PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
DINI INDRIANI
J1A1 17 196
Proposal
DINI INDRIANI
J1A1 17 196
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keracunan Pestisida
Pada Petani Sayur Di Desa Morome Kecamatan Konda Kebupaten Konawe
Selatan Tahun 2021” dengan baik. Salawat dan salam tidak lupa kita curahkan
kepada baginda nabi besar Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita
semua dari alam kegelapan menuju alam yang terang menerang seperti apa
yang kita rasakan pada hari ini.
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................3
DAFTAR ISI..........................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................7
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN............................................9
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................12
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................13
1.1 Latar Belakang................................................................................................13
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................19
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................19
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................20
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................21
1.6 Organisasi/Sistematika..................................................................................21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................22
2.1 Tinjauhan Umum Tentang Pestisida.............................................................22
2.2 Klasifikasi Pestisida.......................................................................................23
2.3 Toksikologi Pestisida.....................................................................................25
2.4 Gejala Yang Ditimbulkan...............................................................................33
2.5 Faktor Risiko Keracunan Pestisida.................................................................34
2.6 Penanganan Keracunan Pestisida....................................................................39
2.7 Kerangka Teori...............................................................................................47
2.8 Kerangka Konsep...........................................................................................48
2.9 Hipotesis Sementara.......................................................................................48
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................51
3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................51
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian.........................................................................51
3.3 Populasi Dan Sampel......................................................................................51
3.4 Variabel Penelitian.........................................................................................52
3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif....................................................53
3.7 Metode Pengumpulan Data............................................................................56
3.8 Analisis Dan Penyajian Data..........................................................................56
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................58
LAMPIRAN.........................................................................................................61
DAFTAR GAMBAR
EC : Emulsible Concentrate
SP : Soluble Powder
WP : Wettable Powder
vektor penyakit. Secara umum pestisida dapat diartikan sebagai bahan yang
tumbuh dan perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain
pestisida di seluruh dunia, namun dalam hal kematian sekitar 99% dialami
tiap tahunnya. Pada tahun 2013 jumlah pestisida yang terdaftar adalah 3.335
merek dagang, tahun 2014 sebanyak 3.541 merek dagang, dan tahun 2015
sebanyak 3.759 merek dagang. Jumlah pestisida yang terdaftar pada tahun
akan membawa dampak negatif bagi kesehatan manusia. Salah satu dampak
Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 771 kasus, jumlah tersebut meningkat
dibandingkan jumlah kasus keracunan pada tahun 2014 yaitu terdapat 710
oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat di
sekitar lokasi pertanian juga sangat berisiko terpapar oleh pestisida (Samosir
et al., 2017).
kelompok yaitu, keracunan akut ringan, akut berat dan kronis. Keracunan akut
ringan menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa
sakit, dan diare. Keracunan akut berat menimbulkan gejala mual, menggigil,
kejang perut, sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil, dan denyut
sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta
tanda yang spesifik. Namun, keracunan kronis dalam jangka waktu lama bisa
kanker, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan
(Runia, 2008).
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida
tersebut antara lain faktor dari luar tubuh yaitu, usia, jenis kelamin,
pelindung diri, status gizi, praktik penanganan pestisida. Dan faktor dari
dalam tubuh yaitu, suhu lingkungan, Alat Pelindung Diri, cara penanganan
oleh banyak faktor baik oleh faktor dalam tubuh maupun faktor luar tubuh
petani itu sendiri dalam setiap kontak dengan pestisida. Masa kerja adalah
Lama waktu sejak responden aktif sebagai petani penyemprot hingga saat
penyemprot, maka semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga risiko
pestisida atau racun lainnya dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Hal ini
maka semakin tinggi pula resiko keracunannya. Waktu yang dianjurkan untuk
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja
2010). Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tepat dapat mengurangi
paparan pestisida terhadap petani. Oleh karena itu, penggunaan alat pelindung
2020). penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiawan
tahun 2013 yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pemakaian APD
penyakit pada petani yang berdampak pada penurunan kinerja petani sehingga
dapat menimbulkan kerugian bagi petani baik secara sosial maupun ekonomi.
Ini disebabkan karena penerapan dan keselamatan kerja (K3) oleh petani
Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki luasan 132,84 km2 atau
2,94% dari luas wilayah Konawe Selatan. Jumlah penduduk 20.239 jiwa yang
terdiri atas 10.228 laki laki dan 10.011 perempuan. Tujuh puluh persen
2016)
sebayank 370 kk dengan jumlah petani sayur sebanyak 190 yang mayoritas
adalah tanaman semusim Seperti sayuran, jagung, ubi serta tanaman jangka
orang petani yang mengalami gejala seperti pusing, gatal-gatal ( iritasi kulit
mengkonsumsi air kelapa sebagai pengobatan alami. Oleh karena itu, penulis
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
a. Manfaat Teoritis
informasi tentang dampak dan gejala keracunan pestisida pada petani sayur.
b. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi petani
1.6 Organisasi/Sistematika
kebupaten konawe selatan tahun 2020. yang dibimbing oleh Arum Dian
(Pembimbing II).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
untuk:
b. Memberantas rerumputan;
ternak;
(moluska);
pengganggu);
kecil untuk menyebar melalui rantai makanan. Namun pestisida ini kurang
bukan sasaran.
kurang tepat.
d. Pyrethrins dan Pyrethroids Pyrethrins cepat dirusak oleh cahaya dan air
lingkungan.
atau bahaya lainnya pada hewan tingkat tinggi, termasuk manusia. Toksisitas
dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau pemberian dosis ganda dalam
waktu kurang lebih 24 jam. Toksisitas akut dinyatakan dalam angka LD 50,
yaitu dosis yang bisa mematikan (lethal dose) 50% dari binatang uji
(umumnya tikus) yang dihitung dalam mg/kg berat badan. Dibedakan antara
LD50 oral (lewat mulut) dan LD50 dermal (lewat kulit). Parameter lain untuk
menilai daya racun pestisida adalah LC50 inhalasi, yaitu konsentrasi (mg/l
udara) pestisida yang mematikan 50% dari binatang uji. Toksisitas kronik
berulang dari pestisida, bahan kimia, atau bahan lainnya, atau pemaparan
bahan-bahan tersebut yang berlangsung cukup lama (biasanya lebih dari 50%
rentang hidup). Pada hewan percobaan, ini berarti periode pemaparan selama
2.3.1 Toksikokinetik
(Sudoyo et al 2014):
a. Self poisoning
yang sebenarnya.
c. Attempted poisoning
insektisida organofosfat.
d. Accidental poisoning
banyak ditemukan keracunan ini pada anak usia dibawah 5 tahun karena
2.3.1.1 Organofosfat
kontak inhalasi, tertelan, atau kontak topikal. Kulit yang luka, dermatitis, dan
tersebut pada lemak coklat servikal dan kelenjar saliva, juga kadarnya sangat
tinggi pada hati, ginjal, dan jaringan adiposa (Sudoyo et al., 2014 dalam Sari,
2018).
setelah zat ini tertelan. Meskipun waktu paruhnya beberapa menit hingga
beberapa jam, absorpsi yang lebih lama dan redistribusi dari cadangan lemak
dalam hal dosis toksik, absorpsi pada kulit, cadangan pada lemak,
1. Absorpsi
DDT dan analognya sangat sedikit diserap melalui transdermal kecuali jika
Toxaphene kurang diabsorpsi melalui kulit baik pada paparan akut maupun
paparan kronik. Lindane sangat baik diabsorpsi melalui kulit yang terbuka.
Mirex dan chlordecodene efisien diabsorpsi melalui kulit, inhalasi, dan oral.
2. Distribusi
penetrasi pada target aksinya. Rasio pada lemak dan serum sangat tinggi dan
ditemukan 660 : 1 untuk chlordane; 220 : 1 untuk lindane; dan 150 : 1 untuk
dieldrin.
3. Metabolisme
pada kasus yang jarang dari paparan masif dengan disertai gejala neurologis.
4. Eliminasi
beberapa bulan hingga tahunan. Waktu paruh eliminasi dari lindane pada
orang dewasa adalah 21 jam. Ekskresi organoklor terutama melalui empedu,
2.3.1.3 karbamat
membran mukosa setalah terhirup atau tertelan. Konsentrasi puncak zat ini
dapat dideteksi setelah 30-40menit setelah tertelan. Sebagian besar zat ini
dinding usus. Sekitar 90% akan diekskresikan melalui urin dalam 3 hari. Ada
dua sifat farmakokinetik yang khas dari karbamat yang membedakan dari
organofosat. Pertama yaitu tidak mudah mencapai sistim saraf pusat (SSP).
Meskipun efeknya pada SSP jarang terjadi, namun disfungsi SSP masih dapat
terjadi jika keracunan masif atau terjadi hipoksia sekunder akibat toksisitas
dan paralisis pada paru. Kedua yaitu ikatan karbamat dan kolinesterase tidak
dan dapat terjadi hidrolisis spontan dalam beberapa jam (Sudoyo et al 2014).
sentralnya tanpa gugus siano. Tipe II memiliki gugus siano pada rantai karbon
dari ikatan ester. Gugus siano meningkatkan efek neurotoksik dari pyrethroid
tipe II sehingga golongan ini lebih poten dan toksik dibanding tipe I (Sudoyo
et al., 2014).
1. Absorbsi
Absorpsi pyrethrin pada mamalia secara oral sangat rendah karena zat
terjadi setelah zat ini tertelan. Absorpsi langsung pyrethroid melalui kulit
melalui inhalasi tetapi tidak ada gejala klinis signifikan yang terjadi.
2. Distribusi
3. Metabolisme
jalur hidrolisis dan sitokrom P450 pada sistem mikrosomal. Metabolit yang
pyrethroid dan zat ini sering ditambahkan pada preparat insektisida untuk
4. Eliminasi
diketahui secara lengkap karena belum ada data yang pasti namun komponen
yang terkandung:
2.3.2.1 Organofosfat
normal menghidrolisis asetilkolin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim
2.3.2.2 Organoklor
tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam Perkiraan LD50 untuk manusia
oleh setiap golongan. Namun kadang kala gejala yang ditimbulkan mirip.
2.4.1 Organofosfat
dalam sel darah merah (Sudoyo et al., 2014). Menurut Djojosumarto (2008),
sakit, sakit kepala, sesak dada, gelisah limbung ringan, mau muntah,
hilangnya tenaga.
2.4.2 Organoklor
berat/tertekan, muntah.
2.4.3 Karbamat
organofosfat, hanya saja berlangsung lebih singkat karena lebih cepat terurai
dalam tubuh atau karena efek terhadap enzim kolinesterase tidak persisten.
antara lain:
Masa kerja adalah Lama waktu sejak responden aktif sebagai petani
(Amalia, 2019).
bahan aktif pestisida yang terbawa angin. Apabila bahan tersebut memasuki
2.5.4 Frekuensi
untuk menjaga efek yang tidak diinginkan, maka dianjurkan tenaga kerja yang
mengelola pestisida tidak boleh mengalami pemaparan >5 jam sehari dan 30
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja
badan (baju dan celana panjang), pelindung tangan, dan pelindung kaki.
Alat ini digunakan untuk melindungi tubuh dari percikan atau siraman
b. Penutup kepala
Untuk melindungi kepala dari bahan berbahaya dan kondisi iklim yang
buruk. Harus terbuat dari bahan-bahan yang memiliki celah seperti wol,
Khamdani, 2009).
Alat ini akan menarik udara yang dihirup melalui sebuah mediator yang
d. Sarung tangan
kaki dari larutan tersebut. Sepatu yang digunakan dapat terbuat dari kulit,
perawatan mata dan alat bantu penglihatan, perawatan telinga, kuku, gigi, gusi
serta mencucikaki dengan air mengalir dan bersih dengan benar dan
kebersihan diri mereka agar kuman dan jamur tidak tumbuh di badan
berbagai penyakit.
kulit mengeluarkan keringat saat itu rambut yang bercampur debu dan
seperti petani, buruh penyemprot dan lain-lain harus mengenali gejala dan
a. kenali gejala dan tanda keracunan pestisida dan pestisida yang sering
digunakan
b. jika diduga keracunan, korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter
terdekat
Menurut (Depkes 1992 dalam ALI, 2015), Setiap petugas yang dalam
1. Memilih Pestisida
berbahaya jika terhirup atau terkena kontak kulit, hal ini bisa
Teknik dan aplikasi ini sangat penting untuk diketahui oleh pengguna
petunjuk dan teknik serta cara aplikasi pestisida yang diberikan oleh
pemerintah, yaitu :
pestisida.
keefektifannya.
bocor.
i. Jika terdapat luka di kulit, lebih baik luka tersebut ditutup terlebih
dicuci.
penyemprotan.
wadah yang tidak semestinya eperti bekas botol plastik air minum dan
orang lain jika tidak sengaja terminum atau tumpah. Wadah pestisida
keperluan lain dengan cara mengubur wadah tersebut jauh dari sumber
air.
dengan air dan jika ada berikan penawar racun sesehgera mungkin.
3. Bila racun kontak dengan kulit, cuci dengan sabun dan air selama
15 menit.
adalah :
1. Jauhkan korban dari sumber paparan, lepaskan pakaian korban dan cuci
pestisidanya.
4. Keluarga, rekan kerja, saudara atau orang lain yang berkaitan dengan
pertama.
Teknisi Perusahaan Pest Control Di Jakarta Tahun 2014. Hasil penelitan ini
menunukan bahwa Kadar kholinesterase yang tidak normal dengan batasan
pest control adalah median umur petugas 38,50 tahun dan terbanyak petugas
(93,8%) dan pemakaian alat pelindung diri yang tidak sesuai sebanyak 17
orang (53,1%). Pada variabel umur dan penggunaan Alat Pelindung Diri
pada petugas teknisi pest control, tetapi pada variabel lainnya didapatkan
Perusahaanpestcontroldijakartatahun2014.
mengalami keracunan.
2.7 Kerangka Teori
petani akibat pajanan pestisida di pengaruhi oleh berbagai faktor resiko baik
itu yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh. Kerangka teori dalam
Penggunaan pestisida
Adapun variable variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah gekala
1. Masa kerja
2. Jenis Kelamin
3. Arah penyemprotan Gejala keracunan pestisida
4. Frekuensi
5. Lama kontak
6. Alat pelindung diri
7. Personal hygiene
Ket ;
; Variabel Bebas
; Variabel Terikat
data yang menyangkut kedua variabel akan dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani sayur yang berada
3.3.2 Sampel
slovin agar penelitian dapat lebih mudah. Untuk lebih jelasnya rumus slovin
N
n=
1 + N (e) ²
Dimana :
N = Besar Populasi
190
n=
1 + 190 (0,05)²
190
n=
1,475
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 129 petani dari
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
masa kerja, jenis kelamin, arah penyemprotan, frekuensi, lama kontak, alat
gejala keracunan pestisida pada petani sayur Desa Morome Kecamatan Konda
penelitian.
3. Alat ulis dan komputer yaitu alat yang digunakan untuk mengolah data
penelitian.
dengan pestisidandan di tandai dengan tanda tanda yang khas pada petani selama
b. tidak mengalami : jika tidak terdapat salah satu gejala keracunan peastisida
di atas.
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja
di suatu tempat.
Kriteria objektifnya :
(Nurillah, 2020).
Kriteria objektifnya :
a. Laki - laki
b. Perempuan
Kriteria objektifnya ;
angin
3.6.5 Frekuensi
seminggu.
Kriteria objektifnya ;
b. Baik : ≤ 2 kali/seminggu
(Setiadi, 2015)
3.6.6 Lama Kontak
Kriteria objektifnya ;
b. Baik : ≤ 5 jam/hari
(Setiadi, 2015)
lengan panjang, sarung tangan, dan juga sepatu boot sehingga dapat melindungi
Kriteria objektifnya ;
a. Tidak lengkap : jika petani tidak menggunakan salah satu atau lebih dari
baju lengan panjang, sarung tangan, celana panjang dan juga sepatu boot
dalam bekerja.
(Setiadi, 2015)
serta alat- alat untuk pestisida agar terhindar dari paparan dan juga penyakit
akibat kerja.
Kriteria objektifnya ;
(Setiadi, 2015)
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang didapat dari
kepala desa dan data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain, buku,
laporan, jurnal dan referensi lain yang berkaitan dengan tempat penelitian dan
karakteristik responden.
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dependent
dilakukan analisis data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
DAFTAR PUSTAKA
Farid, A., Pratiwi, A., & Fitri, A. D. A. (2019). Hubungan Karakteristik Petani
Terhadap Persepsi Penerapan K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Pada
Petani Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur.
Sosiologi Pedesaan, 3, 152---158.
Kando, B., Farizal, J., & Susiwati. (2017). Gambaran Kadar Enzim Cholinesterase
pada Wanita Usia Subur (WUS) yang Aktif Membantu Aktivitas Pertanian di
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Tahun 2017. Nursing and Pubic
Health, 5(1), 22–26.
Osang, A. R., Lampus, B. S., & Wuntu, A. D. (2016). Hubungan Antara Masa
Kerja Dan Arah Angin Dengan Kadar Kolinesterase Darah Pada Petani Padi
Pengguna Pestisida Di Desa Pangian Tengah Kecamatan Passi Timur
Kabupaten Bolaang Mongondow. Pharmacon, 5(2), 151–157.
https://doi.org/10.35799/pha.5.2016.12183
Prahayuni, arika putri. (2018). hubungan personal higiene dan penggunaan APD
dengan kejadian dermatitis pada petani padi didesa kebon sari kecamatan
kebon sari kebupaten madiun tahun 2018. https://doi.org/10.1063/1.4914609
Samosir, K., Setiani, O., & Nurjazuli, N. (2017). Hubungan Pajanan Pestisida
dengan Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Hortikultura di Kecamatan
Ngablak Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,
16(2), 63–69. https://doi.org/10.14710/jkli.16.2.63-69
Suparti, S., Anies, & Setiani, O. (2016). Beberapa Faktor Risiko Yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani. Jurnal
Kesehatan Pena Medika, 6(2), 125–138.
https://jurnal.unikal.ac.id/index.php/medika/article/download/397/355
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
No.telepon/HP :
Tahun 2021” dan saya bersedia untuk ikut aktif membantu demi kelancaran
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa
Responden
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
a. SD
b. SLTP/SMP
c. SLTA/SMA
d. Akademi/Perguruan tinggi
B. Keracunan Pestisida
1) Apakah anda mengunakan pestisida untuk tanaman?
A. Ya B. Tidak
2) Apakah and mengalamai gejala seperti dibaah ini selama
melakukan kontak dengan pestisida ?
A. Ya B. Tidak
C. Masa Kerja
D. Arah Penyemprotan
E. Frequensi
Apakah bapak sering melaukan penyemprotan pestisida dengan frekuensi
lebih dari 2 kali seminggu?
A. Ya B. Tidak
F. Jenis kelamin
1) Laki-laki
2) Perempuan
G. Lama Kontak
Apakah bapak sering melakukan penyemrotan pestisida dengan lama kerja
lebih dari 5 jam ?
A. Ya B. Tidak
H. Alat Pelindung Diri (APD)
Lembar observasi penggunaan alat pelindung diri (APD) pada
petani sayur didesa morome kecamatan konda kebupaten konae
selatan tahun 2021.
I. Personal Higiene
1) Apakah di rumah bapak mempunyai tempat khusus untuk menyimpan
pestisida dan alat semprot ?
A. Ya B.Tidak
2) Apakah saat mencampur pestisida bapak menggunakan peralatan khusus ?
A.Ya B. Tidak
3) Apakah setelah melakukan penyemprotan bapak langsung membersihkan
diri?
A. Ya B.Tidak
4) Apakah setiap selesai menyemprot pestisida bapak selalu mencuci tangan
dengan sabun?
A.Ya B.Tidak
5) Bila pakaian bapak terkena tumbahan pestisida , apakah tetap digunakan?
A.Ya B.Tidak
6) Apakah pakaian yang bapak gunakana setelah menyemprot dicuci disumur
(bukan pada air mengalir) ?
A.Ya B.Tidak
7) Setiap kali selesai menyemprot apakah bappak selalu membersihkan
peralatan bukan pada air mengalir?
A.Ya B.Tidak
8) Apakah baak membuang sisa kemasan pestisid di sekitar rumah atau
kebun ?
A.Ya B.Tidak