Keluarga dan Masyarakat (Korban Pemerkosaan/Kekerasan dalam Rumah Tangga) Dosen Pengampu: Dr. Hanik Endang Nihayatu, S.Kep., Ns., M.Kep NAMA ANGGOTA: • Phila Ady Chandra • Ayu Maulidatun Nisa (132235001) (132235012) • Riska Anindya Novianti (132235060) • Desiana Alita Ria (132235074) • Maria Carmelinda Ogita (132235077) • Muhammad Irfan Pratama (132235082) • Elvira Ekklesia Aprilita (132235087) Konsep perIlaku kekerasan Definisi Perilaku Kekerasan Suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah tak terkontrol.
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kekerasan
1. Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah, mendasari atau memotivasi untuk melakukan suatu tindakan, nilai dan kebutuhan yang dirasakan, atau dengan kata lain faktor ini berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak atas perilaku tertentu. Faktor predisposisi sebagai pertimbangan-pertimbangan personal dari suatu individu atau kelompok yang memengaruhi terjadinya suatu perilaku diantaranya: a) Psikologis b) Faktor biologis c) faktor sosial budaya 2. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus perilaku kekerasan, faktor ini dikaitkan dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. KONSEP PERILAKU Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan KEKERASAN Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengepalkan tangan, mengatupkan rahang dengan kuat, berbicara kasar dengan nada tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal dan fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, dan merusak barang atau benda
Klasifikasi Perilaku Kekerasan
1. Irritable aggression merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan marah. Agresi ini dipicu oleh oleh frustasi dan terjadi karena sirkuit pendek pada proses penerimaan dan memahami informasi dengan intensitas emosional yang tinggi 2. Instrumental aggression yaitu suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya untuk mencapai tujuan politik tertentu dilakukan tindak kekerasan secara sengaja dan terencana 3. Mass aggression adalah suatu tindak agresi yang dilakukan oleh massa sebagai akibat kehilangan individualitas dari masing-masing individu. KONSEP PERILAKU KEKERASAN Rentang Respon Perilaku Kekerasan • Respon Adaptif, meliputi asertif, frustasi. • Respon Maladaptif, meliputi pasif, agresif, amuk.
Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan
a) Farmakologi pada pelaku b) Terapi okupasi, terapi ini bukan pemberian pekerjaan melainkan sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi c) Peran serta keluarga d) Terapi somatik, terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku KONSEP PERILAKU Dampak Perilaku Kekerasan KEKERASAN Akibat kekerasan yang diterima, sangat Mekanisme Koping Korban Perilaku Kekerasan dimungkinkan korban mengalami gangguan a) Melukai diri sendiri saat mengalami kekerasan, psikologis yang dapat berupa gangguan Tindakan melukai diri sendiri yang dimaksud emosional, gangguan perilaku maupun dalam hal ini adalah tindakan menyilet gangguan kognisi. Gangguan emosional yang tangannya dengan perasaan emosi karena dimaksud yakni emosi yang tidak stabil dan mendapatkan perlakuan kekerasan. berdampak pada mood memburuk. b) Memendam kejadian kekerasan, Strategi yang Kemudian gangguan perilaku cenderung digunakan oleh korban untuk menghentikan terlihat pada perubahan perilaku korban ke kekerasan yang mereka alami adalah tidak hal yang lebih negatif seperti malas yang melakukan apa-apa saat mendapatkan perlakuan berlebihan. Terakhir, gangguan kognisi yakni kekerasan. gangguan yang mempengaruhi pola pikir c) Berserah kepada Tuhan, Spiritualitas dikaitkan korban sehingga sulit untuk berkonsentrasi, dengan status kesehatan yang lebih baik karena sering melamun dan pikiran kosong atau hal spiritualitas dapat mendorong lingkungan yang sejenis lainnya. lebih sehat. Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU KEKERASAN Pengkajian Pengkajian keperawatan pada korban perilaku kekerasan dapat didapatkan melalui wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga. 1. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, nomor RM, tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis 2. Alasan masuk Usaha apa saja yang dilakukan oleh keluarga mengenai kondisi klien, serta bagaimana hasil dari tindakan keluarga untuk klien. 3. Faktor Predisposisi Kehilangan, penolakan sosial, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sosial, perubahan struktur sosial, kejadian trauma yang tiba-tiba, perceraian, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, korban KDRT). Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU KEKERASAN Pengkajian 4. Psikososial yang meliputi, gambaran diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran, identitas personal 5. Hubungan Sosial Klien mempunyai gangguan/hambatan apa saja dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan dan kelompok yang diikuti di masyarakat 6. Status Mental Kontak mata klien kurang/tidak dapat mempertahankan kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup. Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU KEKERASAN Pohon Masalah Efek Risiko bunuh diri ↑ Core problem Isolasi sosial: menarik diri ↑ Cause Harga diri rendah ↑ Ansietas ↑ Koping individu tidak efektif ↑ Respon pasca trauma Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU KEKERASAN Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada korban perilaku kekerasan adalah isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental (D.0121) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Intervensi Keperawatan Strategi koping yang tepat penting untuk dikelola dan dimiliki oleh korban perilaku kekerasan. Strategi koping yang dimiliki harapannya dapat menghalangi korban dalam menghindari dampak negatif yang ditimbulkan akibat kejadian kekerasan (Karmilasari, 2023). 1. Tujuan umum Klien dapat berinteraksi dengan orang lain 2. Tujuan Khusus a. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria evaluasi: 1) Ekspresi wajah klien cerah, tersenyum 2) Klien mau berkenalan 3) Klien ada kontak mata 4) Klien bersedia menceritakan perasaan 5) Klien bersedia mengungkapkan masalah Konsep ASKEP JIwa pada korban Intervensi: PERILAKU KEKERASAN 1) Beri salam terapeutik dan panggil nama klien 2) Perkenalkan diri sambil berjabat tangan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4) Jelaskan maksud dan tujuan 5) Buat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap bertemu klien 6) Tunjukkan sikap empati, beri perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
b. TUK 2: Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial
Kriteria evaluasi: 1) Klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab isolasi sosial 2) Penyebab munculnya isolasi sosial: diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Intervensi: 1) Tanyakan pada klien tentang orang yang tinggal serumah atau sekamar dengan klien; orang yang paling dekat dengan klien di rumah atau ruang Perawatan 2) Diskusikan dengan klien penyebab isolasi social 3) Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaan Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU KEKERASAN TUK 3: Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian dari isolasi sosial Kriteria evaluasi: 1) Klien dapat menyebutkan keuntungan dalam berhubungan sosial, seperti banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi, saling menolong 2) Klien dapat menyebutkan kerugian menarik diri, seperti sendiri, kesepian, tidak bisa diskusi Intervensi: 1) Tanyakan kepada klien tentang manfaat hubungan sosial, kerugian isolasi sosial 2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian isolasi sosial 3) Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya TUK 4: Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap Kriteria evaluasi: Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan perawat, perawat lain, klien lain, keluarga, dan kelompok Intervensi: 1) Observasi perilaku klien ketika berhubungan sosial 2) Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain 3) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain 4) Beri kesempatan kepada klien mempraktikan cara berinteraksi dengan orang yang dilakukan di hadapan perawat Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU KEKERASAN 5) Bantu klien berinteraksi dengan salah satu orang, teman atau anggota keluarga 6) Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan beberapa orang 7) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan 8) Latih klien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan kegiatan harian, kegiatan rumah tangga, dan kegiatan sosial 9) Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin klien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan beri dorongan terus-menerus agar klien tetap semangat meningkatkan interaksinya
e. TUK 5: Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial
Kriteria evaluasi: Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan orang lain atau kelompok Intervensi: 1) Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan orang lain dan kelompok 2) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU KEKERASAN TUK 6: Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial Kriteria evaluasi: 1) Keluarga dapat menjelaskan tentang isolasi sosial beserta tanda dan gejalanya 2) Keluarga dapat menjelaskan tentang penyebab dan akibat dari isolasi sosial 3) Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien isolasi sosial Intervensi: 1) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku isolasi sosial 2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku isolasi sosial 3) Jelaskan pada keluarga tentang isolasi sosial beserta tanda dan gejalanya, penyebab dan akibat isolasi sosial, serta cara merawat klien isolasi sosial 4) Latih keluarga cara merawat klien isolasi sosial 5) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan 6) Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi 7) Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah sakit Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU KEKERASAN TUK 7: Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik Kriteria evaluasi: 1) Klien bisa menyebutkan manfaat minum obat 2) Klien bisa menyebutkan kerugian yang ditimbulkan akibat tidak minum obat 3) Klien bisa menyebutkan nama warna, dosis, efek terapi, dan efek samping obat 4) Klien bisa menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter Intervensi: 1) Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat 2) Pantau klien pada saat penggunaan obat 3) Berikan pujian kepada klien jika klien menggunakan obat dengan benar 4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter 5) Anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU Strategi pelaksanaan pada klien isolasi sosial KEKERASAN a. Intervensi untuk klien 1) Strategi Pelaksanaan (SP) 1 - Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan salam terapeutik - Identifikasi penyebab isolasi sosial - Identifikasi keuntungan berteman - Identifikasi kerugian tidak mempunyai teman - Bimbing pasien memasukan kedalam jadwal harian 2) Strategi Pelaksanaan (SP) 2 - Evaluasi masalah sebelumnya, lalu berikan pujian - Latih pasien cara berkenalan dengan orang yang pertama (perawat) - Masukkan ke dalam jadwal harian 3) Strategi Pelaksanaan (SP) 3 - Evaluasi kegiatan sebelumnya, yaitu cara berkenalan dengan satu orang (perawat) - Ajarkan pasien cara berkenalan dengan orang kedua (pasien lain) - Masukkan ke dalam jadwal harian 4) Strategi Pelaksanaan (SP) 4 - Evaluasi kegiatan sebelumnya, yaitu cara berkenalan dengan orang kedua (pasien) - Ajarkan membuat kegiatan dengan kelompok - Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU b. Intervensi untuk keluarga klien dengan isolasi sosial KEKERASAN 1) Strategi Pelaksanaan (SP) 1 - Identifikasi masalah yang dihadapi dalam menghadapi pasien - Jelaskan tentang isolasi sosial - Jelaskan cara merawat pasien isolasi sosial - Latih (stimulus) - Rencana tindak lanjut keluarga/jadwal untuk merawat pasien 2) Strategi Pelaksanaan (SP) 2 - Evaluasi kemampuan SP 1 - Latih (langsung ke pasien) - Rencana tindak lanjut keluarga/jadwal untuk merawat pasien 3) Strategi Pelaksanaan (SP) 3 - Evaluasi kemampuan SP 1 - Latih (langsung ke pasien) - Rencana tindak lanjut keluarga/jadwal untuk merawat pasien 4) Strategi Pelaksanaan (SP) 4 - Evaluasi kemampuan keluarga - Evaluasi kemampuan pasien - Rencana tindak lanjut keluarga (Prabowo, 2014). Konsep ASKEP JIwa pada korban PERILAKU Intervensi keperawatan menurut SIKI KEKERASAN Intervensi keperawatan yang sesuai untuk korban perilaku kekerasan adalah Dukungan Emosional (I.09256), yaitu memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa stress (PPNI, 2018). SIKI: Dukungan Emosional (I.09256) (PPNI, 2018) Observasi 1. Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien 2. Identifikasi hal yang telah memicu emosi Terapeutik 3. Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih 4. Buat pernyataan suportif atau empati selama fase beruduka 5. Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis. merangkul, menepuk-nepuk) 6. Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika perlu 7. Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah Edukasi 8. Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu 9. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis. ansietas, marah, sedih) 10. Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola respons yang biasa digunakan 11. Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat Kolaborasi 12. Rujuk untuk konseling, jika perlu Kesimpulan Saran Perilaku kekerasan adalah keadaan seseorang melakukan tindakan 1. Bagi mahasiswa yang dapat Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu mengembangkan menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan baik secara verbal kemampuan dan maupun memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan nonverbal. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan menambah kekerasan dibagi pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada menjadi dua, yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Tanda korban perilaku dan gejala perilaku kekerasan dengan tepat. kekerasan diantaranya muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengepalkan 2. Bagi institusi pendidikan tangan, mengatupkan rahang dengan kuat, berbicara kasar dengan Makalah ini diharapkan menjadi bahan rujukan di institusi pendidikan nada tinggi, menjerit dalam atau berteriak, mengancam secara verbal dan fisik, melempar atau menyusun asuhan keperawatan jiwa pada korban perilaku kekerasan. memukul benda/orang lain, dan merusak barang atau benda. Pengkajian keperawatan pada korban perilaku kekerasan dapat didapatkan melalui wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga. Masalah keperawatan utama pada korban perilaku kekerasan adalah isolasi sosial: menarik diri sebagai respon pasca trauma. Tujuan umum rencana keperawatan pada klien isolasi sosial adalah klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan mendapatkan dukungan emosional dari lingkungan sekitar klien. Daftar Pustaka Alkatiri, I., & Widianti, E. (2023). Terapi Perilaku untuk Menurunkan Tanda Gejala pada Pasien Perilaku Kekerasan: Case Report. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(8), 2932–2942. Anindya, A., Dewi, Y. I. S., & Oentari, Z. D. (2020). Dampak Psikologis dan Upaya Penanggulangan Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan. TIN: Terapan Informatika Nusantara, 1(3), 137–140. Cahyadi, M. R. A., Azahra, N., & Putri, R. D. (2023). Wewenang atau Otoritas dan Kekerasan Seksual Dikaji melalui Teori Kepribadian. Flourishing Journal, 3(5), 162–174. Gani, A. (2023). Keperawatan Jiwa. Penerbit Adab. Karmilasari, F. D. (2023). MEKANISME KOPING REMA JA KORBAN BULLYING DI LINGKUNGAN SEKOLAH: STUDI KUALITATIF. Jurnal Nursing Update, 14(2), 384–394. Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi, R. (2020). Analisis Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 65–74. Novalia, V., Heriana, C., & Nugraha, M. D. (2020). ANALISIS FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN KEJADIAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RSUD 45 KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2019. National Nursing Conference, 1(1), 6–6. Pebriyanti, N. P. D. (2023). PENGEMBANGAN PANDUAN KONSELING COGNITIVE BEHAVIOR TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS BERBASIS WEBSITE UNTUK MENGATASI STRESS PADA REMA JA KORBAN KEKERASAN [Doctoral dissertation]. Universitas Pendidikan Ganesha. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Pulubuhu, Z. S. R. I., Badu, L. W., & Towadi, M. (2023). Perlindungan Anak Korban Kekerasan Dan Pelecehan Seksual. Perkara: Jurnal Ilmu Hukum Dan Politik, 1(3), 210–220. Siauta, M., Tuasikal, H., & Embuai, S. (2020). Upaya Mengontrol Perilaku Agresif pada Perilaku Kekerasan dengan Pemberian Rational Emotive Behavior Therapy. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 27–32. Suryenti, V. (2017). Dukungan dan Beban Keluarga dengan Kemampuan Kekerasan di Klinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2017. Jurnal Psikologi Jambi, 2(2), 39–46. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1sted.). DPP PPNI. Tombokan, M., & Laubo, N. (2023). Pencegahan dan Penanganan Pasien Gangguan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan di Masyarakat. Penerbit NEM. THANK YOU
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu