Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP HERBAL, NUTRISI HERBAL DALAM PENYEMBUHAN LUKA DAN


KONSEP BEKAM PADA PENYEMBUHAN LUKA

MATA KULIAH : KEPERAWATAN LUKA DASAR


Koordinator : Ns. Imran, S.Kep., MHS, PhD
Dosen Pengampu : Ns. Hartono, S.Kep, M.kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
F. B. NYANGKO NIM. PL2321001
PEBRIANA D. Y NIM. PL2321002
YUNI ANDRIANI NIM. PL2321005
EKSATIKA AYU. P NIM. PL2321008
WIDYASTUTI M.B NIM. PL2321014
RIYANI ADI ARTI NIM. PL2321015
NUR IHSAN NIM. PL2321061

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan Judul “Konsep Herbal, Nutrisi
Herbal Dalam Penyembuhan Luka Dan Konsep Bekam Pada Penyembuhan Luka”.
Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam
mengikuti pembelajaran dengan Mata Kuliah Keperawatan Luka Dasar. Makalah ini
terwujud atas bimbingan dan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ns. Haryanto, S.KEP, MSN, Ph.D selaku Rektor Institut Teknologi dan
Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Barat.
2. Ibu Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners Institut
Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Barat.
3. Ibu Ns. Almumtahanah, M. Kep selaku wali kelas RPL Tipe A, yang telah sangat
membantu dalam memberikan saran serta masukan.
4. Bapak Ns. Imran, S.kep,.PHS.,PhD selaku Koordinator Mata Kuliah Keperawatan
Luka Dasar yang telah membimbing dalam proses penyelesaian makalah ini.
5. Bapak Ns. Hartono, S.Kep. M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Luka Dasar
6. Rekan-rekan Mahasiswa/I RPL Tipe A yang telah membantu dan bekerjasama serta
saling memberikan dukungan moril.
Penulis berharap agar Makalah ini dapat memberikan manfaat serta informasi mengenai
Judul “Konsep Herbal, Nutrisi Herbal Dalam Penyembuhan Luka Dan Konsep Bekam
Pada Penyembuhan Luka”. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Makalah ini.

Sintang, 19 Oktober 2023


Penulis
KELOMPOK 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................5
1.3 Sistematika Penulisan..............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Herbal
2.1.1 Pengertian Herbal........................................................................................7
2.1.2 Jenis Herbal.................................................................................................8
2.1.3 Manfaat Herbal............................................................................................9
2.1.4 Efek Samping..............................................................................................9

2.2 Nutrisi Herbal dalam Penyembuhan Luka


2.2.1 Pengertian....................................................................................................11
2.2.2 Threapy Herbal Dalam Penyembuhan Luka...............................................12
2.2.3 Contoh Pemanfaatan Herbal........................................................................13

2.3 Konsep Bekam pada Penyembuhan Luka


2.3.1 Pengertian....................................................................................................14
2.3.2 Jenis Bekam.................................................................................................15
2.3.3 Manfaat Bekam............................................................................................16
2.3.4 Tata Cara Melakukan Bekam......................................................................18
2.3.5 Bekam Dalam Proses Penyembuhan Luka..................................................21
2.3.6 Kontraindikasi Bekam.................................................................................22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jika kita berbicara mengenai konsep herbal tentunya tidak bisa dilepaskan
dengan pengobatan tradisional, yang telah digunakan sejak jaman dahulu hingga
sekarang. Di Indonesia sebagai negara yang kaya akan kekayaan tradisi baik yang
tradisi yang tertulis maupun tradisi turun-temurun yang disampaikan secara lisan. Hal
ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal
ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman sehari-hari mereka. Pengetahuan tersebut
antara lain perbintangan, arsitektur, pengobatan tradisional, kesusasteraan, dan lain
sebagainya Indonesia kaya akan pengetahuan mengenai pengobatan tradisional.
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki khasanah pengetahuan dan cara
tersendiri mengenai pengobatan tradisional. Sebelum dituliskan ke dalam naskah
kuno, pengetahuan tersebut diturunkan secara turun-temurun melalui tradisi lisan. 1
Menurut Djojosugito (1985), dalam masyarakat tradisional obat tradisional
dibagi menjadi 2 yaitu obat atau ramuan tradisional dan cara pengobatan tradisional.
Obat tradisional adalah obat yang turun-temurun digunakan oleh masyarakat untuk
mengobati beberapa penyakit tertentu dan dapat diperoleh secara bebas di alam.
Perkembangan obat tradisional dan pengobatan tradisional saat ini berkembang pesat
sekali khususnya obat tradisional yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Hal ini bisa kita
lihat semakin banyaknya bentuk-bentuk sediaan obat tradisional dalam bentuk
kemasan yang sangat menarik konsumen. Perkembangan ini membuat Pemerintah
atau instansi terkait merasa perlu membuat aturan perundang-undangan yang
mengatur dan mengawasi produksi dan peredaran produk-produk obat tradisional agar
masyarakat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan khususnya masalah
kesehatan.
Menurut UU Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dan
Sediaan Farmasi. Dalam Undang Undang ini yang dimaksud Sediaan Farmasi adalah
obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Dalam Undang-undang ini juga
disebutkan bahwa hakekat obat atau pengertian obat adalah bahan atau campuran
yang dipergunakan untuk diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan atau
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan mental pada manusia atau
1
I Made Oka Adi Parwata, ‘Obat Tradisional’, Jurnal Keperawatan Universitas Jambi, 2016, 218799
<https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/a6a48203e23370286113d07440fa07ef.pdf>.
4
hewan, mempercantik badan atau bagian badan manusia. Obat Tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk
kembali ke alam. Kecenderungan untuk kembali ke alam atau ” back to nature “
dalam bidang pengobatan pada herbal ini sangat kuat di Negaranegara maju dan
berpengaruh besar di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Lembaga-
lembaga pendidikan pelatihan herbalpun kini telah banyak diminati masyarakat.
Pentingnya Kepedulian kita akan tanaman obat atau herbal yang telah ada sejak jaman
dulu kala perlu di lestarikan dan di terapkan seperti negara-negara lain yang telah
menggunakan herbal sebagai obat leluhur.2 Perkembangan selanjutnya obat
tradisional kebanyakan berupa campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
sehingga dikenal dengan obat herbal Khusus untuk Obat herbal ada 3 : Jamu, obat
herbal terstandarisasi dan fitofarmaka. Obat tradisional merupakan salah satu warisan
nenek moyang atau leluhur yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses
mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit.3

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Agar mahasiswa/i keperawatan mengetahui mengenai “Konsep Herbal,
Nutrisi Herbal Dalam Penyembuhan Luka Dan Konsep Bekam Pada
Penyembuhan Luka”.
1.2.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i keperawatan mampu memahami dan menjelaskan
mengenai Konsep Herbal, Nutrisi Herbal Dalam Penyembuhan Luka Dan
Konsep Bekam Pada Penyembuhan Luka.

2
Ridhan Faiz Faroka, Boro Kudang Seminar, and Pudji Muljono, ‘Herbal Plant....’, Pengaruh Adopsi Teknologi
PHSL (Pemupukan Hara Spesifik Lokasi) Berbasis Pertanian Presisi Terhadap Pendapatan Petani Padi Di Desa
Jembungan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, 11.1 (2011), 147–73.
3
Parwata.
5
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian awal, inti dan
akhir. Adapun bagian awal dari makalah ini meliputi Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi.
Bagian inti terdiri dari :
BAB I Pendahuluan : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan
dan Sistematika Penulisan Makalah yang penulis jabarkan secara naratif.
BAB II Landasan Teori : Landasan Teori yang terdiri Konsep Herbal, Nutrisi Herbal
Dalam Penyembuhan Luka Dan Konsep Bekam Pada Penyembuhan Luka.
BAB IV Penutup : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran untuk mendukung
serta memberikan manfaat informatif pada makalah ini.
Bagian akhir yang terdiri dari Daftar Pustaka.

BAB II

6
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Herbal


2.1.1 Pengertian
Herbal adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian
berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati
penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi
mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang berfungsi
mengobati.4
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
Obat herbal adalah obat yang berasal dari tumbuhan yang diproses
atau diekstrak sedemikian rupa sehingga menjadi serbuk, pil atau cairan yang
dalam prosesnya tidak menggunakan zat kimia. Seperti yang di ketahui obat
herbal dapat menyembuhkan penyakit dengan efek samping yang minim
karena dibuat dari bahan-bahan yang alami, tidak seperti obat-obat sintetis
yang dapat memberikan efek samping baik secara langsung maupun setelah
waktu yang lama. 5
Perkembangan selanjutnya obat tradisional kebanyakan berupa
campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga dikenal dengan obat
herbal Khusus untuk Obat herbal ada 3 : Jamu, obat herbal terstandarisasi
dan fitofarmaka. Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek
moyang atau leluhur yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses
mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka
dan mental pada manusia atau hewan. Sebagai warisan nenek moyang yang
dipergunakan secara turun temurun maka perlu kiranya dikembangkan dan

4
Faroka, Seminar, and Muljono.
5
Zainatul Wulandari, Muh Ugiarto, and Ummul Hairah, ‘Sistem Informasi Obat-Obatan Herbal Berbasis Web’,
Prosiding Seminar Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi, 2.1 (2017), 227–34.
7
diteliti agar dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Hal ini sebenarnya
sudah dikembangkan puluhan tahun yang lalu sesuai dengan apa yang
tercantum dalam GBHN 1993 yaitu Pemeliharaan & Pengembangan
Pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa (ETNOMEDISINE)
terus ditingkatkan dan didorong pengembangannya melalui penggalian,
penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan
termasuk budidaya tanaman obat tradisional yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan Dalam hal ini dapat di formulasikan menjadi 5 hal
fokok yang harus diperhatikan yaitu etnomedicine, agroindustri tanaman
obat, iptek kefarmasian dan kedokteran, teknologi kimia dan proses,
pembinaan dan pengawasan produksi atau pemasaran bahan dan produk obat
tradisional.

2.1.2 Jenis Herbal


Ada tiga jenis terapi herbal yang dikenal, yaitu :
1. Ayurvenda
Ayurveda merupakan salah stau terapi herbal tertua di dunia, bahkan
telah eksis selama lebih dari 5000 tahun. Nama Ayurveda berasal
dari dua suku kata, ayur yang berarti kehidupan dan veda berarti
pengetahuan. Jadi, Ayurveda berarti pengetahuan tentang hidup sehat.
Setiap ayurveda memiliki banyak khasiat yang berguna bagi pikiran,
tubuh, dan jiwa. Mulai dari mengurangi berat badan, penuaan, detoks,
hingga masalah area kewanitaan.

2. Tradisional
Menurut data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Indonesia
merupakan rumah bagi 30 ribu dari 40 ribu jenis tanaman obat di
dunia. Karena banyaknya jenis tanaman obat sejak zaman dahulu,
tanaman obat telah menjadi bagian dari tradisi pengobatan tradisional.
Tanaman obat juga dipercaya mampu mengatasi berbagai masalah
kesehatan.

8
3. Pengobatan China
Masyarakat China juga sudah lama menggunakan ramuan herbal untuk
mengobati penyakit sejak berabad-abad lamanya. Tak hanya di
China, tanaman herbal yang kerap digunakan mereka juga bisa
ditemukan di belah dunia lainnya. Misalnya, ginseng, jamur, goji atau
wolfberry, ephedra sinica atau ma huang, bupleurum, dan lainnya.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membagi
obat herbal menjadi tiga jenis, yakni obat tradisional, obat herbal
terstandar, dan fitofarmaka. Hal tersebut tertuang dalam Keputusan
Kepala BPOM No HK.00.05.4.2411 tertanggal 17 Mei 2004.
1. Obat tradisional
BPOM menjelaskan bahwa obat tradisional adalah bahan atau
ramuan dari bahan berupa tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut. Dalam hal ini, obat
tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan.
2. Obat Herbal Terstandarisasi (OHT)
OHT adalah sediaan obat bahan alami yang keamanan dan
khasiatnya sudah dibuktikan secara ilmiah. Hal itu bisa dibuktikan
melalui uji praklinik atau percobaan hewan dan mempunyai bahan
baku yang telah terstandarisasi. OHT dapat dikonsumsi dalam
bentuk pil, tablet, minuman pereda haid, termasuk obat cair untuk
masuk angin.

3. Fitofarmaka
Fitomarkana adalah obat bahan alami yang keamanan dan
khasiatnya sudah dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinik
(hewan percobaan) dan uji klinik (manusia) dan bahan baku serta
produknya sudah distandarisasi.

9
2.1.3 Manfaat Herbal
Manfaat herbal sebagi obat Mengingat bahannya berasal dari sumber
alami, ada berbagai manfaat yang bisa dirasakan ketika mengonsumsi
obat herbal. Berikut di antaranya:
1. Minim efek samping Obat herbal secara umum lebih "bersahabat"
dengan tubuh. Ketika dikonsumsi pada dosis yang dianjurkan, obat
ini lebih minim efek samping. Dengan mengonsumsi obat herbal,
orang-orang juga dapat mengurangi ketergantungan pada obat
sintetis beserta efek sampingnya. Namun, pastikan untuk
berkonsultasi dengan dokter apabila ingin mengonsumsi obat herbal
ketika resep obat kimia masih berjalan.
2. Kesehatan holistik Obat herbal dapat menawarkan manfaat
kesehatan secara holistik dan menjaga kesiembangan dalam tubuh.
Selain itu, mengonsumsi obat herbal dapat memberikan pengetahuan
kepada konsumen untuk mencegah penyakit, mengelola kondisinya,
dan menunjang penyembuhan. Setelah terbiasa dengan obat herbal,
tubuh dapat merasakan dampak positifnya dan mampu mendorong
perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik.
3. Lebih terjangkau Bolak-balik berkonsultasi ke dokter tentunya
membuat pengeluaran membengkak, meski beberapa penyakit ter-
cover oleh BPJS maupun asuransi. Akan tetapi obat herbal dapat
dijadikan alternatif sebagai pengobatan yang lebih terjangkau
lantaran berasal dari bahan-bahan alami.

2.1.4 Efek Samping Penggunaan Herbal


Meski mendatangkan manfaat kesehatan untuk tubuh, jangan kira obat
herbal merupakan solusi dari segala macam penyakit. Pasalnya, di balik
embel-embel "bahan alami", obat herbal memiliki efek samping yang
sebaiknya diketahui sebelum dikonsumsi. Hal itu bisa disebabkan oleh
beberapa obat herbal yahg tidak melalui pengujian klinis sebelum
diedarkan. Sebagian dari obat herbal yang ada bahkan dapat
menimbulkan dampak yang negatif terhadap obat medis tanpa resep

10
dokter yang dijual bebas. Apabila dikonsumsi, obat herbal bisa
menyebabkan berbagai efek samping sebagai berikut: Alergi Diare
Muntah Mual Sakit kepala Bercak di kulit Asma. Saran mengonsumsi
obat herbal Karena obat herbal bisa mendatangkan efek samping, maka
pastikan kandungan pada kemasan sebelum dikonsumsi. Lebih baik,
apabila obat herbal dikonsultasikan dengan dokter. Ingatlah juga untuk
mengikuti aturan pakai menurut petunjuk pada kemasan dan cari tahu
siapa saja yang bisa mengonsumsi obat herbal. Apabila mereasa tidak
yakin dengan obat herbal yang akan dikonsumsi, hubungi dokter
naturopati atau ahli obat herbal. Jangan lupa untuk memperhatikan efek
samping setelah mengonsumsi obat herbal. Apabila muncul reaksi,
segera hentikan konsumsi obat herbal. Yang tidak kalah penting adalah
pastikan obat herbal yang diminum telah memiliki izin BPOM dan batas
waktu penggunaan atau masa kadaluarsa.

2.2 Nutrisi Herbal Dalam Penyembuhan Luka


2.2.1 Pengertian Ramuan
Ramuan adalah tanaman apa pun yang daun, batang, bunga, akar,
atau bijinya digunakan untuk penyedap rasa, makanan, obat, atau parfum.
Herbal, yang diklasifikasikan sebagai suplemen makanan yang dijual
bebas, sering kali dibeli dan dikelola tanpa berkonsultasi dengan
profesional kesehatan. Ketika diminta menyebutkan obat-obatan, orang
sering lupa atau sengaja menghilangkan suplemen vitamin dan mineral
serta jamu. Klien khawatir dokter mungkin tidak mendukung pengobatan
herbal dan akan merekomendasikan penghentian penggunaan obat
tersebut. Para dokter tetap skeptis terhadap keamanan herbal karena
ketidakpastian, seperti laporan kasus yang menyebutkan nefrotoksisitas
dan hepatotoksisitas. Terlepas dari kepercayaan terhadap pengobatan
tanaman, sangat penting bagi praktisi kesehatan untuk memiliki
informasi lengkap mengenai suplementasi herbal agar dapat membuat
keputusan rencana perawatan yang tepat.6

6
‘Nutrisi 411 : Pengantar Herbal Untuk Profesional Penyembuhan Luka’.
11
2.2.2 Terapy Herbal Dalam Penyembuhan Luka
Pendekatan baru yang menggabungkan penggunaan tanaman obat
dan tumbuhan mempunyai potensi memberikan dampak positif terhadap
perawatan pasien. Tumbuhan mengatasi semua tujuan penyembuhan luka
melalui aplikasi topikal dan internal. Madu, tumbuhan yang dikenal
karena sifat antibakteri dan antijamurnya, telah diterima sebagai
pengobatan untuk mempercepat penyembuhan luka. Lidah buaya,
tanaman yang telah lama digunakan secara topikal untuk luka bakar dan
luka, mengurangi peradangan, meredakan gatal dan rasa terbakar,
memberikan efek antimikroba, dan meningkatkan penyembuhan secara
keseluruhan. Banyak tanaman lain yang mengandung unsur kimia yang
memberikan manfaat untuk luka. Sifat astringent dari herba seperti witch
hazel membantu mengeringkan luka yang mengeluarkan cairan dan
mengeluarkan darah. Lendir, unsur dalam tumbuhan seperti elm licin dan
pisang raja, memberikan lapisan yang menenangkan dan melindungi.
Calendula ramuan rentan mengandung banyak komponen bermanfaat
yang bersifat antiseptik, anti-inflamasi, dan merangsang respon imun dan
pembentukan kolagen. Penggunaan herba topikal memiliki risiko efek
samping yang kecil, namun reaksi dermatitis kontak alergi yang terjadi
sesekali memerlukan pengujian kulit sebelum penggunaan. Jika
dikonsumsi secara internal, efek herbal sangat luas, menawarkan manfaat
tambahan untuk masalah umum seperti gangguan pencernaan atau
ketidakseimbangan emosional. Saat menemui pasien karena luka kronis
atau luka yang tidak dapat disembuhkan, penting untuk menanyakan
secara spesifik apakah pasien mengonsumsi produk herbal atau
menggunakan sediaan topikal selain yang telah diresepkan oleh ahli
penyembuhan luka.7

Ada banyak sekali tanaman obat dan ramuan atau beberapa


tumbuhan untuk menyembuhkan atau meringankan setiap penyakit yang
mungkin terjadi. Banyak referensi menawarkan daftar lengkap Materia
Medica herbal. Kebanyakan herbal memberikan informasi tentang
7
‘Nutrisi 411 : Pengantar Herbal Untuk Profesional Penyembuhan Luka’.
12
semua aspek penggunaan ramuan tertentu; namun, dalam hal keamanan,
salah satu manfaat ramuan herbal bagi penyembuhan luka yaitu dengan
meningkatkan sirkulasi dan penyembuhan luka. Tumbuhan membantu
mengurangi risiko tertundanya penyembuhan luka, meningkatkan proses
penyembuhan, dan menurunkan kejadian infeksi. Kandungan kimia
tumbuhan diklasifikasikan ke dalam kategori luas yang membantu
integritas kulit seperti antimikroba, antiinflamasi, antioksidan, sitotoksik,
dan stimulan kekebalan. Untuk menunjang sirkulasi, herbal merangsang
aliran darah untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi ke area luka dengan
lebih baik serta memberikan pembersihan untuk mencegah kontaminasi.
Herbal melawan bakteri spesifik penyebab luka dan membantu
pengobatan ulkus kaki diabetik, ulkus dekubitus, dan ulkus vena kaki.

2.2.3 Contoh Pemanfaatan Herbal


Adapun beberapa contoh pemanfaatan tamanan herbal dan
ramuan herbal yang mampu membantu dalam proses penyembuhan luka
sebagai berikut :
1. Lidah Buaya, memiliki banyak jenis senyawa aktif seperti mannans
acetate, polymannans, antrakuinon, lektin dan saponin serta senyawa
antrakuinon. Senyawa antrakuinon sendiri merupakan zat yang bisa
mencegah bakteri. Daun lidah buaya juga memiliki zat anti-bakteri, anti
jamur, dan anti-virus yang dapat mencegah luka Anda berkembang
menjadi infeksi. Cara menggunakannya pun cukup mudah. Anda bisa
memetik satu daun lidah buaya dan dipotong menjadi dua bagian.
2. Sosor bebek, memliki kandungan imfalasi dan anti bakteri yang
dapat membantu proses penyembuhan luka.
3. Binahong, memiliki kandungan antiseptik alami dan anti inflamasi
yang dapat membantu proses penyembuhan luka secara alami.
4. Madu, Konsistensi madu yang memiliki viskositas tinggi membentuk
sawar fisik yang mencegah luka dari penetrasi dan kolonisasi bakteri serta
menciptakan suatu lingkungan basah yang sangat sesuai untuk epitelisasi
dan dibutuhkan untuk penyembuhan luka yang optimal. Kadar pH rendah

13
dari madu membuat suatu kondisi lingkungan yang tidak menyokong untuk
pertumbuhan bakteri, juga pH asamnya meningkatkan vasodilatasi
pembuluh darah yang mengalirkan darah dan kelenjar limfe menuju tempat
luka. Pemberian madu topikal efektif menghasilkan dasar luka bergranulasi
bersih. Madu bekerja sebagai medium hiperosmolar dan mencegah
pertumbuhan bakteri, juga memiliki viskositas tinggi yang membentuk
sawar fisik dan menciptakan lingkungan basah yang mempercepat
penyembuhan luka. Kandungan nutrien madu menambah pasokan bahan
lokal dan mungkin membantu mempercepat reepitelisasi. Disamping itu,
madu mengandung enzim katalase yang juga mempengaruhi proses
penyembuhan luka.(kemkes.go.id)

2.3 Konsep Bekam Dalam Penyembuhan Luka


2.3.1 Pengertian
Bekam mempunyai beberapa sebutan, seperti : canduk, canthuk,
kop, atau mambakan. Di Eropa disebut cupping dan fire bottle. Dalam
bahasa mandarin disebut Pa Hou Kuan. Dalam bahasa arab disebut
hijamah, dari kata al-hijmu yang berarti pekerjaan, yaitu membekam. Al-
Hajjam berarti ahli bekam. Al-Hijmu berarti menghisap atau menyedot.
Sedangkan Al-Mihjam atau Al-Mihjamah merupakan alat untuk
membekam, yang berupa gelas untuk menampung darah yang
dikeluarkan dari kulit, atau gelas untuk mengumpulkan darah hijamah.
Maka secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut istilah, bekam
berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan mengeluarkan
darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam
gelas.(Umar, 2008). Bekam merupakan pengobatan yang usianya kurang
lebih mencapai hitungan abad. Hingga sampai ke Indonesia, ternyata
belum banyak masyarakat yang tahu metode pengobatan ini. Sementara
itu belum ada data statistik yang menggambarkan berapa prosentase
masyarakat yang tahu dan paham tentang metode pengobatan bekam.
Dalam bab ini penulis mencoba untuk menggambarkan beberapa sisi
mengenai bekam. Untuk lebih mudah memahami bekam, maka
pembahasan akan dimulai dari sejarah, jenis bekam, alat-alat dalam

14
bekam, tata cara berbekam, pembekam, dan beberapa hal tentang bekam
lainnya.8
Bekam adalah suatu metode pengobatan dengan menggunakan
tabung atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar
menimbulkan bendungan lokal. Hal ini disebabkan oleh tekanan negatif
dalam tabung , agar terjadi pengumpulan darah lokal. Kemudian darah
tersebut dikeluarkan dari kulit dengan dihisap, dengan tujuan
meningkatkan sirkulasi energi chi dan darah, menimbulkan efek
analgetik (menghilangkan nyeri), mengurangi pembengkakan, serta
mengusir pathogen angin baik dingin maupun lembab.(Umar, 2008).
Maka prinsipnya, bekam adalah pengobatan dengan cara menghisap
permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang berada di
bawah kulit akan ikut tersedot dan membanjiri daerah yang dihisap
tersebut, dan terjadilah “fenomena pengumpulan darah”.(Umar. 2008).

2.3.2 Jenis Bekam


Adapun jenis bekam yang disertai pengeluaran darah, sehingga
darahkeluar dari kulit disebut dengan bekam damiyah, bekam rutbah
ataubekam basah. Ada yang tanpa pengeluaran darah, yakni darah
cukupmengumpul di bawah kulit saja (disebut dengan jaffah atau
bekamkering). Bekam kering dipakai di China, Jepang, dan sebagian
negaraEropa dan Amerika. Sedangkan di Arab dipakai bekam basah.
Pemilihan jenis bekam ini tergantung dari tujuan pengobatan itu sendiri.
(Umar, 2008)
Berikut jenis-jenis bekam menurut Umar (2008) :
a. Bekam kering (Hijamah Jaffah) Bekam yang tidak diikuti dengan
pengeluaran darah inilah yang disebut bekam kering. Bekam kering
ini berkhasiat untuk melegakan sakit secara darurat, atau digunakan
untuk meringankan nyeri pada urat-urat punggung, paha, perut, dan
lain-lain. Bekam kering ini cocok untuk orang yang tidak tahan
suntikan jarum, sayatan pisau dan takut melihat darah. Kulit yang

8
Fisip Ui, ‘Bekam Sebagai..., Indri Rachmadila, FISIP UI, 2009’, Majid, 2007, 27–74.
15
dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari. Lebam
ini dapat dihilangkan dengan minyak zaitun, minyak habbatus
sauda’, atau qusthul hindi. Bekam kering sangat cocok untuk
penyakit yang disebabkan karena pathogen panas dan kering.
b. Bekam basah (Hijamah Rothbah/Hijamah Damamiyah) Sedangkan
bekam basah dilakukan dengan bekam kering dahulu, kemudian
permukaan kulit disayat dengan pisau bedah, lalu disekitarnya
dihisap dengan alat cupping set, hand pump, atau tabung lain untuk
mengelurkan darah dari dalam tubuh. Bekam basah ini dipakai untuk
pengobatan karena penyakit pembendungan chi.

2.3.3 Manfaat Bekam


Berikut manfaat medis pengobatan bekam menurut Yasin (2005):
1. Bisa membersihkan darah dan meningkatkan aktivitas syaraf tulang
belakang.
2. Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah.
3. Menghilangkan kejang-kejang dan memar-memar pada otot.
4. Bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina pectoris.
5. Bermanfaat ketika mengalami pusing, memar- memar di bagian
kepala dan wajah, migrain, dan sakit gigi.
6. Ketika mengalami berbagai macam penyakit mata dan rabun.
7. Ketika mengalami gangguan rahim dan berhentinya menstruasi bagi
wanita.
8. Ketika terkena rematik, sciacica (pegal di pinggang), dan encok.
9. Untuk mengatasi gangguan tekanan darah dan arteriosclerosis
( pengapuran pembuluh darah ).
10. Ketika mengalami sakit bahu, dada, dan punggung.
11. Bermanfaat mengatasi kemalasan, kelesuan, dan banyak tidur.
12. Bermanfaat mengatasi luka-luka, bisul, jerawat, dan gatal-gatal di
kulit.
13. Bermanfaat mengatasi pericarditis (radang selaput jantung) dan
nephritis (radang ginjal) yang parah.

16
14. Bermanfaat mengatasi keracunan.
15. Bermanfaat mengatasi luka-luka bernanah.
Secara umum,menurut informasi dari Direktorat Jendral Pelayanan
Kesehatan beberapa manfaat bekam bagi kesehatan tubuh adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan Aliran Darah ke Kulit, Bekam dikenal sebagai terapi
yang bisa meningkatkan aliran darah. Hal ini terbukti dari jurnal yang
diterbitkan oleh Complementary Therapies in Clinical Practice.
Jurnal tersebut menunjukkan bahwa terapi bekam mampu
meningkatkan aliran darah, mengurangi peradangan, serta
melonggarkan jaringan di bawah area bekam. Ketika aliran darah di
dalam tubuh lebih lancar, keluhan-keluhan penyakit pun dapat
membaik secara alami.
2. Meningkatkan Toleransi Nyeri, Manfaat berikutnya dari terapi bekam
adalah dapat meningkatkan toleransi nyeri. Manfaat ini bisa diperoleh
berkat kemampuan terapi bekam dalam meningkatkan aliran darah
sehingga dapat mengurangi gejala nyeri.
3. Menjaga Sifat Biomekanik pada kulit, Terapi bekam juga diketahui
dapat menjaga sifat biomekanik dalam kulit. Di mana, sifat tersebut
dapat menjaga kesehatan kulit melalui kemampuannya dalam
melindungi kulit dari serangan berbagai virus dan bakteri, serta
mencegah munculnya tanda-tanda penuaan dini pada kulit.
4. Mengobati Peradangan
Manfaat selanjutnya dari terapi bekam adalah mampu mengatasi
penyakit yang disebabkan oleh peradangan di dalam tubuh, seperti
arthritis. Terapi bekam diketahui dapat memberikan pengaruh positif
terhadap penyakit radang sendi, keluhan nyeri, hingga kekakuan pada
sendi.
5. Menurunkan Risiko Penyakit Asam Urat, Risiko penyakit asam urat
diduga bisa menurun apabila seseorang rutin melakukan terapi
bekam. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal

17
ini. Hanya saja, penerapan pola hidup sehat tetap menjadi hal utama
dalam mencegah penyakit asam urat.
6. Mengatasi Berbagai Penyakit, Terapi bekam juga diketahui dapat
dijadikan sebagai terapi suportif untuk beberapa penyakit, seperti:
 Kelainan darah, seperti anemia dan hemofilia.
 Tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Migrain.
 Nyeri otot di kaki, panggul, dan leher.
 Varises.
 Penyakit rematik.
 Masalah kesuburan.
 Penyumbatan bronkus, akibat asma atau alergi.
 Carpal tunnel syndrome.
 Gangguan sistem pencernaan (gastrointestinal), seperti irritable
bowel syndrome.

2.3.4 Tata Cara Melakukan Bekam


Tata cara dalam melakukan bekam secara umum dapat dilakukan
dalam beberapa (Yasin, 2007, p. 70 ) tahap, namun sebelum melakukan
tahap-tahap tersebut ada baiknya pembekam mengkondisikan pasien
dengan meberikan informasi mengenai segala sesuatu tentang bekam
atau tahapan-tahapan dalam melaksanakan bekam, sehingga pasien tidak
kaget dengan tahapan-tahapan yang dilakukan. Terutama pada pasien
yang baru melakukan pengobatan ini, karena bisa jadi pasien merasa
takut ketika pertama kali melakukan bekam dan ketika darah keluar dari
tubuhnya. Mengenai posisi pasien, berbaring dengan bertumpu pada
rusuknya dilantai merupakan posisi terbaik khususnya bagi pasien yang
merasa takut ketika dilakukan pembekaman, yang memiliki masalah
peredaran darah, serta anemia. Namun secara umum bekam dilakukan
dalam posisi duduk. Setelah pasien sudah dikondiskan maka saatnya
memulai tahap pertama yaitu mencari titik untuk melakukan
pembekaman. Gelas (cup) di letakkan tepat diatas titik pada tubuh yang
18
sudah ditentukan, kemudian dilakukan penghisapan sehingga terjadi
kehampaan udara pada sebagian besar gelas. Kemudian pada kulit pasien
dan jaringan yang terhisap ke dalam gelas, terlihat berbentuk lingkaran.
Darah dan beberapa unsur ikut tersedot ke permukaan kulit, sehingga
tampak sebagai daerah lingkaran berwarna merah, karena terjadinya
pengumpulan darahdi tempat tersebut.
Tahap kedua melakukan bekam kering yaitu gelas dibiarkan
berada pada tubuh selama 3-5 menit, setelah itu di cabut. Manfaat dari
tahap ini yaitu untuk memindahkan berbagai unsur kotor pada bagian-
bagian penting di dalam tubuh (seperti persendian) ke bagian-bagian
yang kurang penting (seperti permukaan kulit). Pada bagian ini
merupakan bagian anestesi atau membuat kebal titik tertentu yang
selanjutnya dilakukan penyayatan atau tusukan, sehingga ketika
penyayatan atau tusukan dilakukan pasien tidak merasakan sakit. Berikut
gambar setelah menentukan titik pada tubuh kemudian dilakuakan bekam
kering dan beberapa titik bekam kering pada tubuh.
Tahap ketiga melakukan penyayatan atau tusukan. Ketika
melakukan penyayatan pertama kali, lebih baik pembekam mengenali
karakter kulit pasien, keadaan pembuluh darahnya, dan kondisi-kondisi
terkait lainnya. Setelah itu penyayatan dapat dilakukan pada beberapa
gelas secara bersamaan. Terdapat ketentuan dalam melakukan
penyayatan (penyiletan atau penggoresan ringan) yaitu penyayatan
dilakukan pada bagian luar kulit dengan kedalaman sayatan kurang lebih
0,1mm atau melakukan penyayatan ringan. Kedalaman sayatan atau
tusukan dapat dilakukan berbeda-beda sesuai dengan penyakit pasien,
tetapi tidak dianjurkan sampai mengenai pembuluh darah arteri atupun
vena. Ketentuan panjang sayatan kurang lebih 4mm, banyaknya sekitar
15 sayatan dalam satu titik. Alat yang digunakan sebagai penyayat yaitu
dengan menggunakan silet medis tau pisau cukur yang telah
disterilkan.Terdapat beberapa catatan dalam melakukan tahap ini yaitu
pada kasus pasien yang mengidap penyakit yang berhubungan dengan
peredaran darah atau gula, tidak diperkenankan untuk menggunakan

19
sayatan. Tetapi menggunakan tusukan dengan jumlah maksimal
sebanyak 30 tusukan dalam satu titik. Kemudian ketika melakukan
penyayatan, sayatan harus sejajar dengan panjang tubuh dari arah kepala
menuju kaki dan tidak diperkenankan untuk melakukan penyayatan
dengan arah melebar. Sayatan diupayakan tidak mengenai pembuluh
darah vena maupun arteri yang terlihat, misalnya dipunggung tangan atau
telapak kaki. Setelah itu jarak antara sayatan yang satu dengan sayatan
yang lain sekitar 3mm.
Tahap keempat melakukan bekam basah yang dilakukan setelah
penyayatan atau tusukan. Tahap ini dilakukan sekitar 3-5 menit sampai
terlihat darah kental keluar, setelah itu gelas dilepaskan secara hati-hati
agar tidak mengalir di tubuh pasien. Pada kasus tertentu jika gelas
dibiarkan menempel dikulit dalam jangka waktu yang lama (10 menit
atau lebih), maka dipermukaan kulit akan muncul beberapa gelembung
seperti luka bakar. Gelembung-gelembung yang mengandung cairan
limfe ini bisa ditusuk, sehingga cairan tersebut dapat dikeluarkan. Namun
tidak dianjurkan untuk menghilangkan gelembung-gelembung ini, tetapi
sebaiknya diperlakukan sebagaimana luka-luka bakar ringan. Kemudian
darah dibersihkan dengan tisu atau sapu tangan. Bagian tubuh yang
disayat dibersihkan dengan pembersih seperti madu, minyak
habbatusauda, atau alkohol. Bisa juga tempat tersebut di balut, khusus
pada bagian telapak kaki dan pada pasien yang mengidap peyakit
diabetes. Tahap ini dapat dilakukan berulang kali hingga tidak terdapat
darah yang keluar atau setelah terlihat cairan kuning keluar dari titik
tersebut. Perlu diperhatikan dalam melakukan tahap ini pembekam
dianjurkan menyesuaikan dengan kondisi fisik dan mental pasien.
Dengan demikian, praktik bekam sudah selesai di bagian tubuh tersebut.
Setelah tahapan-tahapan ini selesai jarum atau pisau yang digunakan
harus dibuang dan tidak digunakan kembali untuk pasien lain. Selain itu
gelas atau cup harus dibersihkan dengan air dan sabun serta dengan
pembersih lainnya seperti saflon, ditol, ataupun alkohol. Jika terdapat
darah dalam gelas, maka gelas tersebut harus dibersihkan benar-benar

20
dengan klorin. Gelas dapat digunakan untuk satu orang pada hari yang
sama.

2.3.5 Bekam Dalam Proses Penyembuhan Luka


Adapun peranan bekam dalam proses penyembuhan luka dikarenakan
bekam dapat meningkatkan aliran darah ke kulit, Bekam dikenal sebagai
terapi yang bisa meningkatkan aliran darah. Hal ini terbukti dari jurnal
yang diterbitkan oleh Complementary Therapies in Clinical Practice.
Jurnal tersebut menunjukkan bahwa terapi bekam mampu meningkatkan
aliran darah, mengurangi peradangan, serta melonggarkan jaringan di
bawah area bekam. Ketika aliran darah di dalam tubuh lebih lancar,
keluhan-keluhan penyakit pun dapat membaik secara alami.
Meningkatkan Toleransi Nyeri, Manfaat berikutnya dari terapi bekam
adalah dapat meningkatkan toleransi nyeri. Manfaat ini bisa diperoleh
berkat kemampuan terapi bekam dalam meningkatkan aliran darah
sehingga dapat mengurangi gejala nyeri. Menjaga Sifat Biomekanik pada
kulit, Terapi bekam juga diketahui dapat menjaga sifat biomekanik dalam
kulit. Di mana, sifat tersebut dapat menjaga kesehatan kulit melalui
kemampuannya dalam melindungi kulit dari serangan berbagai virus dan
bakteri, serta mencegah munculnya tanda-tanda penuaan dini pada kulit.
Therapy bekam juga mampu mengatasi penyakit yang disebabkan oleh
peradangan di dalam tubuh, seperti arthritis. Terapi bekam diketahui
dapat memberikan pengaruh positif terhadap penyakit radang sendi,
keluhan nyeri, hingga kekakuan pada sendi.

2.3.6 Kontraindikasi Bekam


Kontraindikasi pada bekam meliputi anemia berat, kondisi
perdarahan seperti hemofilia, kegagalan sirkulasi (shock), luka bakar,

21
kehamilan serta berhati-hati jika dilakukan pada penderita dengan
riwayat diabetes melitus.

BAB 3

PENUTUP

22
3.1 Kesimpulan
Herbal adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan

sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian

berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati

penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi

mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang berfungsi

mengobati. Herbal memiliki multi fungsi dalam mendukung penyembuhan

suatu penyakit maupun dalam penyembuhan luka. Namun, hebal tetap

memiliki efek samping jika tidak digunakan dengan bijak dan sesuai aturan.

Begitu pula dengan bekam yang memiliki manfaat tersendiri sebagai

pengobatan yang dapat membantu penyembuhan penyakit termasuk sebagai

perawatan luka. Namun pada pasien tertentu bekam tidak dianjurkan seperti

pada penyakit luka bakar, dan diabetes melitus.

3.2 Saran

Diharapkan bagi masyarakat dapat memanfaatkan tanaman obat

sebagaimana fungsinya dengan baik terutama dalam membantu perawatan serta

penyembuhan luka, dan kembali pada konsep nature atau kembali kealam.

Bagi perawat diharapakan makalah ini dapat memberikan informasi

yang luas terkait konsep herbal dan mampu menilik serta memanfaatkan

tanaman herbal di lingkungan dan mengolah serta memananfaatkan tanaman

herbal susai fungsinya pada pasien yang memerlukan perawatan luka.

23
DAFTAR PUSTAKA

Faroka, Ridhan Faiz, Boro Kudang Seminar, and Pudji Muljono, ‘Herbal Plant....’,
Pengaruh Adopsi Teknologi PHSL (Pemupukan Hara Spesifik Lokasi) Berbasis
Pertanian Presisi Terhadap Pendapatan Petani Padi Di Desa Jembungan,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, 11.1 (2011), 147–73

‘Nutrisi 411 : Pengantar Herbal Untuk Profesional Penyembuhan Luka’

Parwata, I Made Oka Adi, ‘Obat Tradisional’, Jurnal Keperawatan Universitas Jambi,
2016, 218799
<https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/a6a48203e23370286113
d07440fa07ef.pdf>

Ui, Fisip, ‘Bekam Sebagai..., Indri Rachmadila, FISIP UI, 2009’, Majid, 2007, 27–74

Wulandari, Zainatul, Muh Ugiarto, and Ummul Hairah, ‘Sistem Informasi Obat-Obatan
Herbal Berbasis Web’, Prosiding Seminar Ilmu Komputer Dan Teknologi
Informasi, 2.1 (2017), 227–34

iv

Anda mungkin juga menyukai