Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Disusun guna memenuhi tugas :


Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Ns. Siti Nurjanah M.Kep,Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Ikhfani Fadila Utami
2211040110
(Kelompok 32)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)
B. Proses Terjadinya Masalah (Psikopatologis)
1. Definisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun
orang lain dan dapat merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejala risiko
perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat,
denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah tersinggung, marah, amuk
serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Pardede & Hulu,
2020). Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan.
(Putri & Fitrianti, 2018). Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan
koping yang kurang bagus (Kandar & Iswanti, 2019). Tanda dan gejala risiko
perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial.
2. Etiologi
Menurut Nurhalimah (2016) Proses terjadinya perilaku kekerasan
pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi
Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
yaitu adanya anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau
melakukan perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan
zat aditif lainnya).
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi
sebagai hasil dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi apabila
keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau
terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”,
apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan
bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu
untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat
dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning
theory).
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat
unik, berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat
merupakan penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu.
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan
dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian,
kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik,
dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan terhadap fisik,
lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan keperawatan
jiwa dengan masalah resiko perilaku kekerasan (Pardede, 2020)
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam) jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3. Fisik: muka merah, Pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat
5. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
D. Data dan Masalah Keperawatan
1. Data (Subjektif dan Objektif) dan Masalah Keperawatan
Data subjektif : mengungkapkan perasaan kesal atau marah, keinginan untuk
melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, klien suka
membentak dan menyerang orang lain
Data Objektif : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal dan
rahang mengatup, wajah memerah, postur tubuh kaku, bicara
kasar, ketus, amuk/agresif, menyerang orang lain dan melukai
diri sendiri/orang lain

2. Masalah keperawatan :
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Risiko mencederai orang lain/lingkungan
c. Harga diri rendah

Pohon masalah :
Risiko mencederai orang lain/lingkungan
(effect)

Risiko perilaku kekerasan


(care problem)

Harga diri rendah


(causa)

d. Data yang perlu dikaji lebih lanjut


Diagnosa Keperawatan :
a. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah (Dx.
Utama)
b. Risiko mencederai orang lain/lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
c. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri
E. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk diagnosa keperawatan utama saja)
TUM : Pasien tidak mencederai diri sendiri
TUK 1 : Klien dapat membina saling percaya.
Intervensi
a. Beri salam setiap interaksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.
d. Tunjukan tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasikan penyebab perilaku kekerasan.


Intervensi
a. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan marahnya.
c. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal.
d. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa marahnya.
e. Dengarkan tanpa menyela atau menberikan penilaian setiap ungkapan
perasaan.

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Intervensi
a. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
dialaminya.
b. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku
kekerasan terjadi.
c. Motivasi klien menceritakan kondisi emosionalnya (tanda-tanda emosional)
saat terjadi perilaku kekerasan.
d. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat
terjadi perilaku kekerasan.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan.


Intervensi
a. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini.
b. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan tersebut terjadi.
c. Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan masalah yang dialami
teratasi.

TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.


Intervensi
a. Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien.
c. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara yang sehat.

TUK 6 : klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku


kekerasan.
Intervensi
a. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
b. Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa di lakukan.
c. Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah di lakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan : tarik nafas dalam, pukul bantal dan kasur.
d. Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien.
e. Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam.
f. Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali.
g. Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik
nafas dalam.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku


kekerasan.
Intervensi
a. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan di anjurkan klien memilih cara
yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan
b. Peragakan cara yang mungkin dipilih dan di anjurkan klien memilih cara
yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
c. Peragakan cara melaksanakan cara yang di pilih.
d. Anjurkan klien menirukan perasaan yang sudah dilakukan.
e. Beri penguatan pada klien, perbaik cara yang masih belum sempurna.
f. Anjurkan klien mengungkapkan cara yang sudah dilatih saat marah.

TUK 8 : klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah


perilaku kekerasan
Intervensi
a. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah di lakukan.
b. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat di lakukan.
c. Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilakukan.
d. Minta klien mendemomstrasikan kegiatan ibadah yang di pilih.
e. Berikan pujian atas keberhasilan klien

TUK 9 :
Intervensi
a. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
mengguanakan obat.
b. Jelaskan kepada klien :
- Jenis obat (nama, warna dan bentuk)
- Dosis, waktu, cara dan efek.
c. Anjurkan klien :
- Minta mengunakan obat tepat waktu
- Laporan jika mengalami efek yang tidak biasa.
- Beri pujian kedisiplinan klien menggunakan obat.

Referensi

Damanik, R. K., Amidos Pardede, J., & Warman Manalu, L. (2020). Terapi Kognitif
TerhadapKemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan,11(2),226.

J Yusuf Sukman. (2017). No Title. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Perilaku Kekerasan Diruang Melati Rumah SAakit Jiwa, 4.

Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149.
https://doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226

Kusumaningtyas, K. P. (2018). Penerapan Tindakan Asertif Pada Pasien Dengan


Risiko Perilaku Kekerasan Di Bangsal Maintenance Rsj Grhasia Yogyakarta
Kharisma. In Karya Tulis Ilmiah.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2112/1/karya tulis ilmiah.pdf

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM kesehatan

Anda mungkin juga menyukai