Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN

Oleh : DAHRU BUNYANIAH


SN201104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Masalah Utama
Perilaku kekerasan

B. Proses Terjadinya Penyakit


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujun untuk
melukai seseorang baik fisik maupun psikologis (Keliat,2011)
Perilaku kekerasan adalah hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan ppada diri sendiri, orang lain dan linkungan. Perilaku kekerasan
pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasna pada orang
lain adalah tindakan agresif untuk melukai atau membunuh orang
lain.Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat beruba perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca,genting dan semua yang ada di lingkungan
(Yusuf,dkk,2014).
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain
(Kusumawati dan Hartono, 2010).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri,
orang lain bahkan dapat merusak lingkungan.
2. Tanda dan Gejala
a. Subyektif: klien mengatakan benci dan kesal pada seseorang, perasaan
jengkel, adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa tercekik,
bingung, mengatakan semua orang ingin menyerangnya
b. Obyektif: muka marah, mata melotot, rahang dan bibir mengatup, kaki
tangan mengepal/tegang, mondar mandir, bicara sendiri dan
ketakutan, bicara dengan suara tinggi, tekanan darah, frekuensi
jantung meningkat, banyak berkeringat, napas pendek.
3. Penyebab Terjadinya Masalah
Perilaku harga diri rendah bisa disebabkan adanya gangguan harga
diri : harga diri rendah. Harga diri rendah, seseorang dengan Harga diri
rendah, ia merasakan bahwa dirinya tidak mampu, tidak mempunyai
keberdayaan untuk memecahkan masalah sehingga klien menggunakan
respon mal adaptif perilaku kekerasan.
Adapun factor predisposisi dan factor presipitasi menurut Nurhalimah
(2016) adalah :
a.Faktor Prediposisi
Faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu
sebagai berikut.
a) Pengaruh Neurofisiologik, beragam komponen neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sengat terlibat dalam menstimulasi
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh Biokimia, menurut Goldsten dalam Townsend
menyatakan bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin,
norepinefrin, dopamin, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan
dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan
serotinin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan
faktor predisposisi penting yang dapat menyebabkan timbulnya
perilaku agresif pada seseorang
c) Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY,
yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak
kriminal (narapidana).
d) Gangguan Otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
bernagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik
dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi
(epilepsi lobus temporal)terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang
dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam
kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif
dan tindak kekerasan merupakan pengeungkapan secara terbuka
terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
b) Teori Pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor
predisposisi biologik.
3) Teori Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku
kekerasan.
b.Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor eksternal dan internal.
1) Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol dan lain- lain.
2) Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yng dicintai,
krisis dan lain-lain.

Hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan


antara lain sebagai berikut.
a. kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang
dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada saat menhadapi rasa frustasi.
e. kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan
perubahan tahap perkembangan keluarga.
4. Akibat Terjadinya Masalah
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah ,dan lain- lain.
Jadi kjlien dengan perilaku kekerasan/amuk berisiko untuk mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Gejala klinis yang muncul antara lain
:
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
d. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain.

C. Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien perilaku kekerasan,
antara lain:
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
Data yang perlu dikaji, sebagai berikut:
1. Subjektif :
a. Klien mengancam
b. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
c. Klien mengatakan dendam dan jengkel
d. Klien mengatakan ingin berkelahi
e. Klien menyalahkan dan menuntut
f. Klien meremehkan
2. Objektif :
a. Mata melotot
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Wajah memerah dan tegang
e. Postur tubuh kaku
f. Suara keras
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

F. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa 1: resiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum: klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jemgkel/kesal
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan tenang
3. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal
b. Observasi tanda perilaku kekerasan
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c. Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik: tarik napas dalam jika
sedang kesal, berolahraga, memukul kasur/bantal. Secara verbal:
katakan bahwa anda sedang marah, kesal, tersinggung. Secara
spiritual: berdoa, memohon pada Tuhan agar diberi kesabaran
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan
a. Bantu memilih cara yang tepat
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
c. Bantu mensimulasi cara yang telah dipilih
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah
8. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping)
b. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, obat,
dosis, waktu, cara pemberian)
c. Anjurkan untuk membicarakan efek daan efek samping obat yang
dirasakan
Diagnosa 2: gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum: klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif pada setiap pertemuan dengan klien
c. Utamakan memberi pujian yang realistis
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
kerumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
c. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemampuan pelaksanaan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Diagnosa 3: resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Umum: klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus:
1. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2. Klien mampu mengungkapkan perasaannya
3. Klien mampu meningkatkan harga dirinya
4. Klien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah dengan baik
Tindakan:
1. Mendiskusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
2. Meningkatkan harga diri klien dengan cara:
a. Memberikan kesempatan klien mengngkapkan persaannya
b. Memberi pujian jika klien dapat mengatakan perasaan positif
c. Meyakinkan klien bahwa dirinya penting
d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
e. Merencanakan yang dapat dilakukan klien
3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan klien efektifitas dari masing-masing cara
penyelesaian masalah
c. Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik
STRATEGI PELAKSANAAN 1
Pertemuan I

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tampak selalu emosi dan marah
2. Diagnosa keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan SP 1
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab, tanda dan gejala
serta mengontrol secara fisik
4. SP 1 Pasien
Mengidentifikasi penyebab, tanda gejala resiko perilaku kekerasan serta
mengontrol secara fisik
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
b. Mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang dilakukan
c. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
d. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
e. Membantu pasien cara mempraktikkan dan mengontrol perilaku
kekerasan
B. Strategi Keperawatan
1. FASE ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya.......biasa
dipanggil..........”saya mahasiswa STIKES Kusuma Husada yang akan
merawat bapak.
“nama bapak siapa? Suka dipanggil siapa?
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Masih ada perasaan marah
atau kesal?”
c. Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan marah
Bapak? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?”
2. FASE KERJA
”Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak
pernah marah? Penyebabnya apa? Sama kah dengan yang sekarang? Kalau
marah biasanya sering memukul sesuatu atau tidak? Maukah bapak belajar
cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak, salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Begini
Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak
berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah biasa melakukannya.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Bapak?
b. Evaluasi Obyektif
“Ya, jadi ada 2 penyebab Bapak marah ....(sebutkan) dan yang Bapak
rasakan ...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan...(sebutkan) serta
akibatnya...(sebutkan). Bapak sudah bisa memperagakan tarik nafas
dalam tadi dengan baik.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Berapa kali bapak
mau latihan dalam sehari? Mau jam berapa saja latihannya?”
d. Kontrak
1. Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan rasa marah?”
2. Waktu
”Nanti 2 jam lagi saya akan datang ke sini. Bagaimana, Bapak mau
kan?”
3. Tempat
”Tempatnyadisini saja ya Pak. Sampai jumpa besok”
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, mukripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan. Bandung: Refika Aditama
Keliat Budi Ana. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN-Basic
Dasar) . Jakarta : EGC
Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika
Yusuf, dkk (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika
Nurhalimah. (2016). Keperawatan JIwa Komprehensif. Jakarta : Pusdik kesehatan
Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai