PEMBAHASAN
Konsep Keluarga Sejahtera menurut UU No.10 tahun 1992 adalah keluarga yang
dibentuk atas dasar perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan
serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungannya (A. Mungit, 1996).
Sedangkan BKKBN merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga
yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang, pangan,
perumahan, sosial dan agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan antara
penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar,
beribadah khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.
2. Keluarga sejahtera I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. Pada
Keluarga Sejahtera I kebutuhan dasar sampai dengan 5 telah terpenuhi namun
kebutuhan sosial psikologisnya belum terpenuhi yaitu:
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secar teratur.
b. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging/ikan/telur.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
pertahun.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter panjang untuk tiap penghuni rumah.
e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.
f. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas berpenghuni tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf latin.
h. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah saat ini.
i. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai
KB.
j. Kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
3. Keluarga sejahtera II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi. Pada Keluarga Sejahtera II, kebutuhan fisik dan sosial
psikologis telah terpenuhi (1 s/d 14 terpenuhi), namun kebutuhan pengembangan
belum sepenuhnya terpenuhi anatara lain :
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Sebagian dari penghasilan dapat disisikan untuk tabungan keluarga.
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah oaling kurang 1 X / 6 bulan.
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV / majalah.
g. Anggota keluarga mampu menggunakkan sarana transportasi sesuai kondisi
daerah.
PEMBAHASAN
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan
darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan
adanya hubungan psikologi (ikatan emosional) (Doane & Varcoe, 2005 dalam
Widagdo, W. 2016).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga (Friedman, 1998 dalam Widagdo, W. 2016).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,1988 dalam Widagdo,
W. 2016).
2. Tipe keluarga
Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.
a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri,
dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami
dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum
mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan
pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi
datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe
ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai
suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak
dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik
suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir
sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan
kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini
tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua
dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup Bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
3. Fungsi keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini :
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial
anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat
mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri
anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin
secara lebih akrab, dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara
kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola
secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau
perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial
dan pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan Kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan
praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan
Kesehatan, contohnya :
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.
4. Tahap Perkembangan Keluarga
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda pelajari berikut ini :
a. Keluarga baru menikah atau pemula, tugas perkembangannya adalah :
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;
2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru lahir,
tugas perkembangannya adalah :
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap mengintegrasikan
bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peranperan orang tua dan kakek nenek.
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah, tugas perkembangannya adalah :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain, privasi,
dan keamanan;
2) Mensosialisasikan anak;
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
yang lain;
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, tugas perkembangannya adalah :
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja, tugas perkembangannya adalah :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri;
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda, tugas perkembangannya adalah :
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan;
3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
g. Keluarga dengan usia pertengahan, tugas perkembangannya adalah:
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang
tua lansia dan anak-anak;
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Keluarga dengan usia lanjut, tugas perkembangannya adalah :
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan;
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup)
A. Pengertian
Keperawatan keluarga adalah serangkain kegiatan yang di beri via praktik
keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dan Upaya Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada
klien sepanjang rentang kehidupan dan Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan
kepada klien sepanjang rentang kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga.
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui
kegiatan:
2) Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah terapi yang bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan
melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak
bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia (Widyatuti,
2008). Terapi komplementer yang dapat diberikan kepada keluarga adalah
sebagai berikut :
a) Terapi Pijat
Terapi pijat merupakan salah satu bentuk terapi alternatif yang
banyak digunakan untuk meredakan gejala penyakit tertentu. Terapi ini
tidak hanya dapat memberikan efek relaksasi, tetapi juga efektif untuk
mengatasi stres dan meredakan nyeri. Pijat adalah aktivitas memberi
tekanan pada anggota tubuh, terutama kulit, otot, dan urat, dengan teknik
atau metode tertentu. Gerakan pijat dapat diajarkan oleh perawat kepada
keluarga untuk meringankan gejala penyakit tertentu serta mampu
menciptakan bonding attachment apabila dilakukan antara ibu kepada
bayinya [ CITATION Wid19 \l 1033 ].
b) Terapi Herbal
Terapi herbal adalah terapi komplementer menggunakan tumbuhan
yang berkhasiat obat. Penggolongan jenis obat tidak hanya obat yang
berbasis kimia modern, tetapi terdapat juga obat yang berasal dari alam
dikenal sebagai obat tradisional. [ CITATION Daf19 \l 1033 ].
Terapi herbal yang dapat disarankan kepada keluarga bertujuan
untuk mengontrol penyakit-penyakit tertentu dan terapi herbal tersebut
sudah memiliki EBP (evidence based practice). Salah satu penelitian
tentang terapi herbal adalah untuk mengontrol tekanan darah pada keluarga
dengan hipertensi menggunakan mentimun dan diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dan keluarga dapat
membantu mengontrol tekanan darah dengan menggunakan obat herbal
[ CITATION Sar20 \l 1033 ].
c) Terapi Relaksasi
Terapi relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan. Terapi relaksasi merupakan suatu
terapi yang diberikan kepada pasien dengan menegangkan otot-otot tertentu
dan kemudian relaksasi (Smeltzer and Bare, 2002). Terapi relaksasi sering
digunakan pada pasien dengan kecemasan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Sesi pertama, membagi kuesioner untuk mengidentifikasi tingkat
kecemasan anggota keluarga yang akan mengikuti latihan tehnik
relaksasi progresif.
2. Sesi kedua, melakukan penyuluhan tentang kecemasan dan
penanganannya dan dilanjutkan dengan latihan terapi relaksasi
progresif dan menggunakan panduan yang telah dipersiapkan
3. Sesi ketiga, diakhiri dengan evaluasi hasil penyuluhan dan kegiatan role
play dari penerapan terapi progresif dalam menurunkan upaya tingkat
kecemasan keluarga pasien
Sebuah penelitian menemukan bahwa terapi relaksasi otot progresif
dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anggota keluarga pasien dengan
skizofrenia [ CITATION Tom21 \l 1033 ]. Selain itu, penelitian literatur review
menyebutkan bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat menurunkan
tekanan darah darah pada keluarga dengan hipertensi [ CITATION Hab20 \l
1033 ]. Hal ini disebabkan karena teknik relaksasi otot progresif dilakukan
dengan cara mengendorkan atau mengistirahatkan otot-otot, pikiran dan
mental dan bertujuan untuk mengurangi kecemasan Widharto (2007) dalam
[ CITATION Hab20 \l 1033 ] . Respon relaksasi merupakan bagian dari
penurunan umum kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi
dapat merangsang munculnya zat kimia yang mirip dengan beta blocker di
saraf tepi yang dapat menutup simpul-simpul saraf simpatis yang berguna
untuk mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan darah Hartono
(2007) dalam [ CITATION Hab20 \l 1033 ].
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitative merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang
dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya. Dilakukan
melalui kegiatan :
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang maupun kelainan bawaan.
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke : fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat.
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
A. Bentuk Keluarga
Terdapat beberapa tipe atau bentuk keluarga diantaranya (Fatimah, 2010):
a. Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunan atau adopsi maupun keduanya.
b. Keluarga besar (ekstended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak
saudaranya, misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi, saudara sepupu, dan
lain sebagainya.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family), yaitu keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family), yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua baik pria maupun wanita dengan anak-anaknya akibat dari perceraian atau
ditinggal oleh pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
f. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone).
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual
cohabiting family) atau keluarga kabitas (cohabition).
h. Keluargaberkomposisi (composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama.
B. Struktur Keluarga
a. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
d. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
C. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
D. Ciri-Ciri Keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong-royong
E. Keperawatan Keluarga
A. Pengkajian Keluarga
1) Definisi Pengkajian Keluarga
Pengkajian Keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat dimana
suatu perawat mengambil informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis
untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat di ketahui
kebutuhan keluarga yang di binanya. Metode dalam pengkajian bisa melalui
wawancara, observasi vasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari
anggota keluarga dan measurement dari data sekunder (hasil lab, papsmear, dll).
(Susanto, 2012).
2) Langkah-Langkah Pengkajian
Penjajahan keluarga. Penjajahan keluarga perlu dilakukan untuk
membina hubungan baik dengan keluarga. Dalam penjajahan ini perawat perlu
mengadakan kontak dengan RW/RT dan keluarga yang bersangkutan guna
menyampaikan maksud dan tujuan serta mengatasi maslah kesehatan mereka.
Setelah mendapatkan tanggapan positif dari keluarga tersebut, pengkajian di
teruskan pada langkah berikutnya. (Zaidin Ali, 2010)
1. Pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah upaya pengumpulan semua data, fakta, dan
informasi yang mendukung pemecahan maslah klien. Jenis data yang
dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan sehari-hari
1) Kebiasaan tidur (apakah terdapat waktu tertentu untuk
tidur/istirahat dan bangun sesuai kemampuan setiap anggota?
Apakah terdapat waktu setiap siang untuk istirahat sebentar?
Apakah anggota keluarga tidur bersama-sama?)
2) Kebiasaan makan (berapa kali makan setiap hari? Siapa yang
terlihat terlalu gemuk, terlalu kurus?)
3) Waktu senggang/libur (bagaimana setiap anggota keluarga
memakai waktu senggang? Apakah penggunaan waktu senggang
cocok dengan jenis kelamin dan usia individu? Apakah ada
anggota keluarga yang hiburannya sangat memakan waktunya?
Bila ada, apa dampaknya terhadap keluarga? Apakah keluarga
mempunyai hiburan bersama?)
b. Faktor sosial-budaya-ekonomi
1) Penghasilan dan pengeluaran
2) Pekerjaan, tempat tinggal, dan penghasilan setiap anggota yang
sudah bekerja.
3) Sumber penghasilan.
4) Berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga yang
bekerja.
5) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer seperti makan,
pakaian, dan perumahan.
6) Apakah ada tabungan untuk keperluan mendadak.
7) Jam kerja ayah dan ibu
8) Siapa pembuat keputusan mengenai keuangan dan bagaimana uang
digunakan.
c. Faktor lingkungan
1) Perumahan
a) Luas rumah (apakah luasnya memadai?)
b) Pengaturan kamar tidur
c) Kelengkapan perabotan rumah tangga
d) Serangga dan binatang pengerat
e) Adanya bahaya kecelakaan
f) Tempat penyimpanan makanan dan alat masak
g) Persediaan air (sumber, kepemilikan, apakah air dapat
diminum?)
h) Pembuangan kotoran (jenis, kepemilikan, apakah memenuhi
syarat?)
i) Pembuangan sampah (jenis, apakah memenuhi syarat?)
j) Pembuangan air kotor (jenis, apakah memenuhi syarat?)
k) Kondisi lingkungan tempat tinggal: apakah komplek rumahan,
daerah kumuh, dll
l) Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan
m) Fasilitas transportasi dan komunikasi
d. Riwayat kesehatan/riwayat medis:
1) Riwayat kesehatan setiap anggota
2) Penyakit yang pernah diderita
3) Keadaan sakit yang sekarang (telah didiagnosis atau belum)
4) Nilai yang diberikan terhadap penjegahan penyakit
5) Status imunisasi anak
6) Pemanfaatan fasilitas lain untuk pencegahan penyakit
7) Sumber pelayanan kesehatan: apakah pelayanan kesehatan sama
atau berbeda untuk setiap anggota keluarga?
8) Saat kondisi sakit atau kritis, anggota keluarga pergi ke siapa?
9) Bagaimana keluarga melihat peranan petugas kesehatan dan
pelayanan yang mereka berikan serta harapan mereka terhadap
pelayanan petugas kesehatan?
10) Pengalaman mengenai petugas kesehatan profesional: memuaskan
atau tidak?
Setiap keluarga mempunyai cara sendiri untuk menghadapi dan
mengatasi situasi mereka. Tipe data lain yang dikumpulkan pada tahap
penjajahan kedua menggambarkan sampai mana keluarga dapat
melaksanakan tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman
kesehatan, kurang/tidak sehat, atau krisis yang dialami oleh keluarga itu
pada waktu tahap penjajahan pertama.data ini menggambarkan
ketidakmampuan keluarga untuk melaksanakan tugas kesehatan. Perhatian
utama perawat pada tahap penjajahan kedua adalah penentuan kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan untuk menghadapi masalah
kesehatan. (Zaidin Ali, 2010)
Data pengkajian didapat dengan menggunakan beberapa cara.
Berikut ini adalah metode pengumpulan data yang digunakan:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui data subjektif dalam aspek
fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, adat istirahat, agama,
lingkungan, dan sebagainya
b. Pengamatan/observasi
Pengamatan/observasi dilakukan untuk mengetahui hal yang secara
langsung bersifat fisik (ventilasi, kebersihan, penerangan, dll) atau
benda lain (data objektif).
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah keluarga dan keperawatan yang berkaitan dengan keadaan
fisik, misalnya kehamilan, mata, telinga, tenggorokan, dll. (data
objektif)
d. Studi dokumentsi
Studi dilakukan dengan jalan menelusuri dokumen yang ada, misalnya
catatan kesehatan, kartu keluarga, kartu menuju sehat, literatur, catatan
pasien, dll. (data subjektif).
2. Analisis data. Setelah ditabulasi data langsung dapat dianalisis sengingga
menghasilkan satu kesimpulan tentang permasalahan yang ada. Hsil analisis
data juga memperlihatkan penyebab, tanda-tanda, dan pengaruh masalah
pada masa yang akan datang, dll.
3. Perumusan massalah. Dari analisis data ditemukan beberapa informasi yang
berguna untuk merumuskan maslah klien tersebut. Masalah adalah
kesenjangan yang terjadi dari apa yang “seharusnya” terjadi dan apa yang
“nyata” terjadi. Kesenjangan tersebut.
B. Analisa Data
Kegiatan yang dilakukan :
A. Definisi
Perkembanga keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi
agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses. Perawat perlu memahami setiap
tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas perkemabangannya. Hal ini
penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan
yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak.
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang,
olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
BAB IV
A. Peran Keluarga
1. Pengertian Peran Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Jadi, peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu (Setiadi, 2008).
Peranan yang menggambarkan stuktur keluarga dan memelihara proses
interaksi dalam keluarga:
a. Wujud diferensiasi yang jelas antara peranan orang tua, anak, dan pasangan
b. Peranan mungkin dibagi, kebalikan atau perubahan, tergantung pada situasi
c. Peranan baru dapat dicoba dan peranan lama dimodifikasi
d. Peranan ini juga selaras merentasi situasi dan anggota-anggota keluarga
e. Orang tua berbagi dalam perawatan dan pengasuhan anak
2. Peranan yang Mempengaruhi Keluarga
Menurut Mubarak & Chayatin (2009) terdapat dua peran yang
mempengaruhi keluarga yaitu peran formal dan peran informal.
a. Peran Formal
Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah
perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran
secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi
peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya
suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah
dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah
tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi,
memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik
(memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.
b. Peran Informal
Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk
menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adapif antara lain:
39
1) Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji,
dan menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia dapat merangkul orang lain dan
membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di
dengarkan.
2) Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
3) Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-
cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
4) Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan
dengan jalan musyawarah atau damai.
5) Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi
kebutuhan, baik material maupun nonmaterial anggota keluarganya.
6) Perawaatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga
jika ada yang sakit.
7) Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitori
kemunikasi dalam keluarga.
8) Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing mendapat
pengalaman baru.
9) Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi
kepedihan.
10) Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif. Sanksi hanya
mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
3. Jenis Peran dalam Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul
Effendy 1998; Fahrudin, 2005 adalah sebagai berikut:
a. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak - anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak - anaknya. Ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak - anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan
40
G. Fungsi Keluarga
1. Pengertian Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah keluarga beroperasi
sebagai unit dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Hal ini
mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga, dan kualitas hubungan
keluarga. Fungsi keluarga mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kesejahteraan
seluruh anggota keluarga (Families, 2010).
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap anggota
keluarganya
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan keturunannya
yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang kesejahteraan
umat manusia secara universal.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
b. Fungsi Psikologi meliputi: fungsi dalam memberikan kasih sayang dan rasa
aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
keluarga.
c. Fungsi Sosialisas meliputi: fungsi dalam membina sosialisasi pada anak,
meneruskan nilai-nilai keluarga, dan membinanorma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
d. Fungsi Ekonomi meliputi: fungsi dalam mencari sumber-sumber
penghasilan, mengatur dalam pengunaan penghasilan keluarga dalam
rangka memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga di masa mendatang.
e. Fungsi Pendidikan meliputi: fungsi dalam mendidik anak sesuai dengan
tingkatan perkembangannya, menyekolahkan anak agar memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, serta mempersiapkan anak dalam
mememuhi peranannya sebagai orang dewasa untuk kehidupan dewasa di
masa yang akan datang.
a. Adaptasi (Adaptation)
Menilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima yang
diperlukan dari anggota keluarga lainnya.
b. Kemitraan (Partnership)
Menilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komonikasi
dalam keluarga, musyawarah dalam mengambil keputusan atau dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi dalam keluarga.
c. Pertumbuhan (Growth)
43
e. Kebersamaan (Resolve)
44
45
4. Dukungan Keluarga
Dukungan sosial dari keluarga dapat berupa dukungan internal dan eksternal.
Keluarga memiliki berbagai dukungan suportif seperti dukungan emosional,
informatif, penghargaan dan instrumental (Agustini et al., 2013).
ataupun istri.
b) Karena istri bekerja dan mendan-bakan kedudukan yang lebih tinggi dari
suaminya.
c) Tinggal bersama keluarga lain dalam satu rumah.
d) Suami-istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan di luar.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan
yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
47
A. Pengertian
Home Care Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan
kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care
dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah
yang panjang. Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan
oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.
keluarga dalam proses perawatan dan penyembuhan pasien. Perawatan ini dibantu oleh tim
kesehatan profesional (dokter, perawat atau fisiotherapist) yang bisa didatangkan ke rumah
pasien sewaktu-waktu, jika diperlukan. Rumah Sakit di kota besar biasanya mempunyai
fasilitas homecare, artinya Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan untuk menugaskan perawat
atau tim kesehatan profesionalnya (dokter, perawat atau fisiotherapist) melakukan kunjungan
perawatan ke rumah pasien. Umumnya pihak Rumah Sakit hanya menyediakan tenaga medis)
saja. Sedangkan alat kesehatan yang dibutuhkan perawatan pasien seperti oksigen, kursi roda,
nebulizer, suction pump harus disediakan oleh pasien. Pelayanan keperawatan di rumah
merupakan interaksi yang dilakukan di tempat tinggal keluarga, yang bertujuan untuk
meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga dan anggotanya. Dari pengertian tersebut, bisa diambil
kesimpulan bahwa tenaga kesehatanlah yang bergerak, dalam hal ini mengunjungi klien, bukan
48
klien yang datang ke tenaga kesehatan. Hampir semua pelayanan kesehatan dapat diberikan
melalui keperawatan di rumah, kecuali dalam keadaan gawat darurat. Diasumsikan bahwa klien
dan keluarga yang tidak dalam kondisi gawat darurat, untuk tetap tinggal di masyarakatnya dan
Perawatan di rumah merupakan aspek keperawatan komunitas yang berkembang paling pesat.
Antara tahun 1988-1992, jumlah perawat yang melakukan perawatan di rumah meningkat
menjadi 50%. Pada awalnya, keperawatan komunitas dimulai dengan pelayanan yang diberikan
bagi orang orang miskin di rumah mereka. Sudah menjadi rahasia umum jika di banyak negara
maju lebih memilih untuk menggunakan Home Care sebagai prioritas dalam menjaga kebugaran
atau menjaga status kesehatan supaya tetap prima .Khususnya di negara maju seperti Amerika.
Hasil riset yang dikemukakan oleh Bournet (dalam Jurnal Riset) tentang perkembangan “Home
Care” atau perawatan pasien di rumah mereka sendiri, secara kuantitatif menunjukan
peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 1970an rasionya adalah 291 ; 1 , kemudian
tahun 1990an perbandingannya sekitar 120 ; 1 dan terakhir penelitian pada tahun 2004
perbedaannya menjadi semakin tipis yaitu 12 ; 1. Masih penelitian tentang Home Care dan di
Amerika menunjukan bahwa, tingkat kepuasan pasien yang di rawat di rumahnya sendiri lebih
memuaskan pasien dan keluarga dibandingkan dengan mereka yang dirawat di rumah sakit. Bila
kita melihat tren dan isu di negara lain tersebut kita dapat membuat satu analisis bahwa, Home
Care akan menjadi salah satu model anyar yang perkembangannya akan sangat pesat. Dalam
konteks perkembanganya Home Care juga tidak hanya terbatas dalam pemberian Asuhan
klien semata.Namun, dengan Home Care kita juga bisa memodofikasinya dengan menanamkan
konsep persaudaraan peduli antar klien, upaya edukasi yang efektif dan efisien, pemerataan
kualitas Home Care di semua daerah. Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan
dimulai sejak sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi
dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit
modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih
menyukai perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun
1900 terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan
asuhan keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya
promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri
yang melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric
B.L, 1993). Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus meningkat
sekitar 10% pertahun dari semula layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat pengunjung
rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan pemerintah, kemudian berkembang layanan
yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies)
Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat
dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di berbagai layanan
kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang merupakan spesialisasi dari
Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001). Di UK (United Kingdom) salah satu
negara di Eropa, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19,
dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati
yang merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari
50
kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan
Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992
ditetapkan peran District Nurse (DN) adalah : a. merawat orang sakit dirumah, sampai klien
mampu mandiri b. merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan
damai c. mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat
digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu. Selain District Nurse (DN), di UK juga
muncul perawat Health Visitor (HV) yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah
a. melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam
komunitas dan keterampian teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan
tertentu, yang befokus pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan keluarga,
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan
layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993),
51
Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada program
home care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan
kasus-kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di komunitas. Kasus umum yang
(RiceR,2001.,Allender&Spradley,2001)
C. Landasan Hukum
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
D. Ruang lingkup
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Agar pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka perlu
2. Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada (dokter, bidan,
5. Menggunakan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan dalam menetapkan diagnosa.
7. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prepentif, kuratif, promotif dan
rehabilitaif.
8. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan, medik dan
lainnya.
13. Menggunakan kode etik profesi dalam melaksanakan pelayanan di home care .
5. Kependudukan
6. Dana
a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin
mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi
keluarga
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga
d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang
sakit yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk
menggantikannya
a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang
tetap sama
b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan
yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan
a. Membuat rumah sakit tersebut menjadi lebih terkenal dengan adanya pelayanan home
system pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain
banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa
di rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor
1. Kasus-kasus penyakit terminal di anggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apa bila di
rawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara
medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan.
lama.
3. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan
klien yang sangat lama (lebih dari 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi
beban manajemen.
4. Banyak orang merasakan bahwa di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan
5. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien
1. Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko-
sosio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk
perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
3. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
59
keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan
memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap
1. Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak
dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu di
2. Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada promosi dan prevensi.
2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan dengan fungsi :
pelayanan yang sangat sederhana, yaitu kunjungan perawat kepada pasien tua atau lemah
yang tidak mampu berjalan menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya untuk
membayar dokter di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada pelayanan
kesehatan karena strata sosial yang dimilikinya. Pelaksanaannya juga merupakan inisiatif
pemuka agama yang care terhadap merebaknya kasus gangguan kesehatan. Perawat yang
melakukannya dikenal dengan istilah perawat kunjung (visiting nurse). Bentuk intervensi
Pada saat klien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem pelayanan keperawatan
dirumah (home care nursing), maka klien dan keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang tidak
memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada pertimbangan-pertimbangan
yang menjadikan home care bukan pilihan yang tepat.dibawah ini terdapat tentang pro dan
1. home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang dikenal oleh
klien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit klien akan merasa asing dan perlu
adaptasi.
2. home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan secara focus
pada satu klien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi pada beberapa pasien.
3. home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi klien, dimana
4. home care menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua tindakan yang berikan
5. home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih rendah
6. home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam memonitor
kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana berguna memahami
7. home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana keluarga dapat sambil
8. home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan dengan pelayanan
dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi dapat diberikan pelayanan sekaligus
1. home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan agency yang
b. Petugas laboratorium.
d. Petugas fisioterafi.
2. home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan
3. klien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk mencapai unit-unit
2. pelayanan home care tidak dapat diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan
3. tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan perawatan, dimana keluarga
merasa bahwa semua kebutuhan klien sudah dapat terlayani dengan adanya home care.
a. fasilitas resusitasi
b. fasilitas defibrilator
7. jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya tingkat ketergantungan
1. Adanya rasa kurang atau belum percayanya masyarakat atau keluarga terhadap
2. Situasi dan keadaan lingkungan atau wilayah serta kurangnya akses transportasi
64
Jarak wilayah yang terlalu jauh sehingga kurang mendapat pelayanan Home Care
dari pihak rumah sakit serta keadaan yang kurang mendukung, misalnya pada lingkungan
rumah susun yang berkaitan dengan ketenangan, kebersihan, kerapian yang kurang
mendukung untk proses penyembuhan dalam pelayanan home care. Hal ini menyebabkan
3. Tenaga kesehatan yang kurang kompeten dalam melaksanakan pelayanan home care
4. Banyak masyarakat yang belum tahu tentang pelayanan home care.
6. Adanya panggilan kunjungan yang tidak diperlukan, hal ini akan membuang waktu,
9. Untuk kolaborasi dengan tim profesional lain membutuhkan waktu yang cukup lama,
10. Letak geografis yang jauh dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan dan cost yang
diperlukan
1. Bisa meningkatkan kemandrian pasien dan keluarga dalam melakukan pemeliharaan
kesehatan
3. Letak geografis yang berjauhan, sehingga sulit untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
Berikut ini adalah panduan singkat tatalaksana home care, mulai pra perawatan di
1. Dokter dan tim home care merencanakan jadwal perawatan pasien sesuai jenis
perawatan, jenis penyakit, gradasi penyakit dan kondisi klinis pasien berdasarkan
2. Dokter dan tim home care merencanakan pemeriksaan penunjang diagnostik dan follow
3. Pelaksana home care mempersiapkan saran dan prasarana perawatan, meliputi :
tensimeter, infus set, intravena cath, cairan infus, spuit, needle, nebulizer dan lain-lain
1. Pelaksana perawatan mengunjungi rumah pasien secara berkala sesuai jadwal
perawatan
2. Pelaksana home care melaporkan kondisi klinis setiap pasien dan keluhan serta
tindakan medis yang sudah dilakukan, meliputi : kondisi umum terkini setiap pasien.
Hasil laboratorium dan obat atau tindakan medis yang telah diberikan dan respon hasil
pengobatan
3. Dokter memonitor pelaksanaan home care oleh pelaksana perawatan melalui sarana
4. Dokter dan tim home care mendiskusikan setiap kasus selama masa home care dan
pasca home care untuk evaluasi dan perbaikan kualitas perawatan penderita,
1. Dokter memberikan terapi dan instruksi tindakan medis atau laboratorium serta advis
2. Dokter memberikan support dan berdialog denganpasien dan atau keluarganya secara
1. Dokter bersama-sama pelaksana home care melakukan evaluasi klinis setiap pasie
pasca pelaksanaan home care untuk perbaikan kualitas perawatan di masa yang akan
datang
67
2. Dokter dan pelaksana home care membuat jadwal perawatan jangka panjang bagi
3. Dokter memberikan bombingan teknis medis kepada pelaksana home care secara
4. Dokter dan pelaksana home care mengadakan review kasus-kasus khusus dan kasus-
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pelayanan
a. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.
b. Penghargaan / reward rendah.
c. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
3. Pendidikan
a. Kualitas lulusannya dituntut menguasai kompetensi-kompetensi profesional. Isi
kurikulum program pendidikan ke depan, juga harus menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
b. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”.
c. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
d. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
e. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
f. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
69
sesuai dengan kurikulum pendidikan yang pernah ditempuhnya dan bekerjasama dengan
tim perawatan kesehatan masyarakat lainnya. Peran terpenting perawat dalam
keperawatan keluarga adalah menjalin komunikasi yang baik dengan sasaran kinerjanya
untuk meningkatkan status kesehatan keluarga tersebut (Murray, 2004). Perawat dengan
gelar akademik master dan doktor atau spesialis keperawatan komunitas dianggap telah
memiliki teori dasar yang kuat tentang keperawatan keluarga, namun banyak perawat di
Nigeria dengan gelar tersebut tidak terlibat secara langsung dalam praktik klinis
keperawatan keluarga. Mereka lebih berupaya pada arah pengembangan spesialisasi dan
memandang bahwa keperawatan dengan orientasi keluarga memiliki lingkup lebih jauh
daripada keperawatan kesehatan masyarakat (Irinoye et al., 2006).
3. Di Italia, keperawatan keluarga juga merupakan program yang direkomendasikan oleh
WHO-Eropa dengan target perawatan paliatif, manajemen kasus, kemitraan perawat
keluarga, klinik perawatan, keperawatan komunitas, kunjungan rumah, dan lain-lain
yang langsung dilakukan oleh perawat (Obbia, 2014). Pelaksanaan program ini menuntut
perawat lebih banyak aktif dalam mengelola keluarga yang menjadi sasaran kinerjanya.
Meskipun pada awalnya perawat dianggap lebih rendah daripada dokter, da lam
penelitian yang dilakukan oleh Parfitt and Cornish (2007) menilai bahwa perawat
memiliki tanggung jawab klinis yang lebih besar daripada dokter. Hal ini disebabkan
perawat melakukan kontak secara langsung kepada keluarga serta bertanggung jawab
penuh terhadap pencegahan dan perawatan penyakit, mengambil keputusan independent,
serta bekerja sama dengan tim dokter dan anggota keluarganya secara menyeluruh.
Sehingga dokter memiliki penilaian dan menganggap bahwa perawat memiliki dampak
positif secara langsung terhadap peningkatan kesehatan pada keluarga (Obbia, 2014).
4. Faktor penghambat paling utama bagi perawat keluarga dalam melaksanakan
keperawatan keluarga sebagaimana penelitian yang dilakukan Parfitt and Cornish (2007)
di Tajikistan adalah berbedaan gaji perawat dengan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini
dinilai dapat menjadikan keberhasilan program perawatan keluarga tidak tercapai dengan
baik akibat sistem pembiayaan operasional yang tidak merata. Permasalahan gaji
perawat menjadi sebuah isu serius sebagai tenaga kesehatan.
72
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Definisi PHC
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
73
memelihara setiap tin gkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri
(self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
3. Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai
pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC
sebagai berikut :
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan layanan
lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan
sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu
agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima
budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari
lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah
proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri
dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi
dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan
atau selama pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan,
kabupaten atau tingkat pemerintah daerah.
e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor
kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan
dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya:
74
4. Ciri-Ciri PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
b. Pelayanan yang menyeluruh
c. Pelayanan yang terorganisasi
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
e. Pelayanan yang berkesinambungan
f. Pelayanan yang progresif
g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
6. Tujuan PHC
a. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan,
sehingga akan dicapai tingkat Kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
b. Tujuan Khusus :
1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
2) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
75
4) Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber – sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
7. Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Pemeliharaan Kesehatan
b. Pencegahan Penyakit
c. Diagnosis dan Pengobatan
d. Pelayanan Tindak lanjut
e. Pemberian Sertifikat
8. Falsafah
a. PHC merupakan bagian integral dari kesehatan nasional
b. PHC merupakan bagian integral dari perkembangan social ekonomi menyeluruh dari
masyarakat
c. PHC memusatkan perhatian pada masalah kesehatan utama komuniti
9. Sasaran
Sasaran dari PHC adalah individu, keluarga, masyarakat dan pemberi pelayanan
kesehatan
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program
yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk meningkatkan
akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan. Program ini memungkinkan jamu
yang merupakan obat-obat herbal tradisional yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat
Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat diintegrasikan di dalam
pelayanan kesehatan formal. Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi
masyarakat, diperlukan kerjasama baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di
kawasan Asia Tenggara.
Dalam penerapannya ada beberapa masalah yang terjadi di Indonesia. Permasalahan
yang utama ialah bagaimana primary health care belum dapat dijalankan sebagaimana
semestinya.
Oleh karena itu, ada beberapa target yang seharusnya dilaksanakan dan dicapai yaitu:
1. Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan meningkatkan kualitas pelayanan
dan mencegah kesalahpahaman antara pusat keehatan dan masyarakat
2. Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif untuk menerapkan
paradigma sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
4. Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer semakin melebar dan semakin
dekat pada budaya lokal.
Untuk lebih jelasnya, setelah adanya perangkemerdekaan, beberapa point pembangunan
kesehatan di Indonesia, yaitu :
1. Pelayanan preventif yang melengkapi pelayanan kuratif
2. Konsep Bandung Plan yang merupakan embrio konsep Puskesmas.
Selanjutnya lahir UU No. 9 Thn 1960 Tentang pokok-pokok Kesehatan yang pada
intinya mengatakan bahwa :
“Tiap-tiap warga Negara berhak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan
wajib di ikut sertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah.”
Rencana pembangunan Indonesia awalnya dibagi dalam beberapa pelita seperti :
79
Pelita I :
a. Perbaikan Kesehatan rakyat dipandang sebagai upaya yang meningkatkan produktivitas
penduduk.
b. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
c. Pelayanan kesehatan melalui Puskesmas.
Pelita II :
a. Trilogi pembangunan isinya meningkatkan kesadaran untuk meningkatkan Jangkauan
kesehatan.
b. Kesadaran akan ketertiban partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan.
c. Pengembangan PKMD sebagai wujud operasional dari PHC
Pelita III :
Tahun 1982 lahir Sistem Kesehatan Nasional menekankan pada pendekatan kesisteman,
kemasyarakatan, kerja sama lintas sektoral, melibatkan peran serta masyarakat, menekankan
pada pendekatan promotif dan preventif.
Pelita IV :
a. PHC /PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian bayi, anak dan
ibu serta turunnya tingkat kelahiran.
b. Menyelenggarakan program posyandu disetiap Desa.
Pelita V :
a. Meningkatkan mutu Posyandu.
b. Melaksanakan 5 kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu).
c. Sapta krida Posyandu.
obat esensial sehingga menjadi sapta krida Posyandu, lengkaplah upaya kesehatan dasar yang
dilaksanakan melalui Posyandu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat penduduk guna
mencapai ”kesehatan bagi semua tahun 2000”