DI SUSUN OLEH :
SELFI ILFIA
P00324022069
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik,
hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Makalah
Laporan Penelitian Pemberian Obat Herbal Tradisional Pereda Batuk Pilek Pada Balita Di
Suku Jawa, Banyumas” dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi guru terbaik dan menjadi suri tauladan bagi umat Islam
di seluruh dunia ini.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi syarat penilaian pada tugas mata kuliah
‘Antropologi Kesehatan”, dan penulis harap makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis
sendiri maupun para peserta didik lainnya.
Dalam menyusun makalah ini pula, penulis berusaha sebaik mungkin untuk
mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik buku-buku yang telah direkomendasikan
oleh dosen sendiri maupun lewat website-website yang terpercaya. Dan penulis ucapkan
banyak terimakasih untuk ibu dosen penulis, Ibu Sitti Aisa, AM. Keb., M. Pd. atas pengajaran
dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam mata kuliah ‘Antropologi
Kesehatan’ ini dan dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis, berkenaan
dengan pembuatan makalah ini agar bisa menjadi lebih baik lagi. Atas perhatiannya, penulis
ucapkan banyak terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................4
A. Batuk...............................................................................................................................4
B. Pilek.................................................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................24
METODE PENELITIAN.........................................................................................................24
A. Jenis Penelitian..............................................................................................................24
BAB IV....................................................................................................................................27
iii
C. Hasil Dan Pembahasan Jurnal.......................................................................................27
BAB V......................................................................................................................................32
PENUTUP................................................................................................................................32
A. Kesimpulan...................................................................................................................32
B. Saran..............................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat herbal telah diterima secara luas di Negara berkembang dan di negara maju.
Herbal merupakan tanaman obat yang tumbuh dan dibudidayakan di Indonesia. Herbal asli di
Indonesia telah digunakan sejak dapat dahulu sebagai beberapa upaya. Pemanfaatan tanaman
herbal dimaksudkan untuk upaya promotif, preventif, kuratif, rahabilitatif, dan paliatif. Obat
herbal juga merupakan obat tradisional jika digunakan secara turun temurun (Menkes, 2015).
Penggunaan obat herbal tradisional dinilai lebih aman daripada penggunaan obat
modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relative lebih
sedikit daripada obat modern (Sumayyah, 2017). Masyarakat Indonesia terutama Jawa
sampai sekarang masih memanfaatkan obat herbal trsdisional karena diyakini membantu
kesulitan kesehatan terutama bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan. Hal itu terjadi karena
alam edesaan masih mudah untuk mendapatkan banyak bahan tanaman yang berkhasiat
sebagai obat (Mulyani, 2015).
Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia
dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu
usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah. Balita adalah masa
anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu
pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan
kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu
menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya.
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan
pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
Balita merupakan kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap penyakit. Pada
kelompok tersebut membutuhkan pertahanan tubuh yang tinggi dan gizi yang memadai
sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan (Mitayani, 2010) Penyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun artinya seorang balita rata-rata
mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Batuk dan pilek merupakan
gejala Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada anak usia di bawah 5 tahun. Batuk secara
refleks dapat menjadi faktor protektif menjaga saluran pernafasan dari obstruksi zat
berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Hidung ditutupi oleh jaringan halus yang disebut
mukosa dan menghasilkan lendir untuk melindungi hidung. Apabila jaringan ini teriritasi
1
maka akan membengkak dan menghasilkan banyak lendir yang menyumbat hidung
(Marhamah, 2012).
Berdasarkan data primer dinas kependudukan, jumlah penduduk di Kecamatan
Purwojati pada tahun 2017 berdasarkan Statistik data kependudukan Jawa Tengah yaitu
sebesar 43.157 penduduk dengan 21.820 penduduk laki-laki dan 21.337 perempuan. Jumlah
balita yang ada sebanyak 421 dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak 231 dan perempuan
190 balita. Wilayah Kerja Puskesmas Purwojati terdapat 258 balita penderita ISPA terutama
batuk pilek (DKK Banyumas, 2017). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Obat Herbal Tradisional Pereda Batuk Pilek pada
Balita,” sehingga dapat mendorong pemanfaatan obat herbal asli Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari makalah laporan yang disusun ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Jelaskan konsep mengenai batuk pilek !
2. Konsep-konsep apa saja yang ada dalam pengobatan ?
3. Apakah di Suku Jawa terdapat fasilitas kesehatan yang memadai dan mendukung
adanya bantuan kesehatan untuk ditangani ?
4. Sejauh manakah pengetahuan masyarakat Jawa mengenai pengobatan medis dan
pengobatan non medis (tradisional) ?
5. Apakah yang dilakukan masyarakat Jawa pada balita yang mengalami batuk pilek serta
sejauh manakah pengetahuan mereka terkait hal tersebut ?
6. Adakah kesesuain fakta dan perilaku antara perkataan narasumber atau masyarakat dari
jurnal dan wawancara langsung mengenai batuk pilek pada balita dan cara
pengobatannya ?
C. Tujuan Penelitian
2
4. Mengevaluasi pemahaman masyarakat Jawa mengenai jenis-jenis pengobatan pada
balita
5. Mengobservasi tindakan-tindakan masyarakat Jawa dalam penanganan batuk pilek pada
balita
6. Meninjau ulang untuk memastikan adanya kesesuaian fakta dan tidakan penanganan
involusi uterus di masyarakat Jawa dari narasumber di jurnal dan wawancara langsung
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat baik
secara teortis maupun praktis pada penulis tersendiri maupun pembaca. Secara teoritis,
penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan yang
lebih luas, khususnya terhadap cara dan penanganan batuk pilek pada balita yang terdiri atas
pengobatan medis terlebih juga terhadap pengobatan tradisionalnya.
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi Poltekkes Kemenkes Kendari,
khususnya bagi Jurusan Kebidanan dalam memilih metode atau strategi, memahami serta
mengimplementasikan cara-cara pengobatan yang tepat dan terbukti berhasil secara medis
baik itu dari bahan-bahan alamiah langsung (tradisional) ataupun yang dibuat secara
kimiawi (medis/modern) untuk membantu penanganan dan pengobatan masyarakat yang
merupakan ruang lingkupnya sendiri terkhusus kesehatan ibu dan anak.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Batuk
Batuk adalah tindakan refleks yang dilakukan untuk membersihkan tenggorokan dari
lendir atau iritasi akibat benda asing. Namun, beberapa kondisi kesehatan juga bisa
menyebabkan seseorang lebih sering untuk batuk. Sebagian besar gejala akan hilang atau
setidaknya membaik secara signifikan dalam waktu dua minggu. Namun, ada juga yang
berlangsung kurang dari tiga minggu yang kemudian disebut sebagai batuk akut.
Jika batuk berlangsung antara tiga dan delapan minggu, membaik pada akhir periode
itu, itu dianggap batuk subakut. Batuk terus-menerus yang berlangsung lebih dari delapan
minggu adalah batuk kronis.
Berikut ini beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk
mengalami batuk:
Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, baik sementara maupun
permanen. Berikut ini beberapa penyebabnya :
1) Membersihkan Tenggorokan
Biasanya batuk jenis ini relatif jarang terjadi, tetapi intensitas akan
meningkat seiring dengan paparan bahan iritan seperti asap.
4
Penyebab yang paling umum adalah infeksi saluran pernapasan, seperti
pilek atau flu. Infeksi saluran pernapasan biasanya disebabkan oleh virus dan
dapat berlangsung dari beberapa hari hingga seminggu. Infeksi yang
disebabkan oleh flu mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh
dan terkadang memerlukan antibiotik.
3) Meroko
4) Asma
Penyebab umum pada anak kecil adalah asma. Biasanya, batuk asma
melibatkan mengi, sehingga mudah untuk diidentifikasi. Eksaserbasi asma
harus mendapat pengobatan menggunakan inhaler. Ada kemungkinan bagi
anak-anak untuk sembuh dari asma seiring bertambahnya usia.
Beberapa obat akan menyebabkan batuk, meskipun ini umumnya merupakan efek
samping yang jarang terjadi. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, yang biasa
digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan kondisi jantung dapat menyebabkan
kondisi ini. Dua dari yang lebih umum adalah :
1) Zestril (lisinopril)
2) Vasotec (enalapril)
Kondisi umum lainnya yang dapat menyebabkan batuk kronis adalah penyakit
refluks gastroesofageal (GERD). Pada kondisi ini, isi lambung mengalir kembali ke
5
kerongkongan. Aliran balik ini merangsang refleks di trakea yang menyebabkan orang
tersebut batuk.
Sebagian besar akan sembuh atau setidaknya membaik secara signifikan, dalam
waktu dua minggu. Jika kamu mengalami batuk yang tidak kunjung membaik dalam jangka
waktu tersebut, temui dokter, karena ini mungkin merupakan gejala dari masalah yang lebih
serius.
Jika gejala tambahan berkembang, hubungi dokter sesegera mungkin. Gejala yang
harus diwaspadai, antara lain:
1) Demam;
2) Nyeri dada;
3) Sakit kepala;
4) Kantuk;
5) Kebingungan;
Batuk darah atau kesulitan bernapas memerlukan perhatian medis darurat segera.
Selain itu, ada beberapa alasan lain untuk segera menemui dokter saat mengalami batuk,
antara lain :
Jika dokter memutuskan bahwa batuk disebabkan oleh pilek atau flu biasa, saran
umumnya adalah istirahat, minum banyak cairan, dan biarkan sembuh dengan sendirinya.
Dalam sebagian besar kasus, batuk seperti itu akan hilang setelah 1–2 minggu.
Namun, batuk yang disebabkan oleh infeksi virus yang berlangsung selama lebih
dari beberapa minggu mungkin memerlukan perhatian medis. Dokter mungkin juga akan
meminta kamu melakukan beberapa tes diagnostik, seperti rontgen dada, sampel dahak dapat
dikirim ke laboratorium untuk dianalisis guna menentukan apa yang menyebabkan infeksi.
6
Pasien mungkin diminta untuk bernapas masuk dan keluar dari tabung yang
terpasang pada mesin. Ini akan membantu dokter menentukan apakah saluran udara
mengalami obstruksi (tes ini disebut spirometri), yang umum terjadi pada asma atau
emfisema. Jika asma didiagnosis, pasien dapat diresepkan obat asma. Terkadang, dokter juga
mungkin merujuk pasien ke spesialis paru-paru atau telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).
Batuk dapat diobati dengan berbagai cara, tergantung pada penyebabnya. Untuk
orang dewasa yang sehat, sebagian besar perawatan akan melibatkan perawatan di rumah.
Batuk yang disebabkan oleh virus tidak dapat diobati dengan antibiotik. Namun,
kamu dapat menenangkannya dengan cara berikut :
Jika dokter tidak dapat menemukan penyebab batuk, mereka mungkin meminta
melakukan tes tambahan. Ini dapat mencakup :
7
Sangat jarang batuk menjadi satu-satunya gejala masalah jantung, tetapi dokter
mungkin meminta ekokardiogram untuk memastikan jantung berfungsi dengan benar dan
tidak menyebabkan batuk.
Ada beberapa cara untuk mencegah batuk yang bisa kamu lakukan, antara lain:
1) Berhenti Merokok
2) Perubahan Pola Makan
3) Mengatasi Kondisi Medis
B. Pilek
Pilek adalah kondisi yang terjadi pada seseorang saat pengidapnya mengeluhkan
adanya hidung tersumbat dan berair. Umumnya kondisi ini disebabkan oleh infeksi
atau alergi sehingga bisa mengganggu aktivitas pengidapnya sehari-hari. Gangguan ini
sebenarnya adalah infeksi virus pada saluran pernapasan bagian atas dan disebabkan oleh
virus.
Pilek mudah menyebar dari satu orang ke orang lain atau saat menyentuh permukaan
yang terpapar virus. Mereka dapat hidup di permukaan suatu benda dalam waktu yang lama.
Maka dari itu, pengidapnya perlu berada di rumah hingga benar-benar sembuh agar tidak
menyebarkan ke orang lain.
Ada banyak virus pernapasan yang dapat menjadi penyebab pilek, tetapi jenis yang
paling umum adalah rhinovirus. Virus ini juga dapat memicu serangan asma dan kerap
dihubungkan dengan infeksi sinus dan telinga. Beberapa jenis virus lainnya yang dapat
menyebabkan pilek adalah virus pernapasan syncytial, virus parainfluenza, adenovirus,
coronavirus, dan metapneumovirus.
1) Infeksi bakteri.
2) Alergi, terpapar zat yang memicu alergi seperti debu atau bulu binatang.
3) Efek samping obat-obatan.
4) Paparan udara dingin atau kering, kondisi ini bisa mengubah keseimbangan cairan di
dalam saluran hidung.
8
Faktor risiko yang menyebabkan seseorang rentan mengalami pilek antara lain
adalah:
1) Anak-anak berusia kurang dari 6 tahun memiliki risiko yang tinggi dibandingkan
dengan orang dewasa.
2) Orang-orang dengan sistem imun kurang baik, contohnya seseorang yang memiliki
penyakit kronik.
3) Kebiasaan merokok.
4) Berada di lingkungan yang banyak orang mengidap pilek.
5) Kurang tidur, karena bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh.
6) Faktor cuaca: Anak-anak dan orang dewasa lebih rentan terkena pilek saat cuaca
sedang dingin. Di Indonesia layaknya musim hujan.
7) Kelembaban yang rendah mampu menyebabkan saluran hidung kering yang lebih
rentan terhadap virus flu.
1) Nyeri kepala.
2) Berkurangnya daya penciuman dan pengecapan.
3) Nyeri menelan.
4) Gatal pada tenggorokan.
5) Nyeri pada wajah.
6) Mata berair.
7) Nyeri telinga.
8) Nyeri otot dan sendi.
9) Nafsu makan menurun.
10) Rasa lemas pada tubuh.
11) Badan atau kepala yang terasa tidak nyaman.
12) Demam ringan.
1) Gejala yang dirasakan semakin parah atau tidak membaik meski sudah minum obat.
9
2) Demam di atas 38,5 C dan terjadi lebih dari tiga hari.
3) Demam kambuh kembali setelah sembuh.
4) Alami sesak napas.
5) Kesulitan bernapas atau mengi.
6) Sakit tenggorokan yang parah, sakit kepala, atau sakit sinus.
Anak-anak juga perlu mendapatkan bantuan medis jika mengalami beberapa gejala
berikut:
1) Demam dengan suhu 38 C pada bayi baru lahir hingga usia 12 minggu.
2) Demam yang terjadi lebih dari dua hari pada anak di semua usia.
3) Alami sakit kepala, sakit tenggorokan, atau batuk.
4) Kesulitan bernapas atau mengi.
5) Alami sakit telinga.
6) Anak rewel yang parah.
7) Alami rasa kantuk yang tidak biasa.
8) Nafsu makan menurun.
Pada pilek, pemeriksaan penunjang tidak memiliki peranan penting, kecuali jika
dicurigai penyebab terjadinya pilek adalah suatu infeksi. Maka pemeriksaan untuk mencari
alergen dapat dilakukan. Pemeriksaan dapat melalui pemeriksaan laboratorium darah, dan
dapat dilakukan dengan pemeriksaan patch test atau prick test.
10
5) Menjaga agar suhu ruangan tidak terlalu dingin.
Jika pilek terbukti disebabkan oleh alergi, pengidapnya perlu menghindari alergen
yang menjadi pemicunya. Beberapa pemicu pilek, seperti debu, udara dingin, dan pollen.
Pastikan juga untuk mengonsumsi obat anti-alergi untuk mengurangi gejala dari pilek akibat
alergi.
Meskipun infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya, pilek pada anak-anak perlu
diwaspadai dan diberikan perhatian. Pasalnya, pilek yang tidak diobati ini dapat semakin
parah dan menyebabkan komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, seperti infeksi
telinga atau infeksi sinus. Hal ini dapat menjadi sebuah pemicu timbulnya serangan asma
bagi pengidap asma.
Pencegahan pilek akibat infeksi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai
berikut:
Sedangkan pilek akibat alergi dapat dicegah dengan menjauhi alergen. Jika alergen
adalah sesuatu yang sulit dihindari seperti debu, maka pengidap disarankan untuk
menggunakan masker supaya paparan terhadap debu dapat berkurang.
Pengobatan atau yang bisa disebut terapi merupakan kegiatan untuk membersihkan
tubuh dari penyakit, biasanya diketahui dengan cara diagnosa. Artinya terapi atau
pengobatan dianggap jalan untuk menyehatkan, disamping itu sesuai dengan ketentuan
untuk pengobatan dan kaitannya dengan agama, kebiasaan, serta adat istiadat yang berlaku
pada masyarakat pendukungnya. Terlepas dari ketentuan tersebut, pengobatan sebenarnya
11
bukan hanya sebuah penyembuhan saja tetapi ada kaitan serta hubungan vertikal maupun
orizontal, hubungan tersebut terdiri dua sisi, yang berobat dan yang mengobati. Kedua
hubungan tersebut berkaitan juga dengan sang pencipta sebagai tujuan akhir dari
pengobatan tersebut.
Pengobatan terdapat dua macam tata cara pengobatannya, yaitu pengobatan secara
medis dan pengobatan secara non medis. Pengobatan secara medis ialah pengobatan yang
dilakukan oleh tenaga medis dan dilakukan oleh orang yang memahami dan menguasai di
dalam medis seperti dokter, bidan, dan lain-lain. Sedangkan pengobatan secara non medis
ialah pengobatan yang dilakukan oleh tenaga yang bukan non medis contohnya seperti
dukun atau orang pandai. Dukun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna,
dan sebagainya) (KBBI Edisi V, 2006).
Atau penjelasan lainnya, pengobatan tersendiri terdiri atas dua jenis cara dan
tindakan, yakni pengobatan secara medis (modern) dan pengobatan secara non medis atau
etnomedicine (tradsional). Hal ini didasari pada perkembangan zaman dan teknologi yang
semakin canggih serta kepercayaan masyarakat dan kebudayaan yang dianut oleh mereka,
sehingga timbul dua jenis cara pengobatan tersebut.
Baik pengobatan secara medis dan yang non medis, tidaklah ada masalah dalam
konsep dasar pengobatannya selama tindakan yang dilakukan tidak melampaui batasan-
batasan yang ada dalam mengobati dan menangani penyakit seseorang. Bila tindakan yang
dilakukan bukannya menyembuhkan tetapi malah membahayakan, maka entah itu
pengobatan medis (modern) maupun non medis harus dihentikan dan mencari pengobatan
yang lainnya yang terbukti benar dengan efek samping seminimal mungkin. Untuk lebih
memahami tentang konsep dari pengobatan secara medis (modern) dan pengobatan secara
non medis atau etnomedicine (tradisional), perhatikan penjelasan berikut ini.
1. Pengobatan Medis (Modern)
Pengobatan modern merupakan cara-cara pengobatan yang dilakukan
berdasarkan penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek.
biasanya pengobatan medis menggunakan beberapa terapan disiplin ilmu pengetahuan
dalam mengobati sebuah penyakit, cara pemeriksaan dan diagnose penyakit pun lebih
akurat daripada pengobatan tradisional.
Selain itu obat yang gunakan dalam pengobatan medis semuanya merupakan
hasil uji klinis yang mendalam dan memiliki fungsi yang dapat dibuktikan secara
12
ilmiah. Pengobatan modern memiliki sebuah prosedur yang sesuai dan terus di
tingkatkan seiring dengan kemajuan teknologi.
Saat ini, obat modern memiliki jawaban untuk mendeteksi dan mengobati
sejumlah besar dari berbagai kondisi medis, terutama yang di picu oleh bakteri, virus
dan jenis lain dari penyebab infeksi atau penyakit. Banyak penyakit yang dulunya tidak
dapat disembuhkan dan berakhir pada kematian tetapi sekarang mudah untuk
disembuhkan antara lain batuk rejan, difteri, cacar, dan penyakit lainnya.
Pengobatan modern biasanya cenderung mengabaikan aspek-aspek spiritual,
sosial dan keyakinan seseorang. Ini semacam ketidakpuasan menyebabkan peningkatan
yang signifikan jumlah orang yang masih mengandalkan pengobatan tradisional untuk
mengatasi masalah kesehatan mereka. Semua ini terjadi meskipun fakta bahwa tidak
ada bukti ilmiah terhadap metode pengobatan tradisional yang dapat memberikan hasil
yang memuaskan. kepercayaan dan keyakinan merupakan sebuah faktor penting dalam
pengobatan.
Ada sejumlah besar orang yang menderita kekurangan dimensi spiritual dalam
kehidupan mereka. Mereka tidak dapat terhubung ke beberapa makna yang lebih besar
dan itu adalah salah satu alasan utama mengapa mereka sering mengandalkan praktisi
pengobatan tradisional yang dapat mengurus semua dimensi yang berbeda dari
kehidupan mereka. Orang-orang ini percaya pada fakta bahwa kesehatan dan
keseluruhan seseorang tidak hanya mengandalkan pada kesuksesan menghilangkan
beberapa penyakit di dalam tubuh manusia.
Adapun beberapa kelebihan pengobatan medis (modern) ialah sebagai berikut :
a) Dilakukan berdasarkan penelitian ilmiah dan pengkajian ilmiah yang
mendalam.
b) Cara pemeriksaan dan diagnosis penyakit lebih akurat daripada
pengobatan tradisional.
c) Menggunakan beberapa terapan disiplin ilmu pengetahuan dalam
mengobati sebuah penyakit.
d) Dan lainnya.
Sedangkan kekurangan dari pemakaian pengobatan medis (modern) ialah
sebagai berikut :
a) Memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan obat tradisional,
seperti sakit kepala, nyeri otot, memburuknya fungsi hati, mual,
gangguan pencernaan, gangguan pada sistem saraf, gangguan pada
13
sistem pernapasan, gangguan pada sistem kardiovaskular, gangguan
pada sistem reproduksi dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
b) Harga obat modern yang lebih mahal dibandingkan obat tradisional.
c) Tidak semua jenis penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan
modern.
d) Dan sebagainya.
Beberapa contoh obat medis modern yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari :
Penggunaan obat modern harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan
dosis yang dianjurkan oleh dokter atau apoteker untuk meminimalisir efek samping
yang mungkin terjadi.
Berikut adalah beberapa cara memilih obat modern yang tepat untuk kondisi
medis tertentu:
14
a) Konsultasikan dengan dokter atau apoteker mengenai obat yang tepat
untuk kondisi medis tertentu.
b) Pastikan untuk membaca label obat dan petunjuk penggunaannya
dengan teliti.
c) Perhatikan dosis yang dianjurkan dan jangan melebihi dosis yang
dianjurkan.
d) Jangan menggunakan obat yang sudah kadaluarsa.
e) Beritahu dokter atau apoteker mengenai riwayat alergi atau efek
samping yang pernah dialami sebelumnya.
f) Jangan menggunakan obat yang tidak diresepkan oleh dokter atau
apoteker.
15
a) Tujuan Pengobatan Tradisional
Tujuan dari pelaksanaan pengobatan tradisional adalah :
1) Tujuan Umum
Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara
tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan paripurna, dalam
rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan
demikian pengobatan tradisional merupakan salah satu alternatif yang
relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan
berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan
tradisional tersebut.
2) Tujuan Khusus
i. Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga
masyarakat terhindar dari dampak negatif karena pengobatan
tradisional.
ii. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional.
iii. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan
kesehatan.
iv. Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program
pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga,
puskesmas sampai pada tingkat rujukannya (Zulkifli, 2004).
b) Pengobat Tradisional
Menteri Kesehatan (2003) membagi pengobat tradisional (Battra) menjadi
beberapa jenis, yaitu:
1) Pengobat Tradisional Keterampilan. Pengobat tradisional ketrampilan
adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan/atau perawatan
tradisional berdasarkan ketrampilan fisik dengan menggunakan
anggota gerak dan/atau alat bantu lain, antara lain:
i. Battra pijat urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dan/atau perawatan dengan cara mengurut/memijak
bagian atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk penyegaran relaksasi
otot, hilangkan capai, juga untuk mengatasi gangguan kesehatan
atau menyembuhkan suatu keluhan atau penyakit. Pemijatan ini
16
dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan, telapak
tangan, siku, lutut, tumit atau dibantu alat tertentu antara lain
pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat tunanetra, dsb.
ii. Battra patah tulang adalah seseorang yang memberikan
pelayanan pengobatan dan/atau perawatan patah tulang dengan
cara tradisional. Disebut dukun potong (Madura), sangkal putung
(Jawa), sandro pauru (Sulawesi Selatan).
iii. Battra sunat adalah seseorang yang memberikan pelayanan sunat
(sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah
berbeda seperti bong supit (Yogya), bengkong (Jawa Barat). Asal
ketrampilan umumnya diperoleh secara turun temurun.
iv. Battra dukun bayi adalah seseorang yang memberikan
pertolongan persalinan ibu sekaligus memberikan perawatan
kepada bayi dan ibu sesudah melahirkan selama 40 hari. Di Jawa
Barat disebut paraji, dukun rembi (Madura), balian manak (Bali),
sandro pammana (Sulawesi Selatan), sandro bersalin (Sulawesi
Tengah), suhu batui di Aceh.
v. Battra Pijat Refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dengan cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu
lainnya pada zona-zona refleksi terutama pada telapak kaki
dan/atau tangan.
vi. Akupresuris adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dengan pemijatan pada titik-titik akupunktur dengan
menggunakan ujung jari dan/atau alat bantu lainnya kecuali
jarum.
vii. Akupunkturis adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dengan perangsangan pada titik-titik akupunktur
dengan cara menusukkan jarum dan sarana lain seperti elektro
akupunktur.
viii. Chiropractor adalah seseorang yang melakukan pengobatan
practor adala kiropraksi (Chiropractie) dengan cara teknik khusus
untuk gangguan otot dan persendian.
ix. Battra lainnya yang metodenya sejenis.
17
2) Pengobat Tradisional Ramuan
Pengobat tradisional ramuan adalah seseorang yang melakukan
pengobatan dan/atau perawatan tradisional dengan menggunakan
obat/ramuan tradisional yang berasal dari tanaman (flora), fauna, bahan
mineral, air, dan bahan alam lain, antara lain:
i. Battra ramuan indonesia (jamu) adalah seseorang yang
memberikan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan dengan
menggunakan ramuan obat dari tumbuh-tumbuhan, hewan,
mineral dan lainlain, baik diramu sendiri, maupun obat jadi
tradisional Indonesia.
ii. Battra gurah adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dengan cara memberikan ramuan tetesan hidung,
yang berasal dari larutan kulit pohon sengguguh dengan tujuan
mengobati gangguan saluran pernafasan atas seperti pilek,
sinusitis, dan lain-lain.
iii. Shinshe adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dan/atau perawatan dengan menggunakan ramuan
obat-obatan tradisional Cina. Falsafah yang mendasari cara
pengobatan ini adalah ajaran "Tao (Taoisme)" di mana dasar
pemikirannya adalah adanya keseimbangan antara unsur Yin dan
unsur Yang.
iv. Tabib adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan
dengan ramuan obat tradisional yang berasal dari bahan alamiah
yang biasanya dilakukan oleh orang- orang India atau Pakistan.
v. Homoeopath adalah seseorang yang memiliki cara pengobatan
dengan menggunakan obat/ramuan dengan dosis minimal (kecil)
tetapi mempunyai potensi penyembuhan tinggi, dengan
menggunakan pendekatan holistik berdasarkan keseimbangan
antara fisik, mental, jiwa dan emosi penderita.
vi. Aromatherapist adalah seseorang yang memberikan perawatan
dengan menggunakan rangsangan aroma yang dihasilkan oleh
sari minyak murni (essential oils) yang didapat dari sari tumbuh-
tumbuhan (ekstraksi dari bunga, buah, daun, biji, kulit,
18
batang/ranting akar, getah) untuk menyeimbangkan fisik, pikiran
dan perasaan.
vii. Battra lainnya yang metodenya sejenis.
c) Obat Tradisional
Pengertian obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Menurut salan (2009) terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dalam
menggunakan ramuan tradisional, yaitu:
1) Pada umumnya harga ramuan tradisional lebih murah jika
dibandingkan dengan obat-obatan buatan pabrik, karena bahan baku
obat-obatan buatan pabrik sangat mahal dan harganya sangat
tergantung pada banyak komponen.
2) Bahan ramuan tradisional sangat mudah didapatkan di sekitar
lingkungan, bahkan dapat ditanam sendiri untuk persediaan keluarga.
3) Pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat dibuat di
dapur sendiri tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang besar.
Hal tersebut sangat berbeda dengan obat-obatan medis yang telah
dipatenkan, yang membutuhkan peralatan canggih dalam proses
19
pembuatannya dan butuh waktu sekitar 25 tahun agar diakui oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 661 Tahun 1994 tentang
Persyaratan Obat Tradisional, obat tradisional terbuat dari campuran berbagai
tumbuhan yang dapat dibuat menjadi bentuk sediaan yang bervariasi, di antaranya
adalah:
1) Rajangan, adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia,
campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik,
yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan
dengan air panas. Disimpan dalam wadah tertutup baik, pada suhu
kamar, di tempat kering dan terlindung dari sinar matahari.
2) Serbuk, adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen
dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia,
sediaan galenik, atau campurannya.
3) Pil, adalah sediaan padat obat tradisional berupa masa bulat, bahan
bakunya berupa serbuk simplia, sediaan galenik, atau campurannya.
4) Dodol atau jenang, adalah sediaan padat obat tradisional, bahan
bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya.
5) Pastiles, adalah sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih
umumnya berbentuk segi empat, bahan bakunya berupa campuran
serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campuran keduanya.
6) Kapsul, adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang
keras atau lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan
atau tanpa bahan tambahan.
7) Tablet, adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara
kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain,
kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari sediaan galenik
dengan atau tanpa bahan tambahan.
8) Cairan obat dalam, merupakan sediaan obat tradisional berupa larutan
emulsi atau suspensi dalam air, bahan bakunya berasal dari serbuk
simplisia atau sediaan galenik dan digunakan sebagai obat dalam.
20
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor: Hk.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat bahan alam Indonesia adalah obat
bahan alam yang diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis
klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia
dikelompokkan menjadi jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
1) Jamu
Jamu harus memenuhi kriteria :
i. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
ii. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
iii. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku 100%
Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian
tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum
dan medium. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata:
"Secara tradisional digunakan untuk.....” atau sesuai dengan yang disetujui
pada pendaftaran.
Kelompok Jamu untuk pendaftaran baru harus mencantumkan logo
dan tulisan "JAMU". Logo berupa "ranting daun terletak dalam
lingkaran", dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari
wadah/pembungkus/brosur. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak
dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo. Tulisan "JAMU" harus jelas dan
mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan "JAMU".
21
Obat Herbal Terstandar harus mencantumkan logo dan tulisan
"OBAT HERBAL TERSTANDAR". Logo berupa "jari-jari daun (3
pasang) terletak dalam lingkaran" dan ditempatkan pada bagian atas
sebelah kiri dari wadah/pembungkus/brosur. Logo (jari-jari daun dalam
lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo. Tulisan "OBAT
HERBAL TERSTANDAR" harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan
warna hitam diatas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok
kontras dengan tulisan "OBAT HERBAL TERSTANDAR".
3) Fitofarmaka
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria :
i. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
ii. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik.
iii. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi.
iv. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium
dan tinggi.
Kelompok fitofarmaka harus mencantumkan logo dan tulisan
"FITOFARMAKA". Logo berupa "jari-jari daun (yang kemudian
membentuk bintang) terletak dalam lingkaran", dan ditempatkan pada
bagian atas sebelah kiri dari wadah/pembungkus/brosur. Logo (jari-jari
daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo. Tulisan
"FITOFARMAKA" harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna
hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras
dengan tulisan "FITOFARMAKA".
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus
(case study). Studi Kasus berasal dari terjemahan dalam bahasa Inggris “A Case Study” atau
“Case Studies”. Kata “Kasus” diambil dari kata “Case” yang menurut Kamus Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1989; 173), diartikan sebagai 1).
“instance or example of the occurance of sth., 2). “actual state of affairs; situation”, dan 3).
“circumstances or special conditions relating to a person or thing”. Secara berurutan artinya
ialah 1). contoh kejadian sesuatu, 2). kondisi aktual dari keadaan atau situasi, dan 3).
lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu.
23
Herdiansyah (2015) menjelaskan penelitian studi kasus merupakan rancangan
penelitian yang bersifat komprehensif, intens, memerinci, dan mendalam, serta lebih
diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah – masalah atau fenomena yang bersifat
kontemporer (berbatas waktu).
Dan wawancara langsung kepada 3 (tiga) narasumber dengan memperhatikan 3 (tiga)
aspek pewawancara, yakni :
1) Orang yang mengetahui
2) Orang yang berpengalaman
3) Orang yang pernah praktik atau melakukannya.
Sehingga, wawancara langsung ini dilakukan kepada masyarakat suku Jawa yang
terdiri atas :
1) Mbak Dewi, gedog (dukun bayi) berusia 68 tahun
Merupakan informan pertama yang berupa seorang dukun bayi (gedog) di suku Jawa
yang menjadi dukun bayi sudah 37 tahun lamanya, dengan ilmu yang diwariskan dari
leluhurnya. Yang kemudian beliau terapkan pada pasien atau masyarakat didaerahnya
dalam penyembuhan berbagai macam penyakit pada bayi dan balita seperti salah
satunya ungkris-ungkrisen atau batuk pilek. Ini sudah dilakukannya pada bayi dengan
jumlah keseluruhan 57 bayi termasuk balita didalamnya.
2) Aryapoetra, tokoh masyarakat berusia 60 tahun
Beliau adalah informan kedua yang merupakan tokoh adat dan tetua yang
mengajarkan dan melestarikan budaya dan adat suku Jawa yang juga berpengalaman
dalam pengobatan tradisional terhadap penyembuhan ungkris-ungkrisen pada balita.
Beliau telah banyak membantu penyembuhan batuk pilek pada balita dengan
menggunakan pengobatan tradisional. Ini dilakukannya sejak menjadi tokoh
masyarakat dan telah melakukannya pada 30 bayi dan balita didaerahnya.
3) Ratnasari, ibu rumah tangga 34 tahun
Ini merupakan informan ketiga sekaligus merupakan anak dari informan kedua dan
ibu rumah tangga yang juga menerapakan pengobatan tradisional batuk pilek pada
anaknya ketika berusia 4 tahun dengan menerapkan ajaran dari pa’denya (informan
kedua).
24
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita dengan alergi gatal di
Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas. Subjek penelitian ini ibu yang memiliki balita alergi
gatal di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas yang berjumlah 7 orang.
Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh
data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian sosial yang lazim
digunakan adalah angket (questionnaire), wawancara (interview), observasi (observation),
documenter (secondary sources), dan tes (test) (Sanapiah Faisal, 2001: 51). Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah wawancara, dokumentasi
berupa catatan data-data dan foto penelitian, triangulasi dilakukan dengan pengecekan atau
membandingkan informasi dengan metode indepth interview terhadap kelompok informan
pendukung (sekunder) yaitu suami dari subjek penelitian dan bidan di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwojati.
Pengujian validitas data yang dipakai oleh peneliti selanjutnya adalah triangulasi
sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari informan yang berbeda-
beda dan hasil penelitian lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
25
dikumpulkan oleh peneliti. Thematic analysis telah digunakan pada beberapa penelitian
ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu perpustakaan dan informasi.
Dan teori beralas pada wawancara yang dilakukan secara langsung. Metode
kerangka kerja merupakan metode yang bisa dikatakan sedikit lebih maju dan lengkap
dibanding metode yang lain. Metode analisis ini terdiri dari beberapa tahapan. Antara lain
sosialisasi, identifikasi kerangka kerja tematik, koding, charting, pemetaan dan
penginterpretasian. Sedangkan metode teori beralas ialah berasal dari analisis satu kasus
atau kejadian guna menyusun teori. Untuk selanjutnya, beberapa kasus lainnya ditambahkan
untuk dilihat apakah kasus tersebut dapat mendukung maupun berkontribusi terhadap teori.
Metode ini membutuhkan konstruksi teori yang didasari dari proses pengumpulan
data dan proses analisis data yang diperoleh. Hal ini menjadikan metode analisis teori
beralas sebagai metode penelitian induktif.
Adapun dari wawancara langsung yang akan dilakukan, maka berikut ini ialah daftar
pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber :
1) Sudah berapa lama Anda menekuni pekerjaan tersebut ?
2) Apa yang Anda lakuakan pada balita yang terkena batuk pilek ?
3) Berapa kali Anda melakukan pengobatan tersebut ?
4) Berapa lama efektivitas penyembuhan tersebut ?
5) Apakah ada fasilitas kesehatan yang memadai bila pengobatan tersebut tidak
berhasil ?
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
26
pendukung (sekunder) yaitu suami dari subjek penelitian dan bidan di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwojati.
27
4) Dengan tindakan yang berupa : “biasane jahe ya se ruas jentik kie digeprek trus
digodok karo banyu gelas bae, diinumi pas anget-anget dadi plong irunge karo
watuke, bisa juga dibakar disit trus ditumbuk bar kue langsung digodog jeneng
wedang jahe, nek tambah gula jawa kae bocaeh langsung sregep nginume”
(Inf.1). “kunyite diparud disit dijimot sarine trus digodog karo gula jawa ben
rasane enak, ya sejentik kunyite, gulane se sendok teh nek dipotong cilik-cilik,
ditambah asem buat seger” (Inf. 2). “jeruknya niku gih buahnya dimaem
langsung, nopo diperes gih saged sesendok teras dicampur kalih madu”.
(Inf.3).“madunya dicampur sama segelas air putih anget, ya satu sendok aja,
sendok teh, airnya setengah gelas, ya seringnya madu langsung diminum
sesendok” (Inf. 4). “kencurnya ditumbuk diambil sarinya, satu umbi saja karena
itu nyegrak juga” (Inf.5).
5) Sumber informasi : “ngertine nganggo jahe ya sekang mbaeh” (Inf. 1) “tau dari
bu bidan waktu ikut penyuluhan di balai desa, ngasih tau macem-macem obat
herbal yang digunakan secara turun temurun, dari buyut juga ngasih tau tentang
obat herbal”(Inf. 4)
6) Perolehan tanaman : “jahe ya kae nanem dewek mburi umah akeh” (Inf.1)
“kunyit ya njimot neng sebelah umah, nandur dewek” (Inf.2) “jeruk nopo jeruk
nipis gih tumbas teng toko buah kathah (Inf.3) “madu ya beli” (Inf. 4)
“kencurnya nanam sendiri, soalnya butuh buat masak juga” (Inf.5)
7) Pemilihan pengobatan : “Kalau bapil itu di daerah sini masih banyak yang pakai
herbal apalagi herbal yang sudah turun-temurun jadi keluarga semakin mantep
pakai herbal. Banyak sekali yang dateng berobat tapi sebelumnya udah pernah
pake herbal, waktu itu ada yang dateng kalau batuk pilek ga sembuh-sembuh
udah 1 harian baru minta obat, setelah ditanya sebelumnya dikasih apa aja ya
bilang udah dikasih madu. Sebenarnya kami di Puskesmas penyuluhan hampir
tiap bulan sampai dengan penanaman tanaman herbal di masyarakat. Jadi
banyak yang tahu tentang tanaman herbal, bisa ngirit juga.”
Dari wawancara langsung yang telah dilakukan pada masyarakat Banyumas tanggal
17 Oktober 2023 dan wawancara langsung kepada 3 (tiga) narasumber dengan
memperhatikan 3 (tiga) aspek pewawancara, yakni :
28
1) Orang yang mengetahui
2) Orang yang berpengalaman
3) Orang yang pernah praktik atau melakukannya.
Sehingga, wawancara langsung ini dilakukan kepada masyarakat Banyumas yang
terdiri atas :
1) Mbak Dewi, gedog (dukun bayi) berusia 68 tahun
2) Aryapoetra, tokoh masyarakat berusia 60 tahun
3) Ratnasari, ibu rumah tangga 34 tahun
Dengan daftar pertanyaan sebagai berikut :
1) Sudah berapa lama Anda menekuni pekerjaan tersebut ?
2) Apa yang Anda lakukan ketika ibu mengalami involusi uteri ?
3) Berapa kali Anda melakukan pengobatan tersebut ?
4) Berapa lama efektivitas penyembuhan tersebut ?
5) Apakah ada fasilitas kesehatan yang memadai bila pengobatan tersebut tidak
berhasil ?
Sehingga mendapatkan jawaban seperti berikut ini :
1) Mbak Dewi, gedog (dukun bayi) berusia 68 tahun
a) Sudah berapa lama Anda menekuni pekerjaan menjadi dukun bayi di Banyumas ?
“Kula sampun 37 taun dados gedog, ilmu turun temurun saking leluhur.
Kang banjur daklamar kanggo nambani macem-macem penyakit ing bayi lan
balita, salah sijine yaiku ungkris-ungkrisen utawa batuk lan pilek. Aku wis
nindakake iki ing bayi kanthi total 57 bayi kalebu bocah cilik.”.
b) Apakah ada fasilitas kesehatan yang memadai bila pengobatan tersebut tidak
berhasil ?
“Ing kene akeh puskesmas lan bidan, mbak-mbak, yen gelem, malah ana
sing bisa mlaku, gumantung ibune arep berobat apa ora. Kajaba iku, kita tansah
diwenehi saran babagan tanduran jamu sing bisa digunakake, supaya bisa nyuda
biaya sing ditindakake”.
Dalam perbandingan antara informasi yang didapat dari informan jurnal dan
wawancara langsung terdapat kesingkrongan informasi mengenai penggunaan pengobatan
tradisional seperti jahe, kunyit, jeruk nipis, madu, dan kencur yang digunakan untuk
mengobati batuk pilek pada balita hingga sekarang dan terbukti benar. Ini juga dikarenakan
pengobatan tradisional memiliki efek yang bagus atau mujarab dalam pengobatannya serta
minim biaya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengobatan ini masihlah bersifat aktual dan
faktual serta searah antara sifat dan perilaku dari kedua jenis informan tersebut dalam
pengobatan batuk pilek pada balita di masyarakat Jawa, Banyumas.
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab-bab diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1) Masyarakat Banyumas (Jawa) masih menggunakan pengobatan tradisional
dalam penyembuhan batuk pilek pada balita hingga sekarang
2) Adanya faskes dan akses yang mudah ditemui
31
3) Keberhasilan pengobatan tradisional yang dilakukan pada penyembuhan batuk
pilek pada balita dalam kurun waktu yang relatif cepat
4) Kesesuaian sifat dan perilaku masyarakat Jawa (Banyumas) di jurnal dan
wawancara langsung.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Atika , dkk (2020). “Obat Herbal Tradisional Pereda Batuk Pilek Pada Balita”, Jurnal
Kebidanan Indonesia, Vol 11 No 2. Juli 2020 (29-36), Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Arisandi Y., Andriani Y. 2011. Khasiat Berbagai Tanaman untuk Pengobatan Berisi 158 Jenis
Tanaman Obat. Jakarta: Eskamedia.
Husnul Fahimah Ilyas, 2016. “Traditional Herb In Culture Of Bugis Society”. Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar Jalan A.P. Pettarani No.72 Makassar,
32
Telepon (0411) 452952 Po-sel:
husnul_natalia@yahoo.com/husnullitbang@gmail.com Handphone: 081342700339
Diterima: 6 Januari 2016; Direvisi: 21 Maret 2016; Disetujui: 30 Mei 2016
Healthline. Diakses pada 2022. Why Am I Coughing?, Medical News Today. Diakses pada
2022. Coughs, National Health Service. Diakses pada 2022. Cough.
Anita, dkk (2020). “Effectiveness Of Giving Lancau Wolio Toward Uterus Involution And
Beautyaesthetic Of Postpartum Mothersin Baubau”, Journal of Healthcare
Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020 Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X.
Setyawati, Iriani (2009). “Foetus Morphology Of Mice (Mus Musculus L.) After Treated By
Andrographis Paniculata Nees Leaves Extract”, Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali
Email : iriani_wonggo@yahoo.co.id
Halili, dkk (2011). “Analisis Muatan Nilai-Nilai Moral Dalam Panduan Etika Pergaulan
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta”,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
33