Anda di halaman 1dari 31

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri, maupun orang lain, disertai dendan amuk dan gaduh gelisah yang
tidak terkontrol (kusumawati dan hartono, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan (stuart dan sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilakau
yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun biologis
(berkowitz, dalam harnawati, 1993).
Setiap aktifitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian
(stuart dan sundeen, 1998).
Suatu keadaan dimamna indifidu mengalami perilaku yang dapat
melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (towsed, 1998).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang-
barang (karamis, 1998).
Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik (ketner et al, 1995).
B. TANDA DAN GEJALA
1. Fisik
a. Mata melotot/pandangan tajam
b. tangan mengepal
c. rahang mengatup
d. wajah memerah dan tegang

1
e. serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
a. Mengancam
b. mengumpat dengan kata-kata kotor
c. berbicara dengan nada keras, kasar, dan ketus.
3. Perilaku
a. Menyerang orang lain
b. melukai diri sendiri/orang lain
c. merusak lingkungan
d. amuk/agresif
4. Emosi
a. tidak adekuat
b. tidak aman dan nyaman
c. merasa terganggu
d. dendam
e. jengkel
f. tidak berdaya
g. bermusuhan
h. mengamuk
i. ingin berkelahi
j. menyalahkan dan menuntut
5. Intelektual
a. Mendominasi
b. Cerewet
c. Kasar
d. Berdebat
e. Meremehkan
f. Dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme
6. Spiritual

2
a. Merasa diri berkuasa
b. Merasa diri benar
c. Keragu-raguan
d. Tidak bermoral
e. Kreatifitas terhambat
7. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Ejekan
e. Sindiran
8. Perhatian
a. Melarikan diri
b. Melakukan penyimpangan seksual

C. RENTANG RESPON

Gambar: Rentang respons perilaku kekerasan


Sumber: Keliat (1999)

Keterangan :

1. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketegangan
2. Frustasi

3
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor psikologis
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan.
c. Rasa frustasi.
d. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan.
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologic terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran
eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologic.
2. Faktor Sosial Budaya
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori
menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon respon yang

4
lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diteriama.
3. Faktor biologis
Berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
memponyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat implus
agresif.
b. Pengaruh biokimia, peningkatan hormone androgen dan norefineprin
setra penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetic termasuk genetic tepi kariotipe XYY, yang
umumnyaa dimiliki oleh pengaruh penjara tindak criminal
(narapidana).
d. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindakan
kekerasan.
E. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

5
1. Klien: kelemahan fisik, keputusan, ketidak berdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan dari klien sendiri
maupun eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan: panas, padat, dan bising.

Menurut shives (1998) dalam fitria (2009), hal-hal yang dapat


menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai
berikut:

1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi


2. Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu
3. Ketidak siapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak
mampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
4. Pelaku mungin mempunyai riwayat antisosial sebagai penyalah gunaan
obat dan alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat
menghadapi rasa frustasi.
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

F. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping yang digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti
displacement, sublemasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar.
Pada keadaan ini respon fisiologi timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom berekasi terhadap sekresi epineprin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi

6
HCL meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal,
tubuh menjadi kaku dan disertai reflex yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif.
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Asertif
adalah cara yang terbaik individu dapat mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologi dan dengan
perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri orang
lain maupun lingkungan

7
G. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


EFFECT
Lingkungan dan orang lain

CORE
PROBLEM Perilaku Kekerasan

CAUSA Koping individu in efektif

8
H. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan
2. Risiko mencederai diri sendiri, oranglain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefekif
8. Koping keluarga inefektif

I. DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Perilaku kekerasan Subjektif:
 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata
kata kotor
 Klien mengatakan dendam dan
jengkel
 Klien mengatakan ingin
berkelahi
 Klien menyalahkan dan
menuntut
 Klien meremehkan
Objektif
 Mata melotot/pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan,


antara lain adalah sebagai berikut:

9
1. Ketidak mampuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalah gunaan narkoba/alcohol

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan resiko perilaku kekerasan dirumuskan jika
pasien saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai
kemampuan mencagah/ mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.

10
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi
data, analisa data, dan perumusan masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa
keperawatan.
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala
yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai
suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.

11
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan
kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji
individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual,
sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :
a) Aspek fisik: terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas
pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat,
tekanan darah meningkat.
b) Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
c) Aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,
meremehkan.
d) Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

12
Pengkajian klien dengan perilaku kekerasan dalam asuhan keperawatan

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


1. Aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
2. Aniaya seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
5. Tindakan kriminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Berkan tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan data pada klien!
6. Aktivitas motorik
[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen[ ] Tremor [ ] Kompulsif
Berikan tanda ( ) pada kolom yang sesuai data pada klien!
7. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung
[ ] Kontak mata kurang [ ] Defensif [ ] Curiga
Berikan tanda ( ) pada kolom Yang sesuai dengan data pada pasien!

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat.
Diagnose keperawatan resiko perilaku kekerasan dirumuskan jika pasien
saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai
kemampuan mencagah/ mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.

13
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu: Setelah ......x pertemuan, SP1
- Mengindentika pasien mampu: - Identifikasi
si penyebab - Menyebutkan penyebab , tanda
dan tanda penyebab, tanda, dan gejalaserta
prilaku gejala, dan akibat prilaku
kekerasan akibat prilaku kekerasan
- Menyebutkan kekerasan - Latihan cara fisik
jenis prilaku - Memperagakan 1: tarik nafas
kekerasan yang cara fisik 1 dalam
dilakukan untuk - Masukan
- Menyebutkan mengontol kedalam jadwal
akibat dari prilaku harian pasien
prilaku kekerasan
Setelah.....x pertemuan, SP2
kekerasan yang
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan
dilakukan
- Menyebutkan yang lalu (SP1)
- Menyebutkan
kegiatan yang - Latihan cara fisik
cara
sudah dilakukan 2: Pukul kasur /
mengontrol
- Memperagakan bantal
prikaku
cara fisik untuk - Masukan dalam
kekerasanya
mengontrol jadwal harian
- Mengontrol
prilaku pasien
prilaku
kekerasan.
kekerasannya
Setelah.....x petemuan SP3
dengan cara:
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan
- Fisik
- Menyebutkan yang lalu (SP1
- Sosial /
kegiatan yang dan SP2)

14
verbal sudah di lakukan - Latihan secara
- Spiritual - Memperagakan sosial / verbal
- Terapi cara sosial / - Menolak dengan
Psikofarma verbal untuk baik
ka (obat) mengontrol - Meminta dengan
prilaku baik
kekerasan - Mengungkapkan
dengan baik
- Masukan dalam
jadwal harian
pasien
Setelah......x pertemuan SP4
pasien mampu: - Evalasi kegiatan
- Menyebutkan yang lalu
kegiatan yang (SP1,2&3)
sudah di lakukan - Latihan secara
- Memperagakan spiritual
cara spiritual - Berdoa
- Sholat
- Masukan dalam
jadwal harian
pasien
Setelah......x pertemuan, SP5
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan
- Menyebutkan (SP1,2,3&4)
kegiatan yang - Latih patuh obat
sudah dilakukan - minum obat
- Memperagakan secara
cara patu obat teratur dengan

15
prinsip 6 benar
- susun jadwal
minum obat
secara teratur
- Masukan dalam
jadwal harian
paseien
Keluarga mampu: Setelah.....x pertemuan, SP1:
- Merawat keluarga mampu - Identifikasi
pasien menjelaskan penyebab, dan masalah yang
dirumah gejala, akibat serta mampu dirasakan
memperagakan cara keluarga dalam
merawat. merawat pasien
- Jelaskan tentang
prilaku kekersan:
- Penyebab
- Akibat
- Cara merawat
- Latih cara
merawat
- RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien.
Setelah.....x pertemuan SP2:
keluarga mampu - Evealuasi
menyebutkan kegiatan yang kegiatan yang
sudah di lakukan dan lalu (SP1)
mampu merawat serta dapat - Latihan

16
membuat RTL (stimulasi) 2 cara
lain untuk
merawat pasien.
- Latih langsung ke
pasien
- RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien.
Setelah.....x pertemuan SP3
keluarga mampu - Evaluasi SP1 dan
menyebutkan kegiatan yang SP 2
sudah dilakukan dan - Laatih langsung
mampu merawat serta dapat ke pasien
membuat RTL - RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien
Setelah ......x pertemuan SP4
keluarga mampu - Evaluasi SP1,2 &
melaksanakan follow Up 3
dan rujukan serta mampu - Latih langsung ke
menyebutkan kegiatan yang pasien
sudah dilakukan - RTL keluarga
- Follow Up
- Rujukan

4. TINDAKAN KEPERAWATAN

17
Setelah menegakkan diagnose keperawatan, perawat melakukan beberapa
tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengendalikan perilaku
kekerasannya.
f) Pasien dapat mencegah/mengendalikan perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
2. Tindakan keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya, pasien harus merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan
yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang
dan yang lalu
c) Diskusikan perasaan, tanda dan gejala yang dirasakan pasien jika
terjadi penyebab perilaku kekerasan.

18
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
d) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah:
1) Verbal
2) Terhadap orang lain
3) Terhadap diri sendiri
4) Terhadap lingkungan
e) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia
lakukan
f) Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan
yaitu dengan cara berikut.
1) Fisik : pukul kasur/bantal, Tarik napas dalam
2) Obat
3) Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
4) Spiritual: beribadah sesuai keyakinan pasien
g) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
fisik:
1) Latihan napas dalam dan pukul kasur/bantal
2) Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur/bantal
h) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
1) Bantu mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dan
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

19
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal
i) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual:
1) Bantu pasien mengendalikan marah secara spiritual: kegiatan
ibadah yang biasa dilakukan
2) Buat jadwal latihan ibadah dan berdoa
j) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan dengan patuh
minum obat:
1) Bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan mengenai kegunaan obat dan akibat berhenti minum
obat.
2) Susun jadwal minum obat secara teratur
k) Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk
mengendalikan perilaku kekerasan
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1. Tujuan keperawatan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
2. Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari
perilaku tersebut)
c) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/oranglain.
d) Bantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan.
1. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.

20
2. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien jika
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
3. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakuakan
jika pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
e) Bantu perencanaan pulang bersama keluarga

BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN

SP 1 pasien : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,


tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang di lakukan, akibat, dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan napas dalam)

21
ORIENTASI:

“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Moh Saiful, panggil saya ipul, saya
perawat yang dinas di ruangan ini. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya
yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa,
senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak,


Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di


sini saja?”

KERJA:

“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?” 

“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata


melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan?

“O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara
ini makanan ada diatas meja? “

“Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?”

“Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain
yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?”

22
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah. Bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu?”

“Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri,
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.

“Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”

“Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak


rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan). Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab
marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas
dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya
ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam? jam berapa saja pak?”

“Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, assalamualaikum”

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

23
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik untuk cara yang kedua, Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”

Andi Rizal : “Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di sini saja pak?”

KERJA

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.

“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Disini sudah saya sediakan
bantal. Bapak anggap saja ini adalah istri atau bos bapak yang membut bapak marah.
Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kekamar kemudian ambil
bantal dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur atau bantal. Nah,
coba bapak lakukan, pukul bantal ini. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya”

TERMINASI

24
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”

“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?”

“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi.
dan jam jam 16.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan
kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak.”

“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik


b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi,
masih ingat nama saya pak?”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?
apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

25
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;
kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah
kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya pak: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya
karena istri bapak tidak menyiapkan makan. Coba Bapak lakukan.

“Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. 2. Menolak
dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan:
‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak
praktekkan.

“3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan: “Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’.
Coba praktekkan”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol


marah dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

26
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak
mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”

“Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak! Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”

“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
ya”

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan


sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?

“Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya”

“Saya sudah bisa mengontrol marah saya suster, kalau marah saya biasa melakukan
yang suster bilang”

“Bagus kalau begitu pak, harus sering sering dilatih ya pak, Bagaimana kalau
sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?”

27
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di sini saja pak?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan”

“Bagus. Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda
juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu?”

“Bagus. Mau coba yang mana?”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat?”

“Baik kita masukkan sholat magrib dan isya kedalam jadwal”

“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”

“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”

28
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara kelima mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?”

“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

 Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang
sudah dilatih.
 Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat,
dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum
obat.
 Susun jadual minum obat secara teratur

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal,bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

KERJA (perawat membawa obat pasien)

29
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”

Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
Bapak minum? Bagus!

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini
harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.

“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya

istirahat dan jangan beraktivitas dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obatapakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”

“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya


pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yang benar?”

“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar?”

30
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang
kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya”.

“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”

31

Anda mungkin juga menyukai