TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas “Makalah Trauma Termal”, guna memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Dasar Trauma dan Jantung.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
A. Konsep Teori...................................................................................................4
B. Etiologi.............................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis...........................................................................................5
D. Patofisiologi....................................................................................................6
E. Klasifikasi .......................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................25
A. Kesimpulan.....................................................................................................25
B. Saran................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai penahan
penting dalam sistem fisiologi tubuh. Kulit manusia banyak fungsinya, antara
lain menghindari terjadinya kehilangan cairan. Apabila terjadi luka termal
maka kulit akan mengalami denaturasi protein yang ada di dalam sel,
sehingga kehilangan fungsinya, kehilangan sel di dalam jaringan, kemudian
terjadi luka. Semakin banyak kulit yang hilang akan semakin berat kehilangan
cairan.
Saat ini luka termal ( luka bakar ) masih merupakan masalah yang
cukup besar. Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di AS setiap
tahunnya. Dari kelompok ini, 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat
jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang
meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang
berhubungan dengan luka bakar. ( Brunner&Suddarth, 2002 ).
Anak- anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko
tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki- laki dan pria dalam
usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar daripada yang diperkirakan
lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi
di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-alat listrik
merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan
industri juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar (Triana, 2007).
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-
data statistic dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa
sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka
sendiri. Tersiram air mendidih pada anak- anak yang baru belajar berjalan,
bermain- main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus
listrik pada remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta sigaret pada
orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik
tersebut (Brunner & Suddarth, 2001).
Banyaknya faktor prognosis luka bakar data di Indonesia belum ada
yang rinci. Dengan mengetahui faktor prognosis terpenting akan
dimungkinkan menetapkan penatalaksanaan yang tepat. Penelitian
menggunakan subyek penderita luka bakar rawat inap di RSCM januari 1998
sampai mei 2001,dari 156 penderita didapat angka mortalitas 27,6% penderita
terbanyak berusia 19 tahun, laki-laki lebih banyak dari perempuan. Penyebab
terkena api (55,1%) dan terjadi di rumah (72,4%). Ditemukan luka bakar
terbanyak derajat 2 (76,9%) dengan luas terbanyak 27% ( Srikats, 2008 ).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penanganan kegawatdaruratan trauma termal
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
klasifikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan dari trauma
termal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Anatomi
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menyelimuti seluruh tubuh
dan melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar (Syaifudin, 2009).
Kulit atau sistem integumen merupakan organ tubuh manusia yang paling
besar karena fungsinya sebagai pembungkus seluruh tubuh manusia. Rata-
rata kulit yang membungkus manusia memiliki luas sebesar 1,67 m2.
Rambut, kuku, kelenjar juga merupakan bagian dari kulit (Rizen, 2012).
Dalam ruang lingkup sains, kulit tidak hanya terdapat pada luar saja yang
dapat dilihat oleh mata, tetapi jaringan-jaringan yang lebih kompleks
dalam pembentukan kulit terdapat pada kulit bagian dalam yang harus
dilihat secara mikroskopis.
Struktur kulit terbagi menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis
sebagai bagian terluar, lapisan dermis yang berada di tengah, dan bagian
terdalam yakni hipodermis atau juga disebut subkutan.
1) Epidermis
Lapisan paling luar, tipis dan avaskuler, tebal epidermis berbeda-beda
pada bagian tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan
kaki Ketebalannya <1 mm (sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit)
Terjadi regenarasi setiap 4-6 minggu
2) Dermis
Merupakan bagian yang paling penting dari kulit yang sering
dianggap "true skin" terdiri dari serabut kolagen elastin dan retikulin
kulit kuat dan lentur, mempunya pembuluh darah dan saraf. Tebalnya
bervariasi, yang paling tebal pada telapak sekt 3 mm.
3) Subcutis
Merupakan lapisan dibawah dermis yang tersusun dari sel kolagen dan
lemak tebal untuk menyekat panas sehingga kita dapat beradaptasi
dengan perubahan temperatu luar tubuh kita karena perubahan cuaca.
2. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame),jilatan
api ketubuh (flash),terkena air panas(scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan - bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
B. Etiologi
D. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel - sel dapat menahan temperatur sampai 44 oc
tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda
untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan
struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh
darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh
darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan
elektrolit.Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang
hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit,timbul
ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi
ini dikenal dengan syok (Moenajat,2001)
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi
sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan
pembuluh darah kapiler,peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan
protein),sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan
intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan
terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi
jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang
menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler,
hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan
kegagalan organ multi sistem.
E. Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain:
penyebab, luasnya luka, dan keparahan luka bakar.
a. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab
a) Luka bakar termal
Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa
disebabkan oleh cairan panas, berkontak dengan benda padat
panas, terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan terkena
aliran listrik (WHO, 2008).
b) Luka bakar inhalasi
Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan
panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak
sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka
bakar (WHO, 2008).
b. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
a) Derajat I (superficial) hanya terjadi di permukaan kulit (epidermis).
Manifestasinya berupa kulit tampak kemerahan, nyeri, dan mungkin
dapat ditemukan bulla. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 3
hingga 6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat remodeling
(Barbara et al.,2013).
sumber : PHTLS
b) Derajat II (partial thickness) melibatkan semua lapisan epidermis dan
sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan,
sedikit edem dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar
derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan
meninggalkan jaringan parut (Barbara et al.,2013).
Sumber : www.angganozz.blogspot.com
Sumber : https://www.jstor.org/stable/3462568
c. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
Sedangkan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni:
a) Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas <10% atau derajat
II seluas <2%.
b) Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I seluas 10 - 15% atau
derajat II seluas 5 -10%
c) Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat
III seluas >10%
Untuk menilai luas luka menggunakan metode “Rule of Nine”
berdasarkan LPTT (Luas Permukaan Tubuh Total). Luas luka bakar
ditentukan untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan
prognosis. Persentase pada orang dewasa dan ana - anak berbeda. Pada
dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk ektremitas atas memiliki
nilai masing - masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior dan posterior
serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing - masing 18%, yang
termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%.
Sedangkan pada anak - anak persentasenya berbeda pada kepala
memiliki nilai 18% danektremitas bawah 14% (Yapa, 2009).
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar
yaitu :
1) Laboratorium
a) Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih
dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
b) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
c) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.
d) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
e) Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
f) Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
g) Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
h) BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
i) Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap
efek atau luasnya cedera.
2) EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
3) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penanganan Luka Bakar
1. Luka Bakar (Akibat suhu panas)
Biasanya luka bakar karena air panas akan lebih dangkal dibandingkan
karena api, sehingga menyebabkan luka bakar yang dalam.
1) Hentikan Proses Pembakaran
Pada saat penderita ditemukan, biasanya api sudah mati. Apabila
penderita masih dalam keadaan terbakar, maka dapat ditempuh dengan
cara :
a. Menyiram dengan air dalam jumlah banyak apabila api disebabkan
karena bensin atau minyak, karena apabila dalam jumlah sedikit
hanya akan memperbesar api.
b. Menggulingkan penderita pada tanah yang datar, kalau bisa dalam
selimut basah (penolong jangan sampai turut terbakar).
Luka bakar akan mengalami pendalaman walaupun api sudah mati.
Untuk mengurangi proses pendalaman ini luka dapat disiram dengan air
bersih untuk pendinginannya. Perlu diketahui bahwa proses pendalam
ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila
paramedik tiba setelah 15 menit, usaha ini akan sia-sia dan hanya akan
menimbulkan hipotermi..
2. Primary Survey
a. Airway
Pada permulaannya airway biasanya tidak terganggu. Dalam
keadaan ekstrim bisa saja airway terganggu, misalnya karena lama
berada dalam ruangan tertutup yang terbakar sehingga terjadi pengaruh
panas yang lama terhadap jalan nafas. Menghisap gas atau partikel
karbon yang terbakar dalam jumlah banyak juga akan dapat
mengganggu Pada permulaan penyumbatan airway tidak total, sehingga
akan timbul suara stridor/crowing. Bila menimbulkan sesak berat
(apalagi bila saturasi O kurang dari 95% maka ini merupakan indikasi
mutlak untuk segera intubasi. Apabila obstruksi parsial in dibiarkan,
maka akan menjadi total dengan akibat kematian penderita.
Obstruksi jalan nafas akibat edema ini dapat menetap, melampaui
batas waktu edema pada luka (umumnya antara 12-36 jam). Edema
yang dapat memperberat obstruksi terlihat pada bagian leher, lebih
sering dijumpai pada anak-anak yang memiliki jalan nafas lebih sempit
disamping leher yang pendek.
Indikasi klinis adanya trauma inhalasi antara lain:
Luka bakar yang mengenai wajah dan/leher
Alis mata dan bulu hidung hangus
Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut orofaring
Sputum yang mengandung karbon/arang
Suara serak
Riwayat gangguan mengunyah dan/atau terkurung dalam api
Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
Bila ditemukan salah satu dari keadaan di atas, sangat mungkin
terjadi trauma inhalasi yang memerlukan penanganan dan terapi
definitif, termasuk pembebasan jalan nafas
b. Breathing
Gangguan breathing yang timbul cepat, dapat disebabkan karena
Inhalasi partikel-partikel panas yang menyebabkan proses
peradangan dan edema pada saluran jalan nafas yang paling kecil.
Mengatasi sesak yang terjadi adalah dengan penanganan yang
agresif, lakukan airway definitif untuk menjaga jalan nafas
Keracunan CO (karbonmonoksida). Asap dan api mengandung CO
Apabila penderita berada dalam ruangan tertutup yang terbakar,
maka kemungkinan keracunan CO cukup besar. Diagnostiknya sulit
(apalagi di pra-RS). Kulit yang berwarna merah terang biasanya
belum terlihat. Pulse oksimeter akan menunjukkan tingkat Saturasi
O2 yang cukup, walaupun penderita dalam keadaan sesak.
Pada luka bakar yang melingkar didada hingga bagian punggung dan
derajat 3 dapat menyebabkan pasien sulit bernafas maka perlu
dilakukan tindakan escarotomy berbentuk lazi S.
Bila diduga kemungkinan keracunan CO2 maka diberikan O2
100%/15LPM (dengan non rebreathing mask, ataupun ventilasi
tambahan dengan BVM yang ada reservoir O2 bila perlu intubasi)
c. Circulation
Lakukan penekanan pada pusat perdarahan
- Pucat menunjukkan kehilangan 30% volume darah
- Perubahan mental terjadi pada kehilangan 50% volume darah
Periksa pulsasi sentral-apakah kuat atau lemah
Periksa tekanan darah
Periksa capillary refill (sentral dan perifer)-normal bila s 2 detik.
Bila 22 detik menunjukkan hipovolemia atau kebutuhan untuk
eskarotomi pada tungkai yang bersangkutan, periksa tungkai yang
lainnya.
Masukkan 2 buah kateter IV berdiameter besar, sebaiknya daerah
yang tidak terbakar (normal)
Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap/ureum
kreatinin/fungsi hati/ koagulasi B-hCG/Cross
Match/carboxyhaemoglobin
Bila pasien syok lakukan resusitasi cairan bolus dengan metode
Hartmann untuk memperbaiki pulsasi radialis
Pertanda klinis-awal syok biasanya ditimbulkan penyebab lain.
Carilah dan atasi
Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air yang berlebih
dari tubuh dengan akibat terjadinya dehidrasi. Dengan begitu kebutuhan
cairan rumuskan sebagai berikut :
a. Resusitasi Cairan
Penilaian volume sirkulasi sering tidak mudah pada pasien kuka
bakar derajat berat. Lagipula, pasien luka bakar berat sering disertai
dengan trauma lain yang menyebabkan syok hypovolemik
Penanganan syok dilakukan sesuai dengan prinsip resusitasi.
Resusitasi cairan intravena untuk luka bakarnya juga harus segera
dimulai. Tekanan darah kadang sulit diukur dan hasinya kurang
dapat dipercays Pengukuran produksi urin tiap jam merupakan alat
monitor yang baik untuk menilai volume sirkulasi darah; asalkan
tidak ada diuresis osmotic (misalnya Glikosuria). Oleh karena itu
pasang katateter urin untuk mengukur produksi urin. Pemberian
cairan cukup untuk dapat mempertahankan produksi urin 1.0 mL
perkilogram berat badan perjam pada anak-anak dengan berat badan
30 kg atau kurang, dan 0,5 sampai 1.0 ml perkilogram berat badan
perjam pada orang dewasa.
Resusitasi Syok
Bila dijumpai perdarahan atau syok non luka bakar, perlakukan
sesuai pedoman trauma menggunakan larutan kristaloid Ringer's
Lactate.
- Pemasangan satu atau beberapa jalur intravena. Catatan:
jangan memilih jalur vena pada tungkai bawah karena terdapat
hipeperfusi perifer dan banyaknya sistem klep pada vena-vena
ekstremitas bawah, dan hindari pemasangan pada daerah luka
- Pemberian cairan pada syok atau pada kasus dengan luas >20-
30% atau dijumpai keterlambatan >2 jam.
A. Kesimpulan
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
Luka bakar karena suhu (panas/dingin), Luka bakar bahan kimia (Chemical
Burn), Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) dan Luka bakar radiasi
(Radiasi Injury).
Semakin luas luka termal, semakin buruk prognosis. Luka termal lebih
dari 90 % luas total area/TBSA (Total Body Surface Area) tubuh hampir
selalu akan meninggal dunia.
Dalam melakukan penatalaksanaan pasien trauma termal dilakukan
primary survey ABCDE dan survey sekunder yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan head to toe serta cedera yang dialami.
B. Saran
Dengan pembuatan makalah trauma termal ini, semoga kami dan
teman-teman dapat memahami dan megerti tentang trauma termal, penyebab
terjadinya trauma termal, serta tindakan yang akan dilakukan pada orang
dengan trauma termal. Serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA