Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN BERBASIS KOMPLEMENTER

OBAT TRADISONAL PADA IBU MENYUSUI

YANG BERLAKU DI SUKU BATAK TOBA


Dosen Pengampu: Yusniar Siregar, SST, M.Kes

Disusun Oleh:

Nama: Yuniar Tambunan

Nim: P07524419088

Kelas: DIV 2B

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “obat atau perilaku
kesehatan secara tradisional yang berlaku di daerah Batak Toba”. Pada makalah ini penulis
banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak yang membaca.

Simangumban, 12 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 4

1. 1............................................................................................. Latar Belakang

.........................................................................................................4

1. 2.......................................................................................... Rumusan Masalah

.........................................................................................................6

1. 3.................................................... Tujuan dan Manfaat……………………………………………….

BAB II : PEMBAHASAN........................................................................... 7

2.1 Komunikasi Verbal.......................................................................... 7

2.2 Komunikasi Non Verbal................................................................. 9

2.3 Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal............................. 14

2.4 Hambatan Komunikasi……………………………………….. 18

2.5 Strategi Meningkatkan Komunikasi

Interpersonal…………………………………………………………… 6

BAB III : PENUTUP................................................................................... 23

3.1 Kesimpulan...................................................................................... 23

3.2 Saran................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestarikan dan dikembangkan
untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat.
Produksi dan penggunaan obat tradisional di Indonesia khususnya di suku Batak memperlihatkan
kecenderungan terus meningkat, baik jenis maupun volumenya. Perkembangan ini telah
mendorong pertumbuhan usaha di bidang obat tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman
obat, usaha industry obat tradisonal, penjaja dan penyeduh obattradisonal. Bersamaan itu upaya
pemanfaatan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal juga terus digalakkan melalui
berbagai kegiatan uji klinik kearah pengembangan fito farmaka (Ditjen POM, 1999).

Pengobatan alternatif yang diwariskan nenek moyang kerap dicap sebagai warisan yang sarat
dengan nilai-nilai klenik oleh generasi sedudahnya. Demikian juga yang dialami masyarakat
Batak Toba. Berbagai pengetahuan tentang pengobatan tradisional itu akhirnya hilang dengan
sendirinya. “Masyarakat Batak Toba itu kaya akan pengetahuan medis. Mereka pintar meramu
obat-obatan. Dalam dunia pengobatan nusantara, warisan budaya nenek moyang orang Batak
Toba, termasuk salah satu yang diakui,” kata Pengurus Kajian Metafisika dan Pengobatan
Alternatif, Muhar Omtatok. Pengetahuan tentang pengobatan tradisional itu termuat dalam kitab
Pustaha Ogung. Pustaha Ogung adalah satu dari dua kitab yang diwariskan nenek moyang orang
Batak Toba. Kitab yang lainnya disebut Tumbaga Holing yang berisikan tentang pengetahun
politik, seni, pemerintahan dan perdagangan. Sedangkan Pustaha Ogung sendiri adalah kitab
berupa kumpulan pengetahuan dan teknik-teknik pengobatan yang dipraktikkan secara turun
temurun.

Kitab ini dituliskan oleh orang-orang pintar (tabib) yang dalam bahasa Batak Toba kerap disebut
Sibaso secara turun-temurun. Kadang merupakan hasil eksperimen masing-masing tabib. Para
tabib bekerja berdasarkan ajaran Si Raja Batak mengenai tubuh, jiwa, dan roh manusia itu
sendiri. Ajaran itulah yang menjadi dasar bagi tabib untuk berkreasi dalam ilmu pengobatan.
Salah satu ajaran Si Raja Batak yang menjadi dasar dari pengetahuan dan seni pengobatan itu
berbunyi, “bahwa segala sesuatunya yang tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada
gunanya masing-masing di dalam kehidupan sehari-hari. Sebab tidak semua manusia yang dapat
menyatukan darahku dengan darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupanmu”.
Ajaran itu kemudian dikembangkan para tabib secara turun-temurun. Mereka melakukan
eksperimen, meditasi dan tapa laku. Hasilnya selama berabab-abad, diperoleh sejumlah
pengetahuan dan pengobatan. Antara lain, pengobatan penyakit fisik maupun yang berkaitan
dengan metafisis.

Secara garis besar isi dari kitab itu adalah pengetahuan dan teknik pengobatan, ilmu tentang
meramal, tafsir mimpi, maniti ari (melihat hari baik), memanggil arwah, ilmu nujub, teknik
pembuatan racun dan tawar, sampai kepada yang berkaitan dengan ilmu perbintangan (astrologi).
Pengetahuan akan pengobatan yang termuat di Pustaha Ogung itu pada dasarnya menuntun agar
manusia membudayakan hidup sehat dan dekat dengan penciptanya. Namun pada praktiknya
banyak juga yang digunakan untuk kepentingan lain. Tetapi sejak Kristen masuk ke Tanah Batak
pada abad ke-18,, terjadi revolusi cara pandang terhadap semua hal, termasuk yang berkaitan
dengan produk peninggalan nenek moyang. Pengetahuan dan teknik pengobatan tradisi itu pun
turut terkena imbasnya. Pengobatan Pra dan Pasca Melahirkan. Di dalam kehidupan Siraja Batak
dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejak dari dalam kandungan sampai melahirkan.
Misalnya perawatan dalam kandungan, perawatan setelah melahirkan, perawatan bagi dan
perawatan dugu-dugu. Contohnya pengobatan yang diajarkan dalam perawatan semasa
mengandung misalnya, hendaknya hubungan suami istri jangan dilakukan pada saat hujan turun
agar kelak anak yang lahir tidak berpenyakit batuk-batuk, embun-embun, dan cawan. Jika si ibu
sudah mengandung tiga bulan segala yang diinginkan sebaiknya harus diberikan sebab jika tidak
diberikan, kelak si anak yang akan lahir di kemudian hari akan terkendala dalam mencari hidup.
Sebelum si ibu melahirkan, orangtua dari si ibu sebaiknya memberikan makanan adat Batak
berupa ikan Batak beserta perangkatnya dengan tujuan agar si ibu sehat-sehat pada waktu
melahirkan dan anak yang akan dilahirkan. Hal ini juga berkaitan dengan sisi psikologis si ibu,
terutama yang baru pertama kali melahirkan. Dengan kedatangan keluarga si perempuan, si istri
akan menjadi lebih kuat batinnya,” jelas Muhar. Begitu pula setelah melahirkan. Dijelaskan
berbagai perawatan dan obat-obatan untuk menguatkan raganya. Antara lain dengan telur ayam
kampung yang telah didoakan. Daun ubi rambat dan daun bunga raya direbus dan disaring lalu di
minumkan kepada si ibu mengarah ke bawah. “Dalam pengobatan modern ramuan ini juga
dipakai pihak medis. Daun ubi rambat dan daun raya mengandung zat yang berfungsi untuk
mencegah demam pasca melahirkan dan juga mengobati luka fisik,” tambah Muhar.

Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di
dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26 % telah dibudidayakan dan sisanya
sekitar 74 % masih tumbuh liar di hutan-hutan, dan dari yang telah dibudidayakan lebih dari 940
jenis digunakan sebagai obat tradisional (Syukur dan Hemani, 2003).

“Back to Nature” gaungnya semakin nyaring melanda dunia kesehatan. Hal ini dibuktikan
dengan semakin banyaknya orang yang berpaling pada tanaman obatobatan sebagai alternatif
pilihan menyembuhkan keluhan penyakit yang mereka derita. Selama ini berkembang asumsi
mengkonsumsi ramuan obat aman-aman saja dan tidak akan menimbulkan efek samping
sehingga boleh diminum tanpa memperhatikan dosis.
Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) merupakan salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai ramuan tradisional di Indonesia. Wanita Batak yang sedang menyusui di
Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara memiliki tradisi mengkonsumsi daun Bangun-
bangun dalam bentuk sayur sop selama satu bulan setelah melahirkan. Mereka percaya bahwa
dengan mengkonsumsi sop daun Bangun-bangun, produksi air susu ibu akan meningkat
(Damanik et al. 2001).

Daun Bangun-bangun atau Torbangun (Colues amboinicus Lour) adalah salah satu jenis tanaman
yang umum dikonsumsi oleh ibu yang baru melahirkan di daerah Sumatera Utara, khususnya
oleh suku batak. Daun Bangun-bangun dipercaya dapat meningkatkan produksi air susu ibu
(ASI). Daun Bangun-bangun ini memiliki kandungan zat gizi tinggi, terutama zat besi dan
karoten. Ditemukan pula bahwa konsumsi daun Bangun-bangun berpengaruh nyata terhadap
peningkatan kadar beberapa mineral seperti zat besi, kalium, seng dan magnesium dalam ASI
serta mengakibatkan peningkatan berat badan bayi secara nyata (Damanik et al., 2005).

ASI merupakan suatu standar untuk menentukan status gizi bayi. ASI sangat cocok untuk sistem
pencernaan bayi karena terkandung protein, lemak , mineral dan vitamin yang seimbang. ASI
adalah nutrisi yang ideal untuk bayi baru lahir (WHO, 1993). Komposisi dan volume ASI
bervariasi pada ibu-ibu menyusui. Makanan ibu sangat penting untuk meningkatkan Air Susu Ibu
agar bayi mendapatkan ASI yang cukup (Emmet & Rogers, 1997, Harding, 2001; Mora &
Nestel, 2000).

Pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI sampai bayi umur 6 bulan memberikan dampak
positif bagi kesehatan bayi antara lain ASI merupakan makanan bayi yang alamiah, terutama dan
terbaik, pemberian ASI dapat menjembatani perbedaan kehidupan bayi intrauterine dengan dunia
luar yang merupakan periode kritis, kandungan serta komposisi zat dalam ASI sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan ASI melindungi bayi dari bahaya infeksi.

Menyoroti masalah masih tingginya persentase malgizi di negara Indonesia. Pada sektor
pembangunan kesehatan, khususnya sektor kesehatan ibu dan anak, dampak krisis ekonomi ini
sangat dirasakan. Berbagai studi telah melaporkan banyaknya ibu menyusui yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan bagi sang ibu, dan tentu juga berhubungan dengan
kebutuhan bayi yang dilahirkan.

Ketersediaan ASI yang mencukupi selain diperoleh melalui pemenuhan kebutuhan gizi selama
periode menyusui, juga dapat dibantu dengan mengkonsumsi makanan/ramuan yang berkhasiat
sebagai laktagogum (menstimulasi produksi ASI).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu daun bangun bangun ?


2. Apa manfaat daun bangun bangun terhadap peningkatan produksi ASI?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu daun bangun bangun


2. Untuk mengetahui manfaat daun bangun bangun terhadap peningkatan produksi ASI

1.4 Manfaat

1. Sebagai informasi atau masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan di


masyarakat dengan memperhatikan budaya setempat.
2.  Sebagai informasi atau masukan
dalam menambah wawasan serta meningkatkan pemahaman pengaruh daun bangun-
bangun untuk meningkatkan produksi ASI
3. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. APA ITU DAUN BANGUN-BANGUN

1. Klasifikasi Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour)

Tanaman Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dapat dijumpai hampir di seluruh wilayah
Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Di daerah Sumatera Utara, tanaman ini dikenal
dengan nama Bangun-bangun atau torbangun (Damaniket al. 2001). Sedangkan di daerah Sunda,
daun bangun bangun dikenal dengan nama Ajeran atau Acerang, di daerah Jawa dikenal dengan
nama daun Kucing, di Madura daun Kambing, dan Majha Nereng. Di daerah Bali dikenal dengan
nama Iwak dan di daerab Timor dikenal dengan nama Kunu Etu (Heyne 1987). Daun bangun-
bangun (Coleus amboinicus) merupakan tumbuhan yang banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu setelah
melahirkan di daerah Toba, Sumatera Utara. Tumbuhan ini dipercaya dapat meningkatkan
produksi ASI. Tumbuhan ini banyak ditemukan di daerah Sumatra Utara dan dijadikan pangana
pendamping nasi, misalnya sebagai sayuran. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2006)
yang memberikan daun bangun-bangun pada tikus telah membuktikan bahwa tumbuhan tersebut
mengandung zat besi dan karotenoid yang tinggi. Kadar FeSO4 pada daun bangun-bangun
(Coleus amboinicus) dapat diandalkan sebagai sumber besi non heme bagi ibu menyusui. Suatu
penelitian yang dilakukan oleh Damanik terhadap ibu-ibu menyusui di daerah Sumatera Utara
dengan metoda focus group discussion (FGD) memperoleh kesimpulan bahwa konsumsi daun
bangun-bangun (Coleus amboinicus) dipercaya dapat meningkatkan mengembalikan stamina
ibu, meningkatkan produksi ASI, membersihkan daerah rahim dan kepercayaan itu tetap kuat
selama beratus-ratus tahun. Potensinya sebagai laktagogum ditunjukkan oleh daun bangun-
bangun yang mengandung saponin, flavonoid, polifenol serta dapat meningkatkan hormon-
hormon menyusui, seperti prolaktin dan oksitosin (Damanik, 2001). Konsumsi daun bangun-
bangun oleh penduduk Sumatra Utara biasanya dalam bentuk sop yang dimasak secara
tradisional dengan santan. Suatu penelitian telah mencoba membuktikan karakteristik mutu sop
daun bangun-bangun yang dikemas dalam kaleng sebagai suatu bentuk usaha komersil. Selain
dipetik langsung dari pohonnya, ibu-ibu menyusui diharapkan dapat mengkonsumsinya dalam
bentuk sop kemasan kaleng yang lebih praktis karena tidak perlu menanam pohonnya dan
memasaknya terlebih dahulu untuk mendapatkan efek laktagogumnya. Tanaman ini terbukti
mengandung zat besi dan karotin yang tinggi. Selain itu konsumsi tanaman ini dapat
meningkatkan kadar zat besi, kalium, seng, dan magnesium dalam ASI serta meningkatkan berat
badan bayi. (Warsiki, 2009). Dalam susunan taksonomi, tanaman Bangun-bangun yang secara
internasional dikenal dengan Coleus amboinicus Lour diklasifikasikan seperti berikut

Divisi : Spermatophita

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledonae

Bangsa : Solanales

Suku : Labialae

Marga : Coleus

Jenis : Coleus amboinicus Lour (Anonimus 2008a).

2. Botani

Secara makroskopis, tanaman Bangun-bangun memiliki ciri batang berkayu lunak, beruas-mas
dan berbentuk bulat, diameter pangkal ± 15 mrn, tengah ± 10 mm dan ujung ± 5 rnm. Daun
tanaman ini tunggal, helaiannya bundar telur, panjang helaiannya ± 3,5-6 cm, pinggirnya agak
berombak dengan panjang tangkai ± 1,5-3 cm, dan tulang dam menyirip (Gambar 1). Tanaman
Bangun-bangun tumbuh secara liar, jarang berbunga, namun mudah sekali dikembangbiakkan
dengan stek dan cepat berakar di dalam tanah yang gembur (Heyne 1987).

3. Komposisi zat gizi daun Bangun-bangun yang terdapat dalam buku yang bejudul Komposisi
Zat Gizi Pangan Indonesia (Mahmud et al. 1990) menyebutkan bahwa dalam 100 gram daun
Bangun-bangun terkandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total dibandingkan dengan
daun katuk (Sauropus androgynus). Data lengkap tentang komposisi zat gizi daun Bangun-
bangun tercanturn dalam Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi Zat Gizi Daun Bangun bangun

Komposisi Zat Gizi Bangun- bangun


Energy (kkal) 27,0
Protein (g) 1,3
Lemak (g) 0,6
Hidrat arang (g) 40
Serat (g) 1,0
Abu (g) 1,6
Kalsium (g) 279
Fosfor (g) 40
Besi (g) 13,6
Karoten total (g) 13288
Vitamin A (g) 0
Vitamin B (g) 0,16
Vitamin C (g) 5,1
Air (g) 92,5
(Sumber: Mahmud et al. 1990)

Daun Bangun-bangun biasa diolah oleh masyarakat etnis Batak dalam bentuk sayur sop. Sayur
sop ini diberikan kepada ibu yang baru melahirkan (Damanik et al.2006). Selanjutnya komposisi
zat gizi sop daun Bangun-bangun yang terkandung dalam 150 gram sop daun Bangun-bangun
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi Zat Gizi Sop Daun Bangun bangun (150 g)

Zat Gizi Rata – rata ± SD


Lemak (g) 16,3 ± 4,6
Protein (g) 2,4 ± 0,1
Karbohidrat (g) 5,3 ± 0,3
Air (g) 121,5 ± 14,7
Mineral
Seng 2,8 ± 0,1
Besi 6,8 ± 0,1
Kalsium 393,1 ± 6,5
Magnesium 124,1 ± 6,3
Potassium 1219,2 ± 80,7
(Sumber : Damanik et al. 2006)
Berdasarkan penelitian Damanik et al. 2006, pada saat minggu kedua (hari ke-14 hingga ke-28
setelah suplementasi sayur sop daun Bangun-bangun), wanita yang telah mengkonsumsi sop
daun Bangun-bangun tetap mengalami peningkatan kuantitas dan kualitas ASI. Selain itu, daun
Bangun-bangun mampu meningkatkan kesehatan wanita pasca melahirkan, berperan sebagai
uterine cleansing agent, dan dalam bentuk sop, daun Bangun-bangun dapat menggantikan energi
yang hilang selama proses melahirkan. Tanaman ini juga memiliki khasiat sebagai antipiretik,
analgetik, obat luka, obat batuk, dan sariawan (Depkes 1989). Selain itu, daun ini juga
mengandung vitamin C, BI, B12, betakaroten, niacin, karvakrol, kalsiwn, asam- asam lemak,
asam oksalat, dan serat (Duke 2000). Heyne (1987) menyatakan bahwa dari 120 kg daun segar
kurang lebih terdapat 25 ml minyak atsiri yang mengandung fen01 (isopropyl-obesol) dan atas
dasar itu ia menyatakan bahwa Bangun-bangun merupakan antiseptikum yang bernilai tinggi.
Minyak atsiri dari daun Bangun-bangun selain sebagai antiseptik ternyata mempunyai aktivitas
yang tinggi melawan infeksi cacing (Vasquez et al. 2000). Disamping minyak atsiri, daun
Bangun-bangun juga mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Anonim 2008a).
2.2 MANFAAT DAUN BANGUN BANGUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
ASI

1. Pengertian ASI

ASI merupakan suatu cairan hidup, yang berubah dan berespon terhadap kebutuhan bayi seiring
dengan pertumbuhannya. ASI mengandung zat antiinfeksi penting yang membantu bayi
melawan infeksi dan penyakit. ASI juga membuat respon instan terhadap infeksi dengan cara
memproduksi satu set baru immunoglobulin ampuh yang mempercepat sistem imun bayi dengan
cara membunuh bakteri dan virus (Pitaloka, 2008. Hal 11). Menyusui berarti memberikan ASI
yang memang diperuntukkan bagi bayi. Susu lain yang biasa diberikan kepada bayi umumnya
dibuat dari susu sapi atau kadang susu kambing atau kedelai, dan disebut susu formula (Pitaloka,
2008. Hal 10). ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan.
Diantaranya ialah menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran
pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan
dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kekurangan gizi,
asma, dan eksem. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak (Prasetyono, 2009.
Hal 27).

2. Manfaat ASI

1) Nutrien (Zat Gizi) yang Sesuai untuk Bayi

a) Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar
lemak dalam ASI antara 3,5 - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah
diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi dari
pada susu sapi, sehingga bayi yang mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah
lebih tinggi. Diperkirakan bahwa pada masa bayi diperlukan kolesterol pada kadar tertentu untuk
merangsang pembentukan enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efektif
pada usia dewasa (Sidi, et al. 2004). Di samping kolesterol, ASI mengandung asam lemak
esensial: asam linoleat (Omega 6) dan asam linoleat (Omega 3). Disebut esensial karena tubuh
manusia tidak dapat membentuk kedua asam ini dan harus diperoleh dari konsumsi makanan.
Kedua asam lemak tersebut adalah precursor (pembentuk) asam lemak tidak jenuh
rantai panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari Omega 3 dan arachidonic acid
(AA) berasal dari Omega 6, yang fungsinya sangat penting untuk pertumbuhan otak anak (Sidi,
et al. 2004). Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan
menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk di mana kadar lemak ASI rendah (1-2g/dl) dan
lebih tinggi pada hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu, setelah 15-20 menit).
Kadar lemak bisa mencapai tiga kali dibandingkan dengan foremilk (Sidi, et al. 2004).

b) Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya lebih tinggi dibanding susu
mamalia lain (7g%). mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase
yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain,
yaitu mempertinggi absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasillus bifidus (Sidi, et
al. 2004. Hal).

c) Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0,9%, 60% diantaranya
adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi). Dalam ASI
terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin.
Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak.
Sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi enzim
tirosin ini belum ada (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

d) Garam dan Mineral

ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. Bayi yang mendapat susu
sapi atau susu formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita tetani (otot kejang) karena
hipokalamia. Kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibanding ASI, tetapi kadar garamnya
jauh lebih tinggi, sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium (Sidi, et al.
2004. Hal 4).

e) Zat Besi

ASI dan susu sapi mengandung zat besi dalam kadar yang tidak terlalu tinggi, tetapi zat besi
dalam ASI lebih mudah diserap dan lebih banyak (> dari 50%). Dalam badan bayi terdapat
cadangan zat besi, di samping itu ada zat besi yang berasal dari eritrosit, bila ditambah dengan
zat besi yang berasal dari ASI, maka bayi akan mendapat cukup zat besi sampai usia 6 bulan. Zat
besi pada makanan lain bisa lebih tinggi namun kurang diserap dengan baik, hanya sekitar 10%
(Sidi, et al. 2004. Hal 4).

f) Vitamin
ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K berfungsi sebagai pembantu pada
proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang mudah diserap (Sidi, et al.
2004. Hal 4).

2) Mengandung Zat Protektif

a) Laktobasilus bifidus

Laktobasilus bifidus benfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kadar
asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme bakteri seperti E.coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan
jamur. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI
mengandung polisakarida yang berkaitan dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan
Laktobasilus bifidus (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

b) Laktoferin

Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100
mg/100ml tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin
bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu Stafilokokus dan E.coli yang
juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya, kecuali menghambat bakteri tersebut,
laktoferin dapat juga menghambat pertumbuhan jamur kandida (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

c) Lisozim

Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakteriosidal) dan antiinflamantori,
bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang E.coli dan sebagian keluarga
salmonella. Lisozim stabil dalam cairan dengan pH rendah seperti cairan lambung, sehingga
masih banyak dijumpai lisozim dalam tinja bayi. Keunikan lisozim lainnya adalah bila faktor
protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6
bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi
mulai mendapatkan makanan padat dan lisozim merupakan faktor protektif terhadap
kemungkinan serangan bakteri pathogen dan penyakit diare pada periode ini (Sidi, et al. 2004.
Hal 5).

d) Komplemen C3 dan C4

Walaupun kedua kadar komplemen ini kadarnya dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik,
anafilaktoksik, dan kemotektik, yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat
dalam ASI (Sidi,et al. 2004.).

e) Faktor antistreptokokus

Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman
tersebut (Sidi, et al. 2004).
f) Antibodi Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan
terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosnya
sehingga mencegah bakteri pathogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja
bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi
sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

g) Tidak menimbulkan alergi Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan mengundang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek.. pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan
mengurangi kemungkinan alergi ini (Sidi, et al. 2004).

3. Manfaat daun bangun-bangun

Kepopuleran manfaat daun bangun-bangun dalam memperbanyak produksi ASI tidak luput dari
kepercayaan masyarakat mengenai manfaatnya. Di Sumatera Utara misalnya, sudah sejak dahulu
kala perempuan yang sedang menyusui disarankan untuk mengonsumsi daun bangun-bangun
agar produksi ASI-nya menjadi berlimpah.

Kepercayaan masyarakat tentang manfaat daun bangun-bangun satu ini rupanya terbukti secara
ilmiah Ma. Sebab telah ada penelitian yang menunjukkan efektivitas daun bangun-bangun dalam
meningkatkan produksi ASI.

Penelitian khasiat daun bangun bangun

M. Rizal Martua Damanik, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
IPB yang telah membuktikan khasiatnya.

Rizal melakukan penelitian pada 100 perempuan di Batak yang sedang menyusui. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan menyusui yang mengonsumsi daun bangun-
bangun memiliki produksi ASI yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.

Dalam penelitian yang dilakukan Rizal, daun bangun-bangun rupanya bersifat sebagai
laktagogum.
Daun bangun-bangun juga memiliki 10 komonen aktif yang bisa meningkatkan produksi ASI.

Konsumsi sayur bangun-bangun sekitar 150 gram per hari sejak hari pertama melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari terbukti mampu meningkatkan produksi ASI hingga 65%
dibandingkan produk lainnya Ma.

Baca juga: Tidak Hanya Daun Katuk, 7 Makanan ini Juga dapat Melancarkan ASI

2. Kandungan daun bangun bangun yang bisa memperbanyak ASI

Adapun salah satu kandungan yang mungkin meningkatkan produksi ASI adalah kandungan
asam lemak rantai ganda atau asam lemak tak jenuh ganda.

Asam lemak tak jenuh ganda adalah menandakan bahwa lemak memiliki banyak ikatan rangkap
atau ganda. Biasanya ada yang mengandung asam lemak omega 3 atau omega 6. Kandungan
asam lemak rantai ganda dalam daun daun dapat memengaruhi kelenjar air susu sehingga
mampu menstimulasi produksi ASI dengan baik.

Jika Mama tertarik untuk mendapatkan manfaat daun bangun-bangun satu ini, Mama dapat
memasaknya layaknya sayur.

Di darah asalnya Sumatera Utara, misalnya daun bangun-bangun menjadi salah satu bumbu
untuk memasak gulai ikan atau pun sup.

Daun bangun-bangun sudah banyak dimanfaatkan untuk kesehatan manusia, terutama pada ibu
yang baru saja melewati masa persalinan. Daun ini mengandung berbagai bahan aktif fitokimia
hingga zat besi dan karotenoid tinggi.Oleh karena itu, manfaat daun bangun-bangun untuk
kesehatan yang dipercaya, antara lain adalah:

 Merangsang produksi ASI

Daun bangun-bangun sudah dipercaya sejak dulu dapat melancarkan produksi ASI pada ibu
menyusui, terutama di daerah Toba, Sumatera Utara. Beberapa penelitian pun sudah
membuktikan khasiat daun bangun-bangun sebagai laktogogue ini, meski penelitian baru sebatas
dilakukan pada hewan percobaan.Manfaat daun bangun-bangun ini mirip dengan khasiat daun
katuk yang terbukti dapat meningkatkan produksi ASI hingga 50 persen. Apalagi, penggunaan
laktogogue herbal sangat aman untuk ibu menyusui dan minim efek samping.Dengan
mengonsumsi daun bangun-bangun, maka ibu menyusui tidak perlu meminum obat pelancar ASI
kimiawi. Obat tersebut di antaranya metoklopramid, domperidone, sulpirid, dan klorpromazin
yang dilaporkan memiliki efek samping bagi ibu maupun bayinya.

 Meningkatkan kualitas ASI

Bukan hanya kuantitasnya yang meningkat, kualitas ASI juga akan meningkat dengan konsumsi
daun bangun-bangun. Pasalnya, daun bangun-bangun dapat meningkatkan kadar zat besi, kalium,
seng, dan magnesium dalam ASI sehingga berat badan bayi akan meningkat.

 Mempercepat pemulihan ibu pascamelahirkan

Manfaat daun bangun-bangun ini terutama didapat dari kandungan zat besi di dalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian Kementan RI, daun bangun-bangun dapat
dijadikan sumber zat besi nonheme yang dapat mempercepat pemulihan rahim bayi
dilahirkan.Penelitian lain mengungkap bahwa kandungan zat besi ini dapat mencegah anemia
pada manusia. Hal ini sangat dibutuhkan oleh ibu pascamelahirkan selama menjalani masa nifas.

 Bersifat antiseptik

Ketika diolah menjadi minyak atsiri, manfaat daun bangun-bangun adalah sebagai zat antiseptik
karena kandungan saponin, flavonoid, dan polifenol di dalamnya. Sebagai minyak atsiri, daun
bangun-bangun juga dapat dimanfaatkan untuk melawan infeksi cacing di tubuh manusia.

 Mengatasi penyakit lainnya

Penggunaan daun bangun-bangun di masyarakat juga bisa sebagai obat alternatif untuk
menyembuhkan berbagai masalah kesehatan. Mulai dari mengobati sariawan, demam, batuk,
asma, kembung, hingga penyakit ayan maupun aprodisiak.Manfaat daun bangun-bangun ini
berhubungan dengan kandungan lainnya yang berupa vitamin C, betakaroten, niacin, hingga
serat.
2.3 Apakah daun bangun bangun sudah di akui di dunia kesehatan

Anda mungkin juga menyukai