Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PEDAHULUAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN


RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

DISUSUN OLEH:
ADE IRMA
PO.62.20.1.22.001

KEMENTRERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2024
A. Kasus (Perilaku Kekerasan)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sudeen, 1998). Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
2007; 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Dep Kes, RI, 2000 ; 147).

Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti& Iskandar (2012.95) Perilaku


kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayahkan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga
disebut gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu
stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

B. Proses terjadinya masalah


Menurut Direja (2011,132), ada beberapa faktor penyebab perilaku kekerasan seperti :
1. Faktor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut di alami oleh individu :
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau sanksi
penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement
Yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Teori psikoanalitik
Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan membuat konsep diri
yang rendah. Agresi dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti
dalam hidupnya.
d. Faktor Sosial Budaya
Sosial Learning Theory, ini merupakan bahwa agresif tidak berbeda
dengan respon-respon yang lain, kultural dapat pula mempengaruhi perilaku
kekerasan.

e. Faktor biologis
Neurotransmeiter yang sering dikaaitkan perilaku agresif dimana
faktor pendukunya adalah masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan,
sering mengalami kegagalan, kehidupan yang penuh tindakan agresif dan
lingkungan yang tidak kondusif.

2. Faktor predisposisi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
injuri fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut:
a. Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal maupun eksternal.

C. Pohon masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


Akibat

Perilaku Kekerasan Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Penyebab


Rendah
D. Analisis
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data untuk
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut diklasifikasikan
menjadi data subyektif dan obyektif:
1. Data Subyektif
Mengungkapkan perasaan kesal atau marah, keinginan untuk melukai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan, suka membentak dan menyerang orang lain.
2. Data Obyektif
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal dan rahang mengatup, wajah
memerah, postur tubuh kaku, mengancam dan mengumpat dengan kata-kata kotor,
suara keras, bicara kasar, ketus, menyerang orang lain dan melukai diri
sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.

E. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan perilaku kekerasan adalah
Perilaku Kekeran (D.0132).

F. Rencana Keperawatan
Dalam rencana keperawatan pada klien perilaku kekerasan memiliki tujuan agar
kontrol diri meningkat (SLKI. L.09076). Kriteria hasil yang dicapai antara lain:
- Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
- Verbalisasi umpatan menurun
- Perilaku menyerang menurun
- Perilaku melukai diri sendiri/orang lain menurun
- Perilaku merusak lingkungan sekitar menurun
- Perilaku agresi/amuk menurun
- Suara keras menurun
- Bicara ketus menurun

Dalam buku SIKI intervensi yang diambil adalah Manajemen Keselamatan


Lingkungan (I. 14513) dan tindakan yang dilakukan adalah :
Observasi
- Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis: kondisi fisik, fungsi kognitif, dan
Riwayat perilaku)
- Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis: fisik, biologi, kimia), jika
memungkinkan
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis: commode chair dan pegangan
tangan)
- Gunakan perangkat pelindung (mis: pengekangan fisik, rel samping, pintu
terkunci, pagar)
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis: puskesmas, polisi,
damkar)
- Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
- Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis: timbal)

Edukasi
- Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan

G. Implementasi Keperawatan
1. Membina Hubungan Saling Percaya
2. Berdiskusi bersama klien penyebab rasa marah/perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu
3. Berdiskusi bersama klien tanda-tanda jika terjadi perilaku kekerasan
4. Berdiskusi bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara: verbal
5. Berdiskusi bersama klien akibat perilakunya
6. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara ( patuh minum obat,
fisik, sosial/verbal, spiritual
H. Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan
c. Mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal
d. Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah perilaku
kekerasan
2. Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada keluarga
a. Keluarga dapat mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat klien
( pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan )
b. Mencegah terjadinya perilaku kekerasan
c. Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai klien
d. Memotivasi klien dalam melakukan cara mengontrol perasaan marah
e. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung klien
mengontrol perasaan marah
f. Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah perilaku kekerasan
klien
g. Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh dan melakukan
rujukan.
REFERENSI

Klara Ritha Paula Korwa ( 2021 ). Risiko Perilaku kekerasan. Online ( LP Perilaku
Kekerasan | PDF (scribd.com) ). Diakses

Nadek, V. F. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Diagnosa:


Perilaku Kekerasan Diruang Rawat Inap Naimata Kupang (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang). Online ( Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Pasien Dengan Diagnosa : Perilaku Kekerasan Diruang Rawat Inap
Naimata Kupang - Repository Poltekkes Kupang (poltekeskupang.ac.id) ).
Diakses
Pangaribuan, N., Manurung, S., Amazihono, V., & Waruwu, Y. D. (2022).
Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko Perilaku
Kekerasan Pada Penderita Skiozfrenia: Studi Kasus. Online (
https://osf.io/typ3g/download ). Diakses

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai