TRIASE
Oleh:
KELOMPOK 6
1. Fauzi Sundani (SNR20215037)
2. Hendri Gunawan (SNR20215036)
3. Jalimah (SNR20215039)
4. Syamsurizal (SNR20215035)
i
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Triase...............................................................................3
B. Tujuan Triase............................................................................... 3
C. Sistem Triase.................................................................................3
D. Prinsip Triase............................................................................... 4
E. Keterampilan Dalam Penilaian Triase..........................................5
F. Klasifikasi Triase..........................................................................5
G. Jeni-Jenis Triase......................................................................... 10
H. Kategori Tingkat Triase..............................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................13
B. Saran...........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatnya-lah saya berhasil menyelesaikan menyusun makalah ini. Tidak lupa
saya ucapkan terimakasih kepada Bp. Syahid Amrullah, S.Kep., Ns., M.Kep
selaku pengampu mata kuliah Keperawatan Dasar Trauma dan Jantung kelas
Reguler B Khusus.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiaptahunnya.
(Pusponegoro, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan triase?
2. Apa tujuan dilakukannya triase?
3. Bagaimana sistem dalam triase?
4. Bagaimana prinsip dalam triase?
5. Bagai mana keterampiln dalam triase?
6. Bagai mana klafsifikasi triase?
7. Apa saja jenis jenis triase?
8. Apa saja tingkat kategori triase?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
triase
2. tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui maksud dari triase
b. Untuk mengetahui tujuan triase
c. Untuk mengetahui system triase
d. Untuk mengetahui prinsip triase
e. Untuk mengetahui bagai mana keterampilan dalam triase
f. Untuk mengetahui klasifikasi triase
g. Untuk mengetahui jenis jenis triase
h. Untuk mengetahui tingkat kategori triase
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Definisi Triase
Triase adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan
tingkatan kegawatan kondisinya. Triase juga diartikan sebagai suatu Tindakan
pengelompokan penderita berdasarkan pada beratnya cedera yang
diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B),
circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia dan
probabilitas hidup penderita (Mardalena, 2016).
B. Tujuan Triase
Tujuan triase menurut (Irman, dkk, 2020) antara lain:
1. Mengidentifikasi kondisi pasien
2. Menetapkan tingkat kegawatan pasien
3. Menetapkan prioritas tindakan
4. Menempatkan pasien pada lokasi penanganan sesuai kondisi pasien
5. Mendapatkan data yang lengkap
6. Melakukan Tindakan penangana dengan tepat, cepat dan cermat
C. Sistem Triase
Sistem triase digunakan untuk pasien yang benar-benar membutuhkan
pertolongan pertama, yakni pasien yang apabila tidak mendapatkan triase
segera, dapat menimbulkan trauma. Berikut empat sistem triase yang sering
digunakan (Mardalena, 2016):
1. Spot Check
Spot check adalah sistem yang digunakan untuk mengklasifikasi dan
mengkaji pasien dalam waktu dua sampai tiga menit.
2. Triase Komprehensif
Sistem triase komprehensif adalah standar dasar yang telah didukung oleh
Emergency Nurse Association (ENA). Sistem ini menekankan penanganan
dengan konsep ABC (Airway control, Breathing support, Circulation
support) ketika menghadapi pasien gawat darurat. Seperti yang telah
3
disebutkan sebelumnya, triage komprehensif menekankan pada konsep
ABC, A (airway control: jalan nafas), B(breathing support: pernapasan),
dan C (circulation support: sirkulasi). Sebenarnya ada tiga elemen lain
selain ABC, yaitu disability of neurity (D), expose (E), full-set of vital
sign (F). Namun demikian, penanganan yang sering digunakan dilapangan
adalah penangan ABC.
3. Triage Two-tier
Triase two-tier merupakan Tindakan pertolongan pasien yang melibatkan
dua orang petugas, untuk dilakukan pengkajian lebih rinci. Selain triage
two-tier, ada juga triage bedside. Pasien yang dating langsung ditangani
oleh perawat tanpa menunggu petugas perawat lainnya,
4. Triage Expended
Perawat melakukan pertolongan pertama dengan bidai, kompres, atau
rawat luka. Penanganan ini disertai dengan pemeriksaan diagnostik dan
pemberian obat.
D. Prinsip Triase
Prinsip triase menurut (Irman, dkk, 2020) antara lain:
1. Triase harus dilakukan segera dan tepat waktu
2. Pengkajian triase harus adekuat, komprehensif dan akurat
3. Ketepatan dan akurasi menjadi kunci dalam proses triase
4. Keputusan triase didasarkan pada temuan pengkajian
5. Kemampuan berespon dengan cepat, tepat dan teliti memungkinkan dapat
menyelamatkan nyawa pasien
6. Informasi yang akurat dan adekuat mengefektifkan perawatan
7. Tindakan pertolongan berdasarkan keakutan, keluhan serta temuan klinis
8. Perawat harus bertanggung jawab pada proses triase
9. Meningkatkan kepuasan pasien
10. Pasien ditempatkan pada area perawatan yang benar dengan sarana
pelayanan yang menunjang
11. Penggunaan sumber daya yang efisien
12. Dokumentasi yang benar
4
E. Keterampilan Dalam Penilaian Triase
Menurut (Oman, 2008) penilaian triase terdiri dari:
1. Primary survey prioritas (ABC) untuk menghasilkan prioritas I dan
seterusnya.
2. Secondary survey pemeriksaan menyeluruh (Head to Toe) untuk
menghasilkan prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya.
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan perubahan
pada (A, B, C) derajat kesadaran dan tanda vital lainnya. Perubahan
prioritas karena perubahan kondisi korban. Dalam menangani pasien di
IGD, perawat harus melaksanakan triase sesuai dengan protap
pelayanan triase agar penanganan pasien tidak terlalu lama.
F. Klasifikasi Triase
Penggolongan atau sistem klasifiksi triage dibagi menjadi beberapa
level perawatan. Level keperawatan didasarkan pada tingkat prioritas, tingkat
keakutan, dan klasifikasi triage (Mardalena, 2016). Berikut kelima klasifikasi
secara lengkap:
1. Klasifikasi Kegawatan Triase
Klasifikasi triase menjadi tiga prioritas. Ketiga prioritas tersebut
adalah emergency, urgent dan nonurgent. Pertimbangan yang
dilakukan didasarkan pada keadaan fisik, psikososial, dan tumbuh
kembang. Termasuk, mencakup segala bentuk gejala ringan,
gejala berulang, atau gejala peningkatan. Berikut klasifikasi pasien
dalam sistem triase.
a. Gawat Darurat (Prioritas 1: P1)
Gawat darurat merupakan keadaan yang mengancam nyawa,
dimana pasien membutuhkan tindakan segera. Jika tidak diberi
tindakan pasien akan mengalami kecacatan. Kemungkinan paling
fatal, dapat menyebabkan kematian (Wijaya, 2010). Kondisi gawat
darurat dapat disebabkan adanya gangguan ABC dan/atau mengalami
beberapa gangguan lainnya. Gangguan ABC meliputi jalan napas,
5
pernapasan, dan sirkulasi. Adapun kondisi gawat darurat yang dapat
berdampak fatal, seperti gangguan cardiacarrest, trauma mayor dengan
pendarahan, dan mengalami penurunan kesadaran.
b. Gawat Tidak Darurat (Prioritas 2: P2)
Klasifikasi yang kedua, kondisi gawat tidak darurat. Pasien yang
memiliki penyakit yang mangancam nyawa, namun keadaannya
tidak memerlukan tindakan gawat darurat dikategorikan di prioritas
dua. Penanganan ini bisa dilakukan dengan tindakan resusitasi.
Selanjutnya, tindakan dapat diteruskan dengan memberikan
rekomendasi ke dokter spesialis sesuai penyakitnya.
Pasien yang termasuk di kelompok P2 antara lain penderita
kanker tahap lanjut. Misalnya kanker serviks, sickle cell, dan banyak
lagi, dan banyak penyakit yang sifatnya mengancam nyawa namun
masih ada waktu penanganan.
c. Darurat Tidak Gawat (Prioritas 3: P3)
Ada situasi dimana pasien mengaami kondisi seperti P1 dan P2.
Namun, ada kondisi pasien darurat tidak gawat. P3 memilki penyakit
yang tidak mengancam nyawa, namun memerlukan tindakan darurat.
Jika pasien P3 dalam kondisi sadar dan tidak mengalami gangguan
ABC, maka pasien dapat ditindaklanjuti ke poliklinik. Pasien dapat
diberi terapi definitif, laserasi, otitis media, fraktur minor atau
tertutup, dan sejenisnya.
d. Tidak Gawat Tidak Darurat (Prioritas 4: P4)
Klasifikasi triase ini adalah yang paling ringan di antara triase
lainnya. Pasien yang masuk ke kategori P4 tidak memerlukan
tindakan gawat darurat. Penyakit P4 adalah penyakit ringan. Misalnya,
penyakit panu, flu, batuk pilek, dan gangguan seperti demam ringan.
6
Warna merah digunakan untuk menandai pasien yang harus
segera ditangani atau tingkat prioritas pertama. Warna merah
menandakan bahwa pasien dalam keadaan mengancan jiwa yang
menyerang bagian vital. Pasien dengan triase merah memerlukan
tindakan bedah dan resusitasi sebagai langkah awal sebelum
dilakukan tindakan lanjut, seperti operasi atau pembedahan. Pasien
bertanda merah, jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan
pasien kehilangan nyawanya.
b. Warna Kuning
Pasien yang diberi tanda kuning juga berbahaya dan harus
segera ditangani. Hanya saja, tanda kuning menjadi tingkat prioritas
kedua setelah tanda merah. Dampak jika tidak segera ditangani,
akan mengancam fungsi vital organ tibuh bahkan mengancam
nyawanya.
c. Warna Hijau
Warna hijau merupakan tingkat prioritas ketiga. Warna hijau
mengisyaratkan bahwa pasien hanya perlu penanganan dan
pelayanan biasa. Dalam artian, pasien tidak dalam kodisi gawat
darurat dan tidak dalam kondisi terancan nyawanya. Pasien yang
diberi prioritas warna hijau menandakan nahwa pasien hanya
mengalami luka ringan atau sakit ringan, misalnya luka supervisial.
d. Warna Hitam
Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki kemungkinan
hidup sangat kecil. Biasanya, pasien yang mengalami luka atau
penyakit parah akan diberikan tanda hitam. Tanda hitam juga
digunakan untuk pasien yang belum ditemukan cara
menyembuhkannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
memperpanjang nyawa pasien adalah dengan terapi suportif.
Warna hitam juga diberikan kepada pasien yang tidak bernapas
setelah dilakukan intervensi live saving.
7
Klasifikasi berdasarkan tingkat kedaruratan triase memiliki arti
penting sebagai proses mengkomunikasikan kegawatdaruratan di
IGD. Perawat melakukan kajian dan mengumpulkan data secara
akurat dan konsisten. Ada dua cara yang biasa dilakukan. Pertama,
secara validitas. Validitas merupakan tingkat akurasi sistem
kedaruratan. Validitas dilakukan untuk mengetahui tingkatan triase
dan membedakan tingkat kedaruratan sesuai standard. Kedua,
reliabilitas, perawat yang menangani pasien sama dan menentukan
tingakat kedaruratan yang sama pula. Kedua cara tersebut sering
digunakan untuk menganalisi dan menentukan kebijakan untuk
pasien yang dirawat di IGD.
8
kelas IV ini termasuk urgen dan mendasar. Misalnya, pasien
penderita asma, fraktur panggul, laserasi berat.
e. Kelas V
Pasien yang berada di kelas V adalah gawat darurat. Apabila
pasien diobati terlambat, dapat menyebabkan kematian, yang
termasuk kelas V adalah syok, henti jantung dan gagal jantung.
9
keluhan utama melalui pendataan visual, tidak ada dokumentasi,
tidak menggunakan protoko, tidak terdapat standar operasional
prosedur baku yang dijadikan intervensi oleh petugas.
2) Spot Check Triage
Spot Check Triage dilakukan oleh petugas professional seperti
perawat atau dokter. Pengkajian dilakukan secara cepat termasuk
riwayat kesehatan juga dikaji, terutama yang berhubungan dengan
keluhan utama. Evaluasi yang dilakukan terbatas dan bertujuan
untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera
mendapat perawatana wal.
3) Comprehensive Triage
Comprenhesive Triage dilakukan oleh petugas atau perawat atau
dengan Pendidikan yang sesuai dan berpengalama, sudah memiliki
standarisasi kemampuan dan pelatihan yang cukup, kategori
prioritas dan protokol standar tertulis dengan lengkap untuk proses
termasuk tes diagnostik.
G. Jenis-jenis Triase
Menurut (Addiarto, W. dan Wahyusari, S., 2018) yang terdiri dari:
1. Triase di tempat (triase satu)
Merupakan pemilihan korban bencana yang dilakukan di tempat korban
ditemukan atau pada tempat penampungan yang dilakukan oleh tim
pertolongan pertama atau tenaga Kesehatan gawat darurat. Triase di
tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan
pemindahan korban ke pos medis lanjutan.
2. Triase medis (triase dua)
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oelh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari perawat atau dokter
yang dengan pelatihan PPGD). Tujuan triase medis adalah menentukan
tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
3. Triase evakuasi (triase tiga)
10
Merupakan triase yang dilakukan tenaga kesehatan di pos medis lanjutan
dengan berkonsultasi dengan Pos Komando dan Rumah Sakit tujuan
berdasarkan kondisi korban, yang mana akan membuat keputusan korban
mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis
kendaraan dan pengawalan yang akan dipergunakan.
11
pelatihan triase. Pasien dikategorika dalam ESI 1 sampai ESI 5 sesuai
kondisi pasien ketersediaan sumber daya rumah sakit. ESI tidak
mempertimbangkan diagnosis pada penentuan kategori dan tidak ada
batas waktu kapan dokter menemui pasien.
c. Australian Triage Scale (ATS)
Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Australia. Skala triase ini
banyak digunakan di IGD rumah sakit Australis. Perhitungan waktu
dimulai sejak pasien tiba pertama kali tiba di IGD, pemeriksaan tanda-
tanda vital dilakukan hanya jika perawat mengambil keputusan tingkat
kedaruratan triase. Selain itu, proses triase meliputi pemeriksaan
kondisi kegawatandaruratan secara menyeluruh.
d. Manchester Triage System (MTS)
Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Inggris. Sistem ini pada tiap
tingkatannya diberi nama, nomor dan warna sebagai pedoman perawat
dalam memberikan perawatn kepada pasien. Perawat menanyakan
kepada pasien dan jawaban dari pasien menunjukan tingkat
kegawatdaruratan pasien.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
System triage ini digunakan untuk menentukan prioritas penanganan
kegawatdaruratan sehingga perawat dapat cepat, tepat dan maksimal
memberikan pertolongan pada pasien yang paling prioritas yaitu pasien yang
sangat mengancam jiwanya.
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Sistem triage dikenal dengan system kode 4 warna yang diterima secara
internasional. Merah menunjukan perioris tinggi perawatan atau pemindahan,
Kuning menandakam perioritas sedang, hijau digunakan untuk pasien rawat
jalan, dan hitam untuk kasus kematian atau pasien menjelang ajal. Perawat harus
mampu mampu mengkaji dan menggolongkan pasien dalam waktu 2 – 3 menit.
B. Saran
Setelah mempelajari Perkembangan Triage modern yang salah
satunya Triage Emergency severity Indexs (ESI) dalam system pelayanan
kegawatdaruratan, diharapkan dapat mengambil manfaat untuk bahan
pembelajaran penulis dan pembaca. Kurang lebihnya kami meminta kritik
serta saran yangmembangun untuk memperbaiki karya tulis ilmiah kami.
13
DAFTAR PUSTAKA
Irman, Ode, Yosefina Nelista, dan Yosephina M.H. Keytimu. 2020. Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sindrom Koroner Akut. Pasuruan. Qiara
Medis.
Baru Press.
Oman, Chathleen Jane, Koziol M & linda J.S. 2008. Panduan Belajar
Keperawatan Emergensi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
14