Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

DI INSTITUSI; PESANTREN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas

Dosen Fasilitator : Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 3 Kelas AJ1 B26

1. Phila Ady Chandra (132235001)

2. Riska Anindya Novianti (132235060)

3. Desiana Alita Ria (132235074)

4. Maria Carmelinda O.A Effi (132235077)

5. Muhammad Irfan Pratama (132235082)

6. Anggreni Ribka Kamuri (132235088)


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, atas berkat dan rahmat-NYA makalah ini dapat dibuat dan
disampaikan tepat pada waktunya.
Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
Keperawatan Komunitas tentang ”Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas Di
Institusi; Pesantren”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Kami juga berharap dengan
adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber literature atau sumber
informasi pengetahuan bagi pembaca.
Dalam menyusun makalah ini, kami mengumpulkan bantuan dari berbagai
sumber di antaranya buku dan jurnal dari layanan internet. Oleh karena itu, kami
menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan makalah ini.

Surabaya, 28 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................
1.3 tujuan
1.2.1 Tujuan Umum 2
1.2.2 Tujuan Khusus 3
1.3 Manfaat 3
1.3.1 Manfaat Teoritis 3
1.3.2 Manfaat Praktis 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Konsep Dasar Infeksi (Infection).........................................................................................
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Etiologi 4
2.1.3 Manifestasi Klinis Infeksi Pada Lansia................................................................................
2.1.4 Pencegahan Infeksi Pada Lansia..........................................................................................
2.1.5 Penatalaksanaan Infeksi Pada Lansia...................................................................................
2.1.6 WOC Infeksi Dan Imunne Deficiensy.................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis (Infeksi Pada Lansia).............................................
2.2.1 Pengkajian 6
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan........................................................................................................
2.3 Konsep Dasar Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh (Imunno Deficiensy)..........................
2.3.1 Definisi 9
2.3.2 Klasifikasi 10
2.3.2 Etiologi 10
2.3.3 Tanda dan Gejala 11
2.3.4 Penatalaksanaan Imundefisiensi Pada Lansia....................................................................
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis (Imuune Deficiensy Pada Lansia) .13

iii
2.4.1 Pengkajian 13
2.4.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................
2.4.3 Intervensi Keperawatan......................................................................................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS............................................................................................
3.1 Pengkajian 17
3.2 Analisa Data 38
3.3 Skoring Prioritas Masalah..................................................................................................
3.4 Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................
3.5 Intervensi Keperawatan......................................................................................................
3.6 Implementasi Keperawatan................................................................................................
3.7 Evaluasi Keperawatan........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP
....................................................................................................................................
5
4.1 Kesimpulan 54
4.2 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

iv
5

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk menciptakan
suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sebagai upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalah sendiri, agar dapat
menerapkan cara cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan, (Notoadmojo, 2007). Sedangkan menurut
Depkes RI, (2007). Berpendapat bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri
dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat.
Menurut Notoatmodjo (2006) dalam Siaputra, dkk (2014) perilaku
hidup sehat adalah “perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatannya”.
Sedangkan menurut Lutan dalam Siaputra, dkk (2014) perilaku sehat adalah
“setiap tindalan mempengaruhi peluang secara langsung atau jangka
panjang semua konsekuensi fisik yang terwujud lebih baik”. Perilaku hidup
bersih dan sehat di pondok pesantren yaitu suatu upaya membudayakan
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di pondok pesantren untuk
mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri. ( Dinas
Kesehatan Lumajang, 2013)
Kebersihan dan kesehatan di pondok pesantren perlu diperhatikan. Karena
santri hidup bersama dengan orang banyak, bercampur baur dengan berbagai
macam kepribadian yang berbeda. Ada diantara mereka yang mempunyai
penyakit bawaan yang menular dan berbahaya bagi kesehatan tetapi mereka tidak
mengetahuinya. Sehingga mereka dapat tertular yang akan mengakibatkan
semuanya menderita penyakit yang sama. Suharmanto (2014). Sehingga apabila
penerapan perilaku hidup sehat tidak di lakukan dengan baik dapat menimbulkan

v
6

berbagai macam penyakit. Penyakit pada dasarnya merupakan hasil atau outcome
dari hubungan interaktif antara manusia dengan perilakunya dan kebiasaanya
dengan komponen lingkungan inilah yang memiliki potensi timbulnya bahaya
penyakit pada manusia. (Achmadi, 2013).
Menutut Michaelson dalam Public Health (2015). Berpendapat bahwa dari
aspek sanitasi pondok pesantren ada beberapa masalah yang sering terjadi,
berbagai penyakit yang umum terjadi di pondok pesantren yaitu seperti kudis,
diare, ISPA, dan lain-lain, yang kemungkinan disebabkan oleh lingkungan yang
kurang sehat. Dan selain itu pondok pesantren merupakan suatu tempat dengan
jumlah penghuni yang cukup banyak, sehingga kebutuhan air secara kualitas dan
kuantitas sangat diperlukan sebagai penunjang sanitasi lingkungan dan higine
perorangan penghuninya
Perilaku hidup bersih dan sehat di pondok pesantren pada umumnya kurang
mendapatkan perhatian khusus dari santri dan pengurus pondok pesantren,
ditambah lagi dengan pengetahuan yang kurang baik mengenai kesehatan dan
perilaku yang tidak sehat. Kurangnya perhatian dari mereka dikarenakan banyak
kemungkinan seperti kurangnya kesadaran akan kebersihan diri dan lingkungan,
kurangnya pengetahuan atau informasi tentang bagaimana berperilaku hidup yang
sehat dan juga waktu yang padat akan kegiatan sehingga membuat kebiasaan
malas untuk melakukan kebersihan diri dan lingkungan, Pada dasarnya proses
pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi,
minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari
luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan
yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi
kesehatan yang berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu,
cenderung dapat mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau
masyarakat (Notoatmodjo, 2010 yang dikutip oleh Suharmanto, 2014).
Hasil survey menurut hasil Riskesdes (2013) analisis kecenderungan secara
rerata nasional, terdapat peningkatan proporsi penduduk berperilaku cuci tangan
secara benar pada tahun 2013 (47,0%). Demikian pula dengan perilaku BAB
benar terjadi peningkatan 71,1 persen menjadi 82,6 persen. Rerata batang rokok

vi
7

yang dihisap perhari umur ≥10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu
bungkus). Proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1
persen. Proporsi rerata nasional perilaku konsumsi sayur dan atau buah 93,5
persen, tidak Nampak

vii
8

perubahan dibandingkan 2007. Menurut penelitian Handajani (2010) yang dikutip


dalam Suharmanto (2014) terhadap 70 santri didapatkan 62,9% santri yang
terkena skabies. Hal ini dikarenakan mereka saling bertukar pakaian, selimut,
handuk dan tidur bersama serta kebiasaan santri berwudhu tidak menggunakan air
kran. Dari jumlah persentase diatas terlihat bahwa kebiasaan santri untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat nampaknya belum mendapatkan hasil yang
baik, kemungkinan ini dikarenakan kebiasaan berperilaku santri yang tidak sehat
yang masih belum mendapatkan penanganan yang tepat oleh penghuni pondok
pesantren maupun perhatian petugas kesehatan yang ada.
Berdasarkan masalah yg ada , penulis tertarik untuk melakukan Asuhan
keperawatan pada Terdapat sebuah pondok pesantren yang bernama “Al-Amin”
yang didirikan oleh K.H Agus Salim sejak 20 Juli 1985 dengan jumlah santri 20
orang. Saat ini pondok pesantren “Al-Amin” yang terletak di Jawa Timur terdapat
100 santri dengan pimpinan saat ini K.H Munir.

Pondok Pesantren ini bersifat Independen dan mandiri, sudah terdapat UKS
tetapi PHBS di pesantren ini kurang seperti ruang asrama tampak gelap, tampak
pakaian dan peralatan sholat yang digantung yang menghambat masuknya cahaya
matahari. Ventilasi pada asrama kurang. Di belakang asrama siswi tampak
sampah berserakan. Ada toilet yang tidak terawat, selokan yang tidak terawat dan
kotor, serta menimbulkan bau. Kamar mandi sebagian ada yang tampak
berantakan. Melihat kondisi pondok pesantren yang seperti ini penulis merasa
tertarik ingin melakukan Asuhan Keperawatan Komunitas di pondok pesantren Al
– Amin.

viii
9

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas pada


Pesantren

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada komunitas pesantren Al-Amin.
1.2.2.2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas pesantren Al-Amin.
1.2.2.3. Menyusun perencanaan keperawatan pada komunitas pesantren Al-Amin.
1.2.2.4. Melaksanakan intervensi keperawatan pada komunitas pesantren Al-Amin.
1.2.2.5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pada komunitas pesantren Al-Amin.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan bagi mahasiswa


sehingga diharapkan mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada Komunitas
Pesantren tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok Pesantren Al –
Amin.

1.3.2 Bagi Institusi

Dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta


meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada komunitas pesantren dan
meningkatkan pengembangan profesi keperawatan.

ix
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keprawatan Komunitas


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan komunitas adalah seluruh individu, masyarakat dan
kelompok beresiko tinggi seperti kelompok bayi, balita, lansia, ibu hamil,
keluarga di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau.
( Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017 )
Perawat komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi kesehatan
populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, social dan ilmu kesehatan
masyarakat ( American Public Health Association, 1996 ). Praktik keperawatan
komunitas dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama promosi
kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit serta kecacatan untuk semua orang
melalui kondisi yang diciptakan dimana orang bisa menjadi sehat.
Proses asuhan keperawatan pada komunitas melalui prose pengkajian yang
meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan populasi dan dipandu
dengan metode epidemiologi. Jaminan yang baik dapat diperoleh melalui
peraturan – peraturan, advokasi penyedia layanan kesehatan professional untuk
menuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki oleh komunitas.
2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk mencegah dan meningkatkan
kesehataaan masyarakat melalui upaya – upaya, antara lain :
1. Pelayanan keperawatan secara langsung ( direct care ) terhadap individu,
keluarga, kelompok dalam konteks komunitas

x
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan masyarakat seluruhnya ( Health General )
dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang
dapat mempengaruhi individu, keluarga dan kelompok.
Komunitas secara spesifik individu, keluarga dan kelompok serta
masyarakat diharapkan mampu mempunyai kemampuan untuk :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3. Merumuskan masalah serta memecahkan masalah Kesehatan
4. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri ( self care ).
2.1.3 Sasaran Keperawatan Komunitas
1. Sasaran individu
Sasaran prioritas bagi individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular, ( TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA, Pneumonia ) dan penderita penyakit degenerative
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan atau resiko tinggi dengan priotitas :
a) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan seperti
puskesmas dan belum memiliki kartu jaminan Kesehatan
b) Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatann dan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan tumbuh kembang Balita, kesehatan
reproduksi, dan penyakit menular
c) Keluarga tidak termasuk miskin yang sudah mempunyai masalah kesehatan
prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
3. Sasaran kelompok
a) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam satu institusi antara lain;
Posyandu, kelompok Balita, kelompok ibu hamil, kelompok usia lanjut, kelompok
penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal

xi
b) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain; sekolah,
pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan, lembaga
pemasyarakatan.
4. Sasaran masyarakat
Adalah masyarakat yang mempunyai resiko tinggi terhadap timbulnya
masalah kesehatan, dan di prioritaskan pada masyarakat disuatu wilayah seperti
rukun tetangga, rukun warga, kelurahan / desa, yang mempunyai :
a) Jumlah balita meninggal lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
d) Masyarakat didaerah endemis penyakit menular seperti malaria, diare, demam
berdarah
e) Masyarakat di lokasi pengungsian akibat bencana atau akibat lainnya.
2.1.4 Pelayanan Keperawatan Komunitas
Pelayan keperawatan komunitas dapat diberikan secara langsung pada
semua tatanan pelayanan, antara lain :
1. Di unit pelayanan kesehatan seperti rumah sakit maupun puskesma yang
mempunyai pelayanan rawat jalan maupun rawat nginap
2. Dirumah
Perawat “home care” yang memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga dirumah yang menderita baik penyakit akut maupun kronis
3. Disekolah.
Perawat sekolah akan melakukan perawatan kesehatan sesaat di berbagai
institusi pendidikan. Perawat sekolah akan melakukan program skrining
kesehatan, mempertahankan kesehatan dan melakukan pendidikan kesehatan
4. Ditempat kerja / industry
Perawat dapat melakukan perawatan langsungg bila terjadi kasus kesakitan
atau kecelakaan kerja minimal, melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan
dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olahraga, dan
penanganan perokok serta pengawasan makanan
5. Dibarak – barak penampungan

xii
Perawat memberikan tindakan keperawatan langsungterhadap kasus akut,
penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda serta mental
6. Dalam kegiatan Puskesmas Keliling
Kegiatan ini diberikan kepada komunitas di pedesaan, terlantar. Kegiatan
yang dilakukan adalah pelayanan pengobatan sederhana, skrining kesehatan,
perawatan kasus penyakit akut maupun kronis, pengelolaandan rujukan kasus
penyakit.
7. Di panti atau kelompok khusus lainnya
8. Pelayanan pada kelompok – kelompok resiko tinggi :
a) Pelayanan keperawatan pada kelompok wanita, anak – anak, lansia mendapat
perlakuan kekerasan
b) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalah gunaan obat
d) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lanisa, gelandangan,
penderita HIV
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan, membimbing dan
mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan.
2.1.5 Strategi Intervensi Komunitas
1. Proses kelompok ( group process )
Individu dapat mengenal dan mencegah penyakit setelah belajar dari
pengalaman sebelumnya. Baik itu karena faktor pengetahuan individu, yang
didapat melalui pendidikan atau informasi luas melalui media massa, dan juga
penyuluhan dari tenaga kesehatan. Masalah kesehatan lingkungan sekitar
masyarakat tentunya sebagai gambaran penyakit yang paling sering ditemukan
sebelumnya. Masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak
akan mampu mencegah apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
akan melakukan pemecahan masalah penyakit dengan menggunakan proses
kelompok.
2. Pendidikan kesehatan ( health promotion )

xiii
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi ataupun teori akan tetapi
terjadinya perubahan atau kesadaran dari dalam diri individu, kelompok ataupun
masyarakat itu sendiri.
3. Kerja sama ( partner ship )
Kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas karena berbagai persoalan didalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
2.1.6 Model Asuhan Keperawatan Menurut Betty Neuman
Asuhan keperawatan yang diberikan pada komunitas atau kelompok adalah
sebaagi berikut :
1. Pengkajian
Hal yang perlu dikaji pada keperawatan komunitas adalah :
a. Inti
Meliputi : data demografi komunitas yang terdiri dari usia yang beresiko,
pendidikam, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai – nilai keyakinan, serta
riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain :
1. Perumahan
Bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat
menjadi stressor bagi penduduk
2. Pendidikan komunitas
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat
3. Keamanan dan keselamatan
Bagaimana keselamatan dan keamanan dilingkungan tempat tinggal, apakah
masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakah sering mengalami stress akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.
4. Politik dan kebijakan pemerintah terkait Kesehatan
Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan masyarkat mendapatkan
pelayanan diberbagai bidang termasuk Kesehatan
5. Pelayanan kesehatan yang tersedia

xiv
Untuk melakukan deteksi dini dan merawat / memantau gangguan yang terjadi
6. System komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat dimanfaatkan masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit
7. System ekonomi
Tingkat social ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang
diterima sesuai dengan kebijakan Upah Minimum Regional ( UMR ) atau
sebaliknya dibawah upah minimum.
8. Rekreasi
Apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat
dijangkau oleh masyarakat
2. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor
yang ada
3. Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosis keperawatan
komunitas yang muncul
4. Implementasi
Perawat yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan
5. Evaluasi
a) Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah dilakukan implementasi
b) Menilai kemajuan yang telah dicapai oleh komunitas setelah dilakukan
implementasi
c) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke RS
2.2 Definisi PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).
PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat

xv
maupun pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan
keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan
pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2007).

2.3 Tujuan PHBS


a. Meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan diri untuk
melaksanakan PHBS
b. Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat

2.4 Manfaat PHBS


a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan,
tabungan bersalin (tubulin), arisan jamban, kelompok pemakai air,
ambulans desa dan lain-lain

2.5 Klasifikasi PHBS


PHBS terdiri dari 4 klasifikasi, yaitu:
a. Klasifikasi pratama atau klasifikasi I, yaitu keluarga melakukan sampai 3
indikator dari 10 indikator PHBS yang ada
b. Klasifikasi madya atau klasifikasi II, yaitu keluarga melakukan 4
sampai 5 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada
c. Klasifikasi purnama atau klasifikasi III, yaitu keluarga melakukan 6
sampai 7 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada
d. Klasifikasi mandiri atau klasifikasi IV, yaitu keluarga melakukan 8
sampai 10 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada

2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PHBS

xvi
Penerapan PHBS terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut
Lawrence Green, faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama:
a. Faktor Pemudah (predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat sehingga faktor ini menjadi pemicu terhadap perilaku yang
menjadi dasar bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat
pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan dan
nilai yang dimiliki seseorang yang tidak merokok.
b. Faktor Pemungkin (enambling factor)
Faktor ini merupakan pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu
motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan jamban, dan makanan yang bergizi. Fasilitas ini
pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup
bersih dan sehat.
c. Faktor Penguat (reinforcing factor)
Faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan
perilaku pengasuh santri seperti pengasuh memberikan keteladanan dengan
melakukan mencuci tangan sebelum makan, atau selalu meminum air yang sudah
dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan
sehat.

2.7 Manajemen PHBS


Adapun beberapa manajemen PHBS yang meliputi:
a. PHBS bidang gizi dan farmasi
1) Makan dengan gizi seimbang
2) Minum tablet Fe saat hamil
3) Memberi bayi ASI eksklusif
4) Mengkonsumsi garam beryodium
5) Memberi kapsul vitamin A
6) PHBS bidang KIA dan KB

xvi
i
7) Memeriksakan kehamilan
8) Persalinan ditolong petugas kesehatan
9) Menimbang balita regular
10) Mengimunisasi lengkap balita
b. PHBS bidang penyakit dan kesehatan lingkungan
1) Menghuni rumah sehat
2) Menggunakan air bersih
3) Ada SPAL
4) Menggunakan jamban sehat
c. PHBS bidang pemeliharaan Kesehatan
1) Punya jaminan pemeliharaan Kesehatan
2) Aktif mengurus UKBM/sebagai kader
3) Memanfaatkan puskesmas/sarana kesehatan lain
d. PHBS bidang gaya hidup sehat
1) Tidak merokok di dalam rumah
2) Melakukan aktivitas fisik/olahraga
3) Makan sayur dan buah

2.8 Tatanan PHBS


Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
2269/MENKES/PER/XI/2011 menyatakan bahwa tatanan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) membagi 5 tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan
institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan
fasilitas kesehatan. Peneliti mengutip dari berbagai tatanan PHBS, kemudian
peneliti membuat beberapa indikator sesuai dengan data dari kemenkes RI
tersebut.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran dalam menilai PHBS
di Pondok Pesantren, antara lain:
Kebersihan diri (badan, pakaian dan kuku), kerapian kamar, mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, makan-makanan yang bergizi dan bersih,

xvi
ii
gaya hidup tidak merokok, olahraga teratur. Selain itu, tersedia tempat sampah,
tersedia air bersih, kebersihan tempat wudhu dan penggunaan jamban sehat dan
memadai, lingkungan pondok, dapur pondok, kebersihan asrama (ruang kelas,
aula, dil) dan kebersihan mushola. Beberapa indikator yang digunakan sebagi
dasar dalam pelaksanaan perilaku hidup bersih dan schat di lingkungan Pesantren
diantaranya:
1) Setiap santri agar makan makanan yang mengandung unsur zat tenaga, zat
pembangun, zat pengatur sebagai Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dan
menggunakan garam beryodium untuk keperluan sehari-hari. Mengingat betapa
besar pengaruh makanan dan minuman bagi pertumbuhan fisik dan kecerdasan
akal manusia, maka Allah SWT memberikan petunjuk kepada mereka agar
mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik (halalan thayyiba).
Karena makanan dan minuman yang dikonsumsi terdiri dari sel-sel, jaringan dan
organ. Pada sel, ada bagian yang bernama gen yang membawa sifat-sifat manusia.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh manusia akan sangat berpengaruh pada sifat dan perilaku
mereka. Dari sini dapat dipahami, mengapa Rasulullah melarang umat manusia
mengkonsumsi binatang buas. Karena tidak mustahil, orang yang suka makan
daging binatang buas akan terpengaruh oleh sifat buas binatang yang dimakannya.
2) Semua santri agar membuang air kecil atau tinja di jamban atau WC
3) Santri agar mencuci tangan dengan sabun setelah buang air kecil/besar dan waktu
akan makan
4) Santri agar menggunakan air bersih untuk mandi dan untuk minum agar dimasak
terlebih dahulu
5) Setiap asrama, halaman, mushola dan lain-lain agar selalu bersih, bebas dari
sampah dan bebas dari sarang nyamuk
6) Santri agar menjaga kebersihan tubuh dengan menggosok gigi paling sedikitnya 2
kali schari, yaitu sesudah makan dan sebelum tidur, keramas minimal 1 minggu
sekali, potong kuku seminggu sekali, dan lain sebagainya
7) Tidak merokok
8) Berolahraga secara teratur
9) Pakaian bersih dan rapih

xix
2.9 Indikator Dan Definisi Operasional PHBS
Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan
rumah tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang
memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai
berikut (Sitinjak, 2011) :
a. Indikator PHBS di rumah tangga
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (bidan, dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya).
2) Bayi diberi ASI eksklusif
Bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.
3) Penimbangan bayi dan balita
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita
setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada dalam konsdisi gizi
kurang atau gizi buruk.
4) Mencuci tangan dengan air dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan
penyakit. Sabun dapat mengikat lemak, kotoran dan membunuh kuman.
Tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
5) Menggunakan air bersih
Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci
pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar dari penyakit.
6) Menggunakan jamban sehat
Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa
dan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung
akhir.
7) Rumah bebas jentik

xx
Adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik berkala
tidak terdapat jentik nyamuk
b. Indikator Gaya Hidup Sehat
Terdapat 3 indikator gaya hidup sehat antara lain:
1) Makan buah dan sayur setiap hari
Anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang mengkonsumsi minimal 3
porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
2) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas melakukan aktivitas fisik 30
menit setiap hari.
3) Tidak merokok dalam rumah
Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak boleh merokok di
dalam rumah ketika berada bersama dengan anggota keluarga yang
lainnya.
c. Indikator PHBS di sekolah
1) Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
2) Mengkonsumsi jajanan sehat di sekolah
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4) Olahraga yang teratur dan terukur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok di sekolah
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
8) Membuang sampah pada tempatnya

xxi
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Terdapat sebuah pondok pesantren yang bernama “Al-Amin” yang didirikan
oleh K.H Agus Salim sejak 20 Juli 1985 dengan jumlah santri 20 orang. Saat ini
pondok pesantren “Al-Amin” yang terletak di Jawa Timur terdapat 100 santri
dengan pimpinan saat ini K.H Munir.
Pondok Pesantren ini bersifat Independen dan mandiri, sudah terdapat UKS
tetapi PHBS di pesantren ini kurang seperti ruang asrama tampak gelap, tampak
pakaian dan peralatan sholat yang digantung yang menghambat masuknya cahaya
matahari. Ventilasi pada asrama kurang. Di belakang asrama siswi tampak
sampah berserakan. Ada toilet yang tidak terawat, selokan yang tidak terawat dan
kotor, serta menimbulkan bau. Kamar mandi sebagian ada yang tampak
berantakan.

xxi
i
B. Asuhan Keperawatan

Dari pengkajian di wilayah Pondok Pesantren Al-Amin Kota Surabaya


didapatkan data hasil wawancara dan pengamatan melalui komponen Windshield
Survey sebagai berikut :

KOMPONEN WINDSHIELD SURVEY

ELEMEN DESKRIPSI

Perumahan  Bangunan
dan Mayoritas bangunan adalah bangunan permanen
lingkungan terbuat dari tembok.
(daerah)
 Arsitektur
Bangunan rumah ukuran kecil tetapi ada juga yang
besar dan berdekat – dekatan, satu dengan lainnya,
dan sebagian lainnya memiliki corak yang sama.
Sebagian besar rumah lantainya terbuat dari tekel,
hanya sebagian kecil yang berlantaikan semen dan
tanah. Rata-rata disetiap bangunan memiliki
pencahayaan yang kurang baik, sedikitnya bangunan
yang mempunyai jendela yang dibuka setiap hari.

Lingkunga  Area
n terbuka Pondok Pesantren Al Amin Kota Surabaya terdiri
dari banyak bangunan yang digunakan sebagai sarana
sekolah mulai kelas 1 sampai 3.

 Kualitas
Terdapat beberapa lahan kosong lainnya tidak
dimanfaatkan untuk kegiatan pondok pesantren.

Batas  Batas wilayah :


Barat : Kelurahan Mina

xxi
ii
Timur : Kelurahan Madina

Utara : Kelurahan Mona

Selatan : Kelurahan Muni

Tingkat  Tingkat Sosial


sosial Sebagian besar masyarakat pesantren bersosialisasi
ekonomi dengan baik. Koordinasi antar masyarakat cukup
baik.

 Tingkat Ekonomi
Sebagian besar masyarakat pondok pesantren masih
berstatus siswa dan belum bekerja.

Kebiasaan  Kebiasaan para santri banyak yang tidak melakukan perilaku


hidup bersih dan sehat seperti masih terdapat para santri
yang membuang sampah sembarangan, kamar yang tidak di
bersihkan dengan gantungan baju yang bertumpuk sehingga
tpencahayaan tidak baik, selain itu kamar mandi yang tidak
rajin dibersihkan.
Transporta  Para santri diantar oleh keluarganya menggunakan mobil dan
si sebagian besar menggunakan motor.

Fasilitas  Kesehatan
umum Terdapat Puskesmas di Kecamatan Wonokromo.
Tetapi untuk pondok pesantren sendiri belum
memiliki poskestren.

 Agama
Masjid : 2 buah

 Pelayanan umum
Terdapat ruang kelas bagi masing-masing santri
sesuai dengan tingkat pendidikannya. Terdapat ruang

xxi
v
perpustakaan dan asrama untuk para santri.

Suku  Mayoritas santri dari suku Jawa


bangsa

Agama  Mayoritas Beragama Islam

Kesehatan  Masalah kesehatan terbanyak yang terjadi selama 5 bulan


dan terakhir yaitu akibat kurangnya perilaku PHBS (Perilaku
morbiditas Hidup Bersih dan Sehat).

Hasil pengolahan data yang berasal dari angket, wawancara dan


observasi akan disajikan sebagai berikut :

I. PENGKAJIAN
a. Data Inti
1. Sejarah
Pondok pesantren Al-Amin didirakan K.H. Agus Salim pada tanggal 20 Juli 1985.
Pondok pesantren Al-Amin ini bersifat Independen dan mandiri. Saat itu jumlah
santri 20 orang.
2. Demografi
Pondok pesantren Al-Amin terletak pada lokasi yang strategis yaitu 10 km dari
Bandara Juanda Surabaya, 2 km dari Balai Kota Surabaya. Pondok pesantren ini
beralamat di Jalan A.Yani km.25 dengan luas wilayah 100 m 2. Pondok pesantren
Al-Amin terdiri dari pondok pesantren putra dan putri. Pada pengkajian ini
dilakukan pada pondok pesantren daerah putra dan putri.
- Jumlah siswa
Jumlah keseluruhan siswa pada pondok pesantren Al-Amin adalah 100 orang.
- Distribusi siswa berdasarkan usia
Dari data yang didapat dapat siswa pesantren Al-Amin putri paling banyak berusia
8-12 tahun dengan presantase 60% dan yang terendah berusia 16-18 tahun dengan
presentase sebesar 5% sedangkan putra paling banyak berusia 9-12 tahun dengan
presentase 58% dan yang terendah berusia 15-18 tahun dengan presentase 5%.

xx
v
- Distribusi siswa berdasarkan suku
Dari data yang didapat sebagian besar berasal dari suku jawa sejumlah 90 jumlah
dengan presentase 95%.
- Data Status Kesehatan
Masalah Kesehatan di Pesantren:
a. Skabies : 20 orang dengan prosentase 23,3%
b. PHBS : 60 orang dengan prosentase 78,8%
c. Kutu : 4 orang dengan prosentase 5%
d. Kudis : 10 orang dengan prosentase 10%
e. Gastritis : 15 orang dengan prosentase 15%
f. Influenza : 12 orang dengan prosentase 12%
g. Herpes : 3 orang dengan prosentase 3%
h. Diare : 11 orang dengan prosentase 11%

b. Data Sub Sistem


1. Fisik dan lingkungan
Ruang asrama tampak gelap, tampak pakaian dan peralatan sholat yang digantung
yang menghambat masuknya cahaya matahari. Ventilasi pada asrama kurang. Di
belakang asrama siswa dan siswi tampak sampah berserakan. Ada toilet yang
tidak terawat, selokan yang tidak terawat dan kotor, serta menimbulkan bau dan
berlumut. Kamar mandi sebagian ada yang tampak berantakan.

2. Pendidikan
Lama pendidikan di pondok pesantren Al-Amin putri ada tingkat tajhizi
(persiapan) 1 tahun, wutsha (3 tahun), dan kuliah 3 tahun. Dari kelas 1 sampai
kelas 2 MA masing-masing sebesar 50 orang dengan persentase 60%.
a. Distribusi jumlah siswa berdasarkan informasi kesehatan yang di lakukan oleh
petugas kesehatan sebesar 57 orang dengan persentase 71, 3%.

b. Tema informasi kesehatan

xx
vi
Didapatkan distribusi jumlah siswa yang di lakukan oleh petugas kesehatan
sebesar 35 orang dengan presentase 59%
c. Pelatihan dan keterampilan
Didapatkan jumlah siswa berdasarkan pernah tidaknya mengikuti kegiatan
pelatihan dan ketrampilan yang dilakukan oleh petugas kesehatan sebesar 46
orang dengan presentasi 57,5%.
d. Jenis pelatihan dan ketrampilan
Didapatkan jumlah siswa pernah tidaknya mengikuti jenis pelatihan dan
ketrampilan Penanganan P3K yang dilakukan oleh petugas kesehatan sebesar 20
orang dengan presentasi 45%.
e. Sumber informasi kesehatan
Didapatkan bahwa hampir semua siswa di pesantren mendapatkan informasi dari
petugas kesehatan puskesmas sebanyak 80 orang dengan presentasi sebesar
88,25%.

3. Komunikasi
a. Jenis komunikasi
Siswa paling banyak menggunakan sarana komunikasi sekolah jenis majalah
dinding sebanyak 85 orang dengan presentasi 88,9%.

4. Kesehatan dan pelayanan social


a. Sarana kesehatan
Terdapat puskesmas disekitar pesantren ± 1,5 km puskesmas Jagir dan RS Swasta
± 2 km sedangkan di pesantren tersedia UKS
b. Program Kesehatan
UKS yang baru berjalan sebulan, belum terlalu diterapkan PHBS maupun
penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
c. Jaminan kesehatan sekolah
Berupa kartu UKS dengan kewajiban siswa membayar iuran kesehatan sebanyak
Rp 30.000,00 per tahun.
d. Angka kesakitan Siswa

xx
vii
Angka kesakitan siswa dalam setahun terakhir di pesantren dengan jumlah 68
orang dengan presentasi sebanyak 68,8%.
e. Jenis penyakit dan keluhan
Berdasarkan hasil wawancara para santri mengatakan banyak yang membuang
sampah sembarangan, tidak menaruh baju pada lemari tetapi hanya di gantung,
selain itu peralatan sholat yang digantung. Ada toilet yang tidak terawat, selokan
yang tidak terawat dan kotor, serta menimbulkan bau. Kamar mandi sebagian ada
yang tampak berantakan. Sehingga perilaku hidup bersih dan sehat para santri
kurang dengan frekuensi 60 orang dengan presentasi sebanyak 78,8%.
Berdasarkan hasil wawancara para santri saat ditanyakan progam PHBS
mengatakan bahwa mereka belum paham sepenuhnya tentang pentingnya PHBS.

5. Keamanan dan transportasi


Pondok pesantren Al Amin berada di lingkungan yang aman meskipun sulit dari
jangkauan transportasi umum. Mempunyai 3 satpam yang bertugas untuk berjaga
di pintu gerbang pondok pesantren.

6. Ekonomi
a. Sumber keuangan
Dari data didapatkan jenis sumber keuangan adalah dari orang tua sebanyak 80
orang dengan presentasi 100%.
b. Jenis pekerjaan orang tua
Dari data di dapatkan bahwa jenis pekerjaan orang tua siswa paling banyak adalah
wiraswasta sebanyak 42 orang dengan presentasi 54%.
c. Biaya Sekolah
Besar biaya sekolah dipondok pesantren Al-Amin putrid untuk kelas 1 > Rp
250.000 dan untuk biaya sekolah kelas 2 antara Rp 250.000 – Rp 500.000.
d. Besar Bantuan Beasiswa Pemerintah
Dari data yang didapatkan besar pungutan biaya sekolah di pesantren Al-Amin
paling banyak sebesar Rp 250.000 – Rp 750.000 sebanyak 52 orang dengan
presentase 65%.
e. Kantin tempat makan

xx
viii
Terdapat satu kantin yang menjual makanan dan minuman untuk para siswa.
Harga di kantin terjangkau oleh siswa, dengan harga semua makanan di kantin Rp
1000. Kondisi kantin tampak kurang bersih, masih ada banyak sampah berserakan
dan lalat yang berterbangan tetapi terdapat pula mini market di dalam lingkungan
Pondok Pesantren Al-Amin.

7. Politik dan Pemerintahan


1. Kunjungan pemerintah
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa didapatkan bahwa kunjungan
pemerintah pernah dilakukan namun dengan waktu dan banyak kunjungan yang
tidak menentu.
2. Tema Kunjungan Pemerintah
Dari data yang didapat, tema kunjungan pemerintah menurut siswa di pondok
pesantren Al-Amin hal ini tampak dari lingkungan pondok pesantren Al-Amin
sendiri, yang tidak tampak adanya bendera partai, spanduk, poster, maupun atribut
partai yang lainnya.
8. Rekreasi
1. Kegiatan saat Waktu Istirahat Sekolah
Dari data didapatkan kegiatan saat waktu istirahat sekolah siswa di Pesantren Al-
Amin paling banyak adalah mengobrol dengan teman sebanyak 55 orang dengan
presentase 56,5%.
2. Jenis Sarana Hiburan Sekolah
Dari data didapatkan bahwa jenis sarana hiburan sekolah yang dimanfaatkan
siswa di Pesantren Al-Amin paling banyak adalah kegiatan keagamaan
(Pembacaan Maulid Habsyi, rebana) sebanyak 68 orang dengan presentase 72,5%.
3. Jumlah Hari Libur
Dari data didapatkan bahwa jumlah hari libur siswa di Pesantren Al-Amin paling
banyak adalah 1-3 hari sebanyak 53 orang dengan presentase 27,5%
4. Tujuan Rekreasi Waktu Libur
Dari data yang didapat bahwa tujuan rekreasi waktu libur siswa di Pesantren Al-
Amin paling banyak adalah Ziarah Keagamaan sebanyak 55 orang dengan
presentase 52,5%.

xxi
x
c. Persepsi
Para santri mengartikan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai hal yang biasa
dan tidak begitu penting karena mereka beranggapan selagi mereka sakit yang
tidak parah, perilaku kebiasaan mereka dianggap tidak bermasalah dan tetap
melakukan aktivitas fisik seperti biasa. Mereka juga menganggap seperti menaruh
tumpukan baju di gantungan baju maupun tembok, membuang sampah saat ini hal
biasa karena kadang-kadang ada yang membersihkan. Tetapi dalam hal ini mereka
mengatakan juga belum tahu bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat agar lebih
baik dari sebelumnya.

xx
x
II. ANALISA DATA

Analisa Data Dan Perumusan Diagnosa Keperawatan

No Data Etiologi Masalah Kesehatan


1 DO: - Pemeliharaan
1. Terlihat ruang asrama di Kesehatan tidak
Pondok Pesantren Al-Amin efektif (D.0117)
tampak pakaian dan peralatan
sholat yang digantung,
menghambat masuknya cahaya
matahari ke dalam ruang
asrama. Ventilasi pada asrama
Pondok Pesantren Al-Amin
kurang.
2. Kebersihan lingkungan di
Pesantren Al-Amin banyak
terdapat sampah yang
berserakan seperti sampah
botol,bungkusan makanan, dan
baju bekas,WC tidak terawat,
kebersihan kamar mandi tidak
sama ada kamar mandi yang
bersih dan ada kamar mandi
yang tampak berantakan,
selokan tidak terawat dan
tempatnya sangat kotor penuh
lumut dan menimbulkan bau
serta belum mendapatkan
informasi kesehatan tentang
PHBS 0%.
3. Kondisi kantin tampak kurang
bersih, masih ada banyak

xx
xi
No Data Etiologi Masalah Kesehatan
sampah berserakan dan lalat
yang berterbangan
4. Persepsi
Para santri mengartikan
perilaku hidup bersih dan sehat
sebagai hal yang biasa dan
tidak begitu penting karena
mereka beranggapan selagi
mereka sakit yang tidak parah,
perilaku kebiasaan mereka
dianggap tidak bermasalah dan
tetap melakukan aktivitas fisik
seperti biasa. Mereka juga
menganggap seperti menaruh
tumpukan baju di gantungan
baju maupun tembok,
membuang sampah saat ini hal
biasa karena kadang-kadang
ada yang membersihkan.
Tetapi dalam hal ini mereka
mengatakan juga belum tahu
bagaimana perilaku hidup
bersih dan sehat agar lebih
baik dari sebelumnya.

2 DS: Kurang Manajemen


1. Para siswa pondok pesantren terpapar Kesehatan tidak
“Al-Amin” mengatakan belum informasi efektif (D.0116)
terlalu mengetahui mengenai
PHBS (Perilaku Hidup bersih

xx
xii
No Data Etiologi Masalah Kesehatan
dan Sehat)

DO:
1. Kebiasaan para santri banyak
yang tidak melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat seperti
masih terdapat para santri yang
membuang sampah
sembarangan, kamar yang
tidak di bersihkan dengan
gantungan baju yang
bertumpuk sehingga
tpencahayaan tidak baik, selain
itu kamar mandi yang tidak
rajin dibersihkan.
2. Program Kesehatan
UKS yang baru berjalan
sebulan, belum terlalu
diterapkan PHBS maupun
penyuluhan atau pendidikan
kesehatan.
3. Angka kesakitan Siswa
Angka kesakitan siswa dalam
setahun terakhir di pesantren
dengan jumlah 68 orang
dengan presentasi sebanyak
68,8%.

4. Kondisi kantin tampak kurang


bersih, masih ada banyak
sampah berserakan dan lalat

xx
xiii
No Data Etiologi Masalah Kesehatan
yang berterbangan tetapi
terdapat pula mini market di
dalam lingkungan Pondok
Pesantren Al-Amin.

3 DO : Keterbatasan Defisit Kesehatan


1. Data Status Kesehatan sumber daya Komunitas
Masalah Kesehatan di (D.0110)
Pesantren:
a. Skabies : 20 orang
dengan prosentase 23,3%
b. PHBS : 60 orang dengan
prosentase 78,8%
c. Kutu : 4 orang dengan
prosentase 5%
d. Kudis : 10 orang
dengan presentase 10%
e. Gastritis : 15 orang
dengan prosentase 15%
f. Influenza : 12 orang
dengan prosentase 12%
g. Herpes : 3 orang dengan
prosentase 3%
h. Diare : 11 orang dengan
prosentase 11%

2. Angka kesakitan Siswa


Angka kesakitan siswa dalam
setahun terakhir di pesantren

xx
xiv
No Data Etiologi Masalah Kesehatan
dengan jumlah 68 orang
dengan presentasi sebanyak
68,8%.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif (D.0117)
2. Manajemen Kesehatan tidak efektif (D.0116)
3. Defisit Kesehatan Komunitas (D.0110)

xx
xv
xx
xvi
xx
xvi
III. SKALA PRIORITAS DIAGNOSA

Perubahan Penyelesaian

Pentingnya Positif untuk untuk kualitas


Penyelesaian
Masalah Penyelesaian hidup
Total
Diagnosa 1 : Rendah 0:Tidak Ada 0:Tidak Ada
Skor

2: Sedang 1:Rendah 1:Rendah

3: Tinggi 2:Sedang 2:Sedang

3:Tinggi 3:Tinggi

Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif (D.0117) d.d


1. Terlihat ruang asrama di Pondok Pesantren Al-Amin tampak pakaian dan
1 2 2 5
peralatan sholat yang digantung, menghambat masuknya cahaya matahari ke
dalam ruang asrama. Ventilasi pada asrama Pondok Pesantren Al-Amin
kurang.
2. Kebersihan lingkungan di Pesantren Al-Amin banyak terdapat sampah yang
berserakan seperti sampah botol,bungkusan makanan, dan baju bekas,WC
tidak terawat, kebersihan kamar mandi tidak sama ada kamar mandi yang
bersih dan ada kamar mandi yang tampak berantakan, selokan tidak terawat
dan tempatnya sangat kotor penuh lumut dan menimbulkan bau serta belum
mendapatkan informasi kesehatan tentang PHBS 0%.
3. Kondisi kantin tampak kurang bersih, masih ada banyak sampah
berserakan dan lalat yang berterbangan

Manajemen Kesehatan tidak efektif (D.0116) b.d Kurang terpapar infomasi


d.d
3 2 3 8
1. Kebiasaan para santri banyak yang tidak melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat seperti masih terdapat para santri yang membuang sampah
sembarangan, kamar yang tidak di bersihkan dengan gantungan baju yang
bertumpuk sehingga tpencahayaan tidak baik, selain itu kamar mandi yang
tidak rajin dibersihkan.

2. Program Kesehatan

UKS yang baru berjalan sebulan, belum terlalu diterapkan PHBS maupun
penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

3. Angka kesakitan Siswa

Angka kesakitan siswa dalam setahun terakhir di pesantren dengan jumlah 68


orang dengan presentasi sebanyak 68,8%.

4. Kondisi kantin tampak kurang bersih, masih ada banyak sampah


berserakan dan lalat yang berterbangan tetapi terdapat pula mini market di
dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-Amin.

Defisit Kesehatan Komunitas (D.0110) b.d Keterbatasan Sumber Daya d.d

1. Data Status Kesehatan 3 3 3 9


Masalah Kesehatan di Pesantren:
Skabies : 20 orang dengan prosentase 23,3%
PHBS : 60 orang dengan prosentase 78,8%
Kutu : 4 orang dengan prosentase 5%
d. Kudis : 10 orang dengan presentase 10%
e. Gastritis : 15 orang dengan prosentase 15%
Influenza : 12 orang dengan prosentase 12%
Herpes : 3 orang dengan prosentase 3%
No. Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
keperawatan

1 Defisit Kesehatan Komunitas (D.0110) b.d Keterbatasan Status Kesehatan komunitas Promosi Perilaku Upaya
(L.12109) Kesehatan (I.12472)
Sumber Daya d.d
Setelah dilakukan Tindakan
1. Data Status Kesehatan keperawatan selama 3 X 24 Observasi :
jam diharapkan Kesehatan - Identifikasi perilaku
Diare Masalah Kesehatan
: 11 orang di Pesantren:
dengan prosentase 11% Komunitas meningkat, dengan upaya Kesehatan yang
 Skabies : 20 orang dengan prosentase 23,3% kriteria : dapat ditingkatkan
1. Kepatuhan terhadap standar
 PHBS : 60 orang dengan prosentase 78,8% Kesehatan lingkungan
IV.  Kutu
INTERVENSI : 4 orang dengan prosentase 5%
KEPERAWATAN meningkat (5) Terapeutik :
2. Prevalensi penyakit menurun - Berikan lingkungan yang
 d. Kudis : 10 orang dengan presentase 10% (5) mendukung Kesehatan
- Orientasi pelayanan
 e. Gastritis : 15 orang dengan prosentase 15%
Kesehatan yang dapat
 Influenza : 12 orang dengan prosentase 12% dimanfaatkan
Edukasi :
 Herpes : 3 orang dengan prosentase 3%
 Diare : 11 orang dengan prosentase 11% Anjurkan menggunakan
air bersih
Anjurkan mencuci tangan
dengan air bersih dan
sabun
2. Angka kesakitan Siswa Anjurkan menggunakan
Angka kesakitan siswa dalam setahun terakhir di pesantren jamban sehat
Anjurkan memberantas
dengan jumlah 68 orang dengan presentasi sebanyak 68,8%. jentik di rumah seminggu
sekali
Anjurkan makan sayur dan
buah setiap hari
Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari

2. Manajemen Kesehatan tidak efektif (D.0116) b.d Kurang Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosis Tanggal Implementasi Evaluasi


1. Defisit Kesehatan Komunitas 23 November 2023
1. Mengidentifikasi perilaku upaya S:
Kesehatan yang dapat ditingkatkan
(D.0110) b.d Keterbatasan Sumber Komunitas di pesantren mengatakan ingin tahu cara
2. Memberikan lingkungan yang
Daya d.d mendukung Kesehatan mengatasi masalah perilaku hidup bersih dan sehat
3. Mengorientasi pelayanan
1. Data Status Kesehatan di komunitas pesantren
Kesehatan yang dapat dimanfaatkan
Masalah Kesehatan di Pesantren: 4. Menganjurkan menggunakan air O:
bersih
d. Skabies : 20 orang dengan 1. Tampak komunitas pesantren antusias dalam
5. Menganjurkan mencuci tangan
prosentase 23,3% dengan air bersih dan sabun kegiatan Promosi Perilaku Upaya Kesehatan
6. Menganjurkan menggunakan
e. PHBS : 60 orang dengan 2. Terdapat beberapa santri yang bertanya dalan
jamban sehat
prosentase 78,8% 7. Menganjurkan memberantas jentik kegiatan promosi Kesehatan tersebu
di rumah seminggu sekali
f. Kutu : 4 orang dengan prosentase A:
8. Menganjurkan makan sayur dan
5% buah setiap hari
No. Diagnosis Tanggal Implementasi Evaluasi
d. Kudis : 10 orang dengan 9. Menganjurkan melakukan aktivitas Masalah teratasi
fisik setiap hari
presentase 10% P:
e. Gastritis : 15 orang dengan Intervensi dihentikan
prosentase 15%
i. Influenza : 12 orang dengan
prosentase 12%
j. Herpes : 3 orang dengan prosentase
3%
k. Diare : 11 orang dengan
prosentase 11%

1. Angka kesakitan Siswa


Angka kesakitan siswa dalam
setahun terakhir di pesantren
dengan jumlah 68 orang dengan
presentasi sebanyak 68,8%.
No. Diagnosis Tanggal Implementasi Evaluasi

2. Manajemen Kesehatan tidak 23 November 2023


1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:
Komunitas pesantren mengatakan kurangnya
efektif (D.0116) b.d Kurang kemampuan menerima informasi
sosialisasi tentang manajemen Kesehatan
terpapar infomasi d.d 2. Mengidentifikasi faktor – faktor O:
1. Komunitas pesantren antusias dalam mengikuti
yang dapat meningkatkan dan
1. Kebiasaan para santri kegiatan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat
menurunkan motivasi PHBS (PHBS)
banyak yang tidak melakukan 2. Komunitas pesantren mengerti dan dapat
3. Menyediakan materi dan media
perilaku hidup bersih dan sehat mempraktekkan materi tentang PHBS
Pendidikan Kesehatan A:
seperti masih terdapat para santri Masalah teratasi
4. Menjadwalkan Pendidikan
yang membuang sampah P:
Kesehatan sesuai kesepakatan Intervensi dihentikan
sembarangan, kamar yang tidak di
5. Memberikan kesempatan untuk
bersihkan dengan gantungan baju
bertanya
yang bertumpuk sehingga
6. Menjelaskan faktor resiko yang
tpencahayaan tidak baik, selain itu
dapat mempengaruhi Kesehatan
kamar mandi yang tidak rajin
7. Mengajarkan Perilaku Hidup Bersih
dibersihkan.
dan sehat
2. Program Kesehatan 8. Mengajarkan strategi yang dapat
No. Diagnosis Tanggal Implementasi Evaluasi
UKS yang baru berjalan sebulan, digunakan untuk meningkatkan
belum terlalu diterapkan PHBS PHBS
maupun penyuluhan atau
pendidikan kesehatan.

3. Angka kesakitan Siswa

Angka kesakitan siswa dalam


setahun terakhir di pesantren
dengan jumlah 68 orang dengan
presentasi sebanyak 68,8%.

4. Kondisi kantin tampak


kurang bersih, masih ada banyak
sampah berserakan dan lalat yang
berterbangan tetapi terdapat pula
mini market di dalam lingkungan
Pondok Pesantren Al-Amin.
3. Pemeliharaan Kesehatan tidak 23 November 2023
1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:
Komunitas pesantren mengatakan kurangnya
efektif (D.0117) d.d kemampuan menerima informasi
sosialisasi tentang pemeliharaan Kesehatan di
1. Terlihat ruang asrama di Pondok 2. Mengidentifikasi fakor – faktor lingkungan pesantren
O:
No. Diagnosis Tanggal Implementasi Evaluasi
Pesantren Al-Amin tampak yang dapat meningkatkan dan 1. Komunitas pesantren antusias dalam mengikuti
kegiatan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat
pakaian dan peralatan sholat yang menurunkan motivasi PHBS
(PHBS)
digantung, menghambat masuknya 3. Menyediakan materi dan media 2. Komunitas pesantren mengerti dan dapat
mempraktekkan materi tentang PHBS
cahaya matahari ke dalam ruang Pendidikan Kesehatan
A:
asrama. Ventilasi pada asrama 4. Menjadwalkan Pendidikan Masalah teratasi
P:
Pondok Pesantren Al-Amin Kesehatan sesuai kesepakatan
Intervensi dihentikan
kurang. 5. Memrikan kesempatan untuk
2. Kebersihan lingkungan di bertanya
Pesantren Al-Amin banyak 6. Menjelaskan faktor resiko yang
terdapat sampah yang berserakan dapat mempengaruhi Kesehatan
seperti sampah botol,bungkusan 7. Mengajarkan Perilaku Hidup Bersih
makanan, dan baju bekas,WC tidak dan sehat
terawat, kebersihan kamar mandi 8. Mengajarkan strategi yang dapat
tidak sama ada kamar mandi yang digunakan untuk meningkatkan
bersih dan ada kamar mandi yang PHBS
tampak berantakan, selokan tidak
terawat dan tempatnya sangat
kotor penuh lumut dan
No. Diagnosis Tanggal Implementasi Evaluasi
menimbulkan bau serta belum
mendapatkan informasi kesehatan
tentang PHBS 0%.
3. Kondisi kantin tampak
kurang bersih, masih ada banyak
sampah berserakan dan lalat yang
berterbangan
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan.
PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat
maupun pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan
keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan
pendidikan kesehata.
Pondok Pesantren ini bersifat Independen dan mandiri, sudah terdapat UKS
tetapi PHBS di pesantren ini kurang seperti ruang asrama tampak gelap, tampak
pakaian dan peralatan sholat yang digantung yang menghambat masuknya cahaya
matahari. Ventilasi pada asrama kurang. Di belakang asrama siswi tampak
sampah berserakan. Ada toilet yang tidak terawat, selokan yang tidak terawat dan
kotor, serta menimbulkan bau. Kamar mandi sebagian ada yang tampak
berantakan.

4.2 Saran
Sebagai perawat kita harus meningkatkan dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan yang komprehensif dengan menganjurkan pola hidup sehat
pada individu terutama pada masyarakat, mengajarkan menejemen kesehatan yang
baik dan menjaga pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri. Support dan
motivasi dari keluarga sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat hidup
pada santri.

xlv
iii
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2017, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

xli
x

Anda mungkin juga menyukai