Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

TRIASE

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


KEPERAWATAN DASAR TRAUMA DAN JANTUNG
Dosen Pembimbing: Syahid Amrullah, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh:
KELOMPOK 6
1. Fauzi Sundani (SNR20215037)
2. Hendri Gunawan (SNR20215036)
3. Jalimah (SNR20215039)
4. Syamsurizal (SNR20215035)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022

i
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Triase...............................................................................3
B. Tujuan Triase............................................................................... 3
C. Sistem Triase.................................................................................3
D. Prinsip Triase............................................................................... 4
E. Keterampilan Dalam Penilaian Triase..........................................5
F. Klasifikasi Triase..........................................................................5
G. Jeni-Jenis Triase......................................................................... 10
H. Kategori Tingkat Triase..............................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................13
B. Saran...........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatnya-lah saya berhasil menyelesaikan menyusun makalah ini. Tidak lupa
saya ucapkan terimakasih kepada Bp. Syahid Amrullah, S.Kep., Ns., M.Kep
selaku pengampu mata kuliah Keperawatan Dasar Trauma dan Jantung kelas
Reguler B Khusus.

Tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah


satu tugas pada mata kuliah Manajemen Keperawatan. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam memperluas wawasan dan
memperdalam pengetahuannya.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam
penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya
membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam makalah kami.

Pontianak, 18 Mei 2022

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Triage


Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase
modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Dominique Jean Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara
Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah sistem perawatan dalam
kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan
urutan kedatangan mereka. Sistem tersebut memberikan perawatanawal pada luka
ketika berada di medan perang kemudian tentara diangkut ke rumah
sakit/tempat perawatan yang berlokasi di garis belakang. Sebelum Larrey
menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada di medan perang
hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan. Pada tahun 1846, John
Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi filosofi triase. Dia mencatat bahwa,
untuk penyelamatan hidup melalui tindakan pembedahan akan efektif bila
dilakukan pada pasien yang lebih memerlukan.
Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep
pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan pertolongan di unit gawat
darurat (UGD) setiap tahunnya. berbagai sistem triase mulai dikembangkan pada
akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan UGD yang telah melampaui
kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan penanganan segera. Tujuan
triage adalah memilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke UGD
dan menetapkan prioritas penanganan.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan
dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah
pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan
gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu
konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatucara yangmemungkinkan

1
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiaptahunnya.
(Pusponegoro, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan triase?
2. Apa tujuan dilakukannya triase?
3. Bagaimana sistem dalam triase?
4. Bagaimana prinsip dalam triase?
5. Bagai mana keterampiln dalam triase?
6. Bagai mana klafsifikasi triase?
7. Apa saja jenis jenis triase?
8. Apa saja tingkat kategori triase?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
triase
2. tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui maksud dari triase
b. Untuk mengetahui tujuan triase
c. Untuk mengetahui system triase
d. Untuk mengetahui prinsip triase
e. Untuk mengetahui bagai mana keterampilan dalam triase
f. Untuk mengetahui klasifikasi triase
g. Untuk mengetahui jenis jenis triase
h. Untuk mengetahui tingkat kategori triase

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Triase
Triase adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan
tingkatan kegawatan kondisinya. Triase juga diartikan sebagai suatu Tindakan
pengelompokan penderita berdasarkan pada beratnya cedera yang
diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B),
circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia dan
probabilitas hidup penderita (Mardalena, 2016).

B. Tujuan Triase
Tujuan triase menurut (Irman, dkk, 2020) antara lain:
1. Mengidentifikasi kondisi pasien
2. Menetapkan tingkat kegawatan pasien
3. Menetapkan prioritas tindakan
4. Menempatkan pasien pada lokasi penanganan sesuai kondisi pasien
5. Mendapatkan data yang lengkap
6. Melakukan Tindakan penangana dengan tepat, cepat dan cermat

C. Sistem Triase
Sistem triase digunakan untuk pasien yang benar-benar membutuhkan
pertolongan pertama, yakni pasien yang apabila tidak mendapatkan triase
segera, dapat menimbulkan trauma. Berikut empat sistem triase yang sering
digunakan (Mardalena, 2016):
1. Spot Check
Spot check adalah sistem yang digunakan untuk mengklasifikasi dan
mengkaji pasien dalam waktu dua sampai tiga menit.
2. Triase Komprehensif
Sistem triase komprehensif adalah standar dasar yang telah didukung oleh
Emergency Nurse Association (ENA). Sistem ini menekankan penanganan
dengan konsep ABC (Airway control, Breathing support, Circulation
support) ketika menghadapi pasien gawat darurat. Seperti yang telah

3
disebutkan sebelumnya, triage komprehensif menekankan pada konsep
ABC, A (airway control: jalan nafas), B(breathing support: pernapasan),
dan C (circulation support: sirkulasi). Sebenarnya ada tiga elemen lain
selain ABC, yaitu disability of neurity (D), expose (E), full-set of vital
sign (F). Namun demikian, penanganan yang sering digunakan dilapangan
adalah penangan ABC.
3. Triage Two-tier
Triase two-tier merupakan Tindakan pertolongan pasien yang melibatkan
dua orang petugas, untuk dilakukan pengkajian lebih rinci. Selain triage
two-tier, ada juga triage bedside. Pasien yang dating langsung ditangani
oleh perawat tanpa menunggu petugas perawat lainnya,
4. Triage Expended
Perawat melakukan pertolongan pertama dengan bidai, kompres, atau
rawat luka. Penanganan ini disertai dengan pemeriksaan diagnostik dan
pemberian obat.

D. Prinsip Triase
Prinsip triase menurut (Irman, dkk, 2020) antara lain:
1. Triase harus dilakukan segera dan tepat waktu
2. Pengkajian triase harus adekuat, komprehensif dan akurat
3. Ketepatan dan akurasi menjadi kunci dalam proses triase
4. Keputusan triase didasarkan pada temuan pengkajian
5. Kemampuan berespon dengan cepat, tepat dan teliti memungkinkan dapat
menyelamatkan nyawa pasien
6. Informasi yang akurat dan adekuat mengefektifkan perawatan
7. Tindakan pertolongan berdasarkan keakutan, keluhan serta temuan klinis
8. Perawat harus bertanggung jawab pada proses triase
9. Meningkatkan kepuasan pasien
10. Pasien ditempatkan pada area perawatan yang benar dengan sarana
pelayanan yang menunjang
11. Penggunaan sumber daya yang efisien
12. Dokumentasi yang benar

4
E. Keterampilan Dalam Penilaian Triase
Menurut (Oman, 2008) penilaian triase terdiri dari:
1. Primary survey prioritas (ABC) untuk menghasilkan prioritas I dan
seterusnya.
2. Secondary survey pemeriksaan menyeluruh (Head to Toe) untuk
menghasilkan prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya.
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan perubahan
pada (A, B, C) derajat kesadaran dan tanda vital lainnya. Perubahan
prioritas karena perubahan kondisi korban. Dalam menangani pasien di
IGD, perawat harus melaksanakan triase sesuai dengan protap
pelayanan triase agar penanganan pasien tidak terlalu lama.

F. Klasifikasi Triase
Penggolongan atau sistem klasifiksi triage dibagi menjadi beberapa
level perawatan. Level keperawatan didasarkan pada tingkat prioritas, tingkat
keakutan, dan klasifikasi triage (Mardalena, 2016). Berikut kelima klasifikasi
secara lengkap:
1. Klasifikasi Kegawatan Triase
Klasifikasi triase menjadi tiga prioritas. Ketiga prioritas tersebut
adalah emergency, urgent dan nonurgent. Pertimbangan yang
dilakukan didasarkan pada keadaan fisik, psikososial, dan tumbuh
kembang. Termasuk, mencakup segala bentuk gejala ringan,
gejala berulang, atau gejala peningkatan. Berikut klasifikasi pasien
dalam sistem triase.
a. Gawat Darurat (Prioritas 1: P1)
Gawat darurat merupakan keadaan yang mengancam nyawa,
dimana pasien membutuhkan tindakan segera. Jika tidak diberi
tindakan pasien akan mengalami kecacatan. Kemungkinan paling
fatal, dapat menyebabkan kematian (Wijaya, 2010). Kondisi gawat
darurat dapat disebabkan adanya gangguan ABC dan/atau mengalami
beberapa gangguan lainnya. Gangguan ABC meliputi jalan napas,

5
pernapasan, dan sirkulasi. Adapun kondisi gawat darurat yang dapat
berdampak fatal, seperti gangguan cardiacarrest, trauma mayor dengan
pendarahan, dan mengalami penurunan kesadaran.
b. Gawat Tidak Darurat (Prioritas 2: P2)
Klasifikasi yang kedua, kondisi gawat tidak darurat. Pasien yang
memiliki penyakit yang mangancam nyawa, namun keadaannya
tidak memerlukan tindakan gawat darurat dikategorikan di prioritas
dua. Penanganan ini bisa dilakukan dengan tindakan resusitasi.
Selanjutnya, tindakan dapat diteruskan dengan memberikan
rekomendasi ke dokter spesialis sesuai penyakitnya.
Pasien yang termasuk di kelompok P2 antara lain penderita
kanker tahap lanjut. Misalnya kanker serviks, sickle cell, dan banyak
lagi, dan banyak penyakit yang sifatnya mengancam nyawa namun
masih ada waktu penanganan.
c. Darurat Tidak Gawat (Prioritas 3: P3)
Ada situasi dimana pasien mengaami kondisi seperti P1 dan P2.
Namun, ada kondisi pasien darurat tidak gawat. P3 memilki penyakit
yang tidak mengancam nyawa, namun memerlukan tindakan darurat.
Jika pasien P3 dalam kondisi sadar dan tidak mengalami gangguan
ABC, maka pasien dapat ditindaklanjuti ke poliklinik. Pasien dapat
diberi terapi definitif, laserasi, otitis media, fraktur minor atau
tertutup, dan sejenisnya.
d. Tidak Gawat Tidak Darurat (Prioritas 4: P4)
Klasifikasi triase ini adalah yang paling ringan di antara triase
lainnya. Pasien yang masuk ke kategori P4 tidak memerlukan
tindakan gawat darurat. Penyakit P4 adalah penyakit ringan. Misalnya,
penyakit panu, flu, batuk pilek, dan gangguan seperti demam ringan.

2. Klasifikasi Tingkat Prioritas


Klasifikasi triase dari tingkat keutamaan atau prioritas, dibagi
menjadi empat kategori warna.
a. Warna Merah

6
Warna merah digunakan untuk menandai pasien yang harus
segera ditangani atau tingkat prioritas pertama. Warna merah
menandakan bahwa pasien dalam keadaan mengancan jiwa yang
menyerang bagian vital. Pasien dengan triase merah memerlukan
tindakan bedah dan resusitasi sebagai langkah awal sebelum
dilakukan tindakan lanjut, seperti operasi atau pembedahan. Pasien
bertanda merah, jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan
pasien kehilangan nyawanya.
b. Warna Kuning
Pasien yang diberi tanda kuning juga berbahaya dan harus
segera ditangani. Hanya saja, tanda kuning menjadi tingkat prioritas
kedua setelah tanda merah. Dampak jika tidak segera ditangani,
akan mengancam fungsi vital organ tibuh bahkan mengancam
nyawanya.
c. Warna Hijau
Warna hijau merupakan tingkat prioritas ketiga. Warna hijau
mengisyaratkan bahwa pasien hanya perlu penanganan dan
pelayanan biasa. Dalam artian, pasien tidak dalam kodisi gawat
darurat dan tidak dalam kondisi terancan nyawanya. Pasien yang
diberi prioritas warna hijau menandakan nahwa pasien hanya
mengalami luka ringan atau sakit ringan, misalnya luka supervisial.
d. Warna Hitam
Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki kemungkinan
hidup sangat kecil. Biasanya, pasien yang mengalami luka atau
penyakit parah akan diberikan tanda hitam. Tanda hitam juga
digunakan untuk pasien yang belum ditemukan cara
menyembuhkannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
memperpanjang nyawa pasien adalah dengan terapi suportif.
Warna hitam juga diberikan kepada pasien yang tidak bernapas
setelah dilakukan intervensi live saving.

3. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kedaruratan Triase

7
Klasifikasi berdasarkan tingkat kedaruratan triase memiliki arti
penting sebagai proses mengkomunikasikan kegawatdaruratan di
IGD. Perawat melakukan kajian dan mengumpulkan data secara
akurat dan konsisten. Ada dua cara yang biasa dilakukan. Pertama,
secara validitas. Validitas merupakan tingkat akurasi sistem
kedaruratan. Validitas dilakukan untuk mengetahui tingkatan triase
dan membedakan tingkat kedaruratan sesuai standard. Kedua,
reliabilitas, perawat yang menangani pasien sama dan menentukan
tingakat kedaruratan yang sama pula. Kedua cara tersebut sering
digunakan untuk menganalisi dan menentukan kebijakan untuk
pasien yang dirawat di IGD.

4. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keakutan


a. Kelas I
Kelas I meliputi pasien yang masih mampu menunggu lama
tanpa menyebabkan bahaya dan tidak mengancam nyawa.
Misalnya, pasien mengalami memar minor.
b. Kelas II
Pasien termasuk kelas dua adalah penyakit ringan, yang tidak
membahayakan diri pasien. Misalnya flu, demam biasa, atau
sakit gigi.
c. Kelas III
Pasien yang berada dikelas III, pasien berada dalam kondisi
semi mendesak. Pasien tidak mampu menunggu lebih lama.
Pasien hanya mampu menunggu kurang lebih selama dua jam
sebelum pengobatan. Misalnya pasien yang mengalami otitis
media.
d. Kelas IV
Adapun pasien yang tidak mampu menahan kurang dari dua
jam dikategorikan pasien kelas IV. Pasien hanya mampu
bertahan selama pengobatan, sebelum ditindaklanjuti. Pasien

8
kelas IV ini termasuk urgen dan mendasar. Misalnya, pasien
penderita asma, fraktur panggul, laserasi berat.
e. Kelas V
Pasien yang berada di kelas V adalah gawat darurat. Apabila
pasien diobati terlambat, dapat menyebabkan kematian, yang
termasuk kelas V adalah syok, henti jantung dan gagal jantung.

5. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Kejadian


a. Triase Pre-Hospital
Triase pre-hospital atau pra rumah sakit merupakan Tindakan
penyelamatan pasien yang telah mengalami gangguan medical ataupun
trauma. Triase pre hospital menurut (Irman, dkk, 2020), sangat penting
untuk pasien karena setidaknya pasien memiliki kesempatan
mempereoleh perawatan dan fasilitas medis terdekat. Triage pre-
hospital sering terlihat pada kejadian bencana atau musibah massal.
Triase ini dilakukan dengan tujuan penyelamatan korban sebanyak
mungkin dengan sumber daya yang terbatas. Triase yang sering
digunakan pada situasi ini yaitu Metode Simple Triage and Rapid
Treatment (START). Metode START digunakan oleh penolong
pertama yang bertugas memilah pasien pada korban bencana dalam
waktu < 30 detik dengan melakukan pemeriksaan primer yaitu:
Respirasi, Perfusi (mengecek nadi radialis) dan status mental. Tugas
utama penolong yaitu memeriksa pasien secepat mungkin dan memilah
serta memprioritaskan berdasrkan berat ringannya trauma/cedera,
selanjutnya pasien diberi label agar mudah dikenali oleh penolong lain
saat tiba di lokasi bencana.
b. Triase In-Hospital
Menurut (Irman, dkk, 2020) ada 3 tipe umum dalam system triage in
hospital:
1) Traffic Director atau Non-Nurse
Traffic Director ini dilakukan oleh petugas yang tidak berijazah,
petugas triase melakukan pengkajian minimal dan terbatas pada

9
keluhan utama melalui pendataan visual, tidak ada dokumentasi,
tidak menggunakan protoko, tidak terdapat standar operasional
prosedur baku yang dijadikan intervensi oleh petugas.
2) Spot Check Triage
Spot Check Triage dilakukan oleh petugas professional seperti
perawat atau dokter. Pengkajian dilakukan secara cepat termasuk
riwayat kesehatan juga dikaji, terutama yang berhubungan dengan
keluhan utama. Evaluasi yang dilakukan terbatas dan bertujuan
untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera
mendapat perawatana wal.
3) Comprehensive Triage
Comprenhesive Triage dilakukan oleh petugas atau perawat atau
dengan Pendidikan yang sesuai dan berpengalama, sudah memiliki
standarisasi kemampuan dan pelatihan yang cukup, kategori
prioritas dan protokol standar tertulis dengan lengkap untuk proses
termasuk tes diagnostik.

G. Jenis-jenis Triase
Menurut (Addiarto, W. dan Wahyusari, S., 2018) yang terdiri dari:
1. Triase di tempat (triase satu)
Merupakan pemilihan korban bencana yang dilakukan di tempat korban
ditemukan atau pada tempat penampungan yang dilakukan oleh tim
pertolongan pertama atau tenaga Kesehatan gawat darurat. Triase di
tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan
pemindahan korban ke pos medis lanjutan.
2. Triase medis (triase dua)
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oelh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari perawat atau dokter
yang dengan pelatihan PPGD). Tujuan triase medis adalah menentukan
tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
3. Triase evakuasi (triase tiga)

10
Merupakan triase yang dilakukan tenaga kesehatan di pos medis lanjutan
dengan berkonsultasi dengan Pos Komando dan Rumah Sakit tujuan
berdasarkan kondisi korban, yang mana akan membuat keputusan korban
mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis
kendaraan dan pengawalan yang akan dipergunakan.

H. Kategori Tingkat Triase


Kategori tingkat triase menurut (Irman, dkk, 2020) antara lain:
1. Triase dua tingkat
Dalam sistem triase dua tingkat, pasien dikategorikan sakit atau tidak
sakit. Pasien sakit memerlukan perawatan darurat dengan kondisi yang
membahayakan nyawa, tubuh, dan organ sedangkan pasien yang tidak
sakit, tidak menunjukkan tanda-tanda yang serius, bisa menunggu jika
perawatan sedikit tertunda.
2. Triase tiga tingkat
Pada skala ini ada penambahan level yaitu tingkat 1 yang berarti gawat
darurat tertinggi dari tingkat 5 untuk pasien dengan kondisi yang ringan.
ACEP dan ENA merekomendasika sistem triase ini, seperti pada:
a. Canadian Triage and Aculty Scale (CTAS) merupakan sistem
tingkatan triase yang diadopsi dari Kanada. Sekelompok dokter dan
perawat di Kanada mengembangkan skala akuitas dan triase 5 tingkat.
Setiap tingkat triase mewakili beberapa keluhan dari pasien. Triase
yang dilakukan oleh perawatn harus berdadarkan ilmu dan pengalaman
tentang proses pemilihan pasien berdasarkan tingkat
kegawatdaruratannya. Dalam melaksanakan proses triase, perawat
mengambil keputusan tentang: seberapa lama pasien dapat menunggu
tindakan sebelum perawat melakukan pengkajian secara komprehensif
dan seberapa lama pasienn dapat menunggu untuk selanjutnya dapat
diperiksa dokter yang merawatnya.
b. Emergency Severity Index (ESI)
Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Amerika Serikat. Sistem ini
mewajibkan perawat memiliki sertifikat atau pernah mengikuti

11
pelatihan triase. Pasien dikategorika dalam ESI 1 sampai ESI 5 sesuai
kondisi pasien ketersediaan sumber daya rumah sakit. ESI tidak
mempertimbangkan diagnosis pada penentuan kategori dan tidak ada
batas waktu kapan dokter menemui pasien.
c. Australian Triage Scale (ATS)
Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Australia. Skala triase ini
banyak digunakan di IGD rumah sakit Australis. Perhitungan waktu
dimulai sejak pasien tiba pertama kali tiba di IGD, pemeriksaan tanda-
tanda vital dilakukan hanya jika perawat mengambil keputusan tingkat
kedaruratan triase. Selain itu, proses triase meliputi pemeriksaan
kondisi kegawatandaruratan secara menyeluruh.
d. Manchester Triage System (MTS)
Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Inggris. Sistem ini pada tiap
tingkatannya diberi nama, nomor dan warna sebagai pedoman perawat
dalam memberikan perawatn kepada pasien. Perawat menanyakan
kepada pasien dan jawaban dari pasien menunjukan tingkat
kegawatdaruratan pasien.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
System triage ini digunakan untuk menentukan prioritas penanganan
kegawatdaruratan sehingga perawat dapat cepat, tepat dan maksimal
memberikan pertolongan pada pasien yang paling prioritas yaitu pasien yang
sangat mengancam jiwanya.
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Sistem triage dikenal dengan system kode 4 warna yang diterima secara
internasional. Merah menunjukan perioris tinggi perawatan atau pemindahan,
Kuning menandakam perioritas sedang, hijau digunakan untuk pasien rawat
jalan, dan hitam untuk kasus kematian atau pasien menjelang ajal. Perawat harus
mampu mampu mengkaji dan menggolongkan pasien dalam waktu 2 – 3 menit.

B. Saran
Setelah mempelajari Perkembangan Triage modern yang salah
satunya Triage Emergency severity Indexs (ESI) dalam system pelayanan
kegawatdaruratan, diharapkan dapat mengambil manfaat untuk bahan
pembelajaran penulis dan pembaca. Kurang lebihnya kami meminta kritik
serta saran yangmembangun untuk memperbaiki karya tulis ilmiah kami.

13
DAFTAR PUSTAKA

Addiarto, W. dan Wahyusari, S. 2018. Strategi Terkini Simulasi Bencana dengan


Media Tabletop Disaster Exercise (TDE). Unidha Press. Malang.

Irman, Ode, Yosefina Nelista, dan Yosephina M.H. Keytimu. 2020. Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sindrom Koroner Akut. Pasuruan. Qiara
Medis.

Mardalena, ida. 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta. Pustaka

Baru Press.

Oman, Chathleen Jane, Koziol M & linda J.S. 2008. Panduan Belajar
Keperawatan Emergensi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai