury, S., &
888X.1000e131 Marnet, P. G. (2011). Milkability assessment
Robert, S. (2018). Nutrient Requirements of of Tsigai , Improved Valachian , Lacaune and
Sheep and Goats. Alabama A&M University, F1Crossbred ewes ( Tsigai × Lacaune ,
1–10. https://doi.org/10.17226/20671 Improved Valachian × Lacaune ) throughout
lactation. Small Ruminant Research Journal,
Romero, T., Beltrán, M. C., Rodríguez, M., Olives, 97, 28–34. https://doi.org/10.1016/
A. M. De, & Molina, M. P. (2013). Short j.smallrumres.2011.01.007
communication/ : Goat colostrum quality/ :
Litter size and lactation number effects. Vas, J., Chojnacki, R. M., & Andersen, I. L. (2019).
Journal of Dairy Science, 96(12), 7526– Search Behavior in Goat ( Capra hircus )
7531. https://doi.org/10.3168/jds.2013-6900 Kids From Mothers Kept at Different Animal
Densities Throughout Pregnancy. Frontiers
Sabapara, G. P., Kharadi, V. B., Sorathiya, L., & in Veterinary Science, 6(21), 1–14. https://
Patel, D. C. (2014). Housing , Health Care doi.org/10.3389/fvets.2019.00021
and Milking Management Practices Followed
by Goat Owners in Navsari District of Waheed, A., & Khan, M. S. (2013). Lactation
Gujarat. Journal of Agriculture and curve of Beetal goats in Pakistan Lactation
Veterinary Sciences, 1(4), 164–167. curve of Beetal goats in Pakistan. Archiv
Tierzucht, 56(89), 892–898. https://doi.org/
Skibiel, A. L., Downing, L. M., Orr, T. J., & Hood, 10.7482/0003-9438-56-089
W. R. (2013). The evolution of the nutrient
composition of mammalian milks. Journal of Zobel, G., Weary, D. M., Leslie, K. E., &
Animal Ecology, 82, 1254–1264. https:// Keyserlingk, M. A. G. Von. (2015). Invited
doi.org/10.1111/1365-2656.12095 review/ : Cessation of lactation/ : Effects on
animal welfare. Journal of Dairy Science, 98,
8263–8277.

32 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN
TERNAK SAPI DI DESA CANDIKUSUMA, KECAMATAN MELAYA, JEMBRANA

M.A Widyaningsih

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali


Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali 80222
E-mail : widyaningsihw@yahoo.com

Submitted date : 22 Pebruari 2021 Approved date : 3 Maret 2021

ABSTRACT

The Opportunities Of Utilization Of Shells Of Cocoa Pods Waste As A Feed Of Beef Cattle
in Candikusuma Village, District Melaya, Jembrana

Indonesia is the world’s third largest cocoa producer after Ivory Coast and Ghana with productivity and
quality is still low. Increased production and productivity of cocoa is generally followed by problems, including
the handling of waste in the form of cocoa shells (rind) cocoa reached 73.77% of the weight of the cocoa fruit
fresh. Cocoa waste has not been widely used; although in some circumstances have the potential as animal
feed as well as raw materials for composting. Melaya sub-district, Jembrana has extensive the masses cocoa
plantations in 2014 reached 1384.40 hectares with a population of of cattle reached 19 517 tail. Data and the
facts as mentioned above are potential prospects in supporting opportunities cacao rind (shell) utilization of
waste as a cattle feed. Shell cacao fruit has the potential to be processed as feed material reinforcing
(concentrate). The quality of this waste can be improved through the process of fermentation. For ruminants
(cattle and goats), cocoa shell waste after being processed, could be used as feed supports for accelerate
growth or increase milk productivity. Giving cocoa waste in cattle can improve the efficiency of reinforcing
inputs, especially feed input from outside, namely in the form of waste bran cocoa fruit shell. The case study the
opportunities cocoa shell waste utilization is done in the village Candikusuma, District Melaya, Jembrana which
is one of the village centers cocoa producer. Results of the study showed an area of 304.37 hectares of cocoa
and cocoa production of 155.07 tones with certain assumptions derived rind (shell) dry cocoa as much as 57.38
tons of dry cocoa shell, which potentially can be used as an alternative to feed rice bran reinforcing that costs
more expensive.

Keywords: Uilization, waste cocoa and cattle

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara produsen kakao terbesar ke tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana
dengan produktivitas dan kualitas yang masih rendah. Peningkatan produksi dan produktivitas kakao umumnya
diikuti oleh masalah, diantaranya penanganan limbah kakao dalam bentuk cangkang (kulit buah) kakao yang
mencapai 73,77 % dari berat buah kakao segar. Limbah kakao belum banyak dimanfaatkan walaupun dalam
beberapa kondisi memiliki potensi sebagai bahan pakan ternak maupun bahan baku pembuatan kompos.
Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana memiliki luas perkebunan kakao rakyat tahun 2019 mencapai 1.384,40
hektar dengan populasi ternak sapi mencapai 19.517 ekor. Data dan fakta tersebut di atas merupakan prospek
potensial dalam mendukung peluang pemanfaatan limbah kulit buah kakao sebagi pakan ternak sapi. Kulit
buah kakao memiliki potensi untuk diolah sebagai bahan pakan penguat (konsentrat). Mutu dari limbah ini
dapat ditingkatkan melalui proses fermentasi. Untuk ternak ruminansia (sapi dan kambing), limbah kulit kakao
setelah diolah, bisa dijadikan pakan penguat untuk mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas
susu. Pemberian limbah kakao pada ternak sapi dapat meningkatkan efisiensi input terutama input pakan
penguat dari luar, yaitu berupa dedak dari limbah kulit buah kakao. Study kasus peluang pemanfaatan limbah
kulit kakao dilakukan di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana yang merupakan salah satu desa
sentra penghasil kakao. Hasil study memperlihatkan dengan luasan kebun kakao 304,37 hektar dan produksi

Peluang Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Termak Sapi
Di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana | M.A. Widyaningsih 33
kakao 155,07 ton dengan asumsi tertentu diperoleh kulit buah kakao kering sebanyak 57,38 ton kulit kakao
kering, yang berpeluang bisa dijadikan pakan penguat alternatif pengganti dedak padi yang harganya semakin
mahal.

Kata kunci : Pemanfaatan, limbah kakao dan ternak sapi

PENDAHULUAN mencapai 73,77 % dari berat buah kakao segar


(BPTP Bali, 2011). Penanganan limbah
Indonesia merupakan negara produsen perkebunan sampai saat ini masih merupakan
kakao terbesar ke tiga di dunia setelah Pantai kendala dalam program penanganan limbah di
Gading dan Ghana, dengan luas areal 1.740.612 tingkat petani. Masalah ini di antaranya adalah
ha dan produksi 720.862 ton dengan keterbatasan waktu, tenaga kerja, maupun
produktivitas dan kualitas yang masih sangat keterbatasan areal pembuangan. Di samping itu,
rendah (Dirjen Perkebunan, 2014). Rata-rata limbah perkebunan belum banyak dimanfaatkan
produktivitasnya hanya 821 kg/ha/tahun, masih walaupun dalam beberapa kondisi memiliki
jauh di bawah rata-rata potensi yang diharapkan potensi sebagai bahan pakan ternak maupun
sebesar 1,54 -2,75 ton/ha/tahun, sedangkan bahan baku pembuatan kompos, sehingga perlu
Pantai Gading produktivitasnya sudah mencapai dilakukan pengamatan dalam mendukung
1500 kg/ha/tahun (Anon, 2010). Beberapa faktor program pemanfaatan limbah potensial.
yang menyebabkan rendahnya produktivitas, Potensi limbah cangkang (kulit buah) kakao
adalah kondisi kebun yang kurang terawat, yang belum banyak dimanfaatkan oleh petani,
tanaman tidak produktif (tanaman sudah tua), bisa dimanfaatkan untuk pakan alternatif untuk
serangan hama penyakit terutama serangan PBK ternak sapi. Di beberapa lokasi seperti di
(Penggerak Buah Kakao), Vascular Streak Kecamatan Melaya, Jembrana limbah kulit kakao
Dieback (VSD), dan penyakit busuk buah sudah digunakan oleh beberapa peternak sapi
(Phytopthora palmivora). sebagai bahan pakan yang memberikan
Desa Candi Kusuma, di Kecamatan Melaya, keuntungan bagi peternak sehingga perlu dikaji
Jembrana Provinsi Bali, merupakan salah satu lebih lanjut. Kecamatan Melaya, Kabupaten
desa yang memiliki tanaman kakao. Data Jembrana memiliki luas perkebunan kakao
menunjukkan, luas perkebunan kakao rakyat di rakyat tahun 2017 mencapai 1.384,40 hektar
Kecamatan Melaya pada tahun 2017 adalah dengan populasi ternak sapi mencapai 19.517
1.935,82 hektar, menurun menjadi 1.384,40 ekor (BPS, 2015). Data dan fakta tersebut di atas
hektar pada tahun 2014, demikian juga merupakan prospek potensial dalam mendukung
produksinya menurun dari 1.004,48 ton menjadi peluang pemanfaatan limbah kulit buah kakao
911,35 ton biji kakao kering (BPS, 2015). Dari sebagi pakan ternak sapi.
data di atas terlihat produktivitas kakao di Pakan merupakan salah satu faktor yang
Kecamatan Melaya meningkat dari 0,52 ton biji sangat menentukan dalam usaha peternakan.
kakao kering per hektar pada tahun 2017 menjadi Ketersediaan pakan sangat berfluktuasi,
0,66 ton biji kakao kering/ha pada tahun 2014 berlimpah pada musim hujan dan terjadi
(BPS, 2015). Produktivitas kakao yang dihasilkan kekurangan saat kemarau (Andayani, 2010). Hal
di tingkat petani ini jauh lebih rendah bila tersebut menjadi hambatan sekaligus tantangan
dibandingkan dengan produktivitas kakao yang bagi para peternak untuk tetap menyediakan
mencapai 0,70 s/d 0,90 ton biji kakao kering/ha pakan dengan kandungan protein yang tinggi,
pada kegiatan Demplot Intensifikasi Kakao di murah dan berkelanjutan. Nelson (2011)
Subak Abian Sumber Urip, Desa Pengragoan, menyatakan bahwa penyediaan pakan telah
Kecamatan Pekutatan dan di Subak Abian Taman bergeser kepada upaya eksplorasi dan
Sari, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, pemanfaatan bahan pakan nonkonvensional
Jembrana (Aribawa et al., 2011; Aribawa et al., dengan nilai kompetisi yang masih rendah antara
2012 dan Aribawa et al., 2013). lain adalah kulit buah kakao. Wulan (2001)
Peningkatan produksi dan produktivitas menyatakan bahwa kulit buah kakao adalah
kakao umumnya diikuti oleh masalah, limbah utama hasil pengolahan buah kakao yang
diantaranya penanganan limbah kakao dalam sangat potensial untuk dimanfaatkan.Mujnisa
bentuk cangkang (kulit buah) kakao yang (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan limbah

34 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


hasil perkebunan atau limbah agroindustri perkebunan lain. Pada tahun 2015, biji kakao
mempunyai fungsi yaitu sebagai sumber asalan di tingkat petani di Kecamatan Melaya
makanan berserat bagi ternak ruminansia. dibeli pengepul dengan harga Rp. 30.000,- s/d
Tulisan ini merupakan makalah review yang 35.000,- per kg, harga ini bervariasi tergantung
membahas tentang peluang pemanfaatan limbah dari tingkat kekeringan dari biji kakao yang dijual.
kulit buah kakao untuk pakan ternak sapi, Harga biji kakao asalan maupun yang
khususnya peluang pemanfaatan limbah kulit terfermentasi cenderung meningkat dan pasar
buah kakao di Desa Candikusuma, Kecamatan lokal, regional, maupun internasional terutama
Melaya, Jembrana, yang merupakan sentra pasar Eropa terbuka lebar dan masih
tanaman kakao membutuhkan biji kakao.
Tanaman kakao, di samping menghasilkan
produk utama, berupa biji-bijian, minyak atau
METODOLOGI serat, juga menghasilkan produk sampingan
berupa limbah. Limbah kakao, berupa kulit buah
Bahan tulisan berasal dari data-data kakao memiliki potensi untuk diolah sebagai
sekunder yang diperoleh dari kumpulan- bahan pakan penguat (konsentrat) seperti lumpur
kumpulan data-data informasi tentang peluang sawit, molasis, bungkil kelapa, buah semu mete,
pemanfaatan limbah kulit buah kakao sebagai serta kulit buah kopi. Mutu dari limbah dapat
pakan ternak dan studi literatur memanfaatkan ditingkatkan melalui proses fermentasi, salah
refrensi dari buku-buku seperti Prosiding, Jurnal, satunya adalah dengan menggunakan
Majalah Ilmiah Populer, Buletin dan lainnya. Aspergillus niger. Kulit buah kakao, setelah
Refrensi juga diambil dari beberapa tulisan yang difermentasi, dikeringkan kemudian ditepungkan
dimuat di media digital dan elektronik.Data selalu agar bisa disimpan dalam jangka waktu yang
diikuti dengan penulisan sumber refrensi dan lama (3-6 bulan). Proses fermentasi tersebut
apabila diperoleh secara elektronik selain sumber dapat meningkatkan kandungan protein kasar
data juga disertai dengan waktu pengunduhan (CP) limbah kakao dari 9,23 % menjadi 17,42%.
data tersebut. Data disajikan dalam bentuk tabel Selain itu juga dapat menurunkan kandungan
dan grafik serta dianalisis secara deskritif. serat kasarnya dari 16,42% menjadi 8,15%
(Badan Litbang Pertanian, 2011).
Untuk ternak ruminansia (sapi dan kambing),
HASIL DAN PEMBAHASAN limbah kulit kakao setelah diolah melalui
fermentasi, bisa dijadikan pakan penguat untuk
mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan
Kakao dan Pemanfaatannya produktivitas susu. Pemberian limbah kakao
pada ternak sapi dapat meningkatkan efisiensi
Kecamatan Melaya dengan luas wilayah input terutama input pakan penguat dari luar,
sekitar 197,19 km², merupakan satu dari lima yaitu berupa dedak dari limbah kulit buah kakao.
kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Jembrana, Bali. Berdasarkan ketinggian tanah Limbah Kulit Buah Kakao dan Pengolahannya
di bagian utara wilayah Kecamatan Melaya
mempunyai morfologi dan fisiografi dari landai, Limbah kakao, merupakan bahan yang
bergelombang sampai berbukit. terbuang di sektor perkebunan. Pada pertanian
Ketinggian tempat bervariasi antara 250 – 700 konvensional atau modern, umumnya tidak
m dpl. Sedangkan di bagian selatan wilayah terdapat pengelolaan limbah, sebab dalam
Kecamatan Melaya topografinya relatif datar pertanian konvensional semua inputnya seperti
hingga bergelombang, ketinggian tempat ini pupuk menggunakan bahan kimia. Limbah
berkisar antara 1 – 250 m dpl. Kecamatan Melaya dianggap suatu bahan yanag tidak penting dan
merupakan salah satu sentra penghasil buah/biji tidak bernilai ekonomi. Padahal jika dikaji dan
kakao di Kabupaten Jembrana (BPS, 2015). dikelola, limbah kakao ini dapat diolah menjadi
Biji kakao, merupakan komoditi ekspor yang beberapa produk baru yang bernilai ekonomi
cukup menggembirakan karena mempunyai nilai tinggi.
ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia, Pengolahan limbah kakao sangat perlu
dibandingkan dengan produk dari tanaman dilakukan karena tanaman kakao merupakan

Peluang Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Termak Sapi
Di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana | M.A. Widyaningsih 35
tanaman yang secara umum dimanfaatkan sehingga layak untuk pakan penguat kambing
bagian bijinya saja. Bagian buah lain tidak maupun sapi, bahkan untuk ransum babi dan
digunakan menjadi bahan utama dan umumnya ayam.
dibuang dalam bentuk limbah. Limbah tanaman
kakao kebanyakan berupa limbah padat. Limbah Potensi Perkembangan Perkebunan Kakao
padat memiliki cara pengolahan yang berbeda. dan Ternak Sapi di Kecamatan Melaya,
Secara umum, berdasarkan sifatnya, Jembrana
pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui
dua cara yaitu diolah dan tanpa pengolahan. Kabupaten Jembrana, khususnya Keca-
Semakin meningkatnya produksi kakao baik matan Melaya memiliki program pengembangan
karena pertambahan luas areal pertanaman perkebunan kakao dan merupakan program
maupun yang disebabkan oleh peningkatan pengembangan utama daerah, khususnya
produksi persatuan luas, akan meningkatkan perkebunan kakao rakyat. Perkembangan areal
jumlah limbah buah kakao. Komponen limbah perkebunan kakao di Kecamatan Melaya
buah kakao yang terbesar berasal dari kulit menunjukkan perkembangan yang bervariasi
buahnya atau biasa disebut pod kakao (Tabel 1).
(cangkang kakao), yaitu sebesar 73,77 % dari Tercatat pada tahun 2013 luas areal
total buah (BPTP Bali, 2011)). Apabila limbah pod mencapai 1935,82 ha, tahun 2014 menyusut
(kulit buah) kakao ini tidak ditangani secara serius menjadi 1384,40 hektar. Hal demikian
maka akan menimbulkan masalah lingkungan. berdampak terhadap total produksi kakao di
Di beberapa lokasi limbah kulit kakao sudah Kecamatan Melaya yakni pada tahun 2013
digunakan oleh beberapa peternak sapi sebagai produksi mencapai 1.004,48 ton, menurun
bahan pakan yang memberikan keuntungan menjadi 911,35 ton di tahun 2017 (BPS, 2018).
sehingga perlu dikaji lebih lanjut. Kondisi demikian menggambarkan bahwa ada
Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai permasalahan di perkebunan kakao rakyat di
pakan ternak dapat diberikan dalam bentuk segar tingkat petani. Menurunnya luas lahan kebun
maupun dalam bentuk tepung setelah diolah. kakao di tingkat petani umumnya disebabkan
Kulit buah kakao (shel food husk) adalah oleh rendahnya produktivitas kakao yang
merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan disebabkan oleh kondisi kebun yang kurang
tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Buah terawat, tanaman tidak produktif (tanaman sudah
coklat terdiri atas 74 % kulit buah, 2 % plasenta tua), serangan hama penyakit terutama serangan
dan 24 % biji. (Nasrullah dan Ella, 1993).Menurut PBK (Penggerak Buah Kakao), Vascular Streak
Guntoro et al., (2006) Kulit buah kakao (Shel food Dieback (VSD), dan penyakit busuk buah
husk) kandungan nutrisinya terdiri atas P 8,11%, (Phytopthora palmivora), disamping adanya alih
SK 16,42%,L 2,11%,Ca 0,08%,P 0,12% dan fungsi lahan dari kebun kakao ke tanaman
penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40, tahunan lainnya.
sedangkan menurut Amirroenas (1990) kulit
kakao mengandung selulosa 36,23%, Peluang Pemanfaatan Limbah Kulit Buah
hemiselulosa 1,14% dan lignin 20%-27,95%. Kakao Sebagai Pakan Ternak Sapi
Selanjutnya dikatakan bahwa limbah kulit buah
kakao yang diberikan secara langsung kepada Pemerintah dalam hal ini melalui dinas
ternak justru akan menurunkan bobot badan terkait secara simultan menyarankan untuk
ternak, sebab kadar protein kulit buah kakao memanfaatkan produk sampingan pertanian/
rendah, sedangkan kadar lignin dan selulosanya perkebunan sebagai sumber pakan alternatif
tinggi. bagi ternak yang dipelihara petani. Sumber
Mutu dari limbah dapat ditingkatkan melalui pakan yang diberikan diharapkan mengandung
proses fermentasi, salah satunya adalah dengan zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak,
menggunakan Aspergillus niger. Fermentasi seperti serat dan protein, seperti yang terdapat
dilakukan selama 5 hari, setelah itu bahan pada limbah kulit buah kakao yang sudah
kemudian dikeringkan kemudian ditepungkan terfermentasi. Untuk mengetahui peluang suatu
agar bisa disimpan dalam jangka waktu yang area atau subak abian dalam memenuhi
lama (3-6 bulan). Melalui proses fermentasi, nilai kebutuhan ternak akan pakan penguat alternatif
gizi limbah kulit buah kakao dapat ditingkatkan, seperti pemanfaatan kulit buah kakao ini, maka

36 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Tabel 1. Luas perkebunan kakao rakyat, produksi dan produktivitas di Kecamatan Melaya, Jembrana

Kakao
Desa Jumlah ternak sapi (ekor)
Luas (Ha) Produksi (Ton)

Gilimanuk - - 386
Melaya 186,90 80,27 3.316
Candikusuma 304,37 155,07 1.673
Tuwed 196,60 156,53 1.691
Tukadaya 152,13 152,15 3.330
Manistutu 137,23 116,66 4.184
Warnasari 31,81 17,32 1.421
Nusasari199,81 92,34 1.077
Ekasari 84,12 75,56 2.168
Blimbingsari 91,43 65,45 271
Jumlah 2017 1384,40 911,35 19.517
2016 1935,82 898,18 19.064
2015 1936,49 518,41 18.980
2014 1934,93 518,40 18.818
2013 1935,82 1.004,48 10.702

Sumber : BPS (2018)

diperlukan perhitungan dengan asumsi-asumsi sebagai pakan penguat alternatif pengganti


tertentu. dedak padi yang harganya semakin mahal, untuk
Seperti contoh untuk areal/wilayah Desa pakan ternak sapi sehingga dapat meningkatkan
Candikusuma, Kecamatan Melaya di tahun 2017. efisiensi input dalam beternak sapi.
Tindakan pertama adalah mengetahui luas areal
(lahan) produksi tanaman kakao di Desa
Candikusuma, selanjutnya mengetahui KESIMPULAN
produktivitas buah kakao per hektare dan total
keseluruhan produksi buah kakao di Desa Dari hasil tinjauan pustaka yang dilakukan,
Candikusuma. Setelah itu, menghitung produksi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
limbah kulit kakao berdasarkan total produksi diantaranya adalah :luas lahan untuk kebun
buah kakao yakni 74 % dari buah kakao. Luas kakao rakyat di Desa Candikusuma paling luas
arael tanaman kakao di Desa Candikusuma: bila dibandingkan dengan desa yang lainnya.
304,37 hektar Produksi buah kakao (ton/ha/th): Produktivitas kakao di Desa Candikusuma masih
0,51 ton Produksi buah kakao total (ton/ha/th) : lebih rendah bila dibandingkan dengan potensi
155,07 ton/ha/tahun hasil yang tercantum dalam deskiripsinya.
Dari tinjauan pusataka di atas menunjukkan Peluang dedak kakao sebagai pakan alternatif
bahwa kulit buah kakao besarannya adalah 74 penguat ternak sapi di Desa Candikusuma
% dari buah kakao, maka dengan demikian berpotensi mencapai 57,38 ton per tahun. Dari
peluang ketersediaan pakan pemguat alternatif potensi di atas dapat dihitung kemampuan daya
di Desa Candikusuma dari kulit buah kakao tampung ternak sapi untuk Desa Candikusuma,
adalah : 0,74 x 155,07 ton = 114,75 ton kulit Kecamatan Melaya, Jembrana.
buah kakao basah. Dengan konversi bahwa
kakao kering mencapai 50 % dari produksi kulit
buah kakao basah, maka kulit buah kakao kering DAFTAR PUSTAKA
yang dihasilkan 0,50 x 114,75 ton = 57,38 ton.
Jadi dengan demikian, untuk areal/lahan kebun Andayani, J. 2010. Evaluasi kecernaan in vitro
kakao di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya bahan kering, bahan organik dan protein
dengan asumsi tidak ada bahan kulit buah kakao kasar penggunaan kulit buah jagung
yang hilang dalam proses penepungan, maka amoniasi dalam ransum ternak sapi. Jurnal
akan dihasilkan 57,38 ton dedak kulit buah kakao Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIII, No. 5.

Peluang Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Termak Sapi
Di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana | M.A. Widyaningsih 37
Aribawa, IB., IN. Sumawa, IBK. Swastika, IN. Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali,
Duwijana dan I Made Sukarja. 2011. Laporan BBP2TP Bogor. Badan Litbang Pertanian.
Akhir Demplot Gernas Kakao di Bali. Balai Jakarta. (un publish)
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali,
BPS. 2018. Kecamatan Melaya. Badan Pusat
BBP2TP Bogor. Badan Litbang Pertanian.
Statistk Denpasar. Bali
Jakarta.
Dirjen Perkebunan. 2014. Luas Areal, Produksi
Aribawa, IB., IN. Sumawa, IBK. Swastika, IN.
dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia.
Duwijana dan I Made Sukarja. 2012.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Laporan Akhir Demplot Gernas Kakao di
Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Guntoro, S., Sriyanto, N. Suyasa dan M. Rai
(BPTP) Bali, BBP2TP Bogor. Badan Litbang Yasa. 2006. Pengaruh pemberian limbah
Pertanian. Jakarta. kakao olahan terhadap pertumbuhan sapi
Bali (Feeding of processed cacao by-product
Aribawa, IB., IN. Sumawa, IBK. Swastika, IN.
to growing bali cattle). Balai Pengkajian
Duwijana dan I Made Sukarja. 2013.
Teknologi Pertanian Bali, Ngurah Rai,
Laporan Akhir Demplot Gernas Kakao di
Denpasar.
Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Bali, BBP2TP Bogor. Badan Litbang Nasrullah dan A. Ella, 1993. Limbah pertanian
Pertanian. Jakarta. dan prospeknya sebagai sumber pakan
ternak di Sulawesi Selatan. Makalah.(Tidak
Amirroenas D.E. 1990. Mutu ransum berbentuk
dipublikasikan).Ujung Pandang.
pellet dengan bahan serat biomasa pod
coklat (Theobroma cacao L.) untuk Nelson.2011. Degradasi bahan kering dan
pertumbuhan sapi perah jantan.Tesis.(Tidak produksi asam lemak terbang in vitro pada
dipublikasikan). Fakultas Pascasarjana, kulit buah kakao terfermentasi. Jurnal Ilmiah
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ilmu-Ilmu Peternakan, Vol. XIV, No.1.
Anonimus. 2010. Budidaya & Pasca Panen Mujnisa, A. 2007.Kecernaan bahan kering in
Kakao. Puslitbangbun. Badan Litbangtan. vitro, proporsi molar asam lemak terbang
Kementerian Pertanian. 92 hal. dan produksi gas pada kulit kakao, biji
kapuk, kulit markisa dan biji markisa. Buletin
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pengolahan
Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol 6 (2).
Limbah Perkebunan untuk Pakan Ternak.
Edisi 3-9 Agustus 2011 No.3417 Tahun XLI Wulan, S. N. 2001. Kemungkinan pemanfaatan
Agroinovasi, Badan Litbang Pertanian. limbah kulit buah kakao (Theobroma Cacao,
L) sebagai sumber zat pewarna (Â-
BPS. 2015. Kecamatan Melaya dalam Angka
Karoten).Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 2,
2014. Badan Pusat Statistk Denpasar. Bali
No. 2.
BPTP Bali. 2011. Pengolahan Limbah
Perkebunan untuk Pakan Ternak. Balai

38 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI MELALUI TEKNOLOGI
PERBENIHAN KOPI ROBUSTA KLON BP 308 DI LOKASI TTP
DESA SANDA KABUPATEN TABANAN

I Made Sukadana1, I Wayan Sunanjaya2, I Nengah Duwijana3

1,2,3)
Penyuluh Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Bali
Jln. By Pass Ngurah Rai Pesanggran Denpasar,Tlp. (0361) 720498
E-mail: bptp_bali@yahoo.com

Submitted date : 16 Pebruari 2021 Approved date : 18 Maret 2021

ABSTRACT

Empowerment of Farmer Communities Through Robusta Clone BP 308 Coffee


Seeding Technology in TTP Location, Sanda Village, Tabanan Regency

Sanda Village is one of 14 villages in the Pupuan District area, located approximately 38 km to the north
of the city center of Tabanan. Judging from the geographical conditions, the area of Sanda Village is a plateau
with an altitude of approximately 725 meters above sea level.The temperature ranges from 23-28 oC with an
average rainfall of 1,050 mm/year.Togetherness and mutual cooperation are the capital to realize sustainable
development efforts.The total population of Sanda Village in 2016 was 1,550 people with the community’s
livelihoods being dominated by farming communities, namely 90%.As a farmer community actor who also
manages agro educational tourism destinations “Agricultural Technology Plants (TTP)” requires mastery to
market agro tourism objects entitled Integrated Robusta Coffee with Goat Cattle “.The problems faced in the
effort to cultivate the Robusta coffee plant and develop agro tourism include:First: Utilization of Technological
Innovations; Second: Community Empowerment: and Third: Problems with the development of a creative
economy community.To answer these problems, the concept of community empowerment in the form of Robusta
coffee seed technology uses Robusta coffee cuttings Clone BP 308 as rootstock in interpreting the problem of
parasite nematodes.Physically, the technology that is being disseminated is in the form of BP 308 Robusta
coffee propagation technology. The stages in the concept of community empowerment to the community are as
follows: (1) Identification of community needs, (2) Designing BP 308 Clone Technology.

Keywords: Empowerment, Sanda Village, technology, robusta coffee, BP 308 Clone entres cuttings

ABSTRAK

Desa Sanda merupakan salah satu dari 14 desa di wilayah Kecamatan Pupuan, terletak kurang lebih 38
Km ke arah utata pusat kota Tabanan. Dilihat dari kondisi geografi, wilayah Desa Sanda merupakan dataran
tinggi dengan ketinggian kurang lebih 725 meter dari permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 23-28 oC
derngan curah hujan rata-rata 1.050 mm/tahun.Kebersamaan dan kegotongroyongan menjadi modal untuk
mewujudkan upaya pembangunan yang berkelanjutan. Jumlah penduduk Desa Sanda pada tahun 2016 adalah
1.550 jiwa dengan mata pencaharian masyarakat didominasi oleh masyarakat petani yaitu 90%.Sebagai pelaku
masyarakat petani yang juga mengelola tempat tujuan wisata edukasi agro “Tanaman Teknologi Pertanian
(TTP)” memerlukan penguasaan untuk memasarkan obyek-obyek wisata agro yang bertajuk Kopi Robusta
Terintegrasi dengan Ternak Kambing”. Permasalahan yang dihadapi dalam upaya budidaya tanaman tanaman
kopi Robusta dan mengembangkan wisata agro antara diantaranya: Pertama : Pemanfaatan Inovasi Teknologi;
Kedua : Perberdayaan Masyarakat: dan Ketiga : Permasalahan pengembangan masyarakat ekonomi kreatif.
Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut maka konsep pemberdayaan masyarakat berupa
teknologi perbenihan kopi Robusta menggunakan stek entres kopi Robusta Klon BP 308 sebagai batang bawah
dalam mengartasi masalah nematode parasite.Secara fisik teknologi yang didesiminasikan berupa teknologi
perbanyakan kopi Robusta Klon BP 308. Tahapan dalam konsep pemberdayaan masyarakat kepada masyarakat
sebagai berikut: (1) Identifikasi kebutuhan masyarakat, (2) Perancangan Teknologi Klon BP 308.

Kata kunci :Pemberdayaan, Desa Sanda, teknologi, kopi robusta, stek entres Klon BP 308

Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui Teknologi Perbenihan Kopi Robusta


Klon BP 308 di Lokasi TTP Desa Sanda, Kabupaten Tabanan | I Made Sukadana, dkk. 39
PENDAHULUAN Terbentuknya Tanaman Teknologi Pertanian
(TTP), kedepan diharapkan dapat menunjang
Desa Sanda merupakan salah satu dari 14 kegiatan masyarakat petani sebagai mata
desa di wilayah Kecamatan Pupuan, terletak pencaharian masyarakat Desa Sanda
kurang lebih 38 Km ke arah utata pusat kota Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan yang
Tabanan. Desa Sanda memliki batas-batas sebagian besar bertani terutama pada pada
sebagai berikut : (1) Sebelah Utara : Desa komoditas perkebunan salah satunya tanaman
Batungsel, (2) Sebelah Timur : Hutan Negara, kopi Robusta disamping tanaman pertanian yang
(3) Sebelah Selatan : Desa Belimbing, dan lainnya, dengan gagasan tersebut Pemerintahan
Sebelah Barat : Desa Padangan dan Desa Jelijih Desa bersama masyarakat berkeinginan
Punggang. Dilihat dari kondisi geografi, wilayah memberdayakan seluruh warga desa dengan
Desa Sanda merupakan dataran tinggi dengan membentuk Desa Agro Wisata yang di awali
ketinggian kurang lebih 725 meter dari dengan pembentukan Taman Teknologi
permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 23- Pertanian (TTP) bertajuk “Tanaman Kopi
28 oC derngan curah hujan rata-rata 1050 mm/ Tertintegrasi Dengan Ternak Kambing”.
tahun.
Salah satu ciri ciri masyarakat desa adalah
penduduknya masih memiliki hubungan METODOLOGI
kekerabatan yang kental. Hubungan kekerabatan
yang kuat ini cenderung dikarenakan antar Program pemberdayaan masyarakat ini
kepala keluarga memiliki kemungkinan adanya dilakukan selama 12 bulan mulaibulan Januari
hubungan keluarga. Karena hubungan sampai Desember 2020. Sasaran kegiatan ini
kekerabatan yang masih dinamis, kehidupan adalah masyakat petani kopi Robusta yang
juga memiliki ciri kekeluargaan dan juga memiliki berlokasi di Tanamn Teknologi Pertanian (TTP)
ikatan yang kuat meski tidak memiliki hubungan Desa Sanda, Kecamatan Pupuan, Kabupaten
darah atau keluarga. Tabanan sejumlah 15 orang. Aspek yang dibahas
Ciri-ciri tersebut melekat pada masyarakat pada kajian iniadalah implementasi teknologi
Desa Sanda memiliki semangat kerja yang baik. perbenihan kopi klon BP 308 yang meliputi
Komunitas petani Desa Sanda, memiliki adat paktek pembuatan benih kopi Robusta dengan
budaya dan sosial khususnya budaya gotong menggunakan bahan stek entres klon BP
royong. Kebersamaan dan kegotongroyongan ini 308.Metode pemberdayaan yang dilakukan
menjadi modal untuk mewujudkan upaya dengan menggunakan sosialisasi dan pelatihan,
pembangunan yang berkelanjutan. Jumlah diskusi, praktik langsung, pendampingan dan
penduduk Desa Sanda pada tahun 2016adalah evaluasi.
1.550 jiwa dengan mata pencaharian masyarakat
di daerah ini didominasi oleh masyarakat petani
yaitu 90%. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberdayaan masyarakat adalah proses
pembangunan dimana masyarakat berinisiatif
untuk memulai proses kegiatan sosial untuk Permasalahan Pemanfaatan Teknologi
memperbaiki situasi dan kondisi yang ada.
Pemberdayaan masyarakat pro aktif serta Sebagai pelaku usaha wisata yang
berpartisipasi. Suatu usaha dapat berhasil dinilai mengelola tempat tujuan wisata edukasi agro
sebagai “Pemberdayaan” apabila komunitas/ Tanaman Teknologi Pertanian (TTP) memerlukan
masyarakat tersebut menjadi agen pemba- penguasaan untuk memasarkan obyek-obyek
ngunan atau subjek (Subjek merupakan motor wisata agro di Desa Sanda secara offline maupun
penggerak dan bukan penerima manfaat atau online. Selain itu Taman Teknologi Pertanian
objek saja (Munanto, 2019). Lebih lanjut (TTP) dituntut juga untuk menyediakan teknologi
Mardikanto (2014), ada 6 (enam) tujuan pember- baik dalam bidang pertanian, perkebunan dan
dayaan masyarakat yaitu : 1) Perbaikan peternakan disamping untuk memasarkan hasil
kelembagaan, 2). Perbaikan usaha, 3). Perbai- pertanian yang dihasilkan oleh para petani di
kan pendapatan, 4). Perbaikan lingkungan, 5). Desa Sanda meliputi: tanaman durian, apokat,
Perbaikan kehidupan, 6). Perbaikan masyarakat. pisang, termasuk buah lainnya dan bunga pecah

40 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


seribu yang mulai berkembang disekitar lokasi perkebunan, dan peternakan serta makanan
Taman Teknolog Pertanian (TTP), disamping itu olahan. Peningkatan kegiatan produktif
untuk pengembangan usahatani ternak kambing penunjang destinasi wisata agro Desa Sanda.
PE dan kambing Boerka yang sudah mulai
berkembang disekitar Desa Sanda dengan Tahapan Pemberdayaan
memanfaatkan inovasi teknologi.
Pemanfaatan inovasi teknologi untuk Tahapan dan tindakan dalam melaksanakan
pengembangan serta pemasaran hasil pertanian, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi
perkebunan dan peternakan secara optimal. permasalahan, adalah sebagai berikut:
Pemasaran masih dilakukan secara
konvensional. Hal ini mengingat produktivitas Metode dan tahapan dalam pemberdayaan
kopi Robusta yang masih rendah untuk masyarakat
dipasarkan. Teknologi perbenihan kopi Robusta
diperlukan agar dapat meningkatkan hasil Kebutuhan masyarakat yang dimaksudkan
produktivitas tanaman kopi yang selama ini antara lain sebagai berikut: (a) Kebutuhan
produksinya masih rendah. terhadap sebuah kawasan pertanian kopi
Robusta yang terpadu dengan fungsinya sebagai
Permasalahan pemberdayaan masyarakat salah satu obyek wisata agro di Desa Sanda; (b)
Kebutuhan inovasi teknologi perbenihan kopi
Taman Teknologi Pertanian (TTP) sebagai robusta yang efektif dan efisien berupa teknologi
ujung tombak kegiatan wisata agro Desa Sada batang bawah kopi robusta yang menggunakan
dalam hal ini kopi terintegrasi dengan ternak stek entres Klon BP 308.; (3) Kebutuhan inovasi
kambing masih mempunyai kendala dalam teknologi pengembangan ternak kambing
beberapa hal terkait pemberdayaan masyarakat, disekitar Desa Sanda.
antara lain: (1) Penguatan tata kelola
(manajemen) obyek-obyek wisata agro Desa Perancangan teknologi Klon BP 308
Sanda, (2) Peningkatan kemampuan untuk
menggerakkan masyarakat sebagai pelaku Adapun perancangan yang dimaksud
usaha dalam kawasan wisata agro Desa Sanda. meliputi: (a) Perancangan green house; (b)
Perancangan inovasi teknologi stek entres Klon
Permasalahan pengembangan ekonomi kreatif BP 308 (c) Perancangan kebun induk kopi
Robusta Klon BP 308; (d) Perancangan
Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui lansekap; (e) Perancangan struktur organisasi
pengembangan produk wisata agro melalui pengelola Taman Teknologi Pertanian (TTP)
penanaman terkonsentrasi pada masing-masing sebagai pusat taman untuk idukasi dibidang
blok, antara lain : tanaman pertanian, pertanian dan peternakan.

Gambar 1. Identifikasi Kebutuhan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui Teknologi Perbenihan Kopi Robusta


Klon BP 308 di Lokasi TTP Desa Sanda, Kabupaten Tabanan | I Made Sukadana, dkk. 41
Deskripsi Diseminasi Inovasi Teknologi

Deskripsi singkat kopi robusta klon BP 308

Sifat agronomi Deskripsi

Perakaran Besar, kokoh


Percabangan Cabang primer teratur agak mendatar, reproduksi cabang cukup aktif,
cabang sekender agak terpuntir
Daun Berwana hijau tua gelap, pupus merah kecoklatan,helaian daun membusur,
permukaan daun bergelombang dan menyudut, tepi daun bergelombang
tegas
Perakaran Melebar akar leteral banyak
Pembungaan Agak lambat menjelang akhir musim pembungaan
Buah Kecil tidak seragam, diskus kecil, buah muda beralur tegas, buah masak
merah hati
Biji Kecil, presentase biji tunggal tinggi (62%)
Produktivitas 1.200 Kg kopi pasar/ha/tahun
Catatan :
Keunggulan Klon BP 308 Selain tahan serangan nematode parasit, juga tahan kekeringan
Kelemahan BP Klon 308 Sebagai induk maupun penyerbuk mewariskan sifat tahan hanya sebesar
40-60%, sehingga harus diperbanyak secara klonial

Sumber : PuslitKoka, 2008.

Untuk mempertahakan sifat tahan serangan tersertifikasi. Klon BP 308 dilepas oleh Menteri
nematode kopi Robusta Klon BP 308 harus Pertanian dengan SK No. 65/Kpts/SR.120/I/
diperbanyak secata klonal. Penggunaan sebagai 2004. Klon kopi BP 308 merupakan klon kopi
batang bawah dapat digunakan teknik stek- robusta yang direkomendasikan sebagai batang
sambung dengan batang atas dari klon/varietas bawah, hal ini dapat terbukti tahan terhadap
yang dikehendaki. serangan nematode parasit. Disamping itu,Klon
BP 308 mempunyai keunggulan tahan terhadap
Teknologi perbanyakan kopi Klon BP 308 serangan hama nematode parasit. Struktur
batang dan akar sangat kuat, toleran terhadap
Kendala yang sering dihadapi petani dalam kondisi tanah tidak subur, mempunyai produksi
budidaya kopi salah satunya adalah nematode yang cukup baik sekitar 1,200 ton/ha dan toleran
parasit merupakan jasad pengganggu yang terhadap cekaman kekeringan.Teknis
sangat berbahaya pada kopi Robusta maupun pelaksanaan teknologi perbanyakan kopi
pada kopi Arabika. Sehingga merupakan salah Robusta Klon BP 308 sebagai batang bawang
satu faktor penyebab terjadinya penurunan adalah sebagai beriku :
produktivitas kopi ditentukan oleh serangan
nematoda parasit (Pratylenchus coffeae).Sampai Bahan dan Alat
saat ini belum ada cara pengendalian yang
bersifat ekonomis untuk pertanaman kopi yang • Perbanyakan benih kopi Robusta
sudah terserang. Dipihak lain nematode parasit menggunakan batang bawah Klon BP 308
tersebut telah dijumpai diseluruh sentra dapat dilakukan memilih stek/ros dengan
penghasil kopi di Indonesia, oleh karena itu ukuran panjang 5-7 cm.
diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk • Bahan lain yang disiapkan berupa media
mengatasinya. Dari aspek praktis dan ekonomis, tanam tanah, kompos/pupuk kandang dan
penggunaan bahan tanaman unggul tahan cocopit (2:1:1), polybag ukuran 14 x 23 cm,
nematode masih merupakan cara pengendalian ZPT akar, Beka Decomposer Plus, plastik
yang paling efektif dan efisien. sungkup.Sedangkan bahan yang digunakan
BPTP Balitbangtan Bali pada tahun 2020 untuk pembuatan rumah bibit diantaranya
telah berhasil memproduksi benih kopi Robusta paranet, bambu dan tali rapia.
sebanyak kurang lebih 21,000 pohon yang telah • Peralatan yang digunakan cangkul, skop,

42 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Gambar 2. Proses teknologi perbenihan kopi Robusta Klon BP 308 sebagai batang bawah

Penyediaan stek entres kopi Robusta Klon BP 308 Pemotongan stek entres kopi Robusta Klon BP 308

Perendaman stek entres kopi Robusta Klon BP 308 Penyiapan campuran media tanam
dengan zat pengatur akar

Penanaman stek entres Kopi Robusta Klon BP 308 Penyungkupan stek entres kopi Robusta Klon BP 308

Sertifikasi benih kopi Robusta Klon BP 308 Benih kopi Robusta Klon BP 308 batang bawah siap
batang bawah diserahkan ke masyarakat petani

Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui Teknologi Perbenihan Kopi Robusta


Klon BP 308 di Lokasi TTP Desa Sanda, Kabupaten Tabanan | I Made Sukadana, dkk. 43
alat angkut/arco, sabit, gergaji, golok, linggis, • Meniriskan stek entres yang telah direndam
meteran, benang sepat, gunting pangkas dengan larutan Growntone.
dan pisau okulasi. • Penanaman stek kedalam polybag yang
telah disiapkan.
Rumah Bibit • Penyemprotan stek/ros dengan
menggunakan larutan Beka Decomposer
• Rumah bibit dapat dibuat dengan Plus dengan perbandingan air sebanyak 2
menggunakan menggunakan tiang cc : 1 liter.
bambudan atap paranet dengan penyinaran • Penyungkupan tanaman stek entres dengan
antara 40-60%, tiang bambu setinggi ± 200 menggunakan plastik sungkup dilakukan
cm dengan panjang dan lebar dapat setelah semua stek ditanam.
disesuaikan dengan tempat/lokasi dan
jumlah benih kopi yang akan dibutuhkan.
• Selanjutnya dibuat tempat polybag benih KESIMPULAN DAN SARAN
kopi dengan lebar 120 cm dengan panjang
disesuaikan dengan tempat benih kopi. Peran serta kepemimpinan baik formal
maupun non formal sangat diperlukan untuk
Penyiapan Media Tanam meningkatkan partisipasi aktif masyarakat. Juga
perlu digali potensi sosial budayayang telah
• Siapkan media tanam untuk menumbuhkan dimiliki oleh masyarakat desa. Upaya tersebut
akar dari batang yang distek. antara lain dengan memanfaatkan lembaga
• Media tanam ini harus memiliki drainase yang ada seperti masyarakat petani sadar wisata
yang baik dan bisa mencengkram batang yang merupakan wadah masyarakat dalam
dengan kokoh. menyampaikan aspirasinya dan lebih
• Campuran media tanam berupa tanah menghidupkan lagi suasana kebersamaan dan
subur,cocopit dan kompos/pupuk kandang gotong-royong yang kental mewarnai kehidupan
dengan perbandingan 2:1:1. desa.
• Peremdaman stek/ros dengan larutan ZPT Dengan dukungan 504 kepala keluarga
akar. yang berprofesi sebagai masyarakat petani
tanaman kopi Robusta dan tanaman lainnya
Pelaksanaan Perbenihan Kopi Robusta Klon diharapkan berpartisipasi aktif untuk
BP 308 mensukseskan Wisata Agro yang berlokasi di
Taman Teknologi Pertanian (TTP) Desa Sanda
Rincian pelaksanaan kegiatan pembuatan bertajuk Tanaman Kopi terintegrasi dengan
benih kopi Robusta Klon BP 308 dapat ternak kambing dapat terwujud dan
dilaksanakan diantaranya : berkelanjutan.
• Penyediaan batang bawah melalui
pemotongan stek/ros klon BP 308. Bahan
yang digunakan untuk stek hendaknya DAFTAR PUSTAKA
diambil tunas-tunas air (wiwilan) yang
berasal dari kebun induk entres. Stek yang Anwas, Oos M. (2013). Pemberdayaan
berasal dari wiwilan kebun produksi Masyarakat Di Era Global. Bandung:
biasanya kurang baik. Ruas yang baik Alfabeta
adalah ruas no. 2 dan 3, makin tua umur Chambers, Robert. (1996). PRA Participatory
bahan stek, makin kecil daya perakarannya. Rural Appraisal Memahami Desa Secara
Stek terdiri dari 1 (satu) ruas dipotong Partisipatif. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
runcing sepanjang 5- 7 cm dengan
sepasang daun yang dikupir hingga + 4 cm. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi
Bagian pangkal dipotong miring satu arah. Bali, tahun 2019. Program Penyuluhan
• Peremdaman stek entres dengan Provinsi Bali Tahun 2020, Dinas Pertanian
menggunakan larutan ZPT akar selama dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Tahun
kurang lebih 15 menit. 2019.

44 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Mardikanto, Totok. (2014). CSR (Corporate Puslit Koka, 2014. Kopi Tahan Nematoda Klon
Social Responsibility) (Tanggungjawab BP 308 dan Perbanyakannya. Leaflet. No,
Sosial Korporasi). Alfabeta. Bandung. 0519/HK.1301.42/02/08, tanggal 20
Pebruari 2008.
Munanto, H., 2019. Pemberdayaan Masyarakat
Petani Dusun Grangsel, Jambangan Melalui Sunanjaya, I.W., Yasa, I.R., Adijaya, I.N., Rdsiani,
Teknologi Hidroganik dan Energi Mandi D.M.Ni., Sukadana. I.M., Dwijana. I.N.,
Fotovoltaik. Jurnal Penyuluhan Sukraeni, K.K.Ni., Elizabeth, S.P.,
Pembangunan Volume 1, Nomor 2 Tahun Adiwirawan, P.L.Ngr.Gst., Suana, I.N.
2019. Kudiana, I.M., Suardama. I.K. 2020.
Produksi Benih Sebar Kopi Robusta.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 49/
Laporan Akhir Tahun. Balai Pengkajian
Permentan/OT.140/2014. Pedoman Teknis
Teknologi Pertanian Bali. Balai Besar
Budidaya Kopi Yang Baik (Good Agriculture
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Practices/GAAP On Caffee). Direktorat
Pertanian. Badan Penelitian dan
Jndral Perkebunan. Kementerian
Pengembangan Pertanian. Kementerian
Pertanian.Peraturan Menteri Pertanian
Pertanian. 2020
Republik Indonesia Nomor: 50/Permentan/
KB.020/9/2015 tentang Produyksi,
Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan
Benih Tanaman Perkebunan.

Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui Teknologi Perbenihan Kopi Robusta


Klon BP 308 di Lokasi TTP Desa Sanda, Kabupaten Tabanan | I Made Sukadana, dkk. 45
PERILAKU PESERTA TEMU TEKNIS INOVASI PERTANIAN
TENTANG PENGOLAHAN BAWANG MERAH

I Wayan Alit Artha Wiguna1, I Gusti Made Widianta2,


Ni Ketut Sudarmini3, Agung Prijanto4

1,2,3,4)
Penyuluh Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jln. By Pass Ngurah Rai Pesanggran Denpasar,Tlp. (0361) 720498
E-mail : arthawiguna2017@gmail.com

Submitted date : 22 Januari 2021 Approved date : 26 Pebruari 2021

ABSTRACT

Behavior of Participants of Agricultural Innovation Technical Meeting


about Shallot Processing

The Behavior of Participants in the Agricultural Innovation Technical Meeting about Shallot Processing is
the result of an evaluation for the participants on agricultural innovation meeting, was done on 2019 and 2020.
Meeting was carried out by the Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT) of Bali. The activities
was done in three regencies (Buleleng, Tabanan and Bangli) and as well as an innovation meeting at the
provincial level of Bali. To determine the changes of participants’ behavior regarding shallot processing technology.
Data were collected, through pre and post tests, and analyzed by descriptive methode. Total number of
respondents is 131 participants, with ages range between 23 and 60 years. Participants who have the status of
agricultural extension agents have an age range between 23 and 60 years old, with an average of 48.93 years.
Furthermore, participants with non-extension status had an age range between 26 and 57 years old with an
average of 44.29 years. Meanwhile, participants who work as farmers have an age range between 23 and 53
years old, with an average of 40.46 years. About 76.3% of the participants in the innovation meeting were
agricultural extension workers; 5.3% non-extension workers; 18.3% are farmers. The innovation meeting led to
a change in the level of participants’ knowledge shallot processing technology after participating in the innovation
meeting. The results of these analysis illustrate that the agricultural innovation meeting on shallot processing
carried out by the AIAT for 2019-2020, has an important role in increasing participants’ knowledge. In addition,
the results of the evaluation also showed that the participants’ attitudes about shallot processing technology
changed to a more positive direction after the participants took part in the 2019-2020 innovation meeting. Thus
the agricultural innovation meetings held by AIAT of Bali in 2019 and 2020 regarding shallot processing, were
able to increase participants’ knowledge and attitudes towards a better direction. The finding of agricultural
innovation has a great opportunity to accelerate the process of adoption of innovative agricultural technology
innovations from Agriculture Research Centre. Therefore, it is better if AIAT continue to find innovations for
various agricultural technologies produced by Agriculture Research Centre. Because there will be an opportunity
to accelerate the process of agricultural adoption-innovation from Agriculture Research Centre to farmers as
technology users. Furthermore, in determining the innovation meeting participants as far as possible are
participants with higher education and profesional job levels and who are still productive in age catagories.

Keyword: Behavior, technical innovation meeting, shallot processing.

ABSTRAK

Perilaku Peserta Temu Teknis Inovasi Pertanian tentang Pengolahan Bawang Merah merupakan hasil
evaluasi yang dilakukan terhadap peserta temu inovasi pertanian tahun 2019 dan 2020, yang dilaksanakan
oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, di tiga kabupaten (Buleleng, Tabanan dan Bangli) serta temu
inovasi tingkat provinsi Bali. Untuk mengetahui perubahan perilaku peserta tentang teknologi pengolahan bawang
merah, maka dilakukan pengumpulan data melalui pre dan post test, yang selanjutnya dianalisis secara
descriptive. Hasil analisis data menunjukann bahwa jumlah peserta temu inovasi tahun 2019-2020 tentang

46 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


pengolahan bawang merah adalah sebanyak 131 orang, dengan umur berkisar antara 23 dan 60 tahun. Peserta
yang berstatus sebagai penyuluh pertanian memiliki rentang umur antara 23 dan 60 tahun dengan rataan
48,93 tahun. Selanjutnya peserta yang berstatus non-penyuluh memiliki rentangan umur antara 26 dan 57
tahun dengan rataan 44,29 tahun. Sedangkan peserta yang berprofesi sebagai petani memiliki rentangan
umur antara 23 dan 53 tahun dengan rataan 40,46 tahun. Peserta temu inovasi sebanyak 76,3% adalah penyuluh
pertanian; 5,3% non penyuluh; 18,3% adalah petani. Temu inovasi menyebabkan adanya perubahan tingkat
pengetahuan peserta tentang teknologi pengolahan bawang merah setelah mengikuti temu inovasi. Hasil analis
tersebut menggambarkan bahwa temu inovasi pertanian tentang pengolahan bawang merah yang dilakukan
oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali tahun 2019-2020, memiliki peran penting dalam meningkatkan
pengetahuan peserta. Selain itu hasil evaluasi juga menunjukan bahwa sikap peserta tentang teknologi
pengolahan bawang merah berubah ke-arah yang lebih positive setelah peserta mengikuti temu inovasi tahun
2019-2020. Dengan demikian temu inovasi pertanian yang diselenggarakan BPTP Bali tahun 2019 dan 2020
tentang pengolahan bawang merah, mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap peserta ke-arah yang lebih
baik. Temu inovasi pertanian sangat berpeluang untuk mempercepat proses-adopsi inovasi teknologi pertanian
innovative hasil Balitbangtan. Oleh karena itu sebaiknya temu inovasi untuk berbagai teknologi pertanian yang
dihasilkan Balitbangtan dapat terus dilakukan. Karena akan berpeluang untuk mempercepat proses adopsi-
inovasi pertanian dari Balitbangtan kepada petani sebagai pengguna teknologi. Selanjutnya dalam menentukan
peserta temu inovasi sedapat mungkin adalah peserta dengan Pendidikan dan jenjang fungsional yang lebih
tinggi dan usia yang masih produktif.

Kata kunci: Perilaku, temu inovasi pertanian, pengolahan bawang merah.

PENDAHULUAN inovasi pertanian, baik di tingkat provinsi maupun


kabupaten. Tulisan ini akan membahas tentang
Hingga tahun 2017, Balibangtan telah hasil evaluasi terhadap perubahan prilaku
menghasilkan lebih dari 600 teknologi pertanian peserta temu inovasi pertanian tentang teknologi
inovatif, salah satu di antaranya adalah teknologi pengolahan bawang merah, yang merupakan
pengolahan bawang merah. Namun sebagian salah satu materi yang dibahas dalam temu
besar teknologi tersebut belum dimanfaatkan inovasi tersebut.
oleh pengguna, terutama petani sebagai pelaku
utama. Kurang atau tidak diketahuinya teknologi
tersebut merupakan salah satu alasannya. METODOLOGI
Kurangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan
pelaku utama tentang sebuah teknologi
innovative, dapat diatasi melalui penyuluhan oleh Waktu dan Tempat
penyuluh pertanian. Oleh kerena itu penyuluh
pertanianpun harus memiliki pengetahuan yang Evaluasi dilaksanakan pada saat
mumpuni tentang teknologi yang akan penyelenggaraan temu inovasi pertanian oleh
disuluhkan. Salah satu upaya yang dapat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali pada
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, tahun 2019 dan 2020. Pada tahun 2019,
sikap dan keterampilan seseorang adalah dilakukan di empat lokasi yaitu: Kabupaten
melalui sebuah diseminasi, dalam berbagai Bangli, Buleleng dan Tabanan dan di tingkat
bentuk, salah satunya adalah temu teknis inovasi Provinsi. Untuk kabupaten Bangli dilakukan di
pertanian. Temu teknis inovasi pertanian adalah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bangli pada
sebuah pertemuan antara peneliti, penyuluh dan tanggal 19 Agustus 2019 Untuk kabupaten
petani untuk membahas suatu teknologi yang Buleleng dilaksanakan di BPP Sukasada pada
dibutuhkan petani sebagai pengguna teknologi. tanggal 8 Mei 2019 dan kabupaten Tabanan
Tujuannya adalah untuk meningkatkan dilaksanakan di BPP Penebel pada tanggal 14
pengetahuan, sikap, keterampilan peserta Juni 2019 Sedangkan untuk tingkat provinsi
tentang sebuah teknologi yang dibahas atau dilaksanakan di BPP Abiansemal pada tanggal
didiskusikan. Pengetahuan, sikap dan 15 April 2019. Selanjutnya untuk tahun 2020,
keterampilan seseorang merupakan factor-faktor dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani Mudi
yang berperan dalam perilaku seseorang. Balai Sejahtera, Desa Batur Selatan, kecamatan
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, sejak tahun Kintamani pada tanggal 12 Maret 2020.
2019 telah melakukan kegiatan temu teknis

Perilaku Peserta Temu Teknis Inovasi Pertanian Tentang Pengolahan


Bawang Merah | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk. 47
Proses Koleksi Data HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dikumpulkan atau dikoleksi dengan


menggunakan daftar pertanyaan tertutup Karakteristik Peserta Temu Inovasi
terhadap peserta. Seluruh pertanyaan berkaitan
dengan karakteristik peserta dan pengetahuan Umur Peserta Temu Inovasi
serta sikap peserta. Terdapat dua jenis data yang
dikoleksi, yaitu data sebelum pelaksanaan temu Jumlah peserta temu inovasi tahun 2019-
inovasi pertanian yang disebut dengan pre test 2020 tentang pengolahan bawang merah adalah
dan data dengan pertanyaan yang sama sebanyak 131 orang, dengan rentagan umur
dikoleksi setelah pelaksanaan temu inovasi yang berkisar antara 23 dan 60 tahun. Peserta yang
disebut dengan post test. Bedasarkan kedua berstatus sebagai penyuluh pertanian memiliki
jenis data tersebut (pre dan post test) akan rentang umur antara 23 dan 60 tahun dengan
diketahui perubahan pengetahuan dan sikap rataan 48,93 tahun. Selanjutnya peserta yang
peserta tentang teknologi pengolahan bawang berstatus non-penyuluh memiliki rentangan umur
merah yang didiskusikan antara peneliti sebagai antara 26 dan 57 tahun dengan rataan 44,29
nara sumber; penyuluh dan petani sebagai tahun. Sedangkan peserta yang berprofesi
peserta. sebagai petani memiliki rentangan umur antara
23 dan 53 tahun dengan rataan 40,46 tahun.
Analisis Data Dilihat dari segi umur, maka seluruh peserta
merupakan peserta dengan usia productive,
Analisis data dilakukan secara descriptif bahkan jika dilihat dari rataan umur peserta,
tehadap perubahan pengetahuan dan sikap maka dapat dikatakan bahwa sebagian peserta
peserta tentang teknologi pengolahan bawang merupakan masyarakat yang ada pada usia yang
merah. Untuk pengetahuan peserta dibedakan sangat produktive. Sejalan dengan Undang-
menjadi lima katagori yaitu: 1) Sangat rendah Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, yang
dengan skor 0-20; 2) Rendah (>20-40); 3) menyatakan bahwa usia kerja productive adalah
Sedang (>40-60); 4) Tinggi (>60-80) dan 5) mereka yang berusia antara 15 dan 64 tahun.
Sangat Tinggi (>80-100). Skor pengetahuan Selanjutnya BPS (2017) membedakan usia
peserta bersumber dari 10 pertanyaan yang productive menjadi dua katagori, yaitu: 1) Usia
diajukan melalui daftar pertanyaan yang telah sangat productive antara 15 dan 49 tahun; dan
disiapkan. Nilai masing-masing pertanyaan 2) Usia Produktive antara 50 dan 64 tahun.
paling tinggi adalah 100 dan paling rendah adalah Lebih jauh BPS (2017) juga menyebutkan
0. Pemberian skor tersebut didasarkan pada bahwa di Indonesia pada tahun 2016, jumlah
skala Likert. perempuan usia sangat produktif mencapai 69,4
Sedangkan sikap juga dibedakan menjadi juta, lebih sedkit dibanding laki-laki yang
lima katagori, yaitu: 1) Sangat Tidak Setuju mencapai 70,4 juta jiwa. Sedangkan untuk usia
dengan skor 1; 2) Tidak Setuju dengan skor 2; produktif (50-64), perempuan lebih banyak
3) Biasa saja dengan skor 3; 4) Setuju dengan dengan 16,91 juta, sedangkan laki-laki hanya
skor 4 dan 5) Sangat Setuju dengan skor 5. Nilai 16,9 juta jiwa. BPS (2017) juga menyatakan
1 sampai dengan 5 berasal dari 10 pertanyaan bahwa kondisi tersebut menunjukkan bahwa
yang berkaitan dengan sikap seseorang Indonesia tengah memasuki era bonus
terhadap teknologi pengolahan bawang merah. demografi, dimana kelebihan penduduk usia
Nilai atau skor setiap pertanyaan paling rendah produktif bisa dimanfaatkan untuk peningkatan
adalah 1 dan paling tinggi adalah 5. Semakin pembangunan. Diperkirakan, era bonus
positive sikap seseorang maka skornya semakin demografi tersebut akan mencapai puncaknya
tinggi, demikian sebaliknya semakin negative pada periode 2025–2030. Di lain pihak Lubis
sikap seseorang maka nilai atau skornya (2000) menyatakan bahwa semakin muda umur
semakin rendah. petani, maka akan semakin semangat untuk

48 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


mengetahui hal baru. Sehingga mereka pertanian; 5,3% non penyuluh; 18,3% adalah
berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi petani. Selain itu Tabel 1 juga menunjukan bahwa
inovasi. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa peserta temu inovasi dilaksanakan di empat
semakin muda umur petani, maka peluang terjadi lokasi yaitu di kabupaten Tabanan, Buleleng,
adopsi-inovasi sebuah teknologi pertanian akan Bangli dan di provinsi Bali. Hasil analisis data
semakin cepat. terhadap karakteristik peserta temu inovasi,
menggambarkan bahwa peserta temu inovasi
Status Peserta Temu Inovasi adalah para penyuluh pertanian, petani dan
pengambil kebijakan dengan narasumber adalah
Jumlah responden dalam kegiatan temu peneliti. Sejalan dengan batasan tentang temu
teknis inovasi pertanian yang diselenggarakan inovasi, yang merupakan pertemuan antara
oleh BPTP Bali tahun 2019 dan 2020, adalah peneliti, penyuluh dan petani. Dalam hal ini
sebanyak 131 orang (Tabel 1 dan Gambar 1). peneliti adalah sebagai narasumber, sedangkan
Tabel 1 juga menunjukan bahwa dari 131 orang penyuluh adalah perantara antara peneliti
peserta temu teknis inovasi tahun 2019 dan sebagai penghasil teknologi dengan petani
2020, sebanyak 76,3% adalah penyuluh sebagai pengguna teknologi yang juga didukung

Tabel 1. Karakteristik peserta temu teknis inovasi pertanian tahun 2019 - 2020 di Bali tentang teknologi
pengolahan bawang merah

Gambar 1. Karakteristik peserta temu teknis inovasi pertanian tahun 2019 - 2020 di Bali tentang teknologi
pengolahan bawang merah

Perilaku Peserta Temu Teknis Inovasi Pertanian Tentang Pengolahan


Bawang Merah | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk. 49
oleh pengambil kebijakan. Ke-empat stakeholder mereka adalah birokrasi. Oleh karena it uke-
tersebut memiliki peran penting dalam sebuah empat komponen tersebut harus mampu
proses penyelenggaraan penyuluhan. bekerjasama dalam sebuah proses
Petani sebagai pelaku usaha, sangat penyelenggaraan penyuluhan yang tujuan
membutuhkan sebuah tekologi innovative yang adalah merubah perilaku petanu sebagai
dihasilkan oleh peneliti. Di lain pihak para sasaran dan pelaku utama teknologi innovative.
penyuluh yang memiliki tugas pokok dalam
mentransfer teknologi, harus sejalan dengan Pendidikan Peserta Temu Inovasi
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pengambil kebijakan yang umumnya mereka Selanjutnya Tabel 2 dan Gambar 2
bukalah seorang penyuluh pertanian, namun menunjukan bahwa sebagian besar peserta

Tabel 2. Tingkat pendidikan peserta temu inovasi tahun 2019-2020 di Bali tentang teknologi pengolahan bawang
merah

Gambar 2. Tingkat pendidikan peserta temu inovasi pertanian tahun 2019-2020 di Bali tentang teknologi
pengolahan bawang merah

50 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


memiliki Pendidikan Perguruan Tinggi (PT) yang Gambar 3). Kemudian disusul oleh pengetahuan
mencapai 65,6%; disusul oleh Pendidikan SLTA dengan katagori sedang (35,0%); rendah
sebanyak 16,8%; SD sebanyak 12,2% dan SLTP (21,0%); sangat rendah (5,0%) dan sangat tinggi
sebanyak 5,3%. Peserta yang berpendidikan SD (3,0%). Pengetahuan peserta dengan status
paling banyak berasal dari kabupaten Bangli penyuluh pertanian berubah menjadi sangat
yang mencapai 66,7% dari 49 orang peserta. tinggi (32,0%); tinggi (52,0%); sedang (15,0%);
Sedangkan peserta yang berprofesi sebagai rendah (1,0%) dan sangat rendah (0,0%).
penyuluh pertanian sebanyak 81 orang sebagian Sedikit berbeda dengan peserta yang
besar berpendidikan PT yang mencapai 81,0% berstatus sebagai Non-Penyuluh, pada saat pre
dan hanya 19,0% yang berpendidikan SLTA. test, memiliki tingkat pengetahuan dengan
Demikian pula halnya dengan peserta yang non katagori sangat rendah (0,0%); rendah (28,6%);
penyuluh pertanian, sebanyak 71,4% sedang (14,3%); tinggi (57,1%) dan sangat tinggi
berpendidikan PT dan hanya 28,6% yang (0,0%). Tingkat pengetahuan tersebut pada saat
berpendidikan SLTA. Relative cukup tingginya post test mengalami perubahan menjadi sangat
Pendidikan peserta temu inovasi, diharapkan rendah dan rendah masing-masing 0,0%; sedang
akan memperkuat tingkat adopsi teknologi yang 14,3%; tinggi (57,1%) dan sangat tinggi (28,6%).
akan disuluhkan oleh penyuluh pertanian, karena Perubahan pengetahuan setelah mengikuti temu
Pendidikan memiliki peran penting dalam sebuah inovasi juga terjadi pada peserta dengan status
proses adopsi-inovasi. Sejalan dengan Lubis sebagai petani. Pada saat pre test tingkat
(2000) yang menyatakan bahwa pendidikan pengetahuan petani tentang teknologi
merupakan sarana belajar dimana selanjutnya pengolahan bawang merah adalah sangat
akan menanamkan sikap pengertian yang rendah (8,3%); rendah (29,2%); sedang (41,7%);
menguntungkan menuju pembangunan praktek tinggi (20,8%) dan sangat tinggi (0,0%).
pertanian yang lebih modern. Mereka yang Pengetahuan tersebut berubah menjadi sangat
berpendidikan tinggi adalah yang relatif lebih rendah (0,0%); rendah (4,2%); sedang (29,2%);
cepat dalam melaksanakan adopsi, begitu pula tinggi (66,7%) dan sangat tinggi (0,0%).
sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, Perubahan tingkat pengetahuan peserta
agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan tentang teknologi pengolahan bawang merah
cepat. setelah mengikuti temu inovasi menggambarkan
bahwa temu inovasi pertanian tentang
Pengetahuan Peserta Temu Inovasi tentang pengolahan bawang merah yang dilakukan oleh
Teknologi Pengolahan Bawang Merah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali tahun
2019-2020, memiliki peran penting dalam
Pengetahuan peserta temu inovasi tahun meningkatkan pengetahuan peserta. Seperti
2019-2020 di Bali tentang teknologi pengolahan diketahui bahwa pengetahuan seseorang
bawang merah pada saat pre test untuk yang tentang sebuah inovasi merupakan salah satu
berstatus penyuluh pertanian sebagian besar factor penting dalam proses adopsi teknologi.
(36,0%) ada pada katagori tinggi (Tabel 3 dan Sejalan dengan Rogers (2003) dalam Putri

Tabel 3. Katagori pengetahuan peserta temu inovasi pertanian tahun 2019-2020 di Bali tentang teknologi
pengolahan bawang merah

Perilaku Peserta Temu Teknis Inovasi Pertanian Tentang Pengolahan


Bawang Merah | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk. 51
Gambar 3. Katagori pengetahuan peserta temu inovasi tahun 2019-2020 di Bali tentang teknologi pengolahan
bawang merah

(2011), yang menyatakan bahwa beberapa Hasil penelitian Umi, dkk (2014) menunjukan
tahapan adopsi dari proses pengambilan bahwa bahwa tingkat pendidikan petani
keputusan inovasi mencakup: 1) Tahap berhubungan sangat erat dan positif dengan
Pengetahuan (Knowledge) yaitu ketika seorang kadar adopsi teknologi Pengelolaan Terpadu
individu mulai mengenal adanya inovasi dan Kebun Jeruk Sehat (PTKJS), di mana tingkat
memperoleh berbagai pengertian tentang pengetahuan selalu lebih tinggi daripada tingkat
bagaimana fungsi/ kegunaan dari inovasi adopsi mereka. Hal ini menjelaskan bahwa tanpa
tersebut. pengetahuan yang memadai, petani tidak dapat
Sebelumnya Mardikanto (1996) menyatakan mengadopsi teknologi PTKJS dengan baik, atau
bahwa adopsi dalam proses penyuluhan pada dengan kata lain tidak mungkin suatu adopsi
hakekatnya dapat diartikan sebagai proses terwujud tanpa diawali dengan bekal
perubahan perilaku lain yang berupa pengetahuan yang memadai. Hasil penelitian
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), Umi dkk (2014), juga mengindikasikan bahwa
maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri pengetahuan petani memiliki peran yang sangat
seseorang setelah menerima “inovasi” yang penting dalam sebuah proses adopsi-inovasi.
disampaikan penyuluh. Penerimaan di sini Oleh karena itu upaya meningkatkan
mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi pengetahuan komponen penyelengga
sampai benar-benar dapat melaksanakan atau penyuluhan seperti petani, penyuluh ataupun
menerapkannya dengan benar serta pengambil kebijakan sangat penting. Dengan
menghayatinya dalam kehidupan dalam usaha demikian temu inovasi pertanian sebagai sebuah
taninya. Penerimaan inovasi tersebut biasanya media komunikasi antara petani-penyuluh-
dapat diamati secara langsung maupun tidak peneliti dan pengambil kebijakan perlu terus
langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari dilakukan, sebagaimana yang telah dilakukan
adanya perubahan sikap, pengetahuan, dan atau oleh BPTP Bali tahun 2019-2020.
keterampilan.

52 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Sikap Peserta Temu Inovasi tentang Teknologi 2019-2020. Pada saat pre test, sikap peserta
Pengolahan Bawang Merah yang berprofesi sebagai penyuluh sebanyak
6,9% ragu-ragu; 66,7% setuju dan 26,4% sangat
Hasil evaluasi menunjukan bahwa sikap setuju serta sama sekali yang memiliki sikap
peserta tentang teknologi pengolahan bawang sangat tidak setuju dan tidak setuju (Tabel 4 dan
merah berubah ke-arah yang lebih positive Gambar 4). Namun sikap penyuluh tersebut
setelah peserta mengikuti temu inovasi tahun berubah menjadi ragu-ragu sebanyak 2,8%;

Tabel 4. Katagori sikap peserta temu inovasi pertanian tahun 2019-2020 di Bali tentang teknologi
pengolahan bawang merah

Gambar 4. Katagori sikap peserta temu inovasi pertanian tahun 2019-2020 di Bali tentang teknologi pengolahan
bawang merah

Perilaku Peserta Temu Teknis Inovasi Pertanian Tentang Pengolahan


Bawang Merah | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk. 53
setuju (58,3%) dan sangat setuju (58,3%) serta Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan
juga tidak ada yang memiliki sikap sangat tidak Faktor Individu Peserta Temu Inovasi
setuju dan tidak setuju. Selanjutnya untuk peserta Pertanian
yang berprofesi sebagai birokrat (non penyuluh),
sebanyak 60,0% memiliki sikap setuju dan 40,0% Secara umum pengetahuan, sikap dan
sangat setuju, serta tidak ada yang sangat tidak factor individu seseorang adalah saling
setuju, tidak setuju ataupun ragu-ragu saat pre mempengaruhi. Faktor individu yang dimaksud
test. Sikap mereka berubah menjadi sangat dalam hal ini seperti umur, Pendidikan, serta
setuju 80,0% dan setuju 20,0% serta sama sekali status sesorang dalam sebuah pekerjaan. Dalam
tidak ada yang memiliki sikap sangat tidak setuju, kegiatan temu inovasi pertanian yang
tidak setuju ataupun ragu-ragu tentang teknologi dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi
pengolahan bawang merah setelah mengikuti Pertanian Bali tahun 2019 dan 2020,
temu inovasi pertanian tahun 2019 dan 2020. menganalisis factor individu peserta yaitu: (A)
Demikian pula halnya dengan sikap petani, yang status usia yang dibedakan menjadi 4 katagori
saat pre test sebagian besar (58,3%) memiliki yaitu: (1) usia muda kurang dari 15 tahun; (2)
sikap setuju; 37,5% bersikap sangat setuju dan usia sangat productive antara 15 dan 49 tahun;
tidak setuju (4,2%) serta sama sekali tidak ada (3) usia productive antara 50 dan 64 tahun dan
yang memiliki sikap sangat tidak setuju, ataupun (4) Usia tidak productive lebih dari 65 tahun.
ragu-ragu saat pre test mengalami perubahan Faktor individu lainnya adalah Pendidikan yang
menjadi ragu-ragu 8,3%; setuju 50,0% dan dibedakan menjadi: (1) SD; (2) SLTP; (3) SLTA;
sangat setuju 41,7% serta tidak ada yang (4) Perguruan Tinggi. Sedangkan factor individu
bersikap sangat tidak setuju dan tidak setuju. yang berhubungan dengan pekerjaan peserta
Mengacu pada hasil evaluasi tersebut dapat dibedakan menjadi: (1) Non fungsional; (2)
dikatakan bahwa temu inovasi pertanian yang Terampil: (3) Ahli Muda; (4) Ahli Madya dan (5)
diselenggarakan BPTP Bali tahun 2019 dan Ahli Utama. Faktor individu tersebut diperediksi
2020, memegang peranan penting dalam berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap
meningkatkan sikap peserta ke-arah yang lebih peserta tentang teknologi pengolahan bawang
positive tentang teknologi pengolahan bawang merah, yang dibahas saat temu inovasi pertanian
merah. Sikap terhadap perubahan menggam- di Bali tahun 2019 dan 2020. Data dianalisis
barkan bentuk kesiapan dalam merespon menggunakan corelasi Pearson, untuk melihat
terhadap suatu perubahan (dalam hal ini hubungan antara factor individu dengan
perubahan teknologi). Dalam pandangan Rogers pengetahuan dan sikap peserta tentang teknologi
dan Shoemaker (1971), individu anggota sistem pengolahan bawang merah. Hasil analisis
sosial yang berorientasi pada perubahan akan menunjukan bahwa status usia, berpengaruh
selalu memperbaharui diri, terbuka pada hal-hal negative terhadap pengetahuan dan sikap pe-
baru, dan giat mencari informasi. Salah satu cara serta tentang teknologi bawang merah, sekalipun
untuk menumbuhkan sikap atau orientasi pada pengaruh tersebut tidak nyata pada level 5%
perubahan adalah dengan memilih inovasi- (P>0,05) seperti ditunjukan pada Tabel 5.
inovasi yang layak untuk diperkenalkan secara Selanjutnya Tebel 5 juga menunjukan bahwa
berurutan. Petani yang mempunyai sikap terbuka semakin tinggi tingkat pendidikan serta jenjang
terhadap perubahan akan mudah berinteraksi fungsional seseorang dalam pekerjaannya
dengan penyuluh pertanian. Pengalaman selama sebagai penyuluh pertanian, maka pengetahuan
mengelola kegiatan seperti pengolahan bawang dan sikapnya tentang teknologi pengolahan
merah akan membentuk sikap petani terhadap bawang merah adalah semakin baik. Faktor
inovasi teknologi yang dikenalkan penyuluh pendidikan berpengaruh sangat nyata pada level
pertanian. Berbagai faktor yang mempengaruhi 1% (P<0,01) terhadap pengetahuannya, namun
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, sikapnya tentang pengolahan bawang merah.
media massa, institusi atau lembaga pendidikan Sedangkan jenjang fungsional berpengaruh
dan lembaga agama, serta faktor emosi di dalam nyata (P<0,05) terhadap pengetahuan dan
diri individu. Sikap yang diperoleh melalui sikapnya tentang teknologi pengolahan bawang
pengalaman akan menimbulkan pengaruh merah.
langsung terhadap perilaku berikutnya. Hasil analisis tersebut menggambarkan

54 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Tabel 5. Hubungan antara status usia, pendidikan dan jenjang fungsioanal dengan pengetahuan, sikap peserta
temu inovasi tentang pengolahan bawang merah.

Parameter Uji Corelasi Pengetahuan Sikap Status Usia Pendidikan Jenjang Fungsional

Pengetahuan 1,000 0,366** -0,062 0,233** 0,130*


Sikap 0,366** 1,000 -0,073 0,102 0,138*
Status Usia -0,062 -0,073 1,000 0,324** 0,447**
Pendidikan 0,233** 0,102 0,324** 1,000 0,757**
Jenjang Fungsional 0,130* 0,138* 0,447** 0,757** 1,000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

bahwa semakin kurang productive usia Pemahaman merupakan jenjang


seseorang, maka pengetahuan mereka tentang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi
teknologi pengolahan bawang merah akan dari ingatan dan hafalan. Dapat dimengerti
semakin rendah. Demikian pula dengan sikap bahwa semakin tua umur seseorang setelah
peserta akan semakin negative tentang melewati usia produktive, kemungkinan
pengolahan bawang merah dengan semakin kemampuanya untuk memabahami suatau objek
tidak produktivenya usia seseorang. Kondisi atau materi, akan semakin rendah, sehingga
tersebut dapat dipahami karena semakin tua pengetahuannyapun juga semakin rendah, yang
umur sesorang, setelah mereka memasuki usia berdampak pada sikap yang semakin negative.
dewasa, maka semakin rendah daya tangkapnya Terkait dengan hasil analisis tentang hubungan
terhadap sebuah teknologi inovasi yang atau korelasi antara pengtahuan, sikap,
didiskusikan dalam kegiatan temu inovasi pendidikan, status usia, jenjang fungsional
pertanian. Sebaliknya, semakin muda usia penyuluh, maka sebaiknya dalam pelaksanaan
seseorang maka daya tangkap mereka akan temu inovasi pertanian, sedapat mungkin dipilih
semakin baik. peserta dengan pendidikan dan jenjang
Daya tangkap sesorang tentang sebuah fungsional yang lebih tinggi, serta usia yang
teknologi akan berdampak atau berpengaruh masih muda dan produktif.
tehadap sikap mereka. Kemampuan sesorang
untuk menangkap atau memahami suatu materi
diskusi, akan berpengaruh terhadap KESIMPULAN DAN SARAN
pengetahuannya terhadap materi yang
didiskusikan. Porwadarminta (1991) menyatakan Temu inovasi pertanian yang diseleng-
bahwa pemahaman merupakan proses berpikir garakan BPTP Bali tahun 2019 dan 2020 tentang
dan belajar, karena untuk menuju ke arah pengolahan bawang merah, mampu
pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan meningkatkan pengetahuan dan sikap peserta
berpikir. Temu inovasi pertanian adalah sebuah ke-arah yang lebih baik. Temu inovasi pertanian
metode penyuluhan, dan penyuluhan merupakan sangat berpeluang untuk mempercepat proses-
sebuah proses pendidikan non formal. adopsi inovasi teknologi pertanian innovative
Sedangkan pendidikan sendiri adalah proses hasil Balitbangtan. Pengetahuan dan sikap
belajar dan berpikir. Sebelumnya Ngalim tentang sebuah teknologi akan dipengaruhi oleh
Purwanto (1984) menyatakan bahwa tingkat pendidikan, jenjang fungsional, dan status
pemahaman merupakan proses, perbuatan dan usia seseorang. Semakin tinggi tingkat
cara memahami. Anas Sudijono (1996), pendidikan dan jenjang fungsional maka
menyatakan bahwa pemahaman adalah pengetahuan mereka semakin baik, serta
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memiliki sikap kea rah positive. Sedangkan
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui semakin kurang atau tidak productive seseorang
dan diingat. Oleh karena itu pemahaman dapat dilihat dari status usia, maka semakin rendah
dikatakan adalah kemampuan seseorang untuk pengetahuan mereka tentang sebuah inovasi
mengetahui tentang sesuatu dan dapat teknologi, dan semakin nagatip pula sikapnya
melihatnya dari berbagai segi. terhadap teknologi tersebut.

Perilaku Peserta Temu Teknis Inovasi Pertanian Tentang Pengolahan


Bawang Merah | I Wayan Alit Artha Wiguna, dkk. 55
Sebaiknya temu inovasi untuk teknologi Rogers, E.M., and F.F. Shoemaker. 1971.
pertanian lain, khususnya teknologi yang Communication of Innovations: A Cross
dihasilkan Balitbangtan dapat terus dilakukan. Cultural Approach. The Free Press. New
Karena akan berpeluang untuk mempercepat York
proses adopsi-inovasi pertanian dari Balitbangtan
Umi Pudji Astuti, D. Sugandi, Hamdan. 2014.
kepada petani sebagai pengguna teknologi.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Adopsi
Sedapat mungkin dalam pelaksanaan temu
Petani Terhadap Inovasi Teknologi Jeruk
inovasi teknologi diupayakan pesertanya memiliki
Gerga Lebong Di Provinsi Bengkulu. Balai
tingkat pendidikan dan jenjang fungsional yang
Perngkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
lebih tinggi, dengan usia yang masih produktif.
Jln. Irian Km. 6,5, Bengkulu 38119 E-mail:
umy_shadi@yahoo.co.id
DAFTAR PUSTAKA Mardikanto T, Sutarni S. 1996. Petunjuk
penyuluhan pertanian. Surabaya: Usaha
Putri, N.I. 2011. Penerapan Teknologi Pertanian Nasional
Padi Organik di Kampung Ciburuy(Studi Lubis, S. N. 2000. Adopsi Teknologi dan Faktor-
kasus : Kecamatan Berastagi, Kabupaten Faktor yang mempengaruhinya. USU Press.
Karo, Desa Ciburuy, Kecamatan Cibom- Medan
bong, Kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas
Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Porwadarminta. 1991. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka hlm. 636
Kurnia Suci Indraningsih. 2011. Pengaruh
Penyuluhan Terhadap Keputusan Petani Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik
dalam Adopsi Inovasi Teknologi Usahatani Evaluasi Pengajaran. 1984. Bandung: PT.
Terpadu. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 29 Remaja Rosdakarya, 1984), hlm. 44
No.1, Mei 2011: 1 – 24. Pusat Sosial Anas Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
70 Bogor 16161. Persada, 1996), hlm. 50

56 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


POTENSI LIMBAH JAGUNG MANIS MENDUKUNG KETERSEDIAAN PAKAN
TERNAK SAPI BALI DI KECAMATAN KLUNGKUNG, KABUPATEN KLUNGKUNG

Ni Luh Gede Budiari1, I Nyoman Adijaya2 dan I Nyoman Sutresna3

1,2)
Peneliti Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali
3)
Litkayasa Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali
Jln. By Pass Ngurah Rai Pesanggran Denpasar,Tlp. (0361) 720498
E-mail :budiariluhde@yahoo.co.id

Submitted date : 22 Januari 2021 Approved date : 26 Pebruari 2021

ABSTRACT

The Potential of Sweet Corn Waste Support the Availability of Bali Beef
in the Klungkung Districts

Public cattle farms are generally constrained in providing sustainable feed as a result of land conversion,
as well as breeders only rely on natural feed. This results in gaps in the supply of food due to seasonal patterns,
especially during the dry season. The same thing was also found in the people’s cattle business in the Klungkung
area. There fore, it is necessary to find a solution for the provision of feed during feed shortages, one of which
is the use of agricultural waste. Klungkung Regency is the center for the development of sweet corn which
produces fresh waste.The resulting waste has the potential to be used as cattle feed.The study was carried out
for 4 months from April to August 2019. Calculation of the potential waste of sweet corn is done by doing ubinan
to obtain primary data on productivity and potential waste, while the calculation of carrying capacity is calculated
using the formula: Carrying capacity = area of land for planting sweet corn (ha) x wet weight / ha (t).Secondary
data were also used to obtain the potential of the area. The results of the analysis showed that the potential for
sweet corn waste per ha was an average of 27.80 t or 63.02% of the plant’s biological yield. The potential of this
waste, if it can be optimally utilized, will be able to meet the needs of 927 cattle weighing 300 kg a day. The
carrying capacity of cattle with an area of 1 hectare for 1 production cycle (6 months) is 5.15 heads while for
Klungkung Regency with an average planting area of 405.25 ha of sweet corn per year, the capacity of cattle is
2,087 cows.

Keywords: Potential waste, sweet corn, carrying capacity, cattle

ABSTRAK

Peternakan sapi rakyat umumnya terkendala dalam penyediaan pakan secara berkelanjutan akibat dari
adanya alih fungsi lahan, selain juga peternak hanya mengandalkan pakan dari alam. Hal ini berakibat adanya
kesenjangan penyediaan pakan akibat pola musim khususnya pada musim kemarau. Hal serupa juga ditemukan
pada usaha ternak sapi rakyat di daerah Klungkung. Oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk penyediaan
pakan pada saat paceklik pakan, salah satunya dengan pemanfaatan limbah pertanian. Kabupaten Klungkung
merupakan sentra pengembangan jagung manis yang menghasilkan limbah segar.Limbah yang dihasilkan
berpotensi dijadikan pakan ternak sapi. Kajian dilakukan selama selama 4 bulan dari bulan April-Agustus
2019. Penghitungan potensi limbah jagung manis dilakukan dengan melakukan ubinan untuk mendapatkan
data primer produktivitas dan potensi limbah, sedangkan perhitungan daya dukung dihitung dengan formula:
Daya dukung = Luas lahan penanaman jagung manis(ha) x berat basah berangkasan/ha (t). Untuk mendapatkan
potensi wilayah juga digunakan data sekunder. Hasil analisis menunjukkan potensilimbahjagungmanis per ha
rata-rata 27,80 t atau sebesar 63,02% dari hasil biologis tanaman. Potensi limbah ini apabila dapat dimanfaatkan
secara optimal akan dapat memenuhi kebutuhan ternak sapi dengan bobot 300 kg sebanyak 927 ekor dalam
sehari. Daya tampung ternak sapi dengan luasan 1 hektar selama 1 siklus produksi (6 bulan) yaitu sebesar
5,15 ekor sedangkan untuk Kabupaten Klungkung dengan rata-rata luas penanaman jagung manis 405,25 ha
per tahun daya tampung ternak sapinya mencapai 2.087 ekor.

Kata kunci: Potensi limbah, jagung manis, daya dukung, ternak sapi

Potensi Limbah Jagung Manis Mendukung Ketersediaan Pakan Ternak Sapi Bali
Di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung | Ni Luh Gede Budiari, dkk. 57
PENDAHULUAN Kondisi ini terjadi pada usaha ternak sapi di
Kabupaten Klungkung. Ketersediaan hijauan
Penyediaan pakan merupakan permasa- makanan ternak sangat tergantung pada
lahan utama dalam usaha pengembangan ternak ketersediaan alam, pada musim hujan
sapi di Bali.Terbatasnya kesediaan hijauan pakan ketersediaan pakan berlebihan sedangkan pada
akibat alih fungsi lahan dan untuk kebutuhan musim kemarau akan kekurangan pakan oleh
penyediaan pangan sehingga kondisi ini karena itu alternatif penyediaan pakan
berimplikasi terhadap semakin berkurangnya ternakdengan memanfaatkan limbah pertanian,
ketersediaan lahan pertanian karena lahan seperti limbah jagung manis. Saat ini limbah
pertanian dikonversi menjadi ruang untuk jagung manis belum dimanfaatkan secara
pengembangan pemukiman dan berbagai optimal untuk pakan ternak. Yasa (2014)
kebutuhan hidup manusia lainnya. Selain faktor menyatakan limbah jagung manis memiliki
keterbatasan lahan, usaha peternakan sapi juga potensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan
hanya mengandalkan pakan dari alam saja.Hal ternak sapi. Dilaporkan bahwa kandungan gizi
ini sesuai dengan Bamualim (2010) yang dari berangkasan tanaman jagung manis cukup
menyatakan peternakan rakyat umumnya hanya baik, dengan kandungan protein kasar berkisar
mengandalkan ketersediaan pakan dari alam antara 9,68% sampai 13,99% lebih tinggi
saja dengan ketersediaan sangat tergantung dibandingkan kandungan gizi rumput raja.
pada pola musim. Pada musim kemarau produksi Dijelaskan pemberian 50% limbah jagung untuk
rumput lapangan sangat terbatas dan mutunya mensubstitusi rerumputan dikombinasikan
sangat rendah dengan kandungan serat kasar dengan pakan penguat dan pemacu tumbuh
hijauan meningkat sehingga zat-zat makanan menghasilkan pertambahan berat badan harian
esensial seperti protein, energi, mineral menjadi mencapai 0,56 kg/hari, dan secara ekonomis
berkurang dalam proses pencernaan dan memberikan peningkatan keuntungan mencapai
metabolisme. Khuluq(2012) menyatakan 28%. Untuk mengetahui potensi limbah jagung
pemberian hijauan yang berkualitas rendah dapat sebagai daya dukung bagi ketersediaan pakan
menurunkan kecernaan pakan dan terjadinya ternak sapi maka perlu dilakukan perhitungan
defisiensi nutrient. dan estimasi dalam jumlah ternak yang bisa
Rendahnya mutu pakan akibat tingginya dipelihara di Kabupaten Klungkung.
serat kasar menyebabkan mikroba pencerna
tidak bekerja optimal. Konsekuensinya pada
musim kemarau terjadi penurunan konsumsi METODOLOGI
pakan yang berakibat menurunnya bobot badan
ternak sebesar 0,15 kg sampai 0,27 kg/ hari
(Bamualim, 2010). Mastika (2009) menjelaskan Tempat dan Waktu Penelitian
bahwa tidak cukupnya ketersediaan jumlah dan
kualitas bahan makanan ternak dalam siklus Penelitian dilakukan di daerah sentra
tahunan merupakan faktor yang sering pengembangan jagung manis di Kecamatan
mempengaruhi pertumbuhan sapi Bali. Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali selama
Zulbardiet al. (2000) melaporkan bahwa dalam 4 bulan dari bulan April-Agustus 2019.
pemberian hijauan pakan ternak sebaiknya Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
dikombinasikan antara rumput, hijauan dan ubinan pada jagung petani saat panen dengan
legume, dimana pakan sapi penggemukan ukuran ubinan 3,2 m x 2,4 m (7,68 m2). Setiap
dianjurkan mengandung protein kasar (PK) petani dilakukan 3 ubinan sehingga selama 5
minimum 12%. Lebih lanjut Tillman et al (1991) bulan pelaksanaan penelitian dilakukan 15
melaporkan bahwa kebutuhan protein kasar ubinan dengan rincian:
untuk pertumbuhan penggemukan sapi muda
sebesar 12,6% - 15,6%.Singgih et al. (2016) • Panen bulan April 3 ubinan
melaporkan apabila kandungan PK dibawah 7% • Panen bulan Mei 3 ubinan
akan menyebabkan aktivitas mikroba dalam • Panen bulan Juni 3 ubinan
rumen menurun sehingga kecepatan • Panen bulan Juli 3 ubinan
pencernaan akan berkurang. • Panen bulan Agustus 3 ubinan

58 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Pengumpulan Data HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Primer
Daya Dukung Limbah Jagung Manis Sebagai
Data primer yang dikumpulkan adalah data Pakan
agronomis tanaman yaitu berat tongkol ekonomis
dan berat berangkasan. Data berat berangkasan Hasil ubinan yang dilakukan pada petani
tanaman selanjutnya dipakai untuk mengukur jagung di Subak Gelgel selama 5 bulan dari bulan
daya dukung limbah untuk pakan ternak sapi. April sampai dengan Agustus memberikan
Berat tongkol ekonomis tanaman jagung manis gambaran hasil ekonomis dan limbah yang
dihitung dengan formula: dihasilkan pada usahatani jagung manis. Hasil
ekonomis berkisar antara 15,86 t/ha– 17,90 t/ha
sedangkan limbah yang dihasilkan berupa
berangkasan berkisar antara 25,82 t/ha – 29,43
t/ha. Rata-rata potensi hasil ekonomis berupa
tongkol yaitu 17,02 t/ha sedangkan limbah
Sedangkan perhitungan berat berangkasan yang berupa berangkasan tanaman dengan rata-rata
dihasilkan dihitung dengan formula: 27,80 ton/hektar. Hasil ekonomis berupa tongkol
kupas sebesar 37,97 %, sedangkan limbah
berupa berangkasan sebesar 62,03 % (Tabel 1).
Hal ini menunjukan limbah jagung manis memiliki
potensi sebagai penyedia pakan ternak sapi.
Daya dukung jerami jagung manis dihitung Umela dan Bulontio. (2016) melaporkan bahwa
dengan formula: pengembangan pertanian melalui program
Daya dukung limbah(t) = Luas lahan intensifikasi pertanian untuk menjaga ketahanan
penanaman jagung manis(ha) x B.B. pangan menyebabkan peningkatan produksi
Berangkasan/ha (t) pangan sekaligus peningkatan limbah pertanian,
Sedangkan daya dukung limbah untuk hal ini berdampak pada meningkatnya
pakan dihitung dengan formula: ketersediaan hijauan pakan ternak.

Tabel 1. Berat tongkol ekonomis dan berangkasan


jagung manis per hektar di Subak Gelgel
Kecamatan Klungkung Kabupaten
Keterangan: Klungkung Tahun 2019
X : Daya dukung limbah untuk pakan ternak
sapi (ekor) Bulan Berat tongkol Berat berang-
A : Berat berangkasan jagung/hektar (kg) ekonomis/ha (t) kasan/ha (t)
B : Kebutuhan ternak sapi/hari (kg/ekor)
April 15,86 25,82
Daya Tampung Ternak Sapi (DTTS) = jumlah Mei 16,95 27,86
Juni 16,58 26,65
produksi limbah/tahun :konsumsi pakan/siklus
Juli 17,90 29,43
Agustus 17,82 29,21
Data sekunder
Jumlah 85,11 138,98
Menggunakan data BPS untuk mengetahui Rata-rata 17,02 27,80
tata guna lahan serta luas lahan penanaman
jagung di Kabupaten Klungkung. Keterangan: Data ubinan

Analisis data Limbah jagung manis terdiri dari daun,


batang dan kelobot yang merupakan bagian
Data dianalisis deskriptif sesuai dengan terbesar dari tanaman jagung itu sendiri. Limbah
variabel yang diamati serta perhitungan terhadap tanaman jagung manis masih memiliki potensi
dukung limbah dan daya tampung ternak sapi. yang cukup besar dalam penyediaan pakan di

Potensi Limbah Jagung Manis Mendukung Ketersediaan Pakan Ternak Sapi Bali
Di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung | Ni Luh Gede Budiari, dkk. 59
wilayah kecamatan Klungkung. Hal ini Kabupaten Klungkung. Rata-rata dalam setahun
disebabkan karena wilayah Kecamatan jumlah tongkol ekonomis dan berangkasan segar
Klungkung merupakan sentra pengembangan yang dihasilkan dari usahatani jagung manis
jagung manis di Bali. Penggunaan limbah jagung mencapai 6.897 t dan 11.266 t (tabel 2)
manis oleh petani hanya memanfaatkan batang Limbah jagung manis dapat diberikan secara
atas pohon jagung sebagai pakan, sedangkan langsung pada ternak sapi dan dapat juga
batang bawahnya belum dimanfaatkan secara diberikan dalam bentuk pakan olahan seperti hay
optimal. Potensi berangkasan jagung manis ini dan silase. Penggunaan pakan hay dan silase
cukup banyak sekitar 34%nya masih tertinggal dapat diberikan pada saat musim kering, dimana
di lahan yang berpotensi mampu mendukung produksi rumput sudah menurun. Santosa (2017)
penyediaan pakan 5 ekor/tahun dan secara menyatakan jumlah daya dukung pakan
ekonomis, nilai jual berangkasan terbuang ber-gantung terhadap jumlah hasil produksi
mencapai Rp.6.000.000,-sampai Rp. 6.600.000,- pertanian tanaman pangan dan luas areal
(Yasa., et al 2014). perkebunan. Semakin tinggi jumlah hasil
Jika dilihat potensi dengan memadukan data produksi dan luas areal pertanian, semakin tinggi
primer dengan data sekunder luas penanaman pula daya dukung pakan mendukung populasi
jagung manis di Kabupaten Klungkung maka ternak sapi.
terlihat potensi berat tongkol ekonomis dan berat Karakteristik dari limbah pertanian adalah
berangkasan segar yang dihasilkan dari terdapat kandungan se-lulosa dan hemiselulosa
usahatani jagung manis yang dilakukan. Distan dimana ru-men sapi mempunyai mikroba yang
Klungkung (2020) mendata luas penanaman dapat menghasilkan enzim-enzim sehingga
jagung manis di Kabupaten Klungkung dapat dimanfaatkan untuk energi dan protein bagi
mengalami peningkatan pada tahun 2018 dan sapi melalui fermentasi dalam rumen tersebut
setelahnya mengalami penurunan. Potensi (Tanuwiria, dkk., 2006). Berdasarkan analisa
tongkol ekonomis dan berangkasan yang proksimat kandungan nutrisi dari limbah jagung
dihasilkan dengan menggunakan asumsi rata- cukup tinggi, terutama pada kelobot mini
rata hasil/hektar data primer tahun 2019 dikalikan (Tabel3). Kandungan nutrisi dari limbah jagung
dengan luas lahan penanaman jagung manis di ini dapat menjadikan limbah jagung sebagai

Tabel 2. Luas tanam, berat tongkol ekonomis dan berangkasan jagung manis di Subak Gelgel Kecamatan
Klungkung Kabupaten Klungkung Tahun 2017-2020

Tahun Luas tanam (ha)* Berat tongkol ekonomis/ha (t) Berat berangkasan/ha (t)

2017 458,00 7.795 12.732


2018 550,00 9.361 15.290
2019 355,50 6.051 9.883
2020 257,50 4.383 7.159
Jumlah 1621,00 27.589 45.064
Rata-rata 405,25 6.897 11.266

Keterangan: * Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung


- Data primer diolah

Tabel 3. Analisis kandungan nutrisi jerami jagung manis di Kabupaten Klungkung, Bali Tahun 2014

Nama Bahan Pakan BK (%) Abu (%) SK (%) PK (%) LK(%) BETN (%)

Batang jagung 91,59 11,04 33,00 9,72 2,48 68,34


Kelobot jagung 90,51 5,59 19,00 11,87 2,79 70,27
Kelobot mini 93,25 5,56 15,00 13,92 4,39 69,37

Keterangan : Hasil analisis proksimat laboratorium nutrisi pakan ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana.

60 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


pengganti rumput. Budiari et al. (2014) fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui),
menyatakan sapi yang diberikan pakan jerami serta bobot badannya (tabel 4).
jagung manis yang dicampur dengan rumput Partama et al. (2011) melaporkan bahwa
menghasilkan pertambahan bobot badan untuk mendapatkan tingkat konsumsi yang
sebesar 0,45 kg/ekor/hari. Hasil penelitian optimal diperlukan formula ransum yang sesuai
Budiari et al. (2019) mendapatkan pemanfaatan dengan kebutuhan ternak yaitu ransum yang
tepung jagung dan kacang tanah untuk mengandung nutrien yang cukup dan seimbang.
penggemukan sapi Bali mampu mensubstitusi Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak tidak
50% pemberian dedak padi tanpa menurunkan cukup dengan mengkonsumsi satu jenis hijauan
pertambahan bobot harian ternak dengan rata- saja, Oleh karena itu pemberian campuran dari
rata pertambahan berat harian ternak 0,50 kg/ berbagai jenis hijauan dapat memenuhi
hari. Sapi yang diberikan pakan dasar limbah kebutuhan gizi dari ternak. Kandungan gizi dari
jagung manis ditambah 1 kg pollard/ekor/hari dan satu hijauan pakan itu tidak sama dengan hijauan
diinjeksi pemacu tumbuh 1ml/90 bobot badan lainnya, dengan pemberian campuran hijauan
menghasilkan pertambahan bobot badan 0,60 pakan maka antara satu hijauan akan saling
kg/ekor/hari. melengkapi kandungan gizinya.
Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak
sapi petani memberikan campuran antara hijauan Daya Tampung Ternak Sapi
dan limbah jagung manis. Zulbardi et al. (2000)
melaporkan bahwa dalam pemberian hijauan Perhitungan mengenai kapasitas tampung
pakan ternak sebaiknya dikombinasikan antara suatu lahan terhadap jumlah ternak yang
rumput, hijauan dan legume, dimana pakan sapi dipelihara adalah berdasarkan pada produksi
penggemukan dianjurkan mengandung protein hijauan pakan yang tersedia. Dalam perhitungan
kasar (PK) minimum 12%. Sukaryani dan ini digunakan norma Satuan Ternak(ST) yaitu
Mulyono (2018) menyatakan ketersediaan bahan ukuran yang digunakan untuk menghubungkan
pakan secara kontinyu baik kuantitas dan kualitas bobot badan ternak dengan jumlah pakan yang
menjadi faktor pendukung dalam upaya dikonsumsi (Delima et al., 2015).Umela dan
peningkatan produktivitas ternak. Kualitas pakan Bulontio. (2016) melaporkan bahwa kebutuhan
yang baik akan digunakan untuk kebutuhan nutrisi seekor sapi dewasa satu satuan ternak
hidup pokok dan berproduksi. Tillman et al. (ST) adalah setara 2,2813 ton BK per tahun atau
(1991) menyatakan kecernaan pakan sangat 1,5695 ton TDN per tahun. Daya dukung limbah
tergantung dari keseimbangan zat-zat nutrisi jagung manis yang dihasilkan diperoleh dengan
dalam ransum. Kebutuhan nutrisi setiap ternak membagi jumlah limbah (berangkasan tanaman
tergantung pada jenis ternak, umur, kondisi jagung manis) dengan kebutuhan pakan hijauan
tubuh(normal, sakit) dan lingkungan tempat ternak per ekor per hari.
hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara), Menggunakan asumsi berat sapi 300 kg
maka dibutuhkan 30 kg pakan per hari. Daya
dukung limbah berangkasan jagung manis yaitu
Tabel 4. Kebutuhan nutrisi pakan untuk ternak
sebesar 27,80 t/hektar atau 27.800 kg akan dapat
pembibitan dan penggemukan.
mencukupi kebutuhan ternak sapi sebanyak 927
Tujuan Produksi ekor. Sedangkan untuk daya tampung ternak
Uraian (%) sapi selama 1 siklus pemeliharaan (asumsi 6
Pembibitan Penggemukan bulan), maka limbah berangkasan jagung manis
tersebut akan mampu mencukupi kebutuhan
Kadar Air 12 12 ternak sapi sebanyak 5,15 ekor. Dengan rata-
Bahan Kering 88 88 rata luas penanaman jagung manis 405,25 ha,
Protein Kasar 10,4 12,7 maka daya tampung ternak sapi dengan
Serat Kasar 19,6 18,4
memanfaatkan pakan dari berangkasan jagung
Lemak Kasar 2,6 3
Kadar abu 6,8 8,7
sebanyak 2.087 ekor (tabel 5).
Total Digestible Nutrien 64,2 64,4 Ketersediaan hijauan makanan ternak
(TDN) (rumput alam dan limbah tanaman pangan)
sangat tergantung pada ketersediaan lahan.
Sumber :Wahyono (2000) Kabupaten Klungkung memiliki lahan yang

Potensi Limbah Jagung Manis Mendukung Ketersediaan Pakan Ternak Sapi Bali
Di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung | Ni Luh Gede Budiari, dkk. 61
Tabel 5. Daya dukung dan daya tampung ternak sapi dengan memanfaatkan limbah dari berangkasan jagung
manis untuk pakan di Kabupaten Klungkung

Uraian Jumlah

Berat berangkasan jagung manis/hektar 27,80 ton


Kebutuhan pakan ternak sapi/ekor/hari asumsi berat ternak 300 kg (10% dari berat badan) 30 kg
Daya dukung berangkasan jagung manis untuk pakan per hektar 927 ekor
DayaTampungTernak Sapi (DTTS) (siklus 6 bulan pemeliharaan) per hektar 5,15 ekor
DayaTampungTernak Sapi (DTTS) (siklus 6 bulan pemeliharaan) Kabupaten Klungkung 2.087 ekor

Keterangan: data primer diolah

sangat luas yang dapat mendukung ketersediaan Ruminansia (Pakan dan Nutrisi Ternak).
hijauan pakan. Penyediaan pakan secara Bogor, 29 Nopember 2010. Badan Penelitian
berkesinambungan dari segi kualitas dan dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
kuantitas merupakan faktor utama dalam upaya
Budiari, N.L.G., I.M.Raiyasa, dan I.P.A.
peningkatan produktifitas ternak. Pemanfaatan
Kertawirawan. 2014. Peningkatan
limbah pertanian merupakan solusi untuk
Produktivitas Sapi Bali Dara Dengan
penyediaan pakan secara berkelanjutan dan
Pemanfaatan Limbah Jagung Manis.
dapat mengurangi sebagian atau seluruh hijauan
Prosiding. Seminar Nasional Pembangunan
serta dapat mengurangi ketergantungan pada
Nasional Berbasis Teknologi dan
penggunaan bahan konsentrat. Yusdja dan
SumberdayaLokal. Kerjasama LPPM
Ilham. (2006) melaporkan bahwa penurunan
dengan Fakultas Pertanian, Universitas
produksi pakan akan mempengaruhi daya
Muhammadiyah Jember. Jember 19 Agustus
dukung ternak untuk menyediakan pakan,
2014. Hlm 54 – 58
bahkan menyebabkan penurunan populasi.
Ketersediaan pakan merupakan faktor utama Budiari NLG, Kertawirawan IPA, Adijaya IN,
dalam menentukan daya tampung ternak di suatu Sugianyar IM. 2019.Substitution of rice bran
wilayah. with soil bean skin to increase the growth of
cows in Buleleng District, Bali. Proceeding
of The 2 nd International on Food and
KESIMPULAN Agricuture.Bali Nusa Dua 2 nd-3 rd 2019.
Jember (Indonesia): Politeknik Negeri
Potensi limbah jagung manis per ha sebagai Jember. p. 322-328.
pakan ternak sapi rata-rata 27,80 t atau sebesar
Delima, M., Karim, A., &Yunus, M. (2015). Kajian
63,02% dari hasil biologis tanaman jagung manis.
potensi produksi hijauan pakan pada lahan
Potensi limbah ini apabila dapat dimanfaatkan
eksisting dan potensial untuk meningkatkan
secara optimal dapat memenuhi kebutuhan
populasi ternak ruminansia di kabupaten
ternak sapi dengan bobot 300 kg sebanyak 927
Aceh Besar. Jurnal Agripet, 15(1), 33-40.
ekor dalam sehari. Daya tampung ternak sapi
dengan luasan 1 hektar selama 1 siklus produksi Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung. 2020.
(6 bulan) yaitu sebesar 5,15 ekor sedangkan Data Luas Tanam Jagung Manis di
untuk Kabupaten Klungkung dengan rata-rata Kabupaten Klungkung Tahun 2017-2020.
luas penanaman jagung manis 405,25 ha per Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung.
tahun daya tampung ternak sapinya mencapai Khuluq AD. 2012. Potensi pemanfaatan limbah
2.087 ekor. tebu sebagai pakan fermentasi probiotik.
Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan
Minyak Industri, 4(1): 37-45.
DAFTAR PUSTAKA
Mastika. I. M. dan A.W. Puger. 2009. Upaya
Bamualin, M.A. 2010. Pengembangan Teknologi Perbaikan Penampilan (Performance) Sapi
Pakan Sapi Potong di Daerah Semi Arid Bali Melalui Perbaikan Ketersediaan dan
Nusa Tenggara. Materi Pengukuhan Kualitas Pakan. Makalah Disampaikan pada
Profesor Riset Bidang pemuliaan Seminar Sapi Bali di Unud dalam Rangka

62 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Perayaan Dies Natalis Unud ke 47, pada Sumedang (Agriculture by product as
Tanggal 5-6 Oktober 2009, di Kampus Pusat potential feed and its carrying capacity In
Sudirman Denpasar.FakultasPeternakan, Sumedang). Jurnal IlmuTernak, 6(2), 112-
Universitas Udayana. 12 hal. 120.
Santoso, A. B., & Nurfaizin, N. (2017). Proyeksi Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S,
Daya Dukung Pakan dan Populasi Sapi di Prawirokusumo S, Lebdosukojo S. 1991.
Provinsi Maluku. Agriekonomika, 6(1), 1-11. Ilmu makanan ternak dasar. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Singgih Setyawan, Irfan R. Hidayat, dan Dwi
Yulistiani. 2016. Ketersediaan Hasil Umela, S., & Bulontio, N. (2016). Daya dukung
SampingTanaman Tebu Di Provinsi Jawa jerami jagung sebagai pakan ternak sapi
Barat dalam Mendukung Ketersediaan potong. Jurnal Technopreneur (JTech), 4(1),
Pakan Ternak Ruminansia. Prosiding. 64-72.
Seminar Nasional dan Ekspose Inovasi
Yasa. I.M.R., A.A.N.B. Kamandalu, I.N. Adijaya,
Teknologi BPTP Jawa Tengah “Penyediaan
N.L.G. Budiari, dan P.A. Kertawirawan. 2014.
Inovasi dan Strategi Pendampingan untuk
Laporan Akhir Model Penggemukan Sapi
Pencapaian Swasembada Pangan”
Bali Terintegrasi dengan Tanaman Jagung
Kabupaten Semarang. Hal. 1051 -1058
Manis di Kabupaten Klungkung Bali. Balai
Sukaryani S, Mulyono AM. 2018. Bioteknologi Pengkajian Pertanian Bali. Denpasar.
fermentasi jerami padi dengan Aspergillus
Yusdja Y dan N. Ilham. 2006. Arah Kebijakan
niger dan Trichoderma AA1 terhadap
Pembangunan Peternakan Rakyat. Analisis
produksi gas NH 3 dan VFA. In Pemanfaatan
Kebijakan Pertanian 2 (2) : 183 – 203.
Sumber Daya Lokal Menuju Kemandirian
Pangan Nasional. Sukoharjo (ID): Zulbardi M, Kuswandi, Martawidjaja M,Thalib C,
Universitas Veteran Bangun Nusantara. Wiyono DB. 2000. Daung liricidia
Hlm. 229-234. sebagaisumber protein pada sapi potong.
Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan
Tanuwiria, U. H., Yulianti, A., & Mayasari, N.
Veteriner. Bogor, 18-19 September 2000..
(2006). Potensi pakan asal limbah tanaman
Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan
pangan dan daya dukungnya terhadap
Pengembangan Peternakan. Hlm. 233 -241.
populasi ternak ruminansia di wilayah

Potensi Limbah Jagung Manis Mendukung Ketersediaan Pakan Ternak Sapi Bali
Di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung | Ni Luh Gede Budiari, dkk. 63
TINGKAT EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus) TERHADAP
PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SALURAN PENCERNAAN KAMBING
PERANAKAN ETTAWAH (PE) DI DESA SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM

I Wayan Sudarma1 dan A.A.N. Badung Sarmuda Dinata2

1,2)
Penelti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar, PO BOX 3480 telp/fax: (0361) 720 498
E-mail:swayan41@yahoo.com

Submitted date : 22 Januari 2021 Approved date : 26 Pebruari 2021

ABSTRACT

Effectiveness Level of Waru Leaves (Hibiscus tiliaceus) Extract to Gastrointestinal


Parasites at Ettawah (PE) Cross Breeding in Sidemen Village, Karangasem Regency

Research on the use of waru leaf extract as a worm medicine has been carried out, the research was
conducted in the farmer group “Menaka Giri”, Sidemen village, Sidemen district, Karangasem Regency from
July to August 2020 against 20 male goats (PE) aged 7 months, divided into 4 treatments. with 5 heads each as
a replication, namely P0 (goat livestock without waru leaf extract), P1 (goat livestock with waru leaf extract 25
cc/ head/day), P2 (goat livestock with waru leaf extract dose of 50 cc/head/days) and), P3 (goat livestock with
extract of waru leafdose of 75 cc/head/day). The results showed that all of the goats were infected with 5 types
of worms in the form of nematode worms (Haemonchus sp,Strongylus sp and Strongyloides sp and
Trichostrongylus sp) and trematoda worms (Bonustomum sp). The anthelmintic power of hibiscus leaf extract
at the level of 50 cc/head/day is quite effective in killing nematode worms up to 35% compared to the 25 mg/
head/day of waru leaf extract and the level of 75 cc/head/day only 27% and 30%. The anthelminthic power of
hibiscus leaf extract against worm eggs can suppress up to 32% while at the level of 25 cc/head/day and 75 cc/
head/day respectively 28% and 30%.

Keywords: Goat (PE), gastrointestinal parasites, waru leaf extract

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pemanfaatan ekstrak daun waru sebagai obat cacing, penelitian dilakukan di
Kelompok Tani “Menaka Giri” Desa Sidemen Kecamatan SidemenKabupaten Karangasem pada bulan Juli
hingga Agustus 2020 terhadap Kambing (PE) jantan umur 7 bulan sebanyak 20 ekor, terbagi dalam 4 perlakuan
dengan masing-masing 5 ekor sebagai ulangan yaitu P0 ( ternak kambing tanpa ekstrak daun waru),P1 (ternak
kambing dengan ekstrak daun waru 25 cc/ekor/hari),P2 (ternak kambing dengan ekstrak daun waru dengan
dosis 50 cc/ ekor/hari )danP3 (ternak kambing dengan ekstrak daun waru dengan dosis 75 cc/ekor/hari ).Hasil
menunjukkansecara keseluruhan kambing terinfeksi 5 jenis cacing berupa cacing nematoda (Haemonchus sp,
Strongylus spdan Strongyloides sp dan Trichostrongylus sp ) dan cacing trematoda ( Bonustomum sp). Daya
anthelmintik ekstrak daun waru level 50 cc/ekor/hari cukup efektif membunuh cacing nematoda hingga 35%
dibanding ekstrak daun waru 25 mg/ekor/hari dan level 75 cc/ ekor/ hari hanya27%dan 30 % Daya antelminthik
ekstrak daun waru terhadap telur cacing mampu menekan hingga 32 % sedangkan pada level 25 cc/ekor/hari
dan 75 cc/ekor/hari masing-masing sebesar 28% dan 30%.

Kata kunci: Kambing (PE),parasit gastrointestinal,ekstrak daun waru

64 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


PENDAHULUAN kerugian dari segi ekonomi cukup besar
(Colin,1999). Upaya mengatasi penyakit
Desa Sidemen merupakan salah satu desa cacingan pada kambing dapat dilakukan dengan
yang berada di Kecamatan Sidemen Kabupaten menggunakan pengobatan secara herbal berupa
Karangasem memiliki topografi desa pada tanaman obat salah satunya dengan tanaman
daerah perbukitan diketinggian 500-700 waru (Indah dan Darwati, 2013 ).
mdpldengan curah hujan cukup tinggi, memiliki Di Bali, penggunaan tumbuhan sebagai obat
luasan wilayah sebesar 35,15 km 2,sertaluasan tradisional telah lama dipercayai. Masyarakat Bali
lahan sebesar 3.515 Ha. Dari luasan tersebut menggunakan tumbuhan sebagai obat
berupa lahan sawah 20,5 Ha dan lahan berlandaskan pada naskah lontar usada
kebun114,37 Ha, pemanfaatan lahan oleh (Nala,1993). Tumbuhan waru merupakan salah
masyarakat digunakan untuk berbudidaya ternak satu jenis tumbuhan dalam Usada Taru Permana
diantaranya sapi, kambing, babi,itik dan yang mengandung khasiat obat. Tumbuhan waru
ayam.Kecamatan Sidemen merupakan luasan yang termasuk dalam suku Malvaceae dengan
terkecil dari 8 kecamatan lainnya berada di marga Hibiscus (Backer dan Backhuizen, 1968)
Kabupaten Karangasem yakni sekitar 4,79% digunakan dalam berbagai pengobatan.Kamaraj
(BPS Karangasem,2019). et al. (2011) menyatakan dalam memilih bahan
Seiring bertambahnya jumlah penduduk alam yang memiliki sifat antelmintik disarankan
dandisisi lain Bali merupakan ikon tujuan dimana bahan tersebut mengandung bahan aktif
pariwisata dimana permintaan kebutuhan daging seperti saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid.
(sapi,kambing,itik maupun ayam) setiap Daun waru dapat digunakan untuk mengobati
tahunnya mengalami peningkatan,namun TBC, paru-paru, batuk, sesak napas, radang
sebaliknya pemenuhan kebutuhan daging belum amandel (tonsillitis), demam, diare berdarah/
terpenuhi bahkan masih melakukan impor daging berlendir, disentri pada anak, muntah darah,
dari luar. Peluang pemenuhan kebutuhan daging radang usus, bisul, abses, mengatasi rambut
sebagai protein hewani dari ternak dapat rontok dan cacingan (Indah dan Darwati, 2013).
termanfaatkan melalui pengembangan sektor Disamping itu, daun waru juga mengandung
peternakan dengan pengembanganternak senyawa polifenol, saponin dan flavonoidserta
kambing Peranakan Ettawah (PE) jantan. akar waru mengandung senyawa tanin, saponin,
Kambing PE jantan sebagai ternak kambing dan flavonoid (Kumar et al., 2008:Syamsuhidayat
triguna memiliki keunggulan mampu beradaptasi dan Hutapea, 1991).Penelitian ini bertujuan untuk
dalamkondisi ekstrim, dapat tumbuh lebih cepat, mengetahui tingkat efektivitas ekstrak daun waru
dan memiliki perototan yang cukup baik dengan terhadap tingkat prevelensi,jenis cacing dan
pertambahan bobot badan 50-100gram/hari, jumlah telur cacing serta analisa ekonomi pada
(Sutama dan Budiarsana, 2009). Ditinjau aspek saluran pencernaan kambing PE yang di pelihara
manajemen, salah satu faktor penentu di dalam kandang panggung.
keberhasilan dalam budidaya kambing PE jantan
yakni faktor kesehatan.
Salah satu penyakit parasitik yangsering METODOLOGI
mengganggu saluran pencernaan berupa
penyakit cacingan.Penyakit cacingandapat Telah dilakukan penelitian terhadap 20 ekor
menimbulkan kerugian cukup besar bagi kambing Peranakan Ettawah (PE) jantan
peternakyang ditandai terjadinya penurunan berumur 7 bulan berat rata -rata 35-40 kg dengan
berat badan yang ditimbulkan, rata-rata untuk warna bulu beragam (putih, coklat, hitam, loreng
kambing adalah sebesar 5 kg/ekor per penderita putih coklat, maupun putih hitam) di Kelompok
per tahun (Anon, 2007). Gejala klinis yang Tani “Menaka Giri” yang berlokasi di Desa
ditimbulkan berupa nafsu makan menurun, perut Sidemen Kecamatan Sidemen Kabupaten
buncit, ternak mengalami penurunan berat badan Karangasem. Kambing PE dipelihara selama 5
(kurus), bulu kurang mengkilap, pertumbuhan bulan dalam kandang panggung sebanyak 2 unit,
ternak menjadi terhambat, karkas kelihatan dimana untuk 1 unit kandang berukuran 10 m x
pucat,terjadi diare, pola pemeliharaan menjadi 1,15 m bersekat dengan bilah bambu serta
lebih lama walaupun penyakit cacingan tidak beratap asbes. Dibagian depan kandang
langsung menyebabkan kematian akan tetapi dilengkapi dengan tempat pakan serta dalam

Tingkat Efektitivitas Ekstrak Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) terhadap Parasit Gastrointestinal
Pada Saluran Pencernaan Kambing Peranakan Ettawah ..... | I Wayan Sudarma, dkk. 65
kandang dilengkapi dengan ember sebagai hubungan antara variabel dependen (Y) dan
tempat muinum. Pakan utama yang diberikan variabel independen (X) dalam pembahasan
berupa pakan leguminosa (gamal, lamtoro dan digunakan analisis regresi (Steel dan Torrie,
nangka), rumput gajah serta pakan tambahan 1990).
berupa dedak padi. Disamping itu dalam
penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa
timbangan, sendok makan, plastik label, pisau, HASIL DAN PEMBAHASAN
plastik kantong, formalin 70%, air bersih, spidol.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Tanaman waru merupakan tumbuhan asli
Acak Kelompok (RAK) 4 perlakuan dengan dari daerah tropis di Pasifik Barat. Namun, saat
masing-masing 5 ekor sebagai ulangan. Daun ini telah tersebar luas di seluruh wilayah Pasifik
waru yang digunakan yakni daun yang telah dan dikenal dengan berbagai sebutan misalnya
dewasa (tidak kuning, tidak terlalu tua) sebanyak hau (Hawaii), purau (Tahiti), beach hibiscus,
8 kg lalu dijemur hingga kering dibawah terik sinar tewalpin, sea hibiscus, maupun coastal
matahari. Selanjutnya daun waru dihancurkan/ cottonwood. Daun waru memiliki kandungan gizi
ditepungkanlalu dicampur air sebanyak 4000 ml, dan nutrisi berupa protein, karbohidrat, kalsium,
inilah yang menjadi ekstrak air untuk diberikan vitamin B1, vitamin B12, vitamin C, vitamin E,
pada perlakuan (Beriajayaet al., 2005). vitamin A, vitamin K, magnesium, zat Besi dan
Selanjutnya ekstrak daun waru disaring dan asam askorbat (Syamsuhidayat and Hutapea,
didiamkan selama 12 jam, ekstrak daun waru 1991).
siap diberikan pada ternak kambing. Sebelum Tanaman waru merupakan tumbuhan yang
dilakukan pengambilan sampel segarfeses, dapat tumbuh dipantai tidak berawa, ditanah
terlebih dahulu dilakukan pengenceran terhadap datar, dan di pegunungan hingga ketinggian 1700
formalin 70% dengan melakukan pengenceran mdpl. Tanaman ini banyak ditanam di pinggir
109 selanjutnya cairan formalin dimasukkan pada jalan dan di sudut pekarangan sebagai tanda
tiap kantung plastik yang telah diberi label. batas pagar, dimana tanaman ini dapat tumbuh
Pengambilan sampel feses segar kambing hingga tinggi 5-15 meter, dengan garis tengah
dilakukan selama 4 kali yakni pada awal sebelum batang 40-50 cm, bercabang dan berwarna
perlakuan, 2 minggu, 5 minggu dan 7 minggu coklat. Tanaman waru memiliki daun tunggal,
setelah perlakuan.Dosis penggunaan ekstrak berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/
daun waru diberikan dalam bentuk suspensi bulat telur, tidak berlekuk dengan diameter
(cairan) lewat air minum yang terbagi sesuai kurang dari 19 cm, memiliki bentuk daun menjari,
dengan taraf perlakuan yakni: sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar
P0 = Ternak kambing PE + tanpa ekstrak berbentuk celah pada sisi bawah dan sisi
daun waru pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-abu
P1 = Ternak kambing PE + cairan ekstrak rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang,
daun waru 25 cc/ekor/hari panjang 2,5 cm, meninggalkan tanda bekas
P2 = Ternak kambing PE + cairan ekstrak berbentuk cincin.Bunga waru merupakan bunga
daun waru 50 cc/ekor/ hari tunggal, bertaju 8-11. Panjang kelopak 2,5 cm
P3 = Ternak kambing PE + cairan ekstrak beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk
daun waru 75 cc/ekor/hari kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan
Parameter yang diamati dalam penelitian noda ungu pada pangkal, bagian dalam oranye
berupa tingkat prevelensi cacing yang dan akhirnya berubah menjadi kemerah-
menyerang kambing PE, jenis cacing yang merahan (Syamsuhidayat and Hutapea, 1991).
menginfeksi kambing PE, jumlah telur cacing Daun waru mengandung senyawa fitokimia
menginfeksi kambing PE serta tingkat ekonomis berupa polifenol, saponin, flavonoid, serta me-
terhadap dampak penggunaan ekstrak daun ngandung alkaloida, asam amino, karbohidrat,
waru.Data yang diperoleh dianalisis dengansidik asam organik, asam lemak, sesquiterpen dan
ragam dengan tingkat kesalahan 1-5%. Apabila sesquiterpen quinon, steroid, triterpen.
pengujian sidik ragam menunjukkan pengaruh Sedangkan akar waru disamping mengandung
perbedaan yang nyata, maka pengujian diantara senyawa saponin, juga mengandung tanin dan
rataan empat perlakuan dilakukan dengan uji flavonoid (Kumar et al., 2008), sehingga dengan
jarak berganda dari Duncan. Untuk mengetahui demikian tanaman waru dapat digunakan untuk

66 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


mengobati TBC, paru-paru, batuk, sesak napas, akan terdapat lebih dari satu genus atau spesies
radang amandel (tonsillitis), demam, diare yang menyerang seekor ternak (Anonim, 2003).
berdarah/berlendir, disentri pada anak, muntah Siregar (2008) melaporkan bahwa infeksi alami
darah, radang usus, bisul, abses, mengatasi pada hewan terjadi lewat kontaminasi makanan
rambut rontok dan cacingan (Indah dan Darwati, yang tercemar oleh larva infektif sedikitdemi
2013). sedikit setiap hari selama satu periode yang
panjang.
Jenis dan Organ Predileksi Cacing yang Dari beberapa penelitian melaporkan
Menginfeksi Kambing Peranakan Ettawah dimana prevelensi infestasi campuran oleh
(PE) beberapa jenis cacing cukup tinggi dapat
mencapai 90% (Dessalegn,1999). Tingginya
Dari hasil pemeriksaan feses segar seba- tingkat investasi campuran terjadi diduga sebagai
nyak 20 sampel di Laboratorium Parasit Balai akibat kurang efisiennya metode kontrol
Besar Veteriner Denpasar ditemukan beragam kesehatan terhadap ternak yang diterapkan.
jenis cacing diantaranya cacing Strongylus sp Secara umum peternak jarang mengambil
,Strongyloides sp., Haemonchus sp., tindakan khusus misalnya memisahkan hewan
Bonustomum sp. dan Trichostrongilus sp. Hal ini sakit dari kelompoknya, memberikan vitamin,
sesuai dengan temuan lain tentang prevelensi memberikan pengobatan sesuai dengan gejala
parasit gastrointestinal pada kambing dan yang terlihat malah justru ternak yang sakit
domba yang ditemukan di Kenya (Pfukenyi et al., dibiarkan tetap bergabung dengan kelompoknya.
2007). Sementara nematoda saluran pencernaan
yang ditemukan pada ternak kambing dan domba Tingkat Sebaran Cacing yang Menginfeksi
di Indonesia diantaranya Haemonchus Kambing Peranakan Ettawah (PE)
contortus,Trichostrongylus sp., dan Bonustomum
sp (Adiwinata dan Sukarsih, 1992). Cacing yang Kambing PE terpelihara dalam kandang
menginfeksi kambing PE ditemukan pada organ panggung, berlantai semen serta bercelah.
target seperti terlihat Tabel 1. Infeksi cacing Kambing terlihat kurang bagus, dimana bulu
terjadi secara tunggal maupun majemuk (infeksi sekitar pantat kotor, kurus dan banyak feses cair
lebih dari satu jenis cacing), dimana infeksi serta lembek menempel pada bulu sekitar bawah
majemuk/gabungan terjadi sebanyak 60%. anus serta berserakan dilantai kandang. Gejala
Infeksi tunggal diakibatkan cacing Haemonchus klinis Nampak seperti mencret. Ternak biasanya
sp. sebesar 20%, infeksi gabungan oleh cacing hanya menunjukkan gejala subklinis yang tidak
Strongylus sp. dan Trichostrongylus sp. sebesar begitu diperhatikan oleh peternak, hal ini bisa
20,5% serta infeksi gabungan oleh cacing menimbulkan gejala hingga ketahap yang lebih
Strongylus sp., Strongyloides sp. dan kronis, seiring dengan kurangnya nutrisi yang
Bonustomum sp.sebesar 20 %. diberikan ke ternak dan tingkat stres yang
Infeksi parasit cacing pada saluran meningkat, membuat parasit berproliferasi cukup
pencernaan ternak kambing umumnya baik sehingga siklus hidupnya berlangsung
berlangsung secara heterogen yaitu dengan secara optimal (Mulatu et al., 2012).
bermacam-macam parasit. Penyakit ini sering Pada Tabel 2 terlihat dimana tingkat kejadian
diistilahkan dengan poliparasitisme dimana investasi cacing saluran pencernaan ditiap
terdapat lebih dari satu cacing yang menyerang perlakuan pada kambing yang dipelihara dalam
satu individu. Pada kebanyakan infeksi alamiah kandang model panggung secara keseluruhan

Tabel 1. Jenis dan organ predileksi cacing yang menginfeksi kambing PE

Jenis cacing Predileksi Total ( EPG)

Haemonchus sp. Rumen (abomasum) 100


Strongylus sp., Trichostrongylus sp. Rumen dan Retikulum 260
Trichostrongylus sp., Paramphistomum sp., Lambung dan Rumen 180
Strongyloides sp. dan Retikulum
Bonustomum sp. Rumen 110

Tingkat Efektitivitas Ekstrak Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) terhadap Parasit Gastrointestinal
Pada Saluran Pencernaan Kambing Peranakan Ettawah ..... | I Wayan Sudarma, dkk. 67
terjadi sebesar 65%. Hasil ini mengindikasikan terbaik dibanding kontrol dan level 25 cc/ekor/
bahwa hasil yang diperoleh masih dibawah hasil hari walau tidak memberi respon nyata pada
penelitian Donald (2003) yang menyatakan penggunaan pada level 75 cc/ekor/hari, dimana
prevelensi cacing Haemonchus contortus pada efektivitas daun waru mulai terlihat pada minggu
kambing dan domba di Ethiopia sebesar 98,8%. ke II semenjak perlakuan, jelas terlihat pada
Namun hasil penelitian ini lebih tinggi semua perlakuan bila di banding perlakuan
dibandingkan dengan hasil penelitian yang kontrol, dimana perlakuan yang tanpa pemberian
dilaporkan oleh Mukti et al. (2014) dimana ekstrak daun waru terlihat terjadi peningkatan
prevelensi cacing nematoda pada saluran jumlah butir telur cacing pada tiap gram feses
pencernaan kambing PE sebesar 51,9%, dan sampel namun sebaliknya pada taraf perlakuan
51,4%. Hal ini terjadi akibat kurangnya terlihat terjadi penurunan jumlah telur cacing.Hal
pengetahuan yang dimiliki oleh para peternak ini sejalan pernyataan Beriajaya et al.,
dalam menangani kontrol kesehatan dalam (2006)bahwa waktu inkubasi telur cacing untuk
interval pemberian dan ketepatan dosis obat menghitung telur cacing yang menetas dapat
cacing sehingga dapat berdampak terhadap dilakukan setelah 48 jam pada suhu kamar.
resisten terhadap obat, dan bila pemberiannya Melalui uji in vitro terhadap telur cacing
dilakukan secara berulang maka dapat merupakan persentase telur cacing yang
menimbulkan galur cacing yang resisten menetas selama 48 jam. Hal ini terjadi dimana
(Katzung, 2004). telur cacing dapat bertahan hingga 48 jam di suhu
ruang dalam keadaan baik. Pemilihan waktu
Jumlah Telur Cacing yang Menginfeksi pengamatan pada jam ke-24 dapat mempercepat
Kambing Peranakan Ettawah (PE) waktu dan mendapatkan hasil yang optimal
karena dalam keadaan normal kondisi telur pada
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jam ke-24 masih baik (Ekawasti et al. 2017).
dimana ekstrak daun waru pada level 50 cc/ekor/ Dengan menurunnya jumlah telur cacing dalam
hari mampu memberikan efek antelmintikyang feses ternak dalam kurun waktu lebih dari 48 jam

Tabel 2. Tingkat prevalensi cacing pada saluran pencernaan kambing PE jantan

Perlakuan Jumlah sampel Jumlah sampel terinvestasi Persentase investasi (%)

P0 5 4 65
P1 5 4 65
P2 5 4 65
P3 5 4 65

Tabel 3.Jumlah telur cacing yang menginfeksi sebelum dan sesudah perlakuan terhadap kambing PE.

68 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


menandakan senyawa fitokimia berupa tanin, mengandung beberapa senyawa yang memiliki
saponin, flavonoid dari ekstrak daun waru aktivitas antioksidan (Chinta et al.,
telah mulai bekerja ditiap perlakuan walau 2010)diantaranya berupa vitamin C, vitamin E,
kerjanya belum optimal,seperti terlihat pada vitamin A, vitamin K, saponin, flavonoid, alkaloida,
tabel 3. asam amino, karbohidrat, asam organik, asam
Untuk mengetahui tingkat efektifitas daya lemak, sesquiterpen dan sesquiterpen quinon,
larvacidal maupun daya ovicidal dari suatu steroid, triterpene (Syamsuhidayat and Hutapea,
tanaman obat dapat dilihat dari jumlah total EPG 1991). Mekanisme penghambatan parasit akibat
butir telur dalam feses ternak, dimana dari tabel ekstrak daun waru berasal dari kandungan
diatas menunjukkan tingkat efektivitas dari antioksidan yang merupakan jenis obat
ekstrak daun waru pada level 50 cc/ekor dapat antiparasit yang terus dikembangkan.
menyebabkan terjadinya penurunan daya Antioksidan diketahui juga dapat menyebabkan
ovicidal telur cacing sebesar 35% serta daya peningkatan stres oksidatif atau mengganggu
larvancidalnya hingga32%, sedangkan mekanisme parasit cacing untuk melindungi diri
penggunaan ekstrak daun waru pada level 25 dari oksidan sehingga dapat menurunkan
cc/gram/ekor dan 75 cc gram/ekor memiliki daya viabilitas parasit cacing.
ovicidal telur cacing masih berada dibawahnya Turunnya jumlah telur cacing pada level
yakni masing-masing sebesar 27% dan 30% penggunaan ekstrak daun waru akibat senyawa
serta daya larvacidal masing-masing sebesar tanin yang terkandung dalam daun waru yang
28% dan 30%.Hal ini sesuai dengan pernyataan memiliki aktivitas ovacidal dapat mengikat telur
Molan et, al., (2000) dimana senyawa fitiokimia cacing pada lapisan luarnya yang terdiri atas
dari tanaman obat dapat mengurangi jumlah telur protein sehingga pembelahan sel didalam telur
cacing menetas hingga 34%-36 % dan cacing tidak dapat berlangsung, pada akhirnya
menurunkan daya motilitas larva hingga 32%- larva tidak terbentuk, membunuh dan memutus
35% sehingga tingkat perkembangan telur cacing daur hidup cacing dewasa, larva maupun telur
mengalami penurunan. cacing (Tiwow et al., 2013).
Kemampuan daya antelmintik larvacidal dari Senyawa tanin dalam ekstrak daun waru
ekstrak daun waru berkaitan erat dengan selain memiliki aktivitas ovicidal juga mampu
kandungan senyawa fitokimia, salah satunya membunuh larva cacing, dimana senyawa tanin
berupa senyawa tanin yang mampu dapat mengikat serta mengendapkan protein
menghambat kerja enzim,serta mampu merusak yang terdapat pada lapisan outer membrane telur
membran cacing (Shahidi & Naczk, cacing, membentuk koopolimer yang larut dalam
1995).Terlihat dimana dengan terhambatnya air. Senyawa tanin dapat mengganggu
kerja enzim dapat menyebabkan proses pembelahan sel dalam telur hingga stadium larva
metabolisme pencernaan cacing menjadi cacing tidak terbentuk, menyebabkan telur
terganggu sehingga cacing akan kekurangan cacing gagal menetas. Disamping itu mekanisme
nutrisi sari makanan yang pada akhirnya cacing penghambatan tanin dengan cara melisiskan
akan mengalami kematian akibat kekurangan dinding sel cacing selain akibat senyawa saponin
tenaga. Membran cacing yang rusak akibat dan flavonoid, sehingga memudahkan senyawa
senyawa tanin menyebabkan cacing mengalami tanin masuk ke dalam dinding sel cacing (Rastogi
paralisis yang akhirnya mati. Tanin umumnya etal., 2009).
berasal dari senyawa polifenol yangmemiliki Senyawa flavonoid dari ekstrak daun waru
kemampuan untuk mengendapkan protein dalam memiliki ciri berbau tajam, berpigmen yang dapat
tubuh cacing dengan membentuk koopolimer larut dalam air. Flavonoid memiliki peranan
yang tidak larut dalam air (Tiwow et al., 2013). sebagai antiparasit (Rastogi et, al., 2009).
Disamping itu pula senyawa fitokimia berupa Dinding cacing yang terkena flavonoid dapat
saponin dalam daun waru dapat mengikat menyebabkan kehilangan permeabilitas sel,
molekul sterol yang ada pada permukaan selain itu flavonoid merupakan senyawa fenol
membran sel cacing (Hassan et al., 2008), serta dimana senyawa ini dapat merusak permeabilitas
saponin dapat menurunkan viabilitas sel cacing cacing dan merusak dinding telur cacing
dengan cara merubah permeabilitas membran (Harbone, 1987).
sel organisme (Patra et al., 2006). Ekstrak air Lebih lanjut Molan et al., (2000) menyatakan
daun waru (Hibicus Tiliaceus) diketahui bahwa senyawa fitokimia berupa tanin dari

Tingkat Efektitivitas Ekstrak Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) terhadap Parasit Gastrointestinal
Pada Saluran Pencernaan Kambing Peranakan Ettawah ..... | I Wayan Sudarma, dkk. 69
tanaman obat dapat mengurangi perkembangan KESIMPULAN DAN SARAN
larva cacing nematoda hingga 91%.Ditinjau dari
derajat tingkat infeksi, infeksi yang terjadi masih Prevelensi parasit gastrointestinal terhadap
tergolong sedang yakni sebesar 650 butir/gram kambing Peranakan Ettawah (PE) dalam
feses. Menurut Levine (1990) pada infeksi ringan kandang panggung daerah dataran tinggi di
akan ditemukan telur cacing 1-499 butir/gram Kelompok Tani”Menaka Giri” di Desa Sidemen,
fesespada infeksi sedang akan ditemukan jumlah terinfeksi tunggal oleh cacing Haemonchus sp.
telur cacing 500-5000 butir/gram feses. (20%), infeksi gabungan oleh cacing Strongylus
sp. dan Trichostrongylus sp. (20,5%) dan
Analisa Ekonomi Pemakaian Biaya Ekstrak gabungan cacing Strongylus sp., Strongyloides
Daun Waru Sebagai Obat Cacing pada sp. dan Paramphistomum sp.(20%).Dengan
Kambing Peranakan Ettawah (PE) tingkat sebaran cacing terjadi sebesar
65%sertaderajat infeksi masihdalam stadium
Dalam penanggulangan penyakit parasit sedang yakni 650 butir/gramfeses.Penggunaan
cacing atau penyakit saluran pencernaan ekstrak daun waru pada level 50 cc/ekor/hari
gastrointestinal pada ternak kambing, sebagai mampu menurunkan jumlah larva sebesar 32%
pilihan alternatif dapat digunakan dengan dan telur cacing sebesar 35%,sedangkan pada
pemanfaatan tanaman waru secara tradisional. level 25 cc/ekor/hari dan 75 cc/ekor/hari mampu
Berikut perbandingan pengeluaran biaya menurunkan jumlah larva masing-masing
penangan penyakit cacingan dalam level sebesar 27% dan 30% dan telur cacing masing-
penggunaan dosis yang berbeda-beda seperti masing sebesar 28% dan 30 %. Pemberian
pada tabel 4. ekstrak daun waru pada level 50 cc/ ekor/hari
sangat efektif dalam pengendalian maupun
Tabel 4. Perbandingan biaya yang dikeluarkan pada pengobatan penyakit cacingan pada ternak
tiap perlakuan kambing.Pemakaian ekstrak daun waru sebagai
obat cacing pada kambing dapat dibuat dengan
Dosis level pemakaian Biaya (Rp/ekor) mudah,tersedia sepanjang waktu dan mudah
(ekor/hari)
didapat. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
25 cc 2.450 mengetahui tingkat prevelensi gastrointestinal
50 cc 4.900 pada kambing yang dipelihara di daerah dataran
75 cc 7.340 rendah.

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian KONTRIBUSI PENULIS


ekstrak daun warupada level 25 cc/ekor/hari
dalam sehari sekali pemberian terhadap1 ekor Penulis 1 dan 2 merupakan kontributor
kambing memerlukan biaya masing-masing utama dalam penulisan artikel ilmiah ini.
sebesar Rp 2.450, pada level 50 cc/ekor/hari
dalam sehari sekali pemberian terhadap 1 ekor
kambing memerlukan biaya masing-masing DAFTAR PUSTAKA
sebesar Rp.4.900,sedangkan pada level 75 cc/
ekor/hari dalam sehari sekali pemberian Adiwinata, G., dan Sukarsih. 1992. Gambaran
terhadap 1 ekor kambing memerlukan biaya Darah Domba yang Terinfeksi Cacing
masing-masing sebesar Rp 7.340. Berdasarkan Nematoda Saluran Pencernaan Secara
kajian ini menunjukkan bahwa pengobatan Alami di Kabupaten Bogor. Penyakit Hewan.
dengan menggunakan obat cacing dari ekstrak 24(43): 13-16.
daun waru ditinjau dari segi harga tidak begitu Anonim 2003.Pengendalian Penyakit Pada Sapi.
mahal, cukup efektif dan lebih mudah didapat dan Http:// primatani litbang.co.id diakses pada
pengerjaannya cukup mudah. tanggal 27 September 2007.

70 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Anon. 2007. Daur Hidup Cacing haemonchus. Harbone J B, 1987. Metode Fitokimia. Bandung:
http: // www. Sumber hewan.com /id/ ITB Press.
penyakitcacing. Diaskes tanggal 15
Hassan SM, El-Gayar AK, Cadwell DJ, Bailey CA,
September 2010.
Cartwright AL. 2008. Guar meal ameliorates
Backer, TC.A. and R.C. Bakhuizen Van Den Eimeria tenella infection in broiler chicks. Vet.
Brink, 1968, Flora of Java I, III, Wolters- Parasitol. 157: 133-138.
Noordhoff N. V. Groningen,The Netherlans
Indah S.Y. dan Darwati, 2013, Keajaiban Daun
Beriajaya, J. Manurung, dan D. Haryuningtyas. Tumpas Tuntas Penyakit Kanker, Diabetes,
2006. Efikasi Cairan Serbuk Kulit Buah Ginjal, Hepatitis, Kolesterol, Jantung,Graha
Nanas untuk Pengendalian Cacing Pustaka, Jakarta, h. 60
Haemonchus contortus pada Domba.
Kamaraj, C., A.A. Rahuman, G. Elango, A.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Bagavan, and A.A. Zahir. 2011. Anthelmintic
Veteriner. 934 – 940.
activity of botanical extracts against sheep
BPS Karangasem, (2019).LuasWilayah Menurut gastrointestinal nematodes, Haemonchus
Jenis Penggunaan Tanah 2019. contortus.Parasitol Res.109:37-45.
Colin, J. 1999. Parasites dan Parasitic Desease Katzung BG. 2004. Farmakologi dasar dan Klinik.
of Domestic Animales.University of Salemba Empat . Jakarta. Hal: 259, 286-287.
Pensylvania. June.28.
Kumar, S., Kumar, D., and Prakash, O., 2008,
Chinta GC, Mullinti V, Prashanthi K, Sujata D, Evaluation of Antioxidant Potential, Phenolic
Pushpa KB, Ranganayakulu D. 2010. Anti- and Flavanoid Contents of Hibiscus tiliaceus
oxidant activity of the aqueous extract of the Flowers, ElectronicJournal of Environmental,
Morinda citrifolia leaves in triton WR-1339 Agriculturaland food Chemistry, 7 (4): 2863-
induced hyperlipidemic rats. Drug Invent. 2871
Tod. 2: 1-4
Levine,N.D.,1990.Parasitology Veteriner.
Dessalegn, L., 1999. The Epidemiology of Diterjemahkan oleh G. Asadhi. Gadjah
Strongyle infections in small ruminants under Mada. University PressYogyakarta
warm tropical climate. J. Vet. Res., 71(3):
Molan, A. L., G. C. Waghorn, B. R. Min,and W. C.
219-226. Proceedings of the 13thAnnual
McNabb. 2000. The effect of condensed
Conference of Ethiopian Veterinary
tanin from seven herbages on
Association. Addis Ababa, Ethiopia
Trichostrongylus colubriformis larval
Donald, A.K. 2003. Epidemiology and Seasonal migration in vitro. FoliaParasitol. 47:39–44
Dynamics of Gastrointestinal Helminthoses
Mukti, T., I.B.M. Oka, dan I.M. Dwinata. 2014.
of Small Ruminant in Easthern and Southern
Prevalensi Cacing Nematoda Saluran
Semi Aridzones of Ethiopia. http://
Pencernaan pada Kambiing Peranakan
wwwl.vetmed.fuberlin.de/ip-4donald.html
Ettawa di Kecamatan Siliragung, Kabupaten
Ekawasti F, Suhardono Sawitri DH, Dewi DA, Banyuwangi, Jawa Timur. Indonesia
Wardhana AH, Martindah E. 2017. Media Medicus Veteriner. 5(4): 330-336.
penyimpanan telur, larva dan cacing
Mulatu, M., T. Fentahun and B. Bogale. 2012.
nematode sebagai media uji in vitro. Dalam:
Gastrointestinal Helminthes Parasites in
Puastuti W, Muharsini S, Inounu I,
Sheep: Prevalence and Associated Risk
Tiesnamurti B, Kusumaningtyas E, Wina E,
Factors, in and Around Gondar Town,
Herawati T, Hartati, Hutasoit R, penyunting.
Northwest Ethiopia. Advan. Biol. Res. 6 (5):
Prosiding Seminar Nasional Teknologi
191-195.
Peternakan dan Veteriner. Bogor
(Indonesia): Pusat Penelitian dan Nala, N., 1993, Usada Bali, PT. Upada Sastra,
Pengembangan Peternakan. hlm. 695-703. Denpasar
doi: 10.14334/Pros.Semnas.TPV-2017- Patra AK, Kamra DN, Agarwal N. 2006. Effect of
p.695-703. plant extracts on in vitro methanogenesis,

Tingkat Efektitivitas Ekstrak Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) terhadap Parasit Gastrointestinal
Pada Saluran Pencernaan Kambing Peranakan Ettawah ..... | I Wayan Sudarma, dkk. 71
enzyme activities and fermentation of feed Siregar, S.B.2008. Penggemukan Sapi.Edisi
in rumen liquor of buffalo. Anim. Feed Sci. Revisi. Penebar Swadaya. Depok
Technol. 128: 276-291.
Syamsuhidayat, S. and Hutapea, J. (1991)
Pfukenyi, M.D, S. Mukaratirwa, A.L. Willingham, Inventaris Tanaman Obat Indonesia I.
dan J. Monrad. 2007. Epidemiological
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1990. Prinsip dan
studies of parasitic gastrointestinal
Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan
nematodes, cestodes, and coccidia
Biometrik. Alih Bahasa Ir.B. Soemantri. Ed
infections in cattle in the highveld and
II. Gramedia Jakarta
lowveld communal grazing areas of
Zimbabwe. Journal of Veterinary Research. Sutama, I.K dan I.G.M. Budiarsana. 2009.
74: 129-142. Panduan Lengkap Beternak Kambing dan
Domba. Penebar Swadaya, Jakarta
Rastogi T, Bhutda V, Moon K, Aswar PB, and
Khadabadi SS. 2009. Comparative Studies Tiwow, D., Widdhi, B dan Novel, S.K. 2013. Uji
on Anthelmintic Activity of Moringa oleifera efek antelmintik ekstrak etanolbiji pinang
and Vitex Negundo. Asian J. Research (Areca catechu) terhadap cacing Ascaris
Chem. 2(2): April-June, 2009:181-182. lumbricoides danAscaridia galli secara in
vitro. Pharmacon 2 (02): 76-80
Shahidi, F and M. Naczk. 1995. FoodPhenolics.
Technomic Inc, Basel.

72 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN HASIL PANEN
BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LINGKUNGAN SAWAH TADAH HUJAN

Ni Made Delly Resiani1 dan I Nengah Duwijana2

1)
Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
2)
Penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar
E-mail: dellyresiani67@gmail.com

Submitted date : 22 Januari 2021 Approved date : 26 Pebruari 2021

ABSTRACT

The Level of Main Pest Attack and Harvest of Some Variety of Corn
in the Rainfed Land Environment

Rainfed land are one of the land resources that have great potential for the development of agricultural
development. Various attempts have been made by the government to achieve this condition. One of them is
the development of new superior maize varieties. The research was conducted in Subak Aseman IV, Tanguntiti
Village-East Selemadeg District, Tabanan Regency. Aim to analyze the level of attack by major pests and
yields of maize. Research time April - August 2019. Using a randomized block design with 3 treatments of corn
varieties (J), namely Bima 20 URI (J1); Nasa 29 (J2) and NK 228 (J3). Each treatment was repeated 10 times.
The data analysis used diversity analysis, followed by the LSD 5% test for the observed parameters. The
results showed that the highest level of attack, armyworms and cob borer was shown in the Bima 20 URI
treatment (7.65%) which was not significantly different from Nasa 29 (6.22%). Stem borer attack has no significant
effect on the three test treatments. The highest plant height was shown in the treatment of NK 228 (270.00).
The highest stover weight above ground was shown in the treatment of NK 228 (18.60) and the lowest was in
the treatment of Bima 20 URI (12.23). The ear weight with the highest weight was shown in the treatment of NK
228 (286.49), followed by Nasa 29 (256.84) and Bima 20 URI (214.15). The highest weight of the cob without
husk, the weight of the harvested dry seed, and the highest total weight of the plant above ground were shown
in the treatment of NK 228 (251.17; 197.03 and 636.8). The highest harvest index was shown in the Bima 20
URI treatment which was not significantly different from Nasa 29 (1.17 and 1.13). The highest weight of stored
dry shelled seeds was shown in treatment NK 228 (134.77). It was concluded that NK 228 showed the best
treatment among the three varieties with the lowest level of main pest attack and the highest yield of dry shelled
stored weight.

Keywords: Main pests, maize, rainfed land

ABSTRAK

Sawah tadah hujan adalah salah satu sumber daya lahan yang mempunyai potensi besar untuk
pengembangan pembangunan pertanian. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah guna mewujudkan kondisi
tersebut. Salah satunya adalah pengembangan varietas jagung unggul baru. Penelitian dilaksanakan di Subak
Aseman IV, Desa Tanguntiti-Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan. Bertujuan untuk menganalisis
tingkat serangan hama utama dan hasil panen jagung. Waktu penelitian April - Agustus 2019. Menggunakan
rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan varietas jagung (J) yakni varietas jagung Bima 20 URI (J1);
Nasa 29 (J2) dan NK 228 (J3). Setiap perlakuan diulang 10 kali. Analisis data menggunakan analisis keragaman,
dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk parameter teramati. Hasil penelitian menunjukkan tingkat serangan, ulat
grayak dan penggerek tongkol tertinggi ditunjukkan pada perlakuan Bima 20 URI (7,65%) yang tidak berbeda
nyata dengan Nasa 29 (6,22%). Serangan penggerek batang berpengaruh tidak nyata pada ketiga perlakuan
uji. Tinggi tanaman tertinggi ditunjukkan pada perlakuan NK 228 (270,00). Bobot brangkasan atas tanah
tertinggi ditunjukkan pada perlakuan NK 228 (18,60) dan terendah pada perlakuan Bima 20 URI (12,23). Bobot

Tingkat Serangan Hama Utama dan Hasil Panen Beberapa Varietas Jagung
Di Lingkungan Sawah Tadah Hujan | Ni Made Delly Resiani, dkk. 73
tongkol dengan kelobot tertinggi ditunjukkan pada perlakuan NK 228 (286,49), diikuti Nasa 29 (256,84) dan
Bima 20 URI (214,15 ). Bobot tongkol tanpa kelobot, bobot biji pipilan kering panen, dan bobot total tanaman di
atas tanah tertinggi masing-masing ditunjukkan pada perlakuan NK 228 (251,17;197,03 dan 636,8). Indeks
panen tertinggi ditunjukkan pada perlakuan Bima 20 URI yang tidak berbeda nyata dengan Nasa 29 (1,17 dan
1,13). Bobot biji pipilan kering simpan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan NK 228 (134,77). Disimpulkan
Jagung NK 228 menunjukkan perlakuan terbaik diantara ketiga varietas tersebut dengan tingkat serangan
hama utama terendah serta hasil bobot pipilan kering simpan tertinggi.

Kata kunci: Hama utama, jagung, sawah tadah hujan

PENDAHULUAN Syuryawati (2017);Yati dan Anna (2016) dan


Syuryawati dan Faesal (2016) menyatakan
Jagung merupakan salah satu komoditas bahwa memadukan sejumlah komponen
strategis nasional karena merupakan makanan teknologi sesuai dengan kondisi lingkungan
pokok kedua setelah padi (Wahyudin et al., 2016; tumbuh tanaman diharapkan dapat
Syamsia, 2019). Menurut Iriany et al. (2010) meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi,
jagung berasal dari Amerika Tengah dan dari dan pendapatan usahatani jagung.
daerah ini jagung tersebar dan ditanam diseluruh Upaya peningkatan produksi jagung melalui
dunia. Jagung mulai berkembang di Asia perluasan areal tanam, dapat dikembangkan di
Tenggara pada pertengahan tahun1500an dan lahan sawah tadah hujan (Eko et al., 2018).
pada awal tahun 1600an, yang berkembang Misran (2013) menambahkan bahwa lahan
menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan di sawah tadah hujan atau lahan sawah semi
Indonesia,Filipina, dan Thailand.Jagung intensif merupakan sumberdaya fisik yang
mengandung protein yang penting dalam menu potensial untuk pengembangan komoditas
masyarakat di Indonesia selain sebagai sumber jagung. Ditambahkan lagi pengembangan jagung
karbohidrat. Suarni dan Yasin (2011). di lahan sawah tadah hujan sangat strategis
mengatakan bahwa jagung kaya akan komponen karena umumnya lahan tersebut tidak
pangan fungsional, termasuk serat pangan yang dimanfaatkan setelah padi musim tanam I dan
dibutuhkan tubuh, asam lemak esensial, tidak cukup air untuk menanam padi musim
isoflavon, mineral (Ca, Mg, K, Na, P, Ca dan Fe), tanam II, sehingga terdapat peluang menanam
antosianin, betakaroten (provitamin A), komposisi jagung karena kebutuhan airnya relatif lebih
asam amino esensial, dan lainnya. Selain rendah dibandingkan dengan padi yang diairi
sebagai bahan pangan, jagung juga merupakan sampai tergenang. Namun demikian terdapat
sumber utama energi bahan pakan. beberapa kendala yang dihadapi petani dalam
Permintaan akan jagung terus meningkat pengembangan jagung di lahan sawah tadah
dari tahun ke tahun, sementara produksi belum hujan seperti cekaman air terutama kekeringan,
mampu mecukupi kebutuhan nasional sehingga kekurangan bahan organik tanah, dan serangan
harus impor. Produktivitas jagung di tingkat petani hama serta penyakit tanaman. Walker (1987)
masih rendah, baru mencapai 4,8 t/ha, menyatakan bahwa telah diketahui sekitar 50
sedangkan di tingkat penelitian dapat mencapai spesies serangga yang menyerang tanaman
6,0–10 t/ha, bergantung pada kondisi lahan dan jagung tetapi hanya beberapa di antaranya yang
teknologi yang diterapkan (Aqil et al., 2014; sering menimbulkan kerusakan yang berarti
Sutoro, 2015; Manuel et al., 2018). seperti ulat grayak, penggerek cabang dan
Upaya peningkatan produksi jagung dapat tongkol. Ulat grayak merupakan hama yang
dilakukan dengan cara penterapan teknologi menyerang bagian daun tanaman jagung. Hama
budidaya (Abdurrahman et al., 2013).. Beberapa tersebut bersifat polifag yakni selain menyerang
upaya yang telah dilakukan diantaranya tanaman jagung juga menyerang tanaman padi,
memperluas areal tanam (ekstensifikasi) dan sorgum, dan kacang-kacangan. Daun tanaman
intensifikasi (Maruapey dan Faesal, 2010). dapat dimakan habis sampai hanya tersisa tulang
Pesireron dan Senewe (2011); Yukarie et al. daunnya dan mati, terutama pada saat terjadinya
(2016) menyatakan bahwa dalam peningkatan peledakan populasi. Ulat grayak dapat
produksi jagung diperlukan pemahaman untuk menyerang seluruh stadia pertumbuhan tanaman
mengelolanya agar bersinergis sehingga jagung. Heliothis sp. terutama merusak tongkol
diperoleh hasil yang tinggi . Margaretha dan jagung, sehingga kualitas jagung kalau dijual

74 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


muda jadi murah. Tongkol dapat rusak secara terfermentasi 2 ton/Ha. Pembumbunan dengan
keseluruhan kalau serangannya diikuti oleh tujuan untuk memberikan lingkungan akar yang
tumbuhnya cendawan yang menghasilkan lebih baik, agar tanaman tumbuh kokoh dan tidak
mikotoksin. Heliothis sp. polifag yakni serangga mudah rebah. Pembumbunan dilakukan
ini juga menyerang tembakau, sorgum, kapas, bersamaan dengan penyiangan pertama secara
kentang, tomat, dan kacang-kacangan. Larva mekanis. Pengendalian gulma dilakukan secara
yang baru menetas akan makan pada jambul mekanis, pengendalian hama dan penyakit
tongkol, dan kemudian membuat lubang masuk berdasarkan pendekatan pengendalian hama
ke tongkol. Ketika larva makan, akan tertinggal dan penyakit secara terpadu: Panen tepat waktu
kotoran dan tercipta iklim mikro yang cocok untuk dan pengeringan segera. Panen dilakukan jika
bertumbuhnya jamur yang menghasilkan kelobot tongkol telah mengering atau berwarna
mikotoksin sehingga tongkol rusak. Penggerek coklat, biji telah mengeras, dan telah terbentuk
ini juga dapat menyerang tanaman muda, lapisan hitam minimal 50% pada setiap baris biji.
terutama pada pucuk atau malai yang. dapat tongkol yang sudah dipanen segera dijemur, atau
mengakibatkan tidak terbentuknya bunga jantan, diangin-anginkan.
berkurangnya hasil dan bahkan tanaman dapat Parameter yang diamati meliputi tinggi
mati. tanaman maksimum, bobot brangkasan atas
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tanah, bobot tongkol dengan kelobot,bobot
tertarik untuk melakukan penelitian jagung di tongkol tanpa kelobot, bobot biji pipilan kering
lahan sawah tadah hujan dengan tujuan untuk panen, bobot total tanaman di atas tanah, bobot
menganalisis tingkat serangan hama dominan pipilan kering simpan, indeks panen, bobot buah
serta hasil panen pada beberapa varietas jagung. tanpa kelobot ubinan, tingkat serangan hama
utama serta bobot pipilan kering simpan per
hektar.
METODOLOGI Tingkat serangan hama utama dihitung
menggunakan rumus:
Penelitian dilaksanakan di Subak Aseman
IV, Desa Tanguntiti-Kecamatan Selemadeg Timur jumlah tanaman terserang
Kabupaten Tabanan. Waktu penelitian April - Tingkat serangan (%) = X 100%
Agustus 2019. Menggunakan rancangan acak jumlah tanaman yang diamati
kelompok sederhana dengan 3 perlakuan
varietas jagung (J) yakni varietas jagung Bima Data dianalisis dengan analisis keragaman
20 URI (J1); Nasa 29 (J2) dan NK 228 (J3). sesuai dengan rancangan yang digunakan.
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 10 Analisis lanjut akan dilakukan dengan uji BNT
kali. Teknis pelaksanaan dilapang berpedoman 5% untuk parameter teramati (Gomez dan
pada Pedoman Umum Pengelolaan Terpadu Gomez, 1995).
Jagung (Litbang, 2016), meliputi varietas unggul
baru, benih bermutu dan berlabel, jarak tanam
80 cm x 40 cm (2 biji per lubang), Pemupukan HASIL DAN PEMBAHASAN
berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara
tanah. Kebutuhan hara N tanaman diukur dengan Hasil analisis statistika menunjukkan
Bagan Warna Daun (BWD) untuk mengetahui perlakuan uji berpengaruh nyata dan tidak nyata
tingkat kehijauan daun jagung sedangkan terhadap parameter yang diamati (Tabel 1 - 4).
kebutuhan hara P dan K dengan Perangkat Uji Tingkat serangan penggerek batang
Tanah Kering (PUTK). Pupuk N diberikan dua berpengaruh tidak nyata pada ketiga perlakuan
kali, yakni pada umur tanaman 7-10 hari setelah uji, sementara ulat grayak dan penggerek tongkol
tanam (HST) dan 30-35 HST. BWD digunakan berpengaruh nyata. Serangan ulat grayak
pada saat tanaman berumur 40-45 HST untuk tertinggi ditunjukkan pada perlakuan jagung Bima
mendeteksi kecukupan N bagi tanaman. 20 URI (7,65%) namun tidak berbeda nyata
Pengolahan lahan dilakukan dengan sistem dengan jagung Nasa 29 (6,22%) dan serangan
tanpa olah tanah (TOT), Pembuatan saluran terendah ditunjukkan pada jagung NK 228
drainase dibuat pada saat penyiangan pertama. (5,98%) atau 27,92% serangan dapat ditekan
Pemberian bahan organik dengan pupuk sapi pada jagung NK 228 (Tabel 1.). Serangan

Tingkat Serangan Hama Utama dan Hasil Panen Beberapa Varietas Jagung
Di Lingkungan Sawah Tadah Hujan | Ni Made Delly Resiani, dkk. 75
penggerek tongkol tertinggi ditunjukkan pada Perlakuan uji berpengaruh nyata terhadap
jagung Bima 20 URI (9,24%) diikuti jagung Nasa bobot tongkol tanpa kelobot, bobot biji pipilan
29 (7,62) yang tidak berbeda nyata dengan kering panen dan bobot total tanaman di atas
jagung NK 228 (7,29%) (Tabel 1.). tanah (Tabel 3.). Bobot tongkol tanpa kelobot
Perlakuan uji berpengaruh nyata terhadap tertinggi ditunjukkan pada perlakuan NK 228
komponen pertumbuhan dan hasil panen jagung. (251,17) diikuti Nasa 29 (236,01) dan Bima 20
Tinggi tanaman jagung tertinggi ditunjukkan pada URI (187,22) atau dengan kata lain bobot tongkol
perlakuan jagung NK 228 (270,00 cm), di ikuti tanpa kelobot NK 228, 34,16% dibandingkan
Nasa 29 (252,95 cm) dan Bima 20 URI (219,45 Bima 20 URI. Bobot biji pipilan kering panen
cm) atau dengan kata lain tinggi jagung NK 228, tertinggi ditunjukkan pada perlakuan NK 228
6,74 dan 23,99% lebih tinggi dibanding jagung (197,03) dan terendah pada Bima 20 URI
Nasa 29 dan Bima 20 URI (Tabel 2.). Bobot (187,22) atau 27,98% lebih tinggi pada NK 228.
brangkasan atas tanah tertinggi ditunjukkan pada Bobot total tanaman di atas tanah tertinggi
perlakuan jagung NK 228 (18,60 g) dan terendah ditunjukkan pada perlakuan NK 228 (636,8),
pada perlakuan Bima 20 URI (12,23 g) atau bobot diikuti Nasa 29 (461,6) dan Bima 20 URI (366,91)
brangkasan atas tanah jagung NK 228 lebih atau 42,38% lebih tinggi pada NK 228 dibanding
tinggi 15,74% dibanding jagung Nasa 29 (16,07g) Bima 20 URI (Tabel 3.).
(Tabel 2.). Demikian juga dengan komponen Perlakuan uji berpengaruh nyata terhadap
bobot tongkol dengan kelobot, diperoleh hasil rerata bobot biji pipilan kering simpan baik per
bobot tongkol dengan kelobot tertinggi tanaman maupun per hektar dan indeks panen.
ditunjukkan pada perlakuan jagung NK 228 Bobot biji pipilan kering simpan per tanaman
(286,49 g), diikuti Nasa 29 (256,84) dan Bima tertinggi ditunjukkan pada perakuan jagung NK
20 URI (214,15 g) (Tabel 2). 228 (134,77) dan terendah pada Bima 20 URI

Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap rerata tingkat serangan hama penggerek batang, ulat grayak dan
penggerek tongkol

Perlakuan Penggerek batang (%) Ulat grayak (%) Penggerek tongkol (%)

Nasa 29 4.17 a 6.22 a 7.62 b


Bima 20 URI 7.22 a 7.65 a 9.24 a
NK 228 3.01 a 5.98 b 7.29 b
KK (%) 22.52 20.59
BNT 5% 0.44 0.49

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak
nyata pada taraf uji BNT 5% Data tingkat serangan hama utama dianalisis setelah ditransformasi
ke dalam Arcsin” X%

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap rerata tinggi tanaman, bobot brangkasan atas tanah dan bobot tongkol
dengan kelobot

Perlakuan tinggi tanaman (cm) bobot brangkasan bobot tongkol


atas tanah (g) dengan kelobot (g)

Nasa 29 252.95 b 16.07 b 265.84 b


Bima 20 URI 219.45 c 12.23 c 214.15 c
NK 228 270.00 a 18.60 a 286.49 a
KK (%) 8.29 18.49 17.46
BNT 5% 6.10 0.86 13.25

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak
nyata pada taraf uji BNT 5% Data bobot brangkasan atas tanah di analisis setelah di transformasi
ke dalam bentuk (X+0,5)^0.5

76 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


(113,40) atau 12,98% lebih tinggi pada jagung pada perlakuan NK 228. Perlakuan uji
NK 228. Indeks panen tertinggi ditunjukkan pada berpengaruh nyata terhadap rerata bobot biji
perlakuan jagung Nasa 29 (1,13) namun tidak pipilan kering simpan baik per tanaman maupun
berbeda nyata dengan Bima 20 URI (1,17) dan per hektar dan indeks panen.
terendah pada jagung NK 228 (0,95). Bobot biji Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh sifat
pipilan kering simpan per hektar tertinggi genetik, faktor lingkungan, intensitas cahaya
ditunjukkan pada perlakuan jagung NK 228 (8,42) matahari dan suhu. Perbedaan sifat genetik
dan terendah pada Bima 20 URI (7,09) yang tidak menyebabkan terjadinya perbedaan tanggap
berbeda nyata dengan Nasa 29 (7,33) (Tabel 4.). ketiga varietas tersebut terhadap berbagai
Tingkat serangan hama utama dan hasil kondisi lingkungan, sehingga aktivitas
panen beberapa varietas jagung di lingkungan pertumbuhan yang ditunjukkan berbeda. Jagung
sawah tadah hujan menunjukkan hasil nyata dan NK 228 merupakan jagung eksisting yang sudah
tidak nyata. Tingkat serangan penggerek batang lama di tanam petani di lokasi tersebut dan sudah
berpengaruh tidak nyata pada ketiga perlakuan beradaptasi baik di lingkungan tersebut,
uji, sementara ulat grayak dan penggerek tongkol sementara jagung Nasa 29 dan Bima 20 URI
berpengaruh nyata. Demikian juga terhadap merupakan varietas yang baru pertama kali di
komponen hasil. Perlakuan uji berpengaruh uji coba. Kondisi ini sesuai dengan pendapat
nyata terhadap komponen pertumbuhan dan Sadjad (1993) yang menyatakan bahwa,
hasil panen jagung. Tinggi tanaman, bobot perbedaan daya tumbuh antar varietas
brangkasan atas tanah, bobot tongkol dengan ditentukan oleh faktor genetiknya. Jumin (2005)
kelobot tertinggi ditunjukkan pada perlakuan menambahkan bahwa dalam menyesuaikan diri,
jagung NK 228. Bobot tongkol tanpa kelobot, tanaman akan mengalami perubahan fisiologis
bobot biji pipilan kering panen dan bobot total dan morfologis ke arah yang sesuai dengan
tanaman di atas tanah, tertinggi juga ditunjukkan lingkungan barunya. Harjadi (1991) menyatakan

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap rerata bobot tongkol tanpa kelobot, bobot biji pipilan kering panen, dan
bobot total tanaman di atas tanah

Perlakuan bobot tongkol bobot biji pipilan bobot total tanaman


tanpa kelobot (g) kering panen (g) di atas tanah (g)

Nasa 29 236.01 b 194.13 a 461.6 b


Bima 20 URI 187.22 c 141.90 b 366.91 c
NK 228 251.17 a 197.03 a 636.8 a
KK (%) 20.10 15.76 20.86
BNT 5% 13.42 16.79 30.26

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak
nyata pada taraf uji BNT 5%

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap rerata bobot biji pipilan kering simpan per tanaman, indeks panen, dan
bobot biji pipilan kering simpan (ton/ha)

Perlakuan bobot biji pipilan indeks panen Bobot biji pipilan kering
kering simpan (g/tan) simpan (ton/ha)

Nasa 29 117.27 b 1.13 a 7,33 b


Bima 20 URI 113.40 b 1.17 a 7,09 b
NK 228 134.77 a 0.95 b 8,42 a
KK (%) 15.19 13.04 15,1
BNT 5% 5.49 0.08 343,35

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak
nyata pada taraf uji BNT 5%

Tingkat Serangan Hama Utama dan Hasil Panen Beberapa Varietas Jagung
Di Lingkungan Sawah Tadah Hujan | Ni Made Delly Resiani, dkk. 77
bahwa varietas tanaman yang berbeda KESIMPULAN
menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang
berbeda walaupun ditanam pada kondisi Varietas jagung NK 228 menunjukkan
lingkungan yang sama. Adi et al. (2013) perlakuan terbaik dilingkungan sawah tadah
menyatakan bahwa perbedaan susunan genetik hujan diantara ketiga varietas tersebut dengan
merupakan salah satu faktor penyebab tingkat serangan hama utama terendah serta
keragaman penampilan tanaman. Genetik yang hasil bobot pipilan kering simpan tertinggi.
akan diekspresikan pada suatu fase Varietas jagung Nasa 29 dan Bima 20 URI
pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan merupakan varietas alternatif pilihan petani
pada berbagai sifat tanaman yang mencakup sebagai pengganti varietas eksisting.
bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan
keragaman pertumbuhan tanaman.
Maruapey (2012) menyatakan bahwa UCAPAN TERIMA KASIH
perkembangan tanaman akan dipengaruhi oleh
lingkungan tumbuhnya terutama kelembaban Terima kasih penulis sampaikan kepada
dan suhu di sekitar tanaman sangat Badan Litbang Pertanian atas bantuan anggaran
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. dalam kegiatan ini, sehingga kegiatan dapat
Setiap tanaman membutuhkan suhu optimal berjalan sebagaimana mestinya. Terima kasih
dalam kisaran tertentu sesuai dengan prinsif juga disampaikan kepada kepala Balai Besar dan
reaksi kimia, demikian juga dalam proses Kepala BPTP Bali. Disampaikan juga ucapan
metabolisme. Penampilan pertumbuhan terima kasih kepada teman-teman yang turut
tanaman jagung NK 228 pada peubah tinggi membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini
tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata hingga terealisasinya tulisan ini. Semoga semua
antara perlakuan. Tinggi tanaman varietas jagung diberikan kesehatan dalam menjalani kehidupan
NK 228 tertinggi diantara ke perlakuan uji. ini.
Demikian juga terhadap komponen dan hasil
panen. Pesireron dan Senewe (2011)
menyatakan bahwa genotipe yang berbeda akan DAFTAR PUSTAKA
memberikan tanggapan yang berbeda meskipun
di lingkungan yang sama. Dikatakan juga tinggi Abdurrahman, P.,, Mbue, K.B., Hasmawi, H.
tanaman merupakan salah satu parameter utama 2013. Respons Pertumbuhan Dan Produksi
untuk mengetahui tingkat adaptasi suatu varietas Beberapa Varietas Tanaman Jagung
pada setiap agroekosistem yang berbeda. Terhadap Pemberian Pupuk N Dan K Jurnal
Soehendi dan Syahri (2013) mengatakan Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3.
bahwa tanaman yang tinggi mampu menerima
Adi W.B. A. , Kuswanto, Andy Soegianto. 2013.
intensitas cahaya matahari secara penuh,
Respon Lima Varietas Jagung (Zea Mays L.)
sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung
Pada Aplikasi Pyraclostrobin. Jurnal
optimal sehingga meningkatkan suplai bahan
Produksi Tanaman. Volume 1 No.1
kering ke daun, batang dan biji yang memicu
pertumbuhan dan biomasa tanaman. Aqil, M dan R.Y. Arvan. 2014. Deskripsi varietas
Ditambahkan pula penampilan suatu karakter unggul jagung. Maros: Balai Penelitian
akan optimal jika tanaman tersebut berada pada Tanaman Serealia. 45p
lingkungan yang sesuai, sebaliknya penampilan
Eko, I., St. Subaedah, A.Takdir. 2018. Analisis
tidak akan optimal jika berada pada lingkungan
Keragaan Genetik Jagung Toleran Cekaman
yang tidak sesuai. Penampilan suatu karakter
Kekeringan Di Lahan Sawah Tadah
yang heritabilitasnya tinggi memiliki pengaruh
Hujan.Jurnal Agrotek. Vol. 2 No. 2
lingkungan sedikit sehingga penampilannya akan
relatif tetap, tetapi karakter yang heritabilitasnya Gomez, K.A dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur
rendah memiliki pengaruh lingkungan yang besar Statistik Untuk Penelitian Pertanian.
sehingga penampilannya mudah berubah. Diterjemahkan oleh: Endang Sjamsudin dan
J.S Baharsjah. UI-Press. Jakarta

78 Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 19 No. 1 April 2021


Harjadi, S. S. M. M. 1991. Pengantar Agronomi. Sadjad, S. 1993. Kuantifikasi Metabolisme Benih.
PT Gramedia. Jakarta. Gramedia, Jakarta.
Iriany, R. N., M. Yasin H. G., Andi T. M., 2010. Suarni dan Muh. Yasin. 2011. Jagung sebagai
Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi Sumber Pangan Fungsional. Iptek Tanaman
Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan .Vol. 6 No. 1.
Serealia, Maros.
Sutoro. 2015. Determinan agronomis
Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi produktivitas jagung. IPTEK Tanaman
Revisi. P. T. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Pangan 10(1):39-46.
Misran. 2013. Studi Komposit Potensi Jagung Soehendi, R. dan Syahri. 2013. Potensi
pada Lahan Sawah Tadah Hujan Setelah Pengembangan Jagung di Sumatera
Pertanaman Padi. Jurnal Penelitian Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal, 2 (1): 81-
Pertanian Terapan Vol. 13 (2). 92.
Maruapey, A. 2012. Pengaruh Dosis Pemupukan Syuryawati dan Faesal. 2016. Kelayakan
Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Finansial Penerapan Teknologi Budi Daya
Produksi Berbagai Asal Jagung Pulut (Zea Jagung pada Lahan Sawah Tadah Hujan
mays ceratina. L). Jurnal Agroforestri, VII (1). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan VOL.
35 NO. 1
Maruapey, A. dan Faesal., 2010. Pengaruh
Pemberian Pupuk KCl terhadap Syamsia Syamsia, Abubakar Idhan, . Kasifah
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Pulut (Zea .2019. Produksi Benih Jagung Hibrida
mays ceratina. L). Prosiding Pekan Serealia Menggunakan Sistem Tanam Tanpa Olah
Nasional 2010 ISBN :978-979-8940-29-3. Tanah (Tot). Jurnal Dinamika Pengabdian
p316-326. Vol 5 (1).
Margaretha SL. dan Syuryawati. 2017. Adopsi Walker, P.T. 1987. Measurement of insect pest
Teknologi Produksi Jagung Dengan populations and injury. In Crops Loss
Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Assessment and Pest Management Ed. P.S.
Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Penelitian Teng. The Americans Phytophatology
Pertanian Tanaman Pangan VOL. 1 NO. 1. Society APS Press.
Manuel, P.X.,I. A.,Mayun,N.L.M. Pradnyawathi. Wahyudin, A. ’” Ruminta ’” S. A. Nursaripah. 2016.
2018. Pengaruh Kombinasi Jarak Tanam Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
Dan Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan (Zea mays L.) toleran herbisida akibat
Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Di pemberian berbagai dosis herbisida kalium
Loes, Sub District Maubara, District Liquisa glifosat Jurnal Kultivasi Vol. 15(2)
Repupublica Democratica De Timor Leste .
Yati, H. dan Anna, S. 2016. Pengujian Adaptasi
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika . Vol. 7,
Beberapa Varietas Jagung Hibrida Spesifik
No. 2,
Lokasi Di Kabupaten Majalengka. Jurnal
Pesireron dan Senewe. 2011. Keragaan 10 Agrotek Lestari Vol. 2, No. 1.
Varietas/Galur Jagung Komposit Dan Hibrida
Yukarie A. W., Sularno, Junaidi. 2016. Pengaruh
Pada Agroekosistem Lahan Kering Di
Varietas Dan Sistem Budidaya Terhadap
Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian, 7 (2).
Pertumbuhan, Produksi, Dan Kandungan
Litbang. 2016. PTT Jagung. Departemen Gizi Jagung (Zea Mays L.) Jurnal Agrosains
Pertanian.Badan Penelitian dan Dan Teknologi, Vol. 1 No. 1.
Pengembangan Pertanian.

Tingkat Serangan Hama Utama dan Hasil Panen Beberapa Varietas Jagung
Di Lingkungan Sawah Tadah Hujan | Ni Made Delly Resiani, dkk. 79
PEDOMAN BAGI PENULIS
BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

1. Buletin Teknologi Pertanian memuat naskah ilmiah/ penyusunan grafik. Pembahasan yang
semi ilmiah dalam bidang pertanian dalam arti luas. disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil
Naskah dapat berupa : hasil penelitian, pengkajian, yang diperoleh dan bahasan yang berkaitan
artikel ulas balik (review). Naskah harus asli (belum dengan laporan-laporan sebelumnya. Hindari
pernah dipublikasikan) dan ditulis menggunakan mengulang pernyataan yang telah
bahasa indonesia. disampaikan pada metode, hasil dan informasi
lain yang telah disajikan pada pendahuluan.
2. Naskah diketik dengan kertas berukuran A4. Naskah 3.7 Kesimpulan dan Saran : Disajikan secara
diketik dengan 1,15 menggunakan program olah terpisah dari hasil dan pembahasan.
kata MS Word, huruf Arial ukuran huruf 10. 3.8 Ucapan Terima Kasih : Dapat disajikan bila
dipandang perlu. Ditujukan kepada yang
3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian mendanai penelitian dan untuk memberikan
hendaknya disusun menurut urutan sebagai berikut penghargaaan kepada lembaga mau pun
: judul, identitas penulis, abstrak, abtract (bahasa perseorangan yang telah membantu penelitian
Inggris), pendahuluan, materi dan metode, hasil dan atau proses penulisan ilmiah.
pembahasan, kesimpulan dan saran, ucapan terima 3.9 Daftar Pustaka : disusun secara alfabetis
kasih, dan daftar pustaka. Gambar dan table menurut nama dan tahun terbit. Singkatan
ditempatkan pada akhir naskah, masing-masing majalah/jurnal berdasarkan tata cara yang
pada lembar berbeda. Upayakan dicetak hitam\putih dipakai oleh masing-masing jurnal.
1,15 spasi, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari
10 halaman. Contoh penulisan daftar pustaka :
3.1 Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14
kata), ditulis dengan huruf besar. Jurnal/Majalah :
3.2 Identitas penulis : Nama ditulis lengkap (tidak Suharno. 2006. Kajian pertumbuhan dan produksi 8
disingkat) tanpa gelar. bila penulis lebih dari varietas kedelai (Glysine max L) di lahan sawah
seorang, dengan alamat instansi yang tadah hujan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 2 (1) hlm.
berbeda, maka dibelakang setiap nama diberi 66 - 72
indeks angka (superscript). Alamat penulis
ditulis di bawah nama penulis, mencakup Buku :
laboratorium, lembaga, dan alamat indeks Houghton J. 1994. Global Warming. Lion Publishing plc,
dengan nomor telpon/faksimili dan e-mail. Oxford, England.
Indeks tambahan diberikan pada penulis yang
dapat diajak berkorespondensi (corresponding Bab dalam buku :
author). Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls
3.3 Abstrak : Ditulis dalam bahasa indonesia dan of bivalve shell mineralogy and microstructure. In:
bahasa Inggris. Abstrak dilengkapi kata kunci Rhoads, D.C. and Lutz, R.A. (Eds), Skeletal growth
(key words) yang diurut berdasarkan of aquatic organism. Plenum Press, New York and
kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan London: 93-134.
naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa
mencoba merinci setiap bagiannya. Hindari Abstrak
Wilcox GE, Chadwick BJ, Kertayadnya G. 1994.
menggunakan singkatan. Panjang abstrak
Jembrana disease virus: a new bovine lentivirus
maksimal 250 kata.
producing an acute severe clinical disease ini Bos
3.4 Pendahuluan : Memuat tentang ruang lingkup,
javanicus cattle. Abstrak 3rd Internastional Congress
latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.
on Veterinary Virology, Switserland Sept. 4-7.
Bagian ini hendaknya membeikan latar
belakang agar pembaca memahami dan Prosiding Konferensi
menilai hasil penelitian tanpa membaca Herawati T., Suwalan S., Haryono dan Wahyuni, 2000.
laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan Perananan wanita dalam usaha tani keluarga di
dengan topik. Manfaatkanlah pustaka yang lahan rawa pasang surut, Prosiding Seminar
dapat mendukung pembahasan. Nasional Penelitian dan Pengembangan di Lahan
3.5 Metode Penelitian : Hendaknya diuraikan Rawa. Cipayung, 25 – 27 Juli 2000, hlm 247 – 258.
secara rinci dan jelas mengenai bahan yang Puslitbangtan.
digunakan dan cara kerja yang dilaksanakan,
termasuk metode statiska. Cara kerja yang Tesis/Disertasi
disampaikan hendaknya memuat informasi Stone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages
yang memadai sehingga memungkinkan in the life-cycle of some Vitorian cryptograms. Ph.D
penelitian tersebut dapat diulang dengan Thesis, Univ. of Melbourne.
berhasil.
3.6 Hasil dan Pembahasan : Disajikan secara Informasi di Internet:
bersama dan pembahasan dengan jelas hasil- Badan Pusat Statistik. 2010. The results of population
hasil penelitian. Hasil penelitian dpat disajikan census in 2010: The aggregate data per province.
dalam bentuk penggunaan grafik jika hal Jakarta, Agustus. http://www.bps. go.id/download_
tersebut dapat dijelaskan dalam naskah. Batas file/SP2010_agregat_data_ perProvinsi.pdf
pemakain foto, sajikan foto yang jelas (Diakses: 29/8/2010).
menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar
dan table harus diberi nomor dan dikutip dalam 4. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporan
naskah. Foto dapat dikirim dengan ukuran 4 R. kasus sesuai dengan aturan yang lazim.
Biaya pemuatan foto bewarna akan dibebani
ke penulis. Grafik hasil pengolahan data dikirim 5. Pengiriman naskah buletin dapat diserahkan
dalam file yang terpisah naskah ilmiah dan kepada redaksi di Balai Pengkajian Teknologi
disertai nama program dan data dasar Pertanian (BPTP) Bali berupa hardfile dan softfile.

Anda mungkin juga menyukai