DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
F. B. NYANGKO NIM. PL2321001
PEBRIANA D. Y NIM. PL2321002
YUNI ANDRIANI NIM. PL2321005
EKSATIKA AYU. P NIM. PL2321008
WIDYASTUTI M.B NIM. PL2321014
RIYANI ADI ARTI NIM. PL2321015
NUR IHSAN NIM. PL2321061
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan Judul “Konsep Herbal, Nutrisi
Herbal Dalam Penyembuhan Luka Dan Konsep Bekam Pada Penyembuhan Luka”.
Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam
mengikuti pembelajaran dengan Mata Kuliah Keperawatan Luka Dasar. Makalah ini
terwujud atas bimbingan dan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ns. Haryanto, S.KEP, MSN, Ph.D selaku Rektor Institut Teknologi dan
Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Barat.
2. Ibu Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners Institut
Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Barat.
3. Ibu Ns. Almumtahanah, M. Kep selaku wali kelas RPL Tipe A, yang telah sangat
membantu dalam memberikan saran serta masukan.
4. Bapak Ns. Imran, S.kep,.PHS.,PhD selaku Koordinator Mata Kuliah Keperawatan
Luka Dasar yang telah membimbing dalam proses penyelesaian makalah ini.
5. Bapak Ns. Hartono, S.Kep. M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Luka Dasar
6. Rekan-rekan Mahasiswa/I RPL Tipe A yang telah membantu dan bekerjasama serta
saling memberikan dukungan moril.
Penulis berharap agar Makalah ini dapat memberikan manfaat serta informasi mengenai
Judul “Konsep Herbal, Nutrisi Herbal Dalam Penyembuhan Luka Dan Konsep Bekam
Pada Penyembuhan Luka”. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................5
1.3 Sistematika Penulisan..............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Herbal
2.1.1 Pengertian Herbal........................................................................................7
2.1.2 Jenis Herbal.................................................................................................8
2.1.3 Manfaat Herbal............................................................................................9
2.1.4 Efek Samping..............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Ridhan Faiz Faroka, Boro Kudang Seminar, and Pudji Muljono, ‘Herbal Plant....’, Pengaruh Adopsi Teknologi
PHSL (Pemupukan Hara Spesifik Lokasi) Berbasis Pertanian Presisi Terhadap Pendapatan Petani Padi Di Desa
Jembungan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, 11.1 (2011), 147–73.
3
Parwata.
5
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian awal, inti dan
akhir. Adapun bagian awal dari makalah ini meliputi Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi.
Bagian inti terdiri dari :
BAB I Pendahuluan : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan
dan Sistematika Penulisan Makalah yang penulis jabarkan secara naratif.
BAB II Landasan Teori : Landasan Teori yang terdiri Konsep Herbal, Nutrisi Herbal
Dalam Penyembuhan Luka Dan Konsep Bekam Pada Penyembuhan Luka.
BAB IV Penutup : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran untuk mendukung
serta memberikan manfaat informatif pada makalah ini.
Bagian akhir yang terdiri dari Daftar Pustaka.
BAB II
6
PEMBAHASAN
4
Faroka, Seminar, and Muljono.
5
Zainatul Wulandari, Muh Ugiarto, and Ummul Hairah, ‘Sistem Informasi Obat-Obatan Herbal Berbasis Web’,
Prosiding Seminar Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi, 2.1 (2017), 227–34.
7
diteliti agar dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Hal ini sebenarnya
sudah dikembangkan puluhan tahun yang lalu sesuai dengan apa yang
tercantum dalam GBHN 1993 yaitu Pemeliharaan & Pengembangan
Pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa (ETNOMEDISINE)
terus ditingkatkan dan didorong pengembangannya melalui penggalian,
penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan
termasuk budidaya tanaman obat tradisional yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan Dalam hal ini dapat di formulasikan menjadi 5 hal
fokok yang harus diperhatikan yaitu etnomedicine, agroindustri tanaman
obat, iptek kefarmasian dan kedokteran, teknologi kimia dan proses,
pembinaan dan pengawasan produksi atau pemasaran bahan dan produk obat
tradisional.
2. Tradisional
Menurut data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Indonesia
merupakan rumah bagi 30 ribu dari 40 ribu jenis tanaman obat di
dunia. Karena banyaknya jenis tanaman obat sejak zaman dahulu,
tanaman obat telah menjadi bagian dari tradisi pengobatan tradisional.
Tanaman obat juga dipercaya mampu mengatasi berbagai masalah
kesehatan.
8
3. Pengobatan China
Masyarakat China juga sudah lama menggunakan ramuan herbal untuk
mengobati penyakit sejak berabad-abad lamanya. Tak hanya di
China, tanaman herbal yang kerap digunakan mereka juga bisa
ditemukan di belah dunia lainnya. Misalnya, ginseng, jamur, goji atau
wolfberry, ephedra sinica atau ma huang, bupleurum, dan lainnya.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membagi
obat herbal menjadi tiga jenis, yakni obat tradisional, obat herbal
terstandar, dan fitofarmaka. Hal tersebut tertuang dalam Keputusan
Kepala BPOM No HK.00.05.4.2411 tertanggal 17 Mei 2004.
1. Obat tradisional
BPOM menjelaskan bahwa obat tradisional adalah bahan atau
ramuan dari bahan berupa tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut. Dalam hal ini, obat
tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan.
2. Obat Herbal Terstandarisasi (OHT)
OHT adalah sediaan obat bahan alami yang keamanan dan
khasiatnya sudah dibuktikan secara ilmiah. Hal itu bisa dibuktikan
melalui uji praklinik atau percobaan hewan dan mempunyai bahan
baku yang telah terstandarisasi. OHT dapat dikonsumsi dalam
bentuk pil, tablet, minuman pereda haid, termasuk obat cair untuk
masuk angin.
3. Fitofarmaka
Fitomarkana adalah obat bahan alami yang keamanan dan
khasiatnya sudah dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinik
(hewan percobaan) dan uji klinik (manusia) dan bahan baku serta
produknya sudah distandarisasi.
9
2.1.3 Manfaat Herbal
Manfaat herbal sebagi obat Mengingat bahannya berasal dari sumber
alami, ada berbagai manfaat yang bisa dirasakan ketika mengonsumsi
obat herbal. Berikut di antaranya:
1. Minim efek samping Obat herbal secara umum lebih "bersahabat"
dengan tubuh. Ketika dikonsumsi pada dosis yang dianjurkan, obat
ini lebih minim efek samping. Dengan mengonsumsi obat herbal,
orang-orang juga dapat mengurangi ketergantungan pada obat
sintetis beserta efek sampingnya. Namun, pastikan untuk
berkonsultasi dengan dokter apabila ingin mengonsumsi obat herbal
ketika resep obat kimia masih berjalan.
2. Kesehatan holistik Obat herbal dapat menawarkan manfaat
kesehatan secara holistik dan menjaga kesiembangan dalam tubuh.
Selain itu, mengonsumsi obat herbal dapat memberikan pengetahuan
kepada konsumen untuk mencegah penyakit, mengelola kondisinya,
dan menunjang penyembuhan. Setelah terbiasa dengan obat herbal,
tubuh dapat merasakan dampak positifnya dan mampu mendorong
perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik.
3. Lebih terjangkau Bolak-balik berkonsultasi ke dokter tentunya
membuat pengeluaran membengkak, meski beberapa penyakit ter-
cover oleh BPJS maupun asuransi. Akan tetapi obat herbal dapat
dijadikan alternatif sebagai pengobatan yang lebih terjangkau
lantaran berasal dari bahan-bahan alami.
10
dokter yang dijual bebas. Apabila dikonsumsi, obat herbal bisa
menyebabkan berbagai efek samping sebagai berikut: Alergi Diare
Muntah Mual Sakit kepala Bercak di kulit Asma. Saran mengonsumsi
obat herbal Karena obat herbal bisa mendatangkan efek samping, maka
pastikan kandungan pada kemasan sebelum dikonsumsi. Lebih baik,
apabila obat herbal dikonsultasikan dengan dokter. Ingatlah juga untuk
mengikuti aturan pakai menurut petunjuk pada kemasan dan cari tahu
siapa saja yang bisa mengonsumsi obat herbal. Apabila mereasa tidak
yakin dengan obat herbal yang akan dikonsumsi, hubungi dokter
naturopati atau ahli obat herbal. Jangan lupa untuk memperhatikan efek
samping setelah mengonsumsi obat herbal. Apabila muncul reaksi,
segera hentikan konsumsi obat herbal. Yang tidak kalah penting adalah
pastikan obat herbal yang diminum telah memiliki izin BPOM dan batas
waktu penggunaan atau masa kadaluarsa.
6
‘Nutrisi 411 : Pengantar Herbal Untuk Profesional Penyembuhan Luka’.
11
2.2.2 Terapy Herbal Dalam Penyembuhan Luka
Pendekatan baru yang menggabungkan penggunaan tanaman obat
dan tumbuhan mempunyai potensi memberikan dampak positif terhadap
perawatan pasien. Tumbuhan mengatasi semua tujuan penyembuhan luka
melalui aplikasi topikal dan internal. Madu, tumbuhan yang dikenal
karena sifat antibakteri dan antijamurnya, telah diterima sebagai
pengobatan untuk mempercepat penyembuhan luka. Lidah buaya,
tanaman yang telah lama digunakan secara topikal untuk luka bakar dan
luka, mengurangi peradangan, meredakan gatal dan rasa terbakar,
memberikan efek antimikroba, dan meningkatkan penyembuhan secara
keseluruhan. Banyak tanaman lain yang mengandung unsur kimia yang
memberikan manfaat untuk luka. Sifat astringent dari herba seperti witch
hazel membantu mengeringkan luka yang mengeluarkan cairan dan
mengeluarkan darah. Lendir, unsur dalam tumbuhan seperti elm licin dan
pisang raja, memberikan lapisan yang menenangkan dan melindungi.
Calendula ramuan rentan mengandung banyak komponen bermanfaat
yang bersifat antiseptik, anti-inflamasi, dan merangsang respon imun dan
pembentukan kolagen. Penggunaan herba topikal memiliki risiko efek
samping yang kecil, namun reaksi dermatitis kontak alergi yang terjadi
sesekali memerlukan pengujian kulit sebelum penggunaan. Jika
dikonsumsi secara internal, efek herbal sangat luas, menawarkan manfaat
tambahan untuk masalah umum seperti gangguan pencernaan atau
ketidakseimbangan emosional. Saat menemui pasien karena luka kronis
atau luka yang tidak dapat disembuhkan, penting untuk menanyakan
secara spesifik apakah pasien mengonsumsi produk herbal atau
menggunakan sediaan topikal selain yang telah diresepkan oleh ahli
penyembuhan luka.7
13
dari madu membuat suatu kondisi lingkungan yang tidak menyokong untuk
pertumbuhan bakteri, juga pH asamnya meningkatkan vasodilatasi
pembuluh darah yang mengalirkan darah dan kelenjar limfe menuju tempat
luka. Pemberian madu topikal efektif menghasilkan dasar luka bergranulasi
bersih. Madu bekerja sebagai medium hiperosmolar dan mencegah
pertumbuhan bakteri, juga memiliki viskositas tinggi yang membentuk
sawar fisik dan menciptakan lingkungan basah yang mempercepat
penyembuhan luka. Kandungan nutrien madu menambah pasokan bahan
lokal dan mungkin membantu mempercepat reepitelisasi. Disamping itu,
madu mengandung enzim katalase yang juga mempengaruhi proses
penyembuhan luka.(kemkes.go.id)
14
bekam, tata cara berbekam, pembekam, dan beberapa hal tentang bekam
lainnya.8
Bekam adalah suatu metode pengobatan dengan menggunakan
tabung atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar
menimbulkan bendungan lokal. Hal ini disebabkan oleh tekanan negatif
dalam tabung , agar terjadi pengumpulan darah lokal. Kemudian darah
tersebut dikeluarkan dari kulit dengan dihisap, dengan tujuan
meningkatkan sirkulasi energi chi dan darah, menimbulkan efek
analgetik (menghilangkan nyeri), mengurangi pembengkakan, serta
mengusir pathogen angin baik dingin maupun lembab.(Umar, 2008).
Maka prinsipnya, bekam adalah pengobatan dengan cara menghisap
permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang berada di
bawah kulit akan ikut tersedot dan membanjiri daerah yang dihisap
tersebut, dan terjadilah “fenomena pengumpulan darah”.(Umar. 2008).
8
Fisip Ui, ‘Bekam Sebagai..., Indri Rachmadila, FISIP UI, 2009’, Majid, 2007, 27–74.
15
dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari. Lebam
ini dapat dihilangkan dengan minyak zaitun, minyak habbatus
sauda’, atau qusthul hindi. Bekam kering sangat cocok untuk
penyakit yang disebabkan karena pathogen panas dan kering.
b. Bekam basah (Hijamah Rothbah/Hijamah Damamiyah) Sedangkan
bekam basah dilakukan dengan bekam kering dahulu, kemudian
permukaan kulit disayat dengan pisau bedah, lalu disekitarnya
dihisap dengan alat cupping set, hand pump, atau tabung lain untuk
mengelurkan darah dari dalam tubuh. Bekam basah ini dipakai untuk
pengobatan karena penyakit pembendungan chi.
16
14. Bermanfaat mengatasi keracunan.
15. Bermanfaat mengatasi luka-luka bernanah.
Secara umum,menurut informasi dari Direktorat Jendral Pelayanan
Kesehatan beberapa manfaat bekam bagi kesehatan tubuh adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan Aliran Darah ke Kulit, Bekam dikenal sebagai terapi
yang bisa meningkatkan aliran darah. Hal ini terbukti dari jurnal yang
diterbitkan oleh Complementary Therapies in Clinical Practice.
Jurnal tersebut menunjukkan bahwa terapi bekam mampu
meningkatkan aliran darah, mengurangi peradangan, serta
melonggarkan jaringan di bawah area bekam. Ketika aliran darah di
dalam tubuh lebih lancar, keluhan-keluhan penyakit pun dapat
membaik secara alami.
2. Meningkatkan Toleransi Nyeri, Manfaat berikutnya dari terapi bekam
adalah dapat meningkatkan toleransi nyeri. Manfaat ini bisa diperoleh
berkat kemampuan terapi bekam dalam meningkatkan aliran darah
sehingga dapat mengurangi gejala nyeri.
3. Menjaga Sifat Biomekanik pada kulit, Terapi bekam juga diketahui
dapat menjaga sifat biomekanik dalam kulit. Di mana, sifat tersebut
dapat menjaga kesehatan kulit melalui kemampuannya dalam
melindungi kulit dari serangan berbagai virus dan bakteri, serta
mencegah munculnya tanda-tanda penuaan dini pada kulit.
4. Mengobati Peradangan
Manfaat selanjutnya dari terapi bekam adalah mampu mengatasi
penyakit yang disebabkan oleh peradangan di dalam tubuh, seperti
arthritis. Terapi bekam diketahui dapat memberikan pengaruh positif
terhadap penyakit radang sendi, keluhan nyeri, hingga kekakuan pada
sendi.
5. Menurunkan Risiko Penyakit Asam Urat, Risiko penyakit asam urat
diduga bisa menurun apabila seseorang rutin melakukan terapi
bekam. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal
17
ini. Hanya saja, penerapan pola hidup sehat tetap menjadi hal utama
dalam mencegah penyakit asam urat.
6. Mengatasi Berbagai Penyakit, Terapi bekam juga diketahui dapat
dijadikan sebagai terapi suportif untuk beberapa penyakit, seperti:
Kelainan darah, seperti anemia dan hemofilia.
Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Migrain.
Nyeri otot di kaki, panggul, dan leher.
Varises.
Penyakit rematik.
Masalah kesuburan.
Penyumbatan bronkus, akibat asma atau alergi.
Carpal tunnel syndrome.
Gangguan sistem pencernaan (gastrointestinal), seperti irritable
bowel syndrome.
19
sayatan. Tetapi menggunakan tusukan dengan jumlah maksimal
sebanyak 30 tusukan dalam satu titik. Kemudian ketika melakukan
penyayatan, sayatan harus sejajar dengan panjang tubuh dari arah kepala
menuju kaki dan tidak diperkenankan untuk melakukan penyayatan
dengan arah melebar. Sayatan diupayakan tidak mengenai pembuluh
darah vena maupun arteri yang terlihat, misalnya dipunggung tangan atau
telapak kaki. Setelah itu jarak antara sayatan yang satu dengan sayatan
yang lain sekitar 3mm.
Tahap keempat melakukan bekam basah yang dilakukan setelah
penyayatan atau tusukan. Tahap ini dilakukan sekitar 3-5 menit sampai
terlihat darah kental keluar, setelah itu gelas dilepaskan secara hati-hati
agar tidak mengalir di tubuh pasien. Pada kasus tertentu jika gelas
dibiarkan menempel dikulit dalam jangka waktu yang lama (10 menit
atau lebih), maka dipermukaan kulit akan muncul beberapa gelembung
seperti luka bakar. Gelembung-gelembung yang mengandung cairan
limfe ini bisa ditusuk, sehingga cairan tersebut dapat dikeluarkan. Namun
tidak dianjurkan untuk menghilangkan gelembung-gelembung ini, tetapi
sebaiknya diperlakukan sebagaimana luka-luka bakar ringan. Kemudian
darah dibersihkan dengan tisu atau sapu tangan. Bagian tubuh yang
disayat dibersihkan dengan pembersih seperti madu, minyak
habbatusauda, atau alkohol. Bisa juga tempat tersebut di balut, khusus
pada bagian telapak kaki dan pada pasien yang mengidap peyakit
diabetes. Tahap ini dapat dilakukan berulang kali hingga tidak terdapat
darah yang keluar atau setelah terlihat cairan kuning keluar dari titik
tersebut. Perlu diperhatikan dalam melakukan tahap ini pembekam
dianjurkan menyesuaikan dengan kondisi fisik dan mental pasien.
Dengan demikian, praktik bekam sudah selesai di bagian tubuh tersebut.
Setelah tahapan-tahapan ini selesai jarum atau pisau yang digunakan
harus dibuang dan tidak digunakan kembali untuk pasien lain. Selain itu
gelas atau cup harus dibersihkan dengan air dan sabun serta dengan
pembersih lainnya seperti saflon, ditol, ataupun alkohol. Jika terdapat
darah dalam gelas, maka gelas tersebut harus dibersihkan benar-benar
20
dengan klorin. Gelas dapat digunakan untuk satu orang pada hari yang
sama.
21
kehamilan serta berhati-hati jika dilakukan pada penderita dengan
riwayat diabetes melitus.
BAB 3
PENUTUP
22
3.1 Kesimpulan
Herbal adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi
memiliki efek samping jika tidak digunakan dengan bijak dan sesuai aturan.
perawatan luka. Namun pada pasien tertentu bekam tidak dianjurkan seperti
3.2 Saran
penyembuhan luka, dan kembali pada konsep nature atau kembali kealam.
yang luas terkait konsep herbal dan mampu menilik serta memanfaatkan
23
DAFTAR PUSTAKA
Faroka, Ridhan Faiz, Boro Kudang Seminar, and Pudji Muljono, ‘Herbal Plant....’,
Pengaruh Adopsi Teknologi PHSL (Pemupukan Hara Spesifik Lokasi) Berbasis
Pertanian Presisi Terhadap Pendapatan Petani Padi Di Desa Jembungan,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, 11.1 (2011), 147–73
Parwata, I Made Oka Adi, ‘Obat Tradisional’, Jurnal Keperawatan Universitas Jambi,
2016, 218799
<https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/a6a48203e23370286113
d07440fa07ef.pdf>
Ui, Fisip, ‘Bekam Sebagai..., Indri Rachmadila, FISIP UI, 2009’, Majid, 2007, 27–74
Wulandari, Zainatul, Muh Ugiarto, and Ummul Hairah, ‘Sistem Informasi Obat-Obatan
Herbal Berbasis Web’, Prosiding Seminar Ilmu Komputer Dan Teknologi
Informasi, 2.1 (2017), 227–34
iv