A. Masalah Utama
Perilaku kekerasan
2. Penyebab
a. Waham, curiga pada orang lain
b. Halusinasi, berencana bunuh diri
c. Kerusakan kognitif
d. Disorientasi atau konfusi
e. Kerusakan kontrol impuls
f. Depresi, penyalahgunaan NAPZA
g. Gangguan konsep diri
h. Isolasi sosial
Faktor penyebab terjadinya kekerasan sebagai berikut (Direja, 2011):
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor psikologi
Terjadi asumsi, seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.
Berdasarkan pengunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan dan frustasi.
2) Faktor Biologis
Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang mempengaruhi perilaku kekerasan:
Beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi dalam menfasilitasi
dan menghambat impuls agresif.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri
secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor perilaku kekerasan sebagai
berikut:
1) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kehidupan yang penuh
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Objektif
Melotot, pandangan tajam
Tangan mengepal, rahang mengatup
Gelisah dan mondar mandir
Tekanan darah, pernafasan dan nadi meningkat
Mudah tersinggung, sarkasme
Nada suara tinggi dan bicara kasar
Mendominasi pembicaraan, merusak lingkungan
Memukul orang lain
b. Minor
1) Subjektif
Mengatakan tidak senang
Menyalahkan orang lain
Mengatakan diri berkuasa
Merasa gagal mencapai tujuan
Mengungkapkan keinginan yang tidak realistis dan minta dipenuhi
Suka mengejek dan mengkritik
2) Objektif
Disorientasi, wajah merah
Postur tubuh kaku, sinis
Bermusuhan, menarik diri
C. Pohon Masalah
Objektif
Melotot, pandangan tajam
Tangan mengepal, rahang mengatup
Gelisah dan mondar mandir
Tekanan darah, pernafasan dan nadi meningkat
Mudah tersinggung, sarkasme
Nada suara tinggi dan bicara kasar
Mendominasi pembicaraan, merusak lingkungan
Memukul orang lain
2. Diagnosis Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3. Rencana Keperawatan
Tujuan Asuhan Keperawatan :
a. Kognitif, klien mampu :
1) Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
2) Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
3) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
4) Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
b. Psikomotor, klien mampu :
1) Mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi : tarik nafas dalam,
pukul kasur dan bantal, senam dan jalan-jalan
2) Berbicara dengan baik : mengungkapkan, meminta dan menolak dengan baik
3) Melakukan deeskalasi yaitu mengungkapkan perasaan marah secara verbal atau
tertulis
4) Melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa, kegiatan ibadah lain
5) Patuh minum obat dengan 8 benar
c. Afektif, klien mampu :
1) Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
2) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
4. Implementasi
a. Tindakan Keperawatan pada Klien
1) Pengkajian : Kaji tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan, penyebab,
kemampuan mengatasinya dan akibatnya
2) Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan
3) Latih klien untuk melakukan relaksasi : Tarik nafas dalam, pukul kasur dan
bantal, senam dan jalan-jalan
4) Latih klien untuk bicara dengan baik : mengungkapkan perasaan, meminta dengan
baik dan menolak dengan baik
5) Latih deeskalasi secara verbal maupun tertulis
6) Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut
7) Latih klien patuh minum obat dengan cara 8 benar
8) Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan
9) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan risiko perilaku kekerasan
10) Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
risiko perilaku kekerasan
A. Orientasi
1. Salam
“Selamat pagi, saya Anti, perawat Puskesmas Kencana. Siapa Namanya? Senang
dipanggil apa? Saya panggil Chloe ya. Tanggal lahirnya berapa?
2. Evaluasi
“Apa yang Chloe rasakan?
“ Jadi Chloe sering kesal atau marah? Sudah berapa lama?
3. Validasi
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya? Apakah berhasil?
4. Kontrak
a. Tindakan dan Tujuan
“Bagaimana kalau saya periksa dulu tentang marah dan belajar cara
mengendalikannya?
b. Waktu
“Waktu 30 menit, apakah Chloe setuju?
c. Tempat
“Kita lakukan di sini saja ya?
B. Kerja
1. Pengkajian
a. Penyebab
“Apa yang menyebabkan Chloe marah? Apakah disertai rasa kesal atau kecewa dan
ingin memukul?
b. Tanda dan Gejala
“Apakah yang dirasakan saat marah, apakah merasa tegang, tangan terkepal,
mengatupkan rahang dengan kuat?
“Apakah bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak?
“Apakah berjalan mondar mandir dengan marah dan melemparkan barang-barang
atau memukul orang?
c. Akibat
“Apakah akibat dengan cara marah demikian? Apakah dengan cara seperti itu
marahnya bisa hilang?
2. Diagnosis
“Chloe sering kesal dengan berteriak, melempar barang sampai memukul orang lain. Jadi
Chloe masih sulit mengendalikan marah sehingga bisa terjadi perilaku kekerasan. Apakah
Chloe ingin belajar mengendalikannya?
3. Tindakan
“Baiklah, saya akan bantu Chloe untuk mengatasi marah dengan beberapa cara :
a. Latihan relaksasi nafas dalam, pukul bantal Kasur, olahraga, bersihkan rumah dan
pekarangan
Contohkan : “Tarik nafas panjang perlahan dari hidung, tahan sebentar dan
keluarkan secara perlahan dari mulut seperti menghembuskan kekesalan Chloe.
“Pukul bantal saat kesal. Olahraga lari, pukul samsak atau latihan tinju, push up,
bermain bola berguna untuk menyalurkan energi marah. Jangan lupa bersih-bersih
juga bisa mengurangi marah dan membuat rumah menjadi bersih.
Dampingi : “Nah sekarang ayo kita coba Bersama-sama. Ya, benar seperti itu.”
Mandiri : “Sekarang coba lakukan sendiri. Bagus, sudah benar
b. Latihan de-enskalasi (curhat)
Contohkan : “Ceritakan rasa kesal Chloe dan alasannya serta minta pendapat
orang lain. Tuliskan perasaan marah ke dalam buku.”
Dampingi : “Nah sekarang ayo kita coba Bersama-sama. Ya, benar seperti itu.”
Mandiri : “Sekarang coba lakukan sendiri. Bagus, sudah benar
Cara kedua adalah curhat dengan sahabat yang dipercaya
c. Latihan bicara yang baik
Contohkan : “Chloe dapat berlatih cara meminta dengan santun, cara menolak
dengan tepat dan cara mengatakan rasa tidak senang.”
Dampingi : “Nah sekarang ayo kita coba bersama-sama. Ya, benar seperti itu.”
Mandiri : “Sekarang coba lakukan sendiri. Bagus, sudah benar
d. Latihan spiritual
“Apa saja kegiatan ibadah yang Chloe lakukan setiap hari?
“Apa yang Chloe rasakan setelah melakukan ibadah? Jadi melakukan ibadah dapat
mengurangi marah. Baiklah, minimal lakukan 2 kegiatan ibadah Chloe.”
C. Terminasi
1. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Chloe setelah latihan tadi?”
2. Evaluasi objektif
“Apa saja latihannya, coba sebutkan. Sudah benar Chloe.”
3. Rencana tindak lanjut klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya. Latihan relaksasi berapa kali sehari?
Latihan curhat dengan siapa? Atau mau menulis saja? Bagaimana dengan latihan bicara
yang baik terhadap orang yang menimbulkan rasa marah. Jangan lupa melakukan
kegiatan ibadah.”
4. Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah, hari Kamis pagi datang ke Puskesmas, kita periksa lagi kondisi dan latihannya
serta diperiksa dokter. Jika dapat obat nanti akan dijelaskan cara minum obat yang
benar.”
5. Salam
“Semoga cepat sembuh”.