Anda di halaman 1dari 28

SETRATEGI PELAKSANAAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUMAH SAKIT DR. AMINO GONDOHUTOMO

PROVINSI JAWA TENGAH

DOSEN PEMBIMBING : Firman Hidayat,.M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J.

DISUSUN OLEH:

Nimas Ganda Sari


C1020083
3B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

2022-2023
A. Laporan Pendahuluan

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut
Patricia D. Barry (1998) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu
tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (Townsend, 1998). Resiko perilaku kekerasan
adalah adanya kemungkinan seseorang
melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan
akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif
(CMHN, 2006). Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah
perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku sebagai respon marah
yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang
lain dan atau merusak lingkungan secara fisik maupun psikologis.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon yang dihadapi oleh
seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian
yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku
kekerasan perlulu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga
profesional.

B. Etiologi

Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu


harga diri rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan, gangguan ini dapat situasional maupun kronik. Bila kondisi
ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat menimbulkan
perilaku kekerasan.
1. Faktor Predisposisi. Faktor predisposisi menurut (Stuart &
Sundeen, 1995), berbagai pengalaman yang dialami tiap orang
yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau
mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu :
a. Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa
kanak – kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya atau sanki penganiayaan dapat menyebabkan
gangguan jiwa pada usia dewasa atau remaja.
b. Biologis, respon biologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan
darah meningkat, takhikardi, wajah merah, pupil melebar dan
frekuensi pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama
dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang
dikeluarkan saat marah bertambah.
c. Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di
luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
d. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan
diterima (permissive).
e. Aspek spiritual, kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi
ungkapan marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi
hubungan individu dengan lingkungan. Hal ini bertentangan
dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan
yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu
meminta kebutuhan dan bimbingan kepadanya.
2. Stresor Prespitasi. Secara umum, seseorang akan berespon dengan
marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat
berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya
ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa
terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang
menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat
maupun klien harus bersama – sama mengidentifikasinya.
Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal, contoh : stessor
eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang
dianggap bermakna, hingga adanya kritikan dari orang lain.
Sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam
bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai dan ketakutan
terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut perawat –
klien, maka faktor yang menncetuskan terjadinya perilaku
kekerasan terbagi dua, yakni :

a. Klien : Kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kurang


percaya diri.
b. Lingkungan : Ribut, kehilangan orang/objek yang berharga,
konflik interaksi sosial (Yosep, 2007).

C. Akibat
Akibat dari perilaku kekerasaan adalah keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

D. Tanda dan Gejala

Klien dengan perilaku kekerasaan sering menunjukkan tanda-tanda


sebagai berikut (Copernito, LJ, 1998) :
Tanda dan gejala :
Data subyektif :

 Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam,


menyuruh melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain
atau lingkungan
 Mengatakan takut, cemas atau khatir

Data Obyektif :
a. Wajah tegang dan merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot, rahang menutup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

E. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, Akibat


orang lain, lingkugan.

Perilaku Kekerasan Masalah

Utama

Harga Diri Rendah Penyebab


F. Penatalaksanaan

1) Terapi Medis

Menurut Videbeck (2011) Psikofarmaka adalah terapi


menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa, jenis obat psikofarmaka
adalah :
a) Clorpromazine (CPZ, Largactile)

Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas,


ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan
gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, mania depresif, gangguan
personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
b) Haloperidol (Haldol, Serenace)

Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma


gilles de la
toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku berat pada anak-anak. Dosis oral untuk dewasa 1-6 mg
sehari yang terbagi 6-15 mg untuk keadaan berat.
Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan koma,
penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek
samping nya sering mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah.

c) Antikolinergik

Indikasi dan kontraindikasi obat antikolinergik adalah obat yang


mempengaruhi fungsi persarafan. Di dalam tubuh manusia terdiri
dari beribu-ribu sel saraf. Sel saraf satu dengan yang lainnya
berkomunikasi melalui zat yang disebut sebagai neurotransmitter.
Terdapat berbagai jenis neurotransmitter tergantung pada jenis sel
sarafnya. Salah satu neurotransmitter utama di tubuh kita adalah
asetilkolin.
d) ECT (Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmal


secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang
listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.

2) Tindakan Keperawatan

Menurut Videbeck (2011) Penatalaksanaan pada pasien dengan


perilaku kekerasan, meliputi:
a. Terapi Modalitas

a) Terapi lingkungan

Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan


lingkungan bagi semua pasienketika mencoba mengurangi atau
menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang
direncanakan seperti permainan kartu, menonton dan
mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal memberikan
pasienkesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu
ketika pasientenang. Aktivitas juga melibatkan pasiendalam
proses terapeutik dan meminimalkan kebosanan.Penjadwalan
interaksi satu-satu dengan pasienmenunjukkan perhatian
perawat yang tulus terhadap pasiendan kesiapan untuk
mendengarkan masalah pikiran serta perasaan klien.
Mengetahui apa yang diharapkan dapat meningkatkan rasa
aman pasien.

b) Terapi Kelompok

Pada terapi kelompok, pasien berpartisipasi dalam sesi


bersama dalam kelompok individu. Para anggota kelompok
bertujuan sama dan diharapkan memberi kontribusi kepada
kelompok untuk membantu yang lain dan juga mendapat
bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok ditetapkan dan
harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Dengan
menjadi anggota kelompok, pasiendapat mempelajari cara
baru memandang masalah atau cara koping atau
menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari
keterampilan interpersonal yang penting.
c) Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang


mengikutsertakan pasiendan anggota keluarganya. Tujuannya
ialah memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber
fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga
yang maladaptive, dan menguatkan perilaku penyelesaian
masalah keluarga.

d) Terapi Individual

Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan


perubahan pada individu dengan cara mengkaji perasaan,
sikap, cara pikir, dan perilakunya. DimanA terapi ini
mempunyai hubungan personal antara pasien dan ahli terapi.
Tujuan dari terapi individu yaitu memahami diri dan perilaku
mereka sendiri, membuat hubungan personal, memperbaiki
hubungan interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati
atau ketidak bahagiaan.Hubungan antara pasien dan ahli
terapi terbina melalui tahap yang sama dengan tahap
hubungan perawat-pasien yaitu introduksi, kerja, dan
terminasi. Upaya pengendalian biaya yang ditetapkan oleh
organisasi pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain
mendorong upaya mempercepat pasien ke fase kerja sehingga
memperoleh manfaat maksimal yang mungkin dari terapi.

G. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

1. Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut, respon adaptif (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 96):
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan
2. Respon Maladaptif

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh


dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social
b. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan
ungkapan kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk
fisik
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang
timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang
tidak teratur (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).
H. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, Akibat


orang lain, lingkugan.

Perilaku Kekerasan Masalah

Utama

Harga Diri Rendah Penyebab

B. Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan

1) Tindakan Keperawatan untuk Pasien


SP 1 Pasien
FASE ORIENTASI
“ assalamualaikum, selamat pagi ibu/bpk, perkenalkan nama saya ...
saya biasa dipanggil .... saya perawat yang dinas diruang ini. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi saya yang akan
merawat ibu/ bpk kali ini. Nama ibu/bpk siapa?dan senangnya
dipanggil siapa?”
“bagaimana perasaan ibu/bpk hari ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah ?”
“baiklah sekarang kita akan berbincang bincang tentang perasaan marah
yang ibu rasakan.”
“berapa lama ibu/bpk mau kita berbincang bincang? Bagaimana kalu 10
menit?”
“ dimana kita akan berbincang bincang? Bagaimana kalau diruang
tamu?”
FASE KERJA
“ apa yang menyebabkan ibu/bpk marah? Apakah sebelumnya ibu/bpk
pernah marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang? Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang
berantakan, makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia (misalnya ini
penyebab klien marah), apa yang ibu/bpk rasakan? Apakah ibu/bpk
merasa kesal? Kemudian dada ibu berdebar debar mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal? Apa yang ibu lakukan
selanjutnya?”
“apakah dengan ibu/bpk marah marah, keadaan jadi lebih baik?”
“menurut ibu/bpk apakah ada cara lain yang lebih baik selain marah
marah?”
“ maukah ibu/bpk belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian? Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikkan
rasa marah,hari ini kita belajar satu dulu.”
“ begini bu/pak, kalau tanda-tanda marah itu sudah ibu/bpk rasakan
ibu/bpk berdiri lalu tarik nafis dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan secara perlahan lahan dari mulut seperti mengeluarkan
kemarahan, coba lagi bu/pak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali
ibu/bpk sudah dapat melakukannya.”
“ nah sebaiknya latihan ini ibu/bpk lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu/bpk sudah terbiasa
melakukannya.”
FASE TERMINASI
“ bagaimana perasaan nya setelah berbincang bincang tentang
kemarahan ibu/bpk? “
“ coba ibu/bpk sebutkan penyebab ibu/bpk marah dan yang ibu/bpk
rasakan dan apa yang ibu/bpk lakukan serta akibatnya. Baik, sekarang
latihan tadi kita masukan ke jadwal harian ya bu/pak”
“ berapa kali sehari ibu/bpk mau latihan nafas dalam? Bagus .... nanti
tolong ibu/bpk tulis M bila ibu/bpk melakukannya tanpa disuruh, tulis B
bila ibu/bpk butuh dibantu dan tulis T bila ibu/bpk tidak
melakukannya.”
“ baik bu/pak, bagaimana kalau besok kalau kita latihan cara lain untuk
mencegah dan mengendalikan marah ibu/bpk? Dimana kita akan
latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya bu/pak? Berapa lama
kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja? Baiklah kalau begitu
saya pamit dulu ya ibu/bpk.... assalamualaikum”
SP 2 Pasien : Membantu evaluasi latihan nafas dalam, latihan
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua: pukul kasur
dan bantal), menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua.
FASE ORIENTASI
“assalamualaikum ibu/bpk,masih ingat nama saya? Bagus ibu/bpk nama
saya .... sesuai dengan janji saya kemarin, saya datang lagi.”
“ bagaimana perasaan ibu/bpk saat ini? Adakah hal yang menyebabkan
ibu/bpk marah? Baik sekarang kita akan belajar cara mengendalikan
perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua. Mau
berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit? Dimana kita bicara?
Bagaimana kalau diruang tamu ini ya bu/pak/”
FASE KERJA
“ kalau ada yang menyebabkan ibu marahdan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam ibu/bpk dapat memukul bantal dan kasur.”
“ sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar
ibu/bpk? Jadi nanti kalu ibu/bpk kesal atau marah, ibu/bpk langsung
kekamar dan lampiaskan marah ibu/bpk tersebut dengan memukul
bantal dan kasur. Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya
bagus sekali ibu/bpk melakukannya!”
“nah cara inipun dapat dilakukan dengan secara rutin jika ada perasaan
marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur ya!”
FASE TERMINASI
“ bagaiamana persaan ibu/bpk setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi? Coba ibu/bpk sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih?
Bagus!”
“ mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul
berapa ibu/bpk mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
bagaiamana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan 3 sore,
lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi
ya bu. Sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya bu, kita akan
belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai
jumpa, assalamualaikum”

SP 3 Pasien : Membantu klien latihan mengendalikan perilaku


kekerasaan secara sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara
fisik mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa
marah secara verbal : menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik. Susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal)
FASE ORIENTASI
“ assalamualaikum ibu/bpk masih ingat nama saya? Bagus ibu/bpk ya
saya ... sesuai dengna janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu
lagi “
“ bagaimana ibu/bpk,sudah sudah dilakukan tarik nafas dalam dan
pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur ? coba saya liat jadwal hariannya. Bagus”
“ bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“ dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana kalau ditempat
yang sama? Berapa lama ibu/bpk mau kita berbincang bincang?
Bagaiamana kalau 10 menit saja?”
FASE KERJA
“ sekarang kita latihan cara bicara ibu/bpk baik untuk mencegah marah.
Kalau marah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega maka kita perlu bicara dengan orng yang
membuat ibu/bpk marah. Ada tiga caranya bu/pak:1 Meminta dengan
baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata kata kasar. Kemarin ibu/bpk mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, coba ibu/bpk minta
sediakan makan dengan baik “ bu, tolong sediakan makan dan
bersihkan rumah” nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju dan
minta obat dan lain lain. Coba ibu/bpk praktekkan. Bagus ibu/bpk”
yang kedua : menolak dengan baik,jika ada yang menyuruh dan ibu/bpk
tidak ingin melakukannya, katakan ‘maaf saya tidak bisa melakukannya
karena ada kerjaan.’. coba ibu/bpk praktekkan. Bagus bu/pak.
Yang ketiga mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat ibu/bpk kesal ibu dapat mengatakan:’ saya ingin
marah karen perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
FASE TERMINASI
“ bagaimana perasaan ibu/bpk setelah bercakap cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik? Coba ibu sebutkan lagi
cara bicara yang baik yang telah kita pelajari. Bagus sekali,sekarang
kita masukan dalam jadwal. Berapa kali sehari ibu/bpk mau latihan
bicara yang baik? Bisa kita buat jadwalnya?”
“coba masukan jadwal harian, mislanya ibu meminta obat,makan dll.
Bagus nanti dicoba ya bu.”
“bagaimana kalau besok kita ketemu lagi? Besok kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu/bpk itu yaitu
dengan cara ibadah, ibu/bpk setuju mau dimana ibu/bpk? Disini lagi?
Baik sampai nanti ya bu .... assalamualaikum.”
SP 4 Pasien : Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara fisik dan sosial/verbal,latihan beribadah dan berdoa,
buat jadwal latihan beribadah/berdoa.
FASE ORIENTASI
“ assalamualaikum ibu/bpk masih ingat nama saya? Betul bu/pak.
Bagaimana bu/pak,latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya?”
“ bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan beribadah? Dimana enaknya kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau ditempat biasa? Berapa lama ibu/bpk mau
berbincang bincang? Bagaimana jika 10 menit saja?”
FASE KERJA
“coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu/bpk lakukan! Bagus
yang mana yang mau ibu/bpk coba ? nah kalau ibu/bpk sedang marah
coba langsung duduk dan langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda
juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, coba
ambil air wudhu kemudian sholat.”
“ibu/bpk bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan marah.
Coba ibu/bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana?
Coba sebutkan caranya.”
FASE TERMINASI
“ bagaimana perasaan ibu/bpk setelah kita bercakap cakap tentang cara
yang ketiga ini? Jadi sudah berapa cara untuk mengontrol marah yang
kita pelajari? Baggus”
“mari kita masukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu/bpk. Mau
berapa kali ibu/bpk sholat? Baik kita masukan sholat .... dan .... (sesuai
kesebutan pasien)”
“coba ibu/bpk sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila
ibu/bpk sedang marah. Setelah ini ibu/bpk lakukan sholat sesuai jadwal
yang telah kita buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu/pak, nanti kita bicara cara yang ke empat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Nanti kita
akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol ras marah ibu/bpk, setuju bu/pak? Assalamualikum”
SP 5 Pasien : Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat (
bantu klien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar < benar
pasien, benar nama obat, benar waktu, benar cara minum dan benar
dosis obat> disertai penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti
minum obat,susun jadwal minum obat secara teratur.)
FASE ORIENTASI
“assalamualaikum ibu/bpk,masih ingat nama saya? Ya benar, sesuai
dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi.
Bagaimana ibu/bpk sudah dilakukan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat kegiatannya.”
“ bagaimana kalau sekarang kita berbincang bincang? Bagaimana kalau
ditempat tadi? Berapa lama ibu/bpk mau berbincang bincang?
Bagaimana jika 10 menit saja?”
FASE KERJA ( perawat membawa obat klien)
“ ibu/bpk sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang
ibu/bpk minum? Warnanya apa saja? Bagus, jam berapa ibu/bpk
minum? Bagus. Obatnya ada 3 macam bu/pak, yang warna oranye
namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya THP
agar rileks dan tidak tegang, dan yang warna merah jambu ini namanya
HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu/bpk minum 3x
sehari jam 7 pagi ,jam 1 siang, dan jam 7 malam.”
“ bila nanti setelah minum obat mulut ibu/bpk terasa kering, untuk
membantu mengatasinya ibu/bpk bisa mengisap isap es batu. Bila terasa
berkunang kunang,ibu/bpk sebaiknya beristirahat dan jangan
beraktivitas lagi.”
“ nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu/bpk lihat dulu label di
kotak obat apakah benar nama ibu tertulis disitu,berapa dosis yang
harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini
minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”
“ jangan pernah menghentikan meminum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya bu/pak, karena dapat terjadi kekambuhan.sekarang
kita masukan minum obat kedalam jadwal ibu/bpk ya.”
FASE TERMINASI
“ bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakap tentang cara kita
minum obat yang benar?. Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang
ibu/bpk minum! Bagaimana cara minum obat yang benar? Nah sudah
berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang
kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya. Baik,besok kita ketemu lagi untuk
melihat sejauh mana ibu/bpk melaksanakan kegiatan dan sejauh mana
dapat mencegah rasa marah. Selamat siang ibu/bpk. Sampai jumpa..
assalamualaikum”

2) Tindakan Keperawatan untuk keluarga

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara


merawat klien perilaku kekerasan di rumah

FASE ORIENTASI :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang
Soka ini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa,
senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang  tentang masalah yang Ibu
hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30
menit?”
“Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”
FASE KERJA
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang
Ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak
dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan
dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia
merasa direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa
penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan
gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia
akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah
tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi?
Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila
tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara
mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat
yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa
melakukanya jangan lupa di puji ya bu”
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya
bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang
telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?” “Tempatnya disini
saja lagi ya bu?”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol


Kemarahan
FASE ORIENTASI :
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita
ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu
tanyakan?” “Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita
latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih
bersama”
FASE KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak
lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian
Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol
kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan
maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak
menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak
dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak
semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang
ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak,
coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu
uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus
dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda
juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu
untuk meredakan kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak
jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa
minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi
atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak
dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk
meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan
dokter”
FASE TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah
kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal
latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan
pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari
lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak
selama di rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga


Buat perencanaan pulang bersama keluarga
FASE ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-
cara yang sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana
kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk
keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan
perawatan lanjutan di rumah, disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30
menit?”
FASE KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat  tolong dilanjutkan, baik jadual
aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak   
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain, maka bapak konsul kan ke dokter atau di bawa kerumah
sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.”

FASE TERMINASI

“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa
saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala,
kontrol; ke rumah sakit). Saya rasa mungkin cukup sampai disini dan
untuk persiapan pulang pasien lainya akan segera saya siapkan”

DAFTAR PUSTAKA
https://repository.ump.ac.id/3973/2/DINNO%20BAB%20I.pdf
https://www.academia.edu/38457641/RPK-converted
https://repositori.stikesppni.ac.id/bitstream/handle/123456789/1097/BAB
%20I_202103024.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai