OLEH :
NAMA KELOMPOK 1 :
1. AGUSTIN J. BHOKI
2. AHIMAS DARKAY
3. AMARO OEMANU
4. ANGGRIANI OLA
5. HALENA MAUWLAKA
6. PETER BAILAEN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN KEGAWATDARURATAN
DAN TRIAGE”.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapakan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase
modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Dominique Jean Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat
tentara Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system
perawatan dalam kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa
memperhatikan urutan kedatangan mereka. Sistem tersebut memberikan
perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang kemudian tentara
diangkut ke rumah sakit atau tempat perawatan yang berlokasi di garis belakang.
Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap
berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan
perawatan.
Pada tahun 1846, John Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi filosofi
triase. Dia mencatat bahwa, untuk penyelamatan hidup melalui tindakan
pembedahan akan efektif bila dilakukan pada pasien yang lebih memerlukan,
Pada perang dunia I pasien akan dipisahkan di pusat pengumpulan korban
yang secara langsung akan dibawa ke tempat dengan fasilitas yang sesuai. Pada
perang dunia II diperkenalkan pendekatan triase dimana korban dirawat pertama
kali di lapangan oleh dokter dan kemudian dikeluarkan dari garis perang untuk
perawatan yang lebih baik. Pengelompokan pasien dengan tujuan untuk
membedakan prioritas penanganan dalam medan perang pada perang dunia I,
maksud awalnya adalah untuk menangani luka yang minimal pada tentara
sehingga dapat segera kembali ke medan perang.
Penggunaan awal kata “trier” mengacu pada penampisan screening di medan
perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu
konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas
yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan
pertolongan di unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya. Pelbagai system triase
mulai dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan UGD
yang telah melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan
penanganan segera. Tujuan triage adalah memilih atau menggolongkan semua
pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penanganan.
3.1 Kesimpulan
Triage merupakan proses khusus memilah klien berdasar beratnya
cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami
perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat
medik serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk
tindakan). Tujuan dari Triage adalah memilih atau menggolongkan semua
klien, menetapkan prioritas penanganannya dan dapat menangani korban/klien
dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.
Survei primer (primary survey) merupakan deteksi cepat dan koreksi
segera terhadap kondisi yang mengancam, dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi pasien yang mengancam jiwa dan kemudian dilakukan tindakan life
saving. Sedangkan Survei Sekunder (Secondary Survey) adalah mencari
perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan
mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala
sampai kaki (head to toe). Tujuannya untuk mendeteksi penyakit atau trauma
yang diderita pasien sehingga dapat ditangani lebih lanjut. Survei tersier
merupakan pemeriksaan ulang yang dilakukan sebagai evaluasi untuk
mengetahui keadaan klien setelah dilakukan survei sekunder dan survei tersier
dengan mengidentifikasi klien setelah diberikan resusitasi awal dan intervensi
operatif.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penulisan makalah ini adalah
pemberian pertolongan dalam keadaan darurat harus dilakukan secara tepat
dan tepat berdasarkan penggolongan masing-masing cedera yang dialami.
Sehingga dengan pertolongan yang cepat dan tepat dapat meminimalisir untuk
terjadinya suatu keadaan yang mengancam jiwa dan keadaan yang dapat
menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA