Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

SETRATEGI PELAKSANAAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUMAH SAKIT Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

DOSEN PEMBIMBING : Firman Hidayat,.M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J.

DISUSUN OLEH:

Winalda Elandani Manik


C1020099

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

2022
A. Laporan Pendahuluan

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut
Patricia D. Barry (1998) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep,
2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
suatu tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Townsend, 1998). Resiko perilaku kekerasan adalah adanya
kemungkinan seseorang
melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat
ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontol (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku sebagai
respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang
lain dan atau merusak lingkungan secara fisik maupun psikologis. Perilaku
kekerasan merupakan salah satu respon yang dihadapi oleh seseorang. Respon ini
dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlulu dilakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga-tenaga profesional.

B. Etiologi

Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu harga diri
rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, gangguan ini dapat
situasional maupun kronik. Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka
akan dapat menimbulkan perilaku kekerasan.
1. Faktor Predisposisi. Faktor predisposisi menurut (Stuart & Sundeen, 1995),
berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :

a. Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang


kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak – kanak yang
tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanki
penganiayaan dapat menyebabkan gangguan jiwa pada usia dewasa atau
remaja.
b. Biologis, respon biologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat,
takhikardi, wajah merah, pupil melebar dan frekuensi pengeluaran urine
meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan
saat marah bertambah.
c. Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
d. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima (permissive).
e. Aspek spiritual, kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi ungkapan
marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu
meminta kebutuhan dan bimbingan kepadanya.

2. Stresor Prespitasi. Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah


apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara
psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri
seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari
sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik
perawat maupun klien harus bersama – sama mengidentifikasinya. Ancaman
dapat berupa internal maupun eksternal, contoh : stessor eksternal : serangan
secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, hingga adanya
kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal
dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai dan ketakutan terhadap
penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut perawat – klien, maka faktor
yang menncetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yakni :
a. Klien : Kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kurang percaya
diri.
b. Lingkungan : Ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik
interaksi sosial (Yosep, 2007).

C. Akibat

Akibat dari perilaku kekerasaan adalah keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.

D. Penatalaksanaan

Penatalaksannan keperawatan :
a.Psikoterapeutik
b.Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d Pendidikan keschatan
e.Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri
menenangkanhiperaktivitas.
dan
f. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenanpkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
E. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan, Resiko Mnecederai Diri Sendiri, Orang Lain dan


Lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

F. Askep

1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan
alamat klien.

2. Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.

3. Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa


pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal.
Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek psikososial

a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi


b) Konsep diri
c) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6. Status mental
7. Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
8. Kebutuhan persiapan pulang

a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan


kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

9. Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus
internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain.

10. Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,


pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

11. Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.


12. Aspek medic

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,


psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

13. Daftar masalah keperawatan

a) Perilaku Kekerasan, Resiko Mnecederai Diri Sendiri, Orang Lain dan


Isolasi sosial
b) Resiko Perilaku Kekerasan
c) Harga Diri Rendah

G. Tanda dan Gejala

Klien dengan perilaku kekerasaan sering menunjukkan tanda-tanda sebagai


berikut (Copernito, LJ, 1998) :
Tanda dan gejala :
Data subyektif :
▪ Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam, menyuruh
melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan
o Mengatakan takut, cemas atau khatir

Data Obyektif :
a. Wajah tegang dan merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot, rahang menutup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

B. Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan

1) Tindakan Keperawatan untuk Pasien

SP 1 Pasien
FASE ORIENTASI
“ assalamualaikum, selamat pagi ibu/bpk, perkenalkan nama saya ... saya biasa
dipanggil .... saya perawat yang dinas diruang ini. Hari ini saya dinas pagi dari jam
7 sampai jam 1 siang, jadi saya yang akan merawat ibu/ bpk kali ini. Nama ibu/bpk
siapa?dan senangnya dipanggil siapa?”
“bagaimana perasaan ibu/bpk hari ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah ?”
“baiklah sekarang kita akan berbincang bincang tentang perasaan marah yang ibu
rasakan.”
“berapa lama ibu/bpk mau kita berbincang bincang? Bagaimana kalu 10 menit?”
“ dimana kita akan berbincang bincang? Bagaimana kalau diruang tamu?”
FASE KERJA
“ apa yang menyebabkan ibu/bpk marah? Apakah sebelumnya ibu/bpk pernah
marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Pada saat
penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang tidak
tersedia, air tak tersedia (misalnya ini penyebab klien marah), apa yang ibu/bpk
rasakan? Apakah ibu/bpk merasa kesal? Kemudian dada ibu berdebar debar mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Apa yang ibu lakukan
selanjutnya?”
“apakah dengan ibu/bpk marah marah, keadaan jadi lebih baik?”
“menurut ibu/bpk apakah ada cara lain yang lebih baik selain marah marah?”
“ maukah ibu/bpk belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian? Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikkan rasa marah,hari ini kita
belajar satu dulu.”
“ begini bu/pak, kalau tanda-tanda marah itu sudah ibu/bpk rasakan ibu/bpk berdiri
lalu tarik nafis dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan lahan
dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu/pak dan lakukan
sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu/bpk sudah dapat melakukannya.”
“ nah sebaiknya latihan ini ibu/bpk lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul ibu/bpk sudah terbiasa melakukannya.”
FASE TERMINASI
“ bagaimana perasaan nya setelah berbincang bincang tentang kemarahan ibu/bpk?

“ coba ibu/bpk sebutkan penyebab ibu/bpk marah dan yang ibu/bpk rasakan dan
apa yang ibu/bpk lakukan serta akibatnya. Baik, sekarang latihan tadi kita masukan
ke jadwal harian ya bu/pak”
“ berapa kali sehari ibu/bpk mau latihan nafas dalam? Bagus .... nanti tolong
ibu/bpk tulis M bila ibu/bpk melakukannya tanpa disuruh, tulis B bila ibu/bpk
butuh dibantu dan tulis T bila ibu/bpk tidak melakukannya.”
“ baik bu/pak, bagaimana kalau besok kalau kita latihan cara lain untuk mencegah
dan mengendalikan marah ibu/bpk? Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau
tempatnya disini saja ya bu/pak? Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau
10 menit saja? Baiklah kalau begitu saya pamit dulu ya ibu/bpk....
assalamualaikum”

SP 2 Pasien : Membantu evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan


perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua: pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan harian cara kedua.
FASE ORIENTASI
“assalamualaikum ibu/bpk,masih ingat nama saya? Bagus ibu/bpk nama saya ....
sesuai dengan janji saya kemarin, saya datang lagi.”
“ bagaimana perasaan ibu/bpk saat ini? Adakah hal yang menyebabkan ibu/bpk
marah? Baik sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua. Mau berapa lama? Bagaimana kalau
10 menit? Dimana kita bicara? Bagaimana kalau diruang tamu ini ya bu/pak/”
FASE KERJA
“ kalau ada yang menyebabkan ibu marahdan muncul perasaan kesal, selain nafas
dalam ibu/bpk dapat memukul bantal dan kasur.”
“ sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu/bpk?
Jadi nanti kalu ibu/bpk kesal atau marah, ibu/bpk langsung kekamar dan
lampiaskan marah ibu/bpk tersebut dengan memukul bantal dan kasur. Nah coba
ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu/bpk melakukannya!”
“nah cara inipun dapat dilakukan dengan secara rutin jika ada perasaan marah,
kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur ya!”
FASE TERMINASI
“ bagaiamana persaan ibu/bpk setelah latihan cara menyalurkan marah tadi? Coba
ibu/bpk sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu/bpk
mau mempraktikkan memukul kasur/bantal? bagaiamana kalau setiap bangun
tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan 3 sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-
waktu gunakan kedua cara tadi ya bu. Sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita
ketemu ya bu, kita akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang
baik. Sampai jumpa, assalamualaikum”

SP 3 Pasien : Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasaan secara


sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku
kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik. Susun jadwal
latihan mengungkapkan marah secara verbal)
FASE ORIENTASI
“ assalamualaikum ibu/bpk masih ingat nama saya? Bagus ibu/bpk ya saya ...
sesuai dengna janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi “
“ bagaimana ibu/bpk,sudah sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ? coba saya
liat jadwal hariannya. Bagus”
“ bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“ dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana kalau ditempat yang sama?
Berapa lama ibu/bpk mau kita berbincang bincang? Bagaiamana kalau 10 menit
saja?”
FASE KERJA
“ sekarang kita latihan cara bicara ibu/bpk baik untuk mencegah marah. Kalau
marah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega maka kita perlu bicara dengan orng yang membuat ibu/bpk marah. Ada tiga
caranya bu/pak:1 Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata kata kasar. Kemarin ibu/bpk mengatakan penyebab
marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, coba ibu/bpk minta
sediakan makan dengan baik “ bu, tolong sediakan makan dan bersihkan rumah”
nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju dan minta obat dan lain lain. Coba
ibu/bpk praktekkan. Bagus ibu/bpk” yang kedua : menolak dengan baik,jika ada
yang menyuruh dan ibu/bpk tidak ingin melakukannya, katakan ‘maaf saya tidak
bisa melakukannya karena ada kerjaan.’. coba ibu/bpk praktekkan. Bagus bu/pak.
Yang ketiga mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat ibu/bpk kesal ibu dapat mengatakan:’ saya ingin marah karen
perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
FASE TERMINASI
“ bagaimana perasaan ibu/bpk setelah bercakap cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik? Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang
telah kita pelajari. Bagus sekali,sekarang kita masukan dalam jadwal. Berapa kali
sehari ibu/bpk mau latihan bicara yang baik? Bisa kita buat jadwalnya?”
“coba masukan jadwal harian, mislanya ibu meminta obat,makan dll. Bagus nanti
dicoba ya bu.”
“bagaimana kalau besok kita ketemu lagi? Besok kita akan membicarakan cara lain
untuk mengatasi rasa marah ibu/bpk itu yaitu dengan cara ibadah, ibu/bpk setuju
mau dimana ibu/bpk? Disini lagi? Baik sampai nanti ya bu .... assalamualaikum.”
SP 4 Pasien : Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal,latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan
beribadah/berdoa.
FASE ORIENTASI
“ assalamualaikum ibu/bpk masih ingat nama saya? Betul bu/pak. Bagaimana
bu/pak,latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?”
“ bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan beribadah? Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempat biasa? Berapa lama ibu/bpk mau berbincang bincang? Bagaimana jika 10
menit saja?”
FASE KERJA
“coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu/bpk lakukan! Bagus yang mana
yang mau ibu/bpk coba ? nah kalau ibu/bpk sedang marah coba langsung duduk
dan langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks. Jika tidak reda juga, coba ambil air wudhu kemudian sholat.”
“ibu/bpk bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan marah. Coba
ibu/bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya.”
FASE TERMINASI
“ bagaimana perasaan ibu/bpk setelah kita bercakap cakap tentang cara yang ketiga
ini? Jadi sudah berapa cara untuk mengontrol marah yang kita pelajari? Baggus”
“mari kita masukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu/bpk. Mau berapa kali
ibu/bpk sholat? Baik kita masukan sholat .... dan .... (sesuai kesebutan pasien)”
“coba ibu/bpk sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu/bpk
sedang marah. Setelah ini ibu/bpk lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat
tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu/pak, nanti kita bicara cara yang ke empat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Nanti kita akan
membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol ras marah
ibu/bpk, setuju bu/pak? Assalamualikum”

SP 5 Pasien : Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu


klien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar < benar pasien, benar nama
obat, benar waktu, benar cara minum dan benar dosis obat> disertai penjelasan
guna minum obat dan akibat berhenti minum obat,susun jadwal minum obat secara
teratur.)
FASE ORIENTASI
“assalamualaikum ibu/bpk,masih ingat nama saya? Ya benar, sesuai dengan janji
saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi. Bagaimana ibu/bpk sudah
dilakukan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat
kegiatannya.”
“ bagaimana kalau sekarang kita berbincang bincang? Bagaimana kalau ditempat
tadi? Berapa lama ibu/bpk mau berbincang bincang? Bagaimana jika 10 menit
saja?”
FASE KERJA ( perawat membawa obat klien)
“ ibu/bpk sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang ibu/bpk minum?
Warnanya apa saja? Bagus, jam berapa ibu/bpk minum? Bagus. Obatnya ada 3
macam bu/pak, yang warna oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang,
yang putih namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang warna merah
jambu ini namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu/bpk
minum 3x sehari jam 7 pagi ,jam 1 siang, dan jam 7 malam.”
“ bila nanti setelah minum obat mulut ibu/bpk terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibu/bpk bisa mengisap isap es batu. Bila terasa berkunang
kunang,ibu/bpk sebaiknya beristirahat dan jangan beraktivitas lagi.”
“ nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu/bpk lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama ibu tertulis disitu,berapa dosis yang harus diminum, baca juga
apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya pada suster kemudian cek
lagi apakah benar obatnya”
“ jangan pernah menghentikan meminum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya bu/pak, karena dapat terjadi kekambuhan.sekarang kita masukan minum
obat kedalam jadwal ibu/bpk ya.”
FASE TERMINASI
“ bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakap tentang cara kita minum obat
yang benar?. Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu/bpk minum!
Bagaimana cara minum obat yang benar? Nah sudah berapa cara mengontrol
perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya
dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya. Baik,besok
kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana ibu/bpk melaksanakan kegiatan dan
sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Selamat siang ibu/bpk. Sampai jumpa..
assalamualaikum”
2) Tindakan Keperawatan untuk keluarga

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat


klien perilaku kekerasan di rumah

FASE ORIENTASI :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka ini,
saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang  tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
FASE KERJA
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan?
Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu
diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan
benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa
direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu
artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya
dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara
kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual
latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal,
spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa di puji ya
bu”
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita
bicarakan tadi langsung kepada bapak?” “Tempatnya disini saja lagi ya bu?”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan


FASE ORIENTASI :
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu
lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?”
“Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?,
sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama”
FASE KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus
sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang
harus dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan
ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan
pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi
kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan
sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada
tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli
rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu
itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda
juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk
meredakan kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang,
tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat?
Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat?
Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan,
ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan
jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”
FASE TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan
cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang
telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila
dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu
bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga Buat


perencanaan pulang bersama keluarga
FASE ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-cara yang
sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang perawatan lanjutan untuk keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah
dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan perawatan lanjutan
di rumah, disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
FASE KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat  tolong dilanjutkan, baik jadual aktivitas maupun
jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak   menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka bapak konsul kan ke
dokter atau di bawa kerumah sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada
bapak.”
FASE TERMINASI

“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang
perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, kontrol; ke rumah sakit).
Saya rasa mungkin cukup sampai disini dan untuk persiapan pulang pasien lainya
akan segera saya siapkan”

DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari internet Rabu 21 Desember 2022 pukul 19,30

https:/www.academin.edu/43809047/LAPORAN PENDAHULUAN_RESIKO
PERILAKU KEKFRASAN

Dikutip dari internet Rabu 21 Desember 2022 pukul 20 43

https://www.academin.edu/37822087/LAPORAN PENDAHULUAN_RPKdoc

Dikutip dari internet Rabu 21 Desember 2022 pukul 22.35 https:/ost.io/OhapS/download

Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan liwa. Yogyakarta; Nuha Medika.

Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien Risiko

Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149-156.

http://dx.doi.org/10.32584/jiki.v213.226

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy

Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit


Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1),

8-14. http://114.7.97.221/index.phn/NERS/article/view/1005

Anda mungkin juga menyukai