Oleh:
TIARA SRI WAHYUNI (214201446080)
KRISMONIKA ALFAJARIA (214201446140)
SRI PERTIWI PUJI LESTARI (214201446157)
i
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Triase...............................................................................3
B. Tujuan Triase............................................................................... 3
C. Sistem Triase.................................................................................3
D. Prinsip Triase............................................................................... 4
E. Keterampilan Dalam Penilaian Triase..........................................5
F. Klasifikasi Triase..........................................................................5
G. Jeni-Jenis Triase......................................................................... 10
H. Kategori Tingkat Triase..............................................................11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................13
B. Saran...........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatnya-lah saya berhasil menyelesaikan menyusun makalah ini. Tidak lupa
saya ucapkan terimakasih kepada Bp. Tommy Wowor S.Kep, MM selaku
pengampu mata kuliah Gawat Darurat dan teman kelas B.
Makalah ini semoga bsia menjadi referensi bagi mahasiswa lain untuk
belajar tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam
memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuannya.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatucara yangmemungkinkan
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiaptahunnya.
(Pusponegoro, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan triase?
2. Apa tujuan dilakukannya triase?
3. Bagaimana sistem dalam triase?
4. Bagaimana prinsip dalam triase?
5. Bagai mana keterampiln dalam triase?
6. Bagai mana klafsifikasi triase?
7. Apa saja jenis jenis triase?
8. Apa saja tingkat kategori triase?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
triase
2. tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui maksud dari triase
b. Untuk mengetahui tujuan triase
c. Untuk mengetahui system triase
d. Untuk mengetahui prinsip triase
e. Untuk mengetahui bagai mana keterampilan dalam triase
f. Untuk mengetahui klasifikasi triase
g. Untuk mengetahui jenis jenis triase
h. Untuk mengetahui tingkat kategori triase
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Triase
Triase adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan
tingkatan kegawatan kondisinya. Triase juga diartikan sebagai suatu Tindakan
pengelompokan penderita berdasarkan pada beratnya cedera yang
diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B),
circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia dan
probabilitas hidup penderita (Mardalena, 2016).
B. Tujuan Triase
Tujuan triase menurut (Irman, dkk, 2020) antara lain:
1. Mengidentifikasi kondisi pasien
2. Menetapkan tingkat kegawatan pasien
3. Menetapkan prioritas tindakan
4. Menempatkan pasien pada lokasi penanganan sesuai kondisi pasien
5. Mendapatkan data yang lengkap
6. Melakukan Tindakan penangana dengan tepat, cepat dan cermat
C. Sistem Triase
Sistem triase digunakan untuk pasien yang benar-benar membutuhkan
pertolongan pertama, yakni pasien yang apabila tidak mendapatkan triase
segera, dapat menimbulkan trauma. Berikut empat sistem triase yang sering
digunakan (Mardalena, 2016):
1. Spot Check
Spot check adalah sistem yang digunakan untuk mengklasifikasi dan
mengkaji pasien dalam waktu dua sampai tiga menit.
2. Triase Komprehensif
3
Sistem triase komprehensif adalah standar dasar yang telah didukung oleh
Emergency Nurse Association (ENA). Sistem ini menekankan penanganan
dengan konsep ABC (Airway control, Breathing support, Circulation
support) ketika menghadapi pasien gawat darurat. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, triage komprehensif menekankan pada konsep
ABC, A (airway control: jalan nafas), B(breathing support: pernapasan),
dan C (circulation support: sirkulasi). Sebenarnya ada tiga elemen lain
selain ABC, yaitu disability of neurity (D), expose (E), full-set of vital
sign (F). Namun demikian, penanganan yang sering digunakan dilapangan
adalah penangan ABC.
3. Triage Two-tier
Triase two-tier merupakan Tindakan pertolongan pasien yang melibatkan
dua orang petugas, untuk dilakukan pengkajian lebih rinci. Selain triage
two-tier, ada juga triage bedside. Pasien yang dating langsung ditangani
oleh perawat tanpa menunggu petugas perawat lainnya,
4. Triage Expended
Perawat melakukan pertolongan pertama dengan bidai, kompres, atau
rawat luka. Penanganan ini disertai dengan pemeriksaan diagnostik dan
pemberian obat.
D. Prinsip Triase
Prinsip triase menurut (Irman, dkk, 2020) antara lain:
1. Triase harus dilakukan segera dan tepat waktu
2. Pengkajian triase harus adekuat, komprehensif dan akurat
3. Ketepatan dan akurasi menjadi kunci dalam proses triase
4. Keputusan triase didasarkan pada temuan pengkajian
5. Kemampuan berespon dengan cepat, tepat dan teliti memungkinkan dapat
menyelamatkan nyawa pasien
6. Informasi yang akurat dan adekuat mengefektifkan perawatan
7. Tindakan pertolongan berdasarkan keakutan, keluhan serta temuan klinis
8. Perawat harus bertanggung jawab pada proses triase
9. Meningkatkan kepuasan pasien
4
10. Pasien ditempatkan pada area perawatan yang benar dengan sarana
pelayanan yang menunjang
11. Penggunaan sumber daya yang efisien
12. Dokumentasi yang benar
F. Klasifikasi Triase
Penggolongan atau sistem klasifiksi triage dibagi menjadi beberapa
level perawatan. Level keperawatan didasarkan pada tingkat prioritas, tingkat
keakutan, dan klasifikasi triage (Mardalena, 2016). Berikut kelima klasifikasi
secara lengkap:
1. Klasifikasi Kegawatan Triase
Klasifikasi triase menjadi tiga prioritas. Ketiga prioritas tersebut
adalah emergency, urgent dan nonurgent. Pertimbangan yang
dilakukan didasarkan pada keadaan fisik, psikososial, dan tumbuh
kembang. Termasuk, mencakup segala bentuk gejala ringan,
gejala berulang, atau gejala peningkatan. Berikut klasifikasi pasien
dalam sistem triase.
5
Gawat darurat merupakan keadaan yang mengancam nyawa,
dimana pasien membutuhkan tindakan segera. Jika tidak diberi
tindakan pasien akan mengalami kecacatan. Kemungkinan paling
fatal, dapat menyebabkan kematian (Wijaya, 2010). Kondisi gawat
darurat dapat disebabkan adanya gangguan ABC
dan/ atau mengalami beberapa gangguan lainnya. Gangguan ABC
meliputi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Adapun kondisi
gawat darurat yang dapat berdampak fatal, seperti gangguan
cardiacarrest, trauma mayor dengan pendarahan, dan mengalami
penurunan kesadaran.
b. Gawat Tidak Darurat (Prioritas 2: P2)
Klasifikasi yang kedua, kondisi gawat tidak darurat. Pasien yang
memiliki penyakit yang mangancam nyawa, namun keadaannya
tidak memerlukan tindakan gawat darurat dikategorikan di prioritas
dua. Penanganan ini bisa dilakukan dengan tindakan resusitasi.
Selanjutnya, tindakan dapat diteruskan dengan memberikan
rekomendasi ke dokter spesialis sesuai penyakitnya.
Pasien yang termasuk di kelompok P2 antara lain penderita
kanker tahap lanjut. Misalnya kanker serviks, sickle cell, dan banyak
lagi, dan banyak penyakit yang sifatnya mengancam nyawa namun
masih ada waktu penanganan.
c. Darurat Tidak Gawat (Prioritas 3: P3)
Ada situasi dimana pasien mengaami kondisi seperti P1 dan P2.
Namun, ada kondisi pasien darurat tidak gawat. P3 memilki penyakit
yang tidak mengancam nyawa, namun memerlukan tindakan darurat.
Jika pasien P3 dalam kondisi sadar dan tidak mengalami gangguan
ABC, maka pasien dapat ditindaklanjuti ke poliklinik. Pasien dapat
diberi terapi definitif, laserasi, otitis media, fraktur minor atau
tertutup,dan sejenisnya.
6
Klasifikasi triase ini adalah yang paling ringan di antara triase
lainnya. Pasien yang masuk ke kategori P4 tidak memerlukan
tindakan gawat darurat. Penyakit P4 adalah penyakit ringan. Misalnya,
penyakit panu,flu,batuk pilek, dan gangguan seperti demam ringan.
7
d. Warna Hitam
Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki kemungkinan
hidup sangat kecil. Biasanya, pasien yang mengalami luka atau
penyakit parah akan diberikan tanda hitam. Tanda hitam juga
digunakan untuk pasien yang belum ditemukan cara
menyembuhkannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
memperpanjang nyawa pasien adalah dengan terapi suportif.
Warna hitam juga diberikan kepada pasien yang tidak bernapas
setelah dilakukan intervensi live saving.
8
c. Kelas III
Pasien yang berada dikelas III, pasien berada dalam kondisi
semi mendesak. Pasien tidak mampu menunggu lebih lama.
Pasien hanya mampu menunggu kurang lebih selama dua jam
sebelum pengobatan. Misalnya pasien yang mengalami otitis
media.
d. Kelas IV
Adapun pasien yang tidak mampu menahan kurang dari dua
jam dikategorikan pasien kelas IV. Pasien hanya mampu
bertahan selama pengobatan, sebelum ditindaklanjuti. Pasien
kelas IV ini termasuk urgen dan mendasar. Misalnya, pasien
penderita asma, fraktur panggul, laserasi berat.
e. Kelas V
Pasien yang berada di kelas V adalah gawat darurat. Apabila
pasien diobati terlambat, dapat menyebabkan kematian, yang
termasuk kelas V adalah syok, henti jantung dan gagal jantung.
9
utama penolong yaitu memeriksa pasien secepat mungkin dan memilah
serta memprioritaskan berdasrkan berat ringannya trauma/cedera,
selanjutnya pasien diberi label agar mudah dikenali oleh penolong lain
saat tiba di lokasi bencana.
b. Triase In-Hospital
Menurut (Irman, dkk, 2020) ada 3 tipe umum dalam system triage in
hospital :
1) Traffic Director atau Non-Nurse
Traffic Director ini dilakukan oleh petugas yang tidak berijazah,
petugas triase melakukan pengkajian minimal dan terbatas pada
keluhan utama melalui pendataan visual, tidak ada dokumentasi,
tidak menggunakan protoko, tidak terdapat standar operasional
prosedur baku yang dijadikan intervensi oleh petugas.
2) Spot Check Triage
Spot Check Triage dilakukan oleh petugas professional seperti
perawat atau dokter. Pengkajian dilakukan secara cepat termasuk
riwayat kesehatan juga dikaji, terutama yang berhubungan dengan
keluhan utama. Evaluasi yang dilakukan terbatas dan bertujuan
untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera
mendapat perawatana wal.
3) Comprehensive Triage
Comprenhesive Triage dilakukan oleh petugas atau perawat atau
dengan Pendidikan yang sesuai dan berpengalama, sudah memiliki
standarisasi kemampuan dan pelatihan yang cukup, kategori
prioritas dan protokol standar tertulis dengan lengkap untuk proses
termasuk tes diagnostik.
G. Jenis-jenis Triase
Menurut (Addiarto, W. dan Wahyusari, S., 2018) yang terdiri dari:
1. Triase di tempat (triase satu)
10
Merupakan pemilihan korban bencana yang dilakukan di tempat korban
ditemukan atau pada tempat penampungan yang dilakukan oleh tim
pertolongan pertama atau tenaga Kesehatan gawat darurat. Triase di
tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan
pemindahan korban ke pos medis lanjutan.
2. Triase medis (triase dua)
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oelh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari perawat atau dokter
yang dengan pelatihan PPGD). Tujuan triase medis adalah menentukan
tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
3. Triase evakuasi (triase tiga)
Merupakan triase yang dilakukan tenaga kesehatan di pos medis lanjutan
dengan berkonsultasi dengan Pos Komando dan Rumah Sakit tujuan
berdasarkan kondisi korban, yang mana akan membuat keputusan korban
mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis
kendaraan dan pengawalan yang akan dipergunakan.
11
Setiap tingkat triase mewakili beberapa keluhan dari pasien.. Triase
yang dilakukan oleh perawatn harus berdadarkan ilmu dan pengalaman
tentang proses pemilihan pasien berdasarkan tingkat
kegawatdaruratannya. Dalam melaksanakan proses triase, perawat
mengambil keputusan tentang: seberapa lama pasien dapat menunggu
tindakan sebelum perawat melakukan pengkajian secara komprehensif
dan seberapa lama pasienn dapat menunggu untuk selanjutnya dapat
diperiksa dokter yang merawatnya.
b. Emergency Severity Index (ESI)
Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Amerika Serikat. Sistem ini
mewajibkan perawat memiliki sertifikat atau pernah mengikuti
pelatihan triase. Pasien dikategorika dalam ESI 1 sampai ESI 5 sesuai
kondisi pasien ketersediaan sumber daya rumah sakit. ESI tidak
mempertimbangkan diagnosis pada penentuan kategori dan tidak ada
batas waktu kapan dokter menemui pasien.
c. Australian Triage Scale (ATS)
Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Australia. Skala triase ini
banyak digunakan di IGD rumah sakit Australis. Perhitungan waktu
dimulai sejak pasien tiba pertama kali tiba di IGD, pemeriksaan tanda-
tanda vital dilakukan hanya jika perawat mengambil keputusan tingkat
kedaruratan triase. Selain itu, proses triase meliputi pemeriksaan
kondisi kegawatandaruratan secara menyeluruh.
d. Manchester Triage System (MTS)
Sistem tingkatan triase yang diadopsi dari Inggris. Sistem ini pada tiap
tingkatannya diberi nama, nomor dan warna sebagai pedoman perawat
dalam memberikan perawatn kepada pasien. Perawat menanyakan
kepada pasien dan jawaban dari pasien menunjukan tingkat
kegawatdaruratan pasien.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Irman, Ode, Yosefina Nelista, dan Yosephina M.H. Keytimu. 2020. Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sindrom Koroner Akut. Pasuruan. Qiara
Medis.
Baru Press.
Oman, Chathleen Jane, Koziol M & linda J.S. 2008. Panduan Belajar
Keperawatan Emergensi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
14